saoqiandri.files.wordpress.com · web viewberbagai jenis contoh batuan “ handspecimens” batuan...
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN BATUAN SECARA MEGASKOPIK
Oleh:
Saoqi Andri SugiawanNIM. 161510501255
LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSIITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang proses terjadinya
pembentukan batuan di alam yang berada dalam kerak bumi. Pembentukan batuan
terdapat beberapa gejala maupun sifat yang dapat diketahui melalui permukaan
bumi. Gejala alam juga dapat menyebabkan batuan terbentuk, contohnya pada
letusan gungung berapi, magmanya bisa terbentuk menjadi batuan. Batuan adalah
kumpulan dari material-material yang terdiri dari unsur kimiawi, terbentuk karena
berasal dari perubahan mineral kemudian terjadi proses yang melibatkan gaya
alam. Mineral-mineral tersebut dengan bantuan gaya alam akan membentuk
bongkahan-bongkahan batuan. Lapisan kerak bumi yang akan menjadi batuan
terdiri dari unsur kimiawi yang berguna untuk unsur hara tanaman ketika batuan
melapuk menjadi tanah. Komposisi mineral yang membentuk batuan yaitu kuarsa,
feldspar, dan fragmen.
Tanah merupakan lapisan paling atas di permukaan bumi yang terbentuk
karena proses pelapukan batuan. Batuan tersebut tidak langsung mengalami
pembekuan menjadi batuan, tetapi juga karena dipengaruhi oleh faktor. Faktor
yang mempengaruhi yaitu bahan induk, lingkungan, dan waktu. Bahan induk yaitu
bahan awal yang akan menjadi batuan, yaitu berasal dari magma yang mengalami
pembentukan di dalam atau di luar. Tanah didalamnya terdapat beberapa jenis
batuan, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf, batuan tersebut
digolongkan berdasarkan cara pembentukannya.
Menurut Hanafiah (2004), batuan beku yaitu batuan yang terbentuk dari
cairan magma yang muncrat dari gunung api atau keluar dari perut bumi dengan
mengalir, yang mempunyai mineral kompleks yang berasal. Cairan yang keluar
akan membeku dan terbentuklan menjadi bebatuan. Batuan yang terbentuk dari
letusan gunung berapi atau cairan magma, batuan tersebut mengandung banyak
mineral yang berfungsi sebagai unsur hara tanaman. Selain cairan magma, pasir
yang berasal dikeluarkan juga mengandung unsur hara yang baik bagi tanaman,
bahkan tanah menjadi lebih subur. Batuan sedimen merupakan batuan yang
terbentuk dari endapan partikel yang terbawa oleh angin atau air, serta batuan ini
terbentuk dari pelapukan batuan yang sudah ada. Batuan metamorf yaitu batuan
yang terbentuk dari transformasi batuan beku dan batuan sedimen, atau terbentuk
dari tumpukan batuan yang mengalami pelapukan sampai membentuk batuan
yang berlapis-lapis.
Batuan di bumi ini memiliki berbagai macam, sehingga banyak manusia
yang kurang mengetahui. Batuaan tersebut mengalami proses pembentukan
dengan berbagai cara. Jenis-jenis batuan yang kurang dikenal luas oleh
masyarakat, kini banyak pembelajaran yang mengenalkan batuan untuk diamati.
Pelajaran ini sangat bermanfaat untuk dipelajari karena tanah berasal dari
pelapukan batuan, sehingga dapat mengetahui komposisi yang terkandung dalam
tanah. Maka dari itu diadakan praktikum pengenalan batuan secara megaskopik
supaya mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan.
1.2 Tujuan
Untuk mengenal dan mempelajari berbagai jenis batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan metamorf secara megaskopis.
Bab 2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan TempatPraktikum Sains Tanah “Pengenalan Batuan secara Megaskopik”
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 Oktober 2017 pukul 10.40-12.20 WIB di Laboratorium Pedologi Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
2.2 Alat dan Bahan2.1 Bahan1. Berbagai jenis contoh batuan “handspecimens” batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.
2.3 Pelaksanaan Praktikum1. Mengamati karakteristik setiap contoh batuan.
2. Menetapkan golongan: batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.
3. Menetapkan nama dan jenis batuan yang golongannya sudah ditentukan.
2.4 Variabel Pengamatan1. Macam-macam batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.
2. Ciri-ciri batuan yang tergolong batuan beku, batuan sedimen, dan batuan.
2.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dalam praktikum selanjutnya akan dianalisis mengguanakan analisis deskriptif.
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan batuan bekuNo. Nama dan Jenis Batuan Keterangan1. Basalt leusit (Batuan beku dalam) Warna kelam
Lebih berat Tidak ada pori-pori Bersifat basa Mineral penyusun utamanya
yaitu olivine, augite, danfeldspar
Mineral sekundernya yaituSiO2, megalite, dan ilmenite
Massa jenisnya 2,7-3 gr/cm3
2. Granitit (Batuan beku dalam) Warna pucat Pori-pori tidak terlihat Lebih berat Kandungan SiO2 72,04 %,
sifatnya yaitu asam Mineral penyusun utamanya
yaitu feldspar Mineral sekundernya yaitu
kwarsa, biosit, horn blendyang kaya akan Mg dan Fe
Berat jenisnya 2,5-2,7gr/cm3
Tabel 2. Hasil pengamatan batuan sedimenNo. Nama dan Jenis Batuan Keterangan1. Gipsum var. selenit (Batuan sedimen) Warna cerah/putih
Beratnya lebih ringan Bersifat asam Mineral penyusun
utamanya yaitu evaporite Mineral sekundernya yaitu
halit, anhidrit, sulfur, kalsit,dandolomit
Berat jenisnya 2,31-2.35gr/cm3
Tabel 3. Hasil pengamatan batuan metamorfNo. Nama dan Jenis Batuan Keterangan1. Kuarsit (Batuan metamorf) Warnanya kusam/pucat
Beratnya lebih ringan Berlapis-lapis, terdiri dari
beberapa batuan Mineral utamanya yaitu
kuarsa Mineral sekundernya
yaitu zircon, rutil,meganetik
Bersifat asam Berat jenisnya 2,6-2,7
gr/cm3
3.2 Pembahasan
Batu basalt leusit memiliki warna kelam atau warna gelap, tidak berpori-pori.
Batu basalt memiliki massa lebih berat dikarenakan batuan ini merupakan batuan
beku. Berat jenis batu basalt yaitu antara 2,7 – 3 gr/cm3. Batu basalt leusit disusun
oleh plagioklas, piroksen, alterasi menjadi kalsit, albit, mika sekunder dan felspar.
Batuan ini bersifat basa karena mengandung SiO2 antara 45 – 52%. Batuan ini
termasuk pada golongan batuan beku dalam. Batuan beku dalam biasanya
memiliki massa lebih berat daripada batuan lainnya (Setiawan dkk, 2012).
Batuan granitit merupakan batuan beku dalam yang berasal dari perut bumi
atau muntahan magma yang mengandung komposisi mineral utama kuarsa dan
feldspar. Batuan garanitit memiliki warna pucat dan pori-pori tidak terlihat begitu
jelas. Batuan ini memiliki berat massa jenis sekitar 2,5-2,7 gram/cm3 dan beratnya
lebih ringan dibanding basalt yang merupakan batuan beku dalam. Kandungan
dari batuan granit yaitu memiliki kandungan SiO2 berkisar 72,04%, SiO2 yang
berasal dari sedimen permukaan dasar lau memiliki hasil antara 76,84-79,76%
yang termasuk memiliki sifat asam. Komposisi sekunder yang terkandung dalam
granit berasal dari perubahan kimia karena pengaruh air laut, sehingga sifatnya
asam dan terjadi adanya peningkatan Al2O3 (kaolin) dan besi Fe2O3, serta biosit
dan horn blend yang mengandung Magnesium (Mustafa dan Usman, 2013).
Gypsum merupakan batuan putih yang terbentuk dari hasil endapan air laut,
sehingga gypsum termasuk dalam batuan sedimen. Susunan kimia dalam gypsum
meliputi kalsium (Ca) 23, 28%, hidrogen (H) 2,34%, kalsium oksida (CaO)
32,57%, air (H2O) 20,93%, dan sulfur (S)18,62%. Gypsum memiliki daya serap
air yang tinggi. Gypsum sering disebut dengan kalsium sulfat (CaSO4) (Wahyu
dkk, 2016). Gypsum memiliki rumus kimia CaSO4.2H2O serta termasuk batu yang
ringan dengan berat jenis sekitar 2,31 sampai 2,35 mg/m3 dengan berat molekul
172,17 gm. Warna dari batu gypsum umunya putih, kuning, abu-abu, merah
jingga, dan ada yang hitam. Warna batu gipsu yang diamati adalah putih dengan
pori-pori batu yang banyak dan terihat jelas. Minera utama dalam batuan adalah
evaporite dengan mineral aksesori meliputi lalit, anhidrit, sulfur, kalsit, dan
dolomit. Sifat dari batu gypsum adalah asam, lunak, pejal, dan berserat (Agung
dkk, 2005).
Batuan kuarsit tergolong ke dalam batuan metamorf. Batuan ini terbentuk
karena adnya panas dan tekanan atas batuan endapan dan batuan beku yang ada
sebelumnya. Batuan metamorf merupakan jenis batuan yang tersusun dari
beberapa batuan sedimen. Batuan metamorf memiliki beberapa karakteristik
antara lain batuannya berwarna segar abu-abu kehijauan, warna batuan lapuk
hitam kecoklatan. Batuan metamorf memiliki struktur foliasi. Beberapa mineral
yang terkandung dalam batuan metamorf kuarsit ini antara lain, klorit, muskovit,
biotit, K-felspar, dan kuarsa. Batuan tersebut juga memiliki mineral sekunder
seperti zircon, rutil, dan magnetik. Batuan kuarsit memiliki strukur yang sangat
keras atau sebagian mudah untuk diremas, batuan tersebut apabila dihancurkan
akan memiliki butir yang sangat halus sampai sedang. Batuan kuarsit memilki
berat jenis sekita 2,6-2,7 gr/cm3 (Jodi et al., 2016).
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
• Setelah melakukan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa batuan
digolongkan menjadi tiga yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan
metamorf.
• Batuan beku dapat kita amati secara langsung dengan memperhatikan ciri-ciri
yaitu berat jenisnya lebih berat dari pada batuan lainnya. Contoh batuan beku
antara lain batu basalt leusit yang memiliki warna gelap/hitam dan batu
granitit yang memiliki warna pucat.
• Batuan sedimen yaitu batuan yang terbentuk dari endapan material dari
gunung api. Batu ini beratnya lebih ringan dan biasanya berpori. Contoh
batuan ini adalah gypsum var. selenit.
• Batuan metamorf yaitu endapan yang membentuk batuan yang tersusun dari
batuan sedimen yang mengalami akumulasi. Cirinya yaitu berwarna cerah,
terdapat lapisan-lapisan pada bagian batunya. Contoh batuan ini yaitu batu
kuarsit.
4.2 Saran
Jalannya praktikum acara 1. Pengenalan batuan secara megaskopis telah
berjalan lancar. Saran kami untuk kedepannya adalah diperlukan literatur
berbahasa Indonesia untuk menjadi bahan bacaan di laboratorium karena sumber
bacaan di internet banyak yang berasal dari blog. Pada sesi pemaparan materi,
kami sulit untuk menyimak karena kurang keras. Untuk praktikum acara
selanjutnya semoga lebih baik dan kondusif lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, K. A. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Palembang: RajaGrafindo Persada.
Agung, T., E.Agustina., dan Arya, S.2005.Penurunan Gas CO pada Sepeda Motor 4 Langkah (tak) Meggunakan Gipsum. Ilmiah Teknik Lingkungan. 3(1):
54-63.
Jodi, P. B., A. Patonah, dan F. Helmi. 2016. Alterasi dan Mineralisasi pada Batuan Porfiri Andesit dan Porfiri Granodiorit di Daerah Cigaber dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Bulletin of Scientific Contribution. 14(1): 33-44.
Mustafa, M. A. dan E. Usman. 2013. Analisis Perbandingan Geokimia Granit dan Sedimen Dasar Laut di Pulau Singkep Bagian Timur, Provinsi Kepulauan Riau. Geologi Kelautan, 11(3): 131-140.
Setiawan, I., S. Indarto, AF. Ismayanto, dan Sudarsono. 2012. Karakter dan Tipe Mineralisasi Hidrotermal di Wilayah Bombana Berdasarkan Studi Mineralogi dan Geokimia. JSD. Geol, 22(3): 155 – 168.
Wahyu, M., N. Sutapa., dan I Wayan, B.S. 2016. Uji Radionuklida Gipsum dengan Metode Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS) dan Proteksi Radiasi dengan Metode Jarak. Buletin Fisika. 17(2): 34-42.
LAMPIRAN
Gambar 1. Batu basalt leusit Gambar 2. Batu granitit
Gambar 3. Gypsum var. selenit Gambar 4. Batu kuarsit