rivarahmawati.files.wordpress.com · web viewmemasang infuse rl untuk mencegah dehidrasi pada ibu...
TRANSCRIPT
BAHAN AJAR ASUHAN KEBIDANAN NIFAS (ASKEB III)
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Nifas (ASKEB III)
A. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini memberi kesempatan mahasiswa untuk menerapkan
asuhan kebidanan pada masa nifas dalam praktik kebidanan..
B. Kegunaan Mata Kuliah
Dengan adanya mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas (ASKEB III),
diharapkan mahasiswa menjadi lebih kompeten dalam melakukan asuhan yang
komprehensif pada masa nifas yaitu dapat menjabarkan konsep dasar masa
nifas, menggambarkan proses laktasi dan menyusui, menyebutkan macam-
macam respon orang tua terhadap bayi, mengidentifikasi perubahan fisiologis
dan psikologis masa nifas, menentukan kebutuhan dasar masa nifas,
menerapkan asuhan fisik dan psikososial, merencanakan tindak lanjut asuhan
nifas dirumah, menganalisis deteksi dini komplikasi masa nifas dan
penanganannya dan dapat menyusun dokumentasi asuhan kebidanan masa
nifas dalam bentuk laporan.
C. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas ini adalah
mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada masa nifas dengan
pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep,sikap,dan keterampilan.
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 1
D. Susunan Urutan Bahar Ajar
1. Konsep Dasar Masa Nifas
1.1 Pengertian masa nifas
1.2 Tujuan asuhan masa nifas
1.3 Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
1.4 Kebijakan program masa nifas
2. Proses Laktasi dan Menyusui
2.1 Anatomi dan Fisiologi payudara
2.2 Dukungan bidan dalam pemberian ASI
2.3 Manfaat pemberian ASI
2.4 Komposisi gizi dalam ASI
2.5 Upaya memperbanyak ASI
2.6 Tanda bayi cukup ASI
2.7 ASI Eksklusif
2.8 Cara merawat payudara
2.9 Cara menyusui yang benar
2.10 Masalah dalam pemberian ASI
3. Respon Orang Tua Terhadap Bayi
3.1 Bouding attachment
3.2 Respon ayah dan keluarga
3.3 Sibling rivalry
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 2
4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
4.1 Perubahan masa reproduksi
4.2 Perubahan sistem pencernaan
4.3 Perubahan sistem perkemihan
4.4 Perubahan sistem musculoskeletal
4.5 Perubahan sistem endokrin
4.6 Perubahan tanda-tanda vital
4.7 Perubahan sistem kardiovaskuler
4.8 Perubahan sistem hemologi
5. Perubahan Psikologis Masa Nifas
5.1 Adaptasi psikologi ibu masa nifas
5.2 Post partum blues
5.3 Kesedihan dan duka cita
6. Kebutuhan Dasar Masa Nifas
6.1 Nutrisi dan cairan
6.2 Ambulasi
6.3 Eliminasi BAB/BAK
6.4 Kebersihan diri/perineum
6.5 Seksual
6.6 Latihan / senam nifas
7. Asuhan Fisik dan Psikososial
8. Tindak Lanjut Asuhan Nifas Di Rumah
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 3
8.1 Jadwal kunjungan rumah
8.2 Asuahn lanjutan masa nifas di rumah
8.3 Penyuluhan masa nifas
9. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas dan Penanganannya
9.1 Perdarahan pervaginam
9.2 Infeksi masa nifas
9.3 Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur
9.4 Demam, muntah, rasa sakit ketika berkemih
9.5 Pembengkakan di wajah dan ektremitas
9.6 Payudara yang berubah menjadi merah dan panas dan terasa sakit
9.7 Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
9.8 Rasa sakit, merah, lunak dan pembengakakan di kaki
9.9 Merasa sedih dan tak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya
sendiri
10. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Masa Nifas
E. Petunjuk Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mempelajari bahan ajar (modul) ini dan membaca
referensi yang direkomendasikan sebagai buku acuan, membuka e-learning
yang sudah ada.
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 4
A. Kompetensi Dasar
Mempraktekan asuhan kebidanan nifas (Askeb III) dalam praktik kebidanan
B. Indikator
Menganalisa deteksi dini komplikasi masa nifas dan penanganannya.
C. Deskripsi Singkat
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk
melakukan asuhan kebidanan pada masa nifas dengan pendekatan manajemen
kebidanan didasari konsep,sikap,dan keterampilan serta hasil evidence based
dengan pokok bahasan deteksi dini komplikasi pada masa nifas dan
penanganannya.
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 5
BAB I
DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS DAN
PENANGANANNYA
A. Perdarahan Pervaginam
1. Pengertian
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didefenisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa
masalah mengenai defenisi ini :
a) Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya,
kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur
dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon,
handuk dan kain di dalam ember dan di lantai.
b) Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan
kadar haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan
dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 6
Uraian Materi
fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat
mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
c) Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa
jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III
sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini
dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia
uteri. Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk
mendiagnosis perdarahan fase persalinan.
2. Klasifikasi Perdarahan Postpartum
Perdarahan pasca persalinan di bagi menjadi perdarahan pascapersalinan
primer dan sekunder
a) Perdarahan pascapersalinan primer (Early Postpartum Haemorrhage
atau perdarahan pascapersalinan segera)
Perdarahan pascapersalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama.
Penyebab utama perdarahan pascapersalinan primer adalah atonia uteri,
retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak
dalam 2 jam pertama.
b) Perdarahan pascapersalinan sekunder (late Postpartum Haemorrhage
atau perdarahan masa nifas atau perdarahan pascapersalinan lambat)
Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi 24 jam pertama. Penyebab
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 7
utama perdarahan pascapersalinansekunder adalah robekan jalan lahir
dan sisa plasenta atau membran.
3. Jenis-Jenis Perdarahan Postpartum
a) Atonia Uteri
Atonia uteri adalah uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri.
Penyebab atonia uteri :
1) Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia,
polihidramnion, atau paritas tinggi.
2) Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
3) Multipara dengan jarak kelahiran pendek
4) Partus lama / partus terlantar
5) Malnutrisi.
6) Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya
plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
Gejala Klinis Atonia Uteri :
1) Uterus tidak berkontraksi dan lunak
2) Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir
3) Fundus uteri naik
4) Terdapat tanda-tanda syok
a. Nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 8
b. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c. Pucat
d. Keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e. Pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih
f. Gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g. Urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)
Pecegahan Perdarahan Postpartum
Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan
postpartum adalah memimpin kala II dan kala III persalinan sesuai
dengan prosedur dan tidak terburu-buru.
Tindakan Segera
1. Memaantau keadaan ibu dan tanda- tanda vital ibu untuk
mencegah terjadinya tanda dan gejala syok
2. Melakukan masase fundus uteri dan merangsang puting susu
Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan secara
IM,IV,atau SC
3. Memberikan drivat prostaglandin F2a ( carboprost tromethamine)
yang kadang memberikan efek samping berupa diare, hipertensi,
mual muntah, febris, dan taki kardia. Pemberian misoprostol 800-
1000ug per rectal
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 9
4. Melakukan kompresi bimanual internal
Gambar 1.1 Kompresi Bimanual Interna
5. Mengajarkan keluraga cara Kompresi bimanual eksternal
Kompresi aorta abdominalis
Gambar 1.2 Kompresi Bimanual Eksterna
6. Memasang infuse RL untuk mencegah dehidrasi pada ibu akibat
perdarahan yang di alami
7. Jika perdarahan tidak berhenti segera rujuk pasien ke fasilitas
yang lebih memadai untuk menghidari terjadinya komplikasi
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 10
yang lebih berat yang akan berujung pada kematian, disertai
inform consent.
Skema Penatalaksanaan Atonia Uteri
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 11
Gambar 1.3 Skema Penatalaksanaan Atonia Uteri
b)Retensio Plasenta
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 12
Retensio Plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setenga h jam setelah kelahiran bayi.
Jenis-jenis Retensio Plasenta
1. Plasenta Adhesiva
Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis.
2. Plasenta Akreta
Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasetita hingga
memasuki sebagian lapisan miornetrium.
3. Plasenta Inkreta
Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai / memasuki miornetnum.
4. Plasenta Perlireta
Plasenta perlireta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding
uterus.
5. Plaserita Inkarserata
Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum
utrri disebabkan oleh kontriksi osteuni uteri.
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 13
Penanganan Retensio Plasenta
1. Resusitasi
Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter
yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium
klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila
memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan
saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang
dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2. Drip oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan
Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus
berkontraksi.Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews,
jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk
mempertahankan uterus.
3. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta.
Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga
persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit
anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep
tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi
jalan lahir, tali pusat putus.
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 14
Skema Penatalaksanaan Retensio Plasenta
Gambar 1.4 Skema penatalaksanaan Retensio Plasenta
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 15
c) Laserasi atau Robekan jalan lahir
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan
kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut
berasal dari perlukaan jalan lahir.
Luka perinium, dibagi atas 4 tingkatan :
(1) Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau
tanpa mengenai kulit perineum
(2) Tingkat II : Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot
perinea transversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani
(3) Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter
ani
(4) Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rectum
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 16
Gambar 1.5 Derajat Laserasi Jalan lahir
d) Sisa Plasenta dan Selaput Ketuban
Suatu bagian dari plasenta,satu atau lebih lobus tertinggal di dalam
uterus
Penyebab
a. his yang kurang baik
b. Tindakan pelepasan plasenta yang salah
c. Plasenta akreta
Prinsip Dasar
Sisa plasenta yang masih banyak tertinggal dalam rongga rahim dapat
menimbulkan perdarahan post partum dini atau perdarahan post
partum lambat (biasanya terjadi 6-10 hari). Pada perdarahan post
partum dini akibat sisa plasenta ditandai dengan perdarahan dari
rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik.gejala
pada post partum lambat yaitu perdarahan yang berulang ulang atau
berlangsung terus.
Penanganan Sisa plasenta
a. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dg
kuretase.Kuretase harus dilakukan secara hati-hati karena dinding
rahim relatif tipis dibandingkan kuretase pada abortus.
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 17
b. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta dilanjutkan dg
pemberian obat uterustonika melalui suntikan atau per oral
c. Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan.
Apabila diagnosa sisa plasenta ditegakkan maka bidan boleh
melakukan pengeluaran sisa plasenta secara manual atau digital,
Gambar 1.6 Manual Sisa Plasenta
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perbaikan keadaan umum ibu (pasang infus)
2. Kosongkan kandung kemih
3.Memakai sarung tangan steril
4.Desinfeksi genetalia eksternA
5.Tangan kiri melebarkan genetalia eksterna,tangan kanan
dimasukkan secara obstetri sampai servik
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 18
6.Lakukan eksplorasi di dalam cavum uteri untuk mengeluarkan
sisa plasenta
7.Lakukan pengeluaran plasenta secara digital
8.Setelah plasenta keluar semua diberikan injeksi uterus tonika
9.Berikan antibiotik utk mencegah infeksi
10.Observasi tanda-tanda vital dan perdarahan
Sikap Bidan
Bidan hanya diberi kesempatan utk melakukan pelepasan
sisa plasenta dengan manual atau digital dalam keadaan darurat
dengan indikasi perdarahan.Bila dengan cara tersebut tidak bisa
teratasi,pasien segera dirujuk.
Hal-hal Yang dilakukan Bila Penanganan Digital
Jika perdarahan masih segera dilakukan utero vagina
tamponade selama 24 jam,diikuti pemberian uterus tonika dan
antibiotika selama 3 hari berturut-turut dan pada hari ke 4 baru
dilakukan kuretase utk membersihkannya.
Keluarkan sisa plasenta dg cunam ovum atau kuret besar.
Jaringan yg melekat dg kuat mungkin merupakan plasenta akreta.
Usaha utk melepaskan plasenta terlalu kuat melekatnya dapat
mengakibatkan perdarahan hebat atau perforasi uterus yang
biasanya membutuhkan tindakan histerektomi.
e) Inversio Uteri
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 19
Inversion uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian
atauseluruhnya masuk ke dalam kavum uteri.
Pembagian inversio uteri :
1. Inversio uteri ringan
Fundus uteri terbalik menunjol ke dalam kavum uteri namun
belum keluar dari rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang
Fundus uteri terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina
3. Inversio uteri berat
Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudag keluar
vagina
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 20
Gambar 1.7 Pembangian Inversio Uteri
Penyebab inversion uteri :
1. Spontan
a. Grande kultipara
b. Atonia uteri
c. Kelemahan alat kandungan
d. Tekanan intra abdominal (mengejan)
2. Tindakan
a. Cara crade yang berlebihan
b. Tarikan tali pusat
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 21
c. Manual plasenta yang dipaksakan
d. Perlekatan plasenta pada dinding rahim
Penanganan inversio uteri
1. Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu
mendorongrahim atau melakukan perasat Crede berulang-ulang
dan hati-hatilah dalam menarik tali pusat serta
melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.
2. Bila telah terjadi maka terapinya : ± Bila ada perdarahan atau
syok, berikan infus dan transfusi darah serta perbaikikeadaan umum. ±
Segera itu segera lakukan reposisi kalau perlu dalam narkosa. ± Bila
tidak berhasil maka lakukan tindakan operatif secara per abdominal(operasi
Haultein) atau per vaginam(operasi menurut Spinelli). ± Di luar rumah
sakit dapat dibantu dengan melakukan reposisi ringan yaitudengan
tamponade vaginal lalu berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
B. Infeksi di Masa Nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi
masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital
merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinary,
payudara dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi.
Gejala umum infeksi dapat dilihat dari temperature atau suhu pembengkakan
takikardi dan malaise.
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 22
Sedangkan gejala local dapat berupa uterus lembek, kemerahan, dan
rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria. Infeksi alat genital. Ibu
beresiko terjadinya infeksi postpartum karena adanya luka pada bekas
pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital termasuk episotomi pada
perineum, dinding vagina dan serviks, infeksi post SC kemungkinan yang
terjadi.
1. Penyebab infeksi : bakteri endogen dan bakteri eksogen.
2. Faktor presdidposisi: nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan
lama, rupture membrane, episiotomy, sc.
3. Gejala klinis endometriosis tampak pada hari ke-3 postpartum disertai
dengan suhu yang mencapai 39oC dan takikardi, sakit kepala, kadang
juga terdapat uterus yang lembek.
4. Manajemen : ibu harus diisolasi
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia
pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatkan suhu
badan melebihi 380 C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut
selama 2 hari.
1. Gambarn klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :
a. Infeksi local
b. Pembengkakan luka episiotomy
c. Terjadi nanah
d. Perubahan warna lokal
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 23
e. Pengeluaran lochea bercampur nanah
f. Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri
g. Suhu badan meningkat
2. Infeksi general :
a. Tampak sakit dan lemah
b. Suhu meningkat diatas 380 C
c. TD meningkat / menurun
d. Pernafasan dapat meningkat / menurun
e. Kesadaran gelisah / koma
f. Terjadi gangguan involusi uterus
g. Lochea berbau, bernanah serta kotor
3. Faktor predisposisi infeksi masa nifas diantaranya adalah :
a. Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar
b. Tindakan operasi persalinan
c. Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah
d. Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi
enam jam
e. Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan
antepartum dan post partum, anemia pada saat kehamilan,
malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil dengan penyakit infeksi.
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 24
Terjadinya infeksi masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Manipulasi penolong : terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam,
alat yang dipakai kurang suci hama.
2. Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial)
3. Hubungan seks menjelang persalinan
4. Sudah terdapat infeksi intrapartum : persalinan lama / terlantar, ketuban
pecah dini lebih dari 6 jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (local
infeksi)
5. Keadaan abnormal pada rahim
Beberapa keadaan abnormal pada rahim adalah :
a. Sub involusi uteri
Proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya,
sehingga proses pengecilan rahim terhambat. Penyebab terjadinya
sub involusi uteri adalah terjadinya infeksi pada endometrium,
terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah, atau
mioma uteri.
b. Perdarahan pada masa nifas sekunder
Adalah perdarahan yang terjadi pada 24 jam pertama. Penyebabnya
adalah terjadinya infeksi pada endometrium dan terdapat sisa
plasenta dan selaputnya.
c. Flegmansia alba dolens
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 25
Merupakan salah satu bentuk infeksi puerpuralis yang mengenai
pembuluh darah vena femoralis. Gejala kliniknya adalah :
1) Terjadinya pembengkakan pada tungkai
2) Berwarna putih
3) Terasa sangat nyeri
4) Tampak bendungan pembuluh darah
5) Temperature badan dapat menigkat
C. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur
Wanita yang baru lahir melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat
atau penglihatan kabur. Penanganan :
1. Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah, pernafasan.
2. Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker dan
balon, lakukan intubasi jika perlu dan jika pernafasan dangka; periksa
dan bebaskan jalan nafas dan beri oksigen 4 - 6 liter per menit.
3. Jika pasien tidak sadar/koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi
kiri, ukuran suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
D. Pembengkakan di Wajah
1. Periksa adanya varises
2. Periksa kemerahan pada betis.
3. Periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, kaki oedema
E. Demam, Muntah, Rasa Nyeri Waktu Berkemih
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 26
Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora
normal perineum. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur Escherichia
coli memiliki pili yang meningkatkan virulensinya (Svanborg – Eden, 1982)
Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air
kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta
analgesia epidural atau spinal sensasi peregangan kandung kemih juga
mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh
episiotomy yang lebar, laserasi periuretra, atau hematom dinding vagina.
Setelah melahirkan terutama saat infuse oksitosin dihentikan terjadinya
diuresis yang disertai peningkatan produksi urine dan distensi kandung
kemih. Overdistensi yang disertai katerisasi untuk mengeluarkan air kemih
sering menyebabkan inkesi saluran kemih.
F. Payudara yang Berubah
Payudara bengkak yang tidak disuse secara adekuat dapat menyebabkan
payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, akhirnya terjadi mastitis. Puting
lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.
BH yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement. Kalau
tidak disusui dengan adekuat, bisa terjadi mastitis. Ibu yang diit jelek, kurang
istirahat, anemia akan mudah terkena infeksi.
Gejala;
1. Bengkak, nyeri seluruh payudara / nyeri local.
2. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local.
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 27
3. Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol).
4. Panas badan dan rasa sakit umum.
Penatalaksanaan :
Gambar 1.8 Cara Menyusui yang Benar
1. Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang
terkena selama dan sesering mungkin, agar payudara kosong, kemudian
pada payudara yang normal.
2. Berilah kompres panas, bilas menggunakan shower hangat atau lap basah
panas pada payudara yang terkena.
3. Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi
tiduran, duduk atau posisi memegang bola (football position).
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 28
4. Pakailah baju BH longgar.
5. Istirahat yang cukup, makanan yang bergizi.
6. Banyak minum sekitar 2 liter per hari.
7. Dengan cara-cara seperti tersebut diatas biasanya peradangan akan
menghilang setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi nila
dengan cara-cara seperti diatas tidak ada perbaikan setelah 12 jam, maka
diberikan antibiotika selama 5 – 10 menit.
G. Kehilangan Nafsu Makan
Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas. Karena
kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi
atau the yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan, berikanlah
makanan yang sifatnya ringan walaupun dalam persalinan lambung dan alat
pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses persalinan, tetapi
sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses persalinannya tersebut.
Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya
kembali.
Oleh karena itu tidak benar bila ibu diberikan makanan sebanyak-
banyaknya walaupun ibu menginginkannya. Tetapi biasanya disebabkan
adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun akan terganggu,
sehingga ibu tidak ingin makan.
H. Rasa Sakit, Merah, Lunak, Pembengkakan pada Kaki
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 29
Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-
vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi, dan mungkin lebih sering
mengalaminya.
Faktor presdiposisi :
1. Obesitas.
2. Peningkatan umur maternal dan tingginya paritas.
3. Riwayat sebelumnya mendukung.
4. Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama
pada keadaan pembuluh vena.
5. Anemia maternal.
6. Hipotermi atau penyakit jantung.
7. Endometriosis.
8. Varicosities.
Manifestasi:
1. Timbul secara akut.
2. Timbul rasa nyeri akibat terbakar.
3. Nyeri tekan permukaan.
I. Merasa Sedih Atau Tidak Mampu Mengasuh Sendiri Bayinya Dan Diri
Sendiri
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1
tahun ibu postpartum cendrung akan mengalami perasaan-perasaan yang
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 30
tidak pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya
sendiri dan bayinya.
Factor penyebab:
1. Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut
yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan.
2. Rasa nyeri pada awal masa nifas.
3. Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan
kebanyakan di rumah sakit.
4. Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit.
5. Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi.
Soal Uraian:
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis perdarahan postpartum?
2. Jelaskan skema penanganan atonia uteri?
3. Jelaskan bagaimana cara penanganan sakit kepala, nyeri epigastrik dan
pembengakakn diwajah?
Tugas :
1. Tugas baca (buku utama, buku acuan, buku penunjang, jurnal)
2. Tugas kelompok (makalah, bahan diskusi/seminar)
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 31
LATIHAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta :
Pustaka Rihana.
2. Saleha, Sitti.2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika
3. Suhermi. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
4. Ambarwati, Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra
Cendikia
Bahan ajar Asuhan Kebidanan Nifas 32