widyadewa.files.wordpress.com … · web viewfakultas ilmu sosial dan ekonomi. ... bahwa investasi...

21
TEORI INVESTASI Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter Dosen Pengampu: Teguh Sihono, M.M. & Supriyanto, M.M. Disusun Oleh: Kelompok I & II 1. Muarif Khoerus S.(07404241008) 6. Rizky Amalia F. (07404241041) 2. Wahyu Hartanto (07404241019) 7. Asih Wijayanti (07404241044) 3. Misbahul Munir (07404241020) 8. Tiya Arfiyanti (08404241009)

Upload: dangnga

Post on 03-Mar-2018

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

TEORI INVESTASI

Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok

mata kuliah Ekonomika Moneter

Dosen Pengampu:

Teguh Sihono, M.M. & Supriyanto, M.M.

Disusun Oleh:

Kelompok I & II

1. Muarif Khoerus S. (07404241008) 6. Rizky Amalia F. (07404241041)

2. Wahyu Hartanto (07404241019) 7. Asih Wijayanti (07404241044)

3. Misbahul Munir (07404241020) 8. Tiya Arfiyanti (08404241009)

4. Menik Yuni H. (07404241021) 9. Chandra W (08404241012)

5. Reftina K. A. (07404241036) 10. Riska Dwi S. A. (08404241014)

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI (R)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2011

BAB I

PENDAHULUAN

Investasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam GNP. Di Indonesia,

bagian dari investasi dalam produk domestik bruto pada tahun 2010 sebesar 32,15%.

Meskipun sumbangan ini masih relatif kecil, namun investasi tetap mempunyai peranan

penting dalam permintaan agregat. Pertama, biasanya pengeluaran investasi lebih tidak stabil

apabila dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat

menyebabkan resesi dan boom. Oleh karena itu, para ahli ekonomi sangat tertarik untuk

menganalisisnya, terutama dalam kaitannya dengan kebijaksanaan stabilisasi untuk mengatasi

akibat buruk dari adanya fluktuasi investasi. Kedua, bahwa investasi sangat penting bagi

pertumbuhan ekonomi serta perbaikan dalam produktivitas tenaga kerja. Pertumbuhan

ekonomi sangat tergantung pada tenaga kerja dan jumlah (stock) kapital. Investasi akan

menambah jumlah (stock) daripada kapital. Tanpa investasi, maka tidak akan ada

pabrik/mesin baru, dan dengan demikian tidak ada ekspansi. Pengertian investasi mencakup

investasi barang-barang tetap pada perusahaan (business fixed investment), persediaan

(inventory) serta perumahan (residential).

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mempelajari teori tentang investasi yang pada

umumnya hendak menjelaskan faktor-faktor (variabel) yang mempengaruhi investasi.

Beberapa faktor yang diduga kuat pengaruhnya terhadap investasi ini antara lain: tingkat

bunga, penyusutan, kebijaksanaan perpajakan, serta perkiraan (expectation) tentang penjualan

serta kebijaksanaan ekonomi. Mempertimbangkan ekspektasi ke dalam penentuan investasi

merupakan pandangan (teori) yang relatif baru. Secara terperinci, dalam makalah ini akan

dibahas faktor (variabel) tersebut di atas.

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Investasi Tetap Pada Perusahaan (Business Fixed Investment)

Oleh karena investasi diartikan sebagai perubahan capital stock, maka teori tentang

investasi haruslah dimulai dengan konsep jumlah (stock) kapital yang diinginkan

(desired capital stock), yang biasa diberi simbol dengan K*.

Dalam menentukan berapa besar capital stock yang diinginkan, seorang pengusaha

harus mempertimbangkan nilai produk marginal (value of marginal product) dengan

biaya modal (user costs of capital). Nilai produk marginal (VMP) adalah kenaikan nilai

output yang diperoleh karena penambahan satu unit input. Dalam pasar persaingan

sempurna, VMP ini sama dengan harga output. Selama VMP masih lebih besar daripada

biaya modal maka pengusaha akan menambah stock daripada kapitalnya. Pengusaha

akan berhenti menambah kapitalnya apabila VMP sama dengan biaya modal.

Marginal Efficiency of Capital (MEC)

MEC menggambarkan tingkat pendapatan (rate of return) dari investasi baru yang

diharapkan akan dilakukan. Untuk menjelaskan konsep MEC ini akan digunakan contoh

sebagai berikut.

Seorang pengusaha hendak menambah satu mesin baru yang berumur satu tahun.

Keuntungan yang diperoleh (setelah dikurangi biaya bahan mentah dan tenaga serta

biaya lain kecuali biaya bunga dan biaya/harga mesin) sebesar Rp 125 juta. Dari

keuntungan kotor ini, sebesar Rp 100 juta untuk membayar biaya mesin, sehingga

sisanya Rp 25 juta merupakan pendapatan dari investasi modal sebesar Rp 100 juta

selama satu tahun (dianggap tidak ada nilai residu) atau sebesar 25%. Hasil ini dapat

diperoleh dengan cara menyamakan biaya mesin (C) dengan kentungan kotor (R) di

diskonto dengan tingkat keuntungan (r). secara simbolis, dapat dituliskan sebagai

berikut:

C = R

(1+r )n +J

(1+r)n

di mana

J = nilai residu mesin

3

Dengan diketahuinya C, R dan J, maka dapat dihitung besarnya “marginal efficiency

of capital” (r). Keputusan seorang pengusaha untuk melakukan investasi tergantung pada

besarnya MEC ini dibandingkan dengan tingkat bunga di pasar. Apabila MEC lebih

besar daripada tingkat bunga pasar, maka pengusaha ini akan melakukan investasi.

Tetapi sebaliknya, apabila MEC lebih rendah daripada tingkat bunga pasar, maka

pengusaha tersebut tidak akan melakukan investasi. Gambar 1 menjelaskan bagaimana

keputusan investasi dilakukan.

Gambar 1.

Keputusan Untuk Melakukan Investasi

Investasi yang paling menguntungkan adalah mesin dengan MEC sebesar 10%,

disusul dengan alat angkut (8%) dan gudang (6%). Investasi apa yang akan direalisir

tergantung pada tingginya tingkat bunga pasar. Apabila tingkat bunga pasar sebesar 9%,

maka hanya mesin yang akan dibeli. Pada tingkat bunga yang lebih rendah, misalnya 5%,

maka pengusaha akan melakukan investasi pada alat angkut, gudang serta mesin, karena

ketiga investasi ini menghasilkan pendapatan (MEC) yang lebih tinggi daripada tingkat

bunga. Dengan demikian dapat diperoleh hubungan antara tingkat bunga dengan

pengeluaran investasi. Makin rendah tingkat bunga, makin besar pengeluaran investasi

(untuk MEC tertentu). Garis a b c d e f g h i merupakan kurva permintaan akan investasi

untuk seorang pengusaha. Apabila kita jumlahkan (secara horizontal), kurva permintaan

investasi ini untuk semua pengusaha maka akan diperoleh kurva permintaan investasi

yang berupa garis lurus turun miring dari kiri atas ke kanan bawah, sebagai berikut.

4

Gambar 2.

Kurva Permintaan Investasi

(Secara Keseluruhan)

B. Jumlah Modal Yang Diinginkan (Desired Capital Stock)

Keinginan seorang pengusaha melakukan investasi dipengaruhi oleh pendapatan yang

diharapkan dan biaya modal untuk membiayai investasi. Pendapatan yang diharapkan

ditentukan oleh sumbangan ekstra dari investasi setiap penggunaan faktor produksi yang

diukur dengan tambahan ekstra hasil produksi dikalikan dengan harganya (sering disebut

nilai produk marginal = value of marginal product). Penambahan investasi akan berhenti

apabila nilai produk marginal telah sama dengan biaya modal. Dengan demikian, jumlah

kapital yang diinginkan tergantung daripada biaya modal serta produk yang diharapkan

akan diproduksi. Untuk sesuatu jumlah tertentu output, makin rendah biaya modal akan

makin tinggi keinginan melakukan investasi.

Biaya Modal (Costs of Capital)

Salah satu komponen biaya modal yang utama adalah tingkat bunga. Tingkat bunga

ini merupakan biaya alternatif dari penggunaan modal. Namun yang penting bagi

pengusaha bukanlah tingkat bunga dalam arti nominal (seperti yang tertera pada bank)

tetapi dalam arti riil, yakni tingkat bunga nominal dikurangi dengan inflasi. Secara

formula dapat dituliskan sebagai berikut.

5

rriil = rnom – π

π = tingkat inflasi

Di samping tingkat bunga, yang termasuk di dalam biaya modal adalah penyusutan.

Kalau dianggap bahwa besarnya penyusutan tetap setiap periode, yakni sebesar b% maka

biaya modal menjadi:

Bm = rnom – π + b

Komponen lain dari biaya modal adalah pajak investasi (investment tax credit) dan

pajak keuntungan (corporate income tax). Pajak investasi berupa pengurangan terhadap

pajak yang dibayarkan, yang besarnya sejumlah (prosentase) tertentu dari nilai investasi.

Pajak investasi ini mengurangi besarnya biaya modal dengan demikian mengurangi

nilai/harga daripada investasi. Apabila besarnya pajak investasi adalah X%, maka biaya

modal akan menjadi:

Bm = (1 – X)( rnom – π + b)

Pajak keuntungan secara tidak langsung mempengaruhi biaya modal. Pengusaha di

dalam mempertimbangkan keputusan untuk melakukan investasi yang penting adalah

nilai produk ekstra setelah dikurangi pajak keuntungan. Oleh karena itu, besarnya nilai

produk ekstra setelah pajak sebesar (1 – t) kali nilai produk ekstra sebelum pajak.

Dengan memperhitungkan kedua jenis pajak tersebut, maka besarnya biaya modal dapat

diformulasikan sebagai berikut:

Bm = (1 – X )(r nom – π+b)

1−t

di mana t adalah pajak keuntungan

Seperti telah diuraikan di atas, bahwa jumlah modal yang diinginkan tergantung pada

jumlah produk yang ingin diproduksi dan biaya modal. Secara umum hubungan ini dapat

dituliskan sebagai berikut:

6

K* = f(Bm. Y)

di mana:

K* = jumlah modal yang diinginkan

Bm = biaya modal

Y = jumlah produk

Secara khusus, bentuk fungsi produksi di atas kita pilih tipe Cobb-Douglas sebagai

berikut:

K* = a YBm

Maka formulasi dari jumlah modal yang diinginkan menjadi:

K* = a Y (1−t )

(1 – X )(r nom – π+b) ………. (1)

Penyesuaian Terhadap Jumlah Modal Yang Diinginkan

Melakukan investasi (mulai perencanaan sampai dengan pelaksanaan) biasanya

memakan waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, keinginan untuk melakukan investasi

ini dipenuhi sebagian demi sebagian, tidak mungkin (jarang) yang dapat dipenuhi

sekaligus (dalam waktu pendek). Apabila pemenuhan investasi yang sebagian demi

sebagian ini (partial adjustment) dinyatakan dengan simbol λ, yakni penyesuaian yang

besarnya adalah λ kali selisih antara yang diinginkan dengan kenyataan yang telah

dilakukan pada waktu yang lalu, maka proses penyesuaian yang sifatnya parsiil dapat

dituliskan sebagai berikut:

Kt = Kt – 1 + λ(K* - Kt – 1) ………. (2)

di mana:

Kt = jumlah modal pada waktu t

Kt – 1 = jumlah modal pada waktu t – 1

λ = koefisien penyesuaian

7

Arti dari formulasi ini adalah pengusaha merencanakan untuk mempunyai modal pada

satu waktu tertentu sedemikian rupa sehingga sebagian dari perbedaan antara modal yang

diinginkan dengan jumlah modal waktu sebelumnya dipenuhi.

Apabila investasi diartikan sebagai tambahan jumlah modal, maka investasi dapat

diformulasikan sebagai berikut.

I = Kt - Kt – 1 ………. (3)

Kt - Kt – 1 = λ(K* - Kt – 1) ………. (4)

I = λ(K* - Kt – 1) ………. (5)

Oleh karena itu, besarnya K* tidak bisa diukur, maka formulasi K* diganti dengan

persamaan (I) menjadi:

I = λ[(aY (1−t)

(1 – X )(r nom – π+b)) - Kt – 1 ] ………. (6)

Persamaan (6) merupakan suatu fungsi investasi. Dari persamaan ini, jelas nampak

pengaruh kebijaksanaan moneter terhadap investasi. Pengaruhnya melalui tingkat bunga

dan inflasi yang pada gilirannya akan mempengaruhi investasi.

C. Prinsip Akselerasi (Acceleration Principles)

Prinsip akselerasi mengatakan bahwa tingkat/besarnya investasi proporsional terhadap

perubahan dari output (GNP).

Secara sederhana, prinsip akselerasi ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Menurut J.

M. Clark, bahwa pengusaha menginginkan hubungan tertentu (proporsi tertentu) dari

modal yang diinginkan dengan hasil produksi (output).

K*t = a Yt ………. (7)

di mana:

a = perbandingan/rasio antara modal dengan output yang diinginkan

K* = jumlah modal yang diinginkan

8

Pengusaha melakukan investasi apabila jumlah modal yang diinginkan pada satu saat

lebih besar daripada jumlah modal yang betul-betul dimiliki (actual) dikurangi dengan

penyusutan. Investasi dalam arti ini dapat dituliskan sebagai berikut:

I = K*t – Kt – 1(1 – d) ………. (8)

d = penyusutan (depresiasi)

Jumlah modal pada akhir suatu periode t sama dengan K t – 1(1 – d) ditambah dengan

investasi neto

Kt = Kt – 1(1 – d) + It ………. (9)

J. M. Clark juga menggunakan anggapan bahwa penyesuaian terhadap jumlah modal

yang diinginkan dilakukan dalam satu periode (koefisien penyesuaian = 1). Implikasinya,

jumlah modal pada periode t sama dengan jumlah modal yang diinginkan pada periode t.

Oleh karena itu, diperoleh:

Kt = K*t ………. (10)

Sehingga persamaan (7) menjadi:

Kt = a Yt ………. (11)

Dengan memasukkan persamaan (11) dan (8) ke dalam persamaan (7) diperoleh

prinsip akselerasi sebagai berikut:

It = K*t – K*t – 1 + d Kt – 1

It = a(Yt – Yt – 1) + d Kt – 1 ………. (12)

Persamaan (12) berarti bahwa investasi bruto tergantung pada pertumbuhan output

dan penyusutan. Bagian pertama disebut investasi – neto. Dengan demikian, investasi

neto tergantung (merupakan fungsi) dari pertumbuhan output. Konsekuensinya, suatu

perekonomian yang tidak mengalami pertumbuhan maka investasi juga akan sama

dengan nol (jumlah modal juga tetap tidak berubah).

9

D. Investasi Perumahan

Perumahan merupakan salah satu bentuk kekayaan yang umurnya panjang. Oleh karena itu,

permintaan akan perumahan merupakan bagian dari penentuan jenis bentuk kekayaan yang

ingin dimiliki oleh seseorang (teori portofolio). Permintaan akan perumahan dipengaruhi

(tergantung) oleh beberapa faktor, diantaranya: besarnya kekayaan (wealth), pendapatan

(return) dari bentuk kekayaan lain serta pendapatan (return) dari pemilikan rumah.

Gambar 3 menjelaskan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi permintaan akan

perumahan.

Gambar 3.

Kurva Permintaan Akan Perumahan

Makin besar/tinggi kekayaan seseorang, makin besar/tinggi pula permintaan akan

perumahan. Dalam gambar 3, ditunjukkan dengan bergesernya kurva permintaan dari D0 ke

D1.

Faktor lain yang mempengaruhi permintaan akan perumahan adalah pendapatan dari bentuk

(jenis) kekayaan lain. Makin rendah pendapatan dari bentuk/jenis kekayaan lain (seperti

misalnya surat berharga) maka investasi dalam bentuk rumah nampak menguntungkan,

sehingga permintaan akan perumahan naik. Hal ini tercermin dengan bergesernya kurva

permintaan dari D0 ke D1.

Faktor ketiga adalah pendapatan dari pemilikian rumah. Pendapatan kotor terdiri dari sewa

ruah (seandainya disewakan) dan kenaikan nilai rumah (capital gain), sedangkan

10

biaya/ongkosnya terdiri dari biaya bunga, pajak serta penyusutan. Pendapatan bersih adalah

selisih antara pendapatan kotor dikurangi dengan biaya. Makin tinggi pendapatan bersih

(mungkin disebabkan oleh naiknya sewa, atau turunnya biaya bunga) akan membuat makin

besar dorongan untuk membeli rumah dan hal ini tergambar dengan pergeseran kurva

permintaan akan perumahan dari D0 ke D1. Perlu dicatat di sini, meskipun rumah tidak

disewakan (didiami sendiri), pendapatannya berupa imputed return, tetap diperhitungkan

sebagai pendapatan. Dalam keadaan keseimbangan, biaya modal dikalikan dengan harga rumah

sama dengan pendapatan (r + d – πe) Ph = sewa, sehingga pendapatan dapat diformulasikan

sebagai berikut:

rh = Sewa

Ph - d + πc

di mana:

rh = pendapatan

d = penyusutan

πc = kenaikan harga rumah yang diharapkan

Ph = harga rumah

Satu faktor penting yang mempegaruhi permintaan perumahan adalah tersedianya kredit

(khusus kredit perumahan). Besar/kecilnya kredit yang tersedia dipengaruhi oleh tingkat bunga.

Biasanya kredit yang tersedia untuk perumahan itu berasal dari tabungan. Kenaikan tingkat

bunga obligasi misalnya, akan mendorong orang untuk mengambil tabungannya guna membeli

obligasi. Akibatnya dana yang tersedia (kredit) untuk perumahan makin kecil sehingga

permintaan akan perumahan turun. Dalam hal ini terdapat hubungan negatif antara tingkat

bunga dengan permintaan akan perumahan. Secara ringkas, faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan akan perumahan dapat diformulasikan ke dalam suatu fungsi permintaan sebagai

berikut:

Dh = d( +¿ rh, −¿ r)

Tanda di atas variabel rh dan r menunjukkan hubungan variabel tersebut dengan Dh (jumlah

perumahan yang diminta). Dengan mengganti rh, maka diperoleh fungsi permintaan akan

perumahan sebagai berikut:

11

Dh = h( −¿ Ph,+¿ Sewa,+¿ πe, −¿ r)

Harga dari rumah sebagai hasil interaksi antara permintaan dan jumlah (stock) rumah. Pada

suatu saat tertentu, jumlah rumah ini relatif tetap, yang tidak dapat dengan cepat dirubah

(ditambah) guna memenuhi perubahan (kenaikan) permintaan. Oleh karena itu, kurva

penawaran dari jumlah (stock) rumah ini dapat digambarkan dengan garis vertikal. Harga

keseimbangan ditentukan oleh perpotongan antara kurva permintaan dengan penawaran, seperti

tercermin pada gambar 4.

Gambar 4.

Pasar Perumahan

Kurva permintaan pada gambar (a) menunjukkan hubungan antara harga rumah

dengan jumlah yang diminta (dari fungsi permintaan akan perumahan di atas). Faktor-

faktor lain yang mempengaruhi jumlah rumah yang diminta seperti sewa, tingkat bunga

dan perkiraan harga rumah dianggap tetap (ceteris paribus). Apabila faktor-faktor lain ini

berubah, maka akan terjadi pergeseran kurva permintaan. Kurva SS menggambarkan

jumlah rumah pada suatu saat tertentu (yang relatif tetap). Memang pada waktu yang

relatif pendek dapat saja terjadi pembangunan rumah, namun jumlahnya relatif kecil

sehingga untuk menyederhanakan analisa dianggap tidak (penting) mempengaruhi

jumlah (stock) rumah yang ada. Namun dalam jangka panjang, jumlah (stock) ini dapat

bertambah sehingga kurva SS bergeser ke kanan. Di dalam jangka pendek, harga

ditentukan oleh titik potong antara kurva permintaan D dengan penawaran (SS), yakni

pada Ph.

12

Rumah baru yang dibangun (investasi) tampak pada gambar (b), yakni kurva CC.

kurva ini menunjukkan banyaknya rumah baru yang dibangun pada berbagai

kemungkinan harga. Seperti halnya kurva penawaran barang, kurva ini pun mempunyai

lereng positif, artinya makin tinggi harga rumah, akan makin banyak pula rumah baru

yang dibangun. Kenaikan upah atau harga bahan bangunan akan menggeser kurva CC ke

kiri atas.

Hubungan antara gambar (a) dengan (b) dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam

jangka pendek, harga ditentukan pada pasar rumah yang telah ada (stock), dimana jumlah

yang diminta sama dengan yang ada, yakni pada harga Ph0. Pada harga Ph0 ada sejumlah

rumah baru (yakni sebesar I0) dibangun (sebab harga rumah lebih besar daripada ongkos

pemugaran misalnya). Dalam jangka panjang, rumah baru ini menambah jumlah (stock)

rumah yang ada, kurva SS bergeser ke kanan, harga rumah turun dan pembangunan

rumah baru turun. Dengan demikian, pembangunan rumah baru menyesuaikan dengan

komposisi portofolio masyarakat. Apabila ada kenaikkan permintaan (misalnya karena

berubahnya sewa/naiknya sewa dalam fungsi permintaan) yang ditunjukkan dengan

bergesernya kurva permintaan dari D0 ke D1, harga rumah naik menjadi Ph1. Kenaikan

harga ini merupakan pertanda bahwa masyarakat menginginkan rumah yang lebih

banyak. Keadaan ini mendorong pembangunan rumah baru, sehingga jumlah rumah baru

yang dibangun naik menjadi I1.

Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan akan perumahan adalah tingkat

bunga. Kenaikan tingkat bunga akan menggeser kurva permintaan akan perumahan ke

kiri bawah (misalnya dari D1 ke D0).

Dari uraian ini jelas bahwa kenaikan tingkat bunga akan menurunkan pembangunan

rumah baru (investasi dalam perumahan). Pengaruh tingkat bunga terhadap

pembangunan rumah baru dapat melalui jumlah kredit yang tersedia. Kenaikan tingkat

bunga cenderung menurunkan kredit yang tersedia untuk pembangunan perumahan

sehingga jumlah rumah baru yang dibangun cenderung menurun.

13

BAB III

PENUTUP

Investasi mempunyai peranan yang penting di dalam permintaan agregat. Pertama,

biasanya pengeluaran investasi lebih tidak stabil apabila dibandingkan dengan pengeluaran

konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan resesi dan boom. Oleh karena itu,

para ahli ekonomi sangat tertarik untuk menganalisisnya, terutama dalam kaitannya dengan

kebijaksanaan stabilisasi untuk mengatasi akibat buruk dari adanya fluktuasi investasi.

Kedua, bahwa investasi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi serta perbaikan dalam

produktivitas tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pada tenaga kerja dan

jumlah (stock) kapital. Investasi akan menambah jumlah (stock) daripada kapital. Tanpa

investasi, maka tidak akan ada pabrik/mesin baru, dan dengan demikian tidak ada ekspansi.

Pengertian investasi mencakup investasi barang-barang tetap pada perusahaan (business fixed

investment), persediaan (inventory) serta perumahan (residential).

Teori tentang investasi pada umumnya hendak menjelaskan faktor-faktor (variabel).

Beberapa faktor yang diduga kuar pengaruhnya terhadap investasi ini diantaranya adalah

tingkat harga, penyusutan, kebijaksanaan perpajakan, serta perkiraan (expectation) tentang

penjualan serta kebijaksanaan ekonomi.

14

DAFTAR PUSTAKA

Husnan, Suad. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.

Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter: Buku II. Yogyakarta: BPFE.

Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen

Portofolio, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

15