budipurnama18.files.wordpress.com€¦  · web viewdalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan...

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Cangkuang terletak diantara kota Bandung dan Garut. Di desa ini terdapat sebuah kampung yang bernama Kampung Pulo. Di kampung ini juga terdapat sebuah candi kecil peninggalan agama Hindu yang bernama Candi Cangkuang. Candi ini ditemukan pada tanggal 3 Desember 1966 oleh Drs. Uka Chandrasasmita. Beliau menemukan candi ini berdasarkan buku yang ditulis oleh orang Belanda yang bernama Voderman dengan judul bukunya Notulen Batavia Henofsaf pada tahun 1823. Menurut Arkeolog, Candi Cangkuang Cangkuang didirikan sekitar abad ke 8. Hal ini dikarenakan bentuk Candi ini masih sangat sederhana. Diberi nama Candi Cangkuang karena candi ini ada di desa Cangkuang. Tidak hanya itu, di desa ini juga terdapat pohon Cangkuang yang sejenis dengan tanaman palem. Objek wisata Candi Cangkuang baru dibuka dan diresmikan pada tanggal 8 Desember 1976 oleh Mentri Pendidikan Prof. Dr. Sarif Sajid. Kami khususnya orang yang bertempat tinggl di garut sedikit banyak tidak mengetahui bagai mana asal usul candi cangkuang dan kampong pulo, untuk itu sendiri maka kami berinisiatif umtuk melakukan observasi ke candi cangkuang dan kampong pulo. 1

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: budipurnama18.files.wordpress.com€¦  · Web viewDalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa Cangkuang terletak diantara kota Bandung dan Garut. Di desa ini terdapat

sebuah kampung yang bernama Kampung Pulo. Di kampung ini juga terdapat sebuah candi

kecil peninggalan agama Hindu yang bernama Candi Cangkuang. Candi ini ditemukan pada

tanggal 3 Desember 1966 oleh Drs. Uka Chandrasasmita. Beliau menemukan candi ini

berdasarkan buku yang ditulis oleh orang Belanda yang bernama Voderman dengan judul

bukunya Notulen Batavia Henofsaf pada tahun 1823.

Menurut Arkeolog, Candi Cangkuang Cangkuang didirikan sekitar abad ke 8. Hal ini

dikarenakan bentuk Candi ini masih sangat sederhana. Diberi nama Candi Cangkuang karena

candi ini ada di desa Cangkuang. Tidak hanya itu, di desa ini juga terdapat pohon Cangkuang

yang sejenis dengan tanaman palem. Objek wisata Candi Cangkuang baru dibuka dan

diresmikan pada tanggal 8 Desember 1976 oleh Mentri Pendidikan Prof. Dr. Sarif Sajid.

Kami khususnya orang yang bertempat tinggl di garut sedikit banyak tidak

mengetahui bagai mana asal usul candi cangkuang dan kampong pulo, untuk itu sendiri maka

kami  berinisiatif umtuk melakukan observasi ke candi cangkuang dan kampong pulo.

Bertitik tolak pada uraian permasalahan diatas, kami mencoba untuk memberikan

pengetahuan mengenai hal-hal tersebut dan selanjutnya di tuangkan dalam bentuk makalah

ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka kami merumuskan dan membatasi

masalah sebagai berikut:

1. Bagaiaman Asal Mula Candi Cangkuang dan Kampung Pulo?

2. Bagaiaman Nilai, Norma dan Budaya di Kampung Pulo?

3. Bagaimana Sistem Politik/Struktur Sosial di Kampung Pulo?

4. Apa saja Simbol-simbol / lambang yang di gunakan di Candi Cangkuang dan

Kampung Pulo?

5. Bagaimana Kepercayaan Masyarakat Kampung Pulo?

1

Page 2: budipurnama18.files.wordpress.com€¦  · Web viewDalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi

6. Bagaiamana Hukum yang Digunakan oleh Masyarakat Kampung Pulo?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Dari pembatasan masalah diatas, maka tujuan penyusunan makalah ini adalah:

1. Mengetahui Asal Mula Candi Cangkuang dan Kampung Pulo

2. Mengetahui Nilai, Norma dan Budaya di Kampung Pulo

3. Mengetahui Sistem Politik/Struktur Sosial di Kampung Pulo

4. Mengetahui Simbol-simbol / lambang yang di gunakan di Candi Cangkuang dan

Kampung Pulo

5. Mengetahui Kepercayaan Masyarakat Kampung Pulo

6. Mengetahui Hukum yang Digunakan oleh Masyarakat Kampung Pulo

D. Teknik Penyusunan

Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode

pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi dengan menanyakan langsung

kepada narasumber. pengambilan informasi juga dari berbagai referensi makalah yang

berhubungan dengan isi makalah ini. Berbagai materi tersebut dirangkum dan digabungkan.

2

Page 3: budipurnama18.files.wordpress.com€¦  · Web viewDalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal Mula Candi Cangkuang dan Kampung Pulo

Gambar: Gerbang masuk Kampung Pulo

Desa Cangkuang terletak diantara kota Bandung dan Garut. Di desa ini terdapat

sebuah kampung yang bernama Kampung Pulo. Di kampung ini juga terdapat sebuah candi

kecil peninggalan agama Hindu yang bernama Candi Cangkuang.

 

Gambar: Candi Cangkuang

Candi ini ditemukan pada tanggal 3 Desember 1966 oleh Drs. Uka Chandrasasmita.

Beliau menemukan candi ini berdasarkan buku yang ditulis oleh orang Belanda yang

bernama Voderman dengan judul bukunya Notulen Batavia Henofsaf pada “tahun 1823.

Dalam buku ini tertulis bahwa di Candi Cangkuang terdapat makam Arif Muhamad dan

sebuah arca siwa. Akhirnya pada tahun 1967 – 1968 diadakan penelitian dan dilakukan

“penggalian yang bekerjasama dengan CV. Haruman. Dan benar saja, setelah dilakukan

penggalian kemudian ditemukan pondasi – pondasi candi berukuran 4.5 X 4.5 M. dan pada

tahun 1974 – 1976 dilakukan pemugaran terhadap candi ini. Mungkin karena terlalu lama

terkubur, keadaan candi ini sudah tidak baik lagi. Karena itu, candi ini mengalami perbaikan

sehingga tidak 100% asli. Sekarang ini panjang candi Cangkuang sekitar 4.5 X 4.5 M dan

tingginya mencapai 8 M.

3

Page 4: budipurnama18.files.wordpress.com€¦  · Web viewDalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi

Menurut Arkeolog, Candi Cangkuang Cangkuang didirikan sekitar abad ke 8. Hal ini

dikarenakan bentuk Candi ini masih sangat sederhana. Diberi nama Candi Cangkuang karena

candi ini ada di desa Cangkuang. Tidak hanya itu, di desa ini juga terdapat pohon Cangkuang

yang sejenis dengan tanaman palem. Objek wisata Candi Cangkuang baru dibuka dan

diresmikan pada tanggal 8 Desember 1976 oleh Mentri Pendidikan Prof. Dr. Sarif Sajid.

Dalam Candi Cangkuang ini ini juga terdapat Arca Siwa yang dulu pernah dikabarkan

hilang kepalanya. Mitos mengatakan bahawa jika seseorang setelah berjiarah ke Makam Arif

Muhamad lalu mengangkat patung Siwa ini maka keinginannya akan terkabul. Hal inilah

yang memicu menghilangnya kepala dari Arca Siwa.

Tokoh ternama di Desa Cangkuang yaitu Embah Dalem Arif Muhammad. Beliau

adalah penyebar agama Islam di Desa Cangkuang. Menurut cerita,masyarakat, Kampung

Pulo dulunya beragama Hindu, lalu Embah Dalem Muhammad singgah di daerah ini karena

ia terpaksa mundur karena mengalami kekalahan pada penyerangan terhadap Belanda.

Karena kekalahan ini Embah Dalem Arif Muhamad tidak mau kembali ke Mataram karena

malu dan takut pada Sultan agung. Beliau mulai menyebarkan agama Islam pada masyarakat

masyarakat kampung Kampung Pulo. dari Embah Dalem Arif Muhammad beserta kawan-

kawannya menetap di daerah Cangkuang yaitu Kampung Pulo.

Sampai beliau wafat dan dimakamkan di kampung Pulo. Beliau wafat pada permulaan

abad ke-17. Beliau harus meninggalkan 6 orang keenam “anak wanita dan satu orang anak

laki – laki. Oleh karena itu, di Kampung Pulo terdapat 6 buah rumah adat yang berjejer saling

berhadapan masing – masing 3 buah rumah dikiri dan dikanan yang melambangkan keenam

anak wanita Embah Dalem Arif Muhamad boleh “ditambah dengan sebuah mesjid yang

melambangkan anak laki – laki dari Embah Dalem Arif Muhammad. Jumlah dari rumah

tersebut tidak boleh ditambah atau dikurangi serta yang berdiam di rumah tersebut tidak

boleh lebih dari 6 kepala keluarga. Jika seorang anak sudah dewasa kemudian menikah maka

paling lambat 2 minggu setelah itu harus meninggalkan rumah dan harus keluar dari

lingkungan keenam rumah tersebut. Walaupun 100% masyarakat kampung Pulo beragama

Islam tetapi mereka juga tetap melaksanakan sebagian upacara ritual Hindu.

Makam Embah Dalem Arif Muhamad berada di pinggir kanan Candi Cangkuang.

Batu nisannya miring karena ada pepatah yang mengatakan semakin pandai semakin berisi.

Ini juga melambangkan Embah Dalem Arif Muhamad yang rendah hati tidak sombong.

4

Page 5: budipurnama18.files.wordpress.com€¦  · Web viewDalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi

B. Nilai, Norma Dan Budaya Kampung Pulo

Masyarakat Kampung Pulo tidak diikat oleh hukum tertulis. Mereka hanya mengenal

pamali sebagai istilah melanggar pantangan. Pantangan di Kampung Pulo harus dipatuhi

penduduk itu sendiri maupun para wisatawan yang datang. Atau bisa diartikan bahwa hal

tersebut termasuk nilai, norma, dan budaya yang mereka anut yang diantaranya adalah:

a. Dalam berjiarah kemakam-makam harus mematuhi beberapa syarat yaitu berupa

bara api, kemenyan, minyak wangi, bunga-bungaan dan serutu khususnya makam

Embah Dalem Arif Muhammad. Menurut kepercayaan setempat, hal itu untuk

mendekatkan diri (pejiarah) kepada roh-roh leluhur karena benda-benda tersebut

merupakan kegemaran mereka semasa hidup.

b. Dilarang berjiarah pada hari rabu, bahkan dulu penduduk sekitar tidak

diperkennankan bekerja berat,begitu pula Embah Dalem Arif Muhammad tidak

mau menerima tamu karena hari tersebut digunakan unutk mengajarkan agama.

Karena menurut kepercayaan bila masyarakat melanggarnya maka timbul mala

petaka bagi masyarakat tersebut.

c. Bentuk atap rumah selamanya harus mamanjang (jolopong) . Tidak boleh

membuat rumah beratap jure. Atap rumah harus tetap dibiarkan memanjang.

d. Tidak boleh memukul Goong besar

 *Dua larangan ini (poin c dan d) konon terkait sebuah peristiwa di masa lalu.

Ketika embah dalem arif muhammad akan mengkhitan anak laki-laki, sebelumnya

diadakan pesta yakni dengan menandu anak yang akan dikhitan dengan jampana

atau tandu/rumah-rumahan beratap jure. Sebagai hiburannya, ditabuhlah gong

besar. Ketika pesta itu berlangsung, tiba-tiba bertiup angin topan dengan

kencangnya, menghantam tandu pengantin sunat hingga terbang dan terjatuh.

Anak itu pun meninggal.

e. Khusus di kampung pulo tidak boleh memelihara ternak besar berkaki empat

seperti kambing, kerbau, sapi dan lain-lain. , terdapat dua dugaan. Pertama, karena

binatang ternak dikhawatirkan mengotori lingkungan setempat dan makam-

makam keramat dan didasarkan atas pertimbangan untuk melestarikan tanaman di

Kampung Pulo dan menghindari agar kampung itu tidak dikotori oleh kotoran

ternak. Kedua, pada awalnya masyarakat masih memeluk agama Hindu.

Sedangkan pemeluk Hindu memuja sapi. Dikhawatirkan pula, masyarakat sulit

melepas kepercayaan itu.

5

Page 6: budipurnama18.files.wordpress.com€¦  · Web viewDalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi

f. Setiap tanggal 14 bulan Maullud mereka malaksanakan upacara adat memandikan

benda-benda pusaka seperti keris, batu aji, peluru dari batu yang dianggap

bermakna dan mendapat berkah.

g. Jumlah dari rumah kampung pulo tidak boleh ditambah atau dikurangi serta yang

berdiam di rumah tersebut tidak boleh lebih dari 6 kepala keluarga.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya terdapat 6 rumah panggung dan 1

mushola ,posisi rumah panggung yang berukuran sama itu pun cukup unik. Tiga rumah

dibangun berderet di sebelah utara menghadap selatan, tiga lainnya di sebelah selatan

menghadap utara sehingga tampak sebagai tiga pasang rumah yang saling berhadapan. Di

depan rumah terdapat halaman yang cukup luas, sedangkan musala dibangun di ujung

sebelah barat.

Saat ini, ada enam kepala keluarga yang mendiami keenam rumah tersebut. Keenam

rumah itu memiliki ukuran dan pembagian ruangan yang sama, yakni terdiri atas serambi

muka (tepas), satu ruang tamu berukuran, satu kamar tidur, dan satu kamar tamu, dapur, dan

gudang (goah). Dari enam rumah itu, hanya satu rumah yang masih beratap ijuk, sedangkan

lima lainnya menggunakan atap genting meski tanpa kaca.

Konon, jumlah bangunan di Kampung Pulo tak pernah bertambah atau berkurang. hal

itu terkait aturan yang ditetapkan oleh Arif Muhammad. Ketika Arif Muhammad meninggal

dunia, ia meninggalkan tujuh orang anak, masing-masing enam orang perempuan dan

seorang laki-laki. Berdasarkan aturan yang ditetapkan kala itu, setiap anak perempuan harus

tinggal dan menguasai rumah, sedangkan anak laki-laki dan sudah menikah, paling lambat

dua minggu setelah menikah, ia harus pergi keluar dari Kampung Pulo. Apabila kepala

keluarga meninggal, maka hak waris jatuh pada perempuan. Hal ini dikarenakan, sistem

kekeluargaan penduduk Kampung Pulo bersifat matrilineal.

Jika salah satu keluarga tidak memiliki anak perempuan, rumah itu diwariskan kepada

saudara perempuannya yang telah menikah. "Tapi, bukan berarti setelah keluar dari Kampung

Pulo anak laki-laki tidak boleh kembali ke sini. Biasanya setahun sekali, khususnya Lebaran,

mereka warga kampung Pulo yang di menetap di luar kampung Pulo pulang dan berkumpul

di kampung Pulo.

7 Unsur Kebudayaan Masyarakat Kampung Pulo

Penjabaran dari ketujuh unsur kebudayaan pada masyarakat Kampung Pulo, yaitu:

6

Page 7: budipurnama18.files.wordpress.com€¦  · Web viewDalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi

1. Bahasa

Bahasa yang digunakan masyarakat Kampung Pulo yaitu bahasa Indonesia. Untuk

bahasa daerah mereka mengerti dalam penggunaan bahasa sunda.

2. Sistem pengetahuan

Sistem pengetahuan berkaitan dengan pendidikan yang sudah ditetapkan

pemerintah. Misalnya wajar diknas 9 tahun.  

3. Organisasi sosial

Masyarakat Kampung Pulo yang tinggal di luar daerah memiliki suatu

perkumpulan, sehingga dapat berkumpul dalam satu acara. Menurut Sang Kuncen

Abah Tatang Sanjaya justru masyarakat diluar kampung Pulo lah yang aktif dalam

acara pertemuan organisasi daripada masyarakat yang tinggal di Kampung Pulo

sendiri.

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi

Masyarakat Kampung Kampung “Pulo sudah mengenal tekhnologi. Hanya saja

karena bangunan tidak boleh berubah, maka bangunan di Kampung Pulo tetap

tradisional. Untuk memasak pun mereka masih menggunakan tungku atau kompor

minyak..

5. Sistem mata pencaharian hidup

Mata pencaharian masyarakat Kampung Pulo yaitu bertani dan nelayan. Tapi

setelah dijadikan obyek wisata, ada pula masyarakat yang menjual souvenir.

6. Sistem religi

Sudah dijelaskan diatas, bahwa masyarakat Kampung Pulo sekarang ini sudah

beragama Islam yang disebarkan oleh Embah Dalem Arif Muhamad. Sedangkan

dulunya beragama Hindu.

7. Kesenian

Kesenian yang masih dipelihara di Kampung Pulo yaitu rudat ( pencak silat

dengan iringan musik rebana )

C. Sistem Politik/Struktur Sosial di Kampung Pulo

Untuk sistem politik di kampung pulo, kampung pulo memiliki seorang kepala suku

yang di sebut sebagai kuncen. Kepala suku inilah yang di percaya oleh masyarakat sekitar

bisa menghubungkan dunia nyata dengan dunia lain, kepala suku ini selalu meminpin

upacara-upacara adat yang di laksanakan di Kampung Pulo.

7

Page 8: budipurnama18.files.wordpress.com€¦  · Web viewDalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi

Untuk sistem politik di wilyah negara  masyarakat pulo mengikuti sistem politik yang

di terapkan oleh pemerintah Indonesia, contoh; apabila ada pemilihan seperti pemilihan ketua

RT ataupun pemilihan Presiden masyarakat di Kampung Pulo akan mengikuti pemilihan

tersebut tanpa absen sekalipun.

D. Simbol-simbol / lambang yang di gunakan di Candi Cangkuang dan Kampung

Pulo

Di Kampung Pulo tidak boleh terdapat lebih dari 7 bangunan pokok. Ini adalah suatu

ketentuan yang harus dipatuhi. Jika tidak, dipercaya akan mendatangkan bencana. Hal ini

juga melambangkan ke 7 anak dari Embah Dalem Arif Muhammad. Keterangan denah

komplek rumah adat Kampung Pulo yaitu:

Denah rumah adat Kampong Pulo

Ket:

1. Rumah Adat

2. Rumah Adat

3. Rumah Adat

4. Rumah Kuncen

5. Rumah Adat

6. Rumah adat

7. Mesjid Kampung

Rumah yang saling berhadapan melambangkan bahwa setiap keluarga harus saling

memperhatikn keluarganya, di misalkan apabila satu rumah dapurnya tidak kelihatan ada

asap berarti keluarga tersebut tidak menanak nasi, karena rumah tersebut berhadapan jadi

keluarga lain bisa melihat kondisi keluarga yang lain tersebut maka keluarga tersebut harus

membantu kepada saudranya

8

Page 9: budipurnama18.files.wordpress.com€¦  · Web viewDalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi

Mesjid melambangkan anak Embah Dalem Arif Muhammad yang telah meninggal

waktu usianya masih kecil.

 

Gambar: Makam Embah Dalem Arif Muhammad

Batu nisan makam Embah Dalem Arif Muhammad merunduk melambangkan bahwa

Embah Dalem Arif Muhammad orangnya rendah hati dan tidak sombong.

E. Kepercayaan

Walaupun 100% masyarakat kampung Pulo beragama Islam yang disebarkan oleh

Embah Dalem Arif Muhamad tetapi mereka juga tetap melaksanakan sebagian upacara ritual

Hindu.

F. Hukum

Masyarakat Kampung Pulo tidak diikat oleh hukum tertulis. Mereka hanya mengenal

pamali sebagai istilah melanggar pantangan. Pantangan di Kampung Pulo harus dipatuhi

penduduk itu sendiri maupun para wisatawan yang datang. Atau bisa diartikan bahwa hal

tersebut termasuk nilai, norma, dan budaya yang mereka anut yang diantaranya adalah:

a. Dalam berjiarah kemakam-makam harus mematuhi beberapa syarat yaitu berupa

bara api, kemenyan, minyak wangi, bunga-bungaan dan serutu khususnya makam

Embah Dalem Arif Muhammad. Menurut kepercayaan setempat, hal itu untuk

mendekatkan diri (pejiarah) kepada roh-roh leluhur karena benda-benda tersebut

merupakan kegemaran mereka semasa hidup.

b. Dilarang berjiarah pada hari rabu, bahkan dulu penduduk sekitar tidak

diperkennankan bekerja berat,begitu pula Embah Dalem Arif Muhammad tidak

mau menerima tamu karena hari tersebut digunakan unutk mengajarkan agama.

Karena menurut kepercayaan bila masyarakat melanggarnya maka timbul mala

petaka bagi masyarakat tersebut.

9

Page 10: budipurnama18.files.wordpress.com€¦  · Web viewDalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi

c. Bentuk atap rumah selamanya harus mamanjang (jolopong) . Tidak boleh

membuat rumah beratap jure. Atap rumah harus tetap dibiarkan memanjang.

d. Tidak boleh memukul Goong besar

   Dua larangan ini (poin c dan d) konon terkait sebuah peristiwa di masa lalu.

Ketika embah dalem arif muhammad akan mengkhitan anak laki-laki, sebelumnya

diadakan pesta yakni dengan menandu anak yang akan dikhitan dengan jampana atau

tandu/rumah-rumahan beratap jure. Sebagai hiburannya, ditabuhlah gong besar.

Ketika pesta itu berlangsung, tiba-tiba bertiup angin topan dengan kencangnya,

menghantam tandu pengantin sunat hingga terbang dan terjatuh. Anak itu pun

meninggal.

e. Khusus di kampong pulo tidak boleh memelihara ternak besar berkaki empat

seperti kambing, kerbau, sapi dan lain-lain. , terdapat dua dugaan. Pertama, karena

binatang ternak dikhawatirkan mengotori lingkungan setempat dan makam-

makam keramat dan didasarkan atas pertimbangan untuk melestarikan tanaman di

Kampung Pulo dan menghindari agar kampung itu tidak dikotori oleh kotoran

ternak. Kedua, pada awalnya masyarakat masih memeluk agama Hindu.

Sedangkan pemeluk Hindu memuja sapi. Dikhawatirkan pula, masyarakat sulit

melepas kepercayaan itu.

f. Setiap tanggal 14 bulan Maullud mereka malaksanakan upacara adat memandikan

benda-benda pusaka seperti keris, batu aji, peluru dari batu yang dianggap

bermakna dan mendapat berkah.

g. Jumlah dari rumah kampung pulo tidak boleh ditambah atau dikurangi serta yang

berdiam di rumah tersebut tidak boleh lebih dari 6 kepala keluarga.

10

Page 11: budipurnama18.files.wordpress.com€¦  · Web viewDalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Candi Cangkuang merupakan peninggalan agama Hindu, abad ke 8 yang di temukan

oleh Drs. Uka Chandrasasmita.  di samping candi tersebut ada sebuah makam penyebar

agama islam yaitu makam  Embah Dalem Arif Muhammad, yang batu  nisan nya sedikit

merunduk ke bawah yang mengaritikan bahwa Embah Dalem Arif Muhammad orang yang

rendah hati dan tidak sombong. Di bawah candi cangkuang ada perkampungan yang di sebut

Kampong Pulo, kampong ini memilik adat istiadat yang sampai sekarang masih terpelihara

adatnya, misalkan bangunan rumah yang ada di Kampong Pulo tidak boleh lebih dari 6.

 Candi cangukang dan Kampung Pulo merupakan harta warisan budaya yang tidak

bisa ternilaikan oleh uang, cagar budaya ini bukan hanya sebagai warisan budaya bangsa

Indonesia melainkan warisan budaya Dunia.

B. Saran

Sebaiaknya untuk tugas yang berikutnya kita lebih bisa berinteraksi dengan orang

kampung pulonya langsung, tentu dengan etika yang baik, dan tatakrama yang baik pula.

11

Page 12: budipurnama18.files.wordpress.com€¦  · Web viewDalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi

DAPTAR FUSTAKA

Masyarakat Kampung Pulo ( Kuncen Kampung Pulo Abah Tatang Sonjaya/Syarif

Muhammad)

12

Page 13: budipurnama18.files.wordpress.com€¦  · Web viewDalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi

Lampiran

Fhoto-Fhoto Observasi

Arca Dewa Siwa

Embah Dalem Arif Muhamad

13

Page 14: budipurnama18.files.wordpress.com€¦  · Web viewDalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi

Penulis menunjukan MakamEmbah Dalem Arif

Muhamad

Penulis menunjukan masjid di kampung Pulo

Penulis,Cepi dan Kuncen

Naskah Khutbah Terpanjang

14

Page 15: budipurnama18.files.wordpress.com€¦  · Web viewDalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengambilan sumber informasi

Saat melakukan wawancara

Rumah Adat Kampung Pulo Rumah KuncenCandi Cangkuang dan Makam Embah Dalem

Arif Muhamad

15