warta yanmed xxiii (27112010)
DESCRIPTION
sipTRANSCRIPT
Dan Kepada
KELUARGA BESAR DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK
MENYAMPAIKAN TERIMA KASIH KEPADA :
Bapak dr. Farid W. Husein, Sp.B
ATAS PENGABDIAN SELAMA LIMA TAHUN MENJABAT SEBAGAI DIREKTUR JENDERAL
BINA PELAYANAN MEDIK PERIODE 2005 – 2010
Bapak dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS
KAMI MENGUCAPKAN SELAMAT DATANGUNTUK MENGEMBAN TUGAS UMUM
PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KEMENTERIAN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK
salamredaksi
Alamat RedaksiBagian Hukormas Ditjen Bina Yanmedik Depkes RI
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 No. 4-9 Lt. III/R. 316 Blok BKuningan - Jakarta Selatan 12920
Telp/Fax. 021-5277734, 021-5201590 (hunting) ext 1300 & 1302
Email. [email protected]
1Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXI Tahun 2010
Susunan Redaksi
PembinaDirektur Jenderal Bina Pelayanan Medik
Penanggung JawabSekretaris Ditjen Bina Pelayanan MedikDr. dr. Sutoto, M.Kes
Pimpinan RedaksiKepala Bagian Hukum, Organisasi dan HumasV.A. Binus Manik, SH,MH
Sekretaris RedakturKepala Sub Bagian HumasImin Suryaman, S.Sos
Tim Redaktur 1. Kabag. Program dan Informasi2. Kabag. Keuangan3. Kabag. Umum & Kepegawaian4. Kasubag TU Dit Bina Yan Medik Dasar5. Kasubag TU Dit Bina Yan Medik Spesialistik6. Kasubag TU Dit Bina Yan Keperawatan7. Kasubag TU Dit Bina Yan Kesehatan Jiwa8. Kasubag TU Dit Bina Yan Penunjang Medik9. Kasubag Hukum Bagian Hukormas10. Kasubag Organisasi Bagian Hukormas11. Kasubag Perbendaharaan Bagian Keuangan12. Kasubag Data dan Informasi Bagian Program dan
Informasi13. Kasubag Rumah Tangga Bagian Umum dan
Kepegawaian
Penyunting/Editor1. Sufermi Sofyan 2. Eti Ekawati.SH.MH3. Ani Mindo Ch.SE4. Auliyana Zahrawani. SKM 5. Pelita Apriany, SKM 6. Desi Syetiani, S.Sos Sekretariat 1. Drs. Ahmad Haryanto2. Denny Sugarna3. Benny Bremer4. Rita Desmawati
Selamat Datang Dirjen Bina Pelayanan Medik, Akhirnya pada tanggal 5 Juli 2010 terjawab sudah
penantian selama ini. Menteri Kesehatan RI melantik dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS sebagai Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik.
Suasana pelantikan yang khidmat, saat dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS membacakan sumpah jabatan yang dituntun Menteri Kesehatan. Dengan penuh ketegasan dan keyakinan Dirjen membacakan kata demi kata kontrak sosial kepada masyarakat terlebih dengan tuhan yang maha esa.
Dalam sambutan Dirjen saat pisah sambut menyatakan jabatan ini merupakan bentuk tugas dan tanggung jawab yang lebih besar dalam menghadapi permasalahan serta meningkatkan pelayanan dunia perumahsakitan. Tantangan inilah yang kita akan hadapi bersama, dibantu dengan sumbang saran mantan Dirjen, dr. Farid W. Husain, Sp.B.
Dengan arah dan landasan yang sama, kita yakin pak Dirjen akan meneruskan apa yang sudah dirintis mantan Dirjen, program yang baik untuk ditingkatkan dan disempurnakan untuk mendapatkan tangga-tangga keberhasilan pelayanan medik.
Tangga-tangga keberhasilan dilihat dari program terencana yang telah diliput oleh kami, antara lain pengembangan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, penataan organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, peningkatan kemampuan tenaga kehumasan, konsolidasi dalam penerapan standar dan pedoman asuhan kebidanan.
Redaksi berharap kepada Pembaca Setia untuk mengisi rubrik-rubrik yang akan berguna bagi pembaca lainnya. Naskah/artikel hendaknya ditulis dalam bahasa popular, padat maksimal 4 halaman. Redaksi berhak menyunting/memperbaiki naskah/artikel yang akan dimuat tanpa mengubah isi. Naskah yang telah dikirim sepenuhnya menjadi hak redaksi.
Semoga semua informasi ini dapat bermanfaat bagi Pembaca Setia. Redaksi berharap Pembaca Setia dapat memberikan saran dan informasi yang dapat membantu meningkatkan mutu materi majalah Warta Yanmed. Terima Kasih.
daft
aris
i
2 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
beritautama
04Dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS sebagai
DIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK
06Menkes Melantik 20 Pejabat Eselon II
08Pusat Jantung Nasional – Rumah Sakit Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan KitaMenuju Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia
liputan
12RSUP H. Adam Malik Medan Tetap Menjadi
Yang Terdepan Memberi Pelayanan Kesehatan di Ujung Barat Indonesia
04
12
19Dokter RSCM Membantu Pemulihan Ridho Korban Ledakan Tabung GAS
20Pekan ASI Sedunia Tahun 2010 Sukseskan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
22Konsolidasi Penerapan Standar dan Pedoman Asuhan Kebidanan Tahun 2010
24Kemenkes Dukung Pendirian RS Pelita Rakyat
26Kementerian Kesehatan Dukung Sail Banda
27Korban Elpiji Dapat Perawatan Gratis
13Workshop Penerapan Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan Di Rumah sakit
15Pengembangan Rumah Sakit
Indonesia Kelas Dunia
17Penataan Organisasi Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan
22
3Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
54
28Peningkatan Kemampuan Tenaga Kehumasan Di Lingkungan Ditjen BinaPelayanan Medik
30Peningkatan Kemampuan Bendahara di Lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik
32Pertemuan Penyusunan Pagu Sementara UPT DitJen Bina Yanmed Tahun Anggaran 2011
ragam
35Rumah Sakit Internasional Bukan Sekedar Nama
36Penyerahan DIPA Tugas Pembantuan TA. 2010Ditjen Bina Pelayanan Medik
38Regulasi Pemerintah vs Reformasi Rumah Sakit: Sejalankah?
40Penyakit Buerger’s Disease
42Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik
43Penempatan Tenaga Kesehatan Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan Terluar Sepi Peminat
44Pemanfaatan Teknologi Informasi Sebuah Tuntutandan TantanganProfesionalisme Bagi ARSIPARIS
48Penanggulangan Varises Dengan Laser
50Usia Lanjut? Bermasalah Pada Kesehatan Jiwa?
resensibuku
53Petunjuk Teknis Tata Naskah Dinas Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik
42
lensayanmed
54Pisah Sambut Pejabat Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Bersama Menteri Kesehatan
58 Serah Terima Jabatan Eselon II
4 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
beritautama
Dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS sebagaiDIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK
KEMENKES – Pelantikan Direktur
Jenderal Bina Pelayanan Medik telah
berlangsung hari, Senin 5 Juli 2010
di Gedung Leimena Kementerian
Kesehatan. Menteri Kesehatan, dr.
Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH,
Dr. PH melantik dr. Supriyantoro, Sp.P,
MARS sebagai Direktur Jenderal Bina
Upaya Kesehatan menggantikan dr.
Farid. W. Husain, Sp.B yang telah purna
bakti.
dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS
yang sebelumnya sebagai Direktur
Kesehatan TNI-AD di lingkungan
Kementerian Pertahanan mengucapkan
sumpah jabatan di depan Menteri
Kesehatan, Para Eselon I dan II di lingkungan Kementerian
Kesehatan.
Dalam Peraturan Presiden RI No. 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian
Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara, organisasi Kemenkes
mengalami perubahan nomenklatur jabatan yaitu
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik berubah
menjadi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan dan
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat menjadi
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak.
Menurut Menkes, penataan kelembagaan akan diikuti
dengan penataan SDM aparatur melalui pengisian
jabatan struktural. Selain itu, akan dilakukan penataan
ketatalaksanaan yang dinamis, pemantapan sistem
pengawasan dan akuntabilitas, peningkatan kualitas
pelayanan publik serta pembangunan kultur birokrasi
yang sesuai dengan dinamika tuntutan masyarakat.
Hal ini akan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
merata, bermutu dan berkeadilan, serta mengutamakan
upaya promotif dan preventif.
Kementerian Kesehatan merupakan salah satu
proyek pilot instansi pemerintah yang melaksanakan
Reformasi Birokrasi melalui Good Governance. Untuk
itu Kemenkes sedang melakukan persiapan guna
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance) sebagai langkah strategis untuk
membangun profesionalisme aparatur negara agar lebih
berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban
tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional,
tegas Menkes.
Bergulirnya Reformasi Birokrasi dan restrukturisasi
Kemenkes membawa konsekuensi logis terhadap
perubahan bentuk struktur organisasi yang lebih tepat
tujuan, responsif, efisien dan efektif untuk mendukung
program-programnya, jelas Menkes
Menkes berharap, dengan struktur organisasi yang
baru Kemenkes dapat lebih fokus dalam melaksanakan
pembangunan bidang kesehatan guna mendukung
pencapaian sasaran prioritas nasional, Standar Pelayanan
Minimal (SPM), serta percepatan pencapaian sasaran
Suasana khidmad pelantikan Dirjen Bina Pelayanan Medik
5Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
beritautama
Millenium Development Goals
(MDGs).
Diakhir pelantikan Menkes
berpesan kepada pejabat
baru untuk tidak ragu-ragu
melaksanakan reformasi dan
inovasi guna meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, namun tetap
dalam koridor hukum. Menjaga
suasana kerja yang kondusif serta
membangun team work yang
solid. Dalam melaksanakan tugas
mengacu pada tagline Kemenkes,
yaitu pro rakyat, inklusif, responsif,
efektif dan bersih. Di samping itu
juga perlu menjalin kerja sama dan
bersinergi dangan stake holders
terkait dalam melaksanakan
program-program bidang
kesehatan.
R I W A Y A T H I D U PNama : dr. Supriyantoro, Sp.P, MARSPangkat : Brigadir Jenderal TNITempat/Tanggal Lahir : Pringsewu, Lampung/ 11 Agustus 1954Status : Nikah, 3 AnakAgama : Islam
PendidikanSekolah Dasar Xaverius – Pringsewu Lampung (1966)Sekolah Menengah Pertama Xaverius – Pringsewu Lampung (1969)Sekolah Menengah Atas Negeri III, Yogyakarta (1972)Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (1979)Spesialis Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta (1989)Pasca Sarjana KARS Universitas Indonesia, Jakarta (1988) Peserta Program Pendidikan S 3 Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (2010)
PenghargaanSatya Lencana Kesetiaan 8 tahunSatya Lencana Kesetiaan 16 tahunSatya Lencana Kesetiaan 24 tahunSatya Lencana Dwija SistaBintang Kartika Eka Paksi Nararya
6 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
beritautama
KEMENKES – Pada tanggal 26 Juli 2010 sebanyak 20
pejabat baru Eselon II dilantik Menteri Kesehatan dr.
Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH. Mereka
terdiri dari pejabat pusat dan para direksi Rumah Sakit
Umum Pusat (UPT) Kemenkes di daerah.
Menkes mengatakan mengatakan, rumah sakit
merupakan salah satu ujung tombak Kemenkes dalam
memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada
masyarakat. Pada era globalisasi ini, Rumah Sakit harus
mampu menyusun strategi peningkatan mutu pelayanan
kepada masyarakat agar dapat berkompetisi dengan
Rumah Sakit lain secara sehat, serta mengembangkan
rumah sakit berbasis pelayanan kesehatan kelas dunia
(World Class Hospital).
Menkes, minta para pejabat yang baru dilantik dapat
menjadi panutan dalam menerapkan nilai-nilai dasar
budaya kerja aparatur yang meliputi : komitmen yang
tinggi pada tugas, konsisten, berintegritas, profesional,
Menkes Melantik20 Pejabat Eselon II
disiplin, sistematis dalam
bekerja, adil, transparan,
bekerjakeras dalam
melaksanakan tugas, penuh
tanggung jawab, senantiasa
berpedoman pada prosedur,
standar, dan peraturan yang
berlaku, sehingga hasil
kerja dapat dipertanggung
jawabkan dan
dipertanggung gugatkan.
“setiap pejabat dapat
menjadi agen perubahan
yang memiliki semangat
pionir untuk melakukan
inovasi guna meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan,
antisipatif, proaktif dan
responsif serta peka
terhadap dinamika tuntutan masyarakat berdasarkan
nilai-nilai sesuai dengan visi dan misi Kementerian
Kesehatan dan tetap dalam koridor hukum.”
Selain itu, melakukan konsolidasi dengan stake
holders terkait, sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi masing-masing, sehingga terjalin kemitraan
yang sinergis lintas program dan lintas sektor dalam
pelaksanaan tugas serta mampu menyiapkan kader
penggantinya.
Menkes menyatakan pelaksanaan rotasi, mutasi,
dan promosi jabatan merupakan bagian dari Reformasi
Birokrasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
kinerja di lingkungan Kementerian Kesehatan. “dengan
diangkat dan dilantik pejabat baru, diharapkan prestasi
dan kinerja Kementerian Kesehatan dapat meningkat
lebih baik lagi. Sehingga dapat mengikuti dinamika
tuntutan masyarakat dalam memberikan pelayanan
publik yang lebih bermutu.
Mengikrarkan diri untuk melaksanakan tugas, dan bertanggungjawab pada Pemerintah, Bangsa dan Negara.
7Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
beritautama
Ucapan Selamat Kepada Para Pejabat Eselon II
8 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
beritautama
PENDAHULUAN :
Memasuki abad ke kedua puluh satu, bangsa
Indonesia menghadapi banyak tantangan yang tidak
dapat dielakkan yaitu pada tataran nasional meneruskan
pembangunan nasional dengan segala implikasinya
serta pada tataran regional dan global. Pembangunan
kesehatan dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan
maju kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setip orang agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-traningnya. Dalam rangka mencapai
tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan
secara sistematis dan berkesinambungan.
Tantangan dan permasalahan pembangunan
kesehatan akan bertambah berat dan kompleks,
terutama pelayanan kesehatan oleh Rumah Sakit.
Tuntunan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
akan makin banyak dan meningkat juga ada sebagian
masyarakat Indonesia yang mencari pelayanan
kesehatan ke luar negeri sehingga menguras devisa
Negara. Hal ini membawa dampak pola pelayanan
yang harus lebih terbuka, ramah dan akuntabel,
sejalan dengan amanat pasal 28 Ha ayat (1) Undang-
Undang Dasar Negara Rebuplik Indonesia tahun
1945 sudah ditegaskan bahwa setiap orang berhak
memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian pasal
34 ayat (3) dinyatakan Negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak dan bermutu.
Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan bagian dari sumber daya
kesehatan yang amat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit mempunyai
karakteristik dan organisasi yang amat kompleks.
Pusat Jantung Nasional – Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Menuju Rumah Sakit Indonesia Kelas DuniaOleh : Anwar Santoso, Anna Ulfah Rahayu
Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat
keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama
lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/
kesehatan berkembang amat pesat yang harus diikuti
oleh tenag kesehatan dalam rangka pemberian
pelayanan yang berkualitas membuat semakin
kompleksnya permasalahan dalam Rumah Sakit.
Tantangan global dibidang perumah sakitan
akan semakin terasa pada era globalisasi, yang telah
membuat kabur batas-batas antar negara, kemudahan
komunikasi dan transportasi telah mendorong cepatnya
mobilitas pasien dari satu negara ke negara lainnya.
Faktor lain, yaitu mahalnya biaya berobat di negara
maju seperti Amerika dan Eropah mengakibatkan
warga benua dan perusahaan asuransi mencari
pengobatan yang berkualitas baik serta lebih murah di
negara berkembang. Kira-kira 500.000 warga Amerika
yang berobat keluar negeri setiap tahunnya.
Hal ini yang mendorong pemerintah Indonesia
untuk memacu peningkatan kualitas pelayanan rumah
sakit dan mengadakan konsep “World Class Hospital”
di Indonesia atau Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia
(RSIKD). Pemerintah tidak ingin terlalu banyak devisa
negara melayang ke luar negeri, sebaliknya pemerintah
berharap “medical tourism” justru akan berkembng
dan menambah devisa negara.
Pusat Jantung Nasional – RS Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita sudah tentu menyambut baik
keinginan pemerintah tersebut. Dengan jam terbang
selama 25 tahun sebagai pusat rujukan nasional
dibidang pelayanan kesehatan Kardiovskuler tentu
banyak aspek-aspek tertentu yang dimilikinya.
Pendidikan-Pelatihan, Pelayanan Kesehatan dan
Penelitian Kardiovskuler telah lama dikembangkan.
9Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
beritautama
Pengelolaan rumah sakit dalam perspektif BLU dan
korporasi telah diterapkan. Pusat Jantung Nasional
merupakan satu-satunya rumah sakit yang secara legal
telah menerapkan dan menjalankan sistem remunerasi
dan mono loyalitas. Sudah cukup besar anggaran yang
dikucurkan untuk mengembangkan sistem tersebut
dan unutk pengembangan sumber daya manusia serta
penelitian. Hal ini merupakan “ Modal Dasar” yang kuat
untuk kesiapan sebagai RSIKD.
PENGERTIAN :
Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia (RSIKD) adalah
rumah sakit dengan komponen struktur dan proses
yang tersertifikasi lengkap memenuhi standar kelas
dunia oleh lembaga yang diakui pemerintah berwenang
untuk itu serta “outcome” yang memberi penekanan
pada “keselamatan pasien” mutu asuhan yang tinggi
serta kepuasan pasien dan staf sesuai indikator kelas
dunia atau internasional.
AZAS-AZAS :
1. Rumah Sakit masa depan adalah rumah sakit yang
didirikan atas :
Azas-azas ketahanan ekonomia. Petunjuk untuk adaptasi teknologi termasuk b. teknologi informasi
Petunjuk untuk penerapan asuhan berfokus c. pasien (patient centered care) dengan
perioritas keselamatan pasien, kepuasaan
pasien dan kepuasaan staf
Petunjuk untuk mengatasi tantangan yang d. terkait dengan tenaga staf (staff challenges)
2. Azas-azas sebagai petunjuk desain RS masa
depan
Penerapan azas-azas untuk meningkatkan a. keselamatan pasien, termasuk kamar sendiri
“single room”, desentralisasi nursing stations
dan bahan bangunan yang meredam suara
Desain dan konstruksi RS yang memberikan b. prioritas tinggi misalnya pengendalian
infeksi dan kesiapan mengahdapi masalah
kedaruratan.
Mengikut sertakan klinisi, staf lain, pasien dan c. keluarga pada proses perancangan, agar
memaksimalkan peluang meningkatkan arus
kerja, keselamatan pasien dan menciptakan
lingkungan yang memudahkan asuhan yang
berfokus pasien.
Rancangkan fleksbilitas pada konstruksi d. bangunan untuk memudahkan adaptasi pada
siklus perubahan yang cepat dan inovatif
dalam ilmu kedokteran dan teknologi.
Menerapkan konsep “green hospital” pada e. desain dan kontruksi RS.
KRITERIA PELAYANAN EKSELEN :
Ada 7 kriteria suatu RS untuk memenuhi persyaratan
“pelayanan ekselen” diperlukan adanya :
Kepimpinan1. Rencana strategik2. Fokus pada pelanggan 3. Manajemen pengukuran, analisis dan 4. manajemen berbasis pengetahuan
Fokus pada tenaga kerja5. Manajemen proses6. Hasil dan output7.
STANDAR dan KRITERIA RSIKD
Standar RSIKD ini mengacu pada berbagai standar
dunia yaitu : PATH (Performance Assesment Tool for
Quality Improvement in Hospital), JCI (Joint Commision
International) atau Malcom Baldrige. Hal tersebut
mengutamakan dimensi utama pelayanan kesehatan
(safety, patient centeredness, clinical effectiveness,
efficiency, staff orientation dan responsive governance,
timeliness and equity)
Kemudian standar dan kriteria RSIKD terdiri dari 8
standar, yaitu :
1. Standar 1 : legalitas rumah sakit
2. Standar 2 : adanya visi, misi, tujuan dan nilai rumah
sakit
3. Standar 3 : administrasi dan manajemen rumah
sakit
4. Standar 4 : program rumah sakit
10 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
beritautama
5. Standar 5 : sumber daya manusia rumah sakit
6. Standar 6 : sarana dan prasarana rumah sakit
7. Standar 7 : program monitoring dan evaluasi rumah
sakit
8. Standar 8 : penilaian kinerja rumah sakit
PUSAT JANTUNG NASIONAL MENUJU RSIKD :
1. Manajemen Administrasi – Operasional
Desain RS berstandar internasional, area a. lahan yang tidak begitu luas hanya sekitar
22.000 m2dengan arsitektur bangunan yang
fungsional.
Seluruh karyawan yang secara langsung b. melayani pasien diberikan secara regular
kursus bahasa Inggris
Karyawan mempunyai komitmen yang amat c. tinggi
Adanya sistem “reward and punishment” bagi d. seluruh karyawan
Setiap staf medis dan paramedis diberikan e. kesempatan untuk mendapatkan pelatihan-
pelatihan di luar negeri (Australia, Singapura,
Jepang, Korea dan Jerman)
Memiliki “jejaring internasional” yang luas dan f. afiliasi dengan “pusat pelayanan Kardiovaskuler
tingkat dunia” seperti : Cleveland Clinics,
NCVC Osaka – Jepang, Royal Children Hospital
– Melbourne dll.
Memenuhi standar akreditasi manajemne g. internasional antara lain :
Kepimpinan - Rencana strategik - Fokus pada pelanggan - Manajemen pengukuran, analisis dan - pengetahuan
Fokus tenaga kerja - Manajemen proses- Hasil (outcome) berupa : kepuasan - pelangan, tampilan organisasi, tanggung
jawab sosial dan aspek finansial yang
baik
2. Manajemen Pelayanan Medik Kardiovaskuler
Pusat Jantung Nasional mempunyai manajemen
pelayanan medik yang terstruktur selaras dengan
standar pelayanan medis kardiovaskuler tingkat
dunia. Proses asuhan pasien dan standar prosedur
yang terstandar serta clinical pathway yang selalu
diperbarui sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi Kardiovaskuler. Luaran (outcome) yang
dihasilkan berfokus pada pasien serta menitik beratkan
pada acuan (benchmark) yang telah ditetapkan.
Pelayanannya ditujukan pada kasus-kasus dengan
tingkat severitas tinggi, yang tak dapat ditangani oleh
rumah sakit lainnya.
Standar Struktur :a. Tenaga spesialis yang komprehensif yaitu - dokter spesialis jantung dan pembuluh
darah dengan berbagai bidang sub spesialis
berkualitas internasional
Keseimbangan rasio perawat dengan jumlah - tempat tidur yang tersedia yaitu 2 :1
Kelengkapan teknologi muktahir- Kelengkapan pelayanan penderita untuk - mengatasi berbagai kasus penyakit
kardivaskuler yang multikompleks
Adanya pusat penelitian kardivaskuler- Jumlah pasien yang dilayani tidak melampaui - “Bed OccpancyRate”
Standar Proses :b. Guna memenuhi standard dan kepuasan pasien
maka proses pelayanan yang diberikan oleh Pusat
Jantung Nasional hendaknya bersifat komprehensip
mulai dari pendidikan kesehatan untuk pencegahan
penyakit kardiovaskular kepada pasien dan keluarganya.
Diagnosis dan terapi yang dilaksanakan melalui proses
pemeriksaan dengan metode keilmuan dan peralatan
medik paling mutakhir serta menjunjung tinggi aspek
kenyamanan pelanggan.
Terbentuknya jejaring nasional pelayanan jantung
yang berpedoman pada sistem rujukan yang
dikeluarkan oleh kementerian kesehatan. Perlu adanya
dukungan kuat pemerintah melalui terbentuknya
11Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
beritautama
satu kesatuan manajemen (holding company) yang
terdiri dari rumah-rumah sakit tersier pendidikan milik
pemerintah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan, guna terwujudnya
proses tersebut adalah :
Ada holding company corporation rumah sakit - vertical pemerintah
Pengelolaan rumah sakit sebagai korporasi yang - menganut azas “good corporate govermance”,
tidak birokratis. Hanya ada President Director,
Medical Director dan CEO
Disusunnya rencana jangka pendek, jangka - menengah dan jangka panjang
MOU kerjasama dengan Cleaveland Clinic John - Hopkins International, NCVC Osaka
Dilaksanakannya akreditasi JCI dengan dukungan - Kementerian Kesehatan untuk Pusat Jantung
Nasional dan semua rumah sakit pendidikan
vertical.
Dibentuknya jaringan informasi teknologi Pusat - Jantung Nasional dan semua rumah sakit pendidikan
vertical atas biaya Kementerian Kesehatan.
Standar Keluaran (outcome) :c. Keluaran yang diharapkan pada pelayanan Pusat
Jantung Nasional ialah :
Kepusan pelanggan - Angka kematian dan kecacatan pasien menyamai - Cleveland Clinic
Indikator patient safety menyamai standar USA- Tarif pelayanan setara Tahiland dan Malaysia- Pasien asing mencapai 30 % melalui program - medical tourism
Angka pasien berobat untuk penyakit kardiovaskular - ke luar negeri turun 70 %
LVED, RVED, ECMO dijalankan dengan keberhasilan - tinggi
Transplantasi jantung, paru dan ginjal dijalankan- Berkembangnya center – center sub spesialistik - : Neuroscience center, Cardiometabolic center,
Woman center, Children center, GUCH center, Heart
Failure center, Arithmic center, ardiac rehabilitation
center, Vascular center
Kamar operasi jantung dan pembuluh darah 15 - bulan dengan “open heart surgery” 6.000 kasus
per tahun dimana CHD mencapai 30 %.
Ada 10 laboratorium katerisasi dengan aktifitas - 15.000 layanan pertahun, satu diantaranya Hybrid
Primary PCL door to ballon < 60 menit- Ada jembatan penghubung dengan RSKD- Ada central laundry dan cathering untuk rumah - sakit vertical pemerintah yang berlokasi di DKI dan
dikelolah sebagai bisnis unit
Lebih fokus pada pendidikan spesialistik dan - subspesilistik
PENUTUP :
Diharapkan dalam waktu 5 (lima) tahun Pusat
Jantung Nasional sudah mencapai kualifikasi World
Class Cardiovasculer Center yang terkemuka di wilayah
Asia Pasific, namun semuanya hanya bisa terjadi bila
ada komitmen pemerintah, Karena banyak hal yang
sifatnya lintas sektoral dan lintas internasional yang
tentunya memerlukan biaya besar.
Disajikan dalam Semiloka Sistem Jejaring Pelayanan •Kegawat Daruratan Kardiovaskular di Wilayah
DKI Jakarta dan Sekitarnya, di Auditorium RSJPD
Harapan Kita Jakarta, 22 Juli 2010
liputan
12 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
RSUP H. Adam Malik Medan Tetap Menjadi Yang Terdepan Memberi Pelayanan Kesehatan di Ujung Barat Indonesia
MEDAN – Masalah kesehatan yang kita
hadapi saat ini semakin bertambah
kompleks. Untuk mengatasi permasalahan
diperlukan salah satu aspek yang
juga tidak boleh dilupakan adalah
aspek pengembangan pelayanan,
dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya
di bidang kesehatan telah mendorong
kita sebagai tenaga kesehatan untuk terus-menerus
meningkatkan kualitas pelayanan kita agar sesuai dengan
perkembangan ilmu teknologi kedokteran. Hal inilah yang
disampaikan Sekretaris Ditjen Bina Yanmed, Dr. dr. Sutoto,
M.Kes saat memperingati HUT RSUP H. Adam Malik ke 17
pada 21 Juli 2010.
Setiap Rumah Sakit harus memiliki langkah-langkah
yang inovatif serta dukungan dari berbagai pihak dengan
memanfaatkan segala sumber daya secara optimal dan
berkesinambungan tanpa akhir (Never Ending Proccess).
Hal yang sangat penting dalam pemanfaatan teknologi
kesehatan yaitu memperhatikan aspek keselamatan pasien
(patient safety). Untuk itu perlu dibenahi dalam mencapai
Patient Safety Goals, antara lain Identifikasi dengan cermat
seluruh pasien (Identify Patient Correctly); Tingkatkan
komunikasi yang efektif kepada pasien (Improve Effective
Communication); Tingkatkan keamanan pasien dengan
sedini mungkin mengenali tanda-tanda untuk keberhasilan
atau kegagalan dalam pengobatan (Improve the Safety
of High Alert Medications); Hindari salah tempat, salah
pasien dan salah tindakan pembedahan yang tidak sesuai
dengan prosedur (Eliminate wrong site, wrong patient,
wrong procedure
surgery); Kurangi
risiko infeksi
n o s o k o m i a l
(Reduce the
risk of health
care associated
i n f e c t i o n s ) ;
Kurangi kerugian pada pasien yang diakibatkan oleh
kesalahan petugas medis dan perawatan (Reduce the risk
of patient harm resulting from false).
RSUP H. Adam Malik sesuai dengan fungsinya sebagai
RS Pendidikan, dihimbau kepada semua pihak terutama
Sumber Daya Manusia di rumah sakit untuk bersama-sama
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan
etika dan standar profesi masing-masing.
Sebagai Rumah Sakit Umum Pusat yang berada di
ujung Barat dari Indonesia, diharapkan RSUP H. Adam
Malik dapat sebagai filter agar pasien–pasien tidak keluar
berobat ke negara tetangga tentunya ini akan merugikan
kita. ”masyarakat semakin kritis dan mulai cenderung
menuntut pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, lebih
baik dan lebih ramah. Untuk itu, salah satu prakondisi yang
harus dipenuhi adalah meningkatnya mutu pelayanan
kesehatan, termasuk peningkatan mutu pelayanan rumah
sakit yang menjadi prioritas utama.” tegas Sesditjen.
Acara peringatan HUT RSUP H. Adam Malik, Sesditjen
mengajak kepada seluruh unsur pemberi pelayanan
di rumah sakit ini untuk saling bekerja sama dan bahu
membahu dalam memberikan pelayanan yang terbaik
pada seluruh lapisan masyarakat. Selalu berada di garis
terdepan dalam memberikan pelayanannya kepada
seluruh lapisan masyarakat. Selain itu saya juga turut
mengucapkan selamat dan sukses atas pengembangan
pelayanan Instalasi Patologi Anatomi, agar memberikan
kontribusi kepada masyarakat luas dan dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang maksimal bagi masyarakat di
Indonesia. IMIN SURYAMANSekretaris Ditjen Bina Yanmed, Dr. dr. Sutoto, M.Kes
Foto bersama jajaran kesehatan dengan Gubernur Sumatera Utara
liputan
13Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Workshop Penerapan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan Di Rumah sakit
BANDUNg – Penyelenggaraan Workshop Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan di Rumah
Sakit bertujuan untuk memperoleh masukan dan
penyatuan persepsi tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit serta penerapan
pedoman tersebut pada seluruh rumah sakit di
Indonesia.
Pedoman penyelenggaraan pelayanan keperawatan di
rumah sakit sangat diperlukan karena:
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan 1. kesehatan RS, perkembangan IPTEK di bidang
kesehatan dan UU No. 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
Pelayanan keperawatan RS merupakan bagian 2. penting yang menentukan kualitas pelayanan
kesehatan RS
Hasil bimbingan teknis dan monitoring-evaluasi 3. tentang implementasi Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional (SP2KP) di 22 propinsi
diperoleh gambaran bahwa penyelenggaraan
pelayanan keperawatan RS masih sangat bervariasi,
belum memiliki rencana strategis bidang
keperawatan, manajemen
dan administrasi
pelayanan keperawatan
masih belum berorientasi
pada mutu pelayanan
serta belum kuatnya
peran bidang dan komite
keperawatan
Sebelumnya, pedoman
ini telah melalui berbagai
proses yaitu penyusunan
draft pedoman, ujicoba
dan evaluasi pedoman di
lima rumah sakit dan hasil
ujicoba menjadi masukan
dalam penyempurnaan pedoman, demikianlah laporan
Direktur Bina Pelayanan Keperawatan (Suhartati, SKp,
M.Kes) pada acara pembukaan Workshop di Bandung
pada tanggal 26 Juli 2010.
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna (promotif,
prefentif, kuratif, dan rehabilitatif) yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan,
Rumah Sakit diwajibkan memberi pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, dan efektif sesuai dengan
standar dan pedoman yang berlaku. Dalam pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit yang memiliki peran yang
amat penting adalah pelayanan keperawatan untuk
mencapai tujuan pembangunan bidang kesehatan.
Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik
menyampaikan dalam pembukaan Workshop
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan di
Direktur Jenderal Pelayanan Medik sedang memberikan sambutan.
liputan
14 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Rumah Sakit bahwa Keperawatan
sebagai profesi dan tenaga
profesional bertanggung jawab
untuk memberikan pelayanan
keperawatan sesuai kompetensi dan
kewenangan yang dimiliki secara
mandiri maupun bekerjasama
dengan anggota tim kesehatan lain.
Di era pasar bebas dan liberalisasi,
profesionalisme merupakan suatau
instrumen yang unggul untuk
memenangkan kompetensi, untuk
itu tenaga keperawatan harus
lebih kompeten dan memiliki daya
saing yang tinggi secara regional
maupun global, dengan demikian
maka pelayanan keperawatan yang
bermutu perlu didukung dengan
tersedianya kebijakan, standart dan
pedoman.
Prof. DR. Ma’arifin Husein
menyampaikan dengan
judul ”Perkembangan Profesi
Keperawatan Terkini dan
Tantangannya bagi Pelayanan
Kesehatan di RS” bahwa telah
terjadi pergeseran mendasar
dari keperawatan dari
perawat vokasional menjadi
profesional dikarenakan tekanan
perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi keperawatan,
tekanan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan-asuhan
keperawatan yang bermutu dan
terjangkau, tekanan perkembangan
Sistem Pemberian Pelayanan
Kesehatan kepada masyarakat.
Foto bersama peserta dengan Direktur Bina Pelayanan Medik (Dr. Supriyanto, Sp.P, MARS).Keperawatan di Indonesia dalam
memenuhi tuntutan dan kebutuhan
masyarakat harus berubah karena
merupakan tanggungjawab
moral memberi pelayanan asuhan
yang baik dan benar. Perubahan
tersebut dimulai dari pendidikan
keperawatan dan peran serta
organisasi keperawatan guna
mencapai pelayanan keperawatan
yang baik dan benar.
Pelayanan keperawatan di
Indonesia telah mendapatkan
kesejajaran mutu dalam pelayanan
keperawatan dengan negara-
negara ASEAN lainnya. Hal ini
dapat dinyatakan dengan ditanda
tanganinya Mutual Recognition
Arrangement (MRA) on Nursing
Services Busan di Philipina pada
tahun 2006.
Melalui Workshop ini,
diakhir sambutannya Direktur
Jenderal Bina Pelayanan Medik
mengharapkan dengan adanya
pedoman ini, merupakan kunci
untuk lebih meningkatkan
pelayanan keperawatan di Rumah
Sakit . PElITA
liputan
15Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Pengembangan Rumah SakitIndonesia Kelas Dunia
BOgOR – Pelayanan Rumah Sakit Indonesia Kelas
Dunia saat ini sedang mendapatkan perhatian besar
baik dari pemerintah maupun masyarakat luas.
Berawal dari keprihatinan Bapak Presiden Republik
Indonesia terhadap banyaknya pasien-pasien
dari negara Indonesia yang pergi ke luar negeri
(Singapura, Malaysia, Thailand, Australia, Cina) hanya
untuk berobat atau memelihara kesehatan dirinya.
Memperhatikan hal ini, berapa besar devisa negara
yang ikut terbelanjakan ke luar negeri. Sebagai
bentuk ungkapan keprihatinan ini, Bapak Presiden
RI secara khusus telah meminta kepada Menteri
Kesehatan, dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, Dr.PH
agar Kementerian Kesehatan segera mengupayakan
dan memfasilitasi percepatan terwujudnya “WORLD
CLASS HOSPITAL” di Indonesia.
Selain itu meningkatnya tuntutan masyarakat akhir-
akhir ini terhadap pelayanan rumah sakit, terutama
rumah sakit yang menyandang nama ‘Internasional’,
‘Global’ atau yang sejenis, maka Kementerian
Kesehatan RI merespon tuntutan masyarakat dengan
menggulirkan kebijakan mengenai Peraturan Menteri
Kesehatan dan Rancangan Pedoman Rumah Sakit
Indonesia Kelas Dunia sebagai Petunjuk Teknisnya.
Pertemuan Pengembangan Rumah Sakit Indonesia
Kelas Dunia (RSIKD) dilaksanakan pada 19 – 21 Juli 2010,
di Bogor Jawa Barat. Pertemuan ini mensinergikan
pendapat-pendapat dari pakar perumahsakitan agar
dijadikan Rancangan Pedoman Rumah Sakit Indonesia
Kelas Dunia.
Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Medik, Dr. dr. Sutoto, M.Kes menyampaikan tujuan
pertemuan ini guna meningkatkan kualitas dan kinerja
pelayanan di Rumah Sakit Pendidikan agar setara
dengan kualitas pelayanan Rumah Sakit Berkelas Dunia.
Upaya pencapaian tujuan tersebut, telah ditetapkan
Pertemuan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS; Sesditjen, Dr. dr. Sutoto, M.Kes; Direktur RS Vertikal dan para pakar perumahsakitan
liputan
16 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Tim Pembina RSIKD yang akan
bertugas melakukan pemantauan
pelaksanaan Pengembangan
Rumah Sakit Indonesia Kelas
Dunia sekaligus dengan instrumen
pembinaan dan penilaiannya.
Tim Pembina RSIKD terdiri
dari para pakar perumahsakitan,
akademisi dan klinisi yang
mempunyai perhatian besar di
bidang peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan di Indonesia.
Terbentuk berdasarkan SK
Direktur Jenderal Bina Pelayanan
Medik Nomor HK.03.05/
III/2459/08 tentang Kelompok
Kerja Pengembangan World Class
Hospital di Indonesia.
Direktur Jenderal Bina Pelayanan
Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS
menyatakan apresiasi yang sangat
besar kepada seluruh Tim Kelompok
Kerja agar segera terwujud suatu
Pedoman Rumah Sakit Kelas Dunia
di Indonesia. Sehingga pedoman ini
dapat dijadikan rujukan oleh Rumah
Sakit dalam mengembangkan
dirinya menuju Rumah Sakit
Indonesia Kelas Dunia yang dapat
dipertanggungjawabkan baik
nasional maupun Internasional.”.
Pertemuan ini dijadikan forum
untuk pengkayaan substansi
Peraturan Menteri Kesehatan dan
Pedoman Rumah Sakit Indonesia
Kelas Dunia sebagai Petunjuk Teknis
untuk Penetapan, Pemantauan dan
Pembinaan Rumah Sakit Indonesia
Kelas Dunia,” tegas Dirjen.
Pengembangan Rumah Sakit
Indonesia Kelas Dunia, khususnya
untuk mendapatkan kesepakatan
antara POKJA World Class Hospital
dengan POKJA penyempurnaan
Akreditasi Rumah Sakit dalam
penyusunan pedoman RSIKD
dan instrumen akreditasi dengan
standar internasional. AUlIANA/DESI
Pola Makan Sehat Untuk Dewasa
Pola makan yang
sehat ialah makan
makananaik yang
mengandung semua
unsur gizi seimbang
sesuai dengan kebutuhan tubuh
baik karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral. Bahan
makanannya pun dipilih sealami
mungkin.
Anjuran pola makan sehat :
1. Mengkonsumsi makanan yang
rendah lemak dan rendah
kolesterol misalnya susu
kedelai, ayam yang dibuang
kulitnya, konsumsi buah, sayur,
ikan, daging tanpa lemak.
2. Mengurangi konsumsi makanan
yang digoreng, kuning telur,
usus, paru, limpa, hati dan
makanan yang dimasak dengan
santan kental.
3. Mengkonsumsi buah, sayur
selain tinggi serat, vitamin,
mineral yang merupakan
sumber antioksidan
4. Mengkosumsi makanan yang
kaya kalsium seperti yogurt,
sayuran hijau, ikan laut, susu
dan kacang-kacangan
5. Hindari bahan makanan yang
mengandung pengawet dan
bumbu penyedap rasa secara
berlebihan
6. Kurangi garam dan gula secara
berlebihan
7. Mengkonsumsi makanan
berserat seperti gandum, sayur,
buah dan kacang-kacangan.
8. Perbanyak minum air putih
(kurang lebih 8 gelas sehari)
9. Hindari minuman yang
berakohol, kafein yang tinggi
dan minuman bersoda.
10. Teknik pengolahan makanan
dianjurkan dengan cara
mengukus, merebus, menumis
dan memanggang.
(DARI BERBAgAI SUMBER)
liputan
17Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
sekaligus sinkronisasi
program antara
Rencana Strategis
K e m e n t e r i a n
Kesehatan dengan
pelaksanaan program
sesuai dengan
struktur organisasi
Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan
adalah merupakan
tujuan terlaksananya
kegiatan pertemuan
tersebut.
Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan
inventarisasi dan pemetaan program dan
kegiatan sesuai tupoksi untuk mengetahui
tugas yang telah dan belum dilakukan sehingga
mengurangi tumpang tindih tugas serta
memperjelas koordinasi dengan unit kerja
lainnya, demikian laporan Kepala Bagian Hukum
Organisasi dan Humas, V.A. Binus Manik, SH,
MH saat pembukaan acara Pertemuan Penataan
Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan di Bandung.
Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa, Dr.
Irwansyah, Sp.Kj yang mewakili Direktur Bina
Pelayanan Medik saat membuka acara Pertemuan
Penataan Organisasi Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan di Bandung menyampaikan
bahwa Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Medik dan unit utama telah berproses dalam
penyusunan perubahan organisasi dan tata
kerja dari Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Medik menjadi Direktorat Bina Upaya Kesehatan
yang menjadikan beban kerja dan tupoksi
Penataan Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
BANDUNg – Sebagai tindak lanjut dari Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang kedudukan,
tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan Negara
serta susunan organisasi, tugas dan fungsi eselon I
Kementerian Negara, maka telah dilakukan penataan
organisasi di tingkat Kementerian Kesehatan.
Di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Medik yang didalam Perpres 24 tahun 2010 menjadi
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan telah
dilakukan penyesuaian tugas pokok dan fungsi dengan
menyatukan semua komponen Upaya Kesehatan
Perorangan baik konvensional maupun non konvesional
dari Upaya Kesehatan Dasar hingga Rujukan termasuk
fungsi penunjang baik medik maupun sarana dan
prasarana.
Usulan final penambahan struktur organisasi dan
tata kerja Kementerian Kesehatan tinggal menunggu
persetujuan tertulis dari Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Untuk menyambut perubahan organisasi Direktorat
Jenderal Bina Pelayanan Medik menjadi Direktorat
Bina Upaya Kesehatan telah dilakukan pertemuan
dalam rangka Penataan Organsasi Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan di Bandung pada tanggal
1 – 2 Juli 2010. Sosialisasi struktur organisasi dan
tata kerja Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan Humas, V.A. Binus Manik, SH, MH sedang menyampaikan laporan ketua panitia.
liputan
18 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
semakin besar sementara
besaran organisasi tidak boleh
bertambah.
Struktur Organisasi Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan
terdiri dari:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal
2. Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Dasar
3. Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Rujukan
4. Direktorat Bina Pelayanan
Keperawatan dan Keteknisian
Medik
5. Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan
6. Direktorat Bina Kesehatan Jiwa
Pelaksanaan Pertemuan
Penataan Organisasi Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan
dihadiri narasumber dari Biro
Hukum dan Organisasi yang
mensosialisasikan Rancangan Akhir
Struktur Organisasi Kementerian
Kesehatan secara lengkap dan
Biro Perencanaan dan Anggaran
Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan RI yang mensosialisasikan
Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan.
Beliau berharap dengan
terlaksananya kegiatan pertemuan
ini dapat memberikan pemahaman
dan pandangan terhadap tugas
pokok dan fungsi Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
PElITA
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Sekretariat Direktorat Jenderal
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknesian Medik
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
Direktorat BinaKesehatan Jiwa
Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa sedang memberikan sambutan pembukaan.
liputan
19Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Dokter RSCM Membantu Pemulihan Ridho KorbanLedakan Tabung GAS
JAKARTA – Ridho Januar (4 tahun) korban ledakan
tabung gas di Bojonegoro, Jawa Timur telah
mendapatkan perawatan Unit Pelayanan Khusus Luka
Bakar Prof Dr Munadjat Wiratmadja Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Menteri Kesehatan
didampingi Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik
segera menjenguk Ridho pada Selasa tanggal 20Juli
2010.
Menkes menyampaikan seluruh tubuh Ridho
dipenuhi luka bakar, mulai dari wajah hingga kakinya,
Dokter RSCM akan melakukan pemulihan secara
teknis, bisa lewat operasi atau tidak. “Tapi kami akan
mengupayakan wajahnya dikembalikan seperti semula
agar tidak ada beban psikis. Kalau sudah besar kan dia
bisa malu seandainya bertemu teman-temannya.”
Menkes menjenguk Ridho, korban ledakan tabung gas (kanan) di RSCM Jakarta Pemulihan secara teknis terus dilakukan dokter RSCM
Dokter Aditya Wardhana yang menangani Ridho
mengatakan dokter akan memulihkan kondisi Ridho
dengan metode sillicon gel. Proses pemulihan ini akan
memakan waktu sekitar enam bulan. Tujuannya untuk
memulihkan luka bakar supaya kembali pulih dan
normal. “Kemungkinan operasi plastik, akan lihat kondisi
Ridho nanti, seadainya dimungkinkan operasi plastik,
kemungkinan akan dilakukan, tetapi tergantung situasi,
selama perawatan Ridho diwajibkan kontrol minimal
satu bulan sekali agar memantaunya bisa mudah.”
Menkes menegaskan bahwa biaya perawatan Ridho
dan korban tabung gas lainnya akan digratiskan, karena
akan ditanggung Pemerintah dan Pertamina.
ETI/DSY
liputan
20 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Pekan ASI Sedunia Tahun 2010
Sukseskan 10 Langkah MenujuKeberhasilan Menyusui
JAKARTA – Dewasa ini pemberian ASI ekslusif di
Indonesia, masih harus terus ditingkatkan. Berdasarkan
data Susenas Tahun 2004 - 2008, cakupan pemberian
ASI eksklusif pada seluruh bayi di bawah 6 bulan
meningkat dari 58,9% tahun 2004 menjadi 62,2%
tahun 2007, tetapi kemudian menetap dan sedikit
menurun menjadi 56,2% tahun 2008. Menurunnya
angka pemberian ASI eksklusif membawa kepedulian
bersama untuk menyelenggarakan pekan ASI Sedunia
yang akan dilaksanakan setiap minggu pertama bulan
Agustus.
Hadir dalam Perayaan Puncak Acara Pekan ASI
Sedunia Ibu Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono,
Menko Kesra, Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Sosial,
Gubernur DKI Jakarta, dan beberapa pejabat tinggi
lainnya.
Penyelenggaraan Pekan ASI Sedunia dimaksudkan
agar setiap Negara, secara terus menerus bersama-
sama melaksanakan upaya-upaya yang nyata untuk
membantu ibu agar berhasil menyusui.
Dengan mengangkat tema “Menyusui : Sepuluh
Langkah Menuju Sayang Bayi” dan slogan Sayang Bayi,
Beri ASI, adalah suatu komitmen nyata dari fasilitas
kesehatan untuk mendukung keberhasilan menyusui,
melalui pemberian perlindungan dan memberikan
informasi serta dukungan kepada ibu agar dapat
menyusui bayinya secara eksklusif
“Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih
harus terus ditingkatkan. Kegiatan-kegiatan yang
selama ini telah dirintis akan terus ditingkatkan, yaitu
1) meningkatkan pemahaman masyarakat tentang
pentingnya memberikan Air Susu Ibu kepada bayinya, 2)
meningkatkan jumlah motivator dan konselor menyusui,
liputan
21Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
serta 3) mengembangkan regulasi
untuk mendukung keberhasilan
menyusui,” inilah yang disampaikan
Menteri Kesehatan, dr. Endang
Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH
pada hari Minggu 8 Agustus 2010.
Melalui Ibu Hj. Ani Susilo
Bambang Yudhoyono, Presiden
berpesan mendukung penuh
peringatan pekan ASI Sedunia,
karena kegiatan ini terkait dengan
masa depan generasi bangsa dan
negara.
Menkes mengamanatkan
kepada seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan di Indonesia, baik
Pemerintah maupun Swasta
diminta menerapkan 10 Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui,
antara lain :
1. Menetapkan Kebijakan
Peningkatan Pemberian Air
Susu Ibu yang secara rutin
dikomunikasikan kepada semua
petugas.
2. Melakukan pelatihan bagi
petugas untuk menerapkan
kebijakan tersebut.
3. Memberikan penjelasan kepada
ibu hamil tentang manfaat
menyusui dan talaksananya
dimulai sejak masa kehamilan,
masa bayi lahir, sampai umur 2
tahun.
4. Membantu ibu mulai menyusui
bayinya dalam 60 menit setelah
melahirkan di ruang bersalin.
5. Membantu ibu untuk memahami
cara menyusui yang benar
dan cara mempertahankan
menyusui meski ibu dipisah
dari bayi atas indikasi medis.
6. Tidak memberikan makanan
atau minuman apapun selain
ASI kepada bayi baru lahir.
7. Melaksanakan rawat gabung
dengan mengupayakan ibu
bersama bayi 24 jam sehari.
8. Membantu ibu menyusui
semau bayi semau ibu, tanpa
pembatasan terhadap lama
dan frekuensi menyusui
9. Tidak memberikan dot atau
Menteri Kesehatan menyampaikan pemerintah berusaha terus menerus meningkatkan cakupan ibu yang menyusui secara eksklusif
Ibu Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono meminta untuk terus dilakukan pemantauan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
kempeng kepada bayi yang
diberi ASI.
10. Mengupayakan terbentuknya
Kelompok Pendukung ASI di
masyarakat dan merujuk ibu
kepada kelompok tersebut
ketika pulang dari Rumah
Sakit/Rumah Bersalin/Sarana
Pelayanan Kesehatan.
Menkes berharap, dengan
diterapkannya pelaksanaan 10
Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui tersebut ada peningkatan
jumlah bayi usia 0 sampai 6 bulan
yang disusui secara eksklusif di
Indonesia, yang pada gilirannya
akan mewujudkan peningkatan
kualitas sumber daya manusia di
masa mendatang.
Pada kesempatan tersebut
Menkes, menyampaikan terima
kasih dan penghargaan kepada Ibu
Ani Susilo Bambang Yudhoyono
yang telah memberikan dukungan
dan komitmen yang besar pada
upaya peningkatan menyusui di
Indonesia.DSY
liputan
22 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Kementerian Kesehatan mempunyai Visi yang tertuang
dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
”Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan”
dengan 4 Misinya, antara lain :
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
melalui pemberdayaan masyarakat termasuk
swasta dan masyarakat madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan
menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber
daya kesehatan.
4. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik.
Pencapaian pembangunan kesehatan pada tahun
2009 berdasarkan hasil SDKI 2007, adalah :
1. Meningkatnya umur harapan hidup (UHH) dari 68.6
tahun menjadi 70.5 tahun.
2. Menurunnya angka kematian bayi ( AKB ) dari 35
menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup.
3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan ( AKI )
dari 307 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup .
4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada Balita dari
25.8 % menjadi 21,9%.
Upaya dalam mencapai sasaran pembangunan
kesehatan terutama AKI dan AKB sudah banyak
dilakukan antara lain, Program Safe Motherhood yang
berfokus pada Persalinan oleh tenaga kesehatan,
Penanggulangan Komplikasi, mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.
Dalam pelaksanaan Safe Motherhood di fokuskan
pada penurunan AKI dan AKB dengan strategi Making
Pregnancy Saver ( MPS ) antara lain :
1. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan
Konsolidasi Penerapan Standar dan Pedoman Asuhan Kebidanan Tahun 2010
kesehatan Ibu dan Anak di tingkat Dasar dan
Rujukan.
2. Membangun kemitraan yang efektif.
3. Mendorong pemberdayaan perempuan keluarga
dan masyarakat.
4. Meningkatkan Sistem surveilans, Monitoring dan
informasi KIA dan Pembiayaan.
Upaya penurunan AKI dan AKB dengan Program
MPS dilakukan melalui pelayanan Obstetri dan Neonatal
Essensial, Pelayanan persalinan yang berkualitas dan
Deteksi dini kasus risiko tinggi.
Penanganan kegawatdaruratan dan komplikasi,
antara lain :
Pertolongan Pertama ke Gawat Daruratan Obstetri •Neonatal (PPGDON) di tingkat Polindes, Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
di tingkat Puskesmas dan Pelayanan Obstetri
Emergensi Komprehensif (PONEK) di tingkat
Rumah Sakit.
Menyediakan minimal 4 Puskesmas PONED di •
Pembukaan acara (kiri ke kanan) Kandinkes Propinsi Kepulauan Riau dr.Achmad Budi Anto,MM ., Sesditjen Bina Yanmedik DR. dr. Sutoto, M.Kes, Direktur Bina Pelayanan Keperawatan Suhartati,S.Kp.M.Kes, Kasubdit Bina Yan Keperawatan Kebidanan Dra. Nurjasmi, M.Kes
liputan
23Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
setiap Kabupaten/Kota dan
menyediakan 1 Pelayanan
PONEK 24 jam di Rumah Sakit
Kabupaten/Kota.
Melalui Pengelolaan pelayanan
rujukan Obstetri & Neonatal Dasar
dan Konprehensif (PONED &
PONEK) Rumah Sakit dan Puskesmas
diharapkan bisa menjadi lembaga
dimana kasus rujukan diharapkan
dapat di atasi dengan cepat dan
tepat.
Salah satu upaya Akselerasi
penurunan AKI dan AKB dalam
mendukung program MDGs yang
dilakukan Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik, melalui Direktorat
Bina Pelayanan Keperawatan adalah
menyusun standar dan pedoman
asuhan kebidanan . Pada tanggal
23 Agustus 2010 di Batam diadakan
Rapat Konsolidasi Penerapan
Standar dan Pedoman Asuhan
Kebidanan yang dihadiri oleh Bidan
Supervisor / Koordinator Rumah
Sakit Vertikal Dirjen Bina Pelayanan
Medik dan Bidan Koordinator
Dinas Kesehatan Propinsi, untuk
mendengarkan pemaparan
pengalaman dari Propinsi yang
sudah menerapkan, menjadikannya
sebagai pelajaran dan
merencanakan untuk
mengaplikasikannya
di daerah masing-
masing.
Standar dan
Pedoman Asuhan
Kebidanan telah
di ujicoba dan
diterapkan di
Rumah Sakit yang
menyelenggarakan
PONEK di 16 Propinsi.
Pembukaan acara (kiri ke
kanan) Kandinkes Propinsi
Kepulauan Riau dr. Achmad Budi
Anto,MM., Sesditjen Bina Yanmedik
Dr. dr. Sutoto, M.Kes, Direktur Bina
Pelayanan Keperawatan Suhartati,S.
Kp.M.Kes, Kasubdit Bina Yan
Keperawatan Kebidanan Dra.
Nurjasmi, M.Kes.
Pelayanan kebidanan adalah
bagian integral dari sistem
pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan, dilakukan secara
mandiri, kolaborasi, konsultasi
dan rujukan yang mencakup
pelayanan kesehatan reproduksi,
remaja, pra nikah,hamil, bersalin,
nifas, bayi baru lahir, balita sehat,
pelayanan KB, psimonopause pada
kasus normal dan
kegawatdaruratan
maternal dan
neonatal di semua
fasilitas kesehatan.
Bidan sebagai
salah satu tenaga
kesehatan yang
memiliki posisi
penting dan
strategis dalam
penurunan AKI dan
Para peserta rapat konsolidasi penerapan standard an pedoman asuhan kebidanan tahun2010
AKB, memberikan pelayanan yang
berkesinambungan dan paripurna,
berfokus pada aspek pencegahan
melalui pendidikan kesehatan dan
konseling, promosi kesehatan,
pertolongan persalinan normal
dengan berlandaskan kemitraan
dan pemberdayaan perempuan,
serta melakukan deteksi dini pada
kasus – kasus rujukan.
Pelayanan kebidanan
dilaksanakan pada berbagai jenjang
tatanan pelayanan sesuai dengan
sistem pelayanan kesehatan yang
ada, mulai dari tingkat primer,
sekunder, dan tersier yang tersusun
dalam suatu mekanisme rujukan
timbal balik.
Pelayan kebidanan yang
bermutu memerlukan ketersediaan
bidan dalam jumlah dan kualitas
yang memadai, terdistribusi secara
merata, serta dimanfaatkan secara
berhasil guna dan berdaya guna,
sehingga dapat diselenggarakan
pelayanan kebidanan sesuai
dengan kebutuhan seluruh tatanan
pelayanan kesehatan.
SUFERMI SOFYAN
Foto bersama Sesditjen Bina Yanmedik
liputan
24 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Kemenkes Dukung Pendirian RS Pelita Rakyat
BANTEN - Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setingginya. Akses terhadap
pelayanan kesehatan tidak boleh membeda-bedakan
masyarakat atas tingkat sosial ekonominya. Penduduk
yang tidak mampu atau miskin harus mempunyai
kesempatan yang sama dengan penduduk yang
mampu dalam mengakses pelayanan kesehatan yang
berkualitas, demikian sambutan Direktur Jenderal Bina
Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS pada
acara pendirian Rumah Sakit Pelita Rakyat di Jl. Anyer,
Serang Banten tanggal 7 Agustus 2010. Hadir dalam
acara tersebut, Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo Kumolo,
beberapa anggota Komisi IX DPR-RI, dr. Budihardja
Singgih, MPH, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, drg.
Naydial Roesdal, Inspektur Jenderal, dr. Chalik Masulili,
M.Sc., Staf Ahli Menkes Bidang Pembiayaan dan
Pemberdayaan Masyarakat, dr. Krishnajaya, Staf Ahli
Menkes Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
dan Desentralisasi.
Menurut Dirjen Bina Yanmed, pada dasarnya
pemerintah menginginkan semua orang dapat
menjangkau pelayanan kesehatan bahkan dengan
pelayanan prima. Namun karena terbatasnya anggaran
yang dimiliki pemerintah, masih ada masyarakat yang
belum terlayani oleh Puskesmas apalagi rumah sakit.
Karena itu, Kemenkes menyampaikan penghargaan
dan terima kasih atas upaya yang dilakukan kader-kader
PDI Perjuangan yang dimotori dr. Ribka Tjiptaning,
Ketua Komisi IX DPR-RI mendirikan rumah sakit Pelita
Rakyat.
“Inisiasi dari fraksi PDI Perjuangan yang dimotori dr.
Ribka Tjiptaning mendirikan rumah sakit yang ditujukan
kepada orang-orang tidak mampu dan masyarakat
lapisan bawah, merupakan inisiasi yang perlu dicontoh
oleh kelompok masyarakat lainnya.
Harapan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik
bahwa fasilitas kesehatan berupa klinik, apalagi
rumah sakit akan bertambah jumlahnya sehingga
meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan di
Indonesia.
Pembangunan rumah sakit ini masih dalam proses,
karenanya perlu ditindaklanjuti dengan pemenuhan
prosedur dan persyaratan sampai rumah sakit dapat
beroperasi. Rumah Sakit Pelita Rakyat pasti didukung
Pemda dengan mengalokasikan anggarannya, karena
secara langsung membantu pemerintah dalam
menyediakan pelayanan kesehatan bagi warganya
sebagai bagian dalam meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
Pelayanan rumah sakit Pelita Rakyat didesign
tidak ada perbedaan kelas, setara dengan kelas 3 RS
Pemerintah/peserta Jamkesmas. Konsekuensi rumah
sakit yang tarifnya rendah (billing cost = biayanya
dibawah yang seharusnya) pasti memerlukan subsidi.
Karena itu, pengelola rumah sakit tentunya sudah
memikirkan hal ini sehingga rumah sakit tetap berdiri
dan dapat beroperasi secara berkesinambungan.Peletakan batu pertama untuk pembangunan rumah sakit oleh Dirjen Bina Pelayanan Medik
liputan
25Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Penggagas dan pendiri RS
Pelita Rakyat dr. Ribka Tjiptaning,
menjelaskan bahwa rumah sakit
tanpa kelas memang sangat
dibutuhkan di Indonesia. Indonesia
masih membutuhkan sekitar 300
rumah sakit, mengingat masih
banyaknya pasien yang ditolak
berobat di rumah sakit karena alasan
biaya, bahkan pemegang kartu
Jamkesmas/Jamkesda maupun
SKTM. Sering terjadi
diskriminasi layanan di
rumah sakit karena sistem
kelas yang membedakan
status ekonomi pasien,
kaya dan miskin. Pasien
miskin atau pemegang
kartu Jamkesmas/
Jamkesda/SKTM selalu
menempati kelas 3,
yang layanannya pun
terbilang seadanya. “Rumah sakit
swasta pun seharusnya mempunyai
peran sosial, namun telah bergeser
sepenuhnya kepada profit oriented
atau mengejar keuntungan saja”,
tegasnya.
Ketua Komisi IX DPR, menyatakan
masuknya neoliberalisme di bidang
kesehatan, menyebabkan rumah
sakit yang tadinya berorientasi
sosial, kemudian beralih menjadi
komersial. Bahkan sebagian besar
RSUD juga sudah komersial dengan
adanya kelas-kelas perawatan.
Bila berorientasi kepada profit,
sebaiknya Pemda membuat rumah
sakit swasta, karena RSUD dibiayai
oleh APBN dan APBD, maka dalam
meningkatkan kelas RSUD uang
rakyat jangan dikorbankan.
Awalnya rumah sakit ini adalah
klinik pelayanan kesehatan tetapi
jalannya agak tersendat-sendat.
Di daerah ini tidak ada rumah
sakit sehingga perlu membangun
sebuah Rumah Sakit supaya
masyarakat disini jika berobat tidak
usah jauh-jauh ke Cilegon. Dari
semangat itulah dibangun rumah
sakit tanpa kelas. Langkah pertama
lebih baik dari pada seribu langkah
berikutnya karena langkah pertama
itu menentukan tujuan. DENNY
Sepatu wanita memang kini menajdi pelengkap kita dalam berbusana. Tak lengkap rasanya bila pakaian yang kita kenakan
tidak matching dengan sepatu yang kita pakai.Bagi wanita, sepatu ada dua jenis yang sering kita kenakan. Sepatu high heels dan sepatu flat. Buat anda yang pekerja kantoran, pastinya sangat membutuhkan sepatu high heels setiap harinya. Namun, anda harus lebih berhati-hati atas dampak yang ditimbulkan bila anda keseringan menggunakan sepatu high heels. Berikut dampak positif dan negatif saat anda menganakan sepatu high heels: Dampak positif:1. Sepatu wanita bertumit tinggi ini
membuat bentuk kaki terlihat lebih elegan dan seksi;
2. Menunjang penampilan busana Anda;
Resiko Memakai Sepatu High Heels3. Meningkatkan gairah seks
pemakainya. Menurut tim peneliti dari Italia, perempuan yang mengenakan high heels dengan tinggi tumit sekitar 1-2 inchi lebih menyenangkan saat diranjang dibandingkan dengan mereka yang suka mengenakan flat shoes;
4. Mampu mengatasi beberapa masalah yang berkaitan dengan postur tubuh;
5. Menutupi kekurangan Anda terutama dalam hal tinggi badan;
6. Dapat menghilangkan tonjolan-tonjolan urat lutut yang tampak menjengkelkan;
7. Dapat Memperbaiki otot panggul
Dampak buruk :
1. Rentan mengalami patah tulang kaki
2. Dapat menyebabkan peradangan pada jantung kaki
3. Bengkak pada ibu jari kaki yang bisa menimbulkan peradangan
4. Nyeri lutut5. Nyeri punggung6. Berisiko menyebabkan patah pada
tungkai kaki akibat terjatuh dari high heel yang super tinggi .
(BERBAgAI SUMBER)
liputan
26 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Kementerian Kesehatan Dukung Sail Banda
AMBON – Kementerian Kesehatan mendukung Sail Banda melalui kegiatan Bakti Sosial (Baksos) yang ber-langsung tanggal 12 Juli – 3 Agustus 2010 di Provinsi Maluku. Baksos kesehatan Surya Baskara Jaya merupa-kan kerjasama TNI-AL dengan Kemenkes dalam mem-berikan pelayanan kesehatan bagi penduduk di pulau-pulau kecil, terluar dan terpencil mencakup 10 lokasi di 5 Kabupaten/Kota.
Bakti Sosial Operasi Surya Baskara Jaya kegiatan utamanya adalah pelayanan dan penyuluhan keseha-tan. Dalam Baksos Sail Banda juga melibatkan beber-apa sector bahkan beberapa Negara tetangga di Asia Tenggara, Australia, didukung pula oleh Angkatan Laut Amerika, Singapura, Malaysia dan Australia.
Tanggal 4 Juli 2010 Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH melepas keberang-katan Kapal KRI Suharso di Kolinlamil Tanjung Priok. Kapal ini membawa alat transportasi, peralatan keseha-tan dan obat-obatan yang akan digunakan dalam bakti sosial kesehatan disamping bahan kontak baksos lain-nya.
Dukungan Kemenkes dalam kegiatan baksos Sail Banda berupa 1 unit ambulans transportasi, 3 unit Puskesmas Keliling (Pusling) Roda 4 untuk Maluku Utara, 1 unit Pusling Roda 4 untuk Maluku, 5 buah emergency set perorangan, 2 emergency set tim, 2 tim unit defi-brillator, 2 unit examination lamp, 5 unit minor surgery, dan 2 ventilator dari PPK Regional Makassar.
Bantuan lainnya berupa asistensi gawat darurat, pengiriman dokter ahli serta perawat mahir, simulasi kegawat daruratan, sosialisasi masalah kesehatan, keg-iatan survey vector dan penyuluhan pengendalian pe-nyakit menular dan penyehatan lingkungan, pember-dayaan masyarakat (Desa Siaga), pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) di wilayah Maluku yaitu Maluku Tenggara Barat, Maluku Barat Daya, Aru, Seram Bagian Barat, Buru Selatan, dan lain-lain.
Selain itu, Kemenkes juga memberikan bantuan 10 ton makanan pendampingan air susu ibu (MP-ASI), 1.900 kg obat pelayanan dasar, 200 obat TBC, 500 obat
malaria, 200 buah kelambu, dan 40 buah sound timer. Selain Kapal KRI Suharso sebagai tempat pelayanan
kesehatan, kapal USNS Mercy dari Amerika juga men-gadakan baksos di Provinsi Maluku Utara terkait den-gan Pasific Partnership 2010. Pelayanan Kesehatan di daerah yang tidak dapat dilalui kedua kapal tersebut seperti Buru Selatan, Seram Barat, Aru, Maluku Teng-gara Barat dan Maluku Barat Daya akan dilaksanakan dengan tim mobile bantuan Pemda dan Bantuan Sosial Kemenkes Program Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) tahun 2010.
Dalam baksos ini juga dilakukan penguatan pem-berdayaan masyarakat, rehabilitasi sarana umum, pe-nyuluhan/pelatihan, dan bantuan sosial. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pelayanan umum dengan pola pelayanan KB, kesehatan gizi antara lain pelayanan kesehatan gizi bayi, balita dan ibu hamil, per-tolongan persalinan, dan pelayanan penyakit menular. Pelayanan kesehatan spesialistik/operasi seperti opera-si katarak, operasi bibir sumbing, dan sunatan massal.
Acara puncak Sail Banda dilaksanakan tanggal 3 Agustus 2010 yang diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan berlanjut sampai Hari Ke-merdekaan Republik Indonesia ke 55 di Pulau Kisar, pulau terluar Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. AHMAD HARYANTO
liputan
27Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Korban Elpiji Dapat Perawatan Gratis
JAKARTA - Menteri Kesehatan RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH mengunjungi sejumlah korban ledakan tabung gas elpiji yang dirawat di ruang Unit Luka Bakar Rumah Sakit Pertamina Pusat, Jakarta Selatan, Selasa. Tanggal 24 Agustus 2010. Menkes didampingi Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS tiba di rumah sakit pukul 08.00 WIB, dan segera meluncur ke empat pasien. Seluruh korban menjalani perawatan luka bakar di gedung F lantai 2, Rumah Sakit Pertamina Pusat, Jakarta Selatan.
M e n k e s m e n y a m p a i k a n , seluruh korban telah menjalani operasi penanaman kulit. Kebanyakan korban mengalami luka bakar 19 persen. Maksmial 3 minggu sehat kembali. semua korban dijamin bisa dirawat di seluruh RS di seluruh Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Muhammad Harun selaku Vice Presiden Komunikasi Korporat PT Pertamina menjanjikan akan menanggung seluruh pengobatan dan biaya rawat jalan bagi seluruh korban. Berdasarkan data, dari pengaduan dua bulan terakhir, ada 130 kasus kebocoran gas yang menyebabkan ledakan. Meski tidak semua lokasi ada korban. Biaya rumah sakit secara gratis yang dilakukan PT Pertamina berlaku di seluruh
Indonesia. sedangkan untuk mengurangi trauma, RSPP memperbantukan psikiater dalam perawatan korban tabung gas. Ini bagian dari pengobatan, diperbantukan psikiater dan psikolog.
Saat ini korban akibat ledakan tabung gas yang
masih menjalani perawatan adalah Lia Agustina (1 tahun), warga Kebon Jeruk, luka bakar 17,5 persen di kaki, lengan, punggung. Leni Harlina (25 tahun), warga Kebon Jeruk, luka bakar 20 persen di kaki, lengan dan punggung. Korban lainnya Agit Ghifar Gufroni (22 tahun), warga Tambora, luka bakar 19 persen di tungkai kaki kiri kanan, dam Syamsul Hadi, 53 tahun, kayu manis 19 persen di tubuh. Berdasarkan data yang ada, sebanyak 78 kejadian ledakan tabung gas yang terjadi di Jakarta. IMIN/DSY
liputan
28 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Peningkatan Kemampuan Tenaga Kehumasan Di Lingkungan Ditjen BinaPelayanan Medik
BANDUNg – Sebagai pembentuk
citra institusi, penyebar informasi
dan menjalin hubungan yang
harmonis dengan semua
stakeholder, diharapkan kepada
petugas kehumasan di Rumah
Sakit dan UPT agar selalu berpihak
kepada rakyat, bertindak cepat
dan tepat serta mengutamakan
kerjasama tim yang berintegrasi
tinggi, transparasi dan akutabilitas,
hal inilah yang disampaikan
Sekretaris Ditjen Bina Pelayanan
Medik, Dr. dr. Sutoto, M.Kes
saat pembukaan peningkatan
kemampuan tenaga kehumasan
pada tanggal 26 Agustus 2010 di
Bandung.
Tenaga Kehumasan dalam menjalankan tugas perlu
selalu mengingat Visi Kementerian Kesehatan yaitu
”Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”
bagi setiap penduduk agar terwujud suatu pelayanan
kesehatan yang bermutu, efisien, adil dan merata
di rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya di
lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik. Dengan
salah satu Misi Kementerian Kesehatan ”Melindungi
kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya
upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan
berkeadilan dan membuat rakyat sehat”. Sehingga akan
terpenuhi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dengan mengangkat tema Profesionalisme Humas
dalam menghadapi era Keterbukaan Informasi Publik
(KIP), dituntut untuk kesiapan petugas humas dalam
mengimplementasikan KIP.
Keterbukaan Informasi Publik membawa kearah
Reformasi Pelayanan Informasi Publik yang lebih
transparan, akuntabel, partisipatif, efektif, dan efisien
serta sesuai dengan aturan hukum yang ada dan
kebijakan pemerintah yang makin mudah diakses dan
diawasi publik.
Setiap orang baik itu Warga Negara Indonesia
maupun Warga Negara Asing dapat mengakses
informasi berdasarkan klarifikasi informasi yang wajib
diumumkan secara serta merta, informasi yang wajib
liputan
29Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
tersedia setiap saat. Informasi
yang disediakan dan diumumkan
secara berkala, serta informasi yang
diperoleh berdasarkan permintaan.
Bahwasanya, setiap orang berhak
untuk tahu dan kewajiban untuk
memberitahu, sehingga implikasi
keterbukaan informasi dapat
berjalan dengan lancar.
Keterbukaan Informasi Publik
semua informasi tidak boleh lagi
ditutup-tutupi. masyarakat sudah
semakin cerdas. Karenanya, humas
harus dapat memposisikan diri
Penyerahan sertifikat kepada Peserta dari Rumah Sakit Ratatotok dan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Foto Bersama: Peningkatan Kemampuan Tenaga Kehumasan Dilingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik
sebagai penyambung lidah antara
masyarakat dan pemerintah, mampu
mengemas informasi dengan baik
sehingga menimbulkan citra yang
baik pula terhadap pimpinan dan
instansinya. Seluruh staf kehumasan
khususnya jajaran pemerintah
daerah jangan hanya menjadi
‘corong’ pemerintah namun staf
humas harus berdiri pada posisi
tengah, di mana selain menjadi juru
penerang pemerintah, sekaligus
menjadi juru penerang masyarakat.
Posisi humas sangat strategis untuk
membentuk citra pimpinan dan
instansi yang dinaunginya. Untuk
membentuk citra yang positif, humas
diharuskan membangun komunikasi
secara sinergis terhadap berbagai
lembaga dan elemen masyarakat
termasuk dengan jajaran pers.
Seluruh tenaga kehumasan harus
memiliki kompetensi, melakukan
penguatan dalam bidang
kelembagaan. Selain itu juga
harus pro aktif, tidak ‘menunggu
bola’ melainkan menjemputnya
dan menguasai semua teknologi
komunikasi. Sebagai implementasi
Undang-Undang Keterbukaan
Informasi Publik, Rumah Sakit dan
BBLK diharuskan memiliki Unit
Pengaduan.
Diharapkan dari pertemuan ini
dapat tercipta tenaga kehumasan
yang profesional, terbentuknya
sistem manajemen humas dan iklim
yang kondusif dan dinamis untuk
kelancaran pelaksanaan tugas
kehumasan. HUMAS
liputan
30 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
BANDUNg – Pada tanggal 31 Agustus s/d 2 September
2010 telah dilaksanakan Peningkatan Kemampuan
Bendahara di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik di
Bandung. Pelatihan ini merupakan upaya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia agar lebih mampu dan
terampil dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan
di rumah sakit. Pengelolaan keuangan di rumah sakit
dan satuan kerja saat ini menjadi ukuran keberhasilan
kinerja pengelolaan keuangan di masing-masing unit
kerja, demikian uraian dari Direktur Jenderal Bina
Pelayanan Medik yang saat itu diwakili oleh Direktur
Keuangan RSUP Hasan Sadikin Bandung pada saat
Pembukaan Peningkatan Kemampuan Bendahara di
lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik (dr. Ahmad
Soebagyo. T, MARS).
Bendahara adalah orang yang ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang
pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN
pada Kantor/Satuan Kerja. Dalam rangka mendukung
terwujudnya good government dalam penyelenggaraan
Negara, maka pengelolaan keuangan negara perlu
diselenggarakan secara profesional, terbuka dan
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Untuk terwujudnya
Laporan Keuangan yang baik dan transparan serta tidak
disclaimer, maka dalam pembuatan Laporan Keuangan
baik SAI maupun SIMAK-BMN harus sesuai serta dapat
mempertanggungjawabkan semua kegiatan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Berbagai upaya
mewujudkan pengelolaan keuangan salah satunya
adalah melalui reformasi pengelolaan keuangan yang
tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 23 tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum, dalam pengelolaan keuangannya dituntut
lebih profesioanal mulai dari perencanaan sampai
pelaksanaannya.
Kegiatan Peningkatan Kemampuan Bendahara di
lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik antara lain:
1. Kebijakan Pemerintah dalam menetapkan Rumah
Peningkatan Kemampuan Bendahara di lingkunganDitjen Bina Pelayanan Medik
liputan
31Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Sakit yang mandiri menuju
Indonesia Sehat 2011
2. Pengawasan oleh aparat
fungsional
3. Tata cara pembukuan
bendahara dan penyusunan
LPJ Bendahara
4. Prosedur dan Permintaan uang
persediaan & tambahan uang
persediaan
5. Prosedur dalam penerbitan
SP2D
6. Pelaporan realisasi anggaran
(SAI, Pelaporan)
7. Penyelesaian tuntutan
perbendaharaan/tuntutan ganti
rugi.
Harapan dari Direktur Jenderal
Bina Pelayanan Medik yang saat
itu diwakili oleh Direktur Keuangan
RSUP Hasan Sadikin Bandung
pada saat Pembukaan Peningkatan
Para Peserta Peningkatan kemampuan petugas bendahara rumah sakit/satuan kerja di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik
Kemampuan Bendahara di
lingkungan Ditjen Bina Pelayanan
Medik agar kewenangan yang
diberikan dalam hal pengaturan
keuangan salah satunya adalah
untuk pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa harus lebih
sungguh-sungguh, bertanggung
jawab serta bekerja secara
profesional dan jujur.
PElITA APRIANY
Teh hijau mengandung bahan aktif e p i g a l l o c a t h e c h i n gallate yang multi fungsi. “Minum air
jeruk saja biar lemaknya hancur,” mungkin Anda sering mendengar saran tersebut untuk mengurangi rasa berdosa setelah menyantap makanan enak, tapi penuh lemak. Padahal, penghancur lemak alami yang paling baik adalah teh hijau.
Menurut dr. Phaidon Toruan, dalam bukunya Fat-Loss Not Weight-Loss, ada dua keuntungan mengonsumsi teh hijau, yakni sebagai fat burner yang optimal dan kaya akan antioksidan.
Teh hijau akan membantu meningkatkan pembakaran lemak, dalam arti membantu
Penghancur Lemak Alamimeningkatkan metabolisme trigliserida (misalnya lemak yang tebal di bawah kulit) untuk diubah menjadi asam lemak. “Tapi ingat, lemak di bawah kulit hanya bisa dibakar bila bentuknya sudah diubah menjadi asam lemak. Proses pembakarannya adalah dengan
olahraga,” kata Phaidon.Agar fungsi teh hijau sebagai
fat burner lebih optimal, Phaidon menyarankan agar teh hijau diminum sebelum latihan. Kapasitas antioksidan teh hijau sangatlah kuat sehingga bisa memberi efek proteksi terhadap dinding sel otot. Selain itu, lanjut Phaidon, jika diminum sebelum menyantap makanan, teh hijau akan membantu menahan asupan lemak.
Bagi Anda yang ingin praktis kini telah banyak tersedia ekstrak teh hijau yang sudah diolah secara modern dalam bentuk kapsul sehingga bisa dibawa ke mana pun dan mempermudah Anda mempersiapkan diri bila ingin berolahraga dan menggunakan ekstrak teh hijau.
liputan
32 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Pertemuan Penyusunan Pagu Sementara UPT DitJen Bina Yanmed Tahun Anggaran 2011
BANDUNg – Menteri Keuangan R.I telah menetapkan
besaran angka Pagu Sementara Kementerian/Lembaga
Tahun Anggaran 2011. Berdasarkan Pagu Sementara
Anggaran Belanja Tahun 2011 tersebut, maka
kepada masing-masing Satuan Kerja agar menyusun
rencana kerja dan Anggaran Tahun 2011 dengan
mengacu pada Rencana kerja Pemerintah, Rencana
kerja KementerianLembaga, Peraturan Pemerintah
tentang petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL
serta Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar
Biaya Tahun 2011. Untuk itulah diadakan pertemuan
Penyusunan Pagu Sementara UPT Ditjen Bina Yanmed
Tahun Anggaran 2011, pada 9 Juli 2010.
Tahun Anggaran 2011 dihadapkan kepada
perubahan paradigma baru mengenai Reformasi
Anggaran; Pertama hasil restrukturisasi program dan
kegiatan akan digunakan dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-
2014 dan Rencana strategis Kementerian/Lembaga
tahun 2010-2014 serta mulai diimplementasikan
dalam penyusunan Rencana
Pembukaan Penyusunan Pagu Sementara Tahun Anggaran 2011 oleh Dirjen Bina Pelayanan Medik
liputan
33Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Kerja Pemerintah, Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga (RKAKL),
dan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran tahun 2011. Hal ini
berarti bahwa alokasi anggaran
Kementerian/Lembaga harus
ditetapkan berdasarkan Program
sesuai hasil restrukturisasi.
Restrukturisasi program dan
kegiatan ini terjadi pada hampir
seluruh kementerian/lembaga.
Kedua, perubahan Undang-undang
Legislatif juga telah mengubah
hubungan kelembagaan antara
Pemerintah dan DPR berkaitan
dengan penetapan APBN, termasuk
didalamnya jadwal pembahasan
APBN pada masing-masing
kementerian/lembaga.
Penganggaran Tahun
2011 menganut pendekatan
Penganggaran Terpadu (unified
budget) yaitu pendekatan
penganggaran yang dilakukan
dengan mengintegrasikan
seluruh proses perencanaan dan
penganggaran di lingkungan
Kementerian/Lembaga untuk
menghasilkan dokumen RKA-KL
sesuai dengan dengan klasifikasi
anggaran menurut organisasi,
fungsi, dan jenis belanja.
Pengintegrasian seluruh proses
perencanaan dan penganggaran
tersebut dimaksudkan agar tidak
terjadi duplikasi dalam penyediaan
dana untuk Kementerian/Lembaga
baik yang bersifat investasi maupun
untuk keperluan biaya operasional.
Penganggaran 2011
juga menganut pendekatan
Penganggaran Berbasis Kinerja
(performance based budgeting)
yaitu pendekatan penganggaran
yang dilakukan dengan
memperhatikan keterkaitan antara
pendanaan dengan keluaran dan
hasil yang diharapkan, termasuk
efisiensi dalam pencapaian hasil
dan keluaran tersebut. Penerapan
Penganggaran Berbasis Kinerja
pada dasarnya mengubah pola
pengalokasian anggaran dari
semula berbasis input menjadi
berbasis output sehingga fokus
pengukuran kinerja terhadap
program/kegiatan juga akan
bergeser dari semula didasarkan
atas besarnya jumlah alokasi
sumber daya menjadi hasil yang
dicapai dari penggunaan sumber
daya.
Dalam pengalokasian anggaran
untuk sebuah output kegiatan harus
tergambar secara jelas asumsi
yang digunakan baik kuantitas
dan kualitas komponen input yang
digunakan serta relevansi masing-
masing komponen input sebagai
tahapan dalam rangka pencapaian
output kegiatan. Untuk mengetahui
tingkat capaian kinerja sebuah
Program atau Kegiatan, maka perlu
dilakukan evaluasi kinerja dengan
mengacu pada indikator kinerja
yang telah ditetapkan. Indikator
kinerja dapat berupa indikator
input, indikator output atau
indikator outcome.
Pendekatan lain dalam
penganggaran Tahun 2011
adalah digunakannnya Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah
(medium term expenditure
framework) yaitu suatu pendekatan
penganggaran berdasarkan
kebijakan, dengan pengambilan
keputusan yang menimbulkan
implikasi anggaran dalam jangka
waktu lebih dari satu tahun
anggaran. Penyusunan Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah
yang komprehensif memerlukan
suatu tahapan proses penyusunan
perencanaan jangka menengah
meliputi: penyusunan kerangka
asumsi makro, penetapan target-
target fiskal, total resource
envelopes, pendistribusian
total pagu belanja masing-
masing Kementerian/Lembaga,
dan penjabaran pengeluaran
Kementerian/Lembaga ke masing-
masing Progran dan Kegiatan.
Dalam rangka penerapan
Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah, maka Kementerian/
Lembaga harus memperhatikan
kebutuhan anggaran untuk setiap
output yang dihasilkan serta tetap
menjaga keselarasan dengan target
dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional dan
Rencana strategi Kementerian/
Lembaga dan budget contraint
untuk setiap tahun.
Disisi lain Sistem Penganggaran
dan RKAKL 2011 juga mengalami
perubahan sesuai dengan
perubahan sistem panganggaran
yang baru yang terdiri dari
program, kegiatan dan keluaran
(output). Output terdiri dari
beberapa komponen masukan
yang merupakan komponen-
komponen pembentuk keluaran,
liputan
34 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
dimana ; Program : berada pada
level eselon I yang merupakan
nomenklatur refleksi dari tugas dan
fungsi Eselon I dan mempunyai
outcome dan bersifat mengikat.
Kegiatan : berada pada level
eselon II/Satker yang merupakan
nomenklatur refleksi dari tugas dan
fungsi eselon II dan mempunyai
output dan bersifat mengikat.
Output : berada pada level eselon II/
Satker dan merupakan output atau
keluaran yang harus dicapai oleh
Eselon II/Satker dan diukur dengan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK),
bersifat mengikat. Komponen Input
: merupakan pembentuk output
dan strukturnya tergantung pada
masing-masing unit kerja, bersifat
tidak mengikat. Semoga dengan
berbagai perubahan paradigma
tersebut tidak mengurangi
semangat dalam penganggaran
guna pemberian pelayanan kepada
masyarakat
Direktur Jenderal Bina Pelayanan
Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P,
MARS menyampaikan saat ini Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat
Jenderal Bina Pelayanan Medik
sebagaimana disebutkan dalam
Laporan Penyelenggaraan Kegiatan
oleh Sesditjen Bina Yanmed adalah
sebanyak 35 Unit terdiri dari 34
Satuan Kerja Badan Layanan Umum
dan 1 Unit Kerja Rumah Sakit Vertikal
yang baru saja bergabung dengan
Ditjen Bina Yanmed sejak tanggal
01 April 2010.
Beberapa hal yang harus
diingatkan kepada Satker-Satker
Badan Layanan Umum, antara lain :
1. Penyusunan RKA-KL harus
mengacu pada Peraturan
Menteri Keuangan No. 44/
PMK.05/ 2009 tentang Rencana
Bisnis dan Anggaran (RBA) serta
Peraturan Menteri Kesehatan
R.I Nomor 550/Menkes/SK/
VII/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Bisnis
dan Anggaran Badan Layanan
Umum Rumah Sakit.
2. Rencana Bisnis Anggaran
tahunan disusun dengan
mengacu kepada strategi
bisnis, memuat seluruh
program, kegiatan, anggaran
penerimaan/ pendapatan,
anggaran pengeluaran/
belanja, estimasi saldo awal dan
estimasi saldo akhir kas BLU;
3. Rencana Bisnis dan Anggaran
juga harus disusun berdasarkan
basis kinerja dan perhitungan
akuntansi biaya menurut jenis
layanannya, dan kebutuhan dan
kemampuan pendapatan yang
diperkirakan akan diterima dari
layanannya.
4. Kepada Satker BLU yang
telah mampu menyusun
standar biaya menurut jenis
layanannya berdasarkan
perhitungan akuntansi biaya
maka penyusunan RBA-nya
mengunakan standar biaya
tersebut, sedangkan untuk
satker BLU yang belum mampu
menyusun standar biaya, RBA
disusun berdasarkan Standar
Biaya Umum (SBU);
5. Kepada Satuan Kerja Baru,
Rumah Sakit Umum Ratatotok
Buyat, karena Tahun Anggaran
2011 merupakan tahun awal
RS ini membuat perencanaan
berbasis Kinerja.
Hasil yang diharapkan adalah
tersusunnya Rincian Pagu Anggaran
Sementara Rumah Sakit dan Unit
Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik Tahun
Anggaran 2011, yang selanjutnya
akan diusulkan ke Kementerian
Keuangan c/q Direktorat Jenderal
Anggaran, melalui Biro Perencanaan
dan Anggaran Setjen Kementerian
Kesehatan R.I untuk ditetapkan
sebagai Pagu Definitif Tahun
Anggaran 2011. IMIN/DSY
ragam
35Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Rumah Sakit InternasionalBukan Sekedar Nama
KEMENKES – Sejumlah Rumah Sakit di Indonesia
yang menggunakan label internasional/dunia/global
pada penamaan Rumah Sakit wajib melepaskan nama
tersebut, dengan tenggang waktu mulai Agustus
mendatang. Selain itu, Rumah Sakit wajib prioritaskan
pelayanan internasional bukan nama Internasional. Hal
ini ditegaskan saat jumpa pers Kementerian Kesehatan,
pada 9 Juli 2010.
Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr.
Supriyantoro, Sp.P, MARS menyampaikan Peraturan
Menteri Nomor 659/Menkes/Per/VIII/2009 tentang
Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, pelepasan label
tersebut paling lambat dalam jangka waktu satu tahun
sejak peraturan ini ditetapkan.
Rumah Sakit Kelas Dunia bukan sekedar penggunaan
nama internasional/ global/dunia untuk label rumah
sakit; pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter
asing; pelayanan kesehatan yang sebagian besar
pasiennya adalah orang asing; pelayanan kesehatan
menggunakan teknologi canggih; pelayanan kesehatan
yang diberikan secara eksklusif dengan biaya mahal. Jika
hanya sekedar pengertian di atas, dikhawatirkan akan
mengelabui pengertian masyarakat tentang rumah sakit
yang bermutu dan akan berakibat menurunnya akses
masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia semestinya rumah
sakit yang menjalankan pelayanannya berstandar global
baik dari aspek pemenuhan fasilitas yang aman dan
nyaman, manajemen rumah sakit maupun manajemen
kliniknya. Penerapan manajemen terbaik inilah yang
diharapkan mendapatkan pengakuan dari “luar” yaitu
suatu badan/lembaga akreditasi yang fokus dengan
penjaminan mutu pelayanan di rumah sakit bertaraf
internasional seperti “Joint Commission Internasional,
ossas, malcolm baldridge atau lainnya”.
Diketahui sebanyak 12 Rumah Sakit yang memakai
nama internasional, antara lain RS Bintaro Internasional,
RS Mitra Internasional Jatinegara, RS Surabaya
Internasional, RS Yogya Internasional, RS Royal Progress
Internasional, RS M.H Thamrin Internasional, RS Gleni
Internasional Hospital, RS Bedah Bali Internasional
Medical Center, RS Santosa Bandung Internasional, RS
Omni Internasional Alam Sutra, RS Global Awal Bros,
dan RS Aceh Internasional Hospital.
Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik, Dr.
Andi Wahyuningsih Attas, Sp.An mengutarakan dari
delapan Rumah Sakit, sudah ada lima Rumah Sakit yang
melaporkan penggantian nama kepada Kementerian
Kesehatan, yaitu Santosa Bandung Internasional menjadi
Santosa Bandung Hospital; RS Surabaya Internasional
menjadi RS Premier Surabaya; RS Internasional Bintaro
menjadi RS Premier Bintaro; RS Mitra Internasional
menjadi RS Premier Jatinegara; dan Global Awal Bros
Hospital menjadi Rumah Sakit Awal Bros.
Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar, drg. S.R.
Mustikowati, M.Kes menambahkan Rumah Sakit harus
tetap menjalankan fungsi sosial dengan tetap melayani
pasien miskin yang masuk ke Rumah Sakit Indonesia
Kelas Dunia.
Pada akhirnya, suatu predikat Rumah Sakit
Internasional bukan untuk memperjuangkan sebuah
label, namun predikat tersebut untuk memperjuangkan
pelayanan kesehatan secara terstandar, aman, nyaman
dan memenuhi harapan masyarakat. IMIN/DSY
Suasana Jumpa Pers Kementerian Kesehatan, dihadiri sejumlah wartawan Media Cetak dan Media Elektronik
ragam
36 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
BANDUNg – Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik,
dr. Supriyantoro, SpP, MARS, pada tanggal 19 Agustus
2011 lalu berkesempatan menyerahkan secara
langsung Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
kepada Satuan Kerja (Satker) penerima anggaran Tugas
Pembantuan (TP) Tahun Anggaran 2010 di lingkungan
Ditjen Bina Pelayanan Medik.
Penyerahan DIPA adalah hal yang ditunggu-tunggu
oleh Satker penerima anggaran TP mengingat dengan
telah terbitnya DIPA tersebut maka satker dapat mulai
menggunakan anggarannya untuk kepentingan
Rumah Sakit, baik untuk fisik bangunan maupun untuk
peralatan kesehatan.
Proses panjang harus dilalui oleh para satker
penerima anggaran TP sampai terbitnya DIPA ini.
Diawali dari penentuan satker yang memperoleh
TP TA. 2010 berdasarkan SK Menkes (bulan April
2010), pembahasan dan penelaahan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) dan
pemeriksaan kelengkapan data dukung di Ditjen
Anggaran Kementerian Keuangan (bulan Mei 2010),
kemudian diterbitkan Satuan Anggaran Per Satuan
Kerja (SAPSK) (bulan Juni 2010), dilanjutkan dengan
penerbitan konsep DIPA (bulan Juli 2010) dan terakhir
pembagian DIPA kepada seluruh satker penerima
anggaran TP TA. 2010 ini.
Mengingat terbitnya DIPA ini sudah menjelang
penghujung tahun anggaran, Bapak Direktur Jenderal
Bina Pelayanan Medik mengingatkan kepada seluruh
satker agar dapat menggunakan anggaran TP ini
dengan sebaik-baiknya. “Sedapat mungkin jangan
mengajukan revisi DIPA mengingat waktu kegiatan
sudah sangat sempit. Jika terpaksa revisi, cukup di
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) saja sehingga
dapat menghemat waktu revisi dan anggaran dapat
terserap dengan baik,” pesan dr. Supriyantoro, SpP,
MARS. Hal lain yang tidak kalah penting disampaikan
dalam arahan beliau adalah jangan sampai terjadi
duplikasi sumber anggaran untuk satu kegiatan yang
sama. Untuk pengadaan peralatan kesehatan, hindari
celah-celah yang mengarah kepada kemungkinan
mark up harga atau pun sedari awal sudah mengarah
pada satu merk alat tertentu.
Dalam acara pembagian DIPA TP ini, Dirjen Bina
Pelayanan Medik hadir bersama Inspektur Jenderal
Kementerian Kesehatan – drg. Naydial Roesdal,
MSc, FICD. Pada kesempatan ini, Inspektur Jenderal
menyampaikan makalah dengan tema “Kebijakan
Pengawasan Nasional dan Kebijakan Pengawasan
Kementerian Kesehatan RI”. Dalam makalahnya,
beliau menyampaikan hasil audit yang dilakukan oleh
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, BPKP
maupun BPK di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan
Medik. Hasil pengawasan BPK menyebutkan bahwa
dari 1,2 triliun anggaran yang disclaimer sebagian
besar berasal dari kantor daerah. Ada 4(empat) kriteria
terhadap hasil pengawasan yang dilakukan oleh BPK,
yaitu :
1. Wajar tanpa pengecualian
2. Wajar dengan pengecualian
3. Tidak memberikan pendapat → disclaimer
4. Tidak wajar
Sumber disclaimer yang cukup besar salah
satunya berasal dari anggaran TP di mana yang
menggunakannya adalah RSUD maupun BLK/Labkesda
milik provinsi/kabupaten/kota. Khusus untuk alat
Penyerahan DIPA Tugas Pembantuan TA. 2010Ditjen Bina Pelayanan Medik
ragam
37Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
kesehatan yang dibeli dari sumber anggaran TP akan
dihibahkan dari Kementerian Kesehatan menjadi aset
daerah. Untuk proses hibah tersebut diperlukan laporan
Barang Milik Negara (BMN) dari satker penerima
anggaran TP. Seringkali proses administrasi ini tidak
diperhatikan dengan baik sehingga sering menjadi
temuan pemeriksa dan akhirnya menjadi disclaimer.
Sumber disclaimer lainnya adalah pembelian alat-alat
kesehatan yang kecil dan mobile, seperti thermometer,
timbangan, tensimeter, stetoskop; dimana ketika akan
dihibahkan barangnya sudah tidak ada lagi.
Pemanfaatan anggaran Tugas Pembantuan dapat
digunakan untuk mencapai sasaran Program Upaya
Kesehatan Perorangan dengan memperhatikan menu
untuk pemenuhan sarana, prasarana dan alat dalam
rangka :
1. Peningkatan mutu pelayanan 4 spesialis dasar
(Penyakit Dalam, Kandungan & Kebidanan,
Bedah, Anak) dan 3 spesialis penunjang (Anestesi,
Radiologi, Patologi Klinik) serta penunjang Non
Medis (Kitchen, Laundry, IPAL, CSSD, dll) dalam
rangka mendukung program Dokter Spesialis
Berbasis Kompetensi (PDSBK)
2. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan untuk
peningkatan mutu pelayanan di kelas III RS
3. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan untuk
pelayanan Gawat Darurat
4. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan untuk
pelayanan PONEK termasuk pelayanan Darah dan
Laboratorium
5. Akreditasi RS/Labkes
6. Pemenuhan kebutuhan dana pendamping sesuai
perjanjian Pemerintah dengan negara donor.
Dalam pelaksanaan anggaran Tugas Pembantuan
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pembangunan hanya untuk gedung pelayanan
(seperti gedung poliklinik/ rawat jalan, gedung
rawat inap, gedung Unit/ Instalasi Gawat Darurat,
Kamar Operasi (OK), Gedung Radiologi, gedung
ICU, dll)
2. Pengadaan peralatan non medik (meubelair, lift, AC,
nurse call, dll) hanya untuk kelengkapan gedung
baru
3. Biaya operasional pemeliharaan untuk gedung dan
peralatan rumah sakit disesuaikan dengan status
kepemilikan rumah sakit
4. Tidak diperbolehkan untuk gedung kantor,
gedung asrama, rumah dokter, rumah direktur,
garasi, workshop, aula, masjid, jalan lingkungan/
kompleks, parkir, pagar atau taman.
Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik
menggarisbawahi hal penting yang sering dilupakan,
yakni tentang peran Dinas Kesehatan Provinsi. Seringkali
usulan/proposal kegiatan disampaikan RSUD/BLK/
Labkesda langsung kepada Kementerian Kesehatan
cq. Ditjen Bina Pelayanan Medik tanpa melalui Dinas
Kesehatan Provinsi setempat. “Ini harus diluruskan,”
kata Dirjen Bina Yanmed. Beliau melanjutkan, “ Dinas
Kesehatan Provinsi adalah kepanjangan tangan dari
Kementerian Kesehatan yang ada di daerah. Mereka
lebih mengetahui keadaan RSUD di wilayahnya. Jadi
semua usulan yang masuk baru akan kami proses
ketika ada rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi
setempat. Ini menguntungkan bagi kami, karena cukup
memonitor 33 provinsi yang ada di Indonesia, bukan
700-an satker yang ada yang pasti sangat memusingkan.”
Sehingga untuk sekarang dan masa yang akan datang,
semua usulan yang masuk ke Kementerian Kesehatan RI
harus melalui Dinas Kesehatan Provinsi dulu baru dapat
diproses di Ditjen Bina Pelayanan Medik. Tentunya hal
ini menjadi catatan penting dan sentilan bagi RSUD
yang mengajukan usulannya langsung tanpa melalui
Dinkes Provinsi setempat.
(OcKTI, PROgRAM & INFORMASI SETDITJEN BINA YANMED)
ragam
38 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Regulasi Pemerintah vs Reformasi Rumah Sakit: Sejalankah?
Catatan kecil dari Seminar dan Forum Alumni & Mahasiswa MMR Fakultas Kedokteran UGM, Juli 2010
Satu potret sebuah RSUD di Jawa, agak pelosok untuk ukuran Pulau Jawa, dengan susah payah menggeliat untuk bertahan, meskipun dengan peralatan kesehatan seadanya serta dokter spesialis yang terbatas
jumlahnya. Sementara di Jakarta, rumah sakit tumbuh bak jamur di musim hujan, berkembang dan berkompetisi begitu tajam. Adu kecanggihan teknologi alat kesehatan, dokter sub spesialis yang bertebaran,
serta bangunan gedung yang sedemikian menawan.
Ya, inilah Indonesia. Kesenjangan yang terjadi
demikian besarnya. Contoh di atas baru yang
terjadi di pulau Jawa, sementara kita semua
tahu bahwa Indonesia adalah Sabang sampai
Merauke. Dapat dibayangkan keberagaman yang ada di
dalamnya serta berbagai masalah yang menyertainya.
Sebuah pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi
pengambil kebijakan untuk menata keadaan ini dan
berusaha untuk memperkecil kesenjangan yang
terjadi.
Reformasi rumah sakit adalah proses perubahan yang
berlangsung terus menerus secara berkesinambungan
mengikuti kebutuhan penggunanya. Rumah sakit
dituntut terus berkembang dan berevolusi layaknya
makhluk hidup yang harus menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Undang-Undang nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang nomor
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit ‘memaksa’ rumah
sakit untuk berubah. Tekanan perubahan yang tak kalah
kuatnya muncul dari tuntutan masyarakat terhadap
peningkatan mutu dan kualitas pelayanan rumah sakit,
di samping pengaruh politik dari dalam maupun luar
negeri.
Bentuk nyata dari amanat UU tentang Rumah Sakit
adalah perubahan kelembagaan rumah sakit menjadi
Badan Layanan Umum. Alex Prekker dan April Harding
dari World Bank menggambarkan skenario hospital
reform sebagai perubahan bentuk manajemen rumah
sakit dari budgetary unit ke otonomi pengelolaan.
Asumsi mendasar dalam model reformasi ini adalah
bahwa lingkungan bisnis rumah sakit yang sangat
dinamis akan mendorong rumah sakit hidup dalam
‘suasana pasar’. Konsep manajemen yang dipergunakan
harus direformasi. Rumah sakit harus memiliki metode
dan strategi pemasaran yang tepat agar memiliki
daya saing yang tinggi, mampu bertahan dan mampu
melayani kebutuhan pasien dengan memuaskan.
Demikian dinamisnya perubahan rumah sakit di
kota-kota besar di Indonesia, namun masih banyak
juga pasien yang pergi ke luar negeri untuk mencari
pengobatan. Di sisi lain, pernahkah terbayangkan
bagaimana kondisi rumah sakit di pelosok negeri ini,
terpaparkan mereka dengan perubahan-perubahan
ini? Bukankah seluruh manusia Indonesia berhak akan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan memadai?
Dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 3 dinyatakan
bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak. Negara, dalam hal ini Kementerian
Kesehatan, mempunyai tanggung jawab besar dalam
penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil,
merata dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Kementerian Kesehatan dituntut dapat membuat
kebijakan, regulasi maupun program-program kerja
yang tepat dan ‘membumi’, yang artinya dapat
diterjemahkan dan dipergunakan oleh seluruh fasilitas
ragam
39Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
kesehatan yang ada.
Kementerian Kesehatan telah
membuat road map rumah sakit,
yakni garis-garis besar kebijakan,
program dan kegiatan prioritas
dalam bidang perumahsakitan
yang akan menjadi landasan
bersama antar institusi pemerintah
dan swasta dalam mewujudkan
terjaminnya pelayanan kesehatan
yang lebih merata, terjangkau dan
berkeadilan. Ada 7 (tujuh) road map
perumahsakitan di Indonesia :
1. Rumah sakit berstandar
internasional di lima kota
selama lima tahun
2. Meningkatkan kemampuan
dan jumlah rumah sakit dalam
mengantisipasi pencapaian
universal coverage, di antaranya
dengan RS tanpa kelas
3. Akreditasi seluruh rumah sakit
di Indonesia selama lima tahun
4. Program keselamatan pasien
dilaksanakan seluruh rumah
sakit di Indonesia
5. Peningkatan mutu pelayanan
kesehatan di daerah tertinggal,
terpencil, perbatasan dan
kepulauan (DTPK), program
pengembangan RS bergerak
dan Flying health care
6. Menghidupkan sistem rujukan
nasional
7. Meningkatkan pendukung
atau penunjang pelayanan
kesehatan, antara lain
dengan membentuk jaringan
laboratorium referensi, jaringan
penunjang medik, dll
Rumah sakit berstandar
internasional adalah jawaban
Pemerintah terhadap makin
banyaknya WNI yang berobat ke
luar negeri. Isu mutu pelayanan
yang kurang memuaskan serta
mahalnya biaya pengobatan di
dalam negeri menjadi alasan
utama WNI berobat ke luar negeri.
Selain itu adanya perjanjian WTO
tentang perdagangan jasa (GATS
= General Agreement on Trade
in Services) dan Liberalisasi Jasa
Bidang Kesehatan di lingkungan
negara-negara ASEAN membuat
pelayanan kesehatan dituntut agar
berstandar internasional. Reformasi
rumah sakit di Indonesia menjadi
wajib hukumnya agar mampu
berkompetisi dengan rumah sakit
di negara-negara tetangga baik dari
segi kualitas pelayanan maupun
biaya pengobatan. Tentunya
standar internasional yang melekat
pada rumah sakit harus disertai
dengan kesiapan rumah sakit untuk
diakreditasi oleh badan akreditasi
internasional.
Universal coverage adalah
implementasi dari UUD 1945 pasal
28H ayat 1 dan Undang-undang
Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN). Program Jamkesmas adalah
salah satu program Pemerintah
dalam upaya mencapai universal
coverage. Jika universal coverage
tercapai, cakupan rawat jalan dan
rawat inap di rumah sakit pastilah
meningkat secara signifikan.
Antisipasi Pemerintah terhadap
kondisi yang akan terjadi ini adalah
dengan meningkatkan jumlah
tempat tidur untuk perawatan kelas
III di rumah sakit, mendirikan rumah
sakit tanpa kelas, memperbaiki
dan meningkatkan sarana dan
prasarana kesehatan yang ada di
seluruh RSUD provinsi/kabupaten/
kota.
Amanat UU Rumah Sakit Tahun
2009 mengharuskan seluruh rumah
sakit untuk diakreditasi. Dengan
akreditasi rumah sakit maka standar
pelayanan, standar keselamatan
dan standar mutu rumah sakit
dapat dipertanggungjawabkan.
Dari sisi pasien, mendapatkan
pelayanan yang memenuhi
standar keselamatan dan standar
mutu jelas merupakan hak
mereka. Hanya saja rumah sakit
mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda dalam merespon
dan mengantisipasi hal ini. Untuk
itulah akreditasi yang dilakukan
oleh lembaga independen menjadi
jawaban untuk quality control yang
menilai secara berkala (minimal
3 tahun sekali) standar kelayakan
sebuah rumah sakit.
ragam
40 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Penyakit Buerger adalah kelainan yang
disebabkan oleh trombo-oklusi segmental dari
arteri-arteri sedang-kecil. Biasanya mengenai
ekstremitas bawah, dan pada pasien usia
muda dengan riwayat merokok. Buerger’s Disease ini
ditemukan sejak tahun 1897 oleh Felix von Winiwater,
ahli bedah asal Austria. Winiwater menemukan
terjadinya perubahan sel-sel intima pembuluh darah
atau proliferasi yang merupakan proses awal terjadinya
penyakit.
Namun, 30 tahun kemudian, penyakit ini berubah
nama menjadi von Winiwater- Buerger’s Disease setelah
Leo Burger, Dokter di New York, AS menemukan proses
proliferasi itu ternyata bisa mengakibatkan terjadinya
gangren (pembusukan). Disimpulkan, penyakit ini
menyangkut pembuluh darah arteri sedang atau kecil
yang mengalami infeksi. Infeksi ini membuat pembuluh
darah mengecil dan membuntu sehingga timbul
trombosis (gumpalan darah).
Trombosit adalah reaksi peradangan di sekitar
pembuluh darah (vaskuler) yang menimbulkan
penggumpalan darah. Namun, reaksi yang ditimbulkan
penyakit ini berbeda dengan reaksi akibat arteriosis
(penyempitan pembuluh darah karena timbunan lemak).
Pembuluh darah yang membuntu itu mengakibatkan
aliran darah yang membawa makanan dan oksigen tidak
bisa masuk ke organ tubuh di bawahnya. “ Biasanya,
pembuluh darah yang mengecil bermula dari organ
tubuh paling distal (jauh). Seperti ujung tangan dan
kaki.”
Sayangnya, sampai saat ini, belum ditemukan sebab
pasti Buerger’s Disease ini. Namun, dari bukti-bukti yang
ada, biasanya penyakit mulai menyerang antara usia 30-
40 tahun. Dan, dari penelitian didapatkan lelaki lebih
banyak mengidap penyakit ini daripada perempuan.
Penyakit ini juga berkaitan erat dengan ras, keturunan,
jenis pekerjaan, dn kebiasaan merokok. Selain itu, secara
patologi, mereka yang mengalami panvasculitis atau
peradangan pembuluh darah secara menyeluruh juga
beresiko mendapatkan Buerger’s Disease.
BUERGER’S DISEASE SERANG PEROKOK MUDA
Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui secara
jelas, tetapi penyakit buerger banyak ditemukan pada
perokok berat atau mereka yang merokok pada usia
yang masih terlalu muda. Penyakit ini jarang ditemukan
pada mereka yang tidak merokok
KLASIFIKASI STADIUM 1, 2, 3, 4 BUERGER’S DISEASE
?
Buerger’s Disease ini dikalsifikasiakn dalam empat
stadium :
GEJALA STADIUM PERTAMA (1) : •Umumnya tidak khas. Hanya ditandai dengan
seringgnya kesemutan, kram, dan rasa tidak nyaman
pada kaki.
STADIUM KEDUA (2) :•Terjadi nyeri yang hilang timbul pada kaki saat jalan
yang biasa disebut claudicatio intermitten. Akibatnya,
kemampuan berjalan si penderita berkurang. ” Bila
sehari-hari penderita bisa berjalan 10 km, pada stadium
dua akan merasa nyeri setelah berjalan 3 km. Tapi,
setelah beristirahat nyerinya akan hilang”.
STADIUM TIGA (3) : •Terjadi rest pain. Yakni nyeri menetap meski penderita
sudah istirahat.
Penyakit Buerger’s DiseaseOleh : Dr. Tangkas Sibarani, Sp.OT FICS
ragam
41Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
PUNCAKNYA PADA STADIUM EMPAT, (4) •Terjadi pembusukan jaringan atau gangren pada
organ tubuh yang paling distal. Biasanya ditandai jari-
jari membiru bahkan menghitam, seperti membusuk.
Untuk ini, jalan satu-satunya terpaksa diamputasi. Untuk
itu, mereka yang menunjukkan tanda-tanda stadium
satu (1) seharusnya memeriksakan diri ke dokter untuk
mencari penyebab masalah tersebut.
APA PENYEBAB BUERgER’S DISEASE ?Penyebab penyakit ini belum diketahui secara jelas.
Penyakit ini sering di derita pria dewasa muda hingga
usia pertengahan (20-40 tahun) terutama perokok berat.
Penyakit ini jarang ditemukan pada bukan perokok,
oleh sebab itu merokok merupakan faktor penyebab
timbulnya penyakit ini. Kira-kira 40% penderita memiliki
riwayat peradangan pembuluh pena ( blebistis) yang
berperan penting dalam perkembangan penyakit
buerger . penyakit ini terutama terjadi pada tungkai,
tetapi dapat terjadi pada lengan. Gejala awal berupa
menurunnya aliran darah ( iskemia pada arteri) serta
peradangan pembuluh darah supervisiar ( dibawah
permukaan kulit).
BAgAIMANA gEJAlA BUERgER’S DISEASE ?Gejala klinis penyakit bueger adalah gejala-gejala
iskemia pada ekstremitas ( terutama tungkai ) , seperti
: pucat, nyeri, hilangnya pulsasi, dan INFARK. Jarang
ditemukan claudi clasio , dan bila ditemukan biasanya
hanya terasa ditungkai. Pemeriksaan arteriografi
umumnya menunjukkan pembuluh yang normal di atas
poplitea.
Gejala utama adalah rasa sakit pada daerah yang
dipengaruhinya. Timbulnya penyakit ini secara perlahan-
lahan dan pertama kali timbul pada tungkai dan lengan.
Peradangan terjadi pada arteri dan vena berukuran
sedang dan kecil dipermukaan tubuh. Pada kasus yang
lebih lanjut pembuluh darah pada bagian lain tubuh
dapat juga dipengaruhi . Terjadi penurunan aliran darah
secara progresif pada daerah yang dipengaruhi. Denyut
nadi pada tungkai sangat lemah atau tidak teraba. Aliran
darah yang sangat berkurang dapat menyebabkan
gangren yaitu matinya jaringan tubuh akibat aliran
darah yang sangat terbatas. Penderita mengeluh rasa
dingin pada ujung-ujung lengan yang mirip dengan
gejala penyakit raynaud. Pada keadaan ini, warna kulit
lengan berubah warna menjadi putih, biru dan merah
jika terpapar dengan udara dingin.
FAKTOR RESIKO BUERgER’S DISEASE Merokok diyakini meningkatkan resiko terjadinya
buerger’s disease. Ini belum jelas bagaimana tembakau
meningkatkan resiko terjadi buerger’s disease tetapi data
klinis menunjukkan setiap terdiagnosa buerger’s disease
perokok. Mungkin bahan kimia yang terkandung di
tembakau mengiritasi indotel sehingga terjadi inflamasi.
Peningkatan jumlah wanita perokok menyebabkan
peningkatan insiden pasien wanita di Negara-Negara
Barat.
DIAgNOSIS BUERgER’S DISEASE Diagnosis dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis,
penderita sering mengeluh mati rasa, rasa gatal, atau
rasa panas pada daerah yang dipengaruhi sebelum
peradangan pada pembuluh darah jelas terlihat. Pada
pemeriksaan tambahan bisa dengan arteriografi
TERAPI BUERGER’S DISEASE
Tidak ada pengobatan atau pembedahan yang efektif
untuk kelainan ini. Penderita harus berhenti merokok
untuk mengurangi gejala-gejala yang dikeluhkan. Obat-
obat vasedilator yang melebarkan diamater pembuluh
darah dapat diberikan pada penderita, tetapi tidak
efektif.. Hindarilah daerah tubuh yang terkena terhadap
paparan panas dan dingin hindarilah daerah yang
dipengaruhi penyakit ini terhadap trauma dan jika
terjadi infeksi harus segera diobati, tindakan operasi
bisa dengan simpatectomy.
PROgNOSIS BUERgER’S DISEASEPenyakit ini semakin memburuk pada penderita
yang tetap merokok . Daerah tubuh yang mengalami
kematian jaringan ( gangren) harus segera diangkat /
dibuang dengan tindakan pembedahan.
PENcEgAHAN BUERgER’S DISEASEMerokok merupakan satu-satunya penyebab yang
diketahui dan harus dihindari.
ragam
42 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik
INSTAlASI Radiologi RSUP H. Adam Malik kini mengalami perubahan yang pesat baik dari segi pelayanan, sarana prasarana maupun peralatan karena telah didukung sepenuhnya dari jajaran manajemen RSUP H. Adam Malik.
Saat ini telah dilakukan pembenahan di Instalasi Radiologi dari segi pelayanan dengan tujuan memberi kepuasan kepada pelanggan atau pasien.
Motto Radiologi Kepuasan pelanggan adalah kebanggaan kami.
Instalasi Radiologi di bagi menjadi 2 bagian yaitu :1. Bagian Radiotherapi.2. Bagian Radiodiagnostik
Apa Keunggulan di bagian Radiotherapi?
Bagian Radiotherapi saat ini menjadi satu-satunya •unggulan di Sumatera Bagian Utara. Bagian
Gb. Alat CT Simaulator yang HiTech.
Gb. Pasien di atur untuk disinar dengan Linac .
Gb. Alat Brachytherapi.
Radiotherapi saat ini melayani penyinaran berbagai macam penyakit kanker dengan menggunakan alat teknologi terbaru yaitu Linear Accelerator biasa disebut dengan Linac digunakan untuk penyinaran dari luar. Kapasitas maksimal penggunaan Linac 60 orang/hari.Untuk penyinaran dari dalam (Internal Therapy •bagian Radioteraphi) dengan menggunakan alat Brachytherapi.CT Simulator suatu alat pendukung Linac yang •digunakan sebelum penyinaran ( Planning Pasien yang akan di Radiotherapi )
Apa keunggulan di Bagian Radiodiagnostik ?Bagian Radiodiagnostik melayani jenis pemeriksaan yaitu : 1. Pemeriksaan Radiografi2. Pemeriksaan Fluoroskopi3. Pemeriksaan USG 3/ 4 Dimensi4. Pemeriksaan ST Scan.5. Pemeriksaan Mammografi (payudara)6. Pemeriksaan Panoramik (gigi)
Dengan harga yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Jenis Pasien yang dilayani :
Pasien Jamkesmas, Askes •Sosial, Umum, Jamsostek, •Medan Sehat, Jamkesda. •
ragam
43Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Dalam rangka mendukung upaya
pemerataan akses pelayanan kesehatan
melalui penyediaan tenaga kesehatan
dalam jumlah, jenis dan kualitas tenaga
yang memadai di daerah perbatasan
dengan Negara lain, tertinggal dan kepuluan terluar
(DTPK). Program ini menjadi prioritas sesuai dengan
amanat Instruksi Presiden nomor : 1 tahun 2010 tentang
Prioritas Pembangunan Nasional.
Sarana pelayanan kesehatan yang menjadi prioritas
di DTPK adalah sebanyak 101 Puskesmas dan RSUD
di 35 Kabupaten/Kota yang memenuhi criteria
DTPK di 12 Propinsi yaitu Sumatera Utara, Bengkulu,
Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Utara, Papua dan Papua Barat.
Beberapa sarana pelayanan kesehatan terpencil dan
sangat terpencil lainnya merupakan prioritas untuk
penempatan tenaga kesehatan.
Mekanisme penempatan tenga Kesehatan di DTPK
yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan adalah :
1. Pegawai Tidak Tetap (PTT) dokter, dokter gigi
dan bidan di Puskesmas
2. Penugasan khusus residen senior di RSUD
Kabupaten/Kota
3. Penugasan khusus tenaga kesehatan Diploma
3 antara lain perawat, sanitarian, gizi, analis
kesehatan, farmasi dan kesehatan gigi
Program ini dilaksanakan berupa penugasan khusus
tenaga kesehatan D3 tahun 2009 pada 1-2 Puskesmas
DTPK di 35 Kabupaten/Kota di 12 Propinsi prioritas
dengan jumlah tenaga kesehatan yang direkrut dan
ditempatkan sebanyak 135 tenaga kesehatan. Pada
tahun 2010 jumlah tenaga kesehatan penugasan
khusus meningkat menjadi sebanyak 303 tenaga
kesehatan. Penugasan residen senior dimulai tahun
2006, jumlah penugasan khusus residen senior yang
ditempatkan tahun 2009 sebanyak 83 orang untuk
tahun 2010 sampai bulan April telah ditempatkan
sebanyak 50 orang. Jumlah target yang diharapkan
dapat ditempatkan selama tahun 2010 adalah 700
residen. Lokasi penugasan pada RSUD Kabupaten/
Kota di 6 Propinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Utara, Gorontolo, Nusa Tenggara Timur,
Nusa Tenggara Barat dan Papua sedangkan penugasan
PTT juga diprioritaskan untuk daerah terpencil dan
sangat terpencil, program ini sejak tahun 1990 sampai
sekarang.
Pada periode Januari – April 2010, pembukaan
peluang kerja bagi pegawai tidak tetap (PTT) dokter
dan dokter gigi sepi dari peminat karena dari formasi
685 dokter umum yang tersedia hanya terisi 618 dokter
sedangkan 444 formasi dokter gigi yang tersedia hanya
151 yang terisi. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat
untuk bertugas di daerah DTPK sangat kecil. Fenomena
ini sangat ironis karena ada disparitas yang tinggi antar
daerah di Indonesia.
Faktor-faktor yang menyebabkan formasi kesehatan
tidak terisi penuh adalah :
a. Banyaknya pelamar memilih daerah yang
terpencil tapi makmur dan akses transportasi
yang tidak terlalu sulit.
b. Pelamar yang tidak lolos pada pilihan pertama
diberi penawaran ditempatkan pada opsi kedua,
ternyata banyak yang pilih mengundurkan diri,
karena daerah tersebut akses sulit
c. Pelamar lebih baik ikut pembukaan PTT
selanjutnya karena Kemenkes membukan
lowongan PTT tiga kali.
d. Dokter atau Dokter Gigi banyak yang patah
semangat melihat kondisi daerah dan akses
transportasi yang sulit.
Program DTPK akan berlanjut untuk tahun 2011
dengan penambahan target sebanyak 1.245 tenaga
kesehatan dengan peningkatan jumlah Puskesmas
yang akan dicakup. Pelaksanaannya akan berkoordinasi
dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/
Kota setempat serta koordinasi dengann lintas sektor
lainnya agar mendukung sarana, prasarana di lokasi
penempatan.AUlIYANA/PElITA/DESI
Penempatan Tenaga Kesehatan Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan Terluar Sepi Peminat
ragam
44 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Pemanfaatan Teknologi InformasiSebuah Tuntutan dan
TantanganProfesionalismeBagi ARSIPARIS
Oleh: Susi Haryanti
A. PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi ini yang ditandai oleh iklim
yang sangat kompetitif, ketersediaan informasi yang
tepat waktu dan akurat sangat dibutuhkan oleh
organisasi manapun dalam menunjang usahanya.
Akhir-akhir ini manajemen informasi mendapat
perhatian yang sangat besar, baik oleh instansi
pemerintah maupun swasta. Ada dua faktor utama
yang mendorong hal tersebut yakni (1) kegiatan
usaha yang cenderung semakin kompleks dan (2)
kemampuan komputer yang cenderung meningkat
(McLeod,1995). Kompleksitas kegiatan usaha ini
didorong oleh beberapa hal, diantaranya pengaruh
perekonomian internasional, kompetisi yang bersifat
global, teknologi yang digunakan semakin kompleks
serta tuntutan masyarakat akan pelayanan yang
cepat. Dapat dikatakan, di era kejagatan ini, informasi
merupakan suatu kekuatan atau yang dikenal dengan
istilah ”information si power”.
Perkembangan teknologi informasi bukanlah suatu
mukjizat, dimana teknologi tersebut datang secara
tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses yang panjang
dan bertahap. Diawali dari revolusi industri dimana
laju pertumbuhan ekonomi tidak lagi dapat dihindari,
maka terjadilah apa yang disebut beniger dalam Putu
Laxman Pendit (1994) sebagai krisis pengendalian
dan pengawasan, yang juga berdampak pada
pembengkakan birokrasi yang menimbulkan masalah-
masalah baru, pada saat inilah timbul dorongan-
dorongan yang kuat untuk menciptakan teknologi baru
yang dapat mengatasi kelambanan manusia dalam
mengolah informasi dalam rangka pengawasan dan
pengendalian tersebut. Pada akhirnya lahirlah teknologi
informasi dengan anak emasnya yaitu komputer.
Perkembangan teknologi komputer saat ini sangat
luar biasa, dan ini mungkin perkembangan teknologi
yang paling pesat dibandingkan dengan perkembangan
teknologi lainnya. Dampak perkembangan teknologi
ini telah merambah semua lapisan kehidupan manusia.
Hampir semua kantor baik pemerintah apalagi swasta
telah memanfaatkan teknologi dalam menjalankan
kegiatannya, karena tak dapat dipungkiri bahwa
pengelolaan informasi berbasis teknologi akan semakin
mudah dilakukan dalam jumlah besar dan dengan
kecepatan yang luar biasa. Apalagi dengan adanya
jaringan yang mendunia sehingga komunikasi atar
manusia akan lebih mudah dibelahan dunia manapun
akan semakin meningkat dan aksesibilitas informasi
telah berubah menjadi diluar dugaan sebelumnya.
B. DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP
KEARSIPAN
Dengan boomingnya teknologi informasi seperti
yang diuraikan diatas tadi, dan pemanfaatannya dalam
melakukan kegiatan organisasi bukan suatu fenomena
yang baru lagi saat ini. Pemanfaatan komputer secara
universal untuk berkomunikasi dan berkorespondensi
yang merupakan darah kehidupan suatu organisasi
tampaknya tidak lagi dapat terelakkan, demikian pula
halnya dalam pengelolaan arsip secara keseluruhan, ini
merupakan tantangan tersediri bagi pekerja informasi
atau arsiparis.
ragam
45Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
C. BERUBAHKAH PERAN ARSIP SEHUBUNGAN DENGAN
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI ?
Lundgren and Lundgren dalam Record Management
in the Computer Age menjelaskan, bahwa arsip
merupakan suatu bukti dari suatu kejadian atau
kegiatan yang direkam yang bersifat tangible sehingga
memungkinkan untuk diketemukan kembali (1989:4).
Dalam arti ini, maka :
1. Arsip harus merupakan evidence (bukti) dari
suatu kejadian, tetapi bukti tersebut memiliki
arti sosial;
2. Arsip harus disimpan dalam bentuk yang nyata
misalnya dalam media kertas, film dan media
magnetik;
3. Arsip harus dapat diketemukan kembali secara
fisik maupun informasinya.
Pendapat lain yang disampaikan oleh Smith, yang
membagi media arsip ke dalam beberapa kategori
yaitu :
1. Arsip-arsip dengan media elektronik yang meliputi
cakram magnet, disket, pita magnet dan cakram
optik. Umumnya media elektronik digunakan
untuk menyimpan informasi arsip dalam kapasitas
yang besar.
2. Media mikrofotografik yang meliputi mikrofilm atau
microfiche dan bentuk miro lain yagn dihasilkan
oleh komputer. Media ini digunakan untuk
menyimpan informasi yang membutuhkan akses
cepat atau penyimpanan yang sangat lama.
3. Arsip-arsip bermedia kertas. Arsip ini umumnya
berbentuk hardcopy seperti memo, surat, kontrak-
kontrak dan sebagainya. Keuntungan bentuk
ini adalah dapat menyediakan informasi untuk
referensi jangka pendek dan sering kali digunakan
untuk arsip vital.
4. Media penyimpana terakhir menurut Smith adalah
video dan suara atau biasa dikenal dengan media
audio visual. Media ini digunakan untuk menyimpan
arsip-arsip gamber bergerak serta suara seperti
kaset audio dan kaset video. Kecenderungan
terakhir mengarah kepada media digital seperti
laserdisc, video compact disc yang menyimpan
arsip-arsip multimedia, teks, gambar, grafik dan
suara.
Bila dikaitkan dengan pengertian arsip yang
termuat dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1971,
secara eksplisit mengatakan bahwa arsip juga termuat
dalam berbagai media, termasuk arsip elektronik.
Dengan demikian pengertian arsip tidak berubah
sehubungan dengan pemanfaatan teknologi informasi
dalam menunjang kegiatan organisasi.
Arsip merupakan bukti adanya pelaksanaan
kegiatan administrasi atau bukti berjalannya suatu
fungsi organisasi. Sehingga terciptanya arsip mustahil
untuk dihindarkan. Arsip sebagai sumber informasi
terekam dibutuhkan dan dipertahankan oleh lembaga
untuk kepentingan informasi, pembuktian dan
akuntabilitas. Arsip dipertahankan karena informasi
yang dikandungnya yang diperlukan untuk mendukung
kegiatan bisnis terutama dalam prosespengambilan
keputusan dan kebijakan pada level pimpinan. Arsip
juga merupakan alat bukti dalam melindungi suatu
organisasi dalam kasus-kasus hukum atau tuntutan
lainnya yang memungkinkan untuk memberikan
pembuktian bahwa organisasi tersebut telah bertindak
dengan benar dan telah memenuhi kewajibannya.
Untuk kepentingan tersebutlah maka arsip perlu dikeloa
secara profesional. Dari pernyataan tersebut dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa arsip tidak hanya
endapan kegiatan organisasi tetapi arsip sebagai suatu
sumber informasi merupakan aset penting sekaligus
juga merupakan bahan bukti dan akuntabilitas sehingga
organisasi dapat mencapai tujuannya.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam menunjang
pelaksanaan kegiatan organisasi tidak merubah arti
dan peranan arsip itu sendiri. Hanya saja yang berbeda
adalah media dan cara pengelolaanya, umumnya arsip
yang tercipta dari pemanfaatan teknologi informasi atau
komputer disebut dengan arsip elektronik. Menurut
ISO resources management standard pengertian arsip
elektronik adalah arsip dalam media penyimpanan
elektronik yang dibuat, dikomunikasikan, disimpan dan
diakses menggunakan perangkat elektronik. Dalam
mengelola arsip elektronik, hal yang harus dipahami
dan dipertahankan adalah elemen maya (virtual) yang
dimiliki arsip yang mencakup isi (content), struktur
(structure), konteks (context) sekaligus maknanya
(menaing).
ragam
46 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Dari apa yang di uraikan di atas dapat diketahui
bahwa tidak terjadi pergeseran makna dan peran arsip
itu sendiri sebagai salah satu sumber informasi.
D. APAKAH ADA PERBEDAAN ANTARA ARSIP
MANUAL DAN ARSIP ELEKTRONIK ?
Cara-cara penanganan arsip elektronik boleh
dikatakan secara konseptual sama saja dengan
penanganan arsip pada umumnya. Media komputer
yang dipakai dalam penanganan arsip elektronik tidak
lebih hanyalah merupakan suatu alat (tools). Kegiatan
pengelolaan arsip elektronik meliputi : penciptaan;
deskripsi; filing dan rujukan.
Menurut Rick dan Gow (1984) ada tiga pendekatan
untuk menangani manajemen arsip yaitu : internal
tak terstruktur; pendekatan internal terstruktur
dan pendekatan eksternal. Pendekatan internal
tak berstruktur dilakukan oleh seseorang untuk
menentukan arasip mana yang bernilai dan harus
disimpan, dan mana arsip yang tak bernilai guna.
Pendekatan internal berstruktur mempercayakan pada
suatu sistem untuk mengumpul dan memaintain arsip-
arsipnya. Sedangkan pendekatan eksternal adalah
mempercayakan pihak ketiga untuk mengelol arsip
yang ada. Arsip elektronik tidak terlalu tergantung
kepada ketiga pendekatan tersebut.
E. PERMASALAHAN KEARSIPAN SEHUBUNGAN
PAMANFAATAN TI
Begitu hebatnya perkembangan teknologi
informasi, sampai-sampai seringkali dilupakan bahwa
pemanfaatan teknologi informasi dalam pelaksanaan
kegiatan organisasi hanyalah alat penunjang
pelaksanaan kegiatan. Anggapan yang ada bahwa
teknologi informasi adalah segala-galanya. Anggapan
ini juga berpengaruh pada arsip. Kita memang setuju
bahwa tak ada yang kebal dengan perkembangan
teknologi informasi ini, tapi bukan berarti teknnologi
adalah segala-galanya. Ada beberapa permasalahan
yang timbul dalam bidang kearsipan sehubungan
dengan pemanfaatan teknologi dalam pelaksanaan
kegiatan, yaitu :
1. Kecepatan perkembangan teknologi menyebabkan
arsip yang tercipta dari generasi sebelumnya sulit
terbaca, sehingga informasi yang terkandung
dalam arsip tersebut tidak dapat dimanfaatkan;
2. Kebocoran informasi karena kemudahan akses
3. Kebebasan individu untuk memperoleh informasi
antara free dan fee
F. TANTANGAN BAGI ARSIPARIS
Seperti yang telah di uraikan di atas, bahwa
perkembangan teknologi tidak mungki dapat terelakkan.
Imbasnya juga pada bidang kearsipan. Sebagai
pengelola kearsipan, tentunya arsiparis harus merespon
perkembangan dan kemajuan tersebut. Belum lagi
dapat membuktikan apakah arsiparis ”pemulung” atau
profesional informasi, lagi-lagi mau tidak mau dan suka
atau tidak suka arsiparis dihadapkan kembali dengan
permasalahan baru yaitu pemanfaatan teknologi
informasi dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Dampak lain dari perkembangan teknologi informasi
ini yang tidak kalah pentingnya adalah adanya ’jurang
digital’ (digital divide). Jurang ini semakin kompleks
bukan lagi mengenai persoalan kepemilikan dan akses
ke komputer yang berbeda antara kaum berpunya dan
kaum tak berpunya. Dan jurang ini semakin bertingkat
sesuai dengan ekonomi, pendidikan, usia dan bahkan
sampai dengan latar belakang etnik. Jurang ini juga
bersifat dinais mengikuti perkembangan teknologi itu
sendiri. Ini merupakan tantangan besar bagi arsiparis
sebagai profesional informasi.
G. PENUTUP
Perkembangan teknologi dan pemanfaatannya untuk
menunjang kegiatan organisasi tampaknya bukan lagi
fenomena baru saat ini. Pemanfaatan teknolgi tersebut
dengan segala kelebihan dan kekurangannya tentu
merupakan tantangan tersendiri bagi arsiparis sebagai
profesional informasi. Berbagai persoalan kearsipan
yang muncul harus dicarikan jalan keluarnya. Realitas
suatu arsip ternyata tidak hanya pada informasi yang
terdapat dalam tiap lembaran arsip tetapi juga pada
fisiknya. Hal ini berhubungan dengan keotentikan
suatu arsip. Ini juga merupakan bagian dari masalah
yang dihadapi sehubungan dengan pemanfaatan
teknologi infomasi di organisasi.
ragam
47Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Akhir dari tulisan ini adalah seberapa mampukah
arsiparis menjawab tantangan ini ? maju dengan
berani atau mundur dengan segala konsekuensinya
? Mampukah kita arsiparis bangkit dari zero menjadi
menjadi hero ? Ini merupakan tantangan tersebesar
bagi arsiparis kita saat ini.
Daftar Pustaka :
Amsyah Zulkifli. 1995. Manajemen Kearsipan. PT Gramedia, Jakarta.
McLeod, R. Management Information Systems, 6th edition. Prentice-Hall, New Jersey.
Laxman Pendit, Putu : ”Seba Open di Jagat Informasi”. Buletin Perpustakaan ”Serat” Universitas Indonesia, Vol 1
No. 2, Desember 2007.
Lundgren and Lundgren. 1989. Record Management in the Computer Age.
Parker, Elizabeth. 1999. Managing Your Organization’s Record. Library Association Publishing, London.
Undang-undang No. 7 Tahun 1971 ” Ketentuan Pokok Kearsipan”
Sungguh mengejutkan, namun itulah kenyataannya. Papan ketik atau keyboard komputer Anda ternyata dapat menjadi sumber penyakit. Sebuah penelitian di Inggris belum lama ini melaporkan bahwa beberapa keyboard di sebuah perkantoran
ternyata menyimpan lima kali lebih banyak jumlah kuman, dibandingkan sebuah kloset di kamar mandi Anda. Penelitian ini diungkapkan oleh seorang ahli yang disewa oleh Majalah Which?Computing untuk membersihkan lebih dari 30 keyboard pada sebuah perkantoran di London.
Dari kain-kain dan sepon pembersih yang dikumpulkan berhasil ditemukan beragam jenis bakteri berbahaya seperti Escherichia coli serta bakteri coliform yang dapat menyebabkan diare atau keracunan. Para ahli juga mendeteksi staphylococcus aureus, sejenis bakteri biasa yang menyebabkan beragam infeksi mulai dari masalah kulit hingga radang paru-paru atau pneumonia. Tiga jenis kuman yang paling sering ditemukan di rumah sakit, yaitu vancomycin-resistant Enterococcus faecium (VRE), methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) and Pseudomonas Aeruginosa (PSAE). VRE dan MRSA, merupakan kuman-kuman yang telah kebal terhadap antibiotika yang umum dipakai seperti vancomycin dan methicillin.
Ahli Mikrobiologi Professor Hugh Pennington mengatakan besar kemungkinan kuman Staphylococcus yang ditemukan dalam keybord tersebut adalah strain MSAA yang sensitif yang telah melumpuhkan salah satu artis film terkenal Inggris, Leslie Ash.
Riset terhadap banyak rumah sakit juga menunjukkan satu di antara lima keyboard dalam ruang perawatan pasien
terinfeksi dengan MRSA. Namun begitu, menghadapi ancaman ini Prof Pennington menawarkan sebuah solusi yang cukup mudah. “Jemur keyboard di bawah sinar matahari. Bakteri tidak tahan radiasi ultraviolet atau kondisi kering yang akan membunuh mereka dengan sangat cepat,” ungkapnya
Sementara itu James Francis, ahli mikrobiologi dari Kingmoor Technical Services, yang terjun langsung dalam penelitian ini, menyatakan dirinya menemukan empat jenis bakteri berbeda. Dari temuannya, ia menyarankan agar keyboard selalu dibersihkan secara rutin supaya tidak menimbulkan risiko kesehatan.
Temuan ini merupakan tindak lanjut dari sebuah survey yang dilakukan majalah Which? Computing yang menunjukkan bahwa satu dari 10 orang tidak pernah membersihkan
komputer. Hanya satu dari empat orang membersihkan keyboard komputer atau laptop sekali dalam sebulan.
Bakteri memang dapat dengan mudah menghuni sela-sela keyboard komputer Anda. Salah satu faktor yang mempermudah masuknya bakteri adalah kebiasaan makan di meja kerja Anda. Remah dan cipratan makanan
yang menempel pada keyboard akan memicu pertumbuhan bakteri. Debu juga bisa menjadi masalah ketika terjebak dalam kelembaban. Kondisi ini akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kuman untuk berkembang biak.
Untuk menghindarinya dilakukan rutinitas mencuci tangan setelah menggunakan komputer, membersihkan tombol secara berkala, melakukan pembasmian hama, serta jangan menggunakan komputer orang berpenyakit menular.
(berbagai sumber)
Papan Ketik Jadi Sarana Kuman
ragam
48 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Penanggulangan Varises Dengan laser
JAKARTA – Bagi setiap orang Varises (varices) adalah
suatu kelainan dinding pembuluh darah yang sifatnya
melebar di permukaan kulit. Varises yang ringan
bukan merupakan masalah karena tanpa keluhan dan
gangguan sama sekali tetapi untuk yang stadium lanjut
dapat mengakibatkan komplikasi seperti : perdarahan,
luka infeksi dan gangguan sirkulasi darah balik dari
paru – paru ke jantung akibatnya bisa meninggal
mendadak.
Varises adalah pembuluh darah balik yang venanya
melebar dan berkelok-kelok akibat gangguan
(hambatan) aliran darah, ini terjadi akibat ketidak
mampuan katub (klep) vena dalam mengatur
aliran darah. Akibatnya aliran darah yang
seharusnya mengalir lancar ke arah
jantung mengalami hambatan dan
terjadi arus balik sebagian aliran
darah dalam pembuluh darah vena
sehingga menjadi melebar dan
berkelok-kelok dan terdapat di kaki.
Angka kejadian wanita sekitar 50 – 55
% sedangkan pria 40 – 50 %, wanita
faktor resikonya lebih besar dari
pada pria, hal ini disebabkan faktor
hormonal dan sering terjadi pada
usia produktif. Pemicunya bisa
disebabkan oleh faktor kegemukan,
berdiri lama (terutama pekerja yang
harus berdiri lama), hamil, obat-obat
kontrasepsi, keturunan dan hormonal.
Pengobatan untuk varises bisa operasi atau
tanpa operasi. Biasanya yang tanpa operasi adalah
stadium ringan yaitu memakai krim, obat-obatan,
suntikan, kaos kaki kompresi, sepatu bertumit tinggi,
bebat elastik, sedangan untuk stadium lanjut bisa
operasi yaitu menghilangkan bagian dengan irisan
kecil atau memakai Endovenous Laser Therapy.
Endovenous Laser Therapy telah ada di RS Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta, untuk itu
pada tanggal 4 Oktober 2010 diadakan konprensi
pers di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
ragam
49Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Jakarta yang dibuka oleh Direktur
Umum dan Sumber Daya Manusia
RS Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita, dr. Iwan Dakota MD,
FIHA dengan didampingi oleh dr.
Hananto Andriantoro, Sp.JP(K)
FICA dan dr. Ismoyo Sunu, MD
dihadiri oleh Wartawan dan Humas
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Medik.
Endovenous Laser Therapy,
biasanya dipergunakan untuk
pengobatan varises stadium lanjut.
Kelebihan dari alat ini pasien di RS
hanya one day care , dibius lokal,
rasa sakit dan efek samping bersifat
minimal, periode pemulihan lebih
cepat dan kemungkinan varises
Tips Pencegahan Varises:Makan makanan yang bergizi •Olah raga teratur•Hindari berdiri terlalu lama, sedapat mungkin relaksasi (yaitu •meluruskan kaki secara berkala dan memijit tungkai sehabis berpegianHindari terlalu lama duduk dengan kaki menyilang•Hindari memakai rok bawahan yang terlalu ketat•Gunakan kaos kaki elastis untuk mencegah penekanan pada •tungkaiBagi yang suka sepatu hak tinggi dapat menggunakannya •agar otot sekitar varises berkontraksi dan untuk memperlancar aliran darah
akan muncul kembali setelah dilaser
sekitar 4 %.
Di RS Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita biayanya sekitar
10 s/d 20 juta untuk general dan
tergantung lebarnya varises, tetapi
pembiayaan belum bisa memakai
Askes, Jamkesmas dan Jamkesda.
Sedangkan varises yang ringan,
lasernya seperti mesin foto kopi
dengan biaya sekitar 3 s/d 5 juta
dan biasanya untuk kosmetik agar
kaki kelihatan indah tanpa varises.
AUlIYANA & SUFERMI
ragam
50 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Usia Lanjut? Bermasalah Pada Kesehatan Jiwa?
Oleh : Heri Djuwanto dan Auliyana
Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk
juga dalam masalah kesehatan yang
dibahas pada pasien-pasien Geriatri
dan Psikogeriatri yang merupakan
bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu
yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia,
meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural,
ekonomi dll.
Proses menua (aging) adalah proses alami yang
disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan
jiwa secara khusus pada lansia.
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari masalah kesehatan pada lansia yang
menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan
rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan
lansia. Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu
kedokteran jiwa yang mempelajari masalah kesehatan
jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang
menyertai kehidupan lansia.
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh
terhadap kesehatan jiwa lansia yaitu :
1. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya
mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat
patologis berganda (multiple pathology) : misalnya
tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin
keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh,
penurunan fungsi dan potensi seksual, gangguan
jantung, diabetes mellitus, vaginitis, kekurangan
gizi, perubahan hormonal atau masalah kesehatan
jiwa lainnya misalnya : cemas, depresi, pikun dsb.
ragam
51Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
2. Perubahan Aspek Psikososial
Umumnya setelah orang
memasuki lansia maka ia
mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor,
sehingga menyebabkan reaksi
dan perilaku lansia menjadi
makin lambat dan kurang
cekatan.
3. Perubahan yang Berkaitan
Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini
diawali ketika masa pensiun.
4. Perubahan Dalam Peran Sosial
di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi
indera pendengaran,
penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul
gangguan fungsional atau
bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi
bungkuk, pendengaran sangat
berkurang, penglihatan kabur
sehingga sering menimbulkan
keterasingan/ kesepian.
Para Lansia mempunyai tipe
kepribadian dalam menghadapi
kehidupan dimasa tuanya :
a. Tipe Kepribadian Konstruktif
(Construction personalitiy),
biasanya tipe ini tidak banyak
mengalami gejolak, tenang dan
mantap sampai sangat tua.
b. Tipe Kepribadian Mandiri
(Independent personality),
pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami
post power sindrome, apalagi
jika pada masa lansia tidak diisi
dengan kegiatan yang dapat
memberikan otonomi pada
dirinya.
c. Tipe Kepribadian Tergantung
(Dependent personalitiy),
pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan
keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis
maka pada masa lansia tidak
bergejolak, tetapi jika pasangan
hidup meninggal maka
pasangan yang ditinggalkan
akan menjadi merana, apalagi
jika tidak segera bangkit dari
kedukaannya.
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan
(Hostility personality), pada
tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas
dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan
secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-
marit.
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri
(Self Hate personalitiy), pada
lansia tipe ini umumnya terlihat
sengsara, karena perilakunya
sendiri sulit dibantu orang
lain atau cenderung membuat
susah dirinya.
Lanjut usia secara psikososial
yang dinyatakan krisis bila :
Ketergantungan pada orang lain
(sangat memerlukan pelayanan
orang lain) dan Mengisolasi diri
atau menarik diri dari kegiatan
kemasyarakatan karena berbagai
sebab, diantaranya setelah
menajalani masa pensiun, setelah
Para Lansia sedang membuat kerajinan tangan dan menyulam.
ragam
52 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
sakit cukup berat serta lama dan
kematian pasangan hidup dan lain-
lain.
Untuk itu para lanjut usia
diharapkan lebih mandiri dalam
mengatasi masalah kehidupan dan
membiasakan gaya hidup sehat
sejak dini yaitu dengan :
1. Teratur melakukan olah raga
ringan yaitu jalan kaki, senam
otak, senam pernafasan, senam
osteoporosis dll.
2. Mengkonsumsi makanan sehat
3. Menghindari rokok, minumam
keras
4. Menjaga kesehatan serta
memeriksakan kondisi
kesehatan secara teratur
termasuk kesehatan gigi
5. Melakukan aktifitas yang
menyenangkan (baca Koran,
nonton TV, main game, musik,
menyanyi, main tebak – tebakan,
mengisi TTS, berlibur)
6. Lebih rajin mendekatkan diri
pada Allah sang Pencipta (
berdoa, dan lebih mengasah
spiritual )
7. Selalu berpikir positif tanpa
menyalakan siapapun juga
8. Menjalin relasi soaial seluas
mungkin (ikut arisan, aktif
menjadi anggota organisasi,
pengajian, dll)
9. Bila memungkinkan mempunyai
binatang peliharaan atau rajin
berkebun
10. Sering bersilahturami dengan
keluarga atau sahabat.
Untuk masyarakat Indonesia
yang berbudaya ketimuran maka
lansia yang memiliki keluarga
masih sangat beruntung karena
anggota keluarga seperti anak,
cucu, cicit, sanak saudara bahkan
kerabat umumnya ikut membantu
memelihara (care) dengan penuh
kesabaran. Namun bagi mereka
yang tidak punya keluarga atau
sanak saudara karena hidup
membujang, pasangan hidup yang
tidak punya anak dan pasangannya
sudah meninggal, seringkali
menjadi terlantar. Disinilah
pentingnya adanya Panti Werdha
sebagai tempat untuk pemeliharaan
dan perawatan bagi lansia. Disisi
lain perlu dilakukan sosialisasi
kepada masyarakat bahwa hidup
dan kehidupan dalam lingkungan
sosial Panti Werdha adalah lebih
baik dari pada hidup sendirian
dalam masyarakat sebagai seorang
lansia
RS Jiwa Dr. Radjiman
Wediodingrat Lawang Jawa Timur
yang mempunyai Visi : “ Menjadi
pusat pelayanan kesehatan
jiwa yang unggul, mandiri dan
terpecaya dalam rangka membuat
rakyat sehat “. RS ini sangat peduli
dengan masalah Psikogeriatri
dan menjadikannya Instalasi
Psikogeriatri sebagai unggulan
yaitu pelayanan kesehatan lansia
terpadu. Dengan Motto “ Melayani
dengan Terampil dan Menyentuh
Hati”.
Beberapa pelayanan Instalasi
Psikogeriatri adalah :
a. Palliative care and hospice
service
Perawatan suportif yang
mempunyai bertujuan
meningkatkan kualitas hidup
klien yang menglami penyakit
stadium Terminal
b. Pet therapy
Mempergunakan kedekatan
klien dengan binatang
peliharaan untuk membangan
emosi positif
c. Multisensory stimulation
Memperbaiki fungsi panca
indera
d. Reality orientation training
Terapi yang dirancang unik
untuk mempertahankan
orientasi klien terhadap diri
dan lingkungannya
e. Reminisceence therapy
Terapi yang mempergunakan
berbagai benda, kisah, maupun
lagu dari masa lalu klien untuk
merangsang kembali memori
jangka panjangnya
f. Modifiled occupational therapy
Terapi okupasi yang disesuaikan
dengan latar belakang sosial
ekonomi, pendidikan dan
budaya klien
g. Respite care
Pengasuhan sementara bagi
lansia pabila pengasuh tetap
atau keluarganya berhalangan
mengasuh selama beberapa
saat dalam menerima stimulus
dari sekitar.
(DIKUTIP DARI BERBAgAI SUMBER)
resensibuku
53Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik (Good Governance) dengan meningkatkan efektifitas dan produktifitas kerja, serta tertib administrasi. Ruang lingkup administrasi
umum meliputi tata naskah dinas, penamaan lembaga, singkatan dan akronim, kearsipan serta tata ruang perkantoran.
Dengan melaksanakan petunjuk teknis tata naskah dinas Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik ini, diharapkan dapat tercipta efisiensi dan efektifitas serta kelancaran komunikasi tulis yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mendukung tertib administrasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.
Buku ini terdiri dari 5 bab dengan daftar isi antara lain Pendahuluan; Jenis dan format naskah dinas; tata surat dinas; penggunaan lambang negara, logo, dan cap dinas; dan penutup.
Petunjuk Teknis Tata Naskah Dinas Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik
Pemrakarsa : Bagian Umum dan Kepegawaian Ditjen Bina Yan Medik
Tebal : 73 Halaman
Terbit Tahun : 2010
lensayanmed
54 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Pisah Sambut Pejabat Di Lingkungan Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan MedikBersama Menteri Kesehatan
54
lensayanmed
Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
dr. Farid W. Husain, Sp.B, KBD menyampaikan dengan perpisahan
ini tetap terjalin hubungan emosional, terima kasih atas
kerjasamanya selama ini dan mohon maaf atas kesalahan saya selama
menjabat sebagai Direktur Jenderal.
lensayanmed
55Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010 55
lensayanmed
Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
“Saya yakin kita mampu menyelesaikan tugas kedepan untuk mendukung Menteri Kesehatan mewujudkan misi dan visi Kementerian Kesehatan,” tegas dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS yang menggantikan Farid W. Husain.
Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Farid W. Husain, “selama 9 bulan saya menjabat sebagai Menteri Kesehatan, Pak Farid adalah salah satu orang yang sangat membantu saya diawal pekerjaan. Atas nama pribadi, saya mengucapkan terima kasih” bukan hanya itu saja, “Beliau sangat professional, disamping itu beliau telah menunjukkan keberhasilan dalam menjalankan tugasnya. Atas nama Kementerian Kesehatan, saya mengucapkan terima kasih dengan semua bakti terhadap waktu dan pikiran untuk Negara Indonesia”
Menkes berpesan kepada Bpk. Supriyantoro pengganti Bpk. Farid W. Husain sebagai Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik. “Bpk. Supriyantoro untuk meneruskan apa yang sudah dirintis Bpk. Farid, program yang baik untuk ditingkatkan. Kepada seluruh jajaran teknis, dimohon untuk dapat bekerjasama dengan baik, sehingga akan tercapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.”
lensayanmed
56 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 201056 57
lensayanmed lensayanmed
Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Pemberian Cenderamata
Pemberian Cenderamata diberikan juga kepada para pejabat Purna Bakti lainnya, antara lain mantan Sesditjen, mantan Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar, dan mantan Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa.
lensayanmed
57Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 201056 57
lensayanmed lensayanmed
Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
lensayanmed
58 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 201058
lensayanmed
Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Penyerahan Memori Jabatan Direktur SDM & Pendidikan RSCM, Dr. dr. Melianda Zailani, MARS kepada dr. Sumariyono, Sp.PD (16/08)
Direktur Keuangan RS Jantung & Pembuluh Darah Kita di Jakarta
Serah Terima Jabatan Eselon II
lensayanmed
59Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010 59
lensayanmed
Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010
Serah Terima Jabatan Direktur Umum, SDM dan Pendidikan diberikan oleh dr. Lia Gardenia Partakusuma, Sp.PK (K), MM
kepada drg. Marliana Poerba, MM
Serah terima jabatan Direktur Umum dan Operasional RSAB, dari dr. Osrizal Oesman, SpA kepada dr. Embry Netty, M.Kes
Serah Terima Jabatan Direktur Utama RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
diberikan oleh dr. Ratna Mardiati, Sp.KJ kepada dr. Bella Patriajaya, Sp.KJ.
PELAYANAN PSIKOGERIATRI RSJ DR.RADJIMAN WEDIODININGRAT - LAWANG
Rehabilitatif
Medical Student
Terapi Reminiscence