karyatulisilmiah.com · web viewpeta konsep dikembangkan oleh novak and gowin berdasarkan teori...
TRANSCRIPT
USUL PENELITIAN
PENGARUH METODE BELAJAR DENGAN PETA PIKIRAN
(MIND MAPPING) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL
BELAJAR MAHASISWA KEDOTERAN UNILA
PENELITI
dr. Rika Lisiswanti, MMedEd
NIP.198010052008122001
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
1
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul :Pengaruh peta pikiran (mind mapping) terhadap motivasi dan hasil belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2. Identitas PenelitiA. Ketua PelaksanaNama : dr. Rika Lisiswanti, MMedEdJenis Kelamin : PerempuanNIP/ Pangkat/golongan : 198010052008122001Disiplin Ilmu : Ilmu Pendidikan Kedokteran
(Medical Education)Pangkat/Gol : IIIb/Penata MudaJabatan Fungsional : Asisten AhliFakultas : KedokteranAlamat : Perum Villa Mutiara Blok D-14
Jl. Bumi manti I kp. Baru kec. KedatonTelepon / Hp : 081388514165Alamat Email : [email protected]
Lokasi Kegiatan : FK UnilaBelanja yang diusulkan : Rp. 9.540.000,00 (Sembilan Juta Lima Ratus
Empat Puluh Ribu Rupiah)
Bandar Lampung, Maret 2014Mengetahui Dekan FK Universitas Lampung Peneliti,
Dr. Sutyarso, M. Biomed dr. Rika Lisiswanti, MMedEdNIP. 195012231977102001 NIP.198010052008122001
MenyetujuiKetua Penelitian Universitas Lampung
Dr. Eng. Edmi Syarif NIP : 196701031992031003
2
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ……………………………………………………. i
Lembar Pengesahan ……………………………………............. ii
Lembar Pernyataan …………………………………………… iii
Kata Pengantar …………………………………………………… iv
Daftar Isi ……………………………………………. vi
Daftar Tabel ……………………………………………………. viii
Daftar Gambar ……………………………………………………. ix
Daftar Lampiran …………………………………………………….. x
Abstrak ……..……………………………………………… xi
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1
B. Perumusan Masalah ……………………………………. 5
C. Tujuan Penelitian …………………………………….. 6
D. Manfaat Penelitian …………………………………….. 6
E. Keaslian Penelitian …………………………………...... 6
BAB II. Tinjauan Pustaka
A. Telaah Pustaka ..…………………………………………… 8
B. Kerangka Teori ………………………….………….......... 32
C. Kerangka Konsep ……..………………………..…........... 33
D. Pertanyaan Penelitian …..…………………………........ 33
E. Hipotesis Penelitian ……………...………….………….. 33
BAB III. Metode Penelitian
A. Rancangan Penelitian ………………………………...….. 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………….. 42
C. Subjek Penelitian ……………………………………………. 42
D. Identifikasi Variabel Penelitian …………………………….. 43
E. Definisi Operasional ……………………………………. 43
F. Metode Pengumpulan Data ……………………………. 44
3
G. Metode Pengolahan Data …………………………………. 47
H. Etika Penelitian ……………………………………………. 49
I. Keterbatasan Penelitian …………………………………… 49
J. Jalannya Penelitian ………………………………………….. 50
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung sudah menerapkan pendekatan
pembelajaran dengan kurikulum PBL. PBL mengharuskan mahasiswa untuk belajar
secara mandiri. Sebagai pembelajar mandiri mahasiswa seharusnya diberikan
keterampilan untuk memfasilitasi mereka meningkatkan pemahaman dan
memberikan keterampilan. FK Unila belum memberikan keterampilan belajar
kepada mahasiswa, seperti yang disebutkan di atas, dunia kedokteran akan terus
berkembang. Metode pembelajaran pun terus berkembang seperti diterapkannya
sistem PBL yang mengharuskan mahasiwa lebih banyak belajar mandiri, berfikir
kritis sehingga mereka bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak.
Berdasarkan data yang ada tentang nilai ujian blok mahasiswa sejak tahun
2009 sampai 2012, nilai rata-rata ujian akhir blok cukup rendah. Mahasiswa
angkatan 2008 selama belajar tahun peratama nilai rata-rata ujian blok 50, tahun
kedua 47,5, tahun, ketiga 54,6. Mahasiswa yang masuk tahun 2009 selama tahun
pertama nilai rata-rata ujian akhir blok adalah 57,7 tahun kedua 56,3. Mahasiswa
yang masuk tahun 2010 nilai rata-rata blok Bioetika 64,5, blok basic medical
science (dasar kedokteran) 41,9. Sedangkan angkatan 2011 nilai rata-rata ujian akhir
blok Medical Basic Science adalah 28,3.
Rendahnya nilai mahasiswa ini kemungkinan banyak penyebabnya, sesuai
dengan model yang diusulkan oleh Huitt’s (2003) menyatakan bahwa hasil belajar
mahasiswa dipengaruhi oleh perilaku mahasiswa, motivasi, gaya belajar,
intelejensinya. Perilaku mahasiswa dalam belajar dan bagaimana mereka belajar.
Motivasi dapat meningkatkan proses belajarnya baik motivasi instrinsik dan
ekstrinsik. Gaya belajar juga mempengaruhi hasil belajar kerena setiap mahasiswa
mempunyai gaya belajar sendiri seperti visual, audio, kinestetik dan
membaca/menulis. Sedangkan dari dosen yaitu prilaku dosen, kemampuan dosen,
pengetahuan dosen dan keterampilan dosen. Kemampuan dosen dalam membuat
metode pengajaran, menyusun instructional design sehingga mahasiswa mencapai
5
pembelajarannya. Pengetahuan tentang materi yang diajarkan harus dikuasai oleh
dosen. Kebijakan kampus terhadap sistem pengajaran, penilaian dan lingkungan
belajar. Kebijakan dalam kurikulum jika kurikulum yang tidak sesuai dengan
karakter mahasiswa atau tidak dilaksanakan dengan baik maka hasilnya juga kurang
baik. Sistem penilaian yang berlebihan atau tidak sesuai dalam menilai apa
seharusnya yang dinilai juga menyebabkan hasil yang kurang baik. Wawancara
dengan mahasiswa menanyakan mengapa nilai mereka selalu rendah setiap ujian
blok? Mereka mengatakan tidak sempat belajar untuk persiapan ujian karena
padatnya jadwal perkuliahan dan banyaknya bahan. Sedangkan motivasi, menurut
dosen yang mengajar di FK Unila mengatakan bahwa motivasi mahasiswa untuk
belajar rendah jika dilihat dari hasil ujian mahasiswa dari blok ke blok.
Selain keterampilan belajar yang dapat meningkatkan pengetahuan
mahasiswa, motivasi juga dapat mempengaruhi pencapaian hasil pembelajaran
mahasiswa. Motivasi merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam
pemebelajaran dan pencapaiannya, penerimaan terhadap tugas, kepercayaan diri
tentang pembelajaran ditentukan oleh motivasi (Pelaccia et al, 2009).
Menjadi seorang dokter merupakan profesi yang mengharuskan belajar
sepanjang hayat, sebagai profesi dan pendidikan yang selalu berubah, pendekatan
baru harus dirubah dan perlu diajarkan kepada mahasiwa sehingga mereka
memperoleh banyak pengetahuan, mengintegrasikan pengetahuan berfikir kritis dan
memecahkan masalah yang komplek (Daley & Torre 2010; Quirt, 2006). Sekarang
ini sudah banyak dikembangkan metode dan pendekatan belajar berdasarkan prinsip
teori-teori pembelajaran. Salah satunya adalah alat peta (mapping tool), salah satu
alat yang banyak digunakan sekarang adalah mind mapping, concept mapping dan
argument mapping (Davies, 2010). Semua alat mapping tersebut sama tetapi hanya
beda pada penerapannya. Mind mapping membantu mahasiswa membayangkan dan
mengasosiasikan antara konsep. Sedangkan concept map membantu mahasiswa
mengerti hubungan antara konsep, mengerti konsep dan domain yang mereka
punyai. Sedangkan argument konsep membantu mahasiswa melihat hubungan
inferensial antara proposisi dan konten serta mengevaluasi validitas kesimpulan
(Davies, 2010).
6
Mind mapping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan tahun 1970.
Mind mapping dikembangkan melalui catatan yang diambil secara visual oleh
ilmuan terkenal, orang-orang mesir kuno menggambar dan hieroglyphics (Abdolahi,
2011). Mind mapping adalah suatu diagram yang merepresentasikan kata, ide, dan
tugas lainnya yang diasosiasikan dengan topik (Wicramasinghe, 2007). Mind
mapping banyak digunakan dalam pendidikan, bisnis, kepemimpinan. Mind
mapping melibatkan hemisper otak kiri dan otak kanan manusia (Buzan & Buzan,
1993). Dalam pendidikan mind mapping dapat digunakan baik dalam mengajar atau
belajar mahasiswa. Mind mapping menggunakan garis tebal, warna, gambar, dan
diagram untuk mengumpulkan informasi (Davies, 2010). Mind mapping pertama
kali dikembangkan oleh Tony Buzan tahun 1970. Mind mapping berguna untuk
mahasiswa dalam belajar dalam hal mengorganisasikan, mengintegrasikan dan
mengingat informasi. Mind mapping sudah banyak digunakan dalam pendidikan
klinik sebagai sumber belajar, mecatat perkuliahan, mencatat informasi tertulis,
mereviu dengan cepat serta mudah diperbaruhi (Sandra et al, 2010). Mind mapping
dapat digunakan dalam berbagai situasi seperti problem-based learning (PBL),
kelompok kecil dan alat penilaian (Sandra & Cooper, 2010).
Mind mapping bermanfaat dalam pemecahan masalah, berfikir kritis,
mengingat kembali informasi, serta mengetahui keseluruhan konsep yang dipelajari
serta digunakan sebagai penilaian (Noonan 2012). Mind mapping dapat digunakan
sebagai alat bantu belajar dan mudah diajarkan kepada mahasiswa yang tidak
mempunyai latar belakang mind mapping serta alat ini cukup murah dan menarik
(D’Antoni, 2010). Mind mapping sesuai untuk kurikulum pendidikan dengan
menggunakan pendekatan PBL, keduanya mendorong mahasiswa belajar lebih
dalam. Sebelum menerapkan mind mapping, pelatihan yang efektif akan mendorong
mahasiswa menerapkan mind mapping. Dengan menggabungkan dengan sesi
keterampilan belajar lainnya pada awal pembelajaran PBL (Farrand, 2002).
Sebagai salah satu kerangka berpikir dan merupakan strategi belajar, peta
pikiran mampu meningkatkan pemahaman dan pengalaman belajar mahasiswa.
Sebagai dasar teori yang mendasari peta pikiran adalah teori belajar konstruktif,
asimilasi pengetahuan dan media. Pembuatan kerangka berpikir dari peta pikiran
merupakan cara berpikir kita membangun pengetahuan, pendekatan dari teori belajar
7
konstruktif ini yaitu kita mengintegrasikan pengetahuan lama dengan pengetahuan
baru. Teori pendekatan konstruktif yang dapat meningkatkan pemahaman yang lebih
mendalam sehingga dapat meningkatkan motivasi instrinsik serta terlibat aktif dalam
proses belajar. Teori lain yang mendasari penggunaan peta pikiran ini adalah teori
asimilasi oleh Ausubel. Teori ini mengatakan pengetahuan baru diasimilasikan ke
dalam pengetahuan atau pemahaman yang relevan dengan yang sudah ada
dituangkan dalam bentuk skema. Pembuatan skema atau kerangka pikiran terutama
pada saat mencatat kembali (note taking) teori ini sangat berperan. Peta pikiran
merupakan media yang dikreasikan, berwarna dan ini sesuai dengan teori
pembelajaran media oleh Mayer, melalui media dapat meningkatkan proses belajar
mahasiswa dan cukup menarik untuk mahasiswa. Teori pendekatan proses informasi
merupakan dasar penggunaan peta pikiran. Kemampuan mengingat informasi dan
mempertahankan memori pada tahap rehearsal atau pengulanngan dapat
ditingkatkan melalui formulasi keyword dan mnemonic (Buzan & Buzan, 1993;
Santrock, 2011; D’Antoni, 2009; Bodner, 1986; Novak, 2010; Evrekli et al., 2009;
Mayer, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Abdolahi, 2011 untuk melihat keefektifan
mind mapping dalam pengajaran anatomi mendapatkan bahwa mind mapping lebih
efektif dibandingan metode tradisional. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh
Farrand et al. (2002) meneliti bahwa mind mapping lebih efektif pada informasi
yang didapat secara tetrulis dan motivasi lebih rendah dari pada metode mandiri
(Abdolahi, 2011; Farrand et al., 2002).
Survei awal yang dilakukan pada bulan November 2012 dengan
membagikan kuesioner tentang strategi belajar. Mahasiswa angkatan 2009, 2010 dan
2011 sebagian besar mengunakan strategi belajar yaitu mengulang membaca
pelajaran, membuat ringkasan, mencatat ulang dan membaca buku, membaca bahan
dari dosen dan diskusi dengan teman, hanya sedikit yang menggunakan peta pikiran
dalam mencatat, menyimpulkan pelajaran ataupun dalam pbl. Angkatan 2012, 100
orang dari 170 orang sudah menggunakan peta pikiran dalam belajar. Penelitian
yang dilakukan oleh Rika (2013) pada mahasiswa FK Unila didapatkan bahwa
terdapat hubungan positif lemah antara skor peta pikiran dengan hasil belajar.
8
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peelitian selanjutnya sebaiknya dengan
eksperimental sehingga terlihat pengaruh peta pikiran terhadap hasil belajar.
Di Indonesia mind mapping ini sudah diperkenalkan kepada sekolah-sekolah
dan pemberian pelatihan disekolah-sekolah di Indonesia. Di pendidikan kedokteran
sendiri baru dikembangkan. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung belum
memberikan pembelajaran kepada mahasiswa bagaimana belajar. Mind mapping
berguna untuk pemahaman, pemecahan masalah atau critical thinking.
Pelajaran fisiologi merupakan pelajaran ilmu kedokteran dasar yang
dipelajari oleh mahasiswa pada tahun pertama FK Unila. Pelajaran fisiologi
merupakan pelajaran yang cukup sulit bagi mahasiswa selama ini. Mahasiswa sulit
menghubungkan dan mengasosiasikan antara konsep. Penerapan mind mapping
pada pelajaran fisiologi diharapkan mahasiswa mampu memahami materi fisiologi.
1.2. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis mencoba melihat keefektifan metode
mind mapping terhadap pemahaman mahasiwa. Sehingga penulis bisa menerapkan
keterampilan belajar kepada mahasiwa khususnya mind mapping.
1.3. Batasan Masalah
Apakah pengetahuan mahasiswa menggunakan mind mapping pada
pembelajaran fisiologi lebih baik dari pada mahasiswa yang tidak
menggunakan mind mapping?
Apakah motivasi mahasiswa yang menggunakan mind mapping pada
pembelajaran fisiologi lebih baik dari pada mahasiswa yang tidak
menggunakan mind mapping?
1.4. Tujuan
Melihat pengaruh menggunakan mind mapping terhadap pengetahuan
mahasiswa pada pembelajaran fisiologi dibandingkan dengan mahasiswa
yang tidak menggunakan mind mapping.
Melihat pengaruh mind mapping terhadap motivasi mahasiswa pada
pembelajaran fisiologi dibandingkan dengan mahasiswa tanpa menggunakan
mind mapping.
9
1.5. Manfaat
a. Aplikatif
Mengetahui efektifitas mind maping terhadap pelajaran fisiologi
Mengetahui efektifitas mind mapping terhadap pengetahuan
mahasiswa
Melihat motivasi mahasiswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan mind mapping
Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa
Dosen dapat menerapkan kemampuan mengajar di dalam kelas
b. Teoritis
Mengetahui manfaat teori belajar konstruktif dalam pendidikan
kedokteran.
1.6. Keaslian penelitian
Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Farrand et al., (2002). Tujuan penelitian adalah melihat keefektifan peta
pikiran untuk meningkatkan mengingat informasi dan motivasi pada
mahasiswa kedokteran tahun kedua dan ketiga Universitas London.
Rancangan penelitiannya adalah kuasi eksperimental dengan cara
mengelompokan mahasiswa dengan karakteristik yang sama menjadi dua
kelompok yaitu kelompok menggunakan peta pikiran dan kelompok dengan
kelompok teknik belajar pilihan sendiri. Data dasar mahasiswa diambil serta
pada saat yang sama diberikan teks tentang transportasi sebanyak 600 kata
dan tes singkat. Mahasiswa membuat kata kunci, membaca ulang atau
menggaris bawahi. Setelah 10 menit teks tersebut dikumpulkan. Kemudian
diberikan pre-tes selam 5 menit dengan 3 pertanyaan tentang ingatan teks
tersebut. Kemudian mengumumkan kepada kelompok kontrol untuk kembali
30 menit lagi. Sedangkan kelompok peta pikiran dilatih teknik peta pikiran
dan menyuruh mereka menerapkannya pada teks yang diberikan nanti.
Kemampuan mengingat diuji (15 pertanyaan esai) setelah intervensi dan
seminggu sesudahnya. Motivasi mahasiswa juga dinilai. Analisis data
dengan menggunakan ANOVA untuk membandingkan masing masing hasil
ujian esai anatar kelompok peta pikiran dan kontrol serta skor motivasi.
10
Hasilnya meningkatnya kemampuan mengingat lebih besar 10% dari data
awal. Sedangkan motivasi kelompok dengan peta pikiran lebih rendah.
Penelitian kali ini juga menggunakan rancangan kuasi eksperimental untuk
melihat pengaruh peta pikiran terhadap pengetahuan mahasiswa. Sampel
adalah mahasiswa tahun kedua Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Kerangka konsepnya sama dengan penelitian Farrand et al. (2000). Variabel
bebas adalah peta pikiran dan teknik mencatat yang standar. Variabel
terikatnya adalah pengetahuan mahasiswa (soal MCQ) dan motivasi
mahasiswa (kuesioner MSQL). Mahasiswa dilakukan matching terlebih
dahulu dengan menggunakan data nilai blok yang sudah ada dan jenis
kelamin. Kemudian diberikan teks berisi materi kedokteran 600 kata dan
mahasiswa hanya boleh menggaris bawahi, menuliskan kata kunci.
Kemudian diadakan pretes selama 20 menit dengan soal MCQ sebanyak 10
butir selama 10 menit dan menjawab kuesioner motivasi (MSQL) selama 30
menit. Setelah itu mahasiswa kelompok peta pikiran diajarkan bagaimana
membuat peta pikiran selama 30 menit. Setelah itu teks yang sama diberikan
lagi dan mahasiswa mencatat dengan peta pikiran dan kelompok kontrol
mencatat cara biasa selama 30 menit. Kemudian diberikan post-test dan
kuesioner motivasi. Analisis yang digunakan adalah independent t-test untuk
membandingkan nilai rata-rata MCQ kelompok peta pikiran dengan
kelompok kontrol. Paired t-test untuk membandingkan hasil rata-rata nilai
MCQ pre-test dan pos-test kelompok peta pikiran dan juga untuk kelompok
kontrol. Sedangkan analisis kuesioner MSQL dengan ANOVA.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Telaah Pustaka
2.1.1 Peta pikiran
a. Pengertian peta pikiran
Peta pikiran pertama kali dikembangkan oleh Buzan tahun 1970. Pengertian
peta pikiran banyak didapatkan dalam literatur. Peta pikiran adalah suatu grafik atau
kerangka berpikir yang berbentuk radian yang mampu mengasosiasikan,
menghubungkan antara konsep atau kata yang logis, bergambar, adanya warna
(Buzan & Buzan, 1993). Peta pikiran merupakan salah satu cara untuk mencatat
(note taking) yang berguna dalam menghubungkan berbagai ide serta dapat
membantu mengorganisasikan informasi sehingga kita mudah mengingat informasi
tersebut (Reid, 2006). Asosiasi merupakan keistimewaan dalam peta pikiran,
asosiasi dapat mencetuskan ide dan hubungan antar informasi (Reid, 2006). Peta
pikiran adalah suatu kerangka yang mampu menghubungkan dan mengasosiasikan
secara radian non linear, konsep besar berada disentral dan sub konsep di
percabangan dengan adanya unsur-unsur garis, gambar dan warna.
Peta pikiran merupakan salah satu kerangka berpikir untuk meningkatkan
pemahaman. Kerangka berpikir sudah dikembangkan banyak ahli. Jenis kerangka
pikiran yang banyak dipakai adalah peta pikiran, peta konsep, peta argumen, peta
berpikir, peta web, diagram konseptual dan visual metapora (Aydin & Balim, 2009;
Okada et al., 2007; Epler, 2006). Peta pikiran berbeda dengan peta konsep dan peta
argumen. Peta pikiran merupakan suatu variasi dari peta pikiran, pada peta pikiran
judul topik terletak pada paling atas kemudian disusun ke bawah secara hirarki. Peta
konsep merupakan suatu peta yang menjelaskan konsep dengan memakai urutan
tingkatan atau hirarki dan tersusun dari judul kemudian turun ke arah bawah
subtopik sampai ke ujung. Peta konsep didefinisikan sebagai suatu alat berbentuk
grafik yang merepresentasikan dan menggambarkan pengertian dan pemahaman
menjadi sebuah konsep. Peta konsep dikembangkan oleh Novak and Gowin
berdasarkan teori asimilasi pembelajaran oleh Ausbel. Sedangkan peta argumen
12
lebih berfokus pada mengembangkan struktur dari kesimpulan (Meier, 2007; Torre
et al., 2007; Davies 2010; Daley & Torre, 2010).
Perbedaan peta konsep dan peta pikiran terletak pada linearnya, peta pikiran
cara berpikir non linear yang berbeda dengan cara berpikir kita selama ini. Peta
pikiran menampilkan semua ide atau konsep dalam satu halaman (Mueller et al.,
2002). Menurut Mueller (2002) dalam peta pikiran semua ide akan berada saling
berdampingan bersama-sama dalam satu halaman. Keunikan dari peta pikiran adalah
mahasiswa mempunyai cara unik untuk membuat dan menghubungkan antara ide
sehingga akan terlihat cara berpikir mahasiswa atau seseorang itu mempunyai
keunikan (Heinrich, 2001).
Tabel 1 Perbedaan peta pikiran, peta konsep dan peta argumen oleh (Epler, 2006; Davies,
2010)
Perbedaan Peta pikiran Peta konsep Diagram
konseptual
Peta argumen
Tujuan Asosiasi antar
ide, topik,
konsep
Hubungan
antara konsep
Menentukan
kategori
Menyimpulkan
antara
pernyataan
(premis)
Bentuk Radial Hirarki Diagram Hirarki seperti
pohon
Hubungan
antar konsep
Linear Non linear
(asosiasi)
Linear Linear
Tingkat
kesulitan
Rendah Sedang Sedang-tinggi Tinggi
Kemampuan
mengingat
Sedang-tinggi Rendah Rendah-
sedang
rendah
Kemampuan
dibaca orang
lain
Rendah Tinggi Sedang Tinggi
Konsep Semua konsep Konsep besar Struktur
informasi
Antara
13
untuk
menentukan
kategori
persoalan
Fungsi Menunjukan
sistematika
hubungan
subkonsep
penting
Semua konsep
dan
subkonsep
Analisis topik
melalui
kerangka
analitik
Menyimpulkan
atau membuat
premis
Kegunaan Menyimpulkan
kata kunci
topik
Curah
pendapat,
perencanaan,
note taking
Mendefisikan
kategori
Akutansi
Unsur Kotak atau
bulatan
Gambar,
garis, warna,
adanya topik
sentral
Kotak dan
panah
Kotak, garis,
warna, garis
tebal
Metode
pembuatan
Mulai dari
topik utama
dipaling
bawah atau
atas
Dimulai dari
sentral
Kanan kekiri,
atas bawah
Atas kebawah
kesimpulan
yang diambil
Konteks
penerapan
Kelas, belajar
mandiri, revisi
Note taking,
brainstorming
dan telaah
ulang
Presentasi,
slide, ilustrasi
Membaca
komprehensif,
analisis
Peta pikiran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Davies (2010)
kelebihan peta pikiran adalah dapat menghubungakan antara konsep, bentuk dan
format bebas diekspresikan, lebih berpikir secara kreatif, lebih fokus terhadap topik,
strukturnya tidak kaku, semua ide bisa dimasukan dalam peta pikiran, mendorong
menggali pendapat, berwarna dan bergambar yang menarik. Konsep yang
dihubungkan dalam peta pikiran merupakan semua konsep yaitu konsep besar dan
14
sub konsep. Format peta pikiran tidak ada yang baku dan kaku, setiap orang bebas
membuat peta pikiran yang terpenting memenuhi syarat yang diusulkan oleh Buzan.
Membuat gambar adalah kreasi dari pikiran seseorang yang diekspresikan dalam
bentuk gambar. Adanya warna dalam peta pikiran menambah kreasi dari peta
pikiran. Peta pikiran mampu mengeluarkan ide-ide yang terpikirkan oleh seseorang.
Sedangkan kekurangannya adalah seseorang lebih mengingat diagram dari
pada gambaran keseluruhan, hubungan yang dibuat hanya bersifat asosiasi (abstrak),
tidak adanya hubungan yang jelas antara berbagai ide, susah untuk orang lain
membaca peta pikiran seseorang, hanya menampilkan hubungan secara radian,
konsep kadang tertutupi oleh gambar dan proses belajar yang terjadi tidak alami.
2.1.2 Tingkatan kemampuan membuat peta pikiran
Untuk menilai apakah peta pikiran yang dibuat sudah memenuhi syarat atau
belum maka para peneliti mencoba mencari alat untuk penilaian tersebut. Walaupun
sebenarnya pembuatan tidak ada aturan yang ketat tetapi tergantung dari kreasi
masing-masing orang (Heinrich, 2001). Buzan (1993) menciptakan hukum
pembuatan peta pikiran jika memenuhi hukum ini maka peta pikiran sudah
dianggap bagus. Hukum pembuatan peta pikiran tersebut adalah:
a. Selalu menggunakan gambar ditengah. Gambar yang dibuat tergantung gaya
masing-masing orang, warna yang dipakai lebih dari tiga untuk gambar tengah,
dapat menggunakan gambar berdimensi, perasaan juga terlibat dalam pembuatan
peta pikiran, ukuran gambar dibuat bervariasi, garis yang dipakai berbeda ukuran,
organisasi ruangan yang dipakai harus tepat.
b. Asosiasi yaitu menggunakan panah jika ingin menghubungkan, menggunakan
warna dan kode.
c. Kejelasan yaitu menggunakan satu kata pergaris, mencetak semua kata, mencetak
kata kunci, panjang garis sama dengan panjang kata, menghubungkan garis
dengan garis, garis tengah dibuat lebih tebal, buat batasan yang jelas antara
cabang, membuat gambar dengan jelas, posisi kertas horizontal dan gambar
dibuat tegak.
d. Mengembangkan gaya masing-masing. Setiap orang mempunyai gaya masing-
masing dan bebas mengekspresikan pikiran dan kreasinya. Disinilah peta pikiran
15
menjadi menarik, peta pikiran tidak akan sama antara orang satu dengan yang
lainnya.
Para peneliti juga mengembangkan sistem penilaian yaitu sistem Scoring
MMAR (Mind Mapping Assessment Rubric) untuk menilai apakah peta pikiran
sudah efektif atau memenuhi syarat. Kriteria penilaian tersebut adalah (1) level 1
hubungan konsep (2 poin jika valid), (2) level 2 hubungan konsep (4 poin jika
valid), (3) level 3 hubungan konsep (6 poin jika valid), (4) level 4 hubungan konsep
(8 poin jika valid), (5) cross link (10 poin jika valid) (6) contoh (1 poin masing-
masing jika valid, (7) hubungan (3 poin jika valid), (80 gambar, bentuk (3 poin jika
valid), (9) invalid komponen (0). Untuk menilai kriteria peta pikiran sudah bagus
atau belum Buzan sudah mengusulkan hukum pembuatan peta pikiran “ The Mind
Map Law” (D’Antoni et al., 2009; Evrekli et al., 2010).
Kemampuan membuat peta pikiran tidak sama untuk semua orang,
tergantung berapa seringkah seorang menggunakan peta pikiran. Orang yang
pertama kali menggunakan peta pikiran, baru terpapar belum pernah melakukan
sebelumnya, orang ini disebut novice (baru). Pada tingkatan ini butuh pelatihan dan
membaca buku mengenai peta pikiran. Moderate adalah tingkatan kedua, pada
tingkat ini seorang masih membutuhkan latihan untuk menjadi mahir atau terampil.
Kemudian tingkatan ketiga adalah advance, disini seseorang sudah menguasai baik
teori dan cara membuat peta pikiran (Buzan & Buzan, 1993).
b. Kegunaan peta pikiran
Peta pikiran dapat membantu kita dalam banyak segi kehidupan. Peta pikiran
membuat rencana misalnya perencanaan anggaran, perencanaan masa depan dan
perencanaan suatu proyek. Komunikasi ide atau pikiran kita kedalam suatu skema
dan gambar. Berpikir kreatif terlihat dari gambar-gambar dan struktur peta pikiran
yang kita buat. Waktu yang dibutuhkan untuk mencatat dengan peta pikiran menjadi
lebih sedikit dibanding dengan mencatat cara biasa. Kita dapat menyelesaikan suatu
masalah dengan memetakan masalah dan ide serta alternatif pemecahan dapat kita
tuliskan di peta. Peta pikiran juga bisa memusatkan perhatian kita pada suatu topik
atau isu dengan adanya isu sentral pada peta pikiran. Peta pikiran digunakan untuk
16
menyusun dan menjelaskan pikiran, mengingat, belajar efisien dan melihat
gambaran secara keseluruhan konsep (Buzan, 2011).
Kegunaan peta pikiran dalam Buku Buzan & Buzan (1993):
1. Memecahkan masalah pribadi
2. Memecahkan masalah interpersonal
3. Sebagai diari
4. Perencanaan bulanan
5. Perencanaan kehidupan
6. Menulis esai, mencatat dari buku atau kuliah dari unsur linear kedalam non
linear
7. Saat ujian yaitu dengan membuat peta pikiran mini kemudian menuliskan
pertanyan dan jawaban secara cepat
8. Laporan pekerjaan atau proyek
9. Laporan penelitian: mencatat sumber, menulis hasil, mengorganisasikan dan
integrasikan ide, dasar untuk presentasi atau penulisan
10. Peta pikiran untuk pengajaran
11. Peta pikiran untuk memimpin rapat
12. Manajemen
Peta pikiran dalam bidang pendidikan digunakan sebagai alat yang
membantu mahasiswa menentukan konsep-konsep penting. Peta pikiran merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan keefektifan proses pembelajaran selain
membuat variasi aktivitas kelas. Menurut peta pikiran juga bermanfaat untuk
membuat literatur reviu yang dapat mengidentifikasi keseluruhan isi literatur,
membaca keseluruhan materi yang ada, menuliskan semua ide-ide dan
menambahkan kalimat, menghubungkan antara berbagai ide dan mengorganisasikan
konsep dari literatur. Dalam penelitian untuk membuat perencanaan penelitian,
penyusunan proposal, metodologi dan analisis hasil penelitian dapat menggunakan
peta pikiran (Reid, 2006; Heinrich, 2001, Crowe, 2011).
Peta pikiran dapat digunakan sebagai panduan mengajar, supervisi aktifitas
pembelajaran, diagram untuk menganalisis data kualitatif. Peta pikiran mudah
digunakan, metode yang alami dan tidak membutuhkan waktu (Kern et al., 2003).
Penggunaan peta pikiran ini sudah diusulkan sebagai inovasi strategi belajar pada
17
kurikulum keperawatan dan sudah diterima secara positif oleh pengajar. Peta pikiran
banyak digunakan dalam berbagai bidang pekerjaan pendidikan, bisnis, akutansi,
penelitian, proyek, rapat, kedokteran, keperawatan. Pada pendidikan keperawatan
dan kebidanan peta pikiran digunakan sebagai pengumpulan data, evaluasi data
pasien, data pemeriksaan fisik, diagnosis, hasil laboratorium, pengobatan dan
interaksi dengan pasien. Pada sekolah kebidanan peta pikiran banyak digunakan
sebagai cara mencatat, ujian, penugasan, penelitian, praktek klinis dan rencana dan
akan dipakai sebagai salah satu alat penilaian (Kern et al., 2003; Noonan, 2012;
Bharathi & Kumar, 2003; Mueller et al., 2002; Crowe & Sheppard, 2012 ).
Peta pikiran dalam kelompok juga dapat meningkatan pemahaman dan
integrasi pembelajaran, hasilnya akan sama jika mahasiswa melakukan diskusi
dengan anggota kelompok serta dalam kelompok dapat membagi ide dan informasi,
memperbaiki peta pikiran yang sudah dibuat dan peta pikiran yang dihasilkan lebih
banyak. Peta pikiran dibuat dengan kelompok efektifitasnya hampir sama dengan
peta pikiran yang dibuat sendiri (Buzan & Buzan, 1993). Peta pikiran dengan
kelompok merupakan hal menyenangkan, anggota kelompok mampu memecahkan
masalah bersama-sama sehingga mampu membangun kerjasama antara anggota
kelompok.
c. Peta pikiran sebagai alat pencatat (note taking)
Sebelum membahas peta pikiran sebagai alat pencatat sebaiknya kita
definisikan terlebih dahulu perbedaan istilah note making dan note taking. Note
making adalah menuliskan atau mencatat hasil dari pikiran atau ide kita sendiri.
Note taking adalah mencatat atau menuliskan kembali ide dari orang lain misalnya
kuliah, video, media, drama dan presentasi sesorang. Note making mencatat pikiran
sendiri merupakan brainstorming dari pikiran kita misalnya kita gunakan dalam
perencanaan. Note taking sebaiknya memasukan ide dari penulis sendiri (Buzan &
Buzan, 1993).
Peta pikiran sebagai note taking diusulkan oleh Buzan, note taking dengan
peta pikiran lebih efektif dari pada note taking secara tradisional. Waktu yang
dibutuhan lebih sedikit, menyimpulkan lebih banyak konsep dalam satu halaman,
menurut Buzan (1993) kesimpulan yang bisa dibuat dengan peta pikiran bisa 10-
18
1000 halaman. Konsentrasi menjadi meningkat terhadap suatu kasus karena adanya
konsep atau isu sentral. Adanya kata kunci dapat meningkatkan ingatan yang mudah
untuk diingat. Hubungan antara kata kunci satu dan lainnya terlihat jelas. Peta
pikiran sesuai dengan girus-girus alami otak, non linear sehingga mudah untuk
diingat. Mencatat dengan peta pikiran, informasi dan pengetahuan dari yang dibaca
akan meningkatkan pemahaman secara komprehensif teks yang dibaca.
Menurut Buzan fungsi peta pikiran sebagai note taking adalah
a. Mnemonic (berkenaan dengan ingatan) mampu meningkatakan ingatan
b. Analisis dengan mencatat. Dengan analisis kita dapat menentukan hubungan
antara informasi, pada saat ini otak kita melakukan analisis terhadap informasi
yang didapat baik melalui kuliah, presentasi atau informasi tertulis lainnya.
c. Kreatif. Pada saat membuat peta pikiran otak kita sebenarnya membuat suatu
kreativitas membuat gambar, warna dan asosiasi. Warna berfungsi menstimulasi
otak, meningkatkan memori visual dan membuat kita berpikir aktif dan kreatif
(Buzan, 2007)
d. Konversasional. Pada saat mencatat dari perkuliahan kita sebenarnya
mengadakan interaksi antar pikiran dan sumber informasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Farrand et al. (2002), D’Anthoni et al.
( 2009), Aydin & Balim (2009), Wickramasinghe et al. (2007) adalah penelitian
untuk melihat efektifitas peta pikiran sebagai note taking. Semuanya menyarankan
peta pikiran dapat digunakan sebagai strategi belajar untuk mahasiswa walaupun
hasil yang didapat tidak signifikan. Hasil yang tidak signifikannya mungkin
disebabkan oleh belum terampilnya mahasiswa dalam membuat peta pikiran karena
peta pikiran baru diajarkan 30 menit sebelum latihan mencatat. Seperti yang
diusulkan oleh Dreyfus tentang pencapaian atau kompetensi (skills acquisition) dari
suatu keterampilan. Terdapat empat tahap seorang tersebut dinyatakan master
terhadap suatu keterampilan. Tingkatan pertama novice yaitu seseorang baru
melakukan keterampilan tersebut. Kedua yaitu advance beginer yaitu sudah mulai
berkembang. Ketiga kompeten yaitu sudah menyadari dan mengikuti standar. Ketiga
adalah ahli dan keempat adalah expert. Tetapi dalam peta pikiran Buzan hanya
membagi atas tiga tingkatan yaitu novice, intermediate dan advance.
d.Pembuatan peta pikiran19
Peta pikiran sangat mudah dibuat serta alami, alat-alat yang dibutuhkan
sangat mudah yaitu kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna, otak dan
imajinasi. Kertas yang diusulkan untuk membuat peta pikiran yaitu kertas kosong
tidak bergaris yang berukuran. Usulan cara membuat peta pikiran di mulai dari
bagian tengah kertas kosong, yang sisi panjangnya diletakkan mendatar, gunakan
gambar atau foto untuk ide sentralnya, menggunakan warna kemudian
menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-
cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua dan seterusnya, garis
penghubung dibuat melengkung, bukan lurus karena garis lurus akan membosankan
otak dan gunakan satu garis untuk satu kata (Buzan & Buzan, 1993; Buzan T, 2012;
Davies, 2010).
e. Penelitian yang berkaitan dengan peta pikiran
Farrand et al., (2002) meneliti keefektifan peta pikiran terhadap pengetahuan
dan motivasi mahasiswa dibandingkan dengan strategi mereka sendiri. Metode yang
digunakan adalah kuasi eksperimental yang membagi mahasiswa menjadi dua
kelompok yaitu peta pikiran dan startegi biasa. Hasilnya peta pikiran lebih efektif
pada memori jangka panjang yang dan motivasi lebih rendah dari pada metode
mandiri. Motivasi mahasiswa lebih rendah pada penelitian ini bisa dipengaruhi oleh
ketidakpercayaan diri mahasiswa pembuatan peta pikiran disebabkan peta pikiran
baru diajarkan kepada mahasiswa. Sedangkan yang mahasiswa dengan strategi
sendiri lebih terbiasa dengan cara mereka sehingga mereka lebih senang sehingga
motivasinya rendah. Tetapi bila peta pikiran bukan hal baru bagi mahasiswa
mungkin lebih disenangi karena sudah terbiasa. Farrand et al. (2002) menetapkan
perbedaan rata-rata nilai mahasiswa anatar kelompok peta pikiran dan kelompok
tidak menggunakan pikiran adalah 10% sedangkan motivasi 15%. menyarankan peta
pikiran tetap bisa digunakan untuk meningkatkan pengetahuan. Analisis data
seharusnya menggunakan independet t-tes dan paired t-tes untuk membandingkan
nilai pengetahuan. Materi yang diberikan kepada mahasiswa sebaiknya materi
kedokteran yang belum dikenal mahasiswa. Jumlah mahasiswa sebagai sampel juga
sedikit hanya 31 orang. Pemberian tes aritmatika untuk menghilangkan efek hafalan
mungkin diberikan video yang bisa menyegarkan mahasiswa.
20
Wickramasinghe et al. (2007) juga melakukan evaluasi keefektifan peta
pikiran dibanding cara belajar lain untuk mahasiwa yang baru masuk fakultas
kedokteran dengan disain penelitian yang sama. Penelitian ini mendapatkan hasil
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa menggunakan peta
pikiran dengan yang tidak terhadap memori jangka pendek. Penelitian ini sama
dengan yang dilakukan oleh Farrand et al. (2002) tetapi tes yang dilakukan dengan
soal esai. Seperti penelitian sebelumnya mahasiswa juga baru menggunakan peta
pikiran sehingga belum terbiasa dan menyebabkan keraguan pada diri mahasiswa.
Kita melihat penjelasan di atas bahwa keterampilan peta pikiran juga mempunyai
tingkatan. Jurnal tersebut tidak menjealskan bagaimana pet pikiran diajarkan dan
materinya apa yang diajarkan. Penelitian ini tidak mejelaskan sesi secara lengkap.
Analisis data juga tidak dijelaskan.
D’Antoni et al. (2010) melihat pengaruh peta pikiran terhadap berpikir kritis
mahasiswa yang diberikan perkuliahan kemudian mencatat melalui peta pikiran,
hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara yang menggunakan peta pikiran
dan tidak menggunakan terhadap berpikir kritis mahasiswa. Penelitian ini
menambahkan variabel yang dinilai yaitu berpikir kritis. Hal ini juga sama yang
terjadi dengan penelitian oleh peneliti sebelumnya dimana mahasiswa juga baru
dipaparkan dengan peta pikiran dan tidak ada waktu jeda antara presentasi peta
pikiran dengan note taking yang dilakukan oleh kelompok peta pikiran dan strategi
standar. Untuk berpikir kritis juga tidak ada perbedaan ini menurut D’Antoni et al.
(2010), berfikir kritis juga membutuhkan waktu untuk memahami materi tersebut.
Motivasi mahasiswa juga mempengaruhi karena materi yang diberikan adalah
materi ujian masuk, materi umum, hal ini membuat mahasiswa kedokteran tidak
termotivasi. Penelitian ini menggunakan prosedur lengkap dan detail tetapi tetap ada
ancaman validitas yaitu tes yang diberikan bertubi-tubi sehingga tidak
mencerminkan hasil sebenarnya. Materi yang diberikan bukan materi kedokteran.
Validasi instrumen MMAR tidak dijelaskan dalam penelitian tersebut. Persetujuan
dengan mahasiswa dan etical clearence tidak dijelaskan. Sedangkan perbedaan rata-
rata pada penelitian ini terlalu tinggi yaitu 0.8 sedangkan peneliti sebelumnya hanya
menetapkan 0.1.
21
Penelitian lainnya dengan variabel yang berbeda dilakukan oleh Abdolahi et
al. (2011) untuk melihat keefektifan peta pikiran dalam pengajaran anatomi
mendapatkan bahwa pengajaran dengan peta pikiran lebih efektif dibandingan
metode pengajaran tradisional. Fun & Maskat (2010) melihat penggunaan peta
pikiran yang dibuat dosen dan peta pikiran yang dibuat mahasiswa mendapatkan
bahwa penggunaan peta pikiran dibuat mahasiswa lebih efektif dari pada peta
pikiran dibuat dosen terhadap nilai tes mahasiswa.
Tabel 2. Perkembangan penelitian peta pikiran
No Penulis Tujuan Metode/variabel Hasil1. Farran P, Hussain F,
Hennwssy(2002)
Melihat keefektifan penggunaan peta pikiran untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi
Rancangan penelitian: randomized control trialVariabel independen1. Teknik sendiri2. Teknik peta pikiran
Variabel dependend. Pengetahuane. Motivasi dengan skala 5
poin (1 very un motivated, 5= very motivated)
Pengetahuan dengan teknik peta pikiran lebih banyak benar dari pada teknik sendiri.
Tidak ada perbedaan signifikan terhadap motivasi tetapi motivasi peta pikiran lebih rendah dari pada belajar sendiri.
2 D’Antony VD, Zipp GP(2006)
Untuk mereviu literatur dan melihat kepuasan mahasiswa teknik belajar peta pikiran
Rancangan penelitian: survei
3 Wickramasinghe A, Widanapathirana, Kuruppu O, Liyanage I, Karunathilake(2007)
Melihat keefektifan peta peta pikiran sebagai alat belajar mahasiswa kedokteran
Rancangan kuasi eksperimentalVariabel independen
1. Peta pikiran2. Belajar sendiri
Variabel dependen1. Pengetahuan (esai)
Tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok peta pikiran dengan kelompok strategi belajar sendiri.
4 Aydin G, Balim AG(2009)
Melihat kemampuan siswa Izmir terhadap materi “sitem tubuh” menghubungkan dengan pengetahuan sebelumnya
Mahasiswa dibagi 3 kelompok:Variabel independen
1. Kelompok eksperimen dengan peta pikiran
2. Kelompok eksperimen dengan concept mapping
3. Kelompok control
Mahasiswa dengan menggunakan peta pikiran dan peta konsep dapat mengintegrasikan pengetahuan yang ada dengan pengetahuan baru
5 Evrekli E, Balim AG, Inel D(2009)
Untuk menilai pendapat calon guru tentang peta pikiran dan penggunaan peta pikiran dalam pembelajaran
Kualitatif dengan memberikan pertanyaan tentang manfaat mind mapping
Peta pikiran berguna untuk pengajaran science dan teknologi
Permanen untuk recall Memastikan hubungan
anatra konsep Peta pikiran dapat
meningkatkan lingkungan pembelajaran mahasiswa
6 Allen JB, Smith VO(2009)
Mengembangkan suatu pendekatan pragmatis untuk mengatur data kualitatif dari pasien
Peta pikiran digunakan pada saat focus group discussion.Variabel independen:
1. Transkrip dengan mind mapping
2. Transkrip dengan cara
Penggunaan peta pikiran membantu analisis data dan menjaga agar analysis tetap pada jalur yang ditentukan serta
22
tradisionalVariabel dependen
Waktu
meningkatkan transparansi dan kecepatan dalam mengolah data
7 D. Anthony A, Zipp GP, Olson VG, Cahill T(2010)
Melihat hubungan antara peta pikiran dan critica thinking yang diukur dengan The health Sciences Reasoning Test (HSRT) dan melihat hubungan antara mind mapping dan mengingat kembali informasi.
Rancangan: kuasi eksperimentalVariabel independent:SNT (standar note taking)Peta pikiranVariabel dependent:MCQ pre and postHSRT pre dan post
Variabel perancu Lingkungan Waktu Kemampuan MM Teks/knowledge Kelelahan mahasiswa
Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil pre dan post tes kedua kelompok dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pre dan post HSRT dari total skor Tetapi skor critical thinking lebih tinggi daripada teknik sendiri
8 D’Anthony AV, Zipp GP, Olson VG.(2010)
Melihat interater reliability of MMAR (mind mapping assessment rubric)
Rancangan: eksperimenVariabel IndependenMMARVariabel dependenInterater
Reabiliti antara penguji cukup tinggi sehingga reabiliti dapat digunakan sebagai aassessment mind maping
9 Fun CS, Maskat N(2010)
Membandingkan Teacher-centered mind mapping dan student-centered mind mapping terhadap pencapaian mahasiswa
Rancangan: eksperimentalVariabel independent Teacher centered min mapping Student centered mind mapping
Variabel dependen: Achievement
Faktor perancu Prior knowledge (di kendalikan
sudah punya prior knowledge accounting
Mind mapping dilengkapi mahaisswa.
Pengajaran peta pikiran
Teacher-centerd mind map menurunkan tes skor mahasiswaStudent-centerd mind map signifikan meningkatkan nilai mahaisswa
10 Evrekli E, Inel D, Balim A(2010)
Menilai reabiliti sistem skor mind mapping
Rancangan: kohor Variabel independent Presentasi
Variabel dependent Peta pikiran Sistem skor
Tidak ada perbedaan yang signifikan atara rater 1 dan 2, kemudian dengan waktu yang berbeda juga tidak ada perbedaan.Skor ini dapat digunakan untuk menilai peta pikiran pada penelitian ini
11 Abdolahi M, Javadnia F, Bayat PD, Ghorbani R, Ghanhari A, Ghodost BInt.J.Morphol(2011)
Melihat keefktifan peta pikiran dalam pengajaran anatomi dibandingkan dengan slide tradisional
EksperimentalVariabel independen:Teaching with Mind mappingTeaching with tradisional
Variabel dependentMCQ 40 dengan skor 0-20
Teknik pengajaran peta pikiran memiliki skor lebih tinggi dari pengajaran secara tradisional
1. Hubungan motivasi dengan pencapaian hasil belajar
23
Motivasi adalah kekuatan yang mendorong mahasiswa terlibat pembelajaran,
fokus, perhatian dan mau mengerjakan tugas-tugas pembelajaran. Motivasi salah
satu faktor yang terpenting dalam pencapaian belajar, menyelesaikan tugas,
kepercayaan diri terhadap pembelajaran. Motivasi dapat diukur secara langsung
dengan observasi prilaku mahasiswa serta dengan memakai kuesioner (Gagne,
Wager, Golas & Keller, 2005; Pelaccia et al., 2009; Mahmud, 2010).
Motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi instrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi instrinsik dapat ditingkatkan melalui keterlibatan (keinginan
untuk terlibat), keingintahuan (ketertarikan terhadap topik), tantangan (topik yang
rumit) dan interaksi sosial. Sedangkan motivasi ekstrinsik dapat ditingkatkan
melalui pemenuhan harapan (menemukan harapan lain dari apa yang dikatakan
orang), dikenali (dikenal oleh masyarakat), kompetisi dan menghindari pekerjaan,
imbalan (misalnya nilai). Jika mahasiswa mempunyai motivasi ekstrinsik maka
resiko kegagalan akan lebih besar daripada motivasi instrinsik (William & William,
2011)
Teori motivasi yang diusulkan para ahli mengatakan terdapat hubungan
antara motivasi dan belajar. Mahasiswa yang menggunakan strategi kognitif lebih
baik dengan mengulang, mengingat dan mencatat pengetahuan (Gagne et al., 2005;
Santrock, 2011). Penelitian oleh Long, Monoi, Harper, Knoblauch & Murphy (2007)
mendapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin
terhadap goal oriented (motivasi) dan pencapaian. Crede & Kuncel (2008) meneliti
keterampilan belajar. Hasilnya adalah motivasi dan kebiasaan belajar mempunyai
hubungan kuat dengan pencapaian sedangkan kecemasan tidak berhubungan.
Penelitian dilakukan oleh Lijun (2011) mendapatkan hasil motivasi berhubungan
positif dengan strategi dan pencapaian hasil belajar. Yu (2012) meneliti hubungan
motivasi dan strategi belajar juga mendapatkan hasil yang positif serta
meningkatkan pembelajaran.
Peta pikiran dan motivasi berhubungan terutama motivasi instrinsik.
Motivasi instrinsik mahasiswa meningkat karena mahasiswa bisa berpikir bebas dan
kreatif. Pikiran merupakan dasar pengantar motivasi, dengan motivasi dapat
mencapai tujuan pembelajaran. D’Antoni dan Zipp (2006) meneliti persepsi
24
mahasiswa terhadap penggunaan peta pikiran di jurusan terapi fisik. Hasilnya
menunjukan mahasiswa menyukai strategi belajar dengan peta pikiran.
Motivasi dapat diukur dengan menggunakan kuesioner motivasi. Kuesioner
dikembangkan di Michigan, kuesioner ini dinamakan Motivated Strategies for
Learning Questionaire (MSQL) yang dikembangkan oleh National Center for
Research to Improve Postsecondary Teaching and Learning, Universitas Michigan
(Pintrich et al., 1991 cit. Taylor, 2012) dilakukan setelah proses belajar. Kuesioner
motivasi ini terdiri dari 31 pertanyaan dengan menggunakan skala 1 sampai 7. Skala
1 berarti sangat tidak sesuai dengan saya, angka 7 berarti sangat sesuai dengan saya.
Terdapat 6 subskala yaitu instrinsic goal orientation, extrinsic goal orientation, task
value, control of learning belief (keyakinan mahasiswa bahwa hasil belajar dapat
dicapai dengan usaha sendiri dan dari faktor luar seperti dosen), self efficacy for
learning and performance, task anxiety. Sedangkan 50 adalah pertanyaan tentang
strategi belajar yang terdiri dari repetisi, elaborasi, organisasi, critical thinking,
metacognitive self-regulated, manjemen waktu dan lingkungan, effort regulation,
peer learning dan help seeking.
Peta pikiran adalah strategi yang dapat digunakan untuk mendorong belajar
mendala. Marton & Saljo 1976 mengadakan penelitian belajar mendalam dan
dangkal. Hasilnya belajar secara mendalam adalah motivasi instrinsik dimana
mahasiswa mencoba mengerti dan memahami konteks dari ide baru dan konsep.
Belajar dangkal cenderung ke arah motivasi ekstrinsik dan hanya bersifat hafalan
(Buzan).
Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat simpulkan bahwa motivasi
mempunyai hubungan kuat dengan hasil belajar.
Hasil belajar
Pencapaian hasil belajar menurut Bloom 1956 dibagi atas tiga domain yaitu
kognitif (pengetahuan), keterampilan dan afektif. Untuk pengetahuan Bloom
membagi atas 6 tingkatan pencapaian, sekarang sudah diperbaharui yaitu mengingat,
pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi dan kreasi. Mengingat adalah mengenali
atau mengingat kembali informasi yang telah dipelajari pada awal waktu serta
menyimpannya dalam memori. Pemahaman yaitu membangun makna dari materi-
25
materi pelajaran dan pesan-pesan misalnya menyimpulkan, mengartikan dan
mengidentifikasi. Aplikasi yaitu meggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi
yang baru. Analisis adalah memecahkan informasi ke dalam bagian-bagian dan
mengidentifikasi keterkaitan antara bagian-bagian tersebut. Evaluasi adalah
membuat suatu ketentuan terkait informasi dengan menggunakan standar atau
kriteria tertentu. Kreasi adalah meletakan pengetahuan dan prosedur secara
bersamaan dalam bentuk yang koheren, terstruktur dan kemungkinan memiliki
keaslian menyeluruh (Nitko, 1996).
Miller 1990 mengusulkan suatu piramida pencapaian kompetensi dan
assessment yaitu mempertimbangkan perkembangan keahlian mahasiswa menjadi
knowledgeable. Pada saat memilih suatu instrumen assessment kita harus
menyesuaikan dengan level kompetensi yang harus dicapai. Seorang mahasiswa
harus melalui tahap knows (factual knowledge) sebelum memasuki fase
selanjutnya yaitu knows how (tahap membangun pemahaman), tingkatan
pencapaian yang lebih tinggi lagi yaitu mahasiswa mampu melakukan performan
atau menunjukan (show how). Sedangkan tingkatan yang tertinggi adalah does
yaitu mampu melakukan tindakan atau performan pada situasi kehidupan nyata
(Amin & Eng, 2006; Dornan, 2009).
Multiple choice question (MCQ) adalah tes berbentuk tulis yang paling
banyak digunakan, tes ini menguji ingatan (factual recall) dengan memilih salah
satu jawaban yang paling benar, waktu yang dibutuhkan untuk menjawab satu
soal adalah 45 detik - 1 menit. Keuntungannya adalah relatif mudah digunakan
(feasible), tingkat reliabiliti tinggi, validitas konten yang luas atau learning target
yang diwakili lebih luas (Amin & Eng, 2006).
2.6 Teori yang mendasari peta pikiran
a. Teori belajar konstruktif
Teori yang akan digunakan adalah teori belajar konstruktif. Teori ini
dikembangkan oleh Vygotsky’s (1896) dan Pieget’s (1920). Teori konstruktif yang
diusulkan oleh Vygotsky’s lebih kearah pendekatan sosial yang menekankan
pembangunan pengetahuan dan informasi atas dasar interaksi sosial. Pendekatan
teori konstruktif menurut Pieget’s adalah mahasiswa membentuk pengetahuan
26
dengan mentransformasikan, mengorganisasikan dan menyusun kembali
pengetahuan dan informasi sebelumnya (Santrock, 2011). Teori belajar konstruktif
ini, diharapkan mahasiswa membuat kreasi tertentu bukan hanya menemukan,
mengembangkan kemampuan masing-masing dan menganggap dunia ini adalah
sebagai cermin dari realita (Colliver, 2000). Mahasiswa diharapkan membangun
pengetahuan sendiri berdasarkan kenyataan atau realita yang ada disekitarnya.
Konstruktif inilah yang diharapkan terhadap mahasiswa belajar pada masa sekarang.
Teori konstruktif ini sudah banyak diterapkan di belajar mengajar seperti problem-
based learning, peer-asissted learning, kolaboratif di dalam kelas dan keterampilan
berkerjasama. Pada pembelajaran dengan pbl mahasiswa dalam kelompok akan
membangun pengetahuan mereka dengan cara berdiskusi dan mencari masalah
(Colliver, 2000). Pengetahuan yang lama atau pengalaman diintegrasikan dengan
pengetahuan baru merupakan inti dari teori konstruktif .
Peta pikiran didasari oleh teori konstruktif terutama pada fungsi peta pikiran
sebagai curah pendapat, menghubungkan ide atau berbagai konsep menjadi suatu
pengetahuan menyeluruh. Teori konstruktif yang diusulkan oleh Pieget’s
menekankan bahwa membangun pengetahuan dalam diri atau pikiran sendiri. Teori
ini menjelaskan bahwa informasi didapat dari apa yang dilihat, dibaca dan didengar.
Kemudian informasi akan masuk ke dalam pikiran, didalam pikiran informasi akan
diolah secara aktif. Disini akan terjadi integrasi informasi baru dengan pengalaman
atau pengetahuan yang sudah ada sebelumnya sehingga mampu menyusun kerangka
sendiri dan kemudian disimpan lebih lama dan paham (D’Antoni et al., 2009;
D’Antoni et al, 2010).
Teori konstruktif diaplikasikan pada penelitian ini. Teori tersebut diharapkan
dapat menjelaskan pengaruh peta pikiran dan strategi belajar lainnya dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa. Menurut D’Antoni et al.
(2010) semua strategi belajar berdasarkan teori konstruktif. Peta pikiran merupakan
sumber informasi dalam bentuk gambar dan bacaan, informasi ini lebih banyak
masuk ke dalam pikiran kita dibandingkan dengan hanya melalui teks saja atau
gambar saja. Kemudian informasi yang banyak tersebut akan diolah dalam pikiran
kita. Membuat peta pikiran merupakan pembangunan pengetahuan yang sudah ada
kemudian kita tuangkan kedalam bentuk gambar dan tulisan sehingga informasi
27
tersebut akan lama bertahan dalam pikiran kita. Teori konstruktif juga mengusulkan
adanya motivasi instrinsik yang tidak dipengaruhi oleh imbalan yang diberikan dari
orang lain tetapi keinginan sendiri untuk memahami pelajaran (Santrock, 2011).
b. Teori belajar asimilasi oleh Ausubel
Teori lainnya yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori Asimilasi oleh
Ausubel (1968). Asimilasi adalah memamahi informasi yang didapat dengan
pemahaman sendiri. Prinsip pembelajaran teori Ausubel mengatakan bahwa terdapat
enam prinsip pembelajaran yang saling berhubungan yaitu memori jangka pendek,
sistem motor, tempat kerja memori, sistem afektif dan memori jangka panjang.
Informasi akan masuk ke adalam otak yaitu memori jangka pendek kemudian akan
disalurkan ke tempat kerja memori, sistem afektif, sistem motor. Dari ketiga bagian
ini akan kembali ke memori jangka pendek dan akan diteruskan juga ke memori
jangka panjang. Semua jaras memori tersebut akan akan menghasilkan proses
pemahaman belajar. Pemahaman belajar ini akan akan menghasilkan pemahaman
pelajaran lebih mendalam. Pengetahuan baru akan diasimilasi kedalam pengetahuan
yang sudah ada sebelumnya. Proses pembelajaran ini adalah proses aktif dan
mahasiswa berhak memilihnya (Davies, 2010; Novak & Cana, 2012).
Teori Ausubel merupakan dasar dari meaningful theory (teori pemahaman),
Ausubel membedakan antara (hafalan) rote learning dan (pemahaman) meaningful
learning. Meaningful learning mampu mengintegrasikan ilmu baru dengan
pengetahuan sebelumnya. Penelitian dan penerapan teori ini pada peta konsep, peta
argumen dan peta pikiran. Menurut Novak (2011) ini adalah prinsip dari peta konsep
yang dikembangkan karena dapat merangsang mahasiswa menghubungkan antara
konsep dari ilmu-ilmu baru yang dipelajari berdasarkan pengetahuan yang sudah
ada. Pada saat membuat peta konsep terjadi proses meaningful learning sehingga
pengetahuan disimpan lebih lama. Hal ini juga dasar dari peta pikiran yaitu proses
pemahaman pembelajaran lebih dalam yang mampu menghubungkan antar konsep
secara radian berdasarkan pengetahuan yang sudah ada. D’Antoni et al. (2009)
menyebutkan peta pikiran seperti peta konsep dan merupakan salah satu strategi peta
yang memperlihatkan pemahaman mahasiswa.
28
B. Landasan Teori
Menurut Buzan (1993) mind mapping dapat mengaktifkan kedua hemisper
otak kanan dan kiri, mind mapping dapat membantu sesorang untuk
mengintegrasikan informasi, menghubungkan informasi serta mempertahankan
informasi. Mind mapping sudah banyak digunakan dalam pendidikan klinik sebagai
sumber belajar, mecatat perkuliahan, mencatat informasi tertulis, mereviu dengan
cepat serta mudah diperbaruhi (Sandra et al, 2010). Mind mapping dapat digunakan
dalam berbagai situasi seperti problem based learning, kelompok kecil dan alat
assessment (Sandra&Cooper, 2010).
Motivasi merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam pemebelajaran dan
pencapaiannya, penerimaan terhadap tugas, kepercayaan diri tentang pembelajaran
ditentukan oleh motivasi (Pelaccia et al, 2009)
2.5. Kerangka Konsep
29
Strategi
Belajar
Pencapaian
Keterampilan AttitudePengetahuanMotivasi
Lingkungan
Jenis kelamin
Intelejensi
Priorknowledge
Materi
Kemampuan MM
Waktu
Kelelahan
Peta pikiran
Tidak peta pikiran
Gaya belajar
MCQ
5. Pertanyaan Penelitian
1. Pengetahuan mahasiswa yang belajar menggunakan peta pikiran akan lebih
baik dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak menggunakan peta pikiran.
a. Apakah nilai MCQ mahasiswa yang menggunakan peta pikiran sama
dengan MCQ mahasiswa yang tidak menggunakan peta pikiran?
b. Apakah nilai MCQ nilai mahasiswa menggunakan peta pikiran lebih
besar dari yang tidak menggunakan peta pikiran?
2. Motivasi mahasiswa yang belajar menggunakan peta pikiran akan lebih
tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak menggunakan peta
pikiran.
a. Apakah skor MSQL mahasiswa yang menggunakan peta pikiran sama
dengan yang tidak menggunakan peta pikiran?
b. Apakah skor MSQL mahasiswa yang menggunakan peta pikiran lebih
tinggi dengan yang tidak menggunakan peta pikiran?
2.7 Hipotesis Penelitian
1. Mahasiswa yang menggunakan peta pikiran akan menunjukan rata-rata
nilai mcq yang lebih tinggi secara bermakna (ddmin; dmin=0,1)
dibandingkan mahasiswa yang mendapat pengalaman belajar tanpa
menggunakan peta pikiran.
2. Mahasiswa yang menggunakan peta pikiran akan menunjukan rata-rata
skor MSQL yang lebih tinggi secara bermakna (ddmin; dmin=0,15)
dibandingkan mahasiswa yang mendapat pengalaman belajar tanpa
menggunakan peta pikiran.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan
kuasi-eksperimental. Ada dua hal yang diukur yaitu
1. Pengetahuan mahasiswa diukur dengan Multiple Choise Question
2. Motivasi mahasiswa dengan mind mapping yang diukur dengan MSQL
B. Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Fakultas kedokteran Universitas Lampung
Populasi penelitian adalah mahasiswa tahun pertama angkatan 2013
sebanyak 180 orang. Kemudian diambil sampel dengan tingkat kepercayaan
95 % (130 orang). Kemudian Mahasiswa dibagi secara random menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang menggunakan mind
mapping dan kelompok tanpa mind maping pada pemebelajaran fisiologi.
C. Variabel penelitian
Variabel independen: Mind mapping
Variabel dependen : Pengetahuan mahasiswa (MCQ)
Motivasi
R X O2
R O4
D. Instrument penelitian
MCQ (multiple choice question) untuk menilai pengetahuan mahasiswa.
Soal MCQ diberikan sebanyak 20 soal yang menilai pengetahuan
mahasiswa.
MSQL (motivasi) dengan kuesioner yang terbagi dua yaitu untuk menilai
motivasi dan strategi belajar, yang digunakan hanya bagian motivasi. Bagian
motivasi terdiri dari 31 pertanyaan dengan menggunakan skala 1 sampai 7 (1
sangat tidak sesuai dengan saya, 7=sangat sesuai dengan saya).
31
E. Defenisi Operasional
Mind Mapping: suatu diagram/peta yang merepresentasikan kata, ide,
dan tugas lainnya yang diasosiasikan dengan topik, topik berada
paling tengah serta subtopik pada cabang-cabang secara memancar
dengan menggunakan gambar, bentuk, warna yang bervariasi.
Belajar: suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
perubahan prilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
MCQ: tes berbentuk tulis yang paling banyak digunakan, tes ini
menguji ingatan (factual recall) dengan memilih salah satu jawaban
yang paling benar, waktu yang dibutuhkan untuk menjawab satu soal
adalah 45 detik - 1 menit.
Motivasi: suatu alasan yang mendorong mahasiswa untuk melakukan
proses belajar yang diukur dengan motivated Strategies for Learning
Questionair (MSQL) yang dikembangkan oleh National center fo
research to improve postsecondary teaching and learning, Universitas
Michigan (Pintrich et al., 1991; Garcia & Pintrich, 1995; Duncan &
McKeacchie, 2005) dan dilakukan setelah proses belajar.
F. Validasi dan Reliabilitas instrument
1. Pelatihan mind mapping
Mahasiswa dilatih sendiri oleh Tim Peneliti
Mahasiswa akan dilatih membuat mind mapping sampai mereka.
Melakukan informed concent dengan mahasiswa agar tidak
membocorkan pelatihan kepada kelompok kontrol
2. Teks book adalah buku fisiologi yang terstandar dan divaliditas oleh
pengajar fisiologi berbahasa indonesia
3. MCQ dibuat oleh ahli fisiologi sebanyak 20 soal. Validitas isi akan
direview oleh pengajar fisiologi. Untuk validitas konstruk akan dilakukan
analisis factor.
32
Validitas isi: isi pertanyaan disesuaikan dengan materi yang
dikuliahkan dan direview oleh ahli fisiologi dan pendidikan.
4. Kuesioner motivasi
Validitas isi: Kuesioner MSLQ (The motivated Strategy for Learning
Questionnaire) yang dikembang oleh National Center for Research to
Improve Postsecondary Teaching Learning, Universitas Michigan
(Pintrich et al, 1991): diterjemahkan ahli bahasa inggris dan di konsulkan
dengan psikolog serta di terjamahkan lagi. Jika sudah ada instrument
Bahasa Indonesia yang sudah divalidasi maka akan di pakai dan tetap
diuji validitas dan reabilitas.
Kuesioner motivasi ini terdiri dari 31 pertanyaan dengan
menggunakan skala 1 sampai 7. Skala 1 berarti sangat tidak sesuai dengan
saya, angka 7 berarti sangat sesuai dengan saya. Terdapat 6 subskala yaitu
instrinsic goal orientation, extrinsic goal orientation, task value, control of
learning belief (keyakinan mahasiswa bahwa hasil belajar dapat dicapai
dengan usaha sendiri dari factor luar seperti dosen), self efficacy for
learning and performancae, task anxiety.
Validitas konstruk : perbandingan r dengan r tabel, analisis factor dan
cronbach alfa.
G. Prosedur penelitian
1. Mahasiswa angkatan tahun pertama diambil secara random dengan
konfiden interval 5% yaitu 130 orang dari 180. Kemudian di bagi dua
secara acak menjadi kelompok yang mendapat mind mapping dan
kelompok yang tidak mendapat mind mapping.
2. Mahasiswa akan diberikan inform concent atas kesediannya ikut dalam
penelitian
3. Mahasiswa kelompok yang menggunakan mind mapping akan dilatih
sampai bisa yaitu 3 hari sebelum pelaksanaan penelitian
4. Mahasiswa diminta untuk tidak memberi tahu taman yang lain
bagaimana penggunakan mind mapping.
33
5. Pada saat penelitian mahasiswa akan dimulai jam 8 pagi. Mahasiswa
kelompok mind mapping dan kelompok control ditempatkan dalam ruang
yang berbeda dan di awasi oleh dosen
6. Mahasiswa diberikan teks atau buku popular tentang fisiologi sistem
pencernaan sebanyak 600 kata selama 330 menit, setelah itu selama 15
menit mahasiswa merangkum atau mencatat.
7. Setelah itu mahasiswa akan diuji dengan memberikan soal MCQ
sebanyak 20 buah lama waktu 20 menit
8. Setelah ujian mahasiswa akan diberikan kuesioner MSQL
9. Mahasiswa yang belum mendapatkan pelatihan mind mapping akan
dilatih seminggu setelah intervensi.
34
Jalannya Penelitian
Random
20 menit
35
Mahasiswa tahun pertama FK Unila
120 orang: 91 orang
Kelompok Pelatihan dan penggunaan Mind
Mapping42 orang
Kelompok yang tidak mendapat pelatihan dan menggunakan
mind mapping (42 orang)
Diberikan pelatihan mind mapping sampai mahasiswa bisa mind map dengan penilaian
MMAR
Diberikan teks sebanyak 600 kata
Selama 30 menit
Diberikan 600 kata materi selama 30 menit
Soal MCQKuesioner motivasi
PencatatanMM 15 menit
Pencatatan sendiri 15 menit
H. Analisis data
Terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji Kolmogorov-
smirnov. Pengujian dilakukan pada rata-rata pengetahuan mahasiswa dan
motivasi.
Merumuskan hipotesis
Menentukan taraf signifikan α=0.05
Ho ditolak jika nila p lebih kecil dari tingkat signifikansi α sedangkan Ho
diterima jika nilai p lebih besar dari tingkat signifikansi
Hipotesis
Ho: Tidak ada perbedaan pengetahuan mahasiswa yang menggunakan
mind mapping dan tidak menggunakan mind mapping
H1: Pengetahuan mahasiswa yang menggunakan mind mapping lebih
baik dari pada tidak menggunakan mind mapping
Ho: µ1=µ2
H1: µ1≥µ2
Melihat perbedaan pengetahuan mahasiswa yang menggunakan mind
mapping dengan tanpa mind mapping.
Nilai pengetahuan yang diukur dengan MCQ mahasiswa yang
menggunakan mind mapping dibandingkan dengan tidak menggunakan
mind mapping dengan menggunakan uji t-test. Dilihat apakah p valuae <
0,05, maka perbedaannya signifikan.
Melihat perbedaan motivasi mahasiswa yang menggunakan mind mapping
dibandingkan dengan tidak menggunakan mind mapping.
Nilai motivasi yang diukur dengan MSQL pada mahasiswa yang
menggunakan mind mapping akan lebih tinggi dari pada tidak
menggunakan mind mapping. Dilakukan uji Mann-Whitney.
Ho: Tidak ada perbedaan motivasi mahasiswa yang menggunakan mind
mapping dan tidak menggunakan mind mapping
H1: Motivasi mahasiswa yang menggunakan mind mapping lebih tinggi
dari pada tidak menggunakan mind mapping
36
I. Etika Penelitian
Peneliti akan meminta izin ke pihak Fakultas Kedokteran FK Unila,
kepada Koordinator blok dan pengajar fisiologi serta etika clearance Komite
penelitian FK Unila. Penelitian akan dilaksanakan secara terencana dan
dijelaskan kepada seluruh mahasiswa dan emminta kesediaannya sebagai
partisipan.
J. Jadwal penelitian
Kegiatan Feb Maret April Mei Juni Juli Agus
Proposal
Pendahuluan
Persiapan
Validasi
instrumen
Pelatihan
Penelitian
Analisis data
Pelaporan
a. Sumber Daya Manusia
1. Peneliti : 1 orang
2. Konsultan Pendidikan : 2 orang
3. Penanggungjawab blok : 2 orang
4. Asisten penelitian : 2 orang
5. Konsultasn Fisiologi : 2 orang
Perkiraan Biaya Penelitian
37
No Kegiatan Satuan Jumlah
1. Konsultasi fisiologi (2) @ 500.000 Rp. 1.000.000
2 Studi pendahuluan @ 300.000 Rp. 300.000
2. Alat tulis dan kertas (7 dus)
HVS
@ 40.000 Rp. 280.000
3 Pensil warna 130 0rang
(mind mapping)
@ 10.000 Rp. 1.300.000
4 Pengurusan Ethical
Clearance
@ 200.000 Rp. 200.000
5 Konsumsi mahasiswa (100) @ 10.000 Rp. 1.000.000
6. PJ Blok (2) @ 250.000 Rp. 500.000
7. Asisten (2) @ 250.000 Rp. 500.000
8. Terjemah instrumen (8
lembar)
@ 70.000 Rp. 560.000
9. Konsultasi kuesioner (8
lembar)
@ 400.000 Rp. 800.000
10. Jilid dan proposal (5) @ 20.000 Rp. 100.000
11 Jilid laporan (5) @ 50.000 Rp. 250.000
12. Dokumentasi & Penyimpan
data (flasdisk dan CD)
@ 150.000 Rp. 450.000
13. Cendramata untuk
mahasiswa (130)
@ 10.000 Rp. 1.300.000
14. Presentasi laporan
(konsumsi) (30)
@ 20.000 Rp. 600.000
Total Rp. 9.540.000
DAFTAR PUSTAKA
Huitt, W. (2003) A transactional model of the teaching/learning process. Available from: <http://www.edpsycinteractive.org/materials/tchlrnmd.html> [19 Desember 2012].
38
Daley, B.J., & Torre, M. (2010) Concept maps in medical education: an analytical literature review. BMC Medical Education, 44, pp. 440-448.
Davies, M. (2010) Concept mapping, mind mapping, argument mapping: what are the differentces and do the matter? Higher Education. Springer, 6, pp. 1-23.
Abdolahi, M., Jvadnia, F., Bayat,D., Ghorbani, R., Ghanbari, A., & Ghodosi, B. (2010). Mind map teaching gross anatomi is sex dependent. Int. J. Mhorpol,29. Vol.1.pp: 41-44.
Wickramasinghe, A., Widanapathirana, N., Kuruppu, O., Liyanage, I. & Karinathilake, I. (2007) Effectiveness of mind maps as a learning tool for medical students. South East Asian Journal of Medical education. Innaugural Issue, 1 (1), pp. 30-32.
Buzan, T., & Buzan, B. (1993) The Mind map book. How to use radiant thinking to maximize your brain’s uptapped potential. New York: A Dutton Book.
Pealcia, T., Delplanch,H., Triby, E., Bartier, J., Leman, C., Piere, J., Dupeytron. (2009) Impact of training periods in the emergency department on the motivation of health care student to learn. Medical Education, 43.pp:462-469.
Quiirt, M. (2006). Intuition and metacognition in Medical education key to developing expertise, Springer. New York
Noonan, M. (2012). Mind maps: Enhancing midwifery education. Nurse education today. ScienceDirrect. Elsevier,Doi: 10.1016/j.net.2012.02.003
D’Antoni, A.V., Zipp, G.P., Olson, V., & Cahill, T. (2010) Does the mind map learning strategy facilitate information retrieval and critical thinking in medical students? BMC Medical education, 10 (61), pp. 1-11.
D’Antoni, A.V., Zipp, G.P., & Olson, V. (2009) Interrater reliability of the mind map assessment rubric in a cohort of medical students. BMC Medical Education, 9 (19), pp. 1-8.
Novak, J. (2011) A theory of education: Meaningful learning underlies the constructive integration of thinking, feeling, and acting leading to empowerment for commitment and responsibility. Meaningful learning Review, VI (2), pp. 1-14.
Evrekli, E., Inel, D., & Balim, A. (2009) Mind mapping aplications in special teaching methods course for science teacher candidates and teracher candidates’ opinions concerning the aplications. Procedia Social and Behavioral Sciences, 1, pp. 2274-2279.
Farrand, P., Hussain, F., & Hannessy, E. (2002) The efficacy of the ‘mind map’ study technique. Medical Teacher, 36, pp. 426-43.
Reid, G. (2006) Learning Style and Inclusion. London: Paul ChapmanMeier, P.S. (2007). Mind-Mapping. A tool for eliciting and representing knowledge
held by diverse informants. Sosial research update. University of surrey, Vol. 52
39
Heinrich, K. (2001) Mind-mapping: A successful technique organizing a literature review. Spring Nurse Author & Editor, pp. 7-9.
Mueller, A., Johnston, M., Bligh, D., & Wilkinson, J. (2002) Joining mind mapping and care planning to enhance student critical thinking and achieve holistic nursing care. Nursing Diagnosis, 13 (1), pp. 24-27.
Crowe, M., & Sheppard, L. (2012) Mind mapping research methods. Higher Education, 3 (8), pp. 1493-1503.
Kern, C., Bush, K., & McCleish, J. (2003) Mind-mapped care plans: Integrating an innovative educational tool as an alternative to traditional care plans. Journal of Nursing Education, pp. 112-119.
Fun, C., & Maskat, N. (2010) Teacher centered mind mapping vs student-centered mind mapping in the teaching of accounting at Pre-U level-an action research. Science Direct. Elsevier, 7 (c), pp. 240-246.
Buzan, T. (2012) Mind Map. Terjemahan. GramdiaEdwards S, & Cooper N. (2010). Mind mapping as teaching resource. The clinical
teacher, 7.pp:236-239.Gagne, R., Wager, G., Golas, K., & Keller, J. (2005) Principles of Instructional
Design. Fifth edition. United Kingdom: Thomson Wadsworth.Mahmud (2010) Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.Williams, K., & Williams, C. (2011) Five key ingredients for improving student
mitivation. Research in Higher Education Journal, 12, pp. 1-23.Santrock, J. (2011) Educational Psychology. Fifth edition. New York: The McGraw-
hill companies.Lijun, Y. (2011) The investigation of learning motivation and strategy in the normal
undergraduates. Canadian Academy of Oriental and Occidental Culture. 7 (3), pp. 126-131.
Long, J., Monoi, S., Harper, B., Knonlauch, D., & Murphy, P. (2007) Academic motivation and achievement among urban adolescents. Urban Education, 42 (30), pp. 196-221.
Yu, X. (2012) An empirical study on the correlation between English learning motivation and strategy. Asian Sosial Science, 8 (8), pp. 218-224.
Santrock, J. (2011) Educational Psychology. Fifth edition. New York: The McGraw-hill companies.
D’Antoni, A.V., & Zipp, G.P. (2006) Apllications of the mind map learning technique in chiropractic education: a pilot study and literature review. Journal of Chiropractic Humanities, 13, pp. 2-11.
Taylor, R.T. (2012) Review of motivated strategies for learning questionnair (MSLQ) using reability generalization techniques to assess scale reliability.
40
A Dissertation Submitted to The Graduate Faculty of Auburn University, pp. 1-166.
Nitko, A. (1996) Educational Asessment of Student. Second edition. New Jersey: Merril an in printing of Prentice Hall.
Novak, J. (2011) A theory of education: Meaningful learning underlies the constructive integration of thinking, feeling, and acting leading to empowerment for commitment and responsibility. Meaningful learning Review, VI (2), pp. 1-14.
Zubair, A., & Eng, K.H. (2009) Basic in Medical Education. 2nd edition. World Scientific Publishing. Singapore.
41