· web viewsedangkan melalui pemberian konsultasi hukum yang diserahkan kepada biro bantuan hukum...
TRANSCRIPT
BAB 27H U K U M
BAB 27
H U K U M
I. PENDAHULUANSebagai arah dan kebijaksanaan umum pembangunan dalam
Repelita V, GBHN 1988 menggariskan bahwa kepastian hukum dan ketertiban hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran perlu
ditingkatkan sehingga hukum benar-benar mampu menjadi peng-
ayom masyarakat, memberi rasa aman, menciptakan lingkungan
dan iklim yang mendorong kegairahan, kreativitas dan partisi-
pasi masyarakat dalam pembangunan, serta mendukung kemantapan
stabilitas nasional. Sehubungan dengan itu perlu dilanjutkan
upaya pembaharuan hukum serta peningkatan kemampuan dan kewi-
bawaan aparatur pemerintah, terutama aparatur penegak hukum,
serta ditingkatkan kesadaran hukum dalam masyarakat.
Selanjutnya GBHN 1988 menggariskan serangkaian kebijak-sanaan dasar untuk pembangunan di bidang hukum, sebagai beri-
kut:
1. Pembangunan hukum sebagai upaya untuk menegakkan keadil-
an, kebenaran dan ketertiban dalam negara hukum Indone-
sia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945, diarahkan untuk meningkatkan kesadaran hukum, men-jamin penegakan, pelayanan dan kepastian hukum, serta
407
mewujudkan tata hukum nasional yang mengabdi pada kepen-
tingan nasional.
Pembangunan hukum ditujukan untuk memantapkan dan meng-
amankan pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya, men-
ciptakan kondisi yang lebih mantap sehingga setiap ang-
gota masyarakat dapat menikmati iklim kepastian dan ke-
tertiban hukum, lebih memberi dukungan dan pengarahan
kepada upaya pembangunan untuk mencapai kemakmuran yang
adil dan merata, serta menumbuhkan dan mengembangkan di-
siplin nasional dan rasa tanggung jawab sosial pada se-
tiap anggota masyarakat. Di samping itu, hukum benar-benar
harus menjadi pengayom masyarakat, memberi rasa aman
dan tenteram, menciptakan lingkungan dan iklim yang men-
dorong kreativitas dan partisipasi masyarakat dalam pem-
bangunan serta mendukung stabilitas nasional yang sehat
dan dinamis.
3. Dalam rangka pembangunan hukum perlu lebih ditingkatkan
upaya pembaharuan hukum secara terarah dan terpadu anta-
ra lain kodifikasi dan unifikasi bidang-bidang hukum
tertentu serta penyusunan perundang-undangan baru yang
sangat dibutuhkan untuk dapat mendukung pembangunan di
berbagai bidang sesuai dengan tuntutan pembangunan,
serta tingkat kesadaran hukum dan dinamika yang berkem-
bang dalam masyarakat.
4. Dalam rangka meningkatkan penegakan hukum perlu terus
dimantapkan kedudukan dan peranan badan-badan penegak
hukum sesuai dengan tugas dan wewenangnya masing-masing,
serta terus ditingkatkan kemampuan dan kewibawaannya dan
dibina sikap, perilaku dan keteladanan para penegak
408
hukum sebagai pengayom masyarakat yang jujur, bersih,
tegas dan adil.
5. Penyuluhan hukum perlu dimantapkan untuk mencapai kadar
kesadaran hukum yang tinggi dalam masyarakat, sehingga
setiap anggota masyarakat menyadari dan menghayati hak
dan kewajibannya sebagai warga negara, dalam rangka te-
gaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat
dan martabat manusia, ketertiban, ketenteraman dan ke-
pastian hukum serta terbentuknya perilaku setiap warga
negara Indonesia yang taat pada hukum.
6. Dalam rangka mewujudkan pemerataan memperoleh keadilan
dan perlindungan hukum perlu terus diusahakan agar pro-
ses peradilan menjadi lebih sederhana, cepat dan tepat
dengan biaya yang terjangkau oleh semua lapisan masyara-
kat. Sejalan dengan itu perlu lebih dimantapkan penye-
lenggaraan pemberian bantuan dan konsultasi hukum bagi
lapisan masyarakat yang kurang mampu.
7. Untuk menunjang upaya pembangunan hukum, perlu terus di-
tingkatkan penyediaan sarana dan prasarana yang diperlu-
kan serta ditingkatkan pendayagunaannya.
8. Dalam usaha pembangunan hukum perlu ditingkatkan lang-
kah-langkah untuk mengembangkan dan menegakkan secara
serasi hak dan kewajiban asasi warga negara dalam rangka
mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dari berbagai pengarahan dan kebijaksanaan GBHN tersebut
di atas jelas tercermin bahwa pengertian tata hukum nasional
yang mengabdi kepada kepentingan nasional mencakup perangkat
norma-norma hukum terutama perundang-undangan, berbagai pra-
nata dan tenaga penegak/pelaksana hukum serta perilaku setiap
warga negara Indonesia yang taat pada hukum. Tata hukum
409
nasional yang mengabdi pada kepentingan nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 itu akan tercermin da-
lam dan ditentukan oleh sikap dan perilaku setiap warga nega-
ra Indonesia yang taat pada hukum. Hal tersebut disebabkan
oleh adanya pengertian masyarakat bahwa norma hukum dan selu-
ruh lembaga serta aparaturnya merupakan pengayom dalam rangka
mewujudkan pemerataan kesempatan memperoleh keadilan dan per-
lindungan hukum bagi seluruh warga masyarakat Indonesia. Hal
itu berarti pula bahwa pelayanan hukum mempunyai peranan pen-
ting dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam
negara hukum.
Pelayanan hukum harus mampu mendukung pertumbuhan ekono-
mi, perkembangan sosial dan peningkatan kesejahteraan masya-
rakat serta dapat pula memberikan kepastian hukum. Dengan se-
makin meningkat dan meluasnya penyelenggaraan kebutuhan hidup
masyarakat maka pelayanan hukum harus makin lebih ditingkat-
kan.
Dengan demikian, pembangunan di bidang hukum merupakan
kegiatan dan usaha yang dapat menunjang, mengiringi, meleng-
kapi dan mengarahkan perubahan masyarakat dalam rangka pem-
bangunan sebagai pengamalan Pancasila, yang hakekatnya ialah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan selu-
ruh masyarakat Indonesia.
Tekad bangsa Indonesia untuk dapat tinggal landas dalam
Repelita VI menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur me-
ngandung makna bahwa dalam Repelita V sudah harus dimantapkan
kerangka landasan tata hukum nasional yang kokoh sehingga su-
dah dapat terwujud unifikasi hukum. Dengan demikian diharap-
kan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan hukum yang me-
ngabdi kepada kepentingan nasional akan makin terwujud.
410
II. KEADAAN DAN MASALAH
Pembangunan di bidang hukum dalam Repelita IV telah mem-
berikan berbagai hasil. Dalam pada itu menjelang akhir Repe-
lita IV juga masih ada berbagai masalah yang harus diatasi.
1. Pembinaan Hukum Nasional
Dalam rangka pembinaan hukum nasional, selama Repeli-
ta IV kegiatan perancangan perundang-undangan beserta kegiat-
an penunjangnya, yaitu penelitian hukum, pertemuan ilmiah,
penulisan naskah akademis serta pengkajian hukum tetap dilak-
sanakan. Agar supaya perancangan perundang-undangan dapat
berlangsung secara terarah dan terpadu, maka kegiatan terse-
but selalu dilandaskan pada rencana kegiatan legislatif na-
sional.
Dalam usaha pemantapan rencana kegiatan legislatif na-
sional, di bidang hukum pokok telah dilaksanakan usahausaha
ke arah pembentukan kodifikasi hukum perdata, hukum dagang,
hukum pidana, hukum acara perdata dan hukum acara perdata
internasional.
Dalam Repelita IV keseluruhan rancangan Undang-undang
yang telah disahkan menjadi Undang-undang berjumlah 43 buah.
Beberapa Undang-undang panting yang telah dihasilkan antara
lain adalah: Undang-undang tentang Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia; Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan; Undang-undang tentang Pajak Penghasilan; Undang-
undang tentang Perindustrian; Undang-undang tentang Susunan
dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakil-
an Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; Undang-undang
tentang Partai Politik dan Golongan Karya; Undang-undang
tentang Referendum; Undang-undang tentang Organisasi Kemasya-
rakatan; Undang-undang tentang Perikanan; Undang-undang ten-
411
tang Pos; Undang-undang tentang Ketenagalistrikan; Undang-
undang tentang Rumah Susun; Undang-undang tentang Mahkamah
Agung; Undang-undang tentang Peradilan Umum; Undang-undang
tentang Peradilan Tata Usaha Negara; Undang-undang tentang
Perubahan atas Undang-undang tentang Hak Cipta; Undang-undang
tentang Perubahan atas Undang-undang tentang Ketentuan-keten-
tuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia; dan
Undang-undang tentang Prajurit Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia.
Selanjutnya, dalam Repelita IV juga telah dihasilkan 155
Peraturan Pemerintah, 281 Keputusan Presiden dan 33 Instruk-
si Presiden. Beberapa Peraturan Pemerintah yang penting, ter-utama yang merupakan peraturan pelaksanaan Undang-undang,
adalah tentang: Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP); Pelaksanaan Undang-undang Pajak Penghasilan;
Pelaksanaan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai; Pengelola-
an Sumber Daya Alam Hayati di Zona Ekonomi Eksklusif Indone-
sia; Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan anta-
ra Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; Kewenangan Penga-
turan, Pembinaan dan Pengembangan Industri; Pelaksanaan Un-
dang-undang tentang Organisasi Kemasyarakatan; Kawasan Beri-
kat (Bonded Zone); Analisis mengenai Dampak Lingkungan; Tata-
cara Pemeriksaan di bidang Perpajakan; serta Izin Usaha In-
dustri.
Dalam rangka pembinaan hukum nasional ini, kerja sama
dengan kalangan universitas dan lembaga-lembaga penelitian
dalam rangka menunjang perancangan perundang-undangan juga
dilakukan. Dalam Repelita IV telah dilaksanakan sejumlah 46
buah penelitian hukum; 23 kali pertemuan ilmiah dalam bentuk
lokakarya, seminar dan simposium di berbagai bidang hukum;
412
pengkajian dalam berbagai segi dan bidang hukum sebanyak 59
judul pengkajian; penyusunan 41 Naskah Akademis Peraturan
Perundang-undangan yang mencakup usaha kodifikasi terutama
hukum perdata dan hukum dagang; penulisan karya ilmiah seba-
nyak 9 judul sebagai usaha untuk menggugah dan mengembangkan
pemikiran dalam mempercepat upaya pemekaran hukum nasional;
serta pembakuan istilah hukum dan persiapan penyusunan kamus
hukum. Di samping itu telah mulai dikembangkan sistem jaring-
an dokumentasi dan informasi hukum yang bersifat antar ins-
tansi baik di Pusat maupun Daerah.
Dalam rangka mempertegas kedudukan/status, tugas, fungsi
dan wewenang Kejaksaan dalam ketatanegaraan Republik Indone-
sia telah selesai pula disusun Rancangan Undang-undang ten-
tang Kejaksaan Republik Indonesia sebagai pengganti Undang-
undang Nomor 15 Tahun 1961 dan Undang-undang Nomor 16 Tahun
1961.
2. Penegakan Hukum
Dalam Repelita IV telah dilaksanakan pula penyempurnaan
dan pemantapan koordinasi, integrasi dan kerja sama fungsio-
nal antar instansi. Penyempurnaan dan pemantapan koordinasi
itu dilaksanakan baik antara sesama aparatur penegak hukum
(Hakim, Polisi dan Jaksa) maupun antara instansi-instansi
yang terkait dalam penegakan hukum yaitu Mahkamah Agung, Ke-
hakiman, Kejaksaan dan Kepolisian melalui pertemuan-pertemuan
berkala. Dalam kaitannya dengan pelayanan para pencari ke-
adilan, maka telah ditingkatkan pula pembinaan terhadap para
penasihat hukum dan atau pengacara serta notaris berdasarkan
Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman.
Dalam Repelita IV pedoman tuntutan pidana terhadap tin-
413
dak pidana tertentu telah pula disusun dalam rangka pelaksa-
naan kebijaksanaan untuk memperberat tuntutan pidana terhadap
tindak pidana subversi, korupsi, penyelundupan, penyalahguna-
an narkotika, perkosaan, pembunuhan secara sadis dan tindak
pidana lainnya.
Efektivitas penyelesaian perkara pada Kejaksaan telah
dapat dipertahankan, yaitu rata-rata 99 % setiap tahunnya.
Pada tahun 1984/85 jumlah perkara yang masuk berjumlah 1,2
juta dan pada tahun 1987/88 tercatat sejumlah 1,4 juta. Dian-
tara perkara-perkara yang dapat diselesaikan tersebut terda-
pat tindak pidana khusus yang menonjol sehingga mendapat per-
hatian luas dari masyarakat, seperti kasus-kasus penyelundup-
an, korupsi, manipulasi dan subversi. Penanggulangan berbagai
masalah yang timbul akibat perbuatan-perbuatan negatif yang
menimbulkan pertentangan antar suku, agama dan golongan, de-
mikian pula yang menimbulkan pengaruh negatif terhadap go-
longan pemuda dalam bentuk peredaran narkotika dan obat-obat
berbahaya lainnya, telah ditangani secara terpadu pula.
Sementara itu telah ditingkatkan pula upaya pengendalian
dan pemantapan profesionalisme aparat penuntut umum. Upaya
itu dilaksanakan melalui eksaminasi perkara, yaitu pengujian
berupa penelitian, penelaahan dan pemeriksaan di semua ting-
kat penanganan perkara yang telah diselesaikan oleh para Jak-
sa.
Selanjutnya dalam Repelita IV telah pula ditingkatkan
pengawasan dan pengamatan terhadap orang asing dan lalu lintas
orang ke dan dari luar negeri, terutama arus imigran gelap,
untuk menjamin terciptanya stabilitas nasional. Lalu lintas
orang dari dan atau ke luar negeri, khususnya lalu lintas
orang asing selama kurun waktu tersebut terus meningkat. Da-
414
lam hubungan ini telah ditingkatkan pengketatan pengawasan
keimigrasian.
Dalam rangka pengawasan orang asing telah diselenggara-
kan pula pendataan orang asing di Indonesia dalam tahun 1986.
Di samping itu diupayakan pula pengamanan atas dokumen perja-
lanan RI serta penertiban dokumen izin tinggal orang asing.
Pengawasan lalu lintas orang terutama di daerah-daerah
perbatasan dilaksanakan berdasarkan persetujuan lintas batas
yang telah ada dengan negara tetangga yang bersangkutan, yang
dalam pelaksanaannya mendayagunakan pos-pos imigrasi sebagai
pos lintas batas. Untuk meningkatkan ketelitian dalam peme-
riksaan penumpang yang datang dan berangkat dari dan ke luar
negeri, telah dipasang komputer di tiga bandar udara dan se-
buah pelabuhan laut, yaitu di Bandara Soekarno-Hatta, Ngurah
Rai dan Polonia serta di pelabuhan laut Sekupang.
Dalam Repelita IV juga telah dibangun gedung kantor Ke-
jaksaan Negeri sebanyak 12 buah dan gedung kantor Cabang Ke-
jaksaan Negeri 5 buah. Di samping itu telah diperluas dan di-
rehabilitasi gedung kantor Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri
dan Cabang Kejaksaan Negeri sebanyak 291 buah.
3. Pembinaan Peradilan
Untuk menunjang usaha pembinaan peradilan dalam Repe-
lita IV telah ditingkatkan sarana fisik pengadilan yang ter-
diri dari pembangunan 13 gedung Pengadilan Negeri yaitu di
Pandeglang, Stabat, Pangkajene, Sengkang, Kupang, Ende, Mamu-
ju, Jayapura, Manokwari, Bukittinggi, Purworejo, Sinabang,
dan Boyolali; serta perluasan/rehabilitasi 26 gedung Penga-
dilan Tinggi dan 281 gedung Pengadilan Negeri, di samping
pembangunan baru gedung Mahkamah Agung secara bertahap.
415
Untuk lebih mendekatkan badan-badan peradilan kepada pa-
ra pencari keadilan, di daerah-daerah yang wilayah Pengadilan
Negerinya sangat luas serta sulit komunikasinya telah diben-
tuk dan dibangun 38 buah Tempat Sidang sebagai sarana pelak-
sanaan tugas hakim keliling khususnya dikota-kota kecil. Tem-
pat-tempat Sidang tersebut juga dimanfaatkan dalam rangka ke-
giatan Hakim Masuk Desa untuk memberikan penyuluhan hukum ke-
pada masyarakat di daerah sekitarnya.
Pembangunan prasarana berbagai tingkat Badan Pengadilan
beserta upaya perbaikan administrasi peradilan telah berpe-
ngaruh terhadap kemantapan penyelesaian jumlah-jumlah perkara
pada Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi dari tahun ke
tahun. Jumlah perkara yang masuk ke Pengadilan Negeri pada
tahun 1984/85 berjumlah 1,5 juta, dan pada tahun 1987/88 ber-
jumlah 1,6 juta, dengan persentase perkara yang dapat disele-
saikan berturut-turut 97,9% dan 99,9%.
Demikian pula pada Pengadilan Tinggi, penyelesaian per-
kara pada tahun 1984/85 adalah 71,0% terhadap 10.617 perkara,
dan pada tahun 1987/88 adalah 79,8% terhadap 11.092 perkara.
Jumlah perkara tingkat kasasi dan grasi yang masuk ke
Mahkamah Agung cenderung meningkat pula. Dalam Repelita IV
Mahkamah Agung telah berusaha melaksanakan peningkatan penye-
lesaian perkara kasasi dan grasi dengan cara melakukan Crash
Program dan rata-rata setiap tahunnya dapat diselesaikan an-
tara 33 % sampai 47,3 % perkara.
Menjelang akhir Repelita IV Mahkamah Agung telah melak-
sanakan pembinaan kemampuan teknis yustisial untuk hakim per-
adilan umum, peradilan agama dan peradilan militer. Di sam-
ping itu telah pula mulai dilaksanakan pengolahan yurispru-
416
densi dengan komputerisasi, bekerjasama dengan lembaga-lemba-
ga peradilan lainnya.
Sementara itu dalam rangka pembinaan para pejabat dan
calon pejabat peradilan telah dilaksanakan perbaikan-perbaik-
an baik dalam hal teknis administratif, maupun dalam hal in-
tegritas moral dan sikap mental mereka.
Sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, telah
disahkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Badan Per-
adilan Umum, Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahka-
mah Agung dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Per-
adilan Tata Usaha Negara. Sehubungan dengan telah diundang-
kannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Ta-
ta Usaha Negara maka dalam rangka menyongsong pembentukan
Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara telah dilaksanakan penataran tenaga personil 55 orang
hakim dan 86 orang Panitera/Panitera Pengganti, serta pena-
taran kepada aparatur Pemerintah Daerah.
4. Pembinaan PemasyarakatanUsaha pembinaan narapidana dan anak didik dalam sistem
pemasyarakatan mencakup kegiatan-kegiatan pembinaan kerohani-
an, pendidikan umum, pembinaan keterampilan, bimbingan so-
sial, perawatan dan pelayanan kesehatan serta rekreasi/olah-
raga, dengan memperhatikan segi-segi ketertiban dan keamanan
lingkungan setempat. Usaha tersebut bertujuan menciptakan
suasana reintegrasi bagi narapidana dan anak didik ke dalam
masyarakat, agar setelah selesai menjalani hukumannya mereka
dapat kembali menjadi warganegara yang produktif serta taat
dan menghormati hukum dan norma-norma pergaulan hidup dalam
masyarakat.
417
Sehubungan dengan itu telah makin dikembangkan bimbingan
kerja sama melalui "unit produksi" untuk usaha-usaha kerajin-
an, perbengkelan dan pertanian. Dalam lembaga-lembaga pema-
syarakatan tertentu telah dikembangkan pula berbagai jenis
bengkel kerja. Dalam pembinaan keterampilan ini telah diman-
tapkan kerja sama antara Departemen Kehakiman dan Departemen
Sosial dan Departemen Tenaga Kerja dalam bentuk pemberian ke-
giatan latihan kerja bagi narapidana dan anak didik serta re-
habilitasi dan resosialisasi narapidana dan anak didik. Telah
dilaksanakan pula kerja sama dengan Departemen Perindustrian,
khususnya untuk latihan kerja industrial dan pemasaran hasil
produksi narapidana. Kerja sama dengan Departemen Kesehatan
dalam upaya pembinaan kesehatan masyarakat dalam Rumah Tahan-
an dan Lembaga Pemasyarakatan telah pula dilaksanakan. Di
samping itu telah dilaksanakan pula beberapa kerja sama lain-
nya dengan pihak Swasta.
Sementara itu dalam Rumah Tahanan Negara telah diting-
katkan upaya pemberian penyuluhan mental-spiritual dan bim-
bingan keterampilan bagi para tahanan agar supaya waktu mere-
ka selama berlangsungnya proses peradilan tidak terbuang tan-
pa adanya kegiatan yang berarti.
Dalam rangka pembinaan, bimbingan kemasyarakatan dan
pengentasan anak, khususnya bagi mereka yang berada di dalam
Lembaga Pemasyarakatan dan atau Lembaga Pemasyarakatan Anak
Negara, telah dilaksanakan pendidikan di sekolah, pembinaan
kehidupan beragama, pembinaan kepramukaan, dan berbagai ke-
giatan latihan keterampilan. Kegiatan ini pada akhir Repe-
lita IV telah dilaksanakan dalam 16 Lembaga Pemasyarakatan
Anak Negara dan Lembaga Pemasyarakatan Pemuda.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan jumlah dan peningkatan
kualitas tenaga pemasyarakatan telah dilaksanakan berbagai
418
penataran di bidang pemasyarakatan dan telah ditempatkan te-
naga perbantuan sebanyak 200 orang purnawirawan Angkatan Ber-
senjata Republik Indonesia pada Lembaga Pemasyarakatan dan
Rumah Tahanan Negara.
Dengan telah diundangkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana maka telah dilaksanakan pena-
taan kembali Lembaga Pemasyarakatan (LP) dan Rumah Tahanan
Negara (RUTAN). Dari 362 buah Lembaga Pemasyarakatan yang
ada, telah diteliti mana yang akan tetap merupakan Lembaga
Pemasyarakatan dan mana yang akan dialihkan menjadi Rumah Ta-
hanan Negara. Dan sejak tahun 1984/85 penyesuaian fasilitas
telah dilaksanakan secara bertahap di sejumlah Lembaga Pema-
syarakatan dan Rumah Tahanan Negara.
Sebagai penunjang pembinaan pemasyarakatan dalam Repeli-
ta IV telah dan sedang dilaksanakan pembangunan dan atau pem-
bangunan kembali 5 Lembaga Pemasyarakatan yaitu di Sibolga,
Kendari, Pasir Pangaraiyan, Muara Bungo dan Semarang; rehabi-
litasi dan atau perluasan dan atau penyempurnaan 140 buah
Lembaga Pemasyarakatan; pembangunan 8 Rumah Tahanan Negara,
yaitu di Sidikalang, Kuala Simpang, Parigi, Balikpapan, Putu-
sibau, Ujung Pandang, Muara Bulian dan Batam; serta rehabili-
tasi dan atau penyempurnaan 150 Rumah Tahanan Negara.
Dalam Repelita IV telah dibangun 2 buah gedung Balai
Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak di Jambi dan
Palu, serta direhabilitasi 4 buah gedung lainnya. Di samping
itu telah difungsikan pula 12 buah Balai Bimbingan Kemasya-
rakatan dan Pengentasan Anak (BISPA) di beberapa propinsi.
5. Pelayanan Jasa Hukum dan Keimigrasian
Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa hukum telah
419
diselesaikan penyusunan administrasi dan dokumentasi kewar-
ganegaraan, pewarganegaraan, badan hukum, dan pendaftaran
merek, grasi dan surat bukti kewarganegaraan Republik Indone-
sia. Telah pula dihimpun naskah peraturan tentang Merek dan
Paten dari beberapa negara, naskah buku Himpunan Keputusan
Pengesahan Perseroan Terbatas Tahun 1982 dan Naskah Buku Him-
punan Keputusan Perubahan Nama Keluarga.
Dengan dimasukkannya berbagai karya baru mengenai cipta-
an yang dilindungi dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 ten-
tang Hak Cipta, maka ruang lingkup Undang-undang tentang Hak
Cipta mengalami perluasan. Setelah berlakunya Undang-undang
Nomor 7 tahun 1987 permohonan pendaftaran ciptaan yang masuk
tercatat meningkat dengan cepat. Demikian pula permohonan
pengesahan Badan Hukum dan permohonan pendaftaran merek dan
paten dalam kurun waktu Repelita IV.
Pelayanan jasa hukum di bidang keimigrasian kepada ma-
syarakat, baik kepada orang asing maupun warganegara RI, telah
dilaksanakan dengan memberikan kemudahan-kemudahan tanpa
mengabaikan segi pengawasan dalam rangka keamanan nasional.
Pengembangan pemberian kemudahan tersebut antara lain telah
diwujudkan dalam pelayanan visa izin masuk bagi wisatawan
asing dan usahawan asing; izin berangkat dan izin kembali ba-
gi orang asing; izin berangkat bagi warganegara RI; serta da-
lam pelayanan lalu lintas orang, baik yang melalui bandar
udara, pelabuhan laut maupun yang melalui pos-pos perbatasan.
Sementara itu untuk kelancaran pelayanan dan pengawasan
telah dilaksanakan upaya pembenahan dan penataan administra-
si keimigrasian dan disusun suatu sistem kearsipan baru yang
akan diberlakukan untuk segenap unit Imigrasi.
420
Sebagai penunjang tugas pelayanan keimigrasian telah di-
laksanakan pengadaan sarana dan prasarana berupa gedung-ge-
dung kantor Imigrasi, Pos Imigrasi dan pemasangan komputer di
beberapa bandar udara dan pelabuhan laut serta pemasangan
peralatan komunikasi di tempat-tempat yang sangat memerlukan.
6. Pendidikan dan atau Latihan Tenaga Hukum
Dalam Repelita IV telah diadakan berbagai pendidikan dan
latihan baik bagi tenaga teknis hukum maupun tenaga adminis-
trasi. Kegiatan tersebut antara lain meliputi: Latihan bagi
Calon Hakim, Hakim, Ketua/Wakil Ketua Pengadilan, Hakim Tata
Usaha Negara, Tenaga Teknis Peradilan non Hakim, Keimigrasi-
an, Pemasyarakatan dan Penjenjangan; yang seluruhnya meliputi
sebanyak 15.065 orang di lingkungan Departemen Kehakiman;
pendidikan pembentukan Jaksa, pendidikan kecabangan dan pena-
taran di lingkungan Kejaksaan yang seluruhnya meliputi 1.802
orang.
Dengan semakin meningkatnya lalu lintas hukum antar ne-
gara maka masalah Hak Milik Intelektual sudah menjadi masalah
nasional. Sehubungan dengan hal tersebut telah dirintis upaya
untuk memasyarakatkannya melalui pendidikan dan penyuluhan,
terutama kepada aparat penegak hukum (Polisi, Jaksa dan Ha-
kim).
Sejalan dengan itu untuk menunjang pelaksanaan pendidik-
an dan latihan telah pula ditingkatkan prasarana dan sarana
pendidikan dan latihan antara lain telah selesai dibangun dan
difungsikan gedung Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai De-
partemen Kehakiman di Cinere.
421
7. Penyuluhan Hukum dan Bantuan Hukum
Kegiatan penyuluhan hukum telah dilaksanakan melalui
berbagai pola, antara lain secara langsung melalui temu wica-
ra, ceramah, pentas panggung dan pameran, dan secara tidak
langsung melalui siaran RRI/TVRI, radio swasta, penyebaran
media bacaan berupa brosur, leaflet dan poster.
Di samping kegiatan tersebut, selama Repelita IV telah
pula dilakukan penataran dan diberikan bimbingan teknis bagi
tenaga penyuluh hukum baik di Pusat maupun di Daerah. Selain
itu, telah pula dilaksanakan penyuluhan hukum secara terpadu
melalui kegiatan Hakim Masuk Desa, yang dilakukan di daerah
yang mempunyai Tempat Sidang Tetap. Penyuluhan tersebut men-
cakup 300 Tempat Sidang Tetap yang meliputi 2.678 desa. Di
samping itu telah dilaksanakan pula kegiatan Jaksa Masuk Desa
di 14.194 desa dan Jaksa Masuk Laut di 7 Propinsi.
Pelaksanaan pemberian bantuan hukum dilakukan melalui
Pengadilan Negeri di 26 Propinsi baik untuk kasus-kasus pida-
na maupun perdata dan konsultasi hukum dilaksanakan melalui
Biro Bantuan Hukum Fakultas Hukum Negeri berdasarkan perjan-
jian kerja sama. Dalam Repelita IV pemberian bantuan hukum
melalui Pengadilan Negeri telah menyelesaikan sebanyak 2.920
perkara pidana dan perdata. Sedangkan melalui pemberian kon-
sultasi hukum yang diserahkan kepada Biro Bantuan Hukum Fa-
kultas Hukum Universitas telah diselesaikan sejumlah 28.300
kasus berbagai masalah hukum.
Di samping berbagai kemajuan dan keberhasilan, baik
kuantitatif maupun kualitatif, di bidang pembangunan hukum
dalam Repelita IV, masih ada berbagai masalah yang memerlukan
penyelesaian dalam Repelita V.
422
Dalam rangka pembinaan hukum nasional, masih terdapat
sejumlah rancangan peraturan perundang-undangan yang masih
harus diselesaikan. Sehubungan dengan ini maka kegiatan le-
gislatif nasional perlu lebih dimantapkan koordinasinya.
Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang No.5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara diperlukan persiapan sa-
rana dan prasarana pendukung yang memadai. Undang-undang ter-
sebut sudah harus mulai diterapkan dalam waktu selambat-lam-
batnya 5 tahun setelah diundangkan.
Demikian pula, untuk pelaksanaan Undang-undang No.8 Ta-
hun 1981 tentang Hukum Acara Pidana diperlukan penyesuaian
dan atau penyediaan bertahap dari prasarana dan sarana Lemba-
ga Pemasyarakatan (LP), Rumah Tahanan Negara (RUTAN) dan Ru-
mah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN) agar dapat le-
bih berfungsi secara memadai.
Dalam pada itu, sistem dan metoda pendidikan dan latihan
bagi berbagai tenaga hukum masih harus ditingkatkan agar sya-
rat-syarat kemampuan teknis dapat dilengkapi dengan kemampuan
kepemimpinan.
Sementara itu pola-pola penyuluhan dan penerangan hukum
masih perlu dimantapkan, baik materi dah cara penyajiannya
maupun kejelasan dan ketepatan kelompok-kelompok sasarannya.
Demikian pula pemberian bantuan dan konsultasi hukum ba-
gi pencari keadilan dari golongan masyarakat yang kurang mam-
pu perlu diupayakan agar menjadi lebih tepatguna dan hasil
guna berdasarkan suatu pola yang lebih sederhana.
Berbagai masalah tersebut di atas akan dituntaskan pe-
nanganannya melalui langkah kebijaksanaan dan program pem-
bangunan di bidang hukum dalam Repelita V.
423
I I I . KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH
Pembangunan hukum dalam Repelita V sebagaimana digaris-
kan dalam GBI-W diarahkan untuk meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat, menjamin penegakan, pelayanan dan kepastian hu-
kum, serta mewujudkan tata hukum nasional yang mengabdi pada
kepentingan nasional.
Kerangka landasan hukum serta asas-asas tata hukum na-
sional Indonesia yang berjiwakan Pancasila dan berdasarkan
Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diletakkan dalam, Repe-
lita IV akan lebih dimantapkan lagi dalam masa Repelita V.
Pembangunan hukum ditujukan untuk memantapkan dan mengamankan
pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya. Di samping itu
juga menciptakan kondisi yang lebih mantap sehingga setiap
anggota masyarakat dapat menikmati iklim kepastian dan keter-
tiban hukum. Pembangunan hukum bertujuan pula untuk memberi
dukungan dan pengarahan kepada upaya pembangunan untuk menca-
pai kemakmuran yang adil dan merata, serta penumbuhan dan
perkembangan disiplin nasional dan rasa tanggung jawab sosial
dari seluruh anggota masyarakat. Hukum harus benar-benar men-
jadi pengayom masyarakat, memberi rasa aman dan tenteram, dan
dengan demikian membantu menciptakan lingkungan dan iklim
yang dapat mendorong prakarsa dan partisipasi masyarakat da-
lam pembangunan. Hukum harus pula dapat membantu tercapainya
stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Bertitik tolak dari pemikiran tersebut dan mengingat
keadaan dan masalah yang terdapat menjelang akhir Repelita IV
sebagaimana dipaparkan di atas maka dalam Repelita V dilaksa-
nakan serangkaian kebijaksanaan dan langkah-langkah yang me-
liputi: pembaharuan hukum; peningkatan kesadaran hukum masya-
rakat; penegakan hukum; pembinaan peradilan; pemasyarakatan;
424
pelayanan jasa hukum; pendidikan dan latihan tenaga teknis
hukum; serta penataan administrasi dan pengawasan.
1. Pembaharuan Hukum
Pembaharuan hukum perlu lebih ditingkatkan secara ter-
arah dan terpadu. Untuk itu antara lain perlu diselesaikan
penyusunan kodifikasi dan unifikasi bidang-bidang hukum ter-
tentu serta penyusunan perundang-undangan baru. Kedua tindak-
an itu sangat dibutuhkan untuk dapat mendukung pembangunan di
berbagai bidang sesuai dengan tuntutan pembangunan dan ting-
kat kesadaran hukum serta sesuai dengan dinamika yang berkem-
bang dalam masyarakat.
Langkah-langkah akan diambil untuk mewujudkan tata hukum
nasional melalui penyusunan rencana kegiatan Legislatif Na-
sional di bidang hukum pokok dan di berbagai bidang hukum
sektoral. Upaya tersebut mencakup terciptanya berbagai pe-
rangkat peraturan perundang-undangan yang bertujuan: lebih
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan sosial, men-
ciptakan pemerintahan yang lebih bersih dan berwibawa, lebih
menjamin hak-hak dan kewajiban warga negara dan lebih meman-
tapkan pelaksanaan Wawasan Nusantara.
D i samping itu akan ditempuh berbagai langkah pembaharu-
an dan penyusunan perundang-undangan baru yang sangat dibu-
tuhkan untuk dapat mendukung pembangunan di berbagai bidang.
Pembaharuan dan penyempurnaan perundang-undangan baru terse-
but antara lain meliputi perundang-undangan tentang paten,
alih teknologi, perumahan dan pemukiman, kesehatan, tata guna
tanah, tata ruang, industri kecil dan koperasi.
Untuk menunjang segala usaha pembangunan hukum tersebut
di atas akan lebih diintensifkan kerja sama antara berbagai
425
aparatur negara baik di Pusat maupun di Daerah dan kalangan
universitas, lembaga-lembaga pengkajian dan peneliti hukum
dan kalangan profesi hukum.
Peranan dokumentasi hukum perlu pula dibina dan dikem-
bangkan melalui pendidikan dan latihan yang berkelanjutan,
dan melalui pengembangan sistem jaringan dokumentasi dan in-
formasi hukum (SJDI) yang dapat menjangkau tingkat Pusat dan
Daerah. Untuk itu diperlukan dukungan landasan hukum mengenai
pembentukan jaringannya, dan dukungan komputerisasi. Di sam-
ping itu pengembangan keterampilan tenaga perancang perun-
dang-undangan perlu pula ditingkatkan.
Sementara itu akan ditingkatkan pula penyusunan dan in-
ventarisasi putusan pengadilan (yurisprudensi) sebagai sumber
pembentukan hukum melalui peradilan. Perlu pula ditingkatkan
komputerisasi yurisprudensi Indonesia agar supaya baik hakim,
dalam proses pengambilan keputusan, maupun masyarakat dapat
lebih cepat dan lebih mudah mengetahui putusan perkara dan
hukum yang berlaku. Dengan demikian diharapkan kepastian hu-
kum dan unifikasi hukum akan juga terselenggara melalui ba-
dan-badan peradilan.
2. Peningkatan Kesadaran Hukum
Kesadaran hukum masyarakat yang cukup tinggi diupayakan
melalui penyuluhan hukum, penerangan hukum serta keteladanan
dan kepeloporan aparat penegak hukum dalam hal kepatuhan ke-
pada hukum.
Kesadaran hukum yang ada pada masyarakat perlu terus di-
perluas pengertiannya dan ditingkatkan kualitasnya, sehingga
masyarakat dapat memberi dukungan optimal bagi upaya penegak-
an hukum. Kesadaran hukum masyarakat yang cukup tinggi, beru-
426
pa kepatuhan dan ketaatan pada nilai-nilai hukum, akan meru-
pakan sumbangan berharga bagi tumbuhnya kepatuhan dan ketaat-
an pada nilai-nilai nasional, termasuk disiplin nasional.
Sehubungan dengan itu, perlu diciptakan suatu pola pe-
nyuluhan hukum yang mantap dengan menyempurnakan metode dan
ketatalaksanaannya dan memperluas sasaran dan bahan pokok pe-
nyuluhan hukum yang dilakukan. Dalam hubungan ini akan dikem-
bangkan pemantapan suatu pola penyuluhan hukum secara terpadu.
Guna meningkatkan, memperdalam dan memperluas pemberian
bantuan hukum dan konsultasi hukum perlu ditempuh usaha me-
nyederhanakan ketatalaksanaan pemberian bantuan hukum dan
konsultasi hukum. Penyederhanaan ketatalaksanaan dimaksud
perlu dituangkan dalam satu pola tentang pemberian bantuan
hukum dan konsultasi hukum yang lebih mantap, terutama menge-
nai tata cara pemberian bantuan hukum dan konsultasi hukum
yang meliputi administrasi, perolehan bukti kurang mampu, pe-
nunjukan para penasihat hukum, dan pelaporan kegiatan yang
telah dilakukan.
3. Penegakan Hukum
Dalam rangka meningkatkan penegakan hukum perlu terus
dimantapkan kedudukan dan peranan badan-badan penegak hukum
sesuai dengan tugas dan wewenangnya masing-masing. Usaha pe-
mantapan tersebut dilakukan melalui pembinaan, peningkatan
dan penyempurnaan aparatur penegak hukum agar dalam melaksa-
nakan fungsi dan wewenangnya mampu menjadi alat yang efisien,
efektif, bersih dan berwibawa. Upaya-upaya dan kegiatan perlu
disertai dengan peningkatan pemantapan hubungan kerja sama
dan koordinasi antara sesama aparat penegak hukum (khususnya
427
antara Mahkamah Agung, Kehakiman/Peradilan, Kejaksaan, dan
Kepolisian). Dalam hubungan itu perlu sekali adanya pemantap-
an persamaan dalam persepsi tentang keadilan dan kebenaran.
Penegakan hukum di bidang keimigrasian akan dilanjutkan.
Untuk itu akan lebih ditingkatkan usaha pengembangan dan pen-
dayagunaan komputer serta sarana lainnya. Selain itu akan di-
lakukan pula langkah-langkah pemantapan organisasi dan tata
kerja untuk meningkatkan pelaksanaan tugas unit-unit organi-
sasi Imigrasi di Pusat dan di Daerah, serta langkah-langkah
untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, sikap, perilaku
dan keteladanan petugas Imigrasi. Sejalan dengan itu akan le-
bih ditingkatkan keterampilan petugas intelijen dan imigrasi
dan dimantapkan sistem dan prosedur pengawasan, pengamanan,
dan penindakan keimigrasian.
Untuk menunjang usaha penegakan hukum perlu lebih di-
tingkatkan pengadaan berbagai prasarana dan sarana penegakan
hukum serta akan lebih ditingkatkan pendayagunaannya.
4. Pembinaan Peradilan
Dalam rangka mewujudkan pemerataan memperoleh keadilan
dan perlindungan hukum perlu terus diusahakan agar proses
peradilan menjadi lebih sederhana, cepat dan tepat dengan
biaya yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Langkah-
langkah akan ditempuh agar badan-badan pengadilan makin mampu
menjalankan kekuasaan kehakiman yang bebas, terlepas dari pe-
ngaruh kekuasaan luar. Dengan kebebasan yang demikian itu pa-
ra hakim akan dapat memberikan putusan berdasarkan hukum yang
berlaku dan lebih mendasarkan keputusannya pada keyakinan dan
rasa keadilannya.
428
Penyempurnaan administrasi peradilan akan terus diting-
katkan untuk mempercepat proses penyelesaian perkara. Selan-
jutnya untuk lebih mendekatkan badan peradilan dengan para
pencari keadilan akan ditempuh upaya untuk lebih memfungsikan
dan mendayagunakan Tempat-tempat Sidang Tetap yang sudah ada
agar penyelesaian perkara dapat diselesaikan di tempat. Se-
lanjutnya akan dilanjutkan berbagai penataran hakim dengan
tujuan agar para hakim dapat lebih memahami rasa keadilan ma-
syarakat dan dapat memperoleh pandangan yang luas dalam mema-
hami kebijaksanaan pembangunan nasional. Di samping itu akan
ditingkatkan langkah-langkah pembinaan mental dan keterampil-
an para hakim, khususnya para calon hakim serta tenaga teknis
hukum lainnya.
Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang tentang Per-
adilan Tata Usaha Negara akan diusahakan pembentukan Badan
peradilan Tata Usaha Negara, sebagai badan peradilan yang da-
pat menyelesaikan perkara yang berhubungan dengan pelanggaran
yang dilakukan oleh pejabat dan petugas aparatur negara. De-
ngan demikian akan dapat lebih dijamin adanya ketertiban, ke-
tenteraman dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan pemerin-
tahan yang bersih dan berwibawa.
Dalam pelaksanaan sistem peradilan, pembinaan terhadap
penasihat hukum dan pengacara perlu semakin ditingkatkan
agar penasihat hukum dan pengacara benar-benar merupakan pro-
fesi yang tangguh, mandiri dan berdisiplin. Dengan demikian
diharapkan agar penasihat hukum dan pengacara tersebut dapat
meningkatkan peranannya sesuai dengan fungsinya.
Untuk menunjang usaha pembinaan peradilan akan tetap di-
lanjutkan berbagai usaha penyediaan prasarana dan sarana per-
adilan, serta ditingkatkan pendayagunaannya.
429
5. Pembinaan Pemasyarakatan
Dalam rangka pemulihan kesatuan hubungan (re-integrasi)
para bekas narapidana dan anak didik dengan masyarakat akan
lebih ditingkatkan pembinaan mental-spiritual, sosial-kema-
syarakatan, pengetahuan dan keterampilan para narapidana dan
anak didik melalui kegiatan pendidikan dan latihan, baik di
dalam maupun di luar Lembaga Pemasyarakatan. Di samping itu
akan lebih ditingkatkan dan diperluas pula penerangan dan pe-
nyuluhan kepada masyarakat agar bersedia menerima dan memban-
tu bekas narapidana dan anak didik supaya dapat kembali hidup
di lingkungan masyarakat secara wajar.
Untuk mewujudkan fungsi Lembaga Pemasyarakatan sebagai
Lembaga Pendidikan dan Pembangunan akan dilanjutkan, diting-
katkan dan diperluas kerjasama antara Departemen Kehakiman
dengan berbagai instansi Pemerintah dan Swasta. Agar program-
program tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan yang
diharapkan akan lebih ditingkatkan pengadaan sarana pembinaan
yang diperlukan.
Sementara itu agar pelaksanaan sistem pemasyarakatan le-
bih mantap, maka dalam Repelita V akan dilakukan pemantapan
organisasi pemasyarakatan berupa penataan kembali organisasi
dan tata kerja Lembaga Pemasyarakatan serta Rumah Tahanan Ne-
gara dan Balai BISPA. Di samping itu akan dilanjutkan pula
rintisan pembentukan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara
(RUPBASAN).
Dalam pada itu akan diambil langkah-langkah untuk me-
ningkatkan pengamanan Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Tahanan
Negara dan Cabang Rumah Tahanan Negara, antara lain dengan
meningkatkan jumlah tenaga pengaman serta kemampuannya.
430
6. Pelayanan Jasa Hukum dan Keimigrasian
Pelayanan jasa hukum perlu ditingkatkan dengan jalan me-
mantapkan organisasi, menyederhanakan prosedur pemberian per-
izinan, pengesahan badan hukum, pendaftaran merek, paten, hak
cipta dan lain-lain kebutuhan hukum serta meningkatkan koor-
dinasi dan pengawasan. Di samping itu juga perlu diperhatikan
aspek kualitatif yang meliputi penyempurnaan peraturan perun-
dang-undangan yang menjadi landasan operasional pelayanan ja-
sa hukum dan imigrasi.
Dalam melaksanakan pelayanan jasa hukum aparat keimigra-
sian diarahkan agar bersikap tanggap terhadap perkembangan
lalu lintas orang dari dan ke. luar negeri, terutama karena
pertambahan wisatawan asing yang amat tajam yang sedang dan
akan terjadi, yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, per-
kembangan sosial dan kesejahteraan masyarakat.
Sehubungan dengan hal itu akan dilanjutkan upaya pembi-
naan petugas imigrasi sebagai aparat pelayanan masyarakat.
Di samping itu koordinasi antara Imigrasi dengan instansi
yang terkait, terutama yang membidangi kepariwisataan, kete-
nagakerjaan, dan perhubungan, akan lebih ditingkatkan.
Dalam Repelita V, akan dilanjutkan penyederhanaan sis-
tem dan prosedur pelayanan keimigrasian. Di samping itu akan
terus dilakukan dan ditingkatkan penertiban dan pembenahan
administrasi keimigrasian sejalan dengan penyempurnaan dan
atau pembaharuan peraturan perundang-undangan tentang keimi-
grasian.
7. Pendidikan dan Latihan Tenaga Hukum
Dalam rangka mengusahakan agar para pembina, penegak dan
pelaksana hukum dapat bekerja secara lebih berdaya guna dan
431
berhasil guna dalam melaksanakan tugas di bidangnya masing-
masing, dalam Repelita V pendidikan dan latihan tenaga hukum
akan lebih disempurnakan. Penyempurnaan yang dilaksanakan ju-
ga dimaksudkan untuk membina sikap para pembina, penegak dan
pelaksana hukum agar mereka menjadi lebih peka terhadap per-
kembangan kesadaran hukum dan rasa keadilan masyarakat. De-
ngan penyempurnaan tersebut diharapkan para pembina, penegak
dan pelaksana hukum akan dapat terbina dalam sikap dan peri-
laku sehingga mereka akan mampu meningkatkan citra dan wibawa
hukum secara keseluruhan.
Dalam rangka pendidikan dan latihan hukum ini akan lebih
dimantapkan pula sistem dan metode pendidikan dan latihan
yang terus berlanjut dan berkesinambungan secara lebih ter-
arah dan menyeluruh, agar supaya setiap tugas dan kegiatan
pembinaan hukum akan dapat dilaksanakan secara terampil,
tanggap dan dengan penuh wibawa serta sejauh mungkin dapat
memantapkan pengembangan karier para pembina, penegak dan pe-
laksana hukum.
Untuk lebih menyempurnakan pendidikan dan latihan akan
dikembangkan pula jumlah dan mutu tenaga pengajar sesuai de-
ngan kebutuhan pendidikan dan latihan yang telah diuraikan di
atas.
8. Penataan Administrasi dan Pengawasan
Dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja para pem-
bina, penegak dan pelaksana hukum, penataan dan penertiban di
bidang administrasi perkantoran akan terus dimantapkan mela-
lui penyempurnaan, pembinaan dan pengendalian administrasi,
penataan dan penertiban administrasi perencanaan, kepegawai-
an, keuangan dan perlengkapan. Penataan dan penertiban di bi-
432
dang ketatalaksanaan akan terus dimantapkan melalui penyem-
purnaan prosedur kerja berdasarkan azas-azas kebersamaan, ke-
terbukaan, keakraban dan keterpaduan.
Dalam rangka penataan administrasi dan pengawasan ini,
pengawasan yang dilaksanakan mencakup pengendalian, penilaian
dan pengambilan tindakan penertiban yang sifatnya represif
dan preventif. Pengawasan yang dilaksanakan diarahkan untuk
meningkatkan penghayatan terhadap pengawasan melekat dan pen-
capaian sasaran pengawasan fungsional.
IV. PROGRAM-PROGRAM
Dengan memperhatikan hasil-hasil yang telah dicapai se-
lama Repelita IV, serta mengingat berbagai masalah dan kebu-
tuhan dalam tahap-tahap pembangunan yang akan datang, maka
kebijaksanaan dan langkah-langkah pembangunan sebagaimana di-
uraikan di atas dituangkan dalam program-program Repelita V,
sebagai di bawah ini.
1. Program Pembinaan Hukum Nasional
Program Pembinaan Hukum Nasional meliputi kelompok ke-
giatan pembaharuan hukum dan peningkatan kesadaran hukum.
a. Pembaharuan Hukum
Kelompok kegiatan ini meliputi perancangan peraturan
perundang-undangan yang ditunjang oleh kegiatan penelitian
dan pengkajian hukum serta dokumentasi hukum. Dalam kaitan
ini diperlukan langkah-langkah untuk memantapkan penyusunan
rencana kegiatan Legislatif Nasional. Kegiatan tersebut dila-
kukan secara berkesinambungan melalui mekanisme koordinasi
yang lebih mantap berdasarkan penajaman penetapan prioritas,
433
agar pembaharuan hukum sebagai salah satu prioritas untuk me-
wujudkan tata hukum nasional dapat lebih terarah dan terpadu.Di berbagai bidang hukum pokok perhatian utama adalah
untuk menyelesaikan Rancangan Undang-undang Hukum Pidana, Hu-
kum Perdata, Hukum Dagang, Hukum Perdata Internasional, Hukum
Acara Perdata. Di samping itu akan dilanjutkan pula upaya pe-
nyusunan peraturan perundang-undangan mengenai hukum laut na-
sional, hukum udara dan angkasa serta hukum pertanahan serta
rancangan Undang-undang Ketentuan Umum Perundang-undangan
sebagai pengganti Algemene Bepalingen Van Wetgeving (AB).
Di bidang hukum sektoral perhatian utama adalah untuk
penyempurnaan dan pembaharuan dan atau penyusunan peraturan
perundang-undangan baru seperti keimigrasian, pemasyarakatan,
paten, alih teknologi, perumahan dan pemukiman, tata guna
tanah dan industri kecil. Di samping itu dilanjutkan pula pe-
nyusunan peraturan perundang-undangan yang meliputi adminis-
trasi pemerintahan, perairan nusantara, landas kontinen Indo-
nesia dan peraturan perundang-undangan sektoral yang diperlu-
kan bagi pembangunan. Dalam menunjang kegiatan penyusunan
peraturan perundang-undangan dilanjutkan pula kegiatan kerja
sama dengan kalangan perguruan tinggi, lembaga-lembaga ilmiah
lainnya, serta organisasi profesi lainnya yang terkait di
bidang hukum.
Penelitian dan pengembangan hukum yang ditujukan untuk
menunjang perancangan perundang-undangan dan kegiatan pem-
bangunan di bidang hukum dilanjutkan. Kegiatan tersebut meli-
puti penelitian dan pengkajian mengenai masalah-masalah hukum
nasional dan masalah kemasyarakatan yang berinterrelasi dan
berinteraksi dengan hukum dan masalah-masalah hukum regional
434
ASEAN serta hukum internasional. Dalam rangka penelitian dan
pengembangan hukum dilaksanakan pembuatan karya ilmiah di bi-
dang hukum, inventarisasi dan penyusunan monografi hukum
adat, pertemuan ilmiah dan penyusunan naskah akademis menge-
nai penataran perundang-undangan. Selanjutnya untuk pengem-
bangan kegiatan penelitian hukum dilaksanakan pula pembinaan
tenaga-tenaga fungsional penelitian hukum melalui latihan dan
penataran.
Untuk menunjang kegiatan perencanaan hukum dan perun-
dang-undangan kegiatan dokumentasi hukum ditingkatkan. Ke-
giatan tersebut diarahkan untuk melengkapi jenis dan kualitas
bahan dokumentasi hokum, penataan dan pengolahan bahan, pe-
nyebarluasan bahan informasi hukum serta kecepatan pelayanan
jasa dokumentasi dan informasi hukum. Sejalan dengan itu ke-
terpaduan langkah antara instansi-instansi yang tergabung da-
lam Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi (SJDI) Hukum,
khususnya dalam pembinaan dan perwujudan penerapan pola baku
organisasi dan metode satuan-satuan kerja, pembinaan keteram-
pilan teknis tenaga, penyediaan sarana dan peralatan teknis
serta sistem pelayanan informasi hukum antar instansi, semua-
nya dimantapkan. Selanjutnya perlu diambil langkah-langkah
untuk mempercepat pembentukan percontohan SJDI Hukum di bebe-
rapa propinsi untuk mewujudkan pendayagunaan bahan dokumenta-
si hukum yang terdapat dan dihasilkan oleh Pemerintah Daerah.
Di samping itu juga dilaksanakan publikasi hukum untuk dise-
barluaskan ke seluruh instansi pemerintah di Pusat dan Daerah
atau masyarakat yang membutuhkannya. Guna menjamin percepatan
penemuan kembali bahan hukum, akan lebih dimantapkan pemben-
tukan komputerisasi bahan hukum untuk mengolah dan menyajikan
informasi hukum yang lengkap, komparatif dan terpadu.
435
b. Peningkatan Kesadaran Hukum
Tujuan penyuluhan hukum adalah untuk mewujudkan kadar
kesadaran hukum yang tinggi dalam masyarakat sehingga setiap
anggota masyarakat menyadari dan menghayati. hak dan kewajib-
annya sebagai warga negara serta membentuk perilaku setiap
warga negara Indonesia yang taat pada hukum. Penyuluhan hukum
akan dilaksanakan melalui:
(1) Berbagai pola penyuluhan hukum yang ada (antara lain
Jaksa Masuk Desa, Hakim Masuk Desa) akan dilaksanakan
secara lebih terpadu. Kegiatan Jaksa Masuk Laut akan di-
lanjutkan pula dengan tujuan untuk meningkatkan mutu dan kemampuan penegak hukum yang bertugas di laut seperti
perwira Angkatan Laut, petugas-petugas Patroli Bea dan
Cukai serta Polisi Perairan.
(2) Kegiatan penyuluhan hukum dan penerangan hukum mengenai
peraturan perundang-undangan nasional dan norma-norma
hukum yang tidak tertulis yang ditujukan kepada seluruh
lapisan masyarakat, baik secara langsung (ceramah, simu-
lasi, temu wicara, pentas panggung, pameran dan lain-
lain) maupun secara tidak langsung (siaran melalui radio,
dan televisi, penyebaran media bacaan dan lain-lain).
Dalam usaha mewujudkan pemerataan kesempatan untuk mem-
peroleh keadilan dan perlindungan hukum akan dilanjutkan pe-
nyelenggaraan pemberian bantuan hukum dan konsultasi hokum
bagi golongan masyarakat yang kurang mampu sejak dari awal
proses terjadinya perkara melalui dua saluran yaitu:
(1) Penyelenggaraan pemberian bantuan hukum yang diserahkan
kepada Pengadilan Negeri.
436
(2) Penyelenggaraan pemberian konsultasi hukum yang diserah-
kan kepada Biro Bantuan Hukum Fakultas Hukum Universitas
Negeri dan Swasta berdasarkan suatu perjanjian kerja
sama.
2. Program Pembinaan Peradilan dan Penegakan Hukum
a. Penegakan Hukum
Penegakan hukum pada dasarnya bertujuan untuk mengaman-
kan hasil-hasil pembangunan serta meningkatkan ketertiban dan
kepastian hukum dalam masyarakat yang berkeadilan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sehingga rakyat merasa
diayomi dan dilindungi hak-haknya.
Dalam kaitan ini akan tetap dilaksanakan pemantapan dan
peningkatan kerja sama antar sesama aparat penegak hukum khu-
susnya hubungan kerja sama antara Kejaksaan, Polisi dan
Pengadilan serta Lembaga Pemasyarakatan dan BISPA (Balai Bim-
bingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak), serta Pengacara/
Penasehat Hukum sehingga tercipta persepsi yang sama mengenai
keadilan dalam penegakan hukum. Demikian pula akan ditingkat-
kan keterpaduan kerja sama intelijen dengan badan-badan lain
yang terkait baik di Pusat maupun di Daerah sebagai usaha
menggalang keamanan dan ketertiban masyarakat khususnya dalam
rangka penegakan hukum dan dalam menghadapi Pemilu 1992.
Untuk memberi dukungan terhadap tugas-tugas penegakan
hukum, terutama dalam bidang tindak pidana khusus, maka ke-
giatan operasi yustisi akan lebih ditingkatkan dengan pende-
katan yang tidak semata-mata juridis tetapi juga pendekatan
sosio politik dan sosio kultural. Upaya tersebut akan dilak-
sanakan secara lebih tegas, konsisten dan adil terhadap per-
buatan subversi, korupsi, penyelundupan dan pelanggaran wila-
yah perairan serta segala bentuk tindak pidana penyelewengan
437
lain yang merugikan keuangan negara dan yang menghambat pem-
bangunan nasional. Pemantapan kegiatan tersebut mencakup pula
peningkatan kepekaan, ketepatan, serta kecepatan bertindak
dalam menghadapi segala bentuk hambatan, rintangan dan ancaman
yang ada. Dalam hubungan ini akan ditingkatkan pula penyusun-
an statistik kriminal dan analisa kriminalitas baik mengenai
perkara tindak pidana umum maupun tindak pidana khusus.
Akan dilanjutkan pula berbagai tindakan penertiban dalam
rangka pengawasan atas orang asing, aliran kepercayaan dalam
masyarakat, barang cetakan, brosur, buku serta audio dan
audio-visual.
Dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja dan gairah
kerja serta menambah pengetahuan, pengalaman, dan meningkat-
kan penghayatan Wawasan Nusantara, dilakukan pemutasian para
Jaksa dalam arti peralihan bidang kerja dan wilayah kerja,
dengan tetap memperhatikan unsur-unsur kesinambungan, kaderi-
sasi dan regenerasi.
Dalam rangka mendekatkan jangkauan pelayanan hukum kepa-
da masyarakat serta memeratakan kesempatan memperoleh per-
adilan direncanakan pembukaan 21 kantor Kejaksaan Negeri dan
11 kantor Cabang Kejaksaan Negeri serta peningkatan pelayanan
146 kantor Kejaksaan Tinggi/Negeri dan rehabilitasi 156 ge-
dung Kejaksaan Tinggi/Negeri/Cabang Kejaksaan Negeri, di-
sertai penyediaan peralatan penunjang yang diperlukan.
Untuk dapat melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan
atas kedatangan dan keberangkatan penumpang di bandara-banda-
ra dan pelabuhan internasional secara lebih intensif akan di-
tingkatkan pendayagunaan peralatan komputer dan sarana lain
yang digunakan. Demikian pula pelaksanaan tugas di pos-pos
perbatasan akan ditingkatkan sebagai upaya pengawasan dan
438
pengamatan terhadap mereka yang melakukan lalu lintas di dae- rah perbatasan.
Sebagai tindak lanjut dalam pendataan orang asing maka
dilakukan serangkaian pelacakan, penyidikan dan penindakan di
lapangan untuk menanggulangi adanya imigran gelap dan mereka
yang melanggar perizinan keimigrasian.
Penyempurnaan organisasi keimigrasian dilakukan bersama-
an dengan pembinaan personil. Kegiatan terkoordinasi terus
diupayakan bersama aparatur keamanan dan penegak hukum dan
sekuriti lainnya.
Di samping itu dilaksanakan peningkatan dalam jumlah dan
mutu petugas intelijen Imigrasi dan petugas Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) Imigrasi. Penyusunan perkiraan keadaan
sebagai bahan pengkajian dini atas situasi yang berkembang
akan diupayakan dengan sebaik mungkin.
Penyempurnaan sistem dan prosedur pengawasan, pengamanan
dan penindakan keimigrasian dilakukan, terutama dalam kaitan-
nya dengan peraturan perundang-undangan keimigrasian mengenai
visa, izin tinggal dan kependudukan orang asing, pengawasan
orang asing, surat perjalanan RI, izin berangkat dan izin
kembali, pencegahan dan penangkalan, tempat pemeriksaan ke-
imigrasian, tindak pidana Imigrasi dan lain-lain.
Untuk menunjang usaha penegakan hukum di bidang keimi-
grasian dalam Repelita V direncanakan pembukaan 5 kantor
imigrasi (KANIM), 7 Asrama Karantina Imigrasi, serta 20 Pos
Imigrasi. Di samping itu akan dilakukan pula rehabilitasi dan
atau penyempurnaan 43 gedung KANIM, 10 Pos Imigrasi dan lan-
jutan peningkatan Tempat Penampungan Imigran Gelap di Sumba
Barat, serta pengadaan sejumlah peralatan komunikasi.
439
Untuk menunjang data-data keimigrasian, baik dalam ben-
tuk perangkat lunak maupun perangkat keras, akan dilaksanakan
pula peningkatan komputerisasi untuk menunjang pelaksanaan
tugas keimigrasian baik dalam aspek pengawasan dan pengamanan
maupun dalam aspek pelayanan.
b. Pembinaan Peradilan
Usaha pembenahan dan penataan administrasi pengadilan,
inventarisasi dan penerbitan himpunan putusan pengadilan akan
dilanjutkan dan lebih ditingkatkan. Di samping itu perlu di-
laksanakan pula inventarisasi kasus-kasus Hukum Adat yang di-
harapkan dapat merupakan salah satu sumber hukum. Selanjutnya
untuk keperluan penentuan kelas Badan Pengadilan kegiatan pe-
nyusunan statistik perkara baik pidana maupun perdata tetap
dilanjutkan.
Upaya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan te-
naga teknis dan administrasi peradilan terus dilaksanakan me-
lalui pendidikan dan latihan bagi para Calon Hakim, Hakim,
Ketua/Wakil Ketua Pengadilan, Panitera/Panitera Pengganti,
Jurusita, Sekretaris Pengadilan serta tenaga statistik dan
dokumentasi perkara.
Sebagai usaha untuk menjamin objektivitas putusan penga-
dilan dan pembinaan karier tetap diusahakan mutasi hakim dan
tenaga teknis lainnya berdasarkan pola yang berlaku.
Dalam pada itu untuk mewujudkan pelaksanaan peradilan
yang jujur, bersih dan adil ditingkatkan pengawasan terhadap
hakim, pengawasan dan peningkatan fungsi dan peranan penase-
hat hukum dan pengacara serta aparat hukum lainnya dalam
rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
440
Mahkamah Agung dan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang
Peradilan Umum.
Untuk menunjang usaha pembinaan peradilan akan dilanjut-
kan berbagai kegiatan, antara lain pembukaan 2 kantor Peng-
adilan Tinggi, 20 kantor Pengadilan Negeri, 6 kantor Peng-
adilan Tinggi Tata Usaha Negara, serta 14 kantor Pengadilan
Tata Usaha Negara. Selanjutnya akan dilaksanakan pula reha-
bilitasi dan perluasan 313 Pengadilan Tinggi dan Pengadilan
Negeri, disertai dengan pengadaan peralatan komunikasi untuk
memperlancar jalannya peradilan yang cepat dan tepat.
Dalam rangka mewujudkan pemerataan kesempatan memperoleh
keadilan, maka di samping upaya memfungsikan dan mendayaguna-
kan Tempat-tempat Sidang Tetap yang sudah ada, pembangunan
Tempat-tempat Sidang Tetap di tempat-tempat terpencil yang
dipandang perlu atau dirasakan sangat mendesak dilanjutkan.
c. Pemasyarakatan
Dalam rangka meningkatkan fungsi Lembaga Pemasyarakatan
sebagai lembaga pendidikan dan pembangunan lebih dimantapkan
kerja sama yang telah ada dengan Departemen-departemen Kese-
hatan, Sosial, Tenaga Kerja dan Perindustrian. Hal ini dila-
kukan untuk dapat lebih memantapkan pelayanan kesehatan, re-
habilitasi sosial dan resosialisasi, pemberian latihan kete-
rampilan industrial dan pemasaran hasil produksi kepada para
narapidana dan anak didik. Sejalan dengan itu dilanjutkan dan
dikukuhkan kerja sama dengan Departemen Agama untuk pembinaan
mental dan rohani, serta dengan Departemen Pendidikan dan Ke-
budayaan untuk pemberian pendidikan umum, pendidikan non for-
mal dan perpustakaan. Selanjutnya dirintis kerja sama dengan
441
Departemen Pertanian untuk pemberian keterampilan bertani dan
usaha tani.
Dalam pada itu dilakukan serangkaian upaya untuk menyem-
purnakan dan memperbaharui peraturan perundang-undangan ten-
tang Pemasyarakatan.
Langkah-langkah peningkatan keterampilan, kemampuan dan
disiplin tenaga teknis pemasyarakatan dilanjutkan pula melalui
berbagai pendidikan dan latihan.
Untuk menunjang tugas-tugas pemasyarakatan diusahakan
penyelesaian pembangunan 11 Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Ta-
hanan Negara; rehabilitasi 65 gedung Lembaga Pemasyarakatan,
98 Rumah Tahanan Negara, 45 Cabang Rumah Tahanan Negara, 13
Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BISPA);
perbaikan 3 Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara
dan pembukaan 2 kantor Lembaga Pemasyarakatan, 3 Rumah Ta-
hanan Negara, 3 Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentas-
an Anak di tempat-tempat yang sangat mendesak dan 5 Rumah Pe-
nyimpanan Benda Sitaan Negara.
Juga dilakukan pengadaan sarana pengamanan Lembaga Pema-
syarakatan/Rumah Tahanan Negara, sarana pembinaan narapidana
dan anak didik serta tahanan berupa alat-alat keterampilan
dan kendaraan operasional berupa Cell Wagon, peralatan kantor
dan peralatan lainnya.
d. Pelayanan Jasa Hukum
Tujuan pelayanan jasa hukum adalah meningkatkan kesejah-
teraan masyarakat yang berintikan keadilan dan kepastian hu-
kum. Dengan demikian pelayanan jasa hukum harus mampu berpe-
ran untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial,
442
peningkatan kesejahteraan masyarakat serta dapat memberi ke-
pastian hukum. Oleh karena itu pelayanan jasa hukum perlu di-
tingkatkan dengan memperhatikan penyempurnaan organisasi, pe-
nyederhanaan prosedur pemberian perizinan, pengesahan badan
hukum, pendaftaran merek, paten, hak cipta dan lain-lain ke-
butuhan hukum serta peningkatan koordinasi dan pengawasan. Di
samping itu juga diperhatikan adanya kebutuhan akan peninjau-
an, kembali peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan
operasional pelayanan sehingga diharapkan akan lebih menam-
pung aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat. Dengan demikian
faktor kecepatan dan faktor ketepatan materi pelayanan jasa
hukum akan lebih terjamin.
Untuk menunjang keberhasilan pelayanan jasa hukum diper-
lukan sarana dan prasarana yang memadai serta meningkatkan
pendayagunaannya. Pada akhirnya keberhasilan pelayanan jasa
hukum akan ditentukan oleh moral, sikap mental dan perilaku
yang terpuji dari para pembina hukum, para penegak hukum dan
para pelaksananya, di samping oleh kemampuan dan keterampil-
an mereka.
Dalam melaksanakan pelayanan hukum, aparat keimigrasian
diarahkan agar bersikap tanggap terhadap peningkatan lalu
lintas orang dari dan ke luar negeri, khususnya pertambahan
wisatawan asing.
Sehubungan dengan hal itu dilanjutkan upaya pembinaan
petugas imigrasi sebagai aparat pelayanan masyarakat, di sam-
ping perlu ditingkatkannya koordinasi antara imigrasi dengan
instansi yang terkait antara lain yang membidangi kepariwisa-
taan, ketenagakerjaan dan perhubungan.
Dalam Repelita V akan dilanjutkan penyederhanaan sistem
443
dan prosedur pelayanan keimigrasian. Di samping itu akan te-
rus dilakukan dan ditingkatkan penertiban dan pembenahan ad-
ministrasi keimigrasian sejalan dengan peraturan perundang-
undangan baru di bidang keimigrasian.
3. Program Pendidikan dan Latihan Tenaga Hukum
Program Pendidikan dan Latihan Tenaga Hukum bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan dan kewibawaan, sikap, perilaku
dan keteladanan para pembina, penegak dan pelaksana hukum se-
bagai pengayom masyarakat yang jujur, bersih, tegas dan adil,
sehingga mampu menegakkan hukum dan memberikan perlindungan
kepada warga masyarakat.
Sehubungan dengan itu, latihan dan pendidikan akan lebih
ditingkatkan, demikian pula sistem dan metodenya terus diman-
tapkan, agar supaya setiap tugas dan kegiatan pembinaan hukum
dapat dilaksanakan secara terampil (tangkas) dan peka (tang-
gap) dengan penuh wibawa (ketangguhan jiwa, sikap dan perila-
ku)
Dalam Repelita V, program pendidikan dan latihan tenaga
hukum akan meliputi pendidikan dan latihan di bidang kejen-
jangan yang terdiri dari SESPA, SEPADYA, SEPALA, SEPADA. Di
bidang teknis hukum pendidikan dan latihan meliputi adminis-
trasi pelayanan hukum, penyuluhan hukum, latihan hakim, la-
tihan Ketua/Wakil Ketua Pengadilan, latihan calon hakim, la-
tihan calon hakim Peradilan Tata Usaha Negara dan calon Pani-
tera Peradilan Tata Usaha Negara, latihan tenaga teknis per-
adilan lainnya seperti Panitera dan Jurusita, serta penataran
para pengacara dan penasihat hukum mengenai sengketa Tata
Usaha Negara, latihan tenaga statistik dan dokumentasi hukum,
pendidikan dasar pemasyarakatan, latihan pimpinan pemasyara-
444
katan, pendidikan dasar Imigrasi, latihan pimpinan keimigra-
sian, latihan peneliti hukum, latihan penyidik Pegawai Negeri
Sipil, pendidikan pembentukan jaksa, latihan keterampilan
teknis Jaksa termasuk spesialisasi Jaksa di bidang korupsi,
penyelundupan, subversi, narkotika dan sebagainya, serta pen-
didikan Jaksa khusus untuk Perdata dan Bantuan Hukum, pendi-
dikan tenaga teknis perancang perundang-undangan serta bebe-
rapa pendidikan dan latihan dalam bidang keahlian lain seper-
ti latihan dan penataran pengawasan, bendaharawan, pustakawan
hukum, intelijen dan sandi.
4. Program Pembinaan Generasi Muda
Tujuan utama dari Program Generasi Muda di bidang hukum
terutama ditujukan untuk meningkatkan pembinaan remaja dan
pemuda yang melanggar hukum dengan memberikan bekal keteram-
pilan serta kesadaran akan hidup bermasyarakat dan bernegara
serta kepercayaan dan harga diri agar mereka dapat diharapkan
untuk mampu berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan. Pembi-
naan akan dilaksanakan di 16 Lembaga Pemasyarakatan Anak Ne-
gara dan Pemuda serta 4 Lembaga Pemasyarakatan Dewasa dan Wa-
nita lainnya, dimana terdapat narapidana yang berusia muda.
5. Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Pemerintah dan Pengawasan.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan disiplin pe-
gawai sehingga pendayagunaan dapat lebih ditingkatkan secara
efisien dan efektif. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan
adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan penataan dan penertiban administrasi bidang
teknis substantif dilakukan sejalan dengan peningkatan
445
pelayanan administratif yang meliputi fungsi perencana-
an, pemantauan dan evaluasi pembangunan hukum. Penataan
dan penertiban di bidang perencanaan diupayakan dengan
peningkatan kualitas data agar dapat terwujud jalur ko-
munikasi timbal balik dalam penyusunan rencana yang re-
alistik. Di samping itu ditingkatkan penataan di bidang
administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan ad-
ministrasi perkantoran. Untuk menunjang penataan dan pe-
nertiban administrasi dilaksanakan pendayagunaan dan pe-
manfaatan komputer untuk membantu pelayanan teknis sub-
stantif dan teknis administratif melalui upaya memper-
siapkan keterpaduan sistem perangkat lunak, meremajakan,
memperbaiki dan menambah peralatan komputer.
b. Kegiatan pengawasan fungsional yang dilaksanakan dengan
tujuan untuk menemukan fakta-fakta, menjamin adanya ke-
mungkinan untuk melakukan koreksi dan menanggulanginya
secara cepat, tepat dan cermat.
c. Kegiatan penertiban operasional pelaksanaan tugas di-
tingkatkan agar dapat dicegah terjadinya pemborosan-pem-
borosan, penyalahgunaan wewenang dan penyimpangan.d. Kegiatan peningkatan produktivitas kerja dan pemantapan
disiplin kerja melalui pembinaan, pengendalian dan peng-
awasan atasan langsung.
446
TABEL 27 - 1PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA,
1989/90 - 1993/94(dalam milyar rupiah)
HUKUM
No. Kode SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM1989/90
(AnggaranPembangunan)
1989/90-1993/94
(AnggaranPembangunan
12 SEKTOR HUKUM 28,9 2804
12.1 Sub Sektor Hukum 28,9 280,4
12.1.01 Program Pembinaan Peradilan dan Penegakan Hukum
22,0 215,7
12.1.02 Program Pembinaan Hukum Nasional 6,9 64,7
447