repository.bsi.ac.id · web view3. sebagai referensi dan masukan bagi mahasiswa bina sarana...
TRANSCRIPT
ANALISA KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR)
BERMASALAH PADA PT. BANK TABUNGAN
NEGARA (PERSERO) TBK, KANTOR
CABANG JAKARTA CAWANG
TUGAS AKHIRDiajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Diploma Tiga (D.III)
NURATIKAH
NIM : 61130092
Program Studi Akuntansi
Akademi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika
Jakarta
2016
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : NuratikahNIM : 61130092Program Studi : AkuntansiPerguruan Tinggi : AMK Bina Sarana Informatika
Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir yang telah saya buat dengan judul: “Analisa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bermasalah Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Kantor Cabang Jakarta Cawang”, adalah asli (orsinil) atau tidak plagiat (menjiplak) dan belum pernah diterbitkan/dipublikasikan dimanapun dan dalam bentuk apapun.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun juga. Apabila dikemudian hari ternyata saya memberikan keterangan palsu dan atau ada pihak lain yang mengklaim bahwa tugas akhir yang telah saya buat adalah hasil karya milik seseorang atau badan tertentu, saya bersedia diproses baik secara pidana maupun perdata dan kelulusan saya dari Akademi Manejemen Keuangan Bina Sarana Informatika dicabut/dibatalkan.
Dibuat di : JakartaPada tanggal : 22 Juni 2016
Yang menyatakan
Nuratikah
ii
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : NuratikahNIM : 61130092Prgram Studi : Akuntansi Perguruan Tinggi : AMK Bina Sarana Informatika
Dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Akademi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive Royalti-Free Right) atas karya ilmiah kami yang berjudul: “Analisa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bermasalah Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Kantor Cabang Jakarta Cawang”, beserta perangkat yang diperlukan (apabila ada).
Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini pihak Akademi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika berhak menyimpan, mengalih-media atau format-kan, mengelolaannya dalam pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan atau mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari kami selama tetap mencantumkan nama kami sebagai penulis/pencipta karya ilmiah tersebut.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Akademi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : JakartaPada tanggal : 22 Juni 2016
Yang menyatakan,
Nuratikah
3
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang memberikan kekuatan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir dengan judul “Analisa
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bermasalah Pada PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk, Kantor Cabang Jakarta Cawang”. Tugas Akhir ini diajukan
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Diploma Tiga (D.III) Jurusan Program
Studi Akuntansi Akademi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika (BSI)
Jakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Dalam penulis Tugas Akhir ini banyak pihak-pihak yang membantu penulis
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Untuk itu dengan sepenuh hati penulis
mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur Akademi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika.
2. Ketua Program Studi Akuntansi Manajemen Keuangan Bina Sarana
Informatika.
3. Ibu Lavita Vanda, SE, MAK selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
4
5
4. Ibu Widiawati selaku Brands Manager Bank Tabungan Negara kantor Cabang
Cawang.
5. Semua Dosen dari Perbankan Diploma tiga (D.III) yang telah memberikan
penulis dengan semua bahan yang di perlukan.
6. Teristimewa rasa terimakasih serta penghargaan yang tulus dan ikhlas penulis
sampaikan kepada Keluarga Tercinta Ayahanda tersayang Muara undolan
Daulay. Ibunda tersayang Tiarna Lubis, Fajaruddin Lubis, SE, MP, Erwin
Syah Daulay, Sumartini Daulay, Muhammad Lukman Mendrofa,S.T, Nur
Asiyah Lubis, S.Pd, dan Mhike Inrawati
7. Teman-teman seperjuangan Maria Deswantri, Novita Candra Dewi, Defi
Mutiara, Wina isnaini, yogi Nugraha dan Shandra yulia. terimakasih atas
kebersamaan dan kekeluargaan serta dukungan yang telah kalian berikan
kepada penulis.
Penulis telah berupaya dalam penyusunan Tugas Akhir ini dengan sebaik-
baiknya namun penulis menyadari begitu banyak kekurangan dari segi tata bahasa
dalam penyusunan Tugas Akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Kiranya Tugas Akhir
ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita
Akhirnya penulis berharap kiranya Tugas Akhir yang sederhana ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dalam usaha meningkatkan
mutu pendidikan di masa yang akan datang. Amin
5
6
Jakarta, 22 Juni 2016
Nuratikah 61130092
ABSTRAK
Nuratikah (61130092), Analisa Kredit Pemilikan Rumah Bermasalah Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Kantor Cabang Jakarta Cawang PT. Bank Tabungan Negara adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa layanan, yaitu perbankan. Produksinya tidak menciptakan barang tetapi menjual produk dana, kredit dan jasa layanan lainnya kepada nasabah. Salah satu fasilitas kredit yang diberikan PT. Bank Tabungan Negara adalah kredit umum yang diberikan kepada masyrakat sekitar. Dalam pemberian kredit adakalanya kredit tidak dapat kembali tepat waktu. Kondisi ini dinamakan kredit bermasalah. Kredit bermasalah akan menggangu kinerja bank, untuk itu kredit bermasalah harus diselesaikan dengan prosedur yang telah diterapkan oleh bank. Metode pengumpulan data dalam penyusunan Tugas Akhir adalah metode observasi, wawancara, studi pustaka dengan metode analisan kulitatif yaitu metode analisa data tanpa menggunakan analisa statistik. Dalam data analisa di PT. Bank Tabungan Negara, penulis menggunakan lima kategori yaitu Lancar, Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet. Kategori berdasarkan Kloktibilitas, Kategori lancar 0 hari, Perhatian Khusus 90 hari, Kurang lancar 120 hari, Diragukan 180 hari, dan Macet 270 hari. Dalam analisa yang telah dilakukan , Non Performing Loan (NPL) pada tahun 2013 adalah 30,06% , 2014 adalah 34,38% dan 2015 adalah 29,83%. Non Perfprming Loan (NPL) lebih besar dari 5% menunjukkan bahwa Bank Tabungan Negara tidak sehat. Adanya kategori
6
7
tidak sehat terhadap Non Performing Loan maka PT. Bank Tabungan Negara akan terus mengupayakan langkah penurunan Non Performing Loan (NPL) dengan cara mengintensifkan penagihan, pembinaan kepada nasabah, pengaktifan tim penagihan kredit bermasalah, dan ekpensi kredit dengan secara lebih selektif dan terus memegang prinsip kehati-hatian.
Kata Kunci : Bank, Kredit, Kredit Bermasalah
ABSTRACT
Nuratikah (61130092), Housing Credit Analysis Troubled On PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Cawang Jakarta Branch Office.PT. State Savings Bank is a company engaged in services, namely banking. Its production does not create goods but sell fund products, credit and other services to customers. One of the credit facility provided by PT. State Savings Bank credit is commonly given to the community around. In the lending credit sometimes can not be returned on time. This condition is called a credit crunch. Problem loans will interfere with the performance of the bank, to the non-performing loans must be resolved with the procedure that has been applied by the bank. Methods of data collection in the preparation of final project is the method of observation, interviews, library research method is a method analisan qualitative data analysis without the use of statistical analysis. In the data analysis in PT. State Savings Bank, the author uses five categories: Current, Special Mention, Substandard, Doubtful, and Loss.
7
8
Categories based Kloktibilitas, Category smoothly 0-day, 90-day Special Mention, Substandard 120 days, 180 days Doubtful, and Loss 270 days. In the analysis that has been done, Non Performing Loan (NPL) in 2013 was 30.06%, 2014 was 34.38% and in 2015 was 29.83%. Their unhealthy category against Non Performing Loan PT. State Savings Bank will continue to pursue the reduction in non-performing loans (NPL) by way of intensifying the collection, guidance to customers, billing team activation of nonperforming loans, and credit ekpensi to be more selective and continue to hold the precautionary principle.
Keywords: Bank, Credit, Credit Problems
DAFTAR ISI
8
9
Halaman
Lembar Judul Tugas Akhir...............................................................................i
Lembar Pernyataan Keaslian Tugas Akhir.......................................................ii
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah.................................iii
Lembar Persetujnuan Dan Pengesahan Tugas Akhir........................................iv
Lembar Konsultasi Tugas Akhir.......................................................................v
Kata Pengantar..................................................................................................vi
Abstrak..............................................................................................................vii
Daftar Isi...........................................................................................................vii
Daftar Gambar..................................................................................................x
Daftar Tabel......................................................................................................xi
Daftar Lampiran................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .....................................................................1
1.2. Perumusan Masalah.............................................................4
1.3. Tujuan Dan Manfaat............................................................4
1.4. Metode Pengumpulan Data..................................................4
1.5. Ruang Lingkup...................................................................5
1.6 Sistematika Penulisan.........................................................5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Bank.....................................................................................6
2.1.1. Pengertian Bank........................................................6 2.1.2. Fungsi Bank..............................................................8 2.1.3. Kegiatan Bank..........................................................10 2.1.4. Jenis-Jenis Bank.......................................................13
2.2. Kredit...................................................................................20
2.2.1 Pengertian Kredit......................................................62.2.2 Unsur-Unsur Kredit..................................................82.2.3 Tujuan Kredit...........................................................102.2.4 Fungsi Kredit............................................................13
2.2.5 Jenis-jenis Kredit...................................................6
9
10
2.2.6 Jaminan Kredit.......................................................8 2.2.7 Kualitas Kredit.......................................................10
2.3 Kredit Pemilikan Rumah (KPR).........................................22
2.3.1 Pengertian Kredit Pemilikan Rumah.....................132.3.2 Objek Kredit Pemilikan Rumah.............................62.3.3 Tujuan Analisa Kredit Pemilikan Rumah..............82.3.4 Jenis-jenis Kredit Pemilikan Rumah......................10
2.4 Kredit Macet........................................................................23
2.4.1 Pengertian Kredit Macet.......................................132.4.2 Penyebab Kredit Macet..........................................62.4.3 Penyelesaian Kredit Macet.....................................8
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum Tentang PT . BTN (Persero) Tbk.....243.1.1 Sejarah Singkat PT. BTN (Persero) Tbk..............253.1.2 Struktur Organisasi PT. BTN .............................253.1.3 Kegiatan Usaha PT. BTN......................................43
3.2 Hasil Penelitian...............................................................26
3.2.1 Analisa Penyelesaian Kredit Bermasalah............273.2.2 Analisa Nilai NPL PT. BTN................................303.2.3 Analisa Perkembangan NPL PT.BTN.................30
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.............................................................594.2 Saran.......................................................................60
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SURAT KETERANGAN PKL
LAMPIRAN-LAMPIRAN
10
11
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar III.1 Stuktur Organisasi ........................................................ 39
11
12
DAFTAR TABEL
HalamanTabel III.1 Komposisi Kredit yang Diberikan Berdasarkan Penyaluran 2013-2015.......................................51
Tabel III.2 Rincian Kredit Non forming loan (NPL) Periode 2013-2015.......................................................52
Tabel III.3 Kesehatan Bank Non Performing Loan (NPL) Periode 2013-2015..............................................55
Tabel III.4 PerkembanganNon Performing Loan (NPL) Periode 2013-2015.............................................. 56
12
13
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A1 Bukti Wawancara...................................................................63
Lampiran B1 Laporan Keuangan Periode 31 Desember 2013 sampai 31 Desember
13
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumah adalah salah satu kebutuhan primer bagi manusia, di erasekarang sulit
kiranya untuk membangun rumah secara langsung, terlebih dikota besar.
Perbandingan harga tanah yang mahal dan bahan bangunan yang semakin
melambung tinggi dengan rata-rata gaji yang didapat oleh kebanyakan warga di kota
besar rasanya sulit untuk membangun rumah secara langsung.Pembiayaan perumahan
adalah salah satu jawaban dari persoalan diatas, banyak perumahan yang dibangun
mulai kelas perumahan rakyat hingga setingkat perumahan mewah dan apartemen.
Banyak Bank berlomba-lomba untuk menawarkan berbagai produknya untuk kredit
perumahan, dari Bank syariah maupun Bank konvensional. Secara konsep dalam
14
15
mengajukan kredit perumahan Bank syariah maupun Bank konvensional adalah sama
seperti KTP, NPWP, Proposal, laporan keuangan dan sebagainya.
Aspek yang membedakan bisa dari aspek legalitas, usaha yang dibiayai dan
lain sebagainya. Bicara soal pembiayaan perumahan tak lepas dari kiprah Bank
Tabungan Negara (BTN), Bank Badan Usaha Milik Negara(BUMN) ini telah puluhan
tahun berkecimpung dalam dunia kredit perumahan dengan produk unggulannyayaitu
Kredit Pemilikan Rumah (KPR).Munculnya kredit bermasalah termasuk di dalamnya
kredit macet, pada dasarnya tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui suatu
proses. Terjadinya kredit macet dapat disebabkan baik oleh pihak kreditur (bank)
maupun debitur.
Macetnya kredit merupakan suatu hal yang sulit diprediksi dengan tepat,
tetapi dapat di antisipasi oleh kreditur atau bank selaku pemberi kredit. Berdasarkan
pemaran diatas penulis tertarik mengambil judul Tugas Akhir “Analisa Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) Bermasalah Pada PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk, Kantor Cabang Jakarta Cawang”.
1.2. Perumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana Bank Tabungan Negara menyelesaikan kredit yang memiliki masalah
dalam pembayaran?
2. Bagaimana perkembangan kredit bermasalah yang berhasil diselesaikan oleh Bank
Tabungan Negara Tbk, Cabang?
15
16
1.3. Tujuan dan Manfaat
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses penyelesaian kredit yang memiliki masalah dalam
pembayaran pada Bank Tabungan Negara Tbk, Cabang.
2. Untuk mengetahui perkembangan kredit bermasalah yang berhasil diselesaikan
oleh Bank Tabungan Negara Tbk, Cabang.
Sedangkan manfaat dari penelitian iniadalah
1. Dapat memberikan dan menambah wawasan bagi penulismengenai cara
penyelesaian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bermasalah.
2. Sebagai bahan masukan bagi Bank Tabungan Negara dalam mengevaluasi
pembuatan kebijakan terhadap penyelesaian pembayaran rumah bermasalah.
3. Sebagai referensi dan masukan bagi Mahasiswa Bina Sarana Informatika (BSI).
1.4. Metode Pengumpulan Data
Teknis pengumpulan data dan informasi yang digunakan oleh penulis untuk
penelitian ini menggunakan 3 teknik, yaitu:
1. Observasi
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap masalah dan tempat melakukan peninjauan kemudian
mencocokan dengan data yang diperoleh sebelumnya. Dilakukan terhadap sumber
data sesuai dengan unit observasi.
16
17
2. Wawancara
Selain melakukan observasi peneliti juga melakukan wawancara dengan
Responden dengan jabatan Credit Officer serta Responden dengan jabatan Field
Collector yang berhubugan dengan penyebab dan penyelesaian terhadap kredit
bermasalah pada Bank Tabungan Negara KCP Cawang Dewi Sartika, Jakarta.
3. Studi Pustaka
Selain melakukan kegiatan tersebut diatas peneliti juga melakukan studi
kepustakaan melalui referensi-referensi yang ada di perpustakaan Akademi
Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika maupun di perpustakaan lainnya.
1.5. Ruang Lingkup
Untuk membatasi penelitian ini, maka peneliti akan membahas mengenai cara
Bank Tabungan Negara (BTN) dalam menyelesaikan kredit bermasalah
berikut perkembangan kredit bermasalah yang berhasil diselesaikan oleh Bank
Tabungan Negara selama periode 2013-2015.
1.6. Sistematika Penulisan
17
18
Sebelum membahas lebih lanjut, sebaiknya peneliti menjelaskan dahulu
secara garis besar mengenai sistematika penulisan, sehingga memudahkan
pembaca dalam memahami isi dari laporan Tugas Akhir ini.
Bab I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang, perumusan masalah, maksud
dan tujuan penelitian Tugas Akhir, metode penelitian, ruang lingkup
dan sistematika penulisan.
Bab II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini berisikan tentang uraian pengertian umum dan teori-teori
pendukung dalam penulisan Tugas Akhir yang membahas mengenai
“Analisa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bermasalah Pada PT.
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Kantor Cabang Jakarta
Cawang” .
Bab III PEMBAHASAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang secara umum, tujuan Bank
Tabungan Negara dengan menguraikan sejarah dan struktur organisasi,
kegiatan bank, perancanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan analisa
kredit pemilikan rumah yang bermasalah pada PT. Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk, Kantor Cabang Jakarta Cawang.
Bab IV PENUTUP
18
19
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dari
pembahasan, dilanjutkan dengan saran-saran untuk mencapai suatu
hasil yang terbaik.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Bank
2.1.1. Pengertian Bank
Menurut Kasmir, (2012:24) Bank, adalah “badan usaha yang menghimpun
dana dari masyrakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak”.
Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyrakat
luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah Funding. Pengertian
menghimpun dana adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan membeli dari
masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan
cara memasang berbagai strategi agar masyrakat menanamkan dananya dalam bentuk
simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah giro, tabungan,
sertifikat deposito dan deposito berjangka. Setelah memperoleh dana dalam bentuk
simpanan dari masyarakat, maka pihak perbankan memerikan tanggapan berupa jasa
19
20
lainnya. Semakin tinggi balas jasa yang diberikan, akan menambah minat masyarakat
untuk menyimpan uangnya.
Sedangkan menurut Dendawijaya (2009: 25) Bank, adalah “suatu badan
usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial
intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana kepada
pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan”.
2.1.2. Fungsi Bank
Fungsi bank adalah sebagai agent of trust, agent ofdevelopment, dan agent of
servicemenurut Triandaru dan Santoso ( 2009: 9), terdiri dari:
1. Agent of Trust
Sebagai lembaga kepercayaan, bank memiliki fungsi financial intermediary yaitu
menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (penyimpan dana atau
kreditur) dan menyalurkan pada pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana
atau debitur). Fungsi financial intermediary ini akan dapat berjalan lancar apabila
ada unsur kepercayan (trust). Dalam hal ini masyarakat akan menyimpan dananya
apabila dilandasi unsur kepercayaan dan pihak bank sendiri akan menempatkan
dan menyalurkan dananya kepada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur
kepercayaan juga.
2. Agent of Development
Sektor moneter dan sekor riil tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan perekonomian
masyarakat. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan
yang lain. Sektor riil tidak akan bekerja dengan baik apabila sektor moneter tidak
bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat
20
21
diperlukan untuk kelancaran kegiatan yang ditujukan untuk pembangunan
perekonomian masyarakat, seperti kegiatan produksi, distribusi, investasi dan
konsumsi barang dan jasa.
3. Agent of Services
Bank menawarkan berbagai macam jasa disamping dalam melakukan kegiatan
penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa
perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank seperti
transfer uang, inkaso, letter of credit, automated teller machine, money market,
capital market, dan lain-lain. Jasa-jasa yang ditawarkan tersebut erat kaitannya
dengan kelancaran kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.
2.1.3. Kegiatan Bank
Menurut Ismail (2010:23) kegiatan bank, adalah:
“menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana. Kegiatan tersebut, terkait dengan kegitan pembelian dana. Bank akan membayar sejumlah biaya tertentu dalam rangka menghimpun dana masyarakat tersebut. Kemudian setelah dana dihimpun, maka tidak terjadi idle fund, dan bank segera menyalurkannya dalam bentuk aktiva produktif, yaitu aktiva yang dapat menghasilkan pendapatan”.
Didalam kegitan penyaluran dana, bank akan menjual dengan harga tertentu
kepada pihak yang membutuhkan dana serta membeli dengan harga tertentu kepada
21
22
pemilik dana tersebut. Dari kegiatan jual beli uang inilah bank akan memperoleh
keuntungan yaitu dari selisih harga beli (bunga simpanan) dengan harga jual (bunga
pinjaman). Disamping itu kegiatan bank lainnya dalam rangka mendukung kegiatan
menghimpun dan menyalurkan dana adalah memberikan jasa-jasa lainnya. Kegiatan
ini ditujukan untuk memperlancar kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana.
2.1.4. Jenis-Jenis Bank
Perkembangan bank saat ini membuat bank-bank yang ada di Indonesia
dibedakan dalam beberapa pengelompokan menurut Kasmir (2012:21)
Pengelompokan bank itu terdiri dari:
1. Bank Umum, adalah bank yang melaksanakan kegiatannya secara konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalulintas pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau syariah dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
Bank berdasarkan kepemilikannya menurut Taswan (2010:9), terdiri dari:
1. Bank milik pemerintah adalah bank yang akte pendirian dan modalnya dimiliki
oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank tersebut merupakan milik
pemerintah. Contohnya: Bank Negara Indonesia 46 (BNI 46), Bank Rakyat
Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank Mandiri.
2. Bank milik swasta nasional, merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan
22
23
oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungan diambil oleh pihak swasta juga.
Contohnya: Bank Central Asia (BBCA), Bank Danamon, Bank Bukopin, Bank
Sinarmas, dan bank swasta nasional lainnya.
3. Bank milik asing, adalah bank yang merupakan cabang dari bank yang berada
diluar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara.
Contohnya American Express Bank, Hongkong Bank, Bangkok Bank dan bank
asing lainnya.
4. Bank milik campuran, adalah bank yang sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan
pihak swasta nasional, kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh
warga negara Indonesia. Contohnya: Inter Pasifik Bank, Bank Finconesia, dan
bank campuran lainnya.
Bank berdasarkan kegiatan devisa menurut Triandaru dan Santoso (2009:76):
1. Bank Devisa, adalah bank yang dapat melaksanakan kegiatan transaksi ke luar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,
misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travelers cheque,
pembukuan dan pembayaran Letter of Credit(L/C) dan transaksi luar negeri
lainnya. Untuk menjadi bank devisa harus memenuhi semua persyaratan yang
telah ditetapkan Bank Indonesia.
2. Bank Non Devisa, adalah bank yang mempunyai izin untuk melaksanakan
transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti
halnya bank devisa sehingga transaksi yang dilakukan hanya dalam batas–batas
suatu negara.
23
24
Bank berdasarkan cara menentukan harga menurut Triandaru dan Santoso
(2009:15) terdiri dari:
1. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional dalam mencari keuntungan dan
menetapkan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip
konvensional menggunakan dua metode. Pertama, spead based dengan
menetapkan bunga sebagai harga jual produk simpanan deposito dan harga beli
untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku
bunga tertentu. Kedua, fee based untuk jasa- jasa bank lainnya pihak perbankan
konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya dalam nominal atau
persentasetertentu seperti biaya administrasi, biaya provisi, sewa, iuran, dan biaya-
biaya lainnya yang dikenal dengan istilah fee based.
2. Bank yang berdasarkan prinsip syariah Penentuan harga atau mencari keuntungan
bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah dengan cara: pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni
tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah waiqtina). Bank
berdasarkan prinsip syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan
bunga tertentu.
2.2. Kredit
2.2.1. Pengertian Kredit
24
25
Istilah kredit menurut Kasmir berasal dari bahasa Romawi “Credere” atau
“credo” dan“creditum” yang kesemuanya berarti kepercayaan. Menurut bahasa
inggris yaitu “faith” dan “trust”. Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa
kreditur (bank) dalam hubungannya dengan debitur (nasabahnya) mempunyai
kepercayaan, bahwa debitur dalam waktu dan dengan syarat- syarat yang telah
disetujui bersama, dapat mengembalikan kredit yang bersangkutan.
Menurut Hariyani (2010:9)kredit, adalah:
“kepercayaan. Atas dasar kepercayaan kepada seseorang yang memerlukannya maka diberikan uang, barang atau jasa dengan syarat membayar kembali atau memberikan penggantiaannya dalam suatu jangka waktu yang telah diperjanjikan. Yang terpenting dalam praktik perbankan adalah penyerahan uang, karena uang merupakan pengganti barang atau jasa dan telah luas dipergunakan. Dalam kehidupan sehari-hari kredit diartikan pinjaman atau utang”.
1. Cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif dari rekening giro nasabah yang tidak
dapat dibayar lunas pada akhir hari.
2. Pengambil alihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.
3. Pengambil alihan atau pembelian kredit dari pihak lain.
Sedangkan menurut Mahmoeddin (2010:2) kredit, adalah:
“penyedian uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.
Dari beberapa pengertian kredit diatas dapat diambil kesimpulan kredit
diartikan sebagai kepercayaan. Maksudnya bagi pemberi kredit adalah percaya
25
26
kepada penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan
sesuai perjanjian, sedangkan bagi penerima kredit merupakan penerimaan
kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu
yang telah disepakati.
2.2.2. Unsur-Unsur Kredit
Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit merupakan pemberian
kepercayaan. Menurut Tamin (2012:14) unsur-unsur kredit terdiri dari:
1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
2. Waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra
prestasi yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai
argo dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi dari nilai uang yang akan
diterima pada masa yang akan datang.
3. Degree of Risk, yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari
adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra
prestasi yang akan diterima kemudian hari.
4. Prestasi, yaitu objek kredit yang tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
juga dalam bentuk barang atau jasa.
26
27
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit
menurut Tamin (2012:22) terdiri dari:
1. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang
diberikan berupa uang atau jasa akan benarbenar diterima kembali di masa tertentu
di masa mendatang.
2. Kesepakatan
Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masingmasing pihak
menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.
3. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu yang mencakup
masa pengembalian kredit yang disepakati.
4. Risiko
Risiko, yaitu kemungkinan kerugian yang akan diderita pemberi kredit karena
prestasi yang telah diberikan kepada orang lain.
Faktor risiko dapat disebabkan oleh dua hal :
a. Faktor kerugian yang diakibatkan adanya unsur kesengajaan nasabah untuk
tidak membayar kreditnya padahal mampu.
b. Faktor kerugian yang ditimbulkan oleh unsur ketidaksengajaan nasabah
sehingga mereka tidak mampu membayar kreditnya, misalnya akibat terjadi
musibah bencana alam.
27
28
2.2.3. Tujuan Kredit
Menurut Kasmir (2012:105) dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan
lainnya ada beberapa tujuan pemberian suatu kredit antara lain :
1. Mencari Keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil
tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa
biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
2. Membantu Usaha Nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana,
baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka
pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
3. Membantu Pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan,
maka semakin baik, mengingat semakin bnyak kredit berarti adanya peningkayan
pembangunan diberbagai sektor.
Keuntungan bagi pemerintah dengn menyebarkan pemberian kredit adalah:
a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.
b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha
baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga
dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.
c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa.
28
29
d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produ-produk yang sebelumnya
diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi didalam negeri dengan fasilitas
kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.
2.2.4. Fungsi Kredit
Kredit dapat dikatakan mencapai fungsinya apabila secara sosial ekonomis
baik bagi debitur, kreditur maupun masyarakat membawa pengaruh yang lebih baik,
seperti peningkatan kesejahteraan masyarakat, kenaikan jumlah pajak negara dan
peningkatan ekonomi negara yang bersifat mikro maupun makro. Dari manfaat nyata
dan manfaat yang diharapkan maka sekarang ini kredit dalam kehidupan
perekonomian, dan perdagangan mempunyai fungsi, sebagai berikut :
Menurut Kasmir (2012:106) fungsi kredit yang secara luas antara lain :
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
Maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang
berguna. Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk
menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah
ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan
memperoleh tambahan uang dari lainnya.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang
29
30
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh sii debitur untuk
mengolah barang yang tidak berguna menjadii berguna atau bermanfaat.
4. Meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang darii satu wilayah ke
wilayah lainnya, sehingga barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah
lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah yang beredar.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena
dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang
diperlukan oleh masyarakat.
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha,
apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, dalam hal
meningkatkan pendapatan.
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan
antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberi kredit oleh negara lain
akan meningkatkan kerjasama di bidang lainnya.
2.2.5. Jenis-Jenis Kredit
Jenis-Jenis kredit menurut Kasmir (2012:99), terdiri dari :
30
31
1. Jenis kredit berdasarkan jangka waktu kredit:
a. Kredit jangka pendek (short term credit) yaitu suatu bentuk kredit yang
berjangka waktu kurang dari satu tahun dan biasanya digunakan untuk
keperluan modal kerja, contohnya kredit peternakan ayam atau kredit untuk
pertanian.
b. Kredit jangka menengah (intermediate term credit) yaitu jangka waktu
kreditnya berkisar antara satu sampai tiga tahun dan biasanya kredit ini
digunakan untuk melakukan investasi, contohnya kredit untuk pertanian
seperti jeruk atau peternak kambing.
c. Kredit jangka panjang (long term credit) yaitu merupakan kredit yang masa
pengembaliannya paling panjang yaitu diatas tiga atau lima tahun, biasanya
kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa
sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan
2. Jenis kredit berdasarkan lembaga yang menerima kredit:
a. Kredit untuk badan usaha pemerintah/daerah, yaitu kredit yang diberikan
kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki pemerintah.
b. Kredit untuk badan usaha swasta, yaitu kredit yang diberikan kepada
perusahaan/badan usaha yang dimiliki swasta.
c. Kredit perorangan, yaitu kredit yang diberikan bukan kepada perusahaan,
tetapi kepada perorangan.
d. Kredit untuk bank koresponden, lembaga pembiayaan dan perusahaan
asuransi.
31
32
3. Jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaannya:
a. Kredit Modal Kerja (KMK), yaitu kredit untuk modal kerja perusahaan dalam
rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian bahan baku,
piutang, dan lain-lain.
b. Kredit investasi, yaitu kredit (berjangka menengah atau panjang) yang
diberikan kepada usaha-usaha guna merehabilitas, modernisasi, perluasan
ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin, bangunan
dan tanah untuk pabrik.
c. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga
atauperorangan (termasuk karyawan bank sendiri) untuk keperluan konsumsi
berupa barang dan jasa dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain.
2.2.6. Jaminan Kredit
Istilah jaminan menurut Kasmir (2012:113) digunakan untuk hukum jaminan
atau hak jaminan. Namun istilah hukum jaminan ternyata mempunyai makna yang
lebih luas dan umum serta bersifat mengatur dibandingkan dengan hak jaminan
seperti halnya hukum kebendaan yang mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dan
mempunyai sifat mengukur dari pada hak kebendaan.
Jaminan kredit menurut teori Kasmir sebagi berikut:
1. Adanya kaidah hukum
Kaidah hukum dalam bidang jaminan, dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
kaidah hukum tertulis dan kaidah hukum tidak tertulis. Kaidah hukum jamina
32
33
tertulia adalah kaidah- kaidah hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-
undangan, dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum jaminan yang tumbuh,
hidup, dan berkembang dalam masyarakat. Hal ini terlihat pada gadai tanah dalam
masyrakat yang dilakukan secara lisan.
2. Adanya pemberi dan penerima jaminan
Pemberi jaminan adalah orang-orang atau badan hukum yang menyerahkan barang
jaminan kepada penerima jaminan. Yang bertindak sebagai pemberi jaminan
adalah orang atau badan hukum yang membutuhkan fasilitas kredit. Penerima
jaminan adalah orang atau badan hukum yang menerima barang jaminan dari
pemberi jaminan. Yang bertindak sebagai penerima jaminan ini adalah orang atau
badan hukum.
3. Adanya jaminan
Pada dasarnya, jaminan yang diserahkan kepada kreditur adalah jaminan material
dan immaterial. Jaminan material merupakan jaminan yang berupa hak kebendaan,
seperti jaminan atas bergerak dan benda tidak bergerak. Jaminan immaterial
merupakan jaminan non kebendaan.
4. Adanya fasilitas
Pemberian jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan bertujuan untuk
mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau lembaga keruangan lainnya.
Dengan demikian, hal ini menegaskan bahwa jaminan hendaklah
mempertimbangkan dua faktor, yaitu :
33
34
1. Secured, artinya jaminan kredit mengikat secara yuridis formal sehingga apabila
suatu hari nanti nasabah debitur melakukan wanprestasi (cedera janji), maka bank
memiliki kekuatan yuridis untuk melakukan tindakan eksekusi.
2. Marketable, artinya bila jaminan tersebut hendak dieksekusi, dapat segera dijual
atau diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitur.
2.2.7. Kualitas Kredit
Penilaian kualitas menurut Kasmir (2012:116) hanya didasarkan atas
ketepatan pembayaran pokok dan bunga. Berdasarkan penetapan tersebut di atas,
maka kualitas kredit digolongkan menjadi lancar, dalam perhatian khusus, kurang
lancar, diragukan dan macet, dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Lancar (L) adalah pinjaman dengan kondisi pembayaran tepat waktu dan tidak ada
tunggakan. Kredit digolongkan sebagai kredit lancar, apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu.
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif.
c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).
2. Dalam Perhatian Khusus (DPK) adalah pinjaman yang terdapat tunggakan
pembayaran pokok dan/atau bunga sampai dengan 90 hari. Kredit digolongkan
DPK, apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui
90 (sembilan puluh hari).
34
35
b. Jarang Terjadi cerukan.
c. Mutasi rekening relatif aktif.
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang dijanjikan.
3. Kurang Lancar (KL) adalah pinjaman yang terdapat tunggakan pembayaran pokok
dan / atau bunga yang telah melampaui hari sampai dengan 120 hari. Kredit yang
digolongkan sebagai kredit kurang lancar, apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
90 (sembilan puluh hari) dan tidak melebihi 120 (seratus dua puluh hari).
b. Sering terjadi cerukan.
c. Mutasi rekening relatif rendah.
d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90
(sembilan puluh hari) dan tidak melebihi 120 (seratus dua puluh hari).
e. Terdapat likuidasi masalah keuangan yang dihadapi debitur.
f. Dokumentasi pinjaman lemah.
4. Diragukan (D) adalah pinjaman yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan
/atau bunga yang telah melampaui 120 hari sampai dengan 180 hari. Kredit
digolongkan sebagai kredit diragukan, apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
120 (seratus dua puluh hari) dan tidak melebihi 180 (seratus delapan puluh
hari)
b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen.
35
36
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 120 (seratus dua puluh hari) dan tidak melebihi
180 (seratus delapan puluh hari).
d. Terjadi kapitalisasi bunga.
e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun
peningkatan jaminan.
5. Macet (M) adalah pinjaman yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan / atau
bunga yang telah melampaui 180 hari. Kredit digolongkan sebagai kredit macet,
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Terjadi tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180
(seratus delapan puluh hari).
b. Dari nilai hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada
nilai wajar.
2.3. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
2.3.1. Pengertian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Menurut Tamin (2012:157) Kredit Pemilikan Rumah (KPR), adalah:
“Salah satu bentuk dari kredit konsumer yang dikenal pula dengan housing loan pemberian fasilitas ini untuk konsumen yang memerlukan papan, digunakan untuk kepentingan pribadi , keluarga atau rumah tangga, tidak ditujukan untuk yang bersifat komersial dan tidak memiliki pertambahan nilai barang atau jasa di masyarakat”.
Kredit pemilikan rumah (KPR) merupakan sebagian dari fasilitas kredit yang
ditujukan langsung kepada konsumen yang terdiri atas berbagai strata dalam
36
37
masyarakat. Berhubung ditujukan langsung kepada konsumen, kredit ini dinamakan
sebagai kredit konsumen atau kredit konsumtif.
2.3.2. Objek Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Menurut Tamin ( 2012:45) objek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dibagi
menjadi dua yaitu:
1. Tinjauan Rumah, Perumahan dan Permukiman
Permukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Permukiman berasal
dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata
human settlement yang artinya permukiman. Perumahan memberikan kesan
tentang rumah atau kumpulan rumah beserta atau benda mati, yaitu houses dan
landsettlement. Sedangkan permukiman memberikan kesan tentang pemukim atau
kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga
permukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda
mati yaitu manusia. Dengan demikian, perumahan dan permukiman merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya, yang pada
hakekatnya saling melengkapi.
2. Objek Kredit Pemilikan Rumah
Hak untuk memperoleh rumah dengan cara KPR adalah hak yang dapat dimiliki
oleh setiap anggota masyarakat. Namun demikian, terdapat persyaratan khusus
yang diminta oleh pihak bank (kreditur) dan harus dipenuhi oleh pihak nasabah
(debitur) dalam rangka kelengkapan syarat administrasi kepemilikan rumah
melalui KPR tersebut.
37
38
Adapun persyaratan administrasi umum yang harus dipenuhi oleh
pihak nasabah sebagai pemohon KPR antara lain sebagai berikut:
1. Warga Negara Indonesia.
2. Berusia minimal 21 tahun atau telah menikah pada saat pengajuan kredit, dan
maksimal berusia 60 tahun pada saat kredit berakhir.
3. Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami/istri yang masih berlaku, Kartu Keluarga
(KK) dan Akta Nikah/Cerai.
4. Pas photo ukuran 3 x 4 sebanyak 2 lembar.
5. Telah memiliki masa kerja atau telah menjalankan usaha minimal selama 1 (satu)
tahun.
6. Memiliki penghasilan yang cukup terjamin kelangsungannya.
7. Bagi pemohon yang masih menjadi debitur, disyaratkan minimal selama 24 bulan
terakhir memiliki performance yang baik dan tidak mempunyai tunggakan.
2.3.3. Tujuan Analisa Kredit Pemilikan Rumh (KPR)
Tujuan analisa kredit pemilikan rumah menurut Tamin (2012:167) yaitu “untuk memproleh keyakinan apakah nasabah layak mendapatkan fasilitas kredit, usaha nasabah layak, nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya kepada Bank secara baik, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya,sesuai dengan kesepakatan dengan baik. Untuk itu agar dapat melaksanakan kegiatan permohonan pemberian kredit secara sehat”.
Tujuan adanya kredit pemilikan rumah beberapa sumber, maksud dan tujuan
diberikannya layanan kredit pemilikan rumah sudah jelas artinya membantu para
nasabah yang ingin memiliki rumah tetapi tidak mempunyai uang secara cash/tunai
dalam jumlah banyak. Tujuan tersebut agar lebih ditekankan pada kebutuhan primer
38
39
karena rumah merupakan tempat untuk tinggal dan unutk melakukan kegiatan lain.
KPR merupakan sarana fasilitator untuk mendapatkan suatu kredit khususnya rumah.
Agunan yang diperlukan untuk kredit pemilikan rumah adalah rumah yang
akan dibeli itu sendiri untuk KPR Pembelian, sedangkan KPR Multiguna atau KPR
Refinancing yang menjadi agunan adalah rumah yang sudah dimilki. Karena masuk
dalam kategori konsumtif maka peruntukan KPR haruslah untuk kegiatan yang
bersifat konsumtif seperti pembelian rumah, furniture, kendaraan bermotor, dan tidak
diperbolehkan untuk kegiatan yang bersifat produktif seperti pembelian stok barang
dagangan, modal kerja, dan lain sebagainya.
2.3.4. Jenis-Jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Menurut Tamin (2012:60) jenis-jenis pemilikan rumah (KPR) terdiri dari:
1. Kredit Perorangan, antara lain yaitu:
a. KPR Bersubsidi
Secara prinsip terdapat beberapa jenis dan persyaratan dalam KPR bersubsidi
yang diberikan oleh bank, yaitu:
1) Kelompok Sasaran dan pilihan jenis KPR bersubsidi. KPR bersubsidi
diberikan kepada keluarga/rumah tangga yang baru pertama kali memiliki
rumah dan termasuk ke dalam kelompok sasaran masyarakat berpenghasilan
rendah.tetap, yang memenuhi persyaratan untuk memperoleh fasilitas kredit
sesuai dengan ketentuan bank.
39
40
2) Penghasilan yang dimaksud adalah penghasilan pemohon yang didasarkan
atas gaji pokok pemohon atau pendapatan pokok pemohon perbulan.
3)Subsidi diberikan kepada kelompok sasaran, baik yang berpenghasilan tetap
maupun yang berpenghasilan tidak tetap.
b. Kredit Griya Utama
Adalah fasilitas kredit dengan peruntukan membeli rumah (baru/lama), rumah
belum jadi (KGU Indent), atau rumah take over.
c. KPR Platinum
Adalah Fasilitas kredit yang diperuntukkan bagi pemohon /calon debitur untuk
membiayai pembelian tanah dan bangunan rumah tinggal (baru/lama) dengan
maksimal kredit > 150 juta.
2.4. Kredit Macet
2.4.1. Pengertian Kredit Macet
Kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup
membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah
diperjanjikan. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi
kewajibannya untuk membayar angsuran pokok kredit beserta bunga yang telah
disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit.
Kredit bermasalah menurut ketentuan (Bank Indonesia) BI merupakan rasio
yang menggabungkan tingkat dalam nilai kredit bermasalah (kredit lancar kredit
dalam perhatian khusus kredit kurang lancar kredit diragukan kredit macet) Bank
Indonesia juga telah menetapkan rasio kredit bermasalah yaitu sebesar 5% .
40
41
Menurut Darmawan (2014:35) kredit macet, adalah:
“kredit yang tergolong kredit kurang lancar, kredit yang diragukan, dan kredit macet. Istilah kredit macet telah digunakan Perbankan Indonesia sebagai terjemahan problem loan yang merupakan istilah yang sudah lajim digunakan di dunia internasional. Istilah lain dalam bahasa inggris yang biasa dipake dalam istilah kredit bermasalah adalah non-performing loan”.
Selanjutnya menurut Kasmir (2012:128), dalam praktiknya kemacetan suatu
kredit disebabkan oleh dua unsur sebagai berikut:
1. Dari pihak perbankan
Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analis kurang teliti sehingga apa yang
seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya atau mungkin salah melakukan
perhitungan. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak
debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subyektif dan akal-akalan.
2. Dari pihak nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu:
a) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak
bermaksud membayar kewajibannya. Dapat dikatakan tidak adanya unsur
ketidakmauan untuk membayar walaupun sebenarnya nasabah mampu.
b) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak
mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti
kebakaran, kebanjiran, kegagalan dalam bidang usaha, sakit yang
berkepanjangan,kematian, sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak
ada.
41
42
Sebagian besar kredit bermasalah tidak muncul secara tiba-tiba. Hal ini
disebabkan karena pada dasarnya kasus kredit bermasalah merupakan satu proses.
banyak gejala tidak menguntungkan yang menjurus kepada kasus kredit bermasalah,
sebenarnya telah bermunculan jauh sebelum kasus itu sendiri muncul di permukaan.
Gejala-gejala yang muncul sebagai tanda akan terjadinya kredit bermasalah yaitu:
1. Penyimpangan dari berbagai ketentuan dalam perjanjian kredit.
2. Penurunan kondisi keuangan perusahaan.
3. Frekuensi pergantian pimpinan dan tenaga inti.
4. Penyajian bahan masukan secara tidak benar.
5. Menurunnya sikap kooperatif debitur.
6. Penurunan nilai jaminan yang disediakan.
7. Problem keuangan atau pribadi.
2.4.2. Penyebab Kredit Macet
Menurut Tamin (2012:72) penyebab kredit macet, adalah:
“sebagaimana lazimnya, begitu setiap kredit dicairkan maka otomatis akan timbul resiko, bahkan kearah kemungkinan kredit macet. Kredit macet memang sudah merupakan resiko yang melekat dan harus dipikul oleh pemberi kredit. Namun demikian hal itu dapat diminimalisir untuk menghindari kerugian yang lebih besar misalnya asuransi kredit, agunan yang margetablepengikat yang kuat”.
Berbica tentang kredit macet bank memang selalu dihadapkan kepada masalah
yang cukup kompleks. Seringkali penyebab kredit macet itu tidak hanya bersumber
dari satu faktor saja, tetapi dapat dari berbagai faktor. Dua perusahaan sektor usaha
42
43
sama yang memiliki kredit macet, penyebab macetnya pinjaman bisa saja tidak sama,
atau bisa sama dalam satu faktor namun faktor lainnya berbeda.
Menurut Tamin (2012:75) ada beberapa faktor penyebab kredit macet antara
lain:
1. Dari Sudut Penerima Kredit (Debitur)
a. Manajemen.
Kepiawayan debitur (pemilik perusahaan) dalam menjalan usahanya sangat lah
menentukan. Setiap peluang bisnis yang muncul harus dapat dimanfaatkan
dengan baik oleh debitur sehingga bisa benar-benar menghasilkan keuntungan
yang riil. Namun demikian kebijakan bank yang tidak tepat atau kurang
bijaksana akan dapat mempengaruhi kelancaran jalannya usaha. Misalnya
praktik dalam kebijakan kepegawaian yang tidak baik, sehingga akan
menimbulkan pemogokan kerja, kerja malas-malasan, produktifitas rendah dan
piutang tidak tertagih meningkat.
b. Keuangan
Kondisi keuangan yang memburuk akibat terlalu banyaknya utang dan akibat
banyaknya piutang yang tidak tertagih memang bisa menyebabkan sebuah
usaha menjadi macet. Namun disamping itu ada penyebab lain seperti sistem
belanja perusahaan yang tidak benar, sistem prioritas belanja yang tidak tepat,
keuangan yang tidak terkontrol dengan baik, biaya operasional yang terlalu
tinggi, atau bahkan penghianatan oleh kepercayaan sendiri. Untuk menggali
kebenaran suatu keuangan dan rencana debitur dalam meningkatkan usahnya,
43
44
disamping verifikasi data keuangan, bank perlu mendekati calon debitur secara
lebih agar info sebenarnya bisa didapatkan.
c. Kepribadian atau Watak
Dalam hal ini kepribadian atau watak dari debitur dapat mempengaruhi kredit
macet, misalnya jika awal debitur memang tidak serius menggunakan kredit
dengan baik, hal ini sulit dideteksi oleh bank karena debitur pasti berusaha
menutupi hal tersebut. Dalam pembelanjaan investasi yang belum perlu
dilakukan atau masih bisa ditunda tetapi, tetap dilakukan dan meminta kredit
kepada bank sehingga hal itu akan menambah beban biaya. Kredit yang
diterima sebagian atau seluruhnya digunakan untuk membayar utang pribadi,
membeli mobil baru untuk anaknya atau bisa terjadi biaya hidup melebihi
pendapatan dari usahanya.
2. Dari Sudut Pemberi Kredit (Bank)
a. Analis Kurang Melakukan Verifikasi Data
Penyebab kenapa verifikasi data tidak memberikan yang kurang maksimal
sebagai mana mestinya ialah keterbatas waktu dari seorang analis untuk
melakukan pengecekan menyeluruh dan permintaan pengadaan dat tidak
direspon dan dipenuhi oleh calon debitur.
b. Ditekan Pencapaian Target
Jika seorang analis dikejar target, maka biasanya langkah yang dilakukan analis
bukan dengan memberikan kredit sebesar-besarnya guna pencapaian target,
tetapi bagaimana memproleh debitur sebanyak-banyaknya. Sejatinya bagi bank
44
45
lebih baik target tidak tercapai dari pada akhirnya potensi kredit macet jadi
melonjak.
c. Analisa Prospek Yang Kurang Mendalam
Setiap analisa dan proyeksi kedepan sebaiknya didasarkan atas data-data yang
akurat sehingga hasilnya akan baik. Bagaimana pun baiknya prospek suatu
usaha yang akan dibiayai, resiko usaha akan selalu ada. Namun dengan analisa
dan proyeksi yang baik hal itu tentu akan disusun berbagai antisipasi untuk
mengurahi resiko tersebut.
2.4.3. Penyelesaian Kredit Macet
Menurut Haryani (2010:41) jika tindakan untuk penyelamatan kredit yang
dilakukan oleh bank ternyata tidak berhasil, maka bank dapat melakukan tindakan
lanjutan berupa penyelesaian kredit macet melalui penghapusan kredit macet
(writeoff). Penghapusan kredit macet terbagi dalam dua tahap:
1. Hapus buku atau penghapusan secara bersyarat atau conditional write off.
2. Hapus tagih atau penghapusan secara mutlak atau absolute write off.
Hapus buku dilakukan dengan cara mengeluarkan portofolio kredit macet dari
pembukuan bank, namun tetap melukan penagihan kepada debitur. Sedangkan dalam
program hapus tagih, bank tidak lagi melakukan penagihan kepada debitur. Jika
kemudian program hapus buku dan hapus tagih belum juga berhasil mengembalikan
dana kredit yang disalurkan kepada debitur, maka bank dapat menyelesaikan
portofolio kredit macet melalui jalur litigasi (proses peradilan) maupun jalur non-
ligitasi (diluar proses peradilan). Program hapus buku dan hapus tagih dilakukan
45
46
untuk menurunkan rasio kredit bermasalah sehingga dapat meningkatkan tingkat
kesehatan bank.
Menurut Tamin (2012:77) program penghapusan kredit terhadap portofolio
macet dalam praktiknya bisa saja mengalami keberhasilan dan kegagalan.
Keberhasilan program tersebut terutama dapat diukur dari tingginya angka
pengembalian atau pelunasan kredit macet, baik pelunasan secara tunai ataupun
dengan cara penyerahan agunan. Dilain pihak, program tersebut juga bisa mengalami
kegagalan, yaitu jika debitur kredit macet tidak mau atau tidak mampu melunasi
kreditnya. Kegagalan program penghapusan kredit dapat dipicu oleh sejumlah faktor
yaitu:
1. Debitur tidak mempunyai informasi yang jelas dan lengkap tentang keberadaan
program hapus buku dan hapus tagih.
2. Debitur kesulitan melunasi untng secara tunai.
3. Debitur kesulitan menjual sendiri agunanya.
4. Bank enggan menerma pelunasan utang dengan cara assetsettlement.
5. Bank enggan memberikan fasilitas restrukturisasi kredit dan refinansing
6. Bank tidak lagi memberikan tambahan waktu kepada debitur untuk menjual sendiri
agunannya.
Menurut Tamin (2012:50) penyelesaian kredit macet dengan cara non-litigasi
dapat ditempuh melalui:
1. Penjualan portofolio kredit macet.
2. Pengambilan alihan agunan.
3. Alternatif penyelesaian senggeta (negoisasi, mediasi, konsiliasi, arbitrase).
46
47
4. Penjualan agunan via parate exsekusi.
5. Penjualan aguana secara suka rela.
6. Penjualan agunan dibawah tangan.
7. Pelelangan agunan via lelang secara suka rela.
Bentuk penyelamatan kredit macet menurut Bank Indonesia dalam buku
Kasmir adalah sebagai berikut:
1. Rescheduling, atau penjadwalan kembali. Yaitu upaya berupa melakukan
perubahan syarat-syarat perjanjian kredit yang berkenan dengan jadwal
pengembalian/pembayaran kembali kredit atau jangka waktu kredit termasuk masa
tenggang dan termasuk perubahan besarnya jumlah angsuran.
2. Reconditioning, atau persyaratan kembali. Yaitu upaya melakukan perubahan atas
sebagian atau seluruh syarat-syarat perjanjian kredit yang tidak terbatas hanya
kepada perubahan jadwal angsuran atau jangka waktu kredit.
3. Restructuring, atau penataan kembali. Yaitu upaya berupa perubahan syarat-syarat
perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit atau melakukan konversi atas
sebagian atau seluruh dari kredit macet itu menjadi penyertaan dalam perusahaan
dan atau konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi kredit baru.
Pemberian kredit baru ini dimaksudkan supaya perusahaan yang macet kreditnya
diharapkan dapat bangkit kembali melakukan aktivitas usahanya sehingga nasabah
dapat membayar kembali tunggakan cicilan beserta bunganya.
Dalam rangka mendukung kelancaran penyelesaian pembayaran angsuran KPR
(collection), bank wajib paling kurang menyusun sistem dan prosedur operasional
mengenai collection baik yang dilakukan oleh unit kerja bank dengan menggunakan
47
48
tenaga collector yang merupakan pegawai bank maupun dengan menggunakan jasa
pihak ketiga termasuk alternatif tindak lanjut penanganan permasalahan collection.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum Tentang PT. Bank Tabungan Negara (persero), TBK
3.1.1.Sejarah singkat PT. Bank Tabungan Negara (persero), TBK.
Bank BTN lahir sekitar tahun 1897, pada saat itu masih bernama Postpaar
bank yang berkedudukan di Batavia ( Jakarta ). Bank BTN berkali-kali berganti nama
mulai dari postpaarbank, kemudian berganti menjadi Tyokin Kyoku yang
dikendalikan oleh pemerintahan Jepang. Kemudian berganti nama lagi menjadi
Kantor Tabungan Pos. Tidak lama kemudian berganti nama lagi menjadi Bank
Tabungan Pos Republik Indonesia. Akhirnya pada 9 februari 1950 Bank Tabungan
Pos dibekukan dan dibentuklah Bank BTN. Maka setiap tanggal 9 Februari
diperingati sebagai hari kelahiran Bank BTN.
Bank BTN merupakan bank umum nasional yang berfokus pada pembiayaan
perumahan, dengan penyediaan Kredit Pemilihan Rumah (KPR) untuk kalangan
masyarakat yang luas, baik KPR bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan
48
49
menengah ke bawah, maupun KPR komersial untuk segmen menengah ke atas. Bank
BTN didirikan berdasarkan Undang-undang Darurat No. 9 Thun 1950 pada tanggal 9
Februari 1950 dengan nama Bank Tabungan Pos. Nama ini kemudianberubah
menjadi Bank Tabunga Negara pada tahun 1963 melalui Perpu No. 4 tahun 1963 dan
UU No. 21 tahun 1964. Seiring dengan dimulainya rencana pembangunan perumahan
oleh Pemerintah, pada tahun 1974, Bank BTN ditunjuk sebagai Lembaga Pembiayaan
Kredit Perumahan, dengan realisas KPR pertama pada tanggal 10 Desember 1976.
Kebijakan Pemerintah untuk memfasilitasi penyediaan rumah baru sebagai
kebutuhan utama penduduk, yang terus tumbuh sebesar 800.000 rumah pertahun serta
Program Pemerintah untuk membangun 1000 tower rumah susun untuk masyarakat.
Disamping fokus bisnis ini dibidang perumahan, BTN juga menyediakan layanan
perbankan umum yang luas dengan portofolio yang terus meningkat, baik disektor
pendanaan, kredit maupun layanan, termasuk perbankan Syariah, untuk memenuhi
kebutuhan nasabah yang beragam.
Setiap perusahaan memiliki visi, misi, dan strategi agar perusahaan tersebut
mencapai apa yang diinginkan. Begitu juga dengan PT. Bank Tabunan Negara
sebagai salah satu bank yang terkemuka dalam menyukseskan program pemerintah
terutama dibidang perumahan tentu memiliki visi dan misi yang jelas demi kepuasan
nasabah.
1. Visi Bank Tabungan Negara
Menjadi Bank yang terkemuka dan menguntungkan dalam pembiayaan perumahan
2. Misi Bank Tabungan Negara
49
50
a. Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri
ikatan kepada lapisan masyarakat menengah kebawah serta menyediakan
produk jasa perbankan lainnya.
b.Menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia Bank BTN yang
berkualitas dan profesionalitas serta memiliki integrasi yang tinggi.
c. Mengambil komitmen kepada pemegang saham yaitu menghasilkan laba dan
pendapatan persamaan yang tinggi serta ikut mendukung program
pembagunan perumahan nasional.
d. Memperdulikan kepentingan masyarakat dan lingkungan.
3.1.2. Struktur Organisasi PT. Bank Tabungan Negara
Struktur Organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang dan
tanggung jawab secara sistemati yang menunjukkan adanya hubungan atau
keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang yang telah ditetapkan.
Demi tercapainya tujuan umum suatu intansi diperlukan suatu wadah untuk mengatur
seluruh aktivitas maupun kegiatan intansi tersebut. Melalui struktur organisasi yang
baik, pengaturan pelaksanaan pekerjaan dapat diterapkan, sehingga efisiensi dan
efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Suatu intansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan
perserongan, maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan
serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara varikal, melalui
50
51
saluran tungkal. Struktur organisasi pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk,
dapat dilihat pada lampiran.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk memiliki pembagian tugas,
wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan bagiannya masing-masing.
Gambar: 3.1. Struktur Organisasi Bank Tabungan Negara
1. Branch Manager
a. Branch Manager bertanggung jawab untuk menjamin berlangsungnya
operasional Bank.
b. Menciptakan pengawasan internal yang efektif dan efisien.
c. Memantau serta mengelola resiko yang dihadapi Bank.
d. Memelihara iklim yang mendukung terciptanya produktivitas.
51
52
e. Mengelola sumber daya manusia menjaga profesionalisme
f. Menyampaikan laporan tentang kinerja Bank secara menyeluruh kepada
2. Deputy Branch Manager Commercial
a. Menyusun kebijakan dan strategi dalam pencapaian target dana dan Kredit
Komersial (Lembaga).
b. Meningkatkan tata kualitas kelola perusahaan khususnya dalam pencapaian
target dana dan kredit komersil / lembaga.
c. Mengevaluasi dan memutus kredit komersial sesuai dengan wewenang
memutus.
Deputy Branch Manager Commercial membawahi :
a). Commercial Funding Unit (CFU)
Unit ini bertugas menghimpun dana pihak ketiga baik tabungan, giro
ataupun deposit yang bersifat Komersial / Lembaga.
b). Mortgage Commercial Lending Unit Head (MCLU)
Unit ini bertugas mencari dan merealisasi Kredit Komersial atau Lembaga
yang berkualitas sehingga dapat memenuhi target kebutuhan kantor
cabang.
3. Deputy Branch Manager Consumer
52
53
a. Menyusun Kebijakan dan strategi dalam mencapai dana dan kredit consumer
(perorangan).
b. Meningkatkan kualitas tata kelola perusahaan khususnya dalam mencapai target
dana dan kredit consumer atau perorangan.
c. Mengevaluasi dan memutuskan kredit consumer sesuai dengan batas wewenang
memutus.
d. Mengevaluasi standar pelayanan Dana maupun kredit consumer. Deputy
Branch Manager membawahi :
1). Commercial Funding Unit (CFU)
Unit ini bertugas menghimpun dana pihak ketiga baik tabungan, giro
ataupun deposit yang bersifat Komersial atau Lembaga.
2). Mortgage Commercial Lending Unit Head (MCLU)
Unit ini bertugas mencari dan merealisasi Kredit Komersial
atauLembaga yang berkualitas sehingga dapat memenuhi target
kebutuhan kantor cabang.
3). Costumer care
Bertugas me-maintance nasabah baru maupun nasabah lama, memberi
pelayanan terbaik bagi Nasabah dalam hal melayani, Pembukaan
Tabungan, Giro dan Deposito Nasabah.
4. Deputy Branch Support
a. Menyusun kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sumber SDM dan
Operasional Bank.
53
54
b. Mengevaluasi penempatan sumber SDM sehingga menghasilkan SDM yang
berkualitas dan produktif.
Deputy Branch Support membawahi :
1). General Admin
Bertugas untuk melakukan perekrutan karyawan apabila dipelukan,
memonitoring karyawan melalui kehadiran, kinerja, dan pembayaran gaji
karyawan.
2). Transaction Proseccing
Bertugas melakukan transaksi-transaksi yang bersifat back office seperti
melakukan kliring, maintance ATM, penyediaan Bilyet Giro dan Cek.
3). Loan Consumer Work Out
Bertugas melakukan penagihan untuk debitur-debitur bermasalah, dan
melakukan lelang apabila debitur sudah tidak tertagih lagi.
3.1.3. Kegiatan Usaha PT. Bank Tabungan Negara
Kegiatan usaha yang dijalankan oleh PT. Bank Tabungan Negara meliputi
produk dana, kredit dan jasa. Berikut beberapa jenis produk dana, kredit dan jasa
yang ada pada Bank Tabungan Negara, yaitu:
1. Produk Dana
Produk simpanan yang disediakan oleh PT. Bank Tabungan Negara, yaitu:
a.Tabungan Batara
b. Tabungan e-Batara Pos
c. Tabungan Batara Prima
54
55
d. Tabungan Haji Nawaitu
e. Sertifikat Deposito
f. Giro
g. Deposito Berjangka
2. Usaha Jasa Bank
Produk jasa yang disediakan adalah:
a. ATM Batara
b. Kiriman Uang
c.Inkaso
d. Money Changer
e. Safe Deposito Box
f. Bank Garansi
g. RTGS (Real Gross Settlement)
h. Penerima Biaya Perjalanan Ibadah Haji
i. SMS Banking
j. Penerima Pembayaran Tagihan Telkom, PLN, HP,dan isi ulang HP
3. Usaha Pinjaman atau Kredit
Usaha pinjaman kredit kepada PT. Bank Tabungan Negara dalam bentuk:
a. Kredit Griya Utama
b. KPR Platinum
c. Kredit Griya Multi
d. Kredit Swa Griya
55
56
e. Kredit Swadana
f. Kredit Pemilikan Rumah
g. Kredit Ringan Batara
h. Kredit Yasa Griya
i. Kredit Pendukung Perumahan
j. Kredit Modal Kerja Kontraktor
k. Kredit Investasi
3.2. Hasil Penelitian
Dalam kegiatan perkreditan bank, khususnya Bank Tabungan Negara terdapat
pengembalian kredit yang bermasalah baik yang disengaja maupun tidak.
Pengembalian ini sering disebut Non Performing Loan (NPL) atau pengembalian
kredit bermasalah yang terdiri dari kredit kurang lancar, diragukan, macet. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder yaitu berupa laporan data kredit
bermasalah PT. Bank Tabungan Negara yang didapat dari laporan publikasi yang
terdapat pada website resmi BI (Bank Indonesia).
3.2.1. Analisa Penyelesaian Kredit Bermasalah PT. Bank Tabungan Negara
Berbagai upaya yang dilakukan oleh PT. Bank Tabungan Negara untuk
menyelesaikan kredit bermasalah dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Meningkatkan penagihan dan pembinaan secara lebih intensif untuk semua
nasabah kredit dengan prioritas nasabah lancar (L), sedangkan nasabah yang
memiliki tunggukan lebih dari 3 bulan supaya tidak akan menambah jumlah
nasabah dengan kategori kurang lancar (KL) maka penangih nasabah yang baru
56
57
masuk kategori KL untuk mengupayakan beberapa angsuran sehingga bisa lepas
dari kategori KL menjadi L.
2. Mengaktifkan Surat Peringatan atau Teguran kepada nasabah yang telah
wanprestasi antara lain sebagai berikut:
a. Memberi Surat Peringatan (SP) I kepada nasabah yang telah mempunyai
tunggukan angsuran lebih dari I (satu) kali angsuran.
b. Memberikan Surat Peringatan (SP) II kepada nasabah yang tidak beritikad baik
setelah diberikan SP I, dan pemberian SP III kepada nasabah yang tidak
beritikad baik setelah diberikan SP II.
c. Jika sampai SP III nasabah tetap tidak beritikad baik, maka untuk debitur
dengan agunan tanah atau bangunan akan diberikan shock theraphy dengan
pengiriman surat pemberitahuan pemasangan sticker pengawasan bank pada
tanah atau bangunan yang menjadi agunan dengan tembusan ke ketua Rt
setempat 2 ( dua) hari sebelum pemasangan papan pengawasan bank (pathok)
dilakukan sedangkan untuk debitur dengan agunan kendraan bermotor (jika
dilengkapi dengan surat penyerahan agunan jika wan prestasi) dilakukan
pengembalian agunan untuk sementara diamankan dikantor bank.
3. Melakukan pemasangan sticker pengawasan pada tanah atau bangunan jaminan
jika surat-surat peringatan yang kita kirim tidak ditanggapi sama sekali sebagai
langkah awal penguasaan jaminan kredit.
4. Melakukan pendekatan secara kekeluargaan kepada debitur yang sudah tidak
berkemampuan, untuk melakukan penjualan jaminan secara bersama-sama.
57
58
5. Melakukan pelelangan jaminan kredit macet berupa tanah atau bangunan yang
telah dilakukan pengikata secara Akte Pemberian Hak Tanggungan (APHT)
dengan bekerjasama dengan kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL). Jika memang pendekatan secara kekeluargaan tidak bisa dilakukan.
6. Melakukan penghapus bukuan kredit yang telah berkategori macet,
dilaksanakan secara efektif dan tertib mengacu pada peraturan Bank Indonesia
namun tetap dilakukan penagihan kepada nasabah.
7. Untuk kedepan akan meningkatkan penyaluran kredit yang diberikan secara
baik dan tepat sasaran namun tetap memegang prinsip kehati-hatian dan kaidah-
kaidah perkreditan namun.
Berikut ini adalah salah satu penyelesaian kredit yang pernah diselesaikan oleh
Bank Tabungan Negara, namun untuk menjaga nasabah maka nama yang
dipergunakan disini bukanlah nama sebenarnya.
Debitur tuan X mengajukan permohonan kredit sebesar Rp. 200.000.000 pada
Bank Tabungan Negara dengan jaminan sertifikat tanah dan jangka waktu 3 tahun
dan cicilannya perbulan sebesar Rp. 7.556.000. Sesuai dengan Standar Operasional
dan Prosedur Pemberian Kredit (SOPPK) pada Bank Tabungan Negara bahwa setiap
pemberian kredit atas permohonan kredit dari calon debitur harus terlebih dahulu
dilakukan survey atas kelayakan jaminan maupun kemampuan debitur, di mana
survay tersebut harus tersebut harus memperhatikan prinsip kehati-hatian.
Setelah dilaksanakan survey atas kelayakan jaminan dan kemampuan debitur,
kemudian dilakukan analisa kredit dan persetujuan permohonan kredit oleh Komite
Kredit. Kemudian setelah disetujui, debitur datang untuk menyerahkan sertifikat
58
59
yang akan dijadikan sebagai agunan kredit pada Bank Tabungan Negara yang
selanjutnya diserahkan kepada notaris guna pengecekan keaslian sertifikat. Setelah
selesai pengurusan sertifikat sehingga penandatanganan. Perjanjian Kredit (PK) atas
pencairan kredit dilaksanakan. Pengikatan kredit untuk pencairan atas nama debitur
Tuan X dilangsungkan dengan penandatanganan perjanjian kredit di bawah tangan
antara Bank Tabungan Negara dengan debitur Tuan X tersebut.
Pada awalnya semua kewajiban dibayar sesuai dengan kewajibannya. Tetapi
pada pertengahan pembayaran angsuran mulai terlambat dari jadwal yang telah
ditentukan pada waktu jatuh tempo pembayaran angsuran, debitur Tuan X
mengatakan sedang ada keperluan mendadak sehingga tidak dapat melakukan
pembayaran angsuran. Namun pada kenyataan debitur Tuan X mengulur-
mengulurwaktu pembayaran dengan bermacam-macam alasan, sehingga pihak bank
memberikan Surat Peringatan I (SP I). Setalah itu pembayaran angsuran dilakukan
oleh debitur Tuan X sesaat sebelum pinjamannya masuk dalam kolektibilitas 2 (dua)
kurang lancar, dimana pada saat pembayaran angsuran tersebut debitur Tuan X masih
memiliki tunggakan angsuran. Di sini mulai terlihat bahwa debitur Tuan X
mempunyai masalah keuangan yang berakibat pada kelancaran pembayaran angsuran,
dan sehubungan dengan itu juga debitur Tuan X tidak dapat dihubungi.
Melihat rincian jadwal pembayaran yang tidak baik atas nama Tuan X,
manajemen Bank Tabungan Negara kemudian menugaskan kolektur untuk mencari
informasi dan keberadaan debitur Tuan X. Dari hasil pencarian informasi dilapangan
oleh kolektor diproleh informasi bahwa debitur Tuan X terkena masalah di usahanya
yang tidak berjalan lancar, dan pada saaat peninjauan ketempat tinggal debitur, serta
59
60
pihak bank memberikan Surat Peringatan II (SP II) diketahui bahwa pada waktu itu
ada kemungkinan debitur Tuan X menggunakan uang tidak sebagaimana mestinya
sehingga mengakibatkan terganggunya keuangan rumah tangga debitur.
Dalam hal ini pihak keluarga debitur sangat kooperatif dengan pihak bank di
mana keluarga debitur masih memiliki keinginan dan itikad baik untuk
menyelesaikan kredit bermasalah atas nama debitur Tuan X setelah dilakukan
perundingan dengan keluarga, disepakati bahwa keluarga akan melakukan pelunasan
kredit atas nama Tuan X dengan cara menjual aset berupa tanah pekarangannya,
yang kemuan uang hasil penjualan tersebut akan digunakan menutupi seluruh
tunggakan kredit baik tunggakan pokok, tunggakan bunga, maupun denda yang
timbul akibat keterlambatan pembayaran angsuran.
Dari uraian di atas sudah terlihat bahwa Bank Tabungan Negara sudah memiliki
dan mematuhi Standar Opersional dan Prosedur Pemberian Kredit (SOPPK) intern
perusahaan yang digunakan oleh Bank Tabungan Negara yang tercantum dalam Surat
Edaran Bank Indonesia No 14/26/DKBU Tanggal 19 September 2012 Pedoman
Kebijakan dan Prosedur Perkreditan bagi Bank Tabungan Neagara, di mana
kebijakan perkreditan tersebut harus dibuat dalam bentuk tertulis yang sekurang-
kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok sebagaimana ditetapkan dalam
pedoman pedoman kebijakan perkreditan bank serta dengan adanya perjanjian kredit
yang dibuat secara tertulis antara Bank Tabungan Negara dengan debitur Tuan X
menunjukkan bahwa Bank Tabungan Negara telah memenuhi ketentuan yang
diharuskan oleh Bank Indonesia mengenai pedoman perkreditan tersebut.
60
61
Ada berbagai hal yang menjadi penyebab terjadinyan kredit macet. Jika dibagi
secara garis besar maka penyebab dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor yang berasal dari bank
Bank dapat sebagai salah satu penyebab terjadinya kredit macet. Bank memegang
peranan akan kemungkinan tersebut terjadinya kredit macet, namun bank juga
merupakan penyaring (filter) di awal untuk mengantisipasi terjadinya kredit macet.
Berikut adalah hal-hal penyebab terjadinya kredit macet yang merupakan faktor
yang berasal dari bank.
a. Bank salah atau kurang cermat dalam melakukan analisa permohonan kredit
debitur
b. Pemberian plafond kredit yang berlebihan atas kebutuhan debitur
c. Kurangnya pengawasan bank atas kredit yang diberikan
d. Kredit titipan dari atasan (pejabat bank yang berwenang memberikan keputusan
dalam pemberian kredit maupun pejabat bank yang bertugas dalam ekspansi
kredit mempunyai andil untuk meloloskan permohonan kredit dari relasi atau
keluarganya yang kurang memenuhi syarat sebagai kredit bank)
2. Faktor yang berasal dari debitur
Ada beberapa faktor debitur yang mempengaruhi terjadinya kredit macet adalah:
a. Nasabah menyalahgunakan kredit
b. Nasabah kurang mampu mengelola usahanya
c. Nasabah beritikad tidak baik
3. Faktor dari luar kemampuan bank dan debitur
61
62
Adanya bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, banjir, badai, musim kemarau
yang berkepanjangan, kebakaran dan sebagainya yang dapat mengganggu
produktifitas usaha debitur
Dari berbagai uraian di atas mengenai penyebab kredit bermasalah, penyebab
kredit bermasalah atas nama debitur Tuan X merupakan sebab yang berasal dari
internal debitur sendiri, yaitu adanya penyalahgunaan dana fasilitas kredit dan
kekurangan maupun debitur dalam mengelola keuangan rumah tangganya. Jadi dalam
hal ini bank tidak mempunyai andil sebagai penyebab kredit bermasalah atas nama
debitur Tuan X.
Dari kasus diatas terlihat bahwa penyelesaian kredit bermasalah tidak melalui
harus melalui jalur hukum atau pengadilan tetapi dapat juga diselesaikan secara
kekeluargaan, di mana biaya jauh lebih murah, dengan cara penyelesaian yang mudah
dan relatif cepat. Dari penyelesaian kredit bermasalah atas nama debitur Tuan X
tersebut dapat dilihat bahwa penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan oleh
Bank Tabungan Negara sudah sesuai dengan prosedur dan peraturan dari BI (Bank
Indonesia) yang ada.
3.2.2. Analisa Nilai NPL. PT. Bank Tabungan Negara
Penetapan kolektibilitas kredit dinilai berdasarkan kemampuan membayar.
Menurut PT. Bank Tabungan Negara terdapat 4 (empat) kolektibilitas kredit, antara
lain:
1. Lancar (L)
Kredit dengan tingkat pembayaran tepat waktunya dan tidak ada tunggakan.
2. Dalam Perhatian Khusus (DPK)
62
63
Adalah pinjaman yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dana atau bunga
sampai dengan 90 hari.
3. Kurang Lancar (KL)
Kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah
melampaui 90 hari sampai dengan 120 hari.
4. Diragukan (D)
Kredit yang terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah
melampaui 120 hari sampai dengan 180 hari.
5. Macet ( M )
Kredit yang terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah
melampaui 180 hari sampai dengan 360 hari.
Berikut ini adalah data rincian penyaluran kredit Bank Tabungan Negara
selama tiga tahun terakhir pada tabel berikut:
Tabel III.IKomposisi Kredit yang Diberikan Berdasarkan Penyaluran
PT. Bank Tabungan NegaraPeriode 2013-2015
Penyaluran
Kredit2013 2014 2015
Lancar Rp. 2.267.678.000,- Rp. 1.751.783.000,- Rp. 1.833.576.000,-
Dalam Perhatian
KhususRp. 1.236.789.000,- Rp. 1.204.124.000,- Rp. 1.268.145.000,-
Kurang
LancarRp. 7.072.000,- 0 0
Diragukan Rp. 33.752.000,- 0 0
Macet Rp. 934.220.000,- Rp. 918.162.000,- Rp. 805.083.000,-
Total Rp. 4.479.511.000,- Rp. 3.874.069.000,- Rp. 3.906.804.000,-
63
64
Sumber : Data Olahan Penulis
Berdasarkan tabel III.I dapat diuraikan
1. Pada tahun 2013 total penyaluran kredit berjumlah Rp.4.479.511.000,- yaitu dilihat
dari kriteria lancar sebesar Rp. 2.267.678.000,- dalam perhatian khusus sebesar
Rp. 1.236.789.00,- kurang lancar sebesar Rp. 7.072.000,- kredit diragukan
berjumlah Rp. 33.752.000,- kredit macet berjumlah Rp. 934.220.000,-.
2. Pada tahun 2014 total penyaluran kredit berjumlah Rp. 3.874.069.000,-yang terdiri
dari kredit lancar Rp. 1.751.783.000,- dalam perhatian khusus sebesar Rp.
1.204.124.000,-pada kategori kurang lancar dan diragukan mengalami penurunan
hingga 100%. Sedangkan untuk kredit macet juga mengalami penurunan sebesar
Rp. 16.058.000,-.Sehingga kredit macet pada tahun 2014 tersisa Rp.
918.162.000,-.
3. Pada tahun 2015 total kolektibilitas kredit sebesarRp. 3.874.069.000,-yang terdiri
dari kredit lancar Rp. 1.833.576.000,- dan kredit macet sebesar Rp. 805.083.000,-
pada kredit macet terjadi penurunan sebesar Rp. 113.079.000,-.
Berikut ini rincian Non performing loan (kolektibilitas kurang lancar,
diragukan,dan macet) PT. Bank Tabungan Negara selama tiga tahun terakhir pada
tabel berikut:
Tabel III.2Rincian Kredit Non forming loan (NPL)PT. Bank Tabungan
NegaraPeriode 2013-2015Kolektibilitas
Kredit2013 2014 2015
Kurang Rp. 7.072.000,- 0 0
64
65
Lancar
Diragukan Rp. 33.752.000,- 0 0
Macet Rp. 934.220.000,- Rp. 918.162.000,- Rp. 805.083.000,-
Total NPL Rp. 975.044.000,- Rp. 918.162.000,- Rp. 805.083.000.-
Rasio NPL 21,76% 23,70% 20,60%
Sumber : Data Olahan Penulis
Berikut perhitungan Rasio Non Performing Loan (NPL), berdasarkan
kolektibilitas kredit pada PT. Bank Tabungan Negara, maka akan diproleh sebagai
berikut:
1. Rasio NPL tahun 2013
a. Kredit Bermasalah (Non Performing Loan)
1) Kurang Lancar = Rp. 7.072.000,-
2) Diragukan = Rp. 33.752.000,-
3) Macet = Rp. 934.220.000,- +
Total kredit bermasalah = Rp. 975.044.000,-
b. Total kredit yang disalurkan = RP. 4.479.511.000,-
Rasio NPL tahun 2013 = RP . 975.044 .000
RP . 4.479 .511000 X 100%
=Rp. 21,76%
Diketahui rasio NPL pada tahun 2013 yang ada sebesar Rp. 975.044.000,-
atau sebesar 30,06%, ini menunjukkan bahwa rasio NPL tersebut berada diatas rasio
NPL yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) dengan persentase kelebihan sebagai
berikut 5% - 21,76% = 16,76%.
65
Rasio NPL = Totalkredit bermasalah
Total kredit X 100%
66
2. Rasio NPL tahun 2014
a. Total kredit bermasalah (NPL)
1) Kurang Lancar = 0
2) Diragukan = 0
3) Macet = Rp. 918.162.000,- +
Total kredit bermasalah = Rp. 918.162.000,-
b. Total kredit yang disalurkan =Rp. 3.874.069.000,-
Rasio NPL tahun 2014 = RP .918.162 .000 ,− ¿Rp. 3.874 .069 .000 ,−¿¿
¿ X 100%
=Rp. 23,70%
Diketahui tingkat rasio NPL pada tahun 2014 yang ada sebesar Rp.
918.162.000,- atau sebesar 23,70% ini menunjukkan bahwa rasio NPL tersebut
berada di atas rasio NPL yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) dengan persentase
kelebihan sebagai berikut 5% - 23,70% = 18,70%.
3. Rasio NPL tahun 2015
a. Total kredit bermasalah (NPL)
1) Kurang Lancar = 0
2) Diragukan = 0
3) Macet = Rp. 805.083.000,- +
Total kredit bermasalah = Rp. 805.083.000,-
b. Total kredit yang disalurkan = Rp. 3.906.804.000,-
Rasio NPL tahun 2015 = RP .805.083 .000 ,− ¿Rp .3.906 .804 .000 ,−¿¿
¿ X 100%
66
67
= Rp. 20,60%
Diketahui tingkat rasio NPL pada tahun 2015 yang ada sebesar Rp.
805.083.000,- atau sebesar 20,60%, ini menunjukkan bahwa rasio NPL tersebut
berada di atas rasio NPL yang di tetapkan Bank Indonesia (BI) dengan persentase
kelebihan sebagai berikut : 5% - 20,60% = 15,60%.
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka Non performing loan (NPL) tahun
2013-2015 dapat dirata-ratakan menjadi:
21,76% + 23,70% + 20,60% = 66,06%
Jadi rata rata NPL = 66,06 %
3
= 22,02%
Dilihat dari aspek Non Performing Loan (NPL) (kolektibilitas kurang lancar,
diragukan,dan macet) yang rata- rata persentasenya 22,02% atau lebih dari 5% yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI). Maka dilihat dari tolak ukur tingkat kesehatan
bank, tingkat NPL pada PT. Bank Tabungan Negara berkategori tidak sehat.
Tabel III. 3Kesehatan Bank Non Performing Loan (NPL)PT. Bank Tabungan Negara
Periode 2013-2015Tahun NPL Satndar BI Keterangan
2013 21,76% 5% Tidak Sehat
2014 23,70% 5% Tidak Sehat
2015 20,60% 5% Tidak Sehat
Sumber : Data Olahan Penulis
67
68
3.2.3. Analisa Perkembangan NPL PT. Bank Tabungan Negara
Berikut ini adalah data perkembangan Non performing Loan (NPL) PT. Bank
Tabungan Negara selama 3 (tiga) tahun terakhir pada tabel berikut.
Tabel III. 4Perkembangan Non Performing Loan (NPL)PT. Bank Tabungan Negara
Periode 2013-2015
Tahun
Perkembangan Non Performing Loan
NPL dalam
Rupiah
(Rp)
Naik
(Rp)
Turun
(Rp)
NPL
dalam
Persentase
(%)
Naik
(%)
Turun
(%)
2013 Rp. 975.044.000,- 21,76
2014 Rp. 918.162.000,- -56.882.00
023,70 1,49 -
2015 Rp. 805.083.000.- -113.079.0
0020,60 - 3,1
Sumber : Data Olahan Penulis
Dari tabel III.3 dapat diketahui bahwa perkembangan rasio NPL pada PT.
Bank Tabungan Negara berkategori tidak sehat. Rasio Kualitas Aktiva Produktif yang
menurun menjadi tidak baik disebabkan karena bermuculan kredit bermasalah pada
tahun 2013 yang dikarenakan adanya kerjasama yang tidak baik oleh PT. Bank
Tabungan Negara, sehingga mengakibatkan kredit bermasalah Non Performing Loan
68
69
(NPL) pada PT. Bank Tabungan Negara pernah menjadi 21,76%. Namun pada tahun
2014 rasio kredit bermasalah Non Performing Loan (NPL) PT. Bank Tabungan
Negara mulai memburuk kembali yaitu sebesar 23,70% yang di akibatkan para
debitur tidak membayar kewajibannya karena sulit untuk dihubungi. Bank selalu
melakukan yang terbaik untuk menurunkan nilai Non Performing Loan (NPL), pihak
bank melakukan berbagai upaya untuk menurunkan nilai (NPL) salah satunya dengan
cara melakukan Perjanjian Kredit (PK) ulang kepada para nasabah kredit pemilikan
rumah (KPR) kreditnya dibiayai oleh PT. Bank Tabungan Negara. Kinerja bank
terlihat pada 2015 yang berangsur-angsur mulai membaik sehingga rasio kredit
bermasalah Non Performing Loan (NPL) menurun menjadi 20,60%. Meskipun
terlihat sudah mulai membaik namun Non Performing Loan (NPL) bank masih jauh
di atas 5% dari yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI).
69
70
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka penelitian dapat
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Penyebab terjadinya kredit bermasalah pada PT. Bank Tabungan Negara
digolongkan menjadi tiga kategori antara lain faktor dari pihak bank, faktor dari
pihak debitur dan faktor dari luar kemampuan bank dan debitur.
2. PT. Bank Tabungan Negara mengupayakan langkah penurunan NPL dengan cara
meningkatkan penagihan dan pembinaan secara intensif, pengaktifan tim
70
71
penanganan kredit bermasalah dan ekpensi kredit secara lebih selektif dan terus
memegang prinsipkehati-hatian.
3. Penyelesaian kredit bermasalah oleh PT.Bank Tabungan Negara selalu
mengusahakan penyelesaian kredit secara kekeluargaan. Namun apabila tidak
terselesaikan secara kekeluargaan, maka PT. Bank Tabungan Negara
menyelesaikan kredit bermasalah dengan cara melakukan pelelangan yang bekerja
sama dengan kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) setempat.
4. Dilihat dari aspek Non Performing Loan (NPL) (kolektibilitas kurang lancar,
diragukan dan macet) yang rata-rata persennya 22,02% atau lebih dari 5% dilihat
dari tolak ukur tingkat kesehat bank maka tingkat NPL PT. Bank Tabungan
Negara berkategori tidak sehat.
4.2. Saran
Besarnya kredit yang disalurkan kemasyrakat berbanding lurus dengan
besarnya resiko akan kredit bermasalah yang dihadapi oleh bank. Untuk
meminimalisasi terjadinya kredit bermasalah yang akan terjadi di kemudian hari,
maka saran menurut penulis ada beberapa hal yang diperlu diperhatikan:
1. Perlunya analisa yang akurat dalam memproses permohonan kredit
Analisa yang akurat merupakan salah satu penentu apakah suatu permohonan
kredit akan disetujui atau ditolak oleh komite kredit. Untuk mendukung analisa
yang akurat diperlukan pengalaman yang tajam pada saat dilakukan survey oleh
71
72
surveyor pada saat melakukan survey, dan pengetahuan perkreditan dari analyst
credit pada saat membuat analisa kredit.
2. Pengawasan secara berkala atas setiap kredit yang disalurkan
Setelah melakukan filteryang ketat ditahapan awal perkreditan, yang dapat
dilakukan bank setelah melakukan pencairan kredit adalah dengan melakukan
pengawasan secara berkala atas setiap kredit yang disalurkan, sehingga apabila
terjadi hal yang tidak diinginkan dapat disinyalir lebih cepat.
3. Penyelesaian kredit bermasalah sebaiknya diselesaikan secara damai dan
berusahan untuk menyelamatkan kredit nasabah bisa kembali lancar dan
nasabah mampu melunasi kewajiban-kewajibanya, hal ini untuk menjaga nama
baik bank maupun nasabah. Oleh karena itu PT. Bank Tabungan Negara akan
terus mengupayakan langkah penurunan Non Performing Loan (NPL) dengan
cara:
1. Meningkatkan penagihan dan pembinaan secara intensif.
2. Pengaktifan Tim Penanganaan Kredit Bermasalah.
3. Ekspansi kredit secara lebih selektif dan terus memegang prinsip kehati
hatian.
4. Mengurangi tingkat bunga, kredit dari pihak lain yang bunganya tinggi dan
mengganti dengan kredit dari bank yang berbuga rendah atau menambah
modal kerja jika dirasa masih kurang.
5. Atau menambah fasilitas kredit, memperpanjang jangka waktu, menekan
timgkat bunga dan mengganti manajemennya.
72
73
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Herman. 2014. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
73
74
Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Haryani. 2010. Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet. Jakarta: Penerbitelex
Media Komputindo
Ismail. 2010. Akutansi Bank Teori Dari Aplikasi Dalam Rupiah. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Kasmir. 2012. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mahmoeddin. 2010. Melacak Kredit Bermasalah. Cetakan Pertama. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Tamin, Nasrun. 2012. Kiat Menghindari Kredit Macet. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Taswan. 2010. Akutansi Perbankan Transaksi Dalam Valuta Rupiah. Jakarta: UPP
STIM YKPN.
Triandaru, Sigit dan Totok Budi Santoso. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Jakarta: Salemba Empat.
74
75
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : NuratikahTempat, Tanggal Lahir : Sungai Manis, 16 September 1994Jenis Kelamin : PerempuanKewarganegaraan : IndonesiaAgama : IslamStatus : Belum MenikahAlamat : Kampung Kramat GG. Ani No. 39 RT/RW 005/016
Kelurahan Cililitan Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur
No. Telpon : 085375478064Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL1. SD Negeri 22 Tarung-Tarung Selatan : Tahun 2001-20072. Madrasah Musthafawiyah Purba Baru : Tahun 2007–20103. SMA Negeri 1 Rao : Tahun 2010–2013
PENDIDIKAN INFORMAL1. Kursus Komputer dan Jaringan di Rao : Tahun 20082. Kursus Bahasa Inggris : Tahun 20093. Kursus Masak Kuliner : Tahun 2008-2009
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Jakarta, 23 Juni 2016
Nuratikah61130092
75
76
76
77
77
78
Lampiran A1
78
79
Catatan Lapangan Hasil Observasi
Judul : Analisa Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Bermasalah
Tema : NPL (Non Performing Loan)
Tanggal Pengamatan : 30 Mei 2016
Kegiatan Observasi : PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.
Kantor Cabang Cawang Soetoyo
Pedoman Wawancara
1. Gejala-gejala apa yang muncul sebagai tanda akan terjadinya kredit bermasalah?
Jawab:
Gejala-gejala yang sering muncul antara lain:
a. Nasabah beberapa kali tidak bisa memenuhi kewajiban angsuran bulannya
sampai terjadi tunggakan.
b. Nasabah mulai sulit dihubungi.
c. Nasabah banyak memberikan alasan-alasan sampai tidak bisa terpenuhi
kewajibannya.
2. Apa yang menyebabkan kredit bermasalah?
Jawab:
Penyebab terjadinya kredit bermasalah ada dua (2) faktor antara lain:
79
a. Faktor Intern, dari banknya sendiri tidak akurat dalam analisa kredit dan
pendekatan nasabah, tidak ada monitoring atau maintenance nasabah pasca
realisasi, penekanan ketentuan-ketentuan yang ada dalam PK (Perjanjian
Kredit) kurang filter terhadap calon nasabah kurang kuat.
b. Faktor Ekstern, dari nasabah dan sekitarnya kondisi usaha nasabah mengalami
penurunan atau kemunduran terjadi konflik keluarga, nasabah pindah rumah.
3. Ada berapa penggolongan kualitas kredit pada Bank Tabungan Negara?
Jawab:
a. Penggolongan kualitas kredit pada Bank Tabungan Negara terdapat lima (5)
golongan yaitu Lancar (L), Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar
(KL), Diragukan (D), Macet (M).
4. Apa upaya bank untuk penurunan NPL (Non Performing Loan)?
Jawab:
a. Meningkatkan penagihan dan pembinaan secara intensif.
b. Pengaktifan Tim Penanganan Kredit Bermasalah.
c. Ekpensi kredit secara lebih selektif dan terus memegang prinsip kehati-hatian.
5. Bagaimana penanganan bank dalam menyelesaikan kredit bermasalah?
Jawab:
a. Meningkatkan penagihan dan pembinaan secara intensif.
b. Mengaktifkan surat peringatan atau teguran kepada nasabah yang telah Wan
Prestasi.
80
c. Melakukan pemasangan sticker pengawasan pada tanah atau bangunan jaminan.
d. Melakukan pendekatan secara kekeluargaan kepada Debitur yang sudah tidak
berkemampuan membayar.
e. Melakukan pelelangan jaminan kredit macet berupa tanah atau bangunan yang
telah dilakukan penagihan secara APHT.
f. Melakukan penghapusan bukuan kredit yang telah berkategori macet.
6. Siapa saja yang bertanggung jawab jika terjadi kredit bermasalah?
Jawab:
a. Yang bertanggung jawab atas terjadinya kredit bermasalah pihak bank dan pihak
yang tertera dalam Perjanjian Kredit (PK).
81
Lampiran B1
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93