repository.stikespantiwaluya.ac.idrepository.stikespantiwaluya.ac.id/322/3/stikes_gabriela... ·...
TRANSCRIPT
1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PNEUMONIA DENGANMASALAH HIPERTERMI DI RUMAH SAKIT PANTI
WALUYA SAWAHAN MALANG
Gabriela Vanicha Asri Kirana, Sr Felisitas A Sri, Wisoedhanie Widi A SProgam Studi DIII Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Panti Waluya Malang
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pneumonia merupakan proses inflamasi pada parenkim paru yang disebabkan proses infeksius dan non-infeksius. Mikroorganisme yang terhirup akan menginfeksi paru-paru dan tubuh merespons dengan meningkatkan suhu tubuh sehingga mengakibatkan hipertermia. Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pneumonia dengan masalah hipertermia. Desain penelitian menggunakan studi kasus. Pengambilan data didapatkan dari 2 responden yang dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2019 di ruang Placida Paviliun Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Pada kedua klien dilakukan rencana tindakan keperawatan mandiri maupun kolaboratif. Pada klien 1 masalah teratasi dengan tercapainya 6 dari 6 kriteria hasil yang telah ditetapkan dan pada klien 2 masalah teratasi sebagian dengan tercapainya 5 dari 6 kriteria hasil yang telah ditetapkan. Tindakan keperawatan yang tepat pada masalah hipertermia adalah melakukan pemberian kompres hangat dengan teknik masase yang dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses konduksi dan membantu memberi rasa nyaman pada klien.
Kata kunci: Pneumonia, Hipertermi, Kompres Hangat
ABSTRACT
Pneumonia is an inflammatory process in the pulmonary caused by infection, and non-infection process. Inhaled microorganisms will infect the lungs, and the body responds by increasing body temperature and resulting hyperthermia.This study aims to implement nursing intervention for pneumonia clients with hyperthermia problems. The design of this study uses a case study method. These data are taken from 2 respondents from June to July 2019 in Placida Pavilion room at Panti Waluya Sawahan Hospital, Malang. Both clients carried out independent and collaborative nursing planning. Client 1 problems is resolved by achieving 6 out of 6 outcomes criteria and client 2 problems are partially resolved by achieving 5 out of 6 outcomes criteria. The right nursing planning on the problem of hyperthermia is by give warm compresses with massage techniques that can reduce body temperature through the conduction process and help provde comfort to the client.
Keywords: Pneumonia. Hyperthermia, Warm Compresses
2
Pendahuluan
Pneumonia adalah inflamasi pada parenkim
paru yang sering mengganggu pertukaran gas,
dan sering menyebabkan keterbatasan intake
oksigen (Farida et al, 2017). Pneumonia dapat
terjadi karena proses infeksius oleh bakteri,
virus, jamur, dan proses non infeksius yang
dapat disebabkan oleh reflux isi lambung dan
inhalasi gas yang dapat mengiritasi paru-paru
(LeMone et al, 2016).
Global Burden of Disease (GBD) mencatat
pada tahun 2017 terjadi 1,1 juta kematian
akibat pneumonia di dunia (IHME, 2017). Data
yang diambil Institute for Health Metrics and
Evaluation (IHME) pada tahun 2017 terjadi
peningkatan sebesar 92% dari tahun 2000 di
Indonesia (IHME, 2017). Data Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2017 di
Jawa Timur didapatkan insiden pneumonia
meningkat hingga 80% dari 79,61% di tahun
2016 (KEMENKES RI, 2017). Berdasarkan
profil Kesehatan Kota Malang tahun 2016
didapatkan peningkatan penderita pneumonia
sebesar 64,44% yang sebelumnya pada tahun
2015 sebesar 63,80% (Pratiwi et al, 2016). Di
Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
tahun 2018 didapatkan data sebanyak 146
kasus Pneumonia pada dewasa (RM Rumah
Sakit Panti Waluya Sawahan Malang, 2019).
Pada bulan Agustus tahun 2018 saat praktek
klinik di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
Malang, Penulis menemukan dua klien dengan
pneumonia yang dirawat di ruang Maria
Paviliun dan ICU. Klien pertama mengeluhkan
sesak nafas, pusing, dan badan menggigil
diikuti peningkatan suhu tubuh sebesar 37,8˚C.
Klien kedua mengalami penurunan kesadaran,
dan ekstremitas teraba hangat serta terjadi
peningkatan suhu tubuh sebesar 39,5˚C.
Hipertermia pada klien pneumonia terjadi
ketika mikroorganisme yang masuk ke paru-
paru melepaskan pirogen, lalu tubuh merespons
dengan melepaskan pertahanan tubuh seperti
makrofag, limfosit, dan sel darah putih yang
akan melepaskan Interleukin-1 dan di ikuti
pengeluaran prostaglandin E2 pada
hipotalamus, Prostaglandin E2 akan bekerja
meningkatkan suhu tubuh dan mengakibatkan
demam (Mubarak et al, 2015).
Menurut Zahroh & Khasanah (2017), Ketika
seseorang mengalami hipertermia, tubuh
merespons untuk mengeluarkan panas melalui
proses vasodilatasi dan keringat yang jika tidak
ditangani dapat mengakibatkan dehidrasi.
Demam juga akan membuat seorang individu
merasa tidak nyaman, sakit kepala, mual dan
muntah, merasa bingung dan gelisah (Kozier et
al, 2011; Zahroh & Khasanah, 2017).
Peran perawat dalam mengatasi hipertermia
pada klien pneumonia adalah dengan
memberikan kompres hangat dengan teknik
3
masase. Manfaat kompres hangat adalah
menurunkan suhu tubuh melalui proses
konduksi dan membantu memberi rasa nyaman
pada klien. Perawat dapat berkolaborasi dalam
pemberian terapi cairan intravena untuk
mencegah terjadinya dehidrasi, dan pemberian
antipiretik yang berfungsi menurunkan suhu
tubuh (Cahyaningrum & Putri, 2017; Zahroh &
Khasanah, 2017).
Berdasarkan latar belakang tersebut, Penulis
tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah
dalam bentuk “Asuhan Keperawatan pada
Klien Pneumonia dengan Masalah
Hipertermia” di Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang.
Metode Penelitian
Studi kasus ini adalah studi untuk menggali
lebih dalam masalah asuhan keperawatan pada
klien yang mengalami Pneumonia dengan
masalah hipertermia di Rumah Sakit Panti
Waluya Sawahan Malang. Maka penulis
menjabarkan klien yang dimaksud adalah :
1) Klien dengan diagnosa medis Pneumonia
atau dengan hasil foto thorax Pneumonia.
2) Klien dengan peningkatan suhu tubuh diatas
batas normal (lebih dari 37,5 ˚C).
3) Klien dewasa berusia lebih dari 21 tahun.
4) Klien yang memiliki kulit tubuh teraba
hangat pada ekstremitas atas dan bawah.
5) Klien yang memiliki kulit tampak
kemerahan pada wajah.
Pada penelitian ini yang menjadi partisipan
yaitu klien 1 Ny. S yang berusia 79 tahun
dengan diagnosa Pneumonia, dikaji pada
tanggal 11 Juni 2019, dan Klien 2 Tn A yang
berusia 24 tahun dengan diagnosa Pneumonia,
dikaji pada tanggal 2 Juli 2019. Ke 2 klien
menderita Pneumonia dengan masalah
hipertermia dan dirawat di Ruang Placida
Paviliun di Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang
Hasil
Pada studi kasus ini didapatkan data sebagai
berikut:
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian menunjukkan
bahwa klien 1 dan 2 sama-sama di diagnosa
Pneumonia. Pada klien 1 saat dilakukan
pengkajian didapatkan klien mempunyai
riwayat penyakit DM, klien 1 menyatakan
keluhan batuk tidak berdahak sejak 3
minggu lalu, sesak, nyeri dada, dan demam.
Klien tampak lemah dengan kesadaran
composmentis, saat dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah
140/78 mmHg, RR 28/menit, nadi
116x/menit, dan suhu 38°C. Klien
mengeluhkan adanya nyeri tekan pada dada
kanan atas dan auskultasi paru terdengar
ronchi. Sebelumnya klien merasa menggigil
diikuti badan yang terasa hangat, akral
4
teraba panas, dan tampak kemerahan
disekitar pipi. Pada klien 2 saat dilakukan
pengkajian didapatkan klien adalah seorang
perokok aktif sejak usia 15 tahun. Klien
mengeluhkan 1 minggu sebelumnya
mengalami demam disertai pusing dan batuk
kering, klien mengatakan sudah pergi
kedokter untuk mendapatkan pengobatan. 1
minggu berikutnya klien dibawa ke IGD
dengan keluhan demam, pusing, dan batuk
kering. Keadaan umum klien cukup dan
kesadaran composmentis, pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah
130/80 mmHg, RR 24x/menit, nadi
128x/menit, suhu 41,6˚C, pada pemeriksaan
auskultasi paru terdengar bunyi ronchi.
Sebelumnya klien merasa menggigil diikut
dengan badan terasa panas, wajah tampak
kemerahan, dan akral teraba panas.
2. Diagnosis Keperawatan
Pada klien 1 dan 2 ditetapkan diagnosis
keperawatan “Hipertermia berhubungan
dengan proses infeksi pada alveoli”
3. Rencana Keperawatan
Tujuan: Klien tidak mengalami hipertermia
setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24
jam.
Kriteria Hasil:
1. Suhu tubuh dalam rentang
normal (36,5 ˚C- 37,5 ˚C)
2. Denyut nadi dalam rentang
normal (60-100x/menit)
3. Frekuensi napas dalam rentang
normal (12-20x/menit)
4. Tidak terdapat perubahan warna
pada kulit
5. Tidak terjadi dehidrasi
6. Tidak teraba hangat pada kulit
Pada klien 1 dan 2 ditetapkan rencana
tindakan meliputi: 1) Monitor tanda tanda
vital 2) Anjurkan untuk penggunaan pakaian
tipis 3) Berikan pemberian kompres hangat
dengan teknik masase 4) Observasi input
dan output cairan 5) Anjurkan asupan cairan
oral 1,5-2 lt sehari, 6) Kolaborasi pemberian
terapi cairan intravena 7) Kolaborasi
pemberian terapi antibiotic 8) Kolaborasi
pemberian terapi antipiretik 9) Beri edukasi
pada keluuarga tentang pemberian kompres
hangat.
Pada klien 1 ditambahkan rencana tindakan
karena klien di diagnosa Diabetes Melitus
yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
dan mengurangi risiko komplikasi akut pada
klien, rencana tindakan yang ditetapkan
meliputi: 1) Edukasi tentang penyakit DM
2) Edukasi pengaturan nutrisi menggunakan
3J (Jenis, Jumlah, Jadwal) 3) Anjurkan
untuk latihan jasmani 4) Edukasi konsumsi
obat sesuai dengan anjuran dokter 5)
Monitoring kadar glukosa dalam darah
4. Implementasi
Pada klien 1 dan 2 telah dilakukan tindakan
keperawatan sesuai rencana keperawatan
5
dan telah mendapat persetujuan/informed
consent dari klien dan keluarga.
5. Evaluasi
Pada Klien 1 didapatkan masalah
keperawatan Hipertermia teratasi dengan
tercapainya 6 krtieria hasil yang sudah
ditetapkan dan pada Klien 2 masalah
keperawatan Hipertermia teratasi sebagian
dengan tercapainya 5 dari 6 kriteria hasil
yang sudah ditetapkan.
Pembahasan
1. Pengkajian
Menurut penulis dari data hasil pengkajian,
ditemukan klien 1 dan 2 di diagnosa
pneumonia, pada klien 1 didapatkan juga
diagnosa DM. Klien 1 mengalami
pneumonia ditandai dengan keluhan batuk,
sesak nafas, demam, nyeri dada kanan, dan
auskultasi paru terdengar ronchi, ditunjang
dengan hasil bacaan foto thorax terdapat
infiltrat pada lapang bawah paru kanan dan
kiri. Klien 2 mengalami pneumonia karena
klien seorang perokok aktif, dan
mengeluhkan demam serta batuk kering,
pada auskultasi paru terdengar bunyi ronchi
dan ditunjang pemeriksaan foto thorax
dengan bacaan pada paru tampak infiltrat
parakardial kanan dan perihilier kanan kiri
dan kesimpulan Pneumonia. Adanya
kenaikan suhu tubuh lebih dari 37,5˚C pada
klien 1 dan klien 2 merupakan proses dari
infeksi didalam tubuh, yang dapat
menyebabkan pusing, wajah kemerahan,
kulit teraba panas, peningkatan frekuensi
pernafasan dan nadi.
Berdasarkan teori dari Ignatavicius (2013)
dan Nurarif (2016), Pneumonia merupakan
penyakit pernafasan dengan tanda dan gejala
seperti batuk, demam, sesak nafas, nyeri
dada, dan keluaran nasal. Demam atau
hipertermia yang terjadi pada klien
pneumonia merupakan respon tubuh
terhadap adanya infeksi, dimana
mikroorganisme akan memicu tubuh
mengeluarkan Interleukin-1 dan diikuti
pengeluaran prostaglandin E2 yang
meningkatkan suhu tubuh sehingga terjadi
hipertermia (Cahyaningrum, 2017; Potter,
2010). Menurut PPNI (2017) hipertermia
adalah keadaan saat suhu tubuh meningkat
diatas rentang normal dengan karakteristik
suhu lebih dari 37,5°C, kulit memerah, kulit
terasa hangat, takikardia, dan takipnea.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut penulis dari data hasil pengkajian,
pada klien 1 dan 2 ditetapkan memiliki
diagnosa keperawatan yang sama yaitu
Hipertermia berhubungan dengan proses
infeksi pada alveoli. Pada klien 1 mengalami
demam dengan peningkatan suhu hingga 38
˚C, nadi 116 x/menit, RR 28 x/menit,
kemerahan pada area pipi, dan akral teraba
panas. Pada klien 2 mengalami demam
dengan peningkatan suhu tubuh hingga 41,6
˚C, nadi 128 x/menit, RR 24 x/menit, klien
6
mengeluh pusing, kemerahan pada wajah,
dan akral teraba panas.
Menurut Potter (2010) dan Cahyaningrum
(2017), Hipertermia adalah keadaan dimana
individu mengalami peningkatan suhu tubuh
diatas rentang normal karena kerentanan
terhadap faktor eksternal. Demam
merupakan respon normal tubuh terhadap
adanya infeksi, Menurut Mubarak et al
(2015) dan PPNI (2017) batasan
karakteristik pasien pneumonia dengan
hipertermia antara lain: 1) Suhu tubuh diatas
nilai normal (36,5 ˚C-37,5 ˚C) 2) Kulit
memerah 3) Kulit teraba hangat 4)
Takikardia 5) Takipnea.
3. Rencana Keperawatan
Menurut penulis intervensi yang digunakan
pada kedua klien berbeda. Pada klien 1 di
berikan 9 intervensi dan 5 intervensi
tambahan karena klien pertama di diagnosa
Diabetes Melitus yang jika tidak ditangani
akan terjadi komplikasi. Pada klien kedua
telah ditetapkan 9 intervensi. Intervensi
masalah keperawatan hipertermia pada
kedua klien ditetapkan dengan intervensi
yang sama dengan tujuan dan kriteria hasil
yang sama. dari Kondisi kedua klien
mendukung untuk dilakukan intervensi yang
sama karena ditegakkan diagnose
pneumonis dan masalah keperawatan yang
sama yaitu hipertermia.
Intervensi yang direncanakan pada kedua
klien sesuai dengan teori dari Ackley
(2010), Wilkinson (2013), Nurarif (2016),
dan PPNI (2017) yaitu: 1) Monitor tanda –
tanda vital 2) Anjurkan untuk penggunaan
pakaian tipis 3) Berikan kompres hangat
dengan teknik masase 4) Observasi input
dan output 5) Anjurkan asupan cairan oral
1,5-2 lt sehari 6) Kolaborasi pemberian
terapi intravena 7) Kolaborasi pemberian
terapi antibiotic 8) Kolaborasi pemberian
terapi antipiretik 9) Edukasi pada keluarga
tentang pemberian kompres hangat. Menurut
Soelistijo (2015) klien dengan Diabetes
Melitus perlu diberikan tata laksana dengan
tujuan memperbaiki kualitas hidup dan
mengurangi risiko komplikasi akut,
intervensi yang diberikan meliputi: 1)
Edukasi mengenai penyakit DM 2) Edukasi
pengaturan nutiri menggunakan 3J 3)
Menganjurkan untuk latihan jasmani 4)
Edukasi konsumsi obat yang sesuai dengan
anjuran dokter 5) Monitoring kadar glukosa
dalam darah.
4. Implementasi
Pada klien 1 dilakukan 14 implementasi dari
9 intervensi masalah keperawatan
hipertermia dan 5 intervensi klien dengan
Diabetes Melitus yang sudah diterapkan
pada hari pertama dan kedua, sedangkan
pada hari 3 klien 1 sudah tidak dirawat di
Rumah Sakit dan dilakukan homecare
dengan 6 implementasi dari intervensi
masalah keperawatan hipertermia tidak
termasuk implementasi kolaborasi
7
pemberian terapi cairan intravena, terapi
pemberian antibiotik, terapi pemberian
antipiretik, dan dilakukan 5 implementasi
klien dengan Diabetes Melitus. Pada klien 1
setelah dilakukan pemberian kompres
hangat terjadi penurunan suhu tubuh namun
belum memenuhi suhu normal. Pada klien 2
dilakukan 9 intervensi dari 9 implementasi
yang sudah ditetapkan pada hari 1-3. Setelah
diberikan kompres hangat terjadi penurunan
suhu tubuh dan klien mengatakan merasa
sedikit rileks dan nyaman.
Implementasi keperawatan merupakan
pengelolaan dan wujud dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap
perenpcanaan atau intervensi (Setiadi,
2012). Manfaat kompres hangat adalah
menurunkan suhu tubuh melalui proses
konduksi dengan melebarkan pembuluh
darah dan memicu pengeluaran keringat
pada tubuh dan membantu memberi rasa
nyaman pada klien. Selain itu perawat dapat
berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan
intravena untuk mencegah terjadinya
dehidrasi serta dalam pemberian antipiretik
yang berfungsi menurunkan suhu tubuh
(Nurarif & Kusuma 2016, Cahyaningrum &
Putri, 2017).
5. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3 hari didapatkan hasil pada klien 1
masalah teratasi pada hari ke 3 dan pada
klien 2 masalah teratasi sebagian pada hari
ke 3. Pada klien 1 didapatkan data yang
sesuasi dengan kriteria hasil dan pada klien
2 masalah teratasi sebagian dengan
tercapainya 5 dari 6 kriteria hasil. Klien 1
dan 2 diberikan tindakan non farmakologi
yaitu kompres hangat untuk membantu
menurunkan demam dengan tanda suhu
tubuh dalam rentang normal (36,5°C-
37,5°C), RR dalam rentang normal (12-20
x/menit), denyut nadi dalam rentang normal
(60-100 x/menit), kulit tidak tampak
kemerahan, kulit tidak teraba hangat.
Kriteria hasil yang diharapkan setelah
dilakukan intervensi keperawatan pada saat
evaluasi adalah:
1) Suhu tubuh dalam rentang
normal (36,5°C-37,5°C) (Mubarak et al,
2015)
2) Denyut nadi dalam rentang
normal (60-100x/menit) (Nurarif &
Kusuma, 2016)
3) Frekuensi napas dalam rentang
normal (12-20 x/menit) (Nurarif &
Kusuma, 2016)
4) Tidak terjadi dehidrasi (Nurarif
& Kusuma, 2016)
5) Tidak teraba hangat pada kulit
(PPNI, 2017)
Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien Pneumonia
yang mengalami masalah Hipertermia di
Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
8
telah dilaksanakan pada klien 1 dan klien 2
dengan waktu 3x24 jam. Pada klien 1 masalah
teratasi karena pada evaluasi terakhir klien
memenuhi 6 kriteria hasil yang sudah
ditetapkan, dan pada klien 2 masalah teratasi
sebagian karena pada evaluasi terakhir klien
memenuhi 5 dari 6 kriteria hasil yang
ditetapkan.
Daftar Pustaka
Ackley, Betty J. & Ladwig, Gail B. 2011. Nursing Diagnosis Handbook: An Evidence Based Guide To Planning Care, Ed 9. United States of America: Mosby Elseiver.
Cahyaningrum, Etika Dewi; & Putri, Diannike. 2017. Perbedaan Suhu Tubuh Anak Demam Sebelum dan Sesudah Kompres Bawang Merah. Jurnal Ilmu-Ilmu Kesehatan. Vol. 15 No. 2.
Farida, Yeni; Trisna, Ayu; & Nur W, Deasy. 2017. Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Pneumonia di Rumah Sajur Rujukan daerah Surakarta. Journal Od Pharmaceutical Science and Clinical Research. Vol. 02 No. 01.
Ignatavicius, Donna D. & Workman, M. Linda. 2013. Medical-Surgical Nursing: Patient-Centered Collaborative Care, Ed 7. United States of America: Elseiver Saunders.
Kozier, Barbara; Erb, Glenora; Berman, Audrey; & Snyder, Shirlee J. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktik, Ed. 7 Vol. 1. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2017. Jakarta: Kemenkes RI.
LeMone, Priscilla; Burke, Karen M.; & Bauldoff, Gerene. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed 5, Vol 4. Jakarta: EGC.
Mubarak, Iqbal; Indrawati, Lilis; & Susanto, Joko. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis jilid 2. Jogjakarta : Mediaction.
Potter, Patricia A. & Perry, Anne G. 2010. Fundamental Keperawatan, Ed 7 Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
Pratiwi, Dinar Septi; Yunus, Moch; Gayatri, Rara Warih. 2018. Hubungan Antara Faktor Orang Tua dengan Kejadian Pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang. The Indonesian Journal Of Public Health, Vol.3 No.2.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Wilkinson, Judith M. & Ahern, Nancy R. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil Noc, Ed 9. Jakarta: EGC.
Zahroh, Roihatul & Khasanah, Ni’matul. 2017. Efektifitas Pemberian Kompres Air Hangat dan Sponge Bath Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pasien Anak Gastroenteritis. Jurnal Ners LENTERA. Vol. 5 No. 1.
9
10
LAMPIRAN
1. Le
mbar Konsultasi Pembimbing 1
11
12
2 Lembar Konsultasi Pembimbing 2
13