untukmuslalu.files.wordpress.com€¦ · web viewberdasarkan uraian tersebut, maka ... tindakan...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat
mengalami kemajuan. Hal ini harus diikuti dengan perkembangan kualitas
sumber daya manusia di dalamnya. Perkembangan kualitas sumber daya
manusia tidak dapat lepas dari perkembangan dankualitas sebuah pendidikan.
Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar dalam pembentukan kualitas
sumberdaya manusia. Oleh karena itu, untuk menciptakan sumber daya
manusia yang kreatif, inovatif, dan produktif diperlukan sistem pendidikan
yang berkualitas. Sehingga perlunya perbaikan-perbaikan dalam sistem
pendidikan di Indonesia yang sesuai dengan perkembangan dan perubahan
zaman. Salah satu hal yang harus diperbaiki adalah proses belajar mengajar di
kelas. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan paling utama dalam
pendidikan di sekolah. Dalam proses ini akan terciptanya tujuan pendidikan
secara umum maupun tujuan khusus seperti perubahan tingkah laku siswa
menuju kearah yang lebih baik. Sehingga siswa memiliki kemampuan dan
dapat menghadapi perubahan dan tuntutan zaman, dalam keseluruhan proses
pendidikan di sekolah kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan pokok.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pendahuluan dilapangan terhadap
guru dan beberapa siswa yang dilakukan peneliti pada saat melaksanakan
observasi awal di SMK Negeri 1 Sipispis di kelas X Teknik Audio Video
dengan jumlah siswa 24 orang, terdiri dari 19 orang wanita dan 5 orang laki-
laki. Diperoleh beberapa temuan bahwa dalam proses pembelajaran pada Mata
Diklat Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital, yaitu :
1. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru dan metode
penyampaian materi didominasi dengan metode konvensional yaitu
ceramah dan mencatat, sehingga siswa hanya menerima pengetahuan
dari guru saja.
2. Kurangnya interaksi dan aspek keterbukaan antara guru dengan siswa
maupun antara siswadengan siswa sehingga segala kesulitan siswa
dalam proses pembelajaran tidak bisa diketahui oleh guru.
3. Sumber belajar dominan yang digunakan siswa adalah catatan yang
diberikan guru dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Penggunaan model pembelajaran yang kurang mengarah pada upaya
untuk memberikan contoh-contoh penerapan materi yang diajarkan
pada dunia nyata.
5. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi.
6. Hasil belajar siswa sebagian besar tidak sampai pada kriteria
ketuntasan minimal (KKM), yaitu ≥70.
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan sesuai dengan
tuntutan kurikulum diperlukan suatu alternatif model pembelajaran dan
penggunaan yang mengarah kepada pembelajaran siswa aktif dengan
harapan dapat meningkatkan penguasan konsep dan mengembangkan
keterampilan berkomunikasi siswa pada Mata Diklat Menerapkan Dasar-
Dasar Teknik Digital. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Mata
Diklat Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital supaya mencapai hasil yang
sesuai dengan KKM adalah dengan mengembangkan model pembelajaran
kontekstual. Kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan
dunia nyata dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Karena pada Mata Diklat Menerapkan Dasar-Dasar Teknik
Digital menuntut siswa untuk berperan aktif. Sedangkan pembelajaran
kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak
hanya mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. Terdapat tujuh
asas dalam pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan
model lainnya, yaitu konstruktivisme, inquiri, questioning (bertanya),
learning community (masyarakat belajar), modeling (pemodelan), reflection
(refleksi), authentic assessment (penilaian yang sebenarnya). Berdasarkan
uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk menerapkan model
pembelajaran kontekstual ini dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan
yang ada dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa, sehingga
penulis mengambil kajian: “Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa X SMKN 1 Sipispis Pada Mata
Diklat Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital T.A 2013-2014”.
Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dibahas
serta lebih terarahnya penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan
masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Model Pembelajaran Kontekstual.
2. Mata diklat Menerapkan Dasar-Dasar Teknik materi yang
diajarkan adalah Sistem Bilangan.
3. Hasil belajar pada aspek kognitif yang akan diungkap meliputi
prestasi belajar siswa.
4. Kegiatan yang diteliti adalah aktivitas siswa dan aktivitas guru
dalam proses kegiatan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya,
penulis merumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :“Apakah
Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual dapat mempengaruhi perubahan
aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada Mata Diklat Menerapkan Dasar-
Dasar Teknik Digital?” Secara khusus permasalahan tersebut akan dikaji
dalam penelitian ini dengan rincian sebagai berikut :
1. Bagaimana kegiatan pembelajaran dengan model Kontekstual dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dari aspek kognitif pada Mata Diklat
Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital?
2. Bagaimana peningkatan aktivitas siswa setelah mengikuti pembelajaran
dengan model Kontekstual pada Mata Diklat Menerapkan Teknik
Elektronika Dasar?
3. Bagaimana peningkatan aktivitas guru dalam proses kegiatan belajar
mengajar terhadap Mata Diklat Menerapkan Teknik Elektronika Dasar
pada saat diterapkan proses pembelajaran dengan menggunakan model
Kontekstual ?
C. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas agar mencapai hasil
yang optimal. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif pada Mata Diklat Menerapkan
Dasar-Dasar Teknik Digital sehingga diharapkan siswa dapat lulus
sesuaidengan nilai KKM dengan menggunakan model pembelajaran
Kontekstual pada siswa kelas X Teknik Audio Video SMKN 1 Sipispis tahun
ajaran 2013-2014. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui tingkat perubahan hasil belajar siswa yang dicapai yang
ditinjau dari aspek kognitif setelah diterapkan kegiatan pembelajaran
dengan model Kontekstual pada Mata Diklat Menerapkan Dasar-Dasar
Teknik Digital.
2. Mengidentifikasi seberapa besar peningkatan aktivitas siswa setelah
mengikuti pembelajaran dengan model Kontekstual pada Mata Diklat
Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital.
3. Mengidentifikasi seberapa besar peningkatan aktivitas guru terhadap
Mata Diklat Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital setelah
melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model
Kontekstual.
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam upaya menyusun
model pembelajaran pada matadiklat lainnya dengan model pembelajaran
kontekstual yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa,
sehingga pembelajaran lebih interaktif. Bagi siswa diharapkan dapat
menimbulkan interaksi yang baik diantara siswa sehingga mampu
meningkatkan hasil belajar dan siswa mampu menerapkan konsep yang telah
didapatkannya dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi sekolah penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas
pembelajaran disekolah.
E. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran terhadap istilah-
istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka penulis
memberikan penjelasan dan pengertian mengenai beberapa definisi yang
digunakan antara lain sebagai berikut :
1. Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar
dimana guru menghadirkansuasana dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai
anggotakeluarga dan masyarakat. Model Pembelajaran Kontekstual yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menekankan
pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi
yang dihubungkan dengan menerapkan dengan kehidupan siswa.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu nilai yang diberikan kepada peserta
didik pada akhir suatu program pengajaran setelah siswa didik melewati
serangkaian tes, yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang
telahdiajarkan.3. Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan
cara merencanakan, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajarsiswa dapat meningkat.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Belajar dan Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Salah satu hal utama yang dilakukan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan adalah dengan belajar, dan dengan belajar akan terjadi proses
interaksi individu dengan lingkungannya. Secara formal interaksi tersebut
dapat berupa siswa belajar di sekolah, siswa akan berinteraksi dengan
guru, dengan teman-temannya, dengan buku-buku perpustakaan dan
peralatan laboratorium, di rumah mereka berinteraksi dengan catatan-
catatan siswa dan melaksanakan tugas dari guru. Belajar akan berdampak
pada perilaku, pandangan, dan polapikir seseorang terhadap suatu hal.
Menurut Wina Sanajaya (2009:110) menyatakan bahwa”belajar adalah
proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan
munculnya perubahan perilaku, aktivitas mental itu terjadi karena adanya
interaksi individu dengan lingkungan yang didasari”. Menurut Oemar
Hamalik (2005:28) menyatakan bahwa “Belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.”
Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi aspek-aspek pengetahuan,
pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, etika dan
sikap. Perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar disebut
hasil belajar bersifat relatif menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan. Dari beberapa definisi mengenai belajar di atas, penulis
menyimpulkanbahwa belajar adalah suatu proses aktif perubahan tingkah
laku dan kecakapan manusia yang melalui berbagai pengalaman untuk
memperoleh pengetahuan sebagai proses kematangan. Sehingga dalam
pendidikan, belajar merupakan kegiatan pokok yang menentukan berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan. Proses belajar yang dilakukan
oleh siswa merupakan reaksi atau hasil kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru. Siswa akan berhasil belajar jika guru mengajar secara
efisien dan efektif. Itu sebabnya guru harus mengenal prinsip-prinsip
belajar agar para siswa dapat belajar aktif dan berhasil. Prinsip-prinsip
belajar dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Pengalaman Dasar
Pengalaman dasar berfungsi untuk mempermudah siswa
dalammemperoleh pengalaman baru. Siswa merasa sulit
memahami suatu generalisasi jika ia belum mempunyai
suatukonsep sebagai pengalaman dasar.
2. Motivasi Belajar
Siswa akan melakukan perbuatan belajar untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Jika memilih motivasi
belajar, dorongan motivasi ini berguna tidak hanya untuk
mendorong mereka belajar secara aktif, tetapi juga berfungsi
sebagai pemberi arah dan penggerak dalam belajar. Motivasi
belajar dapat tumbuh dari dalam diri sendiri, yang disebut dengan
motivasi intrinsik, motivasi belajar juga dapat timbut berkat
dorongan dari luar seperti pemberian angka, kerja kelompok,
hadiah atau teguran yang disebut dengan mitivasiekstrinsik. Kedua
motivasi ini berguna bagi siswa untuk belajar secara aktif.
3. Penguatan Belajar
Hasil belajar yang telah diperoleh siswa perlu ditingkatkan
agar penguasan yang tuntas. Guru hendaknya memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengulang dan melatih hal-hal
yang telah dipelajari. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil
kesimpulan, bahwa penyusunan dan pelaksanaan program belajar-
mengajar hendaknya memperhatikan beberapa prinsip belajar
secara aktif.
4. Hasil Belajar
Nana Sudjana (dalam Kunandar, 2010:276) menyatakan
bahwa “suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat
pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik
tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan”. Untuk melihat hasil
belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan
untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu materi atau
belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan
oleh suatu institusi pendidikan yang ditunjukan untuk menjamin
tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan
pererta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu
keberhasilan proses belajar mengajar dilihat dari hasil belajar yang
dicapai oleh siswa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar adalah sebagai berikut :
1. Faktor Internal
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini
lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang
belajar yaitu siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi
kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain
motovasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain
sebagainya.
2. Faktor Eksternal
Pencapaian tujuan belajar harus diciptakan adanya
sistem lingkungan belajar yang kondusif, hal ini akan
berkaitan dengan faktor dari luar siswa, adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan
pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan dan
pembentukan sikap. Penulis berpendapat bahwa hasil
belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran, proses penilaian terhadap hasil belajar dapat
memberikan informasi kepada guru mengenai kemajuan
siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan-tujuan belajar
siswa melalui kegiatan pembelajaran.
3. Aktivitas Siswa
Belajar yang baik harus melalui berbagai macam
aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Kita tidak
dapat memastikan bahwa siswa yang diam mendengarkan
penjelasan dari guru tidak berarti tidak aktif, demikian
sebaliknya belum tentu siswa yang secara fisik aktif,
memeliki kadar aktivitas mental yang tinggi pula. Kunandar
(2010:277) mengungkapkan bahwa,”Aktivitas siswa adalah
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian
dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses
belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan
tersebut”. Peningkatan aktivitas siswa, diantaranya
meningkatkan jumlah siswa yang terlibat aktif belajar,
meningkatkan jumlah siswa yang bertanya dan menjawab,
meningkatkan jumlah siswa yang paling berinteraksi
membahas materi pelajaran. Metode belajar yang bersifat
partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa
siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih
berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan
belajar mengajar. Indikator aktivitas siswa yang
diungkapkan oleh kunandar (2010:277), dapat dilihat dari :
1. Mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran.
2. Aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa.
3. Mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang
diberikan guru melalui pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis berpendapat
bahwa dalam belajar sangat dituntut keaktifan siswa. Siswa
yang lebih banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru
lebih banyak membimbing dan mengarahkan. Tujuan
pembelajaran Menerapkan Teknik Elektronika Analog dan
Digital Dasar tidak mungkin tercapai tanpa adanya aktivitas
siswa. Membentuk manusia yang kreatif dan bertanggung
jawab, dalam rangka ini penulis berusaha melatih dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual, sebab
dengan model pembelajaran ini siswa dituntut untuk lebih
aktif dan bertanggung jawab.
B. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan dan
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat (Wina Sanjaya, 2010:9). Suharsimi Arikunto (2010:3)
“penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Wiriatmaja (dalamTukiran
Taniredja, 2010:16) mengemukakan bahwa ”penelitian tindakan kelas
adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi
praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka
sendiri”.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan penelitian untuk mengangkat
masalah-masalah yang berada di dalam kelas yang dilakukan oleh para
guru yang merupakan pecermatan kegiatan belajar berupa tindakan untuk
memperbaiki dan meningkatkanpembelajaran di kelas secara lebih
profesional.
2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Semua penelitian bertujuan untuk memecahkan suatu masalah
tetapi untuk penelitian tindakan kelas disamping tujuan tersebut tujuan
yang utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan
peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar
mengajar. Menurut Mulyasa (dalam Tukiran Taniredja, 2010:20) secara
umum tujuan penelitian tindakan kelas adalah :
1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi belajar serta kualitas
pembelajaran.
2. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran,
khususnya kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima.
3. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam
melakukan tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat
waktu dan sasarannya.
4. Memberikan kesempatan kepada guru untuk mengadakan
pengkajian secara bertahap terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukannya sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan.
5. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan
jujur dalam pembelajaran.
Tujuan penelitian tindakan kelas di atas dapat penulis simpulkan
bahwa penelitian tindakankelas bertujuan untuk meningkatkan atau
memperbaiki praktik pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru,
disamping itu dengan penelitian tindakan kelas tertumbuhkannya budaya
meneliti dikalangan guru.
3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas dapat memberikan manfaat sebagai
inovasi pendidikan yang tumbuh dari peneliti yaitu guru, karena guru
adalah ujung tombak pelaksana lapangan. Dengan penelitian tindakan
kelas guru menjadi lebih mandiri yang ditopang oleh rasa percaya diri,
sehingga secara keilmuan menjadi lebih berani mengambil prakarsa yang
patut diduganya dapat memberikan manfaat perbaikan. Manfaat lainnya
dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut :
a. Menumbuhkan kebiasaan menulis
b. Menumbuhkan budaya meneliti
c. Menggali ide baru
d. Melatih pemikiran ilmiah
e. Mengembangkan keterapilan
f. Meningkatkan kualitas pembelajaran
4. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas dimulai dengan adanya masalah yang
dirasakan sendiri oleh guru dalam pembelajaran. Masalah tersebut dapat
berupa masalah yang berhubungan dengan proses dan hasil belajar siswa
yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal lain yang berkaitan
dengan perilaku mengajar guru dan perilaku belajar siswa. Langkah
menemukan masalah dilanjutkan dengan menganalisis dan merumuskan
masalah, kemudian merencanakan penelitian tindakan kelas dalam bentuk
tindakan perbaikan, mengamati, dan melakukan refleksi. Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya
terdapat empat tahapan kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan
dan refleksi. Siklus penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai
berikut : Perencanaan Refleksi Siklus 1 Pelaksanaan Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Pengamatan
PelaksanaanSiklus 1
Perencanaan
Pengamatan
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Hasil Penelitian
Refleksi
Siklus 3
Siklus 2
Refleksi
Perencanaan Refleksi Siklus 2 Pelaksanaan Perencanaan Refleksi Siklus 3
Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Hasil Penelitian.
Gambar 2.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Sumber : Suharsimi Arikunto (2010:16) Tahapan-tahapan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat diuraikan sebagi berikut :
1. Perencanaan (planning)
Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa,
dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada tahapan
perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian
membuat sebuah instrument pengamatan untuk merekam fakta
yang terjadi selama tindakan berlangsung. Secara rinci pada
tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah, yaitu
secara jelas dapat dimengerti masalah apa yang akan
diteliti. Masalah tersebut harus benar-benar faktual
terjadi di lapangan masalah bersifat umum di kelasnya,
masalahnya cukup penting dan bermanfaat bagi
peningkatan mutu hasil pembelajaran, dan masalahpun
harus dalam jangkauan kemampuan peneliti.
b. Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut
dilakukan, yang akan melatarbelakangi penetilian
tindakan kelas.
c. Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat
tanya maupun kalimat pertanyaan.
d. Memetapakan cara yang akan dilakukan untuk
menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis
tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan
berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah,
kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan
hasil terbaik dan yang dapat dilakukan oleh guru.
e. Menemtukan cara untuk menguji hipotesis tindakan
dengan menjabarkan indikator- indikator keberhasilan
serta berbagai instrument pengumpul data yang dapat
dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.
f. Membuat secara rinci rancangan tindakan.
2. Tindakan
Pada tahap ini, rancangan strategi dan scenario
penerapan pembelajaran akan diterapkan. Rancangan tindakan
tersebut tentu saja sebelumnya telah dilatihkan kepada
pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di dalam
kelas sesuai dengan skenarionya. Scenario dari tindakan harus
dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar. Rancangan
tindakan yang akan dilakukan hendaknya dijabarkan serinci
mungkin secara tertulis. Rincian tindakan tersebut menjelaskan
sebagai berikut :
1. Langkah demi langkah yang akan dilakukan
2. Kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru
3. Kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa
4. Rincian mengenai jenis media pembelajaran
yang akan digunakan untuk pengumpulan data
atau pengamatan disertai dengan penjelasan
rincian bagaimana menggunakannya.
3. Pengamatan atau Observasi
Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat
pelaksanaan pengamatan dilakukan pada waktu tindakan
sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang
sama. Pada tahap ini, peneliti (atau guru apabila ia bertindak
sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua
hal yang diperlukan dan terjadi selama tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dengan melakukan format observasi atau
penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara
cermat pelaksanaan scenario tindakan dari waktu ke waktu
serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.
4. Refleksi Tahapan
Refleksi Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji
secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan
data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi untuk
menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam
penelitian tindakan kelas mencakup analisis, sintesis, dan
penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang
dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka
dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya
yang meliputi kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan
pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi.
5. Jenis-Jenis Penelitian Tindakan Kelas
Jenis penelitian tindakan kelas dibedakan menjadi 4, yakni (1) PTK
diagnostik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK
ekspremintal. Untuk lebih jelas, berikut dijelaskan secara singkat
mengenai keempat jenis PTK tersebut :
1) PTK Diagnostik
Yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian
yang dirancang dengan menuntut peneliti kearah suatu tindakan.
Dalam hal ini peniliti mendiagnosa dan memasuki situasi yang
terdapat didalam luar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila
peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik
yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau
kelas.
2) PTK Partisipan
Suatu penelitian dikatakan sebagai PTK Partisipan ialah
apabila orang yang akan melaksanakan penelitian harus terlihat
langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil
penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan
penelitian senantiasa terlihat, selanjutnya peneliti memantau,
mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta
berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya. PTK partisipasi
dapat juga dilakukan disekolah, hanya saja disini peneliti dituntut
keterlibatannya secara langsung dan terus- menerus sejak awal
sampai berakhir penelitian.
3) PTK Empiris
Yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti
berupaya melakukan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan
apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung.
Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan
cacatan dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan
sehari-hari.
4) PTK Eksperimental
Yang dikategorikan PTK Eksperimental ialah PTK
diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau
strategi secara efektif dan efisien didalam suatu kegiatan belajar-
mengajar oleh peniliti. Di dalam kaitannya dengan kegiatan
belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi
atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan
instruktusional.
6. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Karakteristik penelitian tindakan kelas yang sekaligus dapat
membedakannya denganpenelitian formal adalah sebagai berikut:
1. Penelitian tindakan kelas merupakan prosedur penelitian di kelas
yang dirancang untuk menanggulangi masalah nyata yang dialami
Guru berkaitan dengan siswa di kelas itu. Ini berarti, bahwa
rancangan penelitian diterapkan sepenuhnya di kelas itu, termasuk
pengumpulan data, analisis, penafsiran, pemaknaan, perolehan
temuan, dan penerapan temuan. Semuanya dilakukan di kelas dan
dirasakan oleh kelas itu.
2. Metode penelitian tindakan kelas diterapkan secara kontekstual,
dalam arti bahwa variabel-variabel yang ditelaah selalu berkaitan
dengan keadaan kelas itu sendiri. Dengan demikian, temuan hanya
berlaku untuk kelas itu sendiri dan tidak dapat digeneralisasi untuk
kelas yang lain. Temuan penelitian tindakan kelas hendaknya
selalu diterapkan segera dan ditelaah kembali efektifitasnya dalam
kaitannya dengan keadaan dan suasana kelas itu.
3. Penelitian tindakan kelas terarah pada suatu perbaikan atau
peningkatan kualitas pembelajaran, dalam arti bahwa hasil atau
temuan penelitian penelitian tindakan kelas itu adalah pada diri
guru telah terjadi perubahan, perbaikan, atau peningkatan sikap dan
perbuatannya. Penelitian tindakan kelas akan lebih mudah berhasil
jika adanya kerjasama antara guru-guru di sekolah, sehingga
mereka dapat sharing mengenai permasalahan yang ada, dan
apabila penelitian telah dilakukan, selalu diadakan pembahasan
perencanaan tindakan yang dilakukan. Dengan demikain,
penelitian tindakan kelas itu bersifat kolaborasi dan kooperatif.
4. Penelitian tindakan kelas bersifat luwes dan mudah diadaptasi.
Dengan demikian, maka cocok digunakan dalam rangka
pembaharuan dalam kegiatan kelas. Hal ini juga memungkinkan
diterapkannya suatu hasil studi dan penelaahan kembali secara
berkesinambungan.
5. Penelitian tindakan kelas banyak mengandalkan data yang
diperoleh langsung dari refleksi diri peneliti.
6. Penelitian tindakan kelas sedikitnya ada kesamaan dengan
penelitian eksperimen dalam hal percobaan tindakan yang segera
dilakukan dan ditelaah kembali efektifitasnya. Oleh karena itu
kaidah-kaidah dasar penelitian ilmiah dapat dipertahankan
terutama dalam pengambilan data, perolehan informasi, upaya
untuk membangun pola tindakan, rekomendasi dan lain-lain, maka
penelitian tindakan kelas tetap merupakan proses ilmiah.
7. Penelitian tindakan kelas bersifat situasional dan spesisifik, yang
pada umumnya dilakukan dalam bentuk studi kasus. Subyek
penelitian sifatnya terbatas, tidak representatif untuk merumuskan
atau generalisasi. Penggunaan metoda statistik terbatas pada
pendekatan deskriptif tanpa inferensi.
C. Model Pembelajaran Kontekstual
1. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep tersebut, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagisiswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru kesiswa. Strategi pembelajaran lebih penting dari
pada hasil, dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa
mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan
strategi dibandingkan dengan memberi informasi. Tugas guru mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuai dengan asumsi yang
mendasarinya, bahwa pengetahuan itu diperoleh anak bukan dari informasi
yang diberikan oleh orang lain termasuk guru, akan tetapi dari proses
menemukan dan mengkontruksinya sendiri, maka guru harus menghindari
mengajar sebagai proses penyampaian informasi. Guru harus memandang
siswa sebagai subjek belajar dengan segala keunikannya. Siswa adalah
organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk membangun
pengetahuannya sendiri. Kalaupun guru memberikan informasi kepada
siswa guru harus memberi kesempatan untuk menggali informasi itu agar
lebih bermakna untuk kehidupan mereka. Setiap siswa mempunyai gaya
yang berbeda dalam belajar, perbedaan gaya tersebut dimanakan sebagai
unsur modalitas belajar. Tipe gaya belajar siswa dibagi kedalam tiga
bagian yaitu sebagai berikut :
1. Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, artinya siswa
akan lebih cepat belajar dengan cara menggunakan indra
penglihatannya.
2. Tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat
pendengarannya
3. Tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak, berkerja
dan menyentuh.
Sehingga dapat disimpulkan dalam proses pembelajaran
kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar dalam dunia siswa,
artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar
siswa.
2. Pengertian Kontekstual
Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti
“hubungan, konteks, suasana dan keadaan”. (KUBI, 2002:519). Sehingga
kontekstual dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan
dengan suasana tertentu. Kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka. Kontekstual menekankan
kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses
belajar diorentasikan pada proses pengalaman secara langsung. Menurut
Depdiknas (2003:5) “kontekstual adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari”.
Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2010:253) “kontekstual adalah suatu
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”. Dari konsep
tersebut ada tiga hal yang harus dipahami dalam model pembelajaran
kontekstual, yaitu sebagai berikut :
1. Pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan
siswa untuk menemukan materi, artinya proses pembelajaran
diorentasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses
belajar dalam pembelajaran kontekstual tidak mengharapkan agar
siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran.
2. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa agar menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan
antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Hal
ini sangat penting, sebab dengan dapat mengkorelasikan materi
yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa
materi itu akan bermakna fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga
tidak akan mudah dilupakan.
3. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan, artinya kontekstual bukan hanya
mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya,
akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
peneliti dapat menyimpulkan bahwa melalui pembelajaran
kontekstual diharapkan konsep-konsep materi pelajaran dapat
diintegrasikan dalam konteks kehidupan nyata dengan harapan
siswa dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan lebih baik
dan mudah. Dalam pembelajaran kontekstual, guru mengkaitkan
konteks dalam kerangka pembelajarannya guna meningkatkan
makna belajar bagi siswa. Selain itu siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman disekolah dengan
kehidupan nyata, bukan saja berarti materi itu akan berfungsi
secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan
tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah
dilupakan.
3. Karakteristik Proses Pembelajaran Kontekstual
Menurut Wina Sandjaya (2010:254), terdapat lima karakteristik
penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan
kontekstual, yaitu :
1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa
yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah
dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh
siswa adalah pengetahuan yang utuh dan memiliki keterkaitan satu
sama lain.
2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring
knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif,
artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara
keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk
dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan
dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan
berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu
dikembangkan.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang
Persekolahan
Pengalaman harian individu
Alam pekerja
Kehidupan masyarakat
diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa,
sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan
balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan.
4. Ciri-ciri Teori Pembelajaran Kontekstual
Adapun ciri-ciri teori pembelajaran secara kontekstual adalah
sebagai berikut :
1. Siswa dapat memproses materi pelajaran atau pengetahuan baru
dengan cara yang bermakna dalam rangka meningkatkan hasil
belajar.
2. Materi pelajaran disampaikan dalam konteks yang berbagai dan
bermakna kepada siswa.
3. Guru mewujudkan berbagaian pembelajaran untuk menghasilkan
pembelajaran yang berkesan.
Gambar 2.2 Pengenalan Pembelajaran secara Kontekstual
5. Penerapan Pendekatan Kontekstual
Di Kelas Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam
kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup
mudah.
Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut :
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
6. Asas-Asas Kontekstual
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran
memiliki tujuh asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses
pembelajaran dengan menggunakanpendekatan kontekstual. Ketujuh asas
kontekstual dapat dijelaskan dibawah ini :
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalams truktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh
Mark Baldawin dikembangkan dan diperdalam oleh Jean Pigget
menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari
objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek
yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Menurut
konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan
tetapi dikonstruksi oleh dandari dalam diri seseorang. Oleh sebab
itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek
yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk
mengintrepretasi objek tersebut. Kedua faktor tersebut itu sama
pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis
tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan
mengkonstrusinya.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa
Pembelajaran melalui pendekatan kontekstual pada dasarnya
mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya
melalui proses pengamatan dan pengalaman sebab pengetahuan
hanya akan fungsional manakala dibangun oleh individu.
Pengetahuan yang hanya diberikan tidak akan menjadi
pengetahuan yang bermakna. Atas dasar asumsi yang mendasari
itulah, maka penerapan asas konstruktivisme dalam pembelajaran
melalui CTL, siswa didorong untuk mampu mengkonstruksi
pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata.
2. Inkuiri (Menemukan)
Inkuiri merupakan asas kedua dari pembelajaran
kontekstual yang artinya, proses pembelajaran didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis
(Wina Sandjaya, 2010:263). Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta
hasil mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah
menyiapkan sejumlah materi yang dihafal, akan tetapi merancang
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri
materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan
proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui
proses mental itulah, diharapkan siswa berkembang secara utuh
baik intelektual, mental, emosional, maupun pribadinya. Secara
umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah,
yaitu: 1) Merumuskan masalah, 2) Mengajukan hipotesis, 3)
Mengumpulkan data, 4) Menguji hipotesis berdasarkan data yang
ditemukan dan 5) Membuat kesimpulan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Penerapan asas dalam
proses pembelajaran kontekstual, dimulai dari adanya kesadaran
siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Dengan
demikian, siswa harus didorong untuk menemukan masalah. Jika
masalah telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas,
selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban
sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan.
Hipotesis itulah yang akan menuntun siswa untuk melakukan
observasi untukpengumpulan data. Manakala data telah terkumpul
selanjutnya siswa dituntun untuk menguji hipotesis sebagai dasar
dalam merumuskan kesimpulan. Asas menemukan seperti yang
digambarkan diatas, merupakan asas yang penting dalam
pembelajaran kontekstual. Melalui proses berpikir yang sistematis
seperti diatas, diharapkan siswa memilki sikap ilmiah, rasional, dan
logis, yang kesemuanya itu diperlukan sebagai dasar pembentukan
kreativitas.
3. Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dipandang sebagai refleksi dari
keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan
mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam
proses pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan
informasi begitu saja, akan tetapi memancing siswa untuk
menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting,
sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan
mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang
dipelajarinya. Menurut Wina Sandjaya (2010:264) dalam suatu
pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya berguna untuk :
a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam
penguasaan materi pelajaran.
b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
d. Memfokuskan siswa terhadap sesuatu yang diinginkan.
e. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan
sesuatu.
Sehingga dapat disimpulakan bahwa dalam setiap tahapan
dan proses pembelajaranbertanya hampir selalu digunakan. Oleh
karena itu, kemampuan guru untuk mengembangkan teknik-teknik
bertanya sangat penting.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam
pembelajaran kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain.Kerjasama ini
dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok
belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara
alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan
orang lain, antara teman ataupun kelompok yang sudah
memberitahu kepada yang belum tahu, yang pernah memiliki
pengalaman membagi pengalamannya pada orang lain. Dalam
kelas pembelajaran kontekstual, penerapan asas masyarakat belajar
dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui
kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang
anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan
kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.
Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang
cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang
memiliki kemampuan tertentu didorong untuk membantu yang
lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk
menularkannya pada orang lain.
5. Pemodelan (Modeling)
Menurut Sandjaya (2010:265) yang dimaksud dengan asas
pemodelan adalah “proses pembelajaran dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa”.
Misalnya, guru memberikan contoh bagaimana cara
mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan
sebuah kalimat asing, guru olahraga memberikan contoh
bagaimana cara melempar bola, dan lain sebagainya. Proses
pemodelan tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru
memanfaatkan siswa yang dianggap memilki kemampuan.
Misalkan siswa yang pernah menjadi juara dalam lomba puisi
dapat menampilkan keahliannya di depan teman-temannya, dengan
demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Pemodelan,
merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran
kontekstual, sebab melalui pemodelan siswa dapat terhindar dari
pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan
terjadinyaverbalisme.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah
dipelajari dan dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah
dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan
dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan
menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilkinya. Bisa terjadi
melalui proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yang
telah dibentuknya, atau menambah khazanah pengetahuannya
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
kontekstual, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk “merenung” atau mengingat
kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkan secara bebas siswa
menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat
menyimpulkan tentang pengalamannya belajar.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan
oleh guru pada saat ini, biasanya ditekankan kepada perkembangan
aspek intelektual, sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas
pada penggunaan tes. Dengan tes dapat diketahui seberapa jauh
siswa telah telah menguasi materi pelajaran. Dalam pembelajaran
kontekstual, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan
oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi juga
proses belajar melalui penilaian. Menurut Wina Sanjaya
(2010:266) Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses
yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa. Penilaian ini
diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benarbelajar atau
tidak; apakah pengalaman belajar siswa memilki pengaruh yang
positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental
siswa Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, maka
penulis menerapkan pada penelitian ini untuk mengetahui
indikator-indikator penguasaan untuk kompetensi mengenal dan
mengidentifikasi komponenelektronika sebagai berikut:
1. Kontruktivisme
Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat
membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam
struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Sebagai contoh aplikasi dalam penelitian ini adalah :
Guru memberikan penjelasan mengenai kapasitor
dalam kehidupan nyata beserta aplikasinya.
Contohnya penggunaan kapasitor untuk menyimpan
muatan dan energi, lampu kilat pada kamera
memiliki kapasitor yang besar untuk menyimpan
energi tabung lampu, kapasitor mendapat muatan
dari baterai selama kurang lebih 30 detik. Ketika
diperlukan dalam sekejap semua muatan akan
keluar dari tabung lampu sehingga lampu kilat
menyala.
2. Inquiri
Pada tahap ini siswa dituntut untuk belajar
dengan menggunakan keterampilan berfikir kritis dalam
proses pembelajaran khususnya pada kompetensi
mengenal dan mengidentifikasi komponen elektronika.
Aplikasinya adalah sebagai berikut ini :
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa
mengenai materi yang akan disampaikan sekarang
untuk mengetahui sejauh mana siswa
mengetahuinya sebelum materi tersebut
disampaikan.
Siswa memberikan contoh penggunaan kapasitor
dalam kehidupan sehari-hari yang pernah
dilihatnya.
3. Questioning (bertanya)
Pada tahap ini siswa dituntut untuk menggali
informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan
materi pelajaran; membangkitkan motivasi siwa untuk
belajar; merangsang keingintahuan siswa terhadap
sesuatu; memfokuskan siswa pada sesuatu yang
diinginkan; menyimpulkan sesuatu. Contoh aplikasinya
adalah sebagai berikut:
Guru memancing siswa agar dapat menemukan
sendiri mengenai bilangan Hexadesimal
Siswa bertanya mengenai operasi aritmatika pada
bilangan Hexadesimal.
Berdasarkan pertanyaan yang diajukan siswa, guru
membimbing dan mengarahkan siswa untuk
menemukan materi tentang Bilangan Hexadesimal.
4. Learning community (masyarakat belajar)
Konsep masyarakat belajar dalam kontekstual
diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain,
kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai
berbentuk kelompok belajar. Contoh aplikasinya adalah
sebagai berikut:
Guru membagi siswa menjadi 10 Kelompok.
Siswa melaksanakan diskusi kelompok untuk
membahas materi kapasitor.
Guru membahas pendapat, informasi, dan masalah
dari pengalaman siswa mengenai Sistem Bilangan.
5. Modeling (Pemodelan)
Dalam pemodelan siswa dituntut untuk dapat
mengingat dan mengaplikasikan peragaan yang telah
dicontohkan guru. Contoh aplikasinya adalah sebagi
berikut:
Guru memberikan contoh konversi bilangan, yaitu
untuk bilangan Octal ke Hexadesimal. Misalnya:
guru menjelaskan cara mengkovesi bilangan Oktal
ke Hexadesiamal.
6. Reflection (Refleksi)
Dalam refleksi siswa dituntut untuk mengingat
kembali apa yang telah dipelajarinya, dan siswa
diberikan kebebasan untuk menafsirkan pengalamannya
sendiri sehingga siswa dapat menyimpulkan tentang
pengalaman belajarnya. Contoh aplikasinya adalah
sebagai berikut:
Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa
mengetahui bahwa aplikasi dari kapasitor dapat
mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya, mereka menjadi tahu bahwa lampu kilat
pada kamera dan radio pemancar merupakan
aplikasi dari penggunaan kapasitor.
7. Authentic assessment (Penilaian yang sebenarnya)
Proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi megenai perkembangan
belajaryang dilakukan oleh siswa berupa pemberian
evaluasi. Contoh aplikasinya adalah sebagaiberikut:
Pelaksanaan evaluasi setelah kegiatan
pembelajaran berakhir untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi yang telah
diberikan.
7. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih
merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi
skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam
program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan
tersebut, materi pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran saran
pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
berbasis kontekstual adalah sebagai berikut :
1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah
pernyataankegiatan siswa yang merupakan gabungan antara
Standar Kompetensi,Kompetensi dasar, Materi Pokok dan
Pencapaian Hasil Belajar.
2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
4. Pembutanan skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
D. Evaluasi Belajar
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh
mana tujuan yang telah tercapai (Suharsimi Arikunto, 2009:19).
1. Subjek Evaluasi
Subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan
evaluasi. Siapa yang dapat disebut sebagai subjek evaluasi untuk setiap
tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang
berlaku (Suharsimi Arikunto, 2009:19). Contoh: Untuk melaksanakan
evaluasi tentang prestasi belajar atau pencapaian, maka subjek evaluasi
adalah guru.
2. Sasaran Evaluasi
Sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat
pengamatan, karena penilain menginginkan informasi tentang sesuatu
(Suharsimi Arikunto, 2009:20). Sasaran penilaian unsur-unsurnya
meliputi: input, tranformasi, dan output.
3. Prinsip Evaluasi
Terdapat satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan
evaluasi, yaitu triagulasi yang eratkaitannya antara tiga komponen
adalah sebagai berikut:
1. tujuan pembelajaran
2. kegiatan pembelajaran atau KBM, dan
Scenario Pembelajaran Kegiatan Belajar Mengajar
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Evaluasi
Tingkat Kelulusan Siswa
Scenario Pembelajaran Evaluasi
Tingkat Kelulusan Siswa
3. evaluasi Triagulasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan
sebagai berikut: tujuan evaluasi KBM
( a )
( b )
( c )
Gambar 2.3 Bagan Trigulasi
Penjelasan dari bagan triagulasi diatas adalah sebagai berikut:
a. Hubungan antara tujuan dengan KBM
Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk
rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan
yang hendak di capai. Dengan demikian, anak panah menunjukan
hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna
KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke
KBM, menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya
ke KBM.
b. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk
mengukur sejauh mana tujuan telah tercapai. Dengan makna
demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan.
Disisi lain, bila dilihat dari langkah dalam menyusun alat evaluasi
ia mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan.
c. Hubungan antara KBM dan evaluasi
Dalam hal ini evaluasi harus mengacu atau disesuaikan
dengan KBM. Contoh: jika kegiatanbelajar mengajar dilakukan
guru menitik beratkan pada keterampilan, evaluasinya juga
harusmengukur keterampilan siswa bukan aspek pengetahuan.
4. Jenis Evaluasi
Menurut fungsinya, evaluasi dibedakan ke dalam empat jenis,
yaitu formatif, sumatif, diagnostik, dan evaluasi penempatan. Evaluasi
formatif menekankan kepada upaya memperbaiki proses pembelajaran.
Evaluasi sumatif lebih menekankan kepada penetapan tingkat
keberhasilan belajar setiap siswa yang dijadikan dasar dalam penentuan
nilai atau kenaikan nilai siswa. Evaluasi diagnostik menekankan kepada
upaya memahami kesulitan siswa dalam belajar, sedangkan evaluasi
penempatan menekankan kepada upaya untuk menyelaraskan antara
program dan proses pembelajaran dengan karakteristik kemampuan
siswa. Menurut caranya dibedakan atas dua jenis yaitu evaluasi
kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Evaluasi kualitatif biasanya lebih
bersifat subjektif dibandingkan dengan evaluasi kuantitatif. Evaluasi
kuantitatif biasanya dilakukan apabila guru ingin memberikan nilai
akhir terhadap hasil belajar siswa, sedangkan evaluasi kualitatif
dilakukan apabila guru ingin memperbaiki hasil belajar siswanya.
Menurut bentuknya dibedakan menjadi tes uraian dantes objektif.
Menurut caranya dibedakan menjadi tes tulisan, tes lisan, dan tes
tindakan. Teknik non-test biasanya digunakan untuk menilai proses
pembelajaran, alat-alat khusus untuk melaksanakan teknik non-test ini
dapat dilakukan melalui pengamatan, wawancara, angket, dan hasil
karya ilmiah atau laporan.
5. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui
efektivitas poses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Indikator
keefektifan itu dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi
pada siswa. Perubahan tingkah laku yang terjadi dibandingkan dengan
perubahan tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan isi
program pembelajaran. Oleh karena itu, instrument evaluasi harus
dikembangkan dari tujuan dan isi program, sehingga bentuk dan format
tes sesuai dengan tujuan dan karakteristik bahan ajar, serta
porsinyasesuai dengan keluasan dan kedalaman materi yang diberikan.
6. Fungsi Evaluasi
Adapun fungsi dari evaluasi pembelajaran dapat dikelompokkan
ke dalam empat fungsi,yaitu:
1. Fungsi formatif, evaluasi dapat memberiikan umpan balik bagi
guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum
menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
2. Fungsi sumatif, yaitu dapat mengetahui tingkat penguasaan
siswa terhadap materi yang dipelajari, menentukan angka nilai
sebagai bahan keputusan kelulusan, dan laporan perkembangan
belajar siswa, serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Fungsi diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang siswa
(psikologis, fisik, dan lingkungan) yang mengalami kesulitan
belajar.
4. Fungsi seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat
dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan siswa
sesuai dengan minat dan kemampuannya.
7. Model Evaluasi Pembelajaran Kontekstual
Dalam penilaian pembelajaran kontekstual, siswa mendapat
nilai secara individu dan nilai secara berkelompok. Siswa bekerja sama
dengan teman-temanya yang dibentuk dalam kelompok. Sehingga siswa
dapat saling membantu satu sama lain dalam mempersiapkan diri untuk
melaksanakan tes. Kemudian siswa mengerjakan tes secara sendiri-
sendiri dan nilai dinilai secara individu.
E. Materi Mata Diklat Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital
Mata Diklat Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital merupakan salah
satu mata diklat produktif yang wajib diikuti oleh siswa kelas X program
keahlian Teknik Audio Video Di SMKN 1 Sipispis. Materi yang akan
disampaikan dalam penelitian ini adalah Sistem bilangan, dan uraian materi
tersebut sebagai berikut :
A. Definisi
System bilangan (number system) adalah suatu cara untuk
mewakili besaran dari suatu item fisik. Sistem bilanan yang banyak
dipergunakan oleh manusia adalah system biilangan desimal, yaitu sisitem
bilangan yang menggunakan 10 macam symbol untuk mewakili suatu
besaran.Sistem ini banyak digunakan karena manusia mempunyai sepuluh
jari untuk dapat membantu perhitungan. Lain halnya dengan komputer,
logika di komputer diwakili oleh bentuk elemen dua keadaan yaitu off
(tidak ada arus) dan on (ada arus). Konsep inilah yang dipakai dalam
sistem bilangan binary yang mempunyai dua macam nilai untuk mewakili
suatu besaran nilai. Selain system bilangan biner, komputer juga
menggunakan system bilangan octal dan hexadesimal.
B. Teori Bilangan
1. Bilangan Desimal
Sistem ini menggunakan 10 macam symbol yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,
dan 9. system ini menggunakan basis 10. Bentuk nilai ini dapat berupa
integer desimal atau pecahan.
Integer desimal : adalah nilai desimal yang bulat, misalnya 8598
dapat diartikan :
8 x 103 = 8000
5 x 102 = 500
9 x 101 = 90
8 x 100 = 8
8598
position value/palce value
absolute value
Absolue value merupakan nilai untuk masing-masing digit
bilangan, sedangkan position value adalah merupakan penimbang atau
bobot dari masing-masing digit tergantung dari letak posisinya, yaitu
nernilai basis dipangkatkan dengan urutan posisinya.
Pecahan desimal :
Adalah nilai desimal yang mengandung nilai pecahan dibelakang
koma, misalnya nilai 183,75 adalah pecahan desimal yang dapat diartikan :
1 x 10 2 = 100
8 x 10 1 = 80
3 x 10 0 = 3
7 x 10 –1 = 0,7
5 x 10 –2 = 0,05
183,75
2. Bilangan Binar
Sistem bilangan binary menggunakan 2 macam symbol
bilangan berbasis 2digit angka, yaitu 0 dan 1.
Contoh bilangan 1001 dapat diartikan :
1 0 0 1
1 x 2 0 = 1
0 x 2 1 = 0
0 x 2 2 = 0
1 x 2 3 = 8
10 (10)
Operasi aritmetika pada bilangan Biner :
a. Penjumlahan
Dasar penujmlahan biner adalah :
0 + 0 = 0
0 + 1 = 1
1 + 0 = 1
1 + 1 = 0 dengan carry of 1, yaitu 1 + 1 = 2, karena
digit terbesar ninari 1, maka harus dikurangi dengan 2 (basis),
jadi 2 – 2 = 0 dengan carry of 1
contoh :
1111
10100 +
100011
atau dengan langkah :
1 + 0 = 1
1 + 0 = 1
1 + 1 = 0 dengan carry of 1
1 + 1 + 1 = 0
1 + 1 = 0 dengan carry of 1 1 0 0 0 1 1
2. Pengurangan
Bilangan biner dikurangkan dengan cara yang sama dengan
pengurangan bilangan desimal. Dasar pengurangan untuk
masing-masing digit bilangan biner adalah :
0 - 0 = 0
1 - 0 = 1
1 - 1 = 0
0 – 1 = 1 dengan borrow of 1, (pijam 1 dari posisi
sebelah kirinya).
Contoh :
11101
1011 -
10010
dengan langkah – langkah :
1 – 1 = 0
0 – 1 = 1 dengan borrow of 1
1 – 0 – 1 = 0
1 – 1 = 0
1 – 0 = 1
1 0 0 1 0
3. Perkalian
Dilakukan sama dengan cara perkalian pada bilangan desimal.
Dasar perkalian bilangan biner adalah :
0 x 0 = 0
1 x 0 = 0
0 x 1 = 0
1 x 1 = 1
Contoh
Desimal Biner
14
12 x
28
14
+
168
1110
1100 x
0000
0000
1110
1110 +
10101000
4. Pembagian
Pembagian biner dilakukan juga dengan cara yang sama
dengan bilangan desimal. Pembagian biner 0 tidak mempunyai
arti, sehingga dasar pemagian biner adalah :
0 : 1 = 0
1 : 1 = 1
Desimal Biner
5 / 125 \ 25
10 -
25
25 -
0
101 / 1111101 \ 11001
101 -
101
101 -
0101
101 -
0
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas dengan jenis eksperimental yaitu apabila penelitian tindakan
kelas diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik dan
model secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Di
dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar dimungkinkan terdapat
lebih dari satu model untuk mencapai tujuan instruksional, dengan
diterapkannya penelitian tindakan kelas ini diharapkan peneliti dapat
menentukan cara mana yang lebih efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan
pengajaran. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas langkah utama yang
harus dilaksanakan yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan
refleksi yang merupakan satu siklus dalam penelitian tindakan kelas, siklus
selalu berulang. Setelah siklus satu selasai jika terdapat masalah dari proses
refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya
yang meliputi kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan
ulang sehingga permasalahan dapat teratasi. Permasalahan pada Mata Diklat
meerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital adalah pada saat proses pembelajaran,
terlihat bahwa siswa cenderung kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran
karena guru masih menggunakan metode ceramah. Kesulitan siswa dalam
pembelajaran diantaranya kesulitan memahami materi yang telah disampaikan
oleh guru dan siswa tidak memiliki keberanian untuk bertanya kepada guru
menganai permasalahan yang dimilikinya. Karena hal tersebut penulis
mengemukan mengapa penulis menggunakan metode penelitian tindakan
kelas yaitu sebagai berikut :
1. Bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran ditinjau dari aspek
kognitif pada Mata Diklat Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital
2. Bertujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa sehingga siswa lebih aktif
dalam prosespembelajaran.
3. Adanya partisipasi dari peneliti ataupun guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penilitian tindakan kelas memiliki empat tahap.
Keempat tahaptersebut adalah: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan
(acting), observasi (observation) dan refleksi (reflektion). Kegiatan-kegiatan
ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila satu
siklus belum menunjukkan tanda-tanda pemecahan masalah kearah perbaikan
(peningkatan mutu), kegiatan riset dialajutkan pada siklu kedua, dan
seterusnya, sampai peneliti merasa puas. Indikator keberhasilan penelitian
tindakan kelas jika terjadi kenaikan hasil belajar siswa yang signifikan pada
setiap siklusnya. Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan
siswa pada Mata Diklat Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital dengan
penerapan model pembelajaran kontekstual untuk mengetahui tingkat
kemajuan belajar yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas sehingga peneliti selalu bekerjasama
dengan guru mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Digital, dimulai dari dialog
awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau
pemantauan (observasi), perenungan (refleksi) pada setiap tindakan yang
dilakukan serta evaluasi. Berikut penjelasan dari masing-masing langkah
kegiatan pada penelitian tindakan kelas :
1. Dialog Awal
Dialog awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana akar
permasalahan yang terdiri padasaat pembelajaran berlangsung meliputi
hasil belajar siswa dalam mengajukan pertanyaan secara lisan di dalam
kelas dan nilai rata-rata ulangan harian kelas.
2. Perencanaan (Planning)
Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan
bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada penelitian tindakan kelas
dimana peneliti dan guru adalah orang yang berbeda, dalam tahap
menyusun rancangan harus ada kesepakatan antara keduanya. Rancangan
harus dilakukan bersama antara guru yang akan melakukan tindakan
dengan peneliti yang akan mengamati proses jalannya tindakan. Hal
tersebut untuk mengurangi subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan
yang dilakukan pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus
peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati,
kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk merekam fakta
yang terjadi selama tindakan berlangsung. Tindakan untuk pemecahan
masalah yaitu menyusun rencana tindakan termasuk revisi dan perubahan
rencana yang hendak dilakukan dalam pembelajaran Dasar-Dasar Teknik
Digital termasuk sistem penilaiannya yang mengacu pada silabus. Dalam
kaitan rencana disusun secara kolaboratif antara peneliti dengan guru
penguasaan Dasar-Dasar Teknik Digital. Hal yang perlu dilaksanakan
pada tahap ini adalah :
1. Menentukan kelas subjek yang akan diteliti, yaitu kelas X Teknik
Audio Video di SMK Negeri 1Sipispis.
2. Menetapkan jumlah siklus, yaitu 3 siklus.
3. Menyiapkan metode mengajar berdasarkan model pembelajaran
untuk tipe siklusnya, yaitu berupa ceramah, demonstrasi, pemodelan,
diskusi dan tanya jawab.
4. Menyusun rencana pembelajaran yang akan diterapkan setiap siklus.
5. Menyiapkan sumber belajar.
6. Menentukan observer, dan alat bantu observer.
7. Menetapkan cara pelaksanaan refleksi dan peneliti refleksi.
8. Menetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah.
3. Tindakan (Action)
Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan
pembelajaran akan diterapkan. Rancangan tindakan tersebut tentu saja
telah “dilatihkan” kepada si pelaksana tindakan (guru) untuk dapat
diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario dari
tindakan harus dilaksanankan dengan baik dan tampak wajar. Skenario
atau rancangan tindakan yang akan dilakukan hendaknya dijabarkan
serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan itu menjelaskan (1)
langkah demi langkah kegiatan yang dilakukan, (2) kegiatan yang
seharusnya dilakukan oleh guru, (3) kegiatan yang diharapkan dilakukan
oleh siswa, (4) rincian tentang media pembelajaran yang akan digunakan
dan cara menggunakannya, (5) jenis instrumen yang akan digunakan untuk
pengumpulan data/pengamatan disertai dengan penjelasan rinci bagaimana
menggunakannya. Peneliti menggunakan model pembelajaran kontekstual
ditujukan untuk memperbaiki keadaan atau proses dan hasil pembelajaran
serta sistem penilaiannya. Pelaksanaan tindakan yang direncanakan terbagi
dari beberapa siklus penelitian. Setiap siklus pelaksanan pembelajaran
disesuaikan dengan waktu pada program semester dan jadwal pelajaran
dikelas. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya.
b. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
c. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
d. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
e. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
1. Siklus pertama
Keberhasilan suatu tindakan akan ditentukan dengan
perencanaan yang matang, oleh karena itu pada tahap ini dilakukan
beberapa perencanaan yaitu :
1) Menetapkan jumlah siklus, yaitu dua siklus. Materi pada setiap
siklus adalah sub pokok bahasan dari mata pelajaran Dasar-Dasar
Teknik Digital yaitu mengenai sistem bilangan. Dimana setiap
siklusnya dilakukan satu kali tatap muka pembelajaran.
2) Merancang program pembelajaran, yang meliputi rencana
pembelajaran seperti silabus, RPP, dan soal-soal latihan.
3) Menetapkan cara observasi, yaitu dengan menggunakan format
observasi yang telah disiapkan sebelumnya dimana observasi
dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Format observasi yang digunakan berupa :
a) Lembar observasi aktivitas guru, digunakan untuk melihat
kegiatan guru selama proses belajar mengajar.
b) Lembar observasi aktivitas siswa, digunakan sebagai alat
observasi untuk melihat kegiatan siswa pada proses belajar
mengajar.
c) Catatan di lapangan, digunakan untuk mendeskripsikan dan
mencatat temuan penting aktivitas guru dan siswa selama
proses pemebelajaran berlangsung.
4) Menetapkan cara pelaksanaan refleksi, dengan cara mendiskusikan
hasil pelaksanaan tindakan dengan obsever serta hasilnya
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing setelah selesai
pelaksanaan tindakan dan observasi untuk setiap siklusnya.
2. Siklus Kedua
Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus kedua ini
berdasarkan hasil refleksi pada sikluspertama dan rencana perbaikan
pembelajaran yang telah disusun untuk siklus kedua. Tahapanproses
pembelajaran pada siklus kedua sama seperti pembelajaran siklus
pertama. Pada akhirsiklus akan diberikan evaluasi untuk mengetahui
hasil belajar kognitif.
3. Siklus Ketiga
Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus ketiga akan
dilaksanakan berdasarkan hasilrefleksi pada siklus kedua, sampai
permasalahan terselesaikan sesuai waktu yang telahdialokasikan.
Tahapan proses pembelajaran pada siklus ketiga sama seperti
pembelajaransiklus kedua.
4. Pengamatan (Observasi)
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat
semua hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format
observasi/penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara
cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta
dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Instrumen yang umum
dipakai adalah lembar observasi dan catatan di lapangan pada setiap siklus
yang dipakai untuk memperoleh data secara objektif yang tidak dapat
terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama
pemberian tindakan berlangsung, reaksi siswa, atau petunjuk lain yang
dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.
5. Refleksi (Reflection)
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh
tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul,
kemudian yang dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan
berikutnya. Langkah refleksi ini berusaha mencari alur pemikiran yang
logis dalam kerangka kerja proses, problem, dan hambatan yang muncul
dalam perencanaan tindakan strategik.
6. Evaluasi
1. Melaksanakan evaluasi hasil belajar melalui tes objektif setelah proses
pembelajaran berlangsung.
2. Melaksanakan analisis terhadap tindakan-tindakan yang telah dilakukan
dan menganalisishasil belajar.
3. Melaksanakan refleksi berupa perumusan masalah yang harus diatasi
beserta rencanatindakan untuk dijadikan pedoman dalam menyusun
tindakan untuk siklus kedua dan siklus ketiga.
C. Paradigma Penelitian
Untuk memperjelas langkah penelitian serta alur berpikir seorang
penulis, maka diperlukan adanya paradigma penelitian kemudian dijabarkan
dalam penjabaran penelitian.Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang
bersifat sadar, bersifat sistematik dan terarah pada terjadinya proses belajar.
Siswa merupakan subjek belajar di dalam proses belajar mengajar. Belajar
merupakan interaksi antara siswa dengan subjek didik dengan guru sebagai
penghajar, keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak
faktor. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar
mengajar adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat. Model
pembelajaran kontekstual merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan
dalam mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Digital karena dapat digunakan
Dasar Teknik Digital untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa. Semakin
banyak interaksi yang terjalin oleh siswa dalam berfikir dan menjawab berarti
tingkat pengetahuan siswa juga lebih tinggi, sehingga jika siswa dapat
berinteraksi, berfikir dan menjawab dengan baik diharapkan hasil belajar yang
dicapai akan lebih meningkat.
D. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Sipispis yang berlokasi di Jl.
Ahmad Yani Kecamatan Sipispis. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini
adalah siswa kelas X Program Keahlian Teknik Audio Video.
Rencana tindakan:
Menetapkan model pembelajaran,
Menetapkan metode mengajar dan media mengajar
Orientasi dan observasi pada SMKN 1Bekasi
Latar belakang Guru dan siswa
Kegiatan pemebelajaran
Sumber pembelajaran
Kurikulum Kegiatan pratindakan
Menetapkan metode penelitian
Menyusun rencana pembelajaran dengan model pembelajaran
kontekstual Identifikasi masalah Pelaksanaan tindakan siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus II Pelaksanaan tindakansiklus III Analisis
refleksi tindakan siklus I Analisis refleksi tindakan siklus II Analisis
refleksi tindakan siklus III Observasi & evaluasiPelaksanaan
tindakansiklus II Observasi & evaluasi Pelaksanaan tindakansiklus I
Observasi & evaluasi Pelaksanaan tindakansiklus III Rencana
revisitindakan siklus II Rencana revisi tindakan siklus III Evaluasi
seluruh tindakan Peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai
observer yang mengamati proses belajar mengajar dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual, sedang peserta standar
kompetensi yang akan diteliti adalah peserta standar kompetensi
SMKN 1 Bekasi kelas X jurusan Teknik Elektronika, sebanyak 40
orang yang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 23orang perempuan.
Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti yang
bertindak sebagai guru, serta guru mata pelajaran yang berperan
sebagai observer
E. Instrumen Penelitian dan Cara Penggunaannya
Instrumen penelitian yang dirancang dan akan digunakan dalam
penelitian ini sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian
tindakan kelas adalah sebagai berikut :
1. Lembar Observasi
Lembar observasi terdiri dari lembar aktivitas siswa selama proses
pembelajaran melalui model pembelajaran kontekstual. Lembar observasi
ini difokuskan pada keaktifan siswa, situasi siswa dalam kelas, respon
siswa terhadap interaksi dalam diskusi, dan aktivitas siswasesuai tahap-
tahap model pembelajaran kontekstual.
2. Lembar Wawancara
Wawancara terhadap guru dan siswa pada awal dan akhir
kegiatan tentang kesan, tanggapan, kelebihan dan kendala penerapan
model pembelajaran kontekstual.
3. Evaluasi
Evaluasi yang digunakan berebentuk uraian yang diberikan
pada masing-masing berupa soalevaluasi pada setiap siklus. Evaluasi
ini bertujuan untuk melihat peningkatan kemampuanpenguasaan siswa
terhadap materi yang telah dibelajarkan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data diperlukan beberapa teknik tertentu.
Mengingat informasi yang diperlukan sifatnya beragam, maka beragam pula
teknik-teknik yang digunakan. Data atau informasi yang dibutuhkan dapat
diperoleh melaui teknik wawancara, observasi, dan evaluasi.
1. Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
menjaring data berupaaktivitas guru dan siswa selama proses belajar
mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Kegiatan
observasi pada proses pembelajaran ini dilakukan olehsatu sampai tiga
orang observer. Sebelum digunakan, pedoman observasi ini sebelumnya
akan dikonsultasikan pada pembimbing setelah mendapatkan persetujuan
dapat digunakan dalam penelitian.
2. Wawancara
Untuk memperoleh data atau informasi yang lebih terperinci data
untuk melengkapi data hasil observasi, tim peneliti dapat melakukan
wawancara kepada guru, kepala sekolah, dan fasilisator yang
berkolaborasi. Wawancara dilakukan terhadap guru mata pelajaran yang
berkenan dengan model pembelajaran kontekstual. Melalui wawancara ini
diharapkan dapat memperoleh masukan untuk melengkapi dan
memperkuat analisis data yang diperoleh melalui model pembelajaran
kontekstual.
3. Evaluasi
Evaluasi dilakukan diakhir pembelajaran pada setiap siklus,
evaluasi yang diberikan dimaksudkan untuk mengukur perkembangan atau
kemajuan siswa dalam menempuh pembelajaran dengan model
kontekstual, dengan kata lain untuk mengetahui keefektifan penggunaan
model kontekstual dalam meningkatkan kemampuan penguasaan
materipembelajaran.
G. Teknik Analisis Data
Menganalisa data berarti memilah, mengelompokkan atau
menggolongkan data menurut jenis, sifat atau bentuknya sehingga hasilnya
dapat dibaca, dimengerti, dan dimaknai. Tegasnya analisis dapat membantu
peneliti dalam menarik kesimpulan sehingga jawaban masalah penelitian
dapat ditemukkan. Prosesnya meliputi, pengelompokkan hasil
pengamatandengan menghitung frekuensi, tanda cek, menghitung skor
evaluasi dan seterusnya. Untuk kepentingan analisis data hasil observasi
penelitian ini digunakan teknik statistik deskriptif (Presentase, perhitungan
rata-rata). Analisis data dalam penelitian ini, menggunakan analisis deskriptif.
a. Analisis hasil pengamatan kegiatan pembelajaran
Analisis hasil pengamatan selamakegiatan pembelajaran
berlangsung dilakukan observasi mengenal aktivitas guru dan siswa.
1) Aktivitas siswa
Presentase rata-rata aktivitas siswa di dalam kelompok (%)A=X
100 %2) Aktivitas guruPresentase rata-rata aktivitas guru (%)X=X 100 %
Keterangan :
A = Presentase aktivitas siswa (%)
B = jumlah frekuensi aktivitas yang dilakukan siswa di dalam kelompok
C = jumlah frekuensi seluruh aktivitas siswa di dalam kelompok
X = presentase aktivitas guru yang dilakukan
Y = jumlah frekuensi aktivitas guru yang dilakukan
Z = jumlah frekuensi seluruh aktivitas guru
Selanjutnya data akan dibagi kedalam lima kategori skala, dapat
dilihat dari table dibawah ini:
Presentase (%) Kategori> 80 Sangat tinggi
60 – 80 Tinggi40 – 59 Sedang20 – 39 Rendah
< 20 Sangat RendahTabel 3.1. Klarifikasi Aktivitas Siswa dan Aktivitas Guru
Sumber : Laksmini (Hermansyah, 31: 2007)
b. Analisis Hasil Tes
Data hasil tes belajar berisi uraian untuk menghindari pengundian
pilihan jika berupa soal pilihan ganda. Analisis data dilakukan dengan cara
membandingkan transkrip setiapinstrumen kegiatan atau hasil kerja siswa.
Nilai Kategori90 – 100 Sangat tinggi75 – 89 Tinggi55 – 74 Sedang30 – 54 Rendah0 – 29 Sangat Rendah
Tabel 3.2 Tingkat keberhasilan aspek kognitif
c. Penskoran Hasil Tes
Setiap bentuk tes berbeda teknik penskorannya apalagi kalau
jumlah itu bervariasi. Untuk tes objektif seperti benar salah, isian,
menjodohkan, dan lain-lainnya. Penskoran berbeda dengan cara penskoran
tes subyektif. Selain itu jumlah dan rentang tes perlu dipertimbangkan
untuk mendapatkan penskoran yang konsisten. Pada umumnya rentang
skor yang sering digunakan untuk tes subyektif adalah 0 s/d 100, karena
penelitian ini hanya menggunakan beberapa butir tes dengan rentang 0 s/d
25, maka penskorannya dilakukan dengan pembobotan.
H. Gain Ternormalisasi (N-Gain)
Menyatakan gain (peningkatan) dalam hasil proses pembelajaran
tidaklah mudah, dengan menggunakan gain absolute (selisih antara pra siklus
dan siklus) kurang dapat menjelaskan mana sebenarnya yang dikatakan gain
tinggi dan dikatakan gain rendah. Misalnya, siswa memiliki gain 2 dari 4 ke 6
dan siswa yang memiliki gain dari 6 ke 8 dari suatu soal dengan nilai
maksimal 8. Gain absolute menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain
yang sama. Secara logis seharusnya siswa kedua memiliki gain yang lebih
tinggi dari siswa pertama. Hal ini karena usaha untuk meningkatkan dari 6 ke
8 (nilai maksimal) akan lebih berat dari pada meningkatkan 4 ke 6. Menyikapi
kondisi bahwa siswa yang memiliki gain absolute sama belum tentu memiliki
gain hasil belajar yang sama.
Hake (1998) mengembangkan sebuah alternative untuk menjelaskan
gain yang disebut gain ternomalisasi (normalize gain). Gain ternomalisasi (N-
gain) diformasikan dalam bentuk persamaan seperti dibawah ini :
Katagori gain ternormalisasi disajikan pada tabel di bawah ini :
N-Gain Kriteria Normalize Gain0,70 Tinggi 0,70
0,30 – 0,69 Sedang 0,30 – 0,690,29 Redah 0,29
Tabel 3.3Kriteria Normalized Gain
N − Gain = Skor Posttest−Skor Pretest
Skor Ideal−Skor Pretest
I. Indikator Kriteria
Keberhasilan Kriteria keberhasilan dalam penemuan dan pengujian
serta peningkatan kualitas pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kontekstual, diharapkan akhirnya akan bermuara pada
peningkatan hasil belajar pada aspek kognitif, aktivitas siswa dan aktivitas
guru. Kriteria pembelajaran dikatakan berhasil jika :
1. Hasil belajar siswa dalam aspek kognitif dikatakan berhasil jika nilai
atau rata-rata ≥ 70 (70%).
2. Aktivitas siswa dikatakan behasil jika nilai atau rata-rata ≥ 70 (70%).
3. Aktivitas guru dikatakan berhasil jika nilai atau rata-rata ≥ 80 (80%).
57. BAB IV KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan hasil
analisis data di lapangan dan penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelasX di
SMK Negeri 1 Bekasi Program Keahlian Elaktronika dapat disimpulkan sebagai
berikut1. Peningkatan kemampuan pemahaman siswa setelah melakukan
pembelajaran denganmenggunakan model pembelajaran kontekstual yang
tertuang dalam nilai hasil belajar untuksetiap siklusnya terjadi peningkatan
walaupun dalam kategori sedang. Hal tersebut dapatterlihat dari perolehan rata-
rata N-Gain untuk setiap siklusnya dimulai dari siklus I yaitu0,29 (rendah),
dilanjutkan pada siklus II menjadi 0,36 (sedang) dan terakhir dari siklus
IIImenjadi 0,49 (Sedang). Dari penelitian ini ditemukan adanya hubungan
aktivitas belajarsiswa denga hasil belajar. Hal ini ditunjukan oleh data-data
observasi mulai dari siklus I,siklus II dan siklus III yang menggambarkan pada
setiap siklusnya terjadi peningkatanaktivitas belajar dan diiringi dengan
peningkatan hasil belajar siswa.2. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di
kelas, aktivitas siswa secara keseluruhanmengalami peningkatan pada setiap
siklusnya, pada siklus I, skor rata-rata keaktifan siswaadalah 52% yang
dikategorikan sedang, pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 66%
yangdikategorikan tinggi dan pada siklus III terjadi peningkatan menjadi 84%
yang dikategorikansangat tinggi.3. Secara keseluruhan aktivitas guru mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya. Hal iniditunjukan dari hasil pengamatan yang
mengunakan lembar observasi aktivitas guru. Padasiklus I skor rata-rata aktivitas
guru adalah 60% berada pada kategori sedang, pada siklus IIaktivitas guru
mengalami peningkatan menjadi 79% berada pada kategori tinggi dan padasiklus
III aktivitas guru terus meningkat menjadi 90% berada pada kategori sangat
tinggi.B. RekomendasiBerdasarkan hasil kesimpulan pada penelitian ini, ada
beberapa rekomendasi yang dapatdisampaikan oleh peneliti antara lain adalah
sebagai berikut :
• 58. 1. Model penbelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang
berlangsung secaraalamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan sekedar transfer ilmudari guru ke siswa. Sehingga dalam setiap kegiatan
pembelajaran harus melibatkan siswa baik dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran sehingga didapat revisi dan perbaikan untukpertemuan berikutnya.2.
Pada guru diharapkan untuk mengembangkan model pembelajaran kontekstual
denganmemperbaiki kekurangan-kekurangannya untuk kegiatan pembelajaran
selanjutnya.3. Pada siswa khususnya siswa kelas X Teknik Komputer dan
Jaringan diharapkan dapatmempertahankan aktivitas siswa dan hasil belajar
sehingga lebih baik lagi, dan dapatmengaplikasikan pada mata diklat lainnya.4.
Pada sekolah khususnya di SMK Negeri 1 Seluma untuk menunjang
kegiatanpembelajaran hendaknya sumber-sumber belajar dan literatur harap
dilengkapi sesuai dengankebutuhan dan perkembangan.
• 59. Daftar PustakaFakultas Teknik. 2009.
Buku Pedoman Skripsi/ Komprehensif/ Karya Inovatif (S1). Jakarta : Fakultas
Teknik, Universitas Negeri JakartaFurchan, Arief. 1982.
Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usana Offset PrintingGene L.
Wilkinson. 1984.
Media dalam Pembelajaran, Jakarta : Pustekkom Dikbud dan CV
RajawaliHamalik, Oemar.1992.
Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum. PenerbitMandar Maju.
Bandung.Hasan, Chalijah. 1984.
Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan . Al ikhlas Surabaya.Joni,T. Raka.1986.
Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Karya anda. surabaya
• 11.