drapips.files.wordpress.com · web viewdan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di...
TRANSCRIPT
PENGARUH STOK MODAL DAN UPAH MINIMUM KABUPATEN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA UKM DI KABUPATEN TASIKMALAYA PERIODE TAHUN 2003-2008
(Studi Kasus pada Industri Komoditi Unggulan )
Apip Supriadi, Iis Surgawati, Dita Eka Lestari
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh stok modal dan upah minimum Kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya periode tahun 2003-2008.
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data semesteran selama 6 tahun yang bersifat sekunder. Data diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah model Regresi Linier Berganda dengan alat analisis: koefisien determinasi (R2), uji t, uji F, heteroskedastis, uji normalitas, masalah serial korelasi dengan Durbin Watson, dan masalah multikolinier menggunakan program perhitungan Eviews dan analisis elastisitas.
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa 97,93 % penyerapan tenaga kerja pada industri bordir di Kabupaten Tasikmalaya dipengaruhi oleh stok modal dan upah minimum Kabupaten sedangkan sisanya 2,07 % dipengaruhi oleh faktor lain (misal teknologi) diluar model tersebut. Untuk penyerapan tenaga kerja pada industri bambu di Kabupaten Tasikmalaya sebesar 99,51 % sedangkan sisanya sebesar 0,49 %. Sedangkan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri pandan di Kabupaten Tasikmalaya sebesar 60,39 % dan sisanya 39,61 %. Dan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir, bambu dan pandan, industri mendong juga dipengaruhi oleh stok modal dan upah minimum Kabupaten sedangkan sisanya sebesar 1,26 % di pengaruhi oleh faktor lain (teknologi) yang tidak dijelaskan secara rinci dalam penulisan Skripsi ini.
Pengaruh stok modal pada industri bordir, bambu, pandan dan mendong berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Upah minimum pada industri bordir berpengaruh negatif dan tidak signifikan, upah minimum pada industri bambu dan mendong berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan untuk upah minimum pada industri pandan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Kata kunci : Stok Modal, Upah Minimum, Tenaga kerja.
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian Indonesia
tumbuh cukup signifikan (rata-rata di atas 6%). Usaha kecil dan menengah
(UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu Negara
ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. UKM berperan menghasilkan lebih
dari setengah Produk Domestik Bruto. Pada tahun 2006, UKM menghasilkan
53,28% PDB atau senilai Rp 1779 triliun. Sementara usaha besar menghasilkan
sisanya yakni 46,72% PDB atau senilai Rp 1559 triliun.
Dalam hal penyerapan tenaga kerja, UKM ternyata berperan sangat
dominan. Pada tahun 2006, dari keseluruhan tenaga kerja yang terserap oleh dunia
kerja, sebanyak 85,4 juta atau 96,2% terserap oleh UKM. Angka ini ternyata
terbagi menjadi sekitar 81 juta diantaranya diserap oleh jenis usaha Mikro dan
Kecil, dan sekitar 4,4 juta tenaga kerja lainnya diserap oleh Usaha Menengah.
Dengan demikian, hanya sekitar 4,3 juta pekerja yang diserap oleh usaha besar.
Ini menunjukan betapa kecilnya peran Usaha Besar dalam menciptakan
kesempatan kerja.
Kondisi perekonomian makro Kabupaten tasikmalaya pada saat ini
ditunjukan melalui beberapa variabel antara lain: nilai PDRB, inflasi, Laju
Pertumbuhan Ekonomi (LPE), pendapatan perkapita, dan laju investasi.
Struktur perkonomian Kabupaten Tasikmalaya masih didominasi sektor
pertanian dengan kontribusi sebesar 35,64 % terhadap produksi bruto. PDRB atas
dasar harga berlaku di Kabupaten Tasikmalaya sebesar Rp 4,32 trilyun, yang
dipengaruhi oleh tingkat inflasi sebesar 10,29 %.
Begitu pula dengan investasi yang ditanamkan pada UKM khususnya
pada idustri komoditi unggulan di Kabupaten Tasikmalaya diharapkan mampu
mendorong kenaikan output dan permintaan input sehingga berpengaruh terhadap
kenaikan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja yang selanjutnya dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi dan mempercepat pemulihan ekonomi.
Pada dasarnya upaya mensejahterakan buruh melalui konsep KHL
(Kebutuhan Hidup Layak) dalam UU No 13/2003 Pasal 89 (1) dianggap cukup
3
ideal, namun belum jelas kapan bisa diberlakukan, sampai sekarang ini political
will yang masih lemah dari pemerintah. Sehingga penetapan upah buruh sampai
sekarang ini tetap didasarkan atas KHM sebagaimana surat edaran Menakertrans
ke seluruh gubernur tanggal 16 Juli 2004.
Makna dari upah minimum ini adalah sebagai jaring pengaman terhadap
buruh supaya tidak diekspolitasi dan upah yang tidak layak. Karena upah bagi
buruh menyangkut nasib dan kehidupannya yang selama ini dibutuhkan untuk
kepentingan buruh dan keluarga.
Pengaruh proses transformasi struktural pada perekonomian Indonesia
semasa Orde Baru telah menggeser struktur ekonomi dari dominan pertanian
menjadi dominan industri. Prioritas ekonomi nasional yang sebelumnya lebih
dititikberatkan pada sektor pertanian, mulai dikurangi, sedangkan peranan sektor-
sektor khususnya industri dan jasa semakin ditingkatkan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perlu adanya suatu
kajian yang dapat menerangkan kondisi penyerapan tenaga kerja pada UKM di
Kabupaten Tasikmalaya. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Pengaruh Stok Modal dan Upah Minimum Kabupaten Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja pada UKM di Kabupaten Tasikmalaya periode tahun
2003-2008 (Studi Kasus pada Industri Komoditi Unggulan)”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan diteliti akan
diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh stok modal dan upah minimum kabupaten terhadap
penyerapan tenaga kerja pada industri komoditi unggulan di Kabupaten
Tasikmalaya periode tahun 2003-2008.
2. Bagaimana perbandingan elastisitas penyerapan tenaga kerja pada industri
komoditi unggulan di Kabupaten Tasikmalaya periode 2003-2008.
4
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini untuk
mengetahui dan menganalisis :
1. Untuk mengetahui pengaruh stok modal dan upah minimum kabupaten
terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya periode tahun
2003-2008.
2. Untuk mengetahui perbandingan elastisitas penyerapan tenaga kerja pada
industri komoditi unggulan di Kabupaten Tasikmalaya periode 2003-2008.
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1. Kerangka Pemikiran
Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian usaha kecil
adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang
secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk
mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
Penduduk juga merupakan peran penting dalam penyerapan tenaga kerja,
kareana apabila terjadi penurunan penduduk maka akan terjadi pula penurunan
dalam rangsangan investasi. Bagitu pula sebaliknya apabila terjadi peningkatan
penduduk yang tinggi maka tingkat penghasilan dan investasi akan tinggi pula.
Menurut Sonny Sumarsono (2003 : 105) permintaan tenaga kerja berkaitan
dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi, dimana
faktor yang mempengaruhi penyerapan akan tenaga kerja adalah tingkat upah,
nilai produksi dan nilai invastasi.
Investasi dan tingkat upah merupakan faktor-faktor penyerapan tenaga
kerja. Apabila kita mengesampingkan faktor-faktor tersebut maka penyerapan
tenaga tidak akan barjalan lancar. Nilai investasi dan tingkat upah yang terus
meningkat secara langsung akan membawa dampak positif pada penyerapan
5
tenaga kerja, karena dengan adanya peningkatan upah dan nilai investasi tersebut
para pengusaha pun aka berupaya untuk meningkatkan atau menambah jumlah
unit usahanya sehingga dengan adanya penambahan unit usaha pengusaha secara
otomatis akan menambah pula jumlah tenaga kerjanya, dan dari faktor-faktor
inilah nantinya dapat dikaji untuk mengetahui perkembangan penyerapan tenaga
kerja pada UKM di Kabupaten Tasikmalaya.
2.2.1. Hubungan Antara Stok Modal dengan Penyerapan Tenaga Kerja
Stok modal menurut Smith merupakan unsur produksi yang secara aktif
menentukan tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam proses pertumbuhan
output, sehingga jumlah dan pertumbuhan output bergantung pada laju
pertumbuhan stok, pengaruh stok modal terhadap tingkat output total bisa secara
langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung, maksudnya adalah peningkatan
produktifitas perkapita yang dimungkinkan karena adanya spesialisasi dan
pembagian kerja yang semakin tinggi. (Abdul Hakim, 2002: 68)
Sedangkan model pertumbuhan Solow memperlihatkan bagaimana
pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, kemajuan teknologi
berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya terhadap output
barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan. Seperti halnya kebanyakan
model pertumbuhan lainnya, model Solow juga menganggap bahwa penawaran
dan permintaan terhadap barang memainkan peran penting dalam suatu
perekonomian. Secara teoritis, penawaran barang didasarkan pada fungsi produksi
yang menyatakan bahwa persediaan output bergantung pada persediaan modal dan
angkatan kerja.
Dalam model ini, selain faktor kapital, Solow juga menekankan pentingnya
faktor tenaga kerja dan teknologi.
Dengan demikian besarnya stok modal akan mementukan tingkat output
secara aktif dan itu berarti dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Secara
6
teoritis, semakin besar nilai investasi pada industri kecil dimana investasi yang
dilakukan bersifat padat karya maka stok modal pun akan bertambah, sehingga
kesempatan kerja yang diciptakan semakin tinggi. Berdasarkan pemikiran tersebut
maka dapat dilihat penyerapan tenaga kerja yaitu elastis terhadap stok modal.
2.2.2. Hubungan Antara Tingkat Upah dengan Penyerpan Tenaga Kerja
Dalam teori ini Keynes berpendapat bahwa harga-harga dan gaji-gaji tidak
fleksibel seperti yang diungkapkan oleh teori klasikal. Gaji-gaji mempunyai
kecenderungan menjadi kaku ketika keadaan ekonomi menurun karena pekerja-
pekerja tidak mau menerima gaji-gaji yang tidak mencukupi mereka untuk hidup
dengan layak, hal ini diperkuat oleh aksi-aksi dari serikat pekerja. Jika gaji terlalu
rendah, pengangguran akan terjadi. Pada kasus harga, perusahaan-perusahaan
dengan produksi barang yang tinggi lebih menyukai untuk mengurangi produksi
dan memecat pekerja-pekerja dari pada menurunkan harga. Kekuatan monopoli
mereka sering kali memungkinkan mereka untuk melakukan hal ini.
Sejak pertengahan tahun 1980-an, ada beberapa saat dimana pekerja
menerima penurunan gaji. Misalnya, di industri pesawat terbang dan baja.
Disamping pengecualian-pengecualian ini penurunan gaji adalah suatu hal yang
langka. Lebih merupakan pola yang umum bahwa gaji selalu mengalami
kenaikan, setidaknya untuk mengimbangi kenaikan biaya hidup.
Sedangkan menurut Smith yang sangat menentukan jumlah penduduk pada
suatu masa tertentu adalah tingkt upah pada saat itu. Jika tingkat upah yang
berlaku lebih tinggi dari pada tingkat upah subsusten (tingkat upah yang hanya
cukup untuk hidup pas-pasan), maka jumlah penduduk akan meningkat. Smith
juga menyatakan bahwa tingkat upah ditentukan oleh stok kapital dan tingkat
pertumbuhan output. Oleh karena itu jumlah penduduk akan meningkat atau
menurun tergantung pada stok modal dan tingkat pertumbuhan ekonomi pada
suatu masa tertentu. (Abdul Hakim, 2002 : 67)
7
Jadi dalam hal ini upah juga sangat berpengaruh terhadap penyerapan tenaga
kerja. Sehingga elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap upah yaitu elastis.
Gambar 1Kurva Penawaran Tenaga Kerja
Pada awalnya, peningkatan upah akan menambah alokasi waktu untuk
bekerja, katena biaya kesempatan dari tidak bekerja makin mahal. Penawaran dari
tenaga kerja pun makin meningkat. Tetapi sampai upah tingkat tertentu (W*),
seseorang merasakan waktu nilai hidupnya (utilitas hidupnya) telah menurun
karena hampir seluruh waktu digunakan untuk bekerja. Akhirnya dia merasa biaya
kesempatan dari bekerja amat mahal. Lalu dia pun memutuskan untuk mengurangi
jam kerja. Keadaan ini digambarkan dalam gambar 2.2 tentang kurva penawaran
tenaga kerja yang melengkung membalik (backward ending labour supply curve).
8
Upah (W)
Jam Kerja
Backward bending of supply labour
Curve
SL
I*
W*
Gambar 2.Permintaan Tenaga Kerja
Dari gbr.(a) terlihat, jika dipekerjakan N1 maka produk phisik marjinal dari
tenaga kerja adalah MPPL1. Jika dipekerjakan N2 maka produk phisik marjinalnya
turun menjadi MPPL2.
Telah diketahui bahwa keuntungan maksimum diperoleh ketika tingkat
output diproduksi pada saat marginal cost (MC) = marginal revenue (MR). dalam
pasar persaingan sempurna MR = P (harga). Jadi dalam perusahaan persaingan
sempurna, keuntungan maksimum diperoleh ketika memproduksi output dimana
MC = P. per-definisi, MC adalah besrnya tambahan biaya yang diperlukan untuk
menambah output satu unit.
Dalam hal ini, perusahaan hanya menggunakan satu faktor variabel, yaitu
tenaga kerja. Dengan demikian jika ada tambahan satu unit tenaga kerja, maka
biaya akan naik sebesar harga per unit jasa tenaga kerja tersebut yang dinamakan
tingkat upah nominal, W. Output akan naik sebesar MPPL. Hal ini berarti bahwa,
jika ditambahkan satu tenaga kerja lagi maka biaya akan naik sebesar W dan
output naik sebesar MPPL. Jadi, MC = W/MPPL. Sekarang kita dapat menulis
9
kembali syarat maksimisasi keuntungan sebagai berikut : W/MPPL = P atau
W/P = MPPL.
Berdasarkan persamaan syarat maksimisasi diatas, Gb. 2.3 dapat diubah ke
dalam gbr (a) yang menunjukkan hubungan antara harga tenaga kerja dengan
jumlah tenaga kerja yang diminta. Oleh karena itu kurva yang menunjukkan
hubungan tersebut disebut kurva permintaan tenaga kerja. Kurva tersebut ternyata
terletak sepanjang kurva MPPL. Perusahaan yang beroperasi berdasarkan kurva
ini berarti memenuhi syarat maksimisasi profit. Kurva garis putus menunjukkan
kombinasi N dan K dengan K yang lebih banyak.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Smith dan Solow dalam kerangka
pemikiran di atas, dapat digambarkan paradigma penelitian sebagai berikut :
Gambar 34Paradigma Penelitian Pengaruh Stok Modal dan Upah Minimum Kabupaten terhadap
Penyerapan tenaga Kerja
2.2. Hipotesis
Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran diatas, penulis
merumuskan hipotesis atau dugaan sementara dalam penelitian ini yaitu :
a. Diduga stok modal berpengaruh positif dan upah minimum Kabupaten
berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri bordir,
pandan, mendong, dan bambu di Kabupaten Tasikmalaya.
10
Stok Modal
Upah
Penyerapan Tenaga Kerja
b. Diduga elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap stok modal pada
industri bordir, bambu, pandan dan mendong adalah inelastis, dan elastisitas
penyerapan tenaga kerja terhadap upah minimum pada industri bordir,
bambu, pandan dan mendong adalah inelastis.
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah stok modal, upah minimum dan penyerapan
tenaga kerja pada UKM khususnya Komoditi Unggulan di Kabupaten
Tasikmalaya, seperti Bordir, Pandan, Mendong dan Bambu.
Dalam menentukan produk unggulan tersebut, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya mempertimbangkan potensi yang dimiliki
seperti ketersediaan sumberdaya alam, beberapa aspek lainnya yang
dipertimbangkan dalam penentuan produk industri unggulan tersebut adalah :
1. Orientasi pasar
2. Ketersediaan bahan baku
3. Penyerapan tanaga kerja
4. Nilai bahan baku
5. Nilai produksi, dan
6. Nilai investasi
Berdasarkan hasil penyusunan prioritas komoditi terhadap potensi–
potensi industri di Kabupaten Tasikmalaya, keempat produk unggulan tersebut
memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai pendorong
utama perekonomian daerah Kabupaten Tasikmalaya.
3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif, menurut Ir. M. Iqbal Hasan, M.M. (2002:22): “penelitian yang
digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi
11
tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual dan cermat”.
Metode ini bukan hanya saja menjabarkan (analitis), tetapi juga memadukan.
Metode ini pada hakekatnya adalah mencari teori, bukan menguji teori yang
menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah.
3.3. Model Ekonometrik
Menurut penelitian Mohamad Agus Subekti dengan judul skripsi “
Pengaruh Upah, Nilai Produksi, Nilai Investasi Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja pada Industri Kecil Genteng di Kabupaten Banjarnegara. “
yang menyatakan hasil persamaan model regresi yang ditransformasikan ke
logaritma berganda dengan menggunakan Logaritma Natural (Ln), bentuk
persamaannya adalah sebagai berikut:
Ln Y = Ln β0 + β1 LnX1 + β2 LnX2 + β3 LnX3 + µ
dimana : Y = Jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri
kecil genteng di Kabupaten Banjarnegaraβ0 = KonstantaX1 = Tingkat UpahX2 = Nilai ProduksiX3 = Nilai Investasiβ1 , β2 , β3 = Variabel yang dicari untuk mengukur elastisitas
hasil terhadap variabel X1,X2,X3µ = Faktor lain (faktor pengganggu)
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrik
yang dianalisis dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS)
dengan Lin-Log Model dimana varibel tidak bebasnya dalam bentuk linear dan
varibel bebasnya dalam bentuk logaritma. Penulis mencoba menggunakan model
yang digunakan oleh Mohamad Agus Subekti (2007) dengan melakukan
modifikasi pada model penelitiannya, maka didapat persamaan sebagai berikut:
Ln L = β0 + β1 ln K + β2 ln W + e
L = Tenaga Kerja
12
K = Stok Modal
W = Tingkat Upah
β0, β1, β2 = Koefisien Regresi
e = Error Term
3.4. Operasional Variabel
Adapun operasional variabel dalam pengolahan data, penulis
mengasumsikan bahwa :
Tabel 1Operasional Variabel
No Variabel Konsep Indikator Lambang
1 Tenaga Kerja
Jumlah orang yang bekerja pada industri komoditi unggulan. Orang L
2 Stok Modal
Nilai mesin tenun, mesin jahit, gergaji, golok, pisau dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Rp K
3Upah Minimum
Upah yang diterima buruh yaitu UMK x jumlah orang x 12. Rp W
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal
atau keterangan-keterangan atau karakteristik sebagian atau seluruh elemen
populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara peninjauan langsung
terhadap suatu objek penelitian dan hasil wawancara dengan pihak
perusahaan, baik pihak manajemen puncak maupun pihak terkait. Selain itu,
13
diperoleh dari hasil pengumpulan dokumen-dokumen perusahaan yang
berhubungan dengan topik suatu penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak luar perusahaan yang
menjadi objek penelitian. Data ini diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu
mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan topik penelitian yang
akan dibahas lebih lanjut berdasarkan literatur-literatur yang ada.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang dikeluarkan lembaga tertentu, yaitu Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Kependudukan dan Transmigrasi dan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya. Cara lain yang dilakukan dalam
pengumpulan data adalah dengan cara mencari data yang relevan melalui studi
pustaka dari beberapa publikasi ilmiah, surat kabar dan lain-lain yang berkaitan
dari rencana penelitian ini.
3.6. Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan adalah dengan uji asumsi klasik, uji t, uji F
dan analisis elastisitas.
3.6.1. Uji Asumsi Klasik
3.6.1.1. Masalah Multikolinier
Multikolinier menunjukan gejala adanya hubungan linear atau
hubungan yang pasti diantara variabel penjelas dalam model regresi. Gejala
ditunjukan oleh beberapa faktor, namun yang paling mendukung penjelasan
adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil regresi sangat
tinggi namun sebagian besar variabel penjelas tidak menjelaskan hubungan yang
signfikan terhadap variabel yang dijelaskan, melalui perbandingan antara nilai t-
stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel. (Mendenhall, dkk, 1989 dalam
Kuncoro, 2001)
14
3.6.1.2. Masalah Serial Korelasi
Durbin Watson
Ketentuan yang berlaku untuk melihat apakah suatu model mempunyai
masalah korelasi berdasarkan pada bagan daerah kritis dibawah ini :
dl = batas kritis bawah
du = batas kritis atas
4-du = batas kritis atas (dilihat dari batas maksimum)
4-dl = batas kriteria bawah (dilihat dari batas minimum)
Ketentuan penilaian batas kritis yang menjelaskan da atau tidak maslah
serial korelasi dalam model adalah sebagai berikut :
Tabel 2Tabel Kriteria Batas Durbin Watson
Kriteria Batas Kritis Kesimpulan
0 < d < dL Ho ditolak (Autokorelasi positif)
DL ≤ d ≤ du Autokorelasi tidak jelasa
4-dL < d < 4 Ho ditolak (Autokorelasi negative)
4-du ≤ d ≤ 4-dL Autokorelasi tidak jelas
du < d < 4-du Ho diterima
3.6.1.3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa
besar variabel bebas dalam menerangkan secara keseluruhan terhadap variabel
terikat.
15
3.6.1.4. Heteroskedastis
Heteroskedastis merupakan salah satu asumsi OLS jika varian
residualnya tidak sama. Untuk mendekati ada tidaknya heteroskedastis dilakukan
dengan white test yaitu dengan cara meregres logaritma residual kuadrat terhadap
semua variable penjelas.
3.6.2. Uji t-Statistik
Uji t dilakuakan untuk melihat signifikansi dari pengaru variabel bebas
secara individu terhadap variabel terikat dengan asumsi variabel terikat lainnya
konstan.
3.6.3. Uji F-Statistik
Pengujian F – statistik digunakan untuk menguji signifikansi dari semua
variabel bebas sebagai suatu kesatuan, atau mengukur pengaruh variabel bebas
secara bersama-sama.
3.6.4. Analisis Elastisitas
Yaitu untuk melihat tingkat derajat kepekaan (sensitifitas) penyerapan
tenaga kerja, sebagai akibat dari perubahan stok modal dan upah minimum
terhadap banyaknya menyerap tenaga kerja. Dimana y = f (x), elastisits y terhadap
x adalah :
η
Sedangkan untuk elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap stok
modal dan upah minimum yaitu L = f (K,W). Formulasi elastisitas yang
digunakan sebagai berikut :
1. Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Stok Modal
η
2. Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Upah Minimum
η
Yaitu dengan kriteria (η > 1) elastis dan (η < 1) inelastis.
16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Pengaruh Stok Modal Dan Upah Minimum Kabupaten Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Bordir Periode Tahun 2003-2008
Dari hasil pengolahan data didapat persamaan regresi dalam bentuk
persamaan linear sebagai berikut :
Ln L = 1,235624 + 0,897940 ln K - 0,004597 ln W + e
4.1.1.1. Koefisien Korelasi
Dilihat dari pengaruh R yaitu sebesar 0,974747 ini menjelaskan bahwa
stok modal dan upah minimum pada industri bordir terhadap penyerapan tenaga
kerja sebesar 97,47 % sedangkan sisanya sebesar 2,53 % dijelaskan oleh faktor
lain (misalnya teknologi) yang tidak dijelaskan secara rinci dalam penulisan
skripsi ini.
4.1.1.2. Estimasi Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan
variabel bebas dalam menjelaskan perubahan pada variabel tidak bebas. Dari hasil
regresi industri bordir memiliki R2 = 0,979338 yang berarti bahwa varians dari
variabel-variabel bebas didalam model yaitu stok modal dan upah minimum dapat
menerangkan 97,93 % dari variabel tidak bebasnya yaitu penyerapan tenaga kerja,
sedangkan sisanya sebesar 2,07 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.
4.1.1.3. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Pada Industri Bordir
Untuk mengetahui tingkat signifikan secara lebih lengkap mengenai
hubungan variabel bebas dengan variabel terikat secara individual (parsial) dapat
diketahui dengan membandingkan nilai probabilitas dengan 5% (0,05).
Berdasarkan hasil estimasi regresi OLS, penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa pengaruh stok modal terhadap penyerapan tenaga kerja
17
terdapat pengaruh yang signifikan hal ini dapat dilihat dari perbandingan
probabilitasnya sebesar 0,0064 < 0,05. Sedangkan pengaruh upah minimum
kabupaten tidak signifikan hal ini terlihat dari perbandingan probabilitasnya
sebesar 0,9730 > 0,05. Sesuai dengan hipotesis penelitian. Hal ini sejalan dengan
pendapat jurnal Mohamad Agus Subekti serta teori Adam Smith dan Keynes.
4.1.1.4. Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji F) Pada Industri Bordir
Pengaruh bersama-sama uji F-stat ini merupakan uji signifikansi satu
arah (one tail significance). Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung dari industri
bordir adalah 213,2930 dengan Ftabel pada taraf keyakinan 95 % adalah 4,96.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, ternyata industri bordir Fhitung > Ftabel atau
213,2930 > 4,96, atrinya bahwa beberapa variabel ekonomi (stok modal dan upah
minimum) dari industri bordir di atas secara bersama-sama signifikan
mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya periode tahun
2003-2008 pada tingkat signifikansi 1%.
4.1.1.5. Masalah Multikolinier
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara variabel
penjelas sehingga dapat dikatakan ada tidaknya gejala multikolinear diantara
variabel penjelas. Untuk menguji ada tidaknya gejala multikolinier dapat dilihat
pada correlogram of residuals, tampak bahwa semua nilai autocorrelation tidak
lebih dari 0,5 maka uji multikolinieritas pada industri bordir dianggap lolos.
(Lampiran)
4.1.1.6. Masalah Serial Korelasi
Untuk melihat ada tidaknya serial korelasi atau autokorelasi antara stok
modal dan upah minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja adalah
dengan menggunakan pengujian Durbin-Watson dengan taraf nyata 5%. Adapun
besarnya nilai uji Durbin-Watson di dasarkan pada bagan dearah kritis di bawah
ini :
18
BATAS KRITERIA DURBIN WATSON
Dari hasil estimasi pengaruh stok modal dan upah minimum Kabupaten
terhadap penyerapan tenaga kerja diperoleh DW hitung sebesar 2,561927. Dengan
mengggunakan DW tabel diperoleh du sebesar 1,579 dan 4 – du sebesar 2,421
sehingga berdasarkan batas kriteria Durbin-Watson tersebut diatas dapat
diketahui bahwa nilai DW hitungnya berada diantara 4-du -4-dl, dengan kata lain
d > 4-du (2,561927 > 2,421) maka dalam persamaan diatas serial korelasi tak
tentu.
4.1.1.7. Uji Heteroskedastis
Heteroskedastis terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai
varians yang sama untuk semua observasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
masalah Heteroskedastisitas adalah dengan melihat White Heteroskedasticity Test,
dengan membandingkan obs R-squarednya dengan tabel chi Kuadrat (χ2). Apabila
hasil obs R-squarednya lebih kecil (<) dari tabel (χ2) berarti tidak terjadi
heteroskedastis.
Model yang dipakai dalam penelitian ini lolos dari heteroskedastis, hal
ini terbukti dengan nilai hasil Obs*R squared probability industri bordir dengan
nilai 0,081751 dengan α = 5 % dan df = 1 yaitu sebesar 3,84146 artinya tidak
terjadi heteroskedastis dalam model penelitian ini, sehingga layak digunakan
sebagai model.
19
4.1.2. Pengaruh Stok Modal Dan Upah Minimum Kabupaten Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Bambu Periode Tahun 2003-2008
Dari hasil pengolahan data didapat persamaan regresi dalam bentuk
persamaan linear sebagai berikut :
Ln L = 2,660552 + 0,632285 ln K + 0,152626 ln W + e
4.1.2.1. Koefisien Korelasi
Dilihat dari pengaruh R nya yaitu sebesar 0,993972 ini menjelaskan
bahwa stok modal dan upah minimum pada industri bambu terhadap penyerapan
tenaga kerja sebesar 99,39 % sedangkan sisanya sebesar 0,61 % dijelaskan oleh
faktor lain (misalnya teknologi) yang tidak dijelaskan secara rinci dalam penulisan
skripsi ini.
4.1.2.2. Estimasi Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan
variabel bebas dalam menjelaskan perubahan pada variabel tidak bebas. Dari hasil
regresi pada industri bambu memiliki R2 = 0,995068 yang berarti bahwa varians
dari variabel-variabel bebas didalam model yaitu stok modal dan upah minimum
dapat menerangkan 99,50 % dari variabel tidak bebasnya yaitu penyerapan tenaga
kerja, sedangkan sisanya sebesar 0,5 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar
model.
4.1.2.3. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Pada Industri Bambu
Untuk mengetahui tingkat signifikan secara lebih lengkap mengenai
hubungan variabel bebas dengan variabel terikat secara individual (parsial) dapat
diketahui dengan membandingkan nilai probabilitas dengan 5% (0,05).
Berdasarkan hasil estimasi regresi OLS, penulis juga dapat menarik
kesimpulan bahwa pengaruh stok modal terhadap penyerapan tenaga kerja
terdapat pengaruh yang signifikan hal ini dapat dilihat dari perbandingan
probabilitasnya sebesar 0,0000 < 0,05. Dan pengaruh upah minimum kabupaten
20
juga signifikan hal ini terlihat dari perbandingan probabilitasnya sebesar 0,0086 <
0,05.
4.1.2.4. Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji F) Pada Industri Bambu
Pengaruh bersama-sama uji F-stat ini merupakan uji signifikansi satu
arah (one tail significance). Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung dari industri
bambu adalah 907,9580 dengan Ftabel pada taraf keyakinan 95 % adalah 4,96.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, ternyata industri bambu Fhitung > Ftabel atau
907,9580 > 4,96, atrinya bahwa beberapa variabel ekonomi (stok modal dan upah
minimum) dari industri bambu di atas secara bersama-sama berpengaruh
signifikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya
periode tahun 2003-2008 pada tingkat signifikansi 1%.
4.1.2.5. Masalah Multikolinier
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara variabel
penjelas sehingga dapat dikatakan ada tidaknya gejala multikolinear diantara
variabel penjelas. Untuk menguji ada tidaknya gejala multikolinier dapat dilihat
pada correlogram of residuals, tampak bahwa semua nilai autocorrelation tidak
lebih dari 0,5, maka uji multikolinieritas pada industri bambu ini dianggap lolos.
(Lampiran)
4.1.2.6. Masalah Serial Korelasi
Untuk melihat ada tidaknya serial korelasi atau autokorelasi antara stok
modal dan upah minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja adalah
dengan menggunakan pengujian Durbin-Watson dengan taraf nyata 5%. Adapun
besarnya nilai uji Durbin-Watson di dasarkan pada bagan dearah kritis di bawah
ini :
21
BATAS KRITERIA DURBIN WATSON
Dari hasil estimasi pengaruh stok modal dan upah minimum Kabupaten
terhadap penyerapan tenaga kerja diperoleh DW hitung sebesar 2,740190. Dengan
mengggunakan DW tabel diperoleh du sebesar 1,579 dan 4 – du sebesar 2,421
sehingga berdasarkan batas kriteria Durbin-Watson tersebut diatas dapat
diketahui bahwa nilai DW hitungnya berada diantara 4-du -4-dl, dengan kata lain
d > 4-du (2,740190 > 2,421) maka dalam persamaan diatas serial korelasinya tak
tentu.
4.1.2.7. Uji Heteroskedastis
Heteroskedastis terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai
varians yang sama untuk semua observasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
masalah Heteroskedastisitas adalah dengan melihat White Heteroskedasticity Test,
dengan membandingkan obs R-squarednya dengan tabel chi Kuadrat (χ2). Apabila
hasil obs R-squarednya lebih kecil (<) dari tabel (χ2) berarti tidak terjadi
heteroskedastis.
Model yang dipakai dalam penelitian ini lolos dari heteroskedastis, hal
ini terbukti dengan nilai hasil Obs*R squared probability industri bambu dengan
nilai 0,154701 dengan α = 5 % dan df = 1 yaitu sebesar 3,84146 artinya tidak
terjadi heteroskedastis dalam model penelitian ini, sehingga layak digunakan
sebagai model.
22
4.1.3. Pengaruh Stok Modal Dan Upah Minimum Kabupaten TerhadapPenyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pandan Periode Tahun
2003-2008
Dari hasil pengolahan data didapat persamaan regresi dalam bentuk
persamaan linear sebagai berikut :
Ln L = -0,706359 + 1,264959 ln K + 0,003542 ln W + e
4.1.3.1. Koefisien Korelasi
Dilihat dari hubungan (nilai R) yaitu sebesar 0,515964 ini menjelaskan
bahwa stok modal dan upah minimum pada industri pandan terhadap penyerapan
tenaga kerja sebesar 51,59 % sedangkan sisanya sebesar 48,41 % dijelaskan oleh
faktor lain (teknologi) yang tidak dijelaskan secara rinci dalam penulisan skripsi
ini.
4.1.3.2. Estimasi Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan
variabel bebas dalam menjelaskan perubahan pada variabel tidak bebas. Dari hasil
pengolahan dari pada industri pandan memiliki R2 = 0,603970 yang berarti bahwa
varians dari variabel-variabel bebas didalam model yaitu stok modal dan upah
minimum dapat menerangkan 60,39 % dari variabel tidak bebasnya yaitu
penyerapan tenaga kerja, sedangkan sisanya sebesar 39,61 % dipengaruhi oleh
variabel lain diluar model.
4.1.3.3. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Pada Industri Pandan
Untuk mengetahui tingkat signifikan secara lebih lengkap mengenai
hubungan variabel bebas dengan variabel terikat secara individual (parsial) dapat
diketahui dengan membandingkan nilai probabilitas dengan 5% (0,05).
Berdasarkan hasil estimasi regresi OLS, penulis juga dapat menarik
kesimpulan bahwa pengaruh stok modal terhadap penyerapan tenaga kerja
terdapat pengaruh yang signifikan hal ini dapat dilihat dari perbandingan
probabilitasnya sebesar 0,0051 < 0,05. Dan pengaruh upah minimum kabupaten
23
tidak signifikan hal ini terlihat dari perbandingan probabilitasnya sebesar 0,9721 >
0,05. Sesuai dengan hipotesis penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat jurnal
Mohamad Agus Subekti serta teori Adam Smith dan Keynes.
4.1.3.4. Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji F) Pada Industri Pandan
Pengaruh bersama-sama uji F-stat ini merupakan uji signifikansi satu
arah (one tail significance). Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung dari industri
pandan adalah 6,862782 dengan Ftabel pada taraf keyakinan 95 % adalah 4,96.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, ternyata industri bambu Fhitung > Ftabel atau
6.862782 > 4,96, atrinya bahwa beberapa variabel ekonomi (stok modal dan upah
minimum) dari industri pandan di atas secara bersama-sama berpengaruh
signifikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya
periode tahun 2003-2008 pada tingkat signifikansi 1%.
4.1.3.5. Masalah Multikolinier
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara variabel
penjelas sehingga dapat dikatakan ada tidaknya gejala multikolinear diantara
variabel penjelas. Untuk menguji ada tidaknya gejala multikolinier dapat
correlogram of residuals, tampak bahwa semua nilai autocorrelation tidak lebih
dari 0,5, maka uji multikolinieritas ini dianggap lolos. (Lampiran)
4.1.3.6. Masalah Serial Korelasi
Untuk melihat ada tidaknya serial korelasi atau autokorelasi antara stok
modal dan upah minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja adalah
dengan menggunakan pengujian Durbin-Watson dengan taraf nyata 5%. Adapun
besarnya nilai uji Durbin-Watson di dasarkan pada bagan dearah kritis di bawah
ini :
24
BATAS KRITERIA DURBIN WATSON
Dari hasil estimasi pengaruh stok modal dan upah minimum Kabupaten
terhadap penyerapan tenaga kerja diperoleh DW hitung sebesar 2,259211. Dengan
mengggunakan DW tabel diperoleh du sebesar 1,579 dan 4 – du sebesar 2,421
sehingga berdasarkan batas kriteria Durbin-Watson tersebut diatas dapat
diketahui bahwa nilai DW hitungnya berada diantara du -4-dl, dengan kata lain d
> du (2,259211 > 1,579) maka dalam persamaan diatas tidak ada serial korelasi.
4.1.3.7. Uji Heteroskedastis
Heteroskedastis terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai
varians yang sama untuk semua observasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
masalah Heteroskedastisitas adalah dengan melihat White Heteroskedasticity Test,
dengan membandingkan obs R-squarednya dengan tabel chi Kuadrat (χ2). Apabila
hasil obs R-squarednya lebih kecil (<) dari tabel (χ2) berarti tidak terjadi
heteroskedastis.
Model yang dipakai dalam penelitian ini lolos dari heteroskedastis, hal
ini terbukti dengan nilai hasil Obs*R squared probability industri pandan dengan
nilai 0,424736 dengan α = 5 % dan df = 1 yaitu sebesar 3,84146 artinya tidak
terjadi heteroskedastis dalam model penelitian ini, sehingga layak digunakan
sebagai model.
25
4.1.4. Pengaruh Stok Modal Dan Upah Minimum Kabupaten Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mendong Periode Tahun 2003-2008
Dari hasil pengolahan data didapat persamaan regresi dalam bentuk
persamaan linear sebagai berikut :
Ln L = 2,874692 + 0,360265 ln K + 0,285800 ln W + e
4.1.4.1. Koefisien Korelasi
Dilihat dari pengaruh R nya yaitu sebesar 0,984612 ini menjelaskan
bahwa stok modal dan upah minimum pada industri mendong terhadap
penyerapan tenaga kerja sebesar 98,46 % sedangkan sisanya sebesar 1,54 %
dijelaskan oleh faktor lain (teknologi) yang tidak dijelaskan secara rinci dalam
penulisan skripsi ini.
4.1.4.2. Estimasi Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan
variabel bebas dalam menjelaskan perubahan pada variabel tidak bebas. Dari hasil
regresi pada industri ,medong memiliki R2 = 0,987410 yang berarti bahwa varians
dari variabel-variabel bebas didalam model yaitu stok modal dan upah minimum
dapat menerangkan 98,74 % dari variabel tidak bebasnya yaitu penyerapan tenaga
kerja, sedangkan sisanya sebesar 1,28 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar
model.
4.1.4.3. Pengujian Hipotesisi Secara Parsial (Uji t) Pada Industri Mendong
Untuk mengetahui tingkat signifikan secara lebih lengkap mengenai
hubungan variabel bebas dengan variabel terikat secara individual (parsial) dapat
diketahui dengan membandingkan nilai probabilitas dengan 5% (0,05).
Berdasarkan hasil estimasi regresi OLS, penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa pengaruh stok modal terhadap penyerapan tenaga kerja
terdapat pengaruh yang signifikan hal ini dapat dilihat dari perbandingan
26
probabilitasnya sebesar 0,0036 < 0,05. Dan pengaruh upah minimum kabupaten
tidak signifikan hal ini terlihat dari perbandingan probabilitasnya sebesar 0,0004 <
0,05.
4.1.4.4. Pengujian Hipotesisi Secara Serempak (Uji F) Pada Industri
Mendong
Pengaruh bersama-sama uji F-stat ini merupakan uji signifikansi satu
arah (one tail significance). Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung dari industri
mendong adalah 352,9134 dengan Ftabel pada taraf keyakinan 95 % adalah 4,96.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, ternyata industri bambu Fhitung > Ftabel atau
352,9134 > 4,96, atrinya bahwa beberapa variabel ekonomi (stok modal dan upah
minimum) dari industrimendong di atas secara bersama-sama berpengaruh
signifikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya
periode tahun 2003-2008 pada tingkat signifikansi 1%.
4.1.4.5. Masalah Multikolinier
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara variabel
penjelas sehingga dapat dikatakan ada tidaknya gejala multikolinear diantara
variabel penjelas. Untuk menguji ada tidaknya gejala multikolinier dapat dilihat
pada correlogram of residuals, tampak bahwa semua nilai autocorrelation tidak
lebih dari 0,5, maka uji multikolinieritas pada industri mendong dianggap lolos.
(Lampiran)
4.1.4.6. Masalah Serial Korelasi
Untuk melihat ada tidaknya serial korelasi atau autokorelasi antara stok
modal dan upah minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja adalah
dengan menggunakan pengujian Durbin-Watson dengan taraf nyata 5%. Adapun
besarnya nilai uji Durbin-Watson di dasarkan pada bagan dearah kritis di bawah
ini :
27
BATAS KRITERIA DURBIN WATSON
Dari hasil estimasi pengaruh stok modal dan upah minimum Kabupaten
terhadap penyerapan tenaga kerja diperoleh DW hitung sebesar 2,151707. Dengan
mengggunakan DW tabel diperoleh du sebesar 1,579 dan 4 – du sebesar 2,421
sehingga berdasarkan batas kriteria Durbin-Watson tersebut diatas dapat
diketahui bahwa nilai DW hitungnya berada diantara du -4-dl, dengan kata lain d
> du (2,151707 > 1,579) maka dalam persamaan diatas tidak ada serial korelasi.
4.1.4.7. Uji Heteroskedastis
Heteroskedastis terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai
varians yang sama untuk semua observasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
masalah Heteroskedastisitas adalah dengan melihat White Heteroskedasticity Test,
dengan membandingkan obs R-squarednya dengan tabel chi Kuadrat (χ2). Apabila
hasil obs R-squarednya lebih kecil (<) dari tabel (χ2) berarti tidak terjadi
heteroskedastis.
Model yang dipakai dalam penelitian ini lolos dari heteroskedastis, hal
ini terbukti dengan nilai hasil Obs*R squared probability industri mendong
dengan nilai 0,795034 dengan α = 5 % dan df = 1 yaitu sebesar 3,84146 artinya
tidak terjadi heteroskedastis dalam model penelitian ini, sehingga layak digunakan
sebagai model.
28
4.1.5.Uji Elastisitas
Uji ini dilakukan untuk dapat mengetahui besarnya elastisitas Penyerapan
Tenaga Kerja pada Industri Komoditi Unggulan terhadap beberapa variabel nya
(Stok Modal dan Upah Minimum) di Kabupaten Tasikmalaya periode tahun 2003-
2008.
Berdasarkan persamaan tersebut diatas diperoleh nilai-nilai koefisien regresi
yang dapat menunjukan elastisitas. Masing-masing nilai koefisien tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut :
Bordir
Elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap stok modal pada industri
bordir adalah inelastis dengan arah hubungan yang positif dengan nilai
koefisien sebesar 0,897940 (E < 1). Koefisien stok modal yang positif
menunjukan bahwa ketika tejadi peningkatan stok modal sebesar 1 %
(ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar
0,897940 %.
Elastisits penyerapan tenaga kerja terhadap upah minimum pada industri
bordir adalah inelastis dengan arah hubungan yang negatif dengan nilai
koefisien sebesar -0.004597 (E < 1). Koefisien upah minimum yang
negatif dan tidak signifikan menunjukan bahwa ketika terjadi penurunan
upah minimum sebesar 1 % (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga
kerja akan turun sebesar 0,034681 %.
Bambu
Elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap stok modal pada industri
bambu adalah inelastis dengan arah hubungan yang positif dengan nilai
koefisien sebesar 0,632285 (E < 1). Koefisien stok modal yang positif
menunjukan bahwa ketika tejadi penigkatan stok modal sebesar 1 %
(ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar
0,632285 %.
29
Elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap upah minimum pada industri
bambu adalah inelastis dengan arah hubungan yang positif dengan nilai
koefisien sebesar 0.152626 (E < 1). Koefisien upah minimum yang
positif dan signifikan menunjukan bahwa ketika terjadi kenaikan upah
minimum sebesar 1 % (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja
akan naik sebesar 0,152626 %.
Pandan
Elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap stok modal pada industri
pandan adalah elastis dengan arah hubungan yang positif dengan nilai
koefisien sebesar 1,264959 (E > 1). Koefisien stok modal yang positif
menunjukan bahwa ketika tejadi penigkatan stok modal sebesar 1 %
(ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar
1,264959 %.
Elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap upah minimum pada industri
pandan adalah inelastis dengan arah hubungan yang positif dengan nilai
koefisien sebesar 0.003542 (E < 1). Koefisien upah minimum yang
positif dan signifikan menunjukan bahwa ketika terjadi peningkatan upah
minimum sebesar 1 % (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja
akan naik sebesar 0,003542 %.
Mendong
Elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap stok modal pada industri
mendong adalah inelastis dengan arah hubungan yang positif dengan
nilai koefisien sebesar 0,360265 (E < 1). Koefisien stok modal yang
positif menunjukan bahwa ketika tejadi penigkatan stok modal sebesar 1
% (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar
0,360265 %.
Elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap upah minimum pada industri
mendong adalah inelastis dengan arah hubungan yang positif dengan
nilai koefisien sebesar 0.285800 (E < 1). Koefisien upah minimum yang
positif menunjukan bahwa ketika terjadi peningkatan upah minimum
30
sebesar 1 % (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja akan naik
sebesar 0,285800 %.
4.1.5.1. Perbandingan Elastisitas Pada Masing-masing Industri Komoditi Unggulan di Kabupaten Tasikmalaya Periode Tahun 2003-2008
Tabel 4Perbandingan Elastisitas Pada Masing-masing Industri Komoditi Unggulan di Kabupaten
Tasikmalaya Periode Tahun 2003-2008Variabel Penyerapan Tenaga Kerja
Bordir 1,235624
Bambu 2,660552
Pandan -0,706359
Mendong 2,8746992
Dilihat dari tabel di atas, yang paling berpengaruh terhadap penyerapan
tenaga kerja adalah industri mendong. Karena industri mendong memiliki nilai
koefisien paling tinggi yaitu sebesar 2,8746992.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data maka pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat pada masing-masing model dapat dijelaskan sebagai
berikut:
4.2.1. Bordir
Untuk melihat arah hubungan masing-masing stok modal dan upah
minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri bordir
terlihat dari nilai koefisiennya, lebih jelasnya sebagai berikut:
- Nilai koefisien stok modal adalah sebesar 0,897940. dilihat dari arah
koefisiennya, ternyata antara stok modl dan penyerapan tenaga kerja
memiliki hubungan yang positif. Artinya, apabila stok modal meningkat
satu persen, maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar 0,897940
31
persen, demikian sebaliknya sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Smith dan Solow. Stok modal ini berpengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja. Hal ini menjelaskan peranan stok modal sangat
berpengaruh karena adanya investor yang menanamkan modal.
- Nilai koefisien upah minimum adalah sebesar 0.004597. dan dilihat dari
arah koefisiennya, ternyata hubungan antara upah minimum dan
penyerapan upah tenaga kerja memiliki hubungan yang negatif. Artinya,
apabila upah minimum meningkat satu persen, maka penyerapan tenaga
kerja akan menurun sebesar 0.004597 persen, demikian pula sebaliknya.
Ini sesuai dengan teori dan jurnal, hal ini terjadi karena perusahaan-
perusahaan dengan produksi barang yang tinggi lebih menyukai untuk
mengurangi produksi dan memecat pekerja-pekerja.
4.2.2. Bambu
Untuk melihat arah hubungan masing-masing stok modal dan upah
minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri bambu
terlihat dari nilai koefisiennya, lebih jelasnya sebagai berikut:
- Nilai koefisien stok modal adalah sebesar 0,632285. dilihat dari arah
koefisiennya, ternyata antara stok modal dan penyerapan tenaga kerja
memiliki hubungan yang positif. Artinya, apabila stok modal meningkat
satu persen, maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar 0,632285
persen, demikian sebaliknya sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Smith dan Solow. Stok modal ini berpengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja. Hal ini menjelaskan peranan stok modal sangat
berpengaruh karena adanya investor yang menanamkan modal.
- Nilai koefisien upah minimum adalah sebesar 0.152626. dan dilihat dari
arah koefisiennya, ternyata hubungan antara upah minimum dan
penyerapan upah tenaga kerja memiliki hubungan yang positif. Artinya,
apabila upah minimum meningkat satu persen, maka penyerapan tenaga
kerja akan naik sebesar 0.152626 persen, demikian pula sebaliknya. Ini
32
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes, hal ini terjadi karena
gaji-gaji mempunyai kecenderungan menjadi kaku ketika keadaan
ekonomi menurun karena pekerja-pekerja tidak mau menerima gaji yang
tidak mencukupi mereka untuk hidup dengan layak. Apabila gaji terlalu
rendah, maka pengangguran akan terjadi.
4.2.3. Pandan
Untuk melihat arah hubungan masing-masing stok modal dan upah
minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pandan
terlihat dari nilai koefisiennya, lebih jelasnya sebagai berikut:
- Nilai koefisien stok modal adalah sebesar 1.264959 dilihat dari arah
koefisiennya, ternyata antara stok modal dan penyerapan tenaga kerja
memiliki hubungan yang positif. Artinya, apabila stok modal meningkat
satu persen, maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar 1.264959
persen, demikian sebaliknya sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Smith dan Solow. Stok modal ini berpengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja. Hal ini menjelaskan peranan stok modal sangat
berpengaruh karena adanya investor yang menanamkan modal.
- Nilai koefisien upah minimum adalah sebesar 0.003542. dan dilihat dari
arah koefisiennya, ternyata hubungan antara upah minimum dan
penyerapan upah tenaga kerja memiliki hubungan yang positif. Artinya,
apabila upah minimum meningkat satu persen, maka penyerapan tenaga
kerja akan naik sebesar 0.003542 persen, demikian pula sebaliknya. Ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes, hal ini terjadi karena
gaji-gaji mempunyai kecenderungan menjadi kaku ketika keadaan
ekonomi menurun karena pekerja-pekerja tidak mau menerima gaji yang
tidak mencukupi mereka untuk hidup dengan layak. Apabila gaji terlalu
rendah, maka pengangguran akan terjadi.
33
4.2.4. Mendong
Untuk melihat arah hubungan masing-masing stok modal dan upah
minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mendong
terlihat dari nilai koefisiennya, lebih jelasnya sebagai berikut:
- Nilai koefisien stok modal adalah sebesar 0.360265 dilihat dari arah
koefisiennya, ternyata antara stok modal dan penyerapan tenaga kerja
memiliki hubungan yang positif. Artinya, apabila stok modal meningkat
satu persen, maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar 0.360265
persen, demikian sebaliknya sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Smith dan Solow. Stok modal ini berpengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja. Hal ini menjelaskan peranan stok modal sangat
berpengaruh karena adanya investor yang menanamkan modal.
- Nilai koefisien upah minimum adalah sebesar 0.285800. dan dilihat dari
arah koefisiennya, ternyata hubungan antara upah minimum dan
penyerapan upah tenaga kerja memiliki hubungan yang positif. Artinya,
apabila upah minimum meningkat satu persen, maka penyerapan tenaga
kerja akan naik sebesar 0.285800 persen, demikian pula sebaliknya. Ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes, hal ini terjadi karena
gaji-gaji mempunyai kecenderungan menjadi kaku ketika keadaan
ekonomi menurun karena pekerja-pekerja tidak mau menerima gaji yang
tidak mencukupi mereka untuk hidup dengan layak. Apabila gaji terlalu
rendah, maka pengangguran akan terjadi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh stok
modal dan upah minimum kabupaten. Berdasarkan hasil perhitungan dan
pembahasan pada bab-bab sebelumnya, penelitian ini menghasikan kesimpulan :
1. Variabel stok modal pada industri bordir, bambu, pandan dan mendong
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
34
Hal ini dikarenakan stok modal merupakan unsur produksi yang secara aktif
menentukan tingkat output. Sesuai dengan hipotesis penelitian. Sedangkan
untuk upah minimum pada industri bordir berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini terjadi karena
perusahaan-perusahaan dengan produksi barang yang tinggi lebih menyukai
untuk mengurangi produksi dan memecat pekerja-pekerja. Sesuai dengan
hipotesis penelitian. Untuk upah minimum pada industri bambu dan mendong
berpengarug positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini
terjadi karena kurangnya tenaga kerja pada industri bambu dan mendong
sehingga perusahaan lebih mempertimbangkan untuk menaikan gaji para
pekeja dibandingkan memecat para pekerja. Dan untuk upah minimum pada
industri pandan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja. Sama halnya dengan upah pada industri bambu dan
mendong, ini terjadi karena kurangnya tenaga kerja. Apabila gaji terlalu
rendah, maka pada industri pandan akan kekurangan tenga kerja sehingga
produksi tidak akan berjalan lancar.
2. Dalam uji normalitas, dapat terlihat bahwa ada satu yang cenderung
mengarah pada hipotesis nol distribusu normal, yaitu industri pandan.
Sedangkan dalam uji normalitas pada industri bordir, bambu dan mendong
berdistribusi normal.
3. Dalam masalah multikolinier, berdasarkan analisis Corelogram Of Residuals
maka dapat disimpulkan bahwa model yang dipakai oleh masing-masing
industri tidak terdapat multikolinieritas dalam model regresi. Hal ini bisa
dilihat dengan nilai Autocorrelation (AC) tiap variabel tidak lebih dari 0,5.
4. Dalam penelitian ini industri bordir, bambu, pandan dan mendong lolos dari
heteroskedastis.
5. Elastisitas penyerapan tenaga kerja pada industri bordir terhadap stok modal
dan upah minimum kabupaten adalah bersifat inelastis dengan arah hubungan
masing-masing positif dan negatif. Dan elastisitas penyerapan tenaga kerja
pada industri bambu terhadap stok modal dan upah minimum kabupaten
adalah bersifat inelastis dengan arah hubungan yang positif, sedangkan
35
elastisitas penyerapan tenaga kerja pada industri pandan terhadap stok modal
dan upah minimum kabupaten adalah bersifat masing-masing elastis dan
inelastis dengan arah hubungan yang positif, dan elastisitas penyerapan
tenaga kerja pada industri mendong terhadap stok modal dan upah minimum
kabupaten adalah bersifat inelastis dengan arah hubungan yang positif. Dan
industri mendong adalah industri yang paling berpengaruh terhadap
penyerapan tenaga kerja, karena memiliki nilai koefisien yang tinggi.
5.2. Saran
Mengacu pada penelitian ini, ada beberapa strategi yang kiranya harus
dipertimbangkan. Yang pertama, pemerintah dalam hal ini harus lebih
memperhatikan lagi para pengusaha lokal khususnya UKM, karena dapat diyakini
bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas yaitu dalam
menghadapi krisis ekonomi, dan diharapkan para pengusaha besar dan juga
pemerintah mampu memberikan bantuan berupa modal usahan dan pemberian
alat-alat produksi yang sifatnya lebih modern guna untuk menunjang proses
produksi supaya lebih efektif dan efisien. Dengan penerapan teknologi yang lebih
modern juga di harapkan dapat meningkatkan nilai produksi, meningkatkan
pendapatan yang mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi.
Yang kedua, pera pengrajin industri lebih banyak berinovasi dalam
pembuatan kerajinan pada industri komoditi uggulan, supaya para investor lebih
tertarik lagi dalam menginvestasikan modalnya.
Yang ketiga, Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai acuan untuk peneliti lainnya dan dapat melakukan penelitian
lanjutan terutama yang berkian dengan industri-industri kecil yang ada di
Kabupaten Tasikmalaya.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makroekonomi, Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
36
Aloysius Gunadi Brata, Distribusi Spasial UKM di Masa Krisis Ekonomi. http://www.google.com
Benny A, Ratag. Catatan Tentang UMKM, Kredit dan Pemberantasan Kemiskinan. http://www.google.com _Mei 2008
Keputusan Presiden RI No. 99 Tahun 1998 Pengertian Usaha Kecil.
UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan.
Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Sumberdaya Manusia dan Ketenagakerjaan. Graha Ilmu.
UU No.9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil.
Hakim, Abdul. 2002. Ekonomi Pembangunan. UII Press. Yogyakarta.
Sukirno, Sadono. 1997. Pengantar Teori Makro Ekonomi. PT Raja Gravindo Perkasa.
Boediono. 1985. Ekonomi Moneter. Edisi III. BPFE. Yogyakarta.
EP Pramono, 2008, Eduardus, 2007 dan AH Manurung, 2006. Definisi Investasi. http://www.google.com._ Majalah Prioritas May-june 2007
Ahmad Kurnia El Qorni, Pengertian Upah, Faktor yang Mempengaruhi Upah dan Jenis-jenis Upah. http://www.google.com
Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dengan Bima Grafika. Jakarta.
Neng. 2008, Pengaruh Tenaga Kerja dan Nilai Investsi Terhadap Produksi pada Industri Kecil Anyaman Bambu di Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi UNSIL
Sutirman, Pemberdayaan UMKM Melalui PusatKomunikasi Bisnis Berbasis Web (suatu gagasan). http://www.google.com / www.depkop.go.id / www.ktin.org.id
Mohamad Agus Subekti. 2007, Pengaruh Upah, Nilai Produksi, Nilai Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil Genteng di Kabupaten Banjarnegara. Skripsi Universitas Negeri Semarang.
37
Tugas Pokok dan Fungsi Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. http://www.google.com
Lincolin Arsyad. 1999. Ekonomi Pembangunan, edisi ke-4. Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Todaro, Michael P. 1989. Pembangunan Ekonomi di Dunia ke 3. Jakarta : Erlangga.
Tulus Tambunan. 2001. Perekonomian Indonesia : Teori Dan Temuan Empiris, cetakan kedua. Jakarta : Ghalia Indonesia.
M. Iqbal Hasan. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitiandan Aplikasinya, Cetakan Pertama. Jakatra : Ghalia Indonesia.
Website Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat - Bab.II .jabarprov.go.id
. 2003 dan 2007. Tasikmalaya Dalam Angka.
38