welcome to raden intan repository - raden intan...
TRANSCRIPT
-
PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING OLEH GURU BK UNTUK MEMBANTU MENYELESAIKAN MASALAH MINAT
BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna MemperolehGelarSarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Bimbingan dan Konseling
Oleh:
MIRA NIRMALA NPM : 1311080029
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1439 H / 2017 M
-
PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING OLEH GURU BK UNTUK MEMBANTU MENYELESAIKAN MASALAH MINAT
BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna MemperolehGelarSarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Bimbingan dan Konseling
Oleh:
MIRA NIRMALA
NPM. 1311080029
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
Pembimbing I : Drs. Badrul Kamil, M.Pd.I
Pembimbing II : Nova Erlina, SIQ.,M.Ed
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1439 H / 2017 M
-
ABSTRAK
PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING OLEH GURU BK UNTUK MEMBANTU MENYELESAIKAN MASALAH MINAT
BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG
Oleh
Mira Nirmala Keterampilan dasar konseling merupakan keterampilan guru bimbingan
konseling (bk) dalam menangkap atau merespon pernyataan peserta didik dan mengkomunikasikannya kembali kepada peserta didik. Dalam melaksanakan layanan konseling individu, guru bk harus mampu menerapkan dan menguasai keterampilan dasar konseling karena dapat sedikit banyak menjamin keberlangsungan suatu proses konseling untuk mencapai tujuan konseling. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan keterampilan dasar konseling oleh guru bk untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar peserta didik di SMK Negeri 3 Bandar Lampung. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah satu guru bimbingan dan konseling di SMK Negeri 3 Bandar Lampung, metode pengumpulan datanya menggunakan observasi partisipan dimana peneliti turut serta ambil bagian dalam proses orang yang di observasi, analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif dengan 3 cara yaitu; reduksi dan kategorisasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan ada beberapa keterampilan dasar konseling yang digunakan oleh guru bk dalam proses layanan konseling individu untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar peserta didik diantaranya yaitu: attending (pemusatan perhatian), dorongan minimum (memberi dorongan), refleksi (penegasan masalah), pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Dari hasil penelitian bahwa keterampilan dasar konseling yang digunakan oleh guru bk dapat membantu menyelesaikan masalah peserta didik meskipun dengan lima keterampilan dasar yang guru bk gunakan. Secara profesional sebagai seorang guru bk keterampilan dasar konseling sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan pekerjaannya. Jika keterampilan ini secara terus menerus dilakukan dan dipraktekkan akan menjadi bagian dari kebiasaan yang tidak terpisahkan dari pengalaman, yang seharusnya semakin baik dan berkesan.
Kata kunci: Keterampilan dasar konseling, Guru bimbingan dan konseling
-
MOTTO
........ .......
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (QS: Ar-Ra’d Ayat 11)1
1Dapartemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnya Asy-Syifa, (Semarang: Raja Publik Sing,
2010).h.250
-
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin dengan rasa syukur kepada Alllah SWT
Karya tulis ini kupersembahkan sebagai tanda cinta, sayang pada orang-orang
yang selalu mendukung terselesaikannya karya ini, di antaranya:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Sehran dan Ibu Emi Rohidayah yang selalu
memberikan dukungan serta nasehatnya agar selalu berada dijalan-Nya, terlebih
do’a dan kasih sayangnya yang tiada henti-hentinya hingga dapat menyelesaikan
kuliah ini.
2. Kakakku Subhi Haryanto, Mery Susanti, Johansah, dan Ahmad Jupriko Hadi
dan beserta kakak-kakak iparku Misniarti, Alamsah serta keponakanku Siti
Aisyah Azahrah, M. Arif Alfaqih, Lutfi Zaki Muazam Serin, Kanza Sabrina
Serin yang senantiasa memberikan dukungan atas keberhasilanku sehingga dapat
menyelesaikan Akademik ku di UIN Raden Intan Lampung.
3. Keluarga besarku yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan untukku.
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir tanggal 30 Juli 1995 di Desa Pura Jaya, Kecamatan Kebun Tebu,
Kabupaten Lampung Barat. Penulis adalah anakkelimadari5 bersaudara, dari
pasanganBapak SehrandanIbu Emi Rohidayah. Penulis menempuh pendidikan
formal: SDN 1 Pura Jaya pada tahun 2001 lulus tahun 2007. Kemudian melanjutkan
di SMPN 1 Kebun Tebu pada tahun 2007 dan lulus tahun 2010. Kemudian penulis
melanjutkan lagi di SMAN 1 Kebun Tebu dari tahun 2010sampai dengan 2013.
Pada tahun 2013, penulisterdaftarsebagai mahasiswa Program Bimbingan dan
Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, di Universitas Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)
UIN Raden Intan Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.
Padatahun 2013, penulisditerimasebagaimahasiswa di, Universitas Islam
Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, pada FakultasTarbiyah dan Keguruan program
studi Bimbingan dan Konseling.Padatahun 2016 penulis mengikuti Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung
Tengah selama 40 hari. Selanjutnya pada tahun yang sama, Penulis mengikuti Praktek
Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3Bandar
Lampung. Kegiatan yang pernah penulis ikuti yaitu bergabung dalam UKM Pramuka
UIN RIL Tahun 2013/2014.
-
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdullilahirabbil’alamin, Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan karunia berupa ilmu pengetahuan, kesehatan, dan
petunjuk, sehingga skripsi yang berjudul “Penggunaan Keterampilan Dasar
Konselingoleh Guru BK Terhadap Minat Belajar Peserta Didik di SMK Negeri 3
Bandar Lampung, dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam disampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW, parasahabat, keluarganya, dan pengikutnya yang
setia.
Skripsiinimerupakanbagiandaripersyaratanuntukmenyelesaikanstudi program
strata satu (S-1), padaFakultasTarbiyah dan Keguruan UIN RadenIntan Lampung,
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang ilmu Tarbiyah. Atas
bantuan semua pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini taklupa dihaturkan terima
kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, MPd, selaku Dekan Fakultas tarbiyah dan
Keguruan UIN RadenIntanLampung;
2. Bapak Andi Thahir, M.A.,Ed.D, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling.
3. Bapak Dr.Ahmad Fauzan,M.Pd selaku sekretarisJurusan Bimbingan Konseling
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN RadenIntanLampung;
-
4. Bapak Drs. Badrul Kamil, M.Pd.Iselakupembimbing I, yang telah menyediakan
waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan bagi tersusunnya
skripsi ini;
5. Ibu Nova Erlina, SIQ.,M.Ed sebagai pembimbing II yang dengan sabar
memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berarti bagi penulis;
6. Bapak dan Ibu Dosen serta para staf/karyawan Fakultas Tarbiyah UIN Raden
Intan Lampung yang telah membimbing dan membantu penulis selama
mengikuti perkuliahan;
7. IbuSuniyar, S.Pd,M.Pd selaku Kepala SMKN 3 Bandar Lampung, yang telah
memberi izin untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Dini Afini, S.Pd selaku Guru Bimbingan dan Konseling SMKN 3 Bandar
Lampung yang telah bersedia dengan ramah menjawab pertanyaan-pertanyaan
peneliti saat wawancara dan terima kasih telah menyediakan waktunya untuk
membantu dalam pengumpulan data selama penelitian.
9. Pesertadidik di SMKN 3 Bandar Lampung yang tidakbiasadisebutsatu-persatu.
Terimakasihatasdukungandankerjasamanya.
10. Teman-teman Seperjuangan di Jurusan Bimbingan dan KonselingFakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung angkatan 2013 khususnya
kelas BK A. Terima Kasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini,
semoga silaturahmi tetap terjalin dan terjaga dan ilmu yang kita dapatkan
bermanfaat, Amin.
11. Sahabat sekaligus seperti keluarga yang selalu saling mendukung dan
memberikan motivasi satu dengan yang lain disaat gairah jiwa menurun dan
kalian selalu ada, Alpizon, Apri Yanti, Dewi Rosita, Nur Azizah, Febriawan,
-
Munik Yuni A, Rosnaeni. Semoga kita selalu terjaga dan kita dapat
dipertemukan pada kesuksesan yang selalu kita impikan.
12. UKM Pramuka UIN Raden Intan, seluruh kk Purna Racana, teman seangkatan
dan adik-adik yang sudah banyak memberikan pengalaman dan pembelajaran
hidup yang tak ternilai.
13. Teman-teman KKN kelompok 51 yang tidakpernahberhentimemberikannasihat.
Terimakasihataspelajaran yang telahdiberikan di saat KKN.
14. Teman-temanPPLdi SMKN 3 Bandar Lampung. Terimakasihataskebersamaan
selama 2 bulan yang telahdiberikan di saatPPL.
15. AlmamaterkutercintaUINRadenIntan Lampung dan semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, namun telah embantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya, Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,diharapkanbetapa pun
kecilnyakaryatulis (hasilpenelitian) inidapatmenjadisumbangan yang
cukupberartidalampengembanganilmupengetahuan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Bandar Lampung, Oktober 2017 Penulis, MIRA NIRMALA NPM.1311080029
-
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i ABSTRAK ............................................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv MOTTO ................................................................................................................. v RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Identifikasi Masalah................................................................ 7 C. Batasan Masalah ..................................................................... 7 D. Rumusan Masalah ................................................................... 7 E. Tujuan Penelitian .................................................................... 8 F. Manfaat Penelitian .................................................................. 8 G. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 9
BAB II LANDASASAN TEORI KETERAMPILAN DASAR KONSELING
A. Pengertian ............................................................................... 10 B. Macam-macam keterampilan Dasar Konseling .................... 12 C. Penelitian yang Relevan ......................................................... 19 D. Kerangka Pemikiran ............................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 26 B. Subjek dan Objek Penelitian .................................................. 27 C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 28 D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 28 E. Teknik Analisis Data .............................................................. 28
-
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .............................................................................. 31 B. Pembahasan .................................................................................... 38
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 44 B. Saran ............................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Observasi
Lampiran 2 : Pengesahan Seminar
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 5 : Sejarah Profil Sekolah SMK Negeri 3 Bandar Lampung
Lampiran 6 : RPL Guru BK SMK Negeri 3 Bandar Lampung
Lampiran 7 : Rekapitulasi Absen Peserta didik
Lampiran 8 : Dialog Sesi Konseling Guru BK dan Peserta didik
Lampiran 9 : Daftar Hadir Sesi Konseling
Lampiran 10 : Foto Kegiatan yang Berlangsung
-
DAFTER TABEL
Tabel Halaman
1. ....................................................................................................... Tabel Proses Konseling ........................................................................................ 15
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru Bimbingan Konseling diharapkan dapat membantu peserta didik untuk
mencapai tujuan yang jelas. Kejelasan tujuan yang ingin dicapai memungkinkan
tahapan perubahan tingkah laku peserta didik menjadi lebih terarah, sehingga guru
bimbingan dan konseling bertindak sebagai fasilitator pemberi bantuan dalam jangka
waktu yang singkat.
Konteks tugas Guru Bimbingan dan Konseling berada dalam kawasan
konseling yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan peserta didik
dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang
produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum.
Konseling merupakan satu proses yang melibatkan hubungan dua arah antara
konselor profesional dengan individu yang memerlukan bimbingan.2
“Menurut Brammer proses konseling adalah peristiwa yang tengah berlangsung dan memberi makna bagi para peserta konseling tersebut (konselor dan klien)”.3 Manakala Hansen, Ressberg dan Cremer juga mendefinisikan konseling sebagai suatu proses menolong manusia belajar
2Noriah Mohd. Ishak, Zuria Mahmud & Salleh Amat, Hubungan dual di kalangan
kaunselor: satu kajian kes. Jurnal PERKAMA, vol. 11,(Kuala Lumpur Persatuan Kaunseling Malaysia 2005). h.37-60
3Sofyan Willis, konseling individual teori dan praktek, (Bandung: Alfabeta 2013).h.50
-
mengenali diri, persekitaran dan cara-cara mengendali tugasan dan perhubungan dengan orang lain.4
Proses konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh seseorang
yang berprofesi di bidang konseling kepada individu yang memiliki kesulitan dan
biasa dilakukan dengan cara face to face, sehingga individu yang mendapatkan
bantuan tersebut mendapatkan kebahagiaan. dalam proses konseling individu tentu
saja membutuhkan teknik dan keterampilan tertentu yang harus dikuasai.
Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan dasar konseling.
Keterampilan dasar konseling merupakan keterampilan dalam melakukan sesi
konseling. Dalam definisi ini mengindikasikan bahwa proses konseling menekankan
adanya hubungan antara orang yang memberi bantuan dengan yang menerima
bantuan dengan menggunakan metode wawancara.
Benjamin dalam Sertzer & Stone mengartikan “hubungan konseling adalah interaksi antara seorang profesional dengan klien dengan syarat bahwa profesional ini mempunyai waktu, kemampuan, untuk memahami dan mendengarkan, serta mempunyai minat, pengetahuan, dan keterampilan. Hubungan konseling harus dapat memudahkan dan memungkinkan orang yang dibantu untuk hidup lebih mawas diri dan harmonis.”5
Hubungan tersebut dapat terbangun dengan keterampilan dasar konseling.
Karena dalam keterampilan dasar konseling konselor dapat memberikan layanan
yang maksimal agar terciptanya hubungan yang berkesan antara klien dan
konselor.6 Konselor perlu memiliki berbagai teknik dan terampil dalam berbagai
4Mizan & Halimatun, Kaunseling Individu, (Malaysia: Fajar Bakti 2006).h.3 5 Sofyan Willis. Op Cit.h.36 6Geldard Kathryn & Geldard David, Keterampilan Praktik Konseling, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011).h.53
-
teori agar dapat memberikan bimbingan yang baik kepada klien.7 Sememangnya
keterampilan konseling adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh guru konseling
dalam menanggapi permasalahan yang dihadapi oleh klien.
Menurut Carkhuff dalam Abimanyu dan Manrihu di dalam komunikasi
dengan konseli, konselor harus menggunakan respon-respon yang diklasifikasikan ke
dalam berbagai teknik keterampilan dasar komunikasi, seperti (1) tahap pembukaan
yaitu membangun rapport, attending, acceptance (penerimaan), mendengarkan,
empati, refleksi; (2) tahap eksplorasi masalah yaitu mengajak terbuka, mengikuti
pokok pembicaraan, pertanyaan terbuka, konfrontasi, dorongan minimal,
menjernihkan (clarifying), memimpin (leading), fokus, diam, mengambil inisiatif,
memberi nasehat; dan kemudian (3) tahap terminasi (pengakhiran) seperti
menyatakan waktu telah habis, menyimpulkan, menanyakan perasaan, memberi tugas
dan tindak lanjut, merencanakan pertemuan selanjutnya serta berpisah secara formal.8
Sejauh ini diduga belum semua guru bimbingan dan konseling yang berada di
dalam negeri maupun luar negeri telah mencapai kualifikasi sesuai standar profesinya
sebagai guru bimbingan dan konseling. Penelitian Harold L. Hackney mendapati
bahwa akuisi keterampilan dan sikap dalam pra-praktikum memungkinkan model
konsultasi-profesional dalam praktikum yang berfokus pada akumulasi pengalaman
7Paw Eng See, Noriah Mohd Ishak & Salleh Amat. 2008. Lukisan sebagai proses diagnosis dan
intervensi rawatan dalam sesi kaunseling. Jurnal PERKAMA, vol.14. (Kuala Lumpur: Persatuan Kaunseling Malaysia). h. 1-22
8Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi konseling terhadap Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Pembimbing di SMA/SMK se Kota Makassar, (Makasaar:Program Pascasarjana UNM, 2011).h.8
-
dari pada keterampilan.9Hal ini tentu dapat menjadikan sebagai referensi perbaikan
keterampilan-keterampilan guru konseling di kota Bandar Lampung. Bahwa program
pendidikan konselor memiliki tanggung jawab untuk memastikan individu agar
berkompeten, menunjukkan pemahaman tentang pedoman etika, dan bebas dari
masalah psikologis yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk
memberikan layanan konseling yang memadai. Pelatihan konselor telah terbukti
menjadi penting dalam hubungan konseling.10
Penelitian di Indonesia bahwa pada umumnya kinerja guru bimbingan dan
konseling belum memuaskan, di Kabupaten Bandung (64,28%) kinerja guru
bimbingan dan konseling masuk pada kategori tidak memuaskan, sebagian kecil
(35,71%) masuk pada kategori memuaskan, dan tidak ada guru bimbingan dan
konseling yang menunjukkan kinerja yang sangat memuaskan.11 Pemahaman guru
pembimbing mengenai keterampilan konseling masih belum optimal. Hal ni
ditunjukkan dengan rata-rata skor pencapaian 19,36 atau sekitar 52,18%. Skor ini
juga menunjukkan bahwa keterampilan konseling belum dipahami secara konseptual,
makna dan contoh-contoh penggunaan masing-masing keterampilan belum betul-
betul dikuasai dengan baik. Kedua, hasil identifikasi penguasaan guru pembimbing
tentang keterampilan konseling, berupa 10 keterampilan yang diurutkan mulai dari
9Harold L. Hackney, (2011), Development of a Pre-practicum Counseling Skills Model, Volume
11, Issue 2, 102–109. 10Little, C., Packman, J., Smaby, M. H., & Maddux, C. D, (2005), The Skilled Counselor Training
Model: Skills acquisition, self-assessment, and cognitive complexity. CounselorEducation and Supervision, 44, 189-201.
11Ilfiandra, Agustin M, dan Ipah S, Peningkatan Mutu Tata Kelola Layanan Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Menengah Atas di Provinsi Jawa Barat. (Bandung: UPI, 2006).h.6
-
yang kadang-kadang digunakan sampai yang belum digunakan adalah ; Keterampilan
attending, bertanya, memberi dukungan dan pengukuhan, mendengarkan, menutup,
empati, klarifikasi, pemecahan masalah, pemfokusan, memberi dorongan,
paraphrase.12 Hal ini senada dengan pendapat Fitriana Mahadhita, bahwa minat
peserta didik dalam mengikuti konseling individu dapat dipengaruhi oleh kemampuan
konselor. Kemampuan konselor dalam melaksanakan konseling individu berkaitan
erat dengan Keterampilan Dasar Konseling (KDK).13 Selanjutnya, diperjelas pada
penelitian Rosita Endang Kusmaryani menunjukkan bahwa dalam pelaksanaaan
konseling selama ini hanya sebagian guru pembimbing (47%) yang menggunakan
keterampilan konseling secara optimal. Sebagian guru pembimbing yang lain (53%)
belum dapat menggunakan keterampilan konseling secara optimal.14 Dari jurnal
tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan konseling belum sepenuhnya dilakukan
oleh konselor sekolah.
Kenyataan di lapangan, sebagian besar konselor sekolah mengatakan bahwa
keterampilan konseling yang mereka kuasai memang sangat kurang, ini disebabkan
oleh karena tidak adanya kompetensi yang mereka miliki berupa pengetahuan dan
wawasan yang luas tentang konseling. Beberapa hal yang terjadi di lapangan
misalnya seperti penstrukturan konseling tidak jelas, konselor larut dalam konseling,
12Rosita Endang Kusmaryani, Rita Eka Izzaty, Agus Triyanto. (2010). Pengembangan Modul Keterampilan Konseling untuk Meningkatkan Kinerja Guru Pembimbing. (Universitas Negeri Yogyakarta).h.2
13Fitriana Mahadhita, Hubungan Antara Keterampilan dasar konseling (KDK) Dengan Minat Siswa Mengikuti Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/ 2015,(Semarang: UNESA, 2015).h.7
14Rosita Endang Kusmaryani, “Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di Yogyakarta”. Jurnal Kependidikan, Vol. 40 No. 2, (Yogyakarta: FKIP UNY, 2010).h.11.
-
konseling hanya ngobrol biasa dan hanya bersifat nasihat biasa, konseli tidak siap
konseling, konselor kurang mampu mendifinisikan masalah siswa (pada tahap awal),
konselor kurang terampil dalam mengaplikasikan tehnik-tehnik konseling, dan
kebanyakan konselor kurang memahami tahapan-tahapan konseling.15 Diperkuat
dengan hasil penelitian kelompok Nova Erlina, SIQ,M.Ed.,dkk diperoleh beberapa
hasil bahwa guru-guru konseling di kota Bandar Lampung masih kurang dalam
keterampilan-keterampilan sesi konseling yang harus dimiliki oleh konselor, guru bk
masih banyak memberikan contoh keterampilan yang kurang tepat.16 Hal tersebut
menunjukan bahwa keterampilan dasar konseling sangat penting dimiliki oleh Guru
Bimbingan dan Konseling. Hal ini diungkapkan pula oleh Tan, McLeod, dan Willis
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling dapat mencapai tujuan yang diharapkan
apabila Guru tersebut menguasai keterampilan konseling dengan baik.17 Penelitian
tentang keterampilan dasar konseling perlu dilakukan untuk melihat kompetensi
keterampilan dasar konseling dalam kalangan guru konseling sekolah menengah.18
Oleh sebab itu dalam penelitian ini peneliti ingin melihat penggunaan keterampilan
dasar konseling sehingga peneliti melakukan penelitian tentang “penggunaan
15Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Terhadap Penguasaan
Kompetensi Profesional Guru Pembimbing Di Sma/Smk Se Kota Makassar, (Makasar: Program Pasca Sarjana UNM 2011).h.2
16 Nova Erlina.,dkk, Keterampilan Menjalankan Sesi Konseling oleh Guru-guru Konseling di kota Bandar Lampung, (Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M, 2016).h.89
17Rosita Endang Kusmaryani,Op Cit. h.12 18Nova Erlina,dkk, Kemahiran Asas Konseling Dalam Kalangan Guru Konseling Sekolah
Menengah, Book 3, Asean Comparative Education Research Network Conference, (Malaysia: Universiti Kebangsaan Malaysia, 2016).h.1
-
keterampilan dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah
minat belajar peserta didik di SMK N 3 Bandar Lampung”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pemahaman Guru BK mengenai teori keterampilan dasar konseling masih
belum optimal.
2. Dalam layanan sesi konseling Guru BK belum betul-betul menguasai
keterampilan dasar konseling dengan baik.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah merupakan pembatasan permasalahan terhadap pengertian
judul. Yang kegunaannya memperjelas pokok permasalahan yang akan dibahas
sehingga dapat menghindarkan kesalahpahaman dan memberikan simpulan. Adapun
batasan masalah yang terdapat dalam judul “penggunaan keterampilan dasar
konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar
peserta didik di SMK Negeri 3 Bandar Lampung”. Untuk melihat bagaimana
penggunaan keterampilan dasar konseling Guru BK.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah
diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “bagaimana penggunaan
keterampilan dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah
minat belajar peserta didik di SMK Negeri 3 Bandar Lampung?”
-
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana penggunaan
keterampilan dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah
minat belajar peserta didik di SMK Negeri 3 Bandar Lampung.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bidang
bimbingan dan konseling, khususnya dalam pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah.. Berikut adalah manfaat yang dapat diberikan, diantaranya adalah:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini menjadi suatu pengalaman berharga sebagai penerapan
teori-teori yang telah didapat. Dan bagi peneliti selanjutnya, sebagai bekal
untuk meningkatkan pengetahuan serta menambah wawasan agar nantinya
dapat melaksanakan tugas sebaik baiknya.
2. Manfaat penelitian bagi guru BK atau konselor
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan
kemampuannya dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
disekolah.
3. Bagi Peserta didik
Dengan adanya kemampuan Guru BK yang profesional dalam
melaksanakan konseling individual, maka peserta akan merasa nyaman
dalam mengikuti layanan konseling sehingga diperoleh tujuan yang hendak
dicapai.
-
G. Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian ini adalah Penggunaan keterampilan dasar konseling oleh
Guru BK untuk mengatasi masalah peserta didk. Subjek penelitian adalah satu orang
Guru BK di SMK Negeri 3 Bandar Lampung.
-
BAB II
LANDASAN TEORI
KETERAMPILAN DASAR KONSELING A. Pengertian Keterampilan Dasar Konseling
Seorang konselor harus memiliki keterampilan-keterampilan yang
mencukupi. Keterampilan dasar komunikasi konseling dapat juga dipandang sebagai
keterampilan minimal seorang konselor profesional, sehingga penguasaan akan
keterampilan-keterampilan ini dapat sedikit banyak menjamin keberlangsungan suatu
proses konseling untuk mencapai tujuan konseling. Dengan harapan bahwa konseli
dapat memecahkan masalahnya sendiri demi perkembangan optimal diri konseli
sendiri. Di dalam proses konseling dikenal adanya tiga tahap, dan ini harus diketahui
oleh konselor sekolah. Tiga tahap tersebut adalah 1). tahap awal, 2). tahap
pengembangan, dan 3). tahap terminal konseling. Setiap tahap ada keterampilan-
keterampilan tertentu yang menyatu di dalam membangun suatu proses konseling
yang utuh. Apabila proses ini gagal untuk dibangun maka suatu keterampilan yang
dilakukan dapat mengganggu konseling secara keseluruhan.19
Dalam melaksanakan layanan konseling individu, konselor harus mampu
menerapkan keterampilan-keterampilan dasar konseling karena keterampilan dasar
konseling sangat berpengaruh terhadap keberhasilan konseling. Apabila konselor
19Asrowi, “Model Pengembangan Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Untuk
Meningkatkan Efektivitas Konseling Individual Guru-Guru Bk Smp”,(Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2013), h.5
-
tidak mampu menerapkan keterampilan dasar konseling dengan baik dan benar maka
konseling tidak akan berjalan lancar dan tidak berhasil.20
Keterampilan konseling menurut Ivey ia mengatakan bahwa keterampilan
konseling dapat juga dipandang sebagai keterampilan minimal seorang konselor
profesional, sehingga penguasan akan keterampilan-keterampilan ini dapat sedikit
banyak menjamin keberlangsungan suatu proses konseling untuk mencapai tujuan
konseling.21
Sofyan S. Willis mengatakan bahwa keterampilan dasar konseling
merupakan kunci keberhasilan agar tujuan konseling dapat tercapai. Konselor yang
efektif harus mampu merespon konseli dengan teknik atau keterampilan yang benar,
sesuai keadaan konseli saat itu. Respon yang baik seperti pernyataan-pernyataan
verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong konseli
untuk terbuka sehinga dapat menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran, dan
pengalamannya.22
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan dasar konseling merupakan keterampilan konselor dalam menangkap
atau merespon pernyataan konseli dan mengkomunikasikannya kembali kepada
konseli, sehingga penggunaan ketarampilan dasar konselor sangat mempengaruhi
keberha silan dalam proses konseling tersebut.
20Mei Melinda, Denok Setiawati, Pengembangan Media Keterampilan Dasar Konseling Berbasis
Software dalam Layanan Informasi di SMAN 11 Surabaya, ( Surabaya: UNESA,2015).h.3 21Ivey, A.E dan Ivey, M.B. Intentional Interviewing and Counseling:Facilitating Client
Development and Multicultural Society, (CA; Brooks/Cole, 2003).h.11. 22Sofyan Willis, konseling individual teori dan praktek, (Bandung: Alfabeta 2013).h.157
-
Aspek kompetensi kepribadian konselor lainnya yang masih perlu
ditingkatkan adalah menampilkan kinerja berkualitas tinggi. Kinerja dalam konteks
tugas seorang konselor merupakan jati diri yang merefleksikan seberapa sungguh-
sungguh seorang konselor melaksanakan tugasnya. Cavanagh dan Justin
memaparkan: “Wholehearted counselors add enthusiasm and adventurousness to the
quality of self-knowledge and, therefore, devote themselves to improving their skills
and understanding in every possible way.” Konselor diharapkan mampu membuka
diri dengan sepenuh hati untuk meningkatkan kemampuan diri, sekaligus
mempelajari hal apapun yang dapat dilakukannya.23
B. Macam-macam keterampilan dasar konseling menurut para ahli:
Keterampilan konseling yang disajikan oleh Carkhuff, keterampilan tersebut
didasarkan pada tujuan untuk menumbuhkan suatu kondisi yang harus dilalui oleh
konseli dalam proses konseling. Keterampilan konseling ini menyajikan keterampilan
yang harus dikuasai oleh konselor meliputi keterampilan attending, responding,
personalizing, dan initiating. Keterampilan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan
kondisi involving, exploring, understanding dan acting pada konseli. Secara rinci
Charkuff menyusun keterampilan-keterampilan konseling pada setiap tahap konseling
yang dimaksud.24 Menurut Carkhuff dalam Abimanyu dan Manrihu di dalam
23Ulya Makhmudah, Mempersiapkan Kompetensi Kepribadian Calon Konselor untuk
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Jurnal Psikoedukasi dan Konseling Vol 1, No. 1 (Surakatra: Universitas Sebelas Maret 2017).h.7
24Anne Hafina, Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education ; Join Conference UPI& UPSI Bandung, Indonesia Teknik Latihan Keterampilan Dasar Konseling individual, (Bandung: UPI, 2010).h.3
-
komunikasi dengan konseli, konselor harus menggunakan respon-respon yang
diklasifikasikan ke dalam berbagai teknik keterampilan dasar komunikasi, seperti (1)
tahap pembukaan yaitu membangun rapport, attending, acceptance (penerimaan),
mendengarkan, empati, refleksi; (2) tahap eksplorasi masalah yaitu mengajak terbuka,
mengikuti pokok pembicaraan, pertanyaan terbuka, konfrontasi, dorongan minimal,
menjernihkan (clarifying), memimpin (leading), fokus, diam, mengambil inisiatif,
memberi nasehat; dan kemudian (3) tahap terminasi (pengakhiran) seperti
menyatakan waktu telah habis, menyimpulkan, menanyakan perasaan, memberi tugas
dan tindak lanjut, merencanakan pertemuan selanjutnya serta berpisah secara
formal.25 Menurut Carkhuff konselor yang menguasai sejumlah keterampilan
konseling akan tiba pada suatu keadaan proses konseling yang berjalan secara
efektif.26
Menurut Tan ada 12 tugas inti konseling yang berkaitan dengan tahap-
tahap konseling dan dapat mempengaruhi proses konseling, yaitu: (1) contacting
(membangun rapport), (2) connecting (membangun rapport), (3) relating
(membangun hubungan dan maintenance), (4) assessing, (5) profiling, (6)
conceptualizing (formulating), (7) planning, (8) intervening, (9) monitoring, (10)
evaluating, (11) terminating, dan (12) following. Selanjutnya, Tan menambahkan ada
25Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi konseling terhadap Penguasaan
Kompetensi Profesional Guru Pembimbing di SMA/SMK se Kota Makassar, (Makasaar:Program Pascasarjana UNM, 2011).h.8 26Anne Hafina, Op Cit.h.2
-
empat tipe keterampilan konseling : keterampilan dasar konseling, keterampilan
intermediate konseling, keterampilan advance konseling dan metaskill konseling.
Capuzzy membagi keterampilan menjadi dua yaitu keterampilan dasar dan
keterampilan lanjutan. Keterampilan dasar terdiri dari: a) Keterampilan penampilan,
meliputi kontak mata, bahasa tubuh, jarak, tekanan suara, dan alur verbal (verbal
tracking); b) Keterampilan mendengar dasar, meliputi pengamatan terhadap konseli,
perilaku verbal, dorongan, parafrase dan membuat kesimpulan, refleksi perasaan dan
mengajukan pertanyaan; c) Self attending skills, meliputi kesadaran diri, humor, sikap
nonjudgmental terhadap diri, sikap nonjudgmental terhadap orang lain, genuine dan
concreteness. Sementara keterampilan lanjutan terdiri dari : a) Keterampilan
memahami dan menolak (understanding & challenging), meliputi b) Keterampilan
perilaku, dan c) Keterampilan terminasi (pengakhiran).27
Menurut Supriyo dan Mulawarman dalam komunikasi dengan klien,
konselor seharusnya menggunakan respon-respon yang fasilitatif bagi pencapaian
tujuan konseling. Respon-respon tersebut dikelompokkan ke dalam berbagai teknik
dasar komunikasi konseling, yaitu teknik attending, opening, acceptance,
restatement, reflection of feeling, paraphrase, clarification, leading, structuring,
27Rosita Endang Kusmaryani, Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing Di
Yogyakarta. Jurnal KEPENDIDIKAN, Vol.40, No.2,(Yogyakarta: UNY, 2010).h.4
-
reasurrance, silence, rejection, advice, konfrontasi, interpretasi, summary dan
terminasi.28
Adapun macam- macam keterampilan dasar konseling yang digunakan dalam
sesi konseling menurut Sofyan Willis , yaitu: (1) Attending (perhatian); (2) Empati;
(3) Refleksi; (4) Eksplorasi; (5) Menangkap Pesan; (6) Bertanya Untuk Membuka
Percakapan (Open Question); (7) Bertanya Tertutup (Closed Questions); (8)
Dorongan Minimal (Minimal Encouragement); (9) Interpretasi; (10) Mengarahkan;
(11) Menyimpulkan Sementara (Summarizing); (12) Memimpin; (13) Fokus; (14)
Konfrontasi; (15) Menjernihkan (Clarifying); (16) Memudahkan (Facilitating); (17)
Diam; (18) Mengambil Inisiatif; (19) Memberi Nasehat; (20) Pemberian Informasi;
(21) Merencanakan; (22) Menyimpulkan.29 Sofyan Willis Membagi keterampilan
dasar konseling ke dalam 3 tahapan dalam proses konseling, dapat dilihat dari tabel
berikut:
TAHAP AWAL
(DEFINISI MASALAH)
TAHAP PERTENGAHAN
(TAHAP KERJA)
TAHAP AKHIR
(ACTION)
- Attending - Mendengar kan - Empati - Refleksi - Eksplorasi - Bertanya
- Menyimp
ulkan sementara
- Memimpin
- Memfokuskan
- Menyimpulkan - Merencanakan - Menilai - Mengakhiri
konseling
28Fitriana Mahadhita, Hubungan Antara Keterampilan Dasar Konseling (Kdk) Dengan Minat
Siswa Mengikuti Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/ 2015, (Semarang: UNES 2015).h.37
29Sofyan Willis. Op Cit. h.160
-
- Menangkap pesan utama
- Mendorong dan dorongan minimal
- Konfrontasi
- Menjernihkan
- Memudahkan
- Mengarahkan
- Dorongan minimal
- Diam
- Mengambil inisiatif
- Memberi nasehat
- Memberi
informasi
- Menafsirka
n
Tabel.1 Proses Konseling
Berdasarkan tinjauan dari beberapa ahli terkait keterampilan dasar
konseling maka dapat disimpulkan keterampilan dasar konseling yang harus dimiliki
oleh konselor sebagai berikut:
1. Attending, yakni keterampilan berupa pemberian perhatian, baik verbal
maupun nonverbal melalui kontak mata, postur, bahasa tubuh, dan
mendengarkan.
2. Mendengarkan, yakni keterampilan menangkap inti dan makna pembicaraan,
tanpa prasangka atau penilaian.
3. Bertanya, yakni keterampilan mengajukan pertanyaan untuk menggali
informasi.
-
4. Empati yakni keterampilan memahami perasaan dan pikiran konseli.
5. Klarifikasi, yakni keterampilan memperjelas informasi konseli yang
sebelumnya samar-samar atau tidak jelas.
6. Konfrontasi, yakni keterampilan yang menunjukkan kepada konseli tentang
adanya hal-hal yang tidak konsisten yang dilakukan konseli.
7. Parafrase, yakni keterampilan mengungkapkan kembali esensi atau inti dari
ungkapan konseli.
8. Refleksi, yakni keterampilan untuk memantulkan kembali perasaan, pikiran,
dan isi sebagai hasil pengamatan konselor terhadap perilaku verbal dan
nonverbal.
9. Pemokusan, yakni keterampilan yang mengarahkan arus pembicaraan ke arah
topik yang diinginkan.
10. Interpretasi, yakni keterampilan menerjemahkan peristiwa kehidupan konseli
sehingga dapat difokuskan pada masalah-masalah dalam cara yang lebih baru
dan lebih mendalam
11. Pemberian dorongan, yakni keterampilan memberikan stimulasi kepada
konseli supaya konseli dapat terus berbicara dan lebih terarah.
12. Penutupan, yakni mengakhiri sesi konseling dengan memberikan penekanan
pada inti pembicaraan dan menunjukkan attending yang relevan.
13. Meringkas/merangkum, yakni keterampilan untuk mengungkapkan kembali
pokok-pokok pikiran dan perasaan yang diungkapkan konseli selama proses
konseling.
-
Walaupun setiap tahapan konseling mempunyai keterampilan-keterampilan
diatas, tidak berarti aturannya kaku seperti itu. Artinya konselor dengan kemampuan
dan seni akan melakukan konseling dengan teknik-teknik yah bervariasi dan berganda
(multi technique). Hal ini terjadi karena setiap klien berbeda kepribadian
(kemampuan, sikap, motivasi kehadiran, temperamen), respon lisan dan bahasa badan
dan sebagainya.
Pengertian teknik bervariasi dan berganda adalah:
1. Bisa saja teknik ditahap awal digunakan di tahap pertengahan dan akhir.
Sebagai contoh attending, empati, bertanya, dorongan minimal, bisa dipakai
pada semua tahapan konseling.
2. Respon konselor mungkin meliputi satu, dua atau lebih teknik konseling
(multi technique).
Contoh 1
Ko: “ Bolehkah saya mendengarkan lebih rinci perasaan malas yang saudara
katakan tadi?” (pertanyaan terbuka, eksplorasi perasaan).
Contoh 2
Ko: ” Ya,..., lalu..., emmh..., apa perasaan saudara saat itu?” (dorongan
minimal, bertanya, Eksplorasi perasaan).
Contoh 3
-
Ko: “Saya lihat anda begitu gugup, dan saya memahami kecemasan anda.
Sebaiknya anda jelaskan pengalaman anda dengan orang tersebut.”
(refleksi perasaan, empati primer, eksplorsi pengalaman).
Dari respon konselor dalam contoh 1, 2, dan 3, masih dapat dimasukan teknik
attending dan empati (primer dan advance), sehingga akan menjadi lebih dari 3
teknik sekali respon (multitechnique).
C. Penelitian yang Relevan
Di Indonesia penelitian Fitriana Mahadhita yang berjudul “Hubungan
Antara Keterampilan Dasar Konseling (KDK) Dengan Minat Siswa Mengikuti
Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/ 2015”.
Hasil penelitian nya menunjukan bahwa keterampilan dasar konseling termasuk dalam
kategori tinggi (75,49%) dan minat siswa mengikuti layanan konseling individu termasuk
kategori tinggi (79,31%). Serta ada hubungan yang signifikan antara keterampilan dasar
konseling dengan minat siswa mengikuti layanan konseling individu di SMA Negeri 1
Godong Tahun Ajaran 2014/2015. Dengan demikian dapat diprediksikan ketika Keterampilan
Dasar Konseling (KDK) yang dikuasai konselor tinggi maka minat siswa mengikuti layanan
konseling individu juga akan tinggi.30 Penelitian Dominika Triastuti yang berjudul
“Tingkat Pemahaman Keterampilan Konseling pada Guru Bimbingan dan Konseling
SMA Negeri Se-kabupaten Bantul”. Subjek penelitian yang berjumlah 63 guru hanya
dapat diteliti sejumlah 60 guru dikarenakan adanya ketidaksediaan untuk diteliti dari
30Mahadhita, Fitriana. Hubungan Antara Keterampilan dasar konseling (KDK) Dengan Minat
Siswa Mengikuti Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/ 2015. (Online), tersedia di: journal. lib.unnes.ac.id/22538, (diakses pada tanggal 20 Maret 2017.h. 4
-
tiga guru Bimbingan dan Konseling dengan alasan kesibukan sekolah. Jumlah guru
Bimbingan dan Konseling yang berlatar belakang pendidikan S1 Bimbingan dan
Konseling 49 guru (81,67%), S1 non-Bimbingan dan Konseling 5 guru (8,33%), dan
S2 non-Bimbingan, dan Konseling 6 guru (10%). Data diperoleh dari hasil analisis
skala pemahaman keterampilan konseling dapat diketahui bahwa dari 60 guru
Bimbingan dan Konseling SMA Negeri se-kabupaten Bantul tidak ada guru (0%)
yang memiliki tingkat pemahaman keterampilan konseling dalam kategori sangat
rendah maupun kategori rendah, 1 guru (1,67%) dalam kategori sedang, 32 guru
(53,33%) dalam kategori tinggi, dan 27 guru (45%) kategori sangat tinggi. Hasil
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman keterampilan konseling
pada guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri se-Kabupaten Bantul berada dalam
kategori tinggi.31 Penelitian Rosita Endang Kusmaryani yang berjudul “Penguasaan
Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di Yogyakarta”, menunjukkan bahwa
dalam pelaksanaaan konseling selama ini hanya sebagian guru pembimbing (47%)
yang menggunakan keterampilan konseling secara optimal. Sebagian guru
pembimbing yang lain (53%) belum dapat menggunakan keterampilan konseling
secara optimal. Padahal berdasarkan deskripsi data subjek penelitian, sebagian besar
guru pembimbing ini telah bekerja sebagai guru pembimbing lebih dari 10 tahun, usia
mereka di atas 40 tahun serta berlatar belakang pendidikan BK. Tentu saja, kondisi
31Dominika Triastuti, “Tingkat Pemahaman Keterampilan Konseling Pada Guru Bimbingan Dan
Konseling Sma Negeri Se-Kabupaten Bantul”. (Jurnal Skripsi Program sarjana program studi bimbingan dan konseling Jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan Fakultas ilmu pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Oktober, 2014),h.5.
-
ini cukup memprihatinkan. Keterampilan konseling yang mestinya sudah ditekuni
selama lebih dari 10 tahun, ternyata belum sepenuhnya dikuasai dengan baik.32
Di luar Negeri Berdasarkan penelitian Mine Aladaga yang berjudul
“Keterampilan Konseling Pra-Praktikum Pelatihan di Bimbingan dan Program
Konseling Sarjana”, hasil menunjukkan bahwa program sarjana kebanyakan
ditujukan untuk mengajarkan kondisi terapi dan refleksi keterampilan konten/
perasaan dalam kursus; tidak menggunakan program pelatihan keterampilan
konseling sebagai basis dan metode pengajaran sebagian besar digunakan untuk
mengajarkan keterampilan konseling; dan dilaksanakan kertas-pensil tes untuk
menilai kemampuan konseling. Mengajarkan keterampilan konseling dasar dan
mengembangkan profesional identitas dan self-efficacy sebagian besar ditekankan
sebagai pentingnya tentu saja untuk pendidikan konselor. Salah satu masalah utama
program sarjana mengenai konseling pra-praktikum kursus pelatihan keterampilan
adalah jumlah berlebihan siswa. Dalam terang hasil, itu bisa menyatakan bahwa
keterampilan konseling pelatihan pra-praktikum tidak dilakukan secara kualitatif
dalam lingkup pendidikan konselor di Turki. Hasil dibahas konseling mengenai
pelatihan keterampilan dan pendidikan konselor dan saran yang diberikan.33
Berdasarkan penelitian Eshantee Engkamat yang berjudul “Persepsi
Pembimbing Rakan Siswa Terhadap Kemahiran Menolong dalam Menangani
32Rosita Endang Kusmaryani, “Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di
Yogyakarta”. Jurnal Kependidikan, Vol. 40 No. 2, (November 2010), h. 10-11. 33Mine Aladaga, “Counseling Skills Pre-Practicum Training at Guidance and Counseling
Undergraduate Programs: A Qualitative Investigation”, (Ege University, 2013), h.1
-
Tekanan Akademik di Kalangan Pelajar: Satu Tinjauan di Universiti Malaysia
Sarawak” uji korelasi Pearson pula digunakan untuk mengukur hubungan menolong
di antara sifat dengan persepsi Pembimbing Rakan Siswa terhadap tiga rincian
keterampilan dalam keterampilan menolong yaitu keterampilan mendengarkan,
keterampilan memberi respon menolong dan keterampilan menggambarkan kembali
perasaan dalam menangani tekanan akademik di kalangan pelajar UNIMAS. Hasil
analisa temuan penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sifat
menolong dengan persepsi Pembimbing Rakan Siswa terhadap keterampilan
mendengarkan dan keterampilan menggambarkan kembali perasaan dalam
menangani tekanan akademik siswa UNIMAS. Sementara, hasil temuan penelitian
tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara sifat menolong dengan persepsi
Pembimbing Rakan Siswa terhadap keterampilan memberi respon menolong dalam
menangani tekanan akademik siswa UNIMAS.34
D. Kerangka Berfikir
Keterampilan dasar konseling merupakan keterampilan dalam melakukan
sesi konseling. Dalam definisi ini mengindikasikan bahwa proses konseling
menekankan adanya hubungan antara orang yang memberi bantuan dengan yang
menerima bantuan dengan menggunakan metode wawancara.
Benjamin dalam Sertzer & Stone mengartikan “hubungan konseling adalah interaksi antara seorang profesional dengan klien dengan syarat bahwa profesional ini mempunyai waktu, kemampuan, untuk memahami dan
34Eshantee Engkamat, Persepsi Pembimbing Rakan Siswa Terhadap Kemahiran Menolong dalam
Menangani Tekanan Akademik di Kalangan Pelajar: Satu Tinjauan di Universiti Malaysia Sarawak, (University Malaysia Sarawak, 2005).h.2
-
mendengarkan, serta mempunyai minat, pengetahuan, dan keterampilan. Hubungan konseling harus dapat memudahkan dan memungkinkan orang yang dibantu untuk hidup lebih mawas diri dan harmonis.”35
Hubungan tersebut dapat terbangun dengan keterampilan dasar
konseling. Karena dalam keterampilan dasar konseling konselor dapat
memberikan layanan yang maksimal agar terciptanya hubungan yang berkesan
antara klien dan konselor.36 Konselor perlu memiliki berbagai teknik dan terampil
dalam berbagai teori agar dapat memberikan bimbingan yang baik kepada klien.37
Sememangnya keterampilan konseling adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh
guru konseling dalam menanggapi permasalahan yang dihadapi oleh klien.
Agar proses konseling dapat berjalan secara efektif, keahlian dari guru
bimbingan dan konseling sebaiknya dapat diterapkan saat melaksanakan layanan
konseling. Keahlian guru bimbingan dan konseling tersebut dapat berupa
keterampilan dasar konseling. Keterampilan dasar konseling sangatlah berguna bagi
guru bimbingan dan konseling karena dapat membantu guru bimbingan dan konseling
ketika melaksanakan kegiatan konseling.38
Sofyan S. Willis mengatakan bahwa keterampilan dasar konseling
merupakan kunci keberhasilan agar tujuan konseling dapat tercapai. Konselor yang
35Sofyan Willis. Op Cit.h.36
36Geldard Kathryn & Geldard David, Keterampilan Praktik Konseling, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011). h.53
37Paw Eng See, Noriah Mohd Ishak & Salleh Amat, Lukisan sebagai proses diagnosis dan intervensi rawatan dalam sesi kaunseling. Jurnal PERKAMA, vol.14. (Kuala Lumpur: Persatuan Kaunseling Malaysia, 2008).h. 1-22
38Yeptha Briandana Satyawan, Tingkat Pemahaman Keterampilan Dasar Konseling Pada Guru Bk Smp Se Kecamatan Banyumas, Jurnal: Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Vol.3, No.4, (Yogyakarta: UNY, 2017).h.2
-
efektif harus mampu merespon konseli dengan teknik atau keterampilan yang benar,
sesuai keadaan konseli saat itu. Respon yang baik seperti pernyataan-pernyataan
verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong konseli
untuk terbuka sehinga dapat menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran, dan
pengalamannya.39
Kegiatan konseling tidak berjalan tanpa keterampilan. Untuk menguasai
beragam keterampilan konseling diperlukan praktek yang terus menerus. Selama lima
tahun terakhir ini sudah terlihat kecenderungan adanya keseimbangaan antara teori
dengan praktek konseling. Hal ini mengingatkan kita pada suatu kurun waktu dimana
banyak lulusan yang hebat dalam teori dan lemah sekali dalam praktek konseling.
Keterampilan konseling sangat penting dimiliki oleh Guru Bimbingan dan Konseling.
Guru Bimbingan dan Konseling dapat mencapai tujuan yang diharapkan apabila Guru
tersebut menguasai keterampilan konseling dengan baik.
39 Sofyan Willis, Op cit,h.157
-
Berikut dapat digambarkan alur kerangka berfikir dalam penelitian ini :
Gambar 1 Kerangka Berfikir
Konselor
Keterampilan Dasar Konseling yang harus dimiliki oleh konselor: Attending, Mendengarkan, Bertanya, Empati, Klarifikasi, Konfrontasi, Parafrase, Refleksi, Pemokusan, Interpretasi, Pemberian dorongan, penutupan, Meringkas/merangkum.
Konseling Individu
Penggunaan Keterampilan Dasar Konseling oleh Guru BK untuk membantu
menyelesaikan masalah peserta didik
Guru BK dapat mencapai tujuan yang diharapkan apabila Guru tersebut menguasai keterampilan konseling dengan baik.
-
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif, penelitian kualitatif
adalah penelitian yang berdasar pada latar belakang ilmiah sebagai kebutuhan,
mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif
analisis secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan teori
lebih mementingkan proses dari pada hasil, memilih seperangkat komponen untuk
menulis keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara dan hasil penelitian
disepakati oleh subjek penelitian.40
Menurut S. Margono penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau uraian dari orang dan perilaku yang dapat diamati.41 Metode penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.42Penelitian kualitatif ini juga memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi.43 Margono mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif ini analisis yang digunakan lebih bersifat deskriptif analitik yang berarti interpretasi terhadap isi dibuat dan disusun secara menyeluruh dan sistematis. Selain itu, penggunaan metode penelitian juga mengarahkan pusat perhatian kepada titik pandang orang dan pemaparan hasil penelitian berdasarkan data dan informasi lapangan dengan menarik makna dan konsepnya.44Penelitian ini
40Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), H. 4 41 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), H. 36 42Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 15 43 S. Margono, Op. Cit, h. 41 44 Maman Rachman, strategi dan langkah-langkah penelitian pendidikan, (Semarang: IKIP
Semarang Pers, 1993), h. 11
-
mempelajari permasalahan ilmiah yang terjadi dengan cara menggambarkan situasi atau kejadian sebagaimana adanya. Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan angka-angka tetapi
berupa kata-kata atau gambaran. Data yang dimaksud berasal dari wawancara, catatan
lapangan, foto, dokumen pribadi, dan lainnya. Sesuai dengan tema yang peniliti
bahas, penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research), dimana
penelitian ini dilakukan langsung dilapangan yaitu di SMK Negeri 3 Bandar
Lampung untuk mendapatkan data yang diperlukan terkait penggunaan keterampilan
dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar
peserta didik.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti. Subjek penelitian
ini adalah 1 orang Guru BK di SMK Negeri 3 Bandar Lampung. Sebagai objek
penelitian yaitu bagaimanakah penggunaan keterampilan dasar konseling oleh Guru
BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar peserta didik di SMK N 3
Bandar Lampung. Adapun penulis mengambil satu orang guru bk sebagai
sumber/subjek data karena peneliti menganggap guru bk tersebut lebih menguasai
dan akan memberikan informasi tentang objek yang akan diteliti, selain itu guru bk
tersebut lulusan s1 guru bimbingan dan konseling.
-
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam peneitian ini peneliti memilih SMK N 3 Bandar Lampung yang
berlokasi di Jln Cut Mutia No. 21 RT 01/ RW 05 Kel. Gulak-Galik Kec.Teluk betung
Utara Bandar Lampung. Waktu penelitian di tahun ajaran 2017/2018.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode observasi partisipan (berperan serta). Dalam observasi ini, peneliti terlibat
langsung dengan aktivitas orang yang sedang diamati atau sumber data penelitian.
E. Teknik Analisis data
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan
keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami.
Bodgan menyatakan bahwa ”analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehimgga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.”45
Analisis data dilakukan dengan cara mengorganisasikan data dalam
kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sinetesa, menyusun kedalam
pola, memilih yang mana penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah untuk dipahami.
45 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta 2015).h.334
-
Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian, peneliti
menggunakan teknik analisis kualitatif, ada tiga komponen dalam analisis data
kualitatif,46yaitu:
1. Reduksi dan Kategorisasi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu perlu dicatat dan rinci. Semakin lama peneliti kepalangan,
maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu
perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi
data dan kategori data maksudnya adalah proses penyederhanaan dan
pengkategorian data yang didapatkan dalam penelitian, merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya.
2. Display Data (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori.
46John Creswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Penelitian: memilih di antara lima
pendekatan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015).h.253
-
Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan “yang paling digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.47
Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan peneliti untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat ementara, dan akan berubah bila ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal, didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
47Ibid. h.341
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Bab ini membahas hasil penelitian tentang penggunaan keterampilan dasar
konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar
peserta didik di SMK N 3 Bandar Lampung.
Berdasarkan analisis pemerhatian terhadap guru bimbingan konseling di
SMK N 3 Bandar Lampung, peneliti memperoleh beberapa hasil bahwa guru bk
masih kurang dalam keterampilan-keterampilan sesi konseling yang harus dimiliki
oleh konselor. Hal ini tergambar saat sesi konseling berlangsung. Salah satunya
adalah dari berbagai keterampilan dasar konseling guru bk hanya menggunakan lima
keterampilan konseling saja. Berikut ini adalah beberapa keterampilan dasar
konseling yang digunakan oleh guru bk untuk membantu menyelesaikan masalah
minat pbelajar peserta didik:
1. Attending, yakni keterampilan berupa pemberian perhatian, baik verbal
maupun nonverbal melalui kontak mata, postur, bahasa tubuh dan
mendengarkan.
Penampilan guru BK saat proses sesi konseling;
a. Posisi tubuh: berhadapan dengan peserta didik, jarak duduk Guru BK-
peserta didik dekat
b. Kepala: melakukan anggukan jika setuju
-
c. Ekspresi: cerah, tenang
d. Mata: melihat peserta didik saat berbicara
e. Mendengarkan: terarah hanya kepada peserta dididik
Berikut contoh dialog sesi konseling oleh guru bk pada keterampilan dasar
attending:
Contoh dialog 1
Guru BK : Silahkan masuk (berjabat tangan), silahkan duduk nak, siapa
namanya?
Peserta didik : Rahim buk
Guru BK : (mencatat biodata) sebelumnya, terimakasih atas
kehadirannya pada kesempatan ini.
Contoh dialog 2
Guru BK : Silahkan masuk (berjabat tangan)
Guru BK : Gimana sih? Apa kabarmu hari ini? Pelajaran siapa sekarang?
Peserta didik : Alhamdulillah baik, buk Ammi buk
2. Refleksi, yakni keterampilan untuk memantulkan kembali perasaan, pikiran,
dan isi sebagai hasil pengamatan konselor terhadap perilaku verbal dan
nonverbal. Dalam proses sesi konseling guru bk menggunakan 1 pernyataan
keterampilan dasar refleksi pada sesi konseling 1 dan 4 pada sesi konseling 2.
Berikut contoh dialog sesi konseling guru bk pada keterampilan dasar
refleksi:
Contoh dialog 1
-
Guru Bk : Dari pada kelas X sekarang perkembanganmu sudah cukup
terlihat. Nah tapi ingat kehadiran itu harus tetap diperhatikan.
Dikelas X kemarin kan praktek kamu masih lama, masih
banyak ketinggalan namun dikelas XI ini alhamdulillah sudah
banyak perkembangan ya. Dari guru prakteknya juga biasanya
kalau kamu bermasalah sudah ada omongan, tapi tidak.
Semuanya sudah baik, setidaknya kamu sudah ada perubahan
ya.
Contoh dialog 2
Guru BK : Jadi gini Asih....sekarang asih pernah gk koreksi
kesalahannya. Misalnya: Asih kenapa sih gk bisa? Apa
mungkin gk diulang dirumah? Kenapa? Kenapa kawan asih
bisa, asihnya gk bisa? Kenapa? Sama kan manusia juga kan?
Guru BK : Jadi gini, kamu kan masih tanggung jawab orang tuamu.
Kamu praktek ada hambatan, hambatanmu salah satunya
kakimu sakit dan akhirnya gk bisa goyang itu kan..goyang
apa? Mesin jahit. Itu pake apa? Itu pake goyang apa pake
mesin? Perlu pake apa? Perlu pake kaki gk? Pake kaki
kan..jadi itu yang menjadi salah satu hambatanmu untuk
belajar menjahit. Kalo orang sakit harus ber..ber apa?
Guru BK : “itu gk bisa kalo gk kerja sama dengan orang tua, jadi nanti
kalau perkembangannya masih seperti ini, orang tua mu
-
tidak menindak lanjuti, kmi akan panggil orag tuamu. Nah
sekarang menurut asih seperti apa?
Guru BK : Ya kan? Itu ya...apalagi kesulitan asih? Oh ternyata pada
saat saya praktek kaki saya suka sakit. Akhirnya membuat
saya lamban. Bagaimana mengatasinya, karena Asih masih
anak-anak masih ada orang tua kendala itu harus konsultasi
dengan orang tua. Jadi hambatan-hambatan itu bisa
diminimalisir sama Asih gk jadi hambatan yang terus-
menerus, kenapa? Karena Asih disini sampai kelas tiga, ya
kan? Satu dua tiga 3 tahun, ini masih satu tahun berapa
bulan, masih panjang perjalanan Asih.
3. Dorongan minimal
Dorongan minimal adalah suatu balasan spontan dari konselor kepada
klien yang bercerita dalam sesi konseling. Maksudnya selama sesi konseling
berlangsung perasaan konselor bukan hanya mendengarkan saja, tetapi
konselor perlu mendengarkan dan memberi dukungan dan dorongan untuk
klien terus bercerita.48 Tujuannya adalah: merangsang klien untuk terus
bercerita, menunjukan bahwa konselor mendengarkan klien dan menunjukan
konselor faham dan mengikuti apa yang sedang dikatakan klien.49 Dalam
48Abdul Ghani, Kemahiran Asas Kounseling, (Malaysia: University Pendidikan Sultan Idris, 2003),
h.48 49 Mizan & Halimatun, Kaunseling Individu, (Malaysia:Fajar bakti Sdn. Bhd, 2006).h.51
-
proses sesi koneling guru bk menggunakan 2 pernyataan keterampilan dasar
dorongan minimum pada sesi konseling 2.
Contoh Dialog 2
Peserta didik : Kesulitan di jurusan ini memulai dari buat pola buk
Guru BK : Teruuusss..?
Peserta didik : Membuat polanya belum bisa
Guru BK : Iya..apa lagi?
4. Pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka adalah untuk memudahkan membuka percakapan
seorang guru BK dengan peserta didik sehingga memungkinkan munculnya
pertayaan baru dari peserta didik.50 Penggunaan pertanyaan terbuka memberi
autonomi kepada klien untuk bercerita.51 Dalam proses sesi konseling guru bk
menggunakan 4 keterampilan dasar pertanyaan tertutup pada sesi konseling 1
dan 8 pertanyaan tertutup pada sesi konseling 2. Berikut beberapa contoh
dialog sesi konseling dengan keterampilan dasar pertanyaan tertutup:
Contoh dialog 1
Guru BK : Dari semua masalahmu, jadi sekarang menurut kamu apa
solusinya?
Peserta didik : Benerin absen, jangan alfa lagi
50Sofyan Willis. Op.Cit. h. 165 51 Mizan & Halimatun. Op Cit. H. 66
-
Guru BK : Gimana cara benerin absen, biar gk ada alfa biar masuk terus?
Jangan sering sakit, harus jaga kesehatan him. Apa lagi
solusinya?
Peserta didik : Jangan leha-leha dirumah buk. Bangun pagi biar gk telat buk
Guru BK : Terus berikutnya biar kamu ikutin ujian praktek lancar.
Nilainya bagus, prakteknya bagus gimana?
Peserta didik : dicoba berulang-ulang, belajar lagi buk, kalau gak ngrti
bertanya kepada kawan dan guru buk
Contoh dialog 2
Peserta didik : masih bingung buk
Guru BK : Bingung...pegangan dong kalo bingung..bingungnya itu
dimana?
Guru BK : Tapi kenapa kata wali kelasnya sudah dilakukan berulang-
ulang masih aja salah?
Guru BK : Sekarang kira-kira kurangnya Asih dimana?
Peserta didik : Kalau menjahit buk..kakinya sering sakit
Guru BK : Heeh, jadi kalau seperti itu gimana caranya supaya Asih bisa
gk sakit lagi..bisa lancar..tidak menghalangi praktekmu?
Peserta didik : saya belajarnya berhenti dulu, jahitnya buk.
-
5. Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan konselor tidak selalu terbuka, akan tetapi juga ada yang
tertutup yaitu bentuk-bentuk pertanyaan yang sering dimulai dengan kata-kata
apakah, adakah, dan harus dijawab dengan ya atau tidak atau dengan kata-kata
singkat. Dalam proses sesi koneling guru bk menggunakan 9 keterampilan
dasar pertanyaan tertutup pada sesi konseling 1 dan 25 pertanyaan tertutup
pada sesi konseling 2. Berikut beberapa contoh dialog sesi konseling dengan
keterampilan dasar pertanyaan tertutup:
Contoh dialog 1
1) Guru BK : Kamu sudah alfa berapa kali dikelas XI ini?
Peserta didik : 3 Buk
2) Guru BK : Nah sudah 3, kemana?
Peserta didik : dirumah Buk
Contoh dialog 2
Guru BK : Jadi ini sudah yang keberapa kali dipanggil?
Peserta didik : dua kali buk (mengangkat jari)
Guru Bk : untuk tahun ini, untuk semester ini dua kan?
Peserta didik : iya Buk (menganggukan kepala)
Guru Bk : kelas satu udah berapa kali?
Peserta didik : hmmmm....gk tau buk lupa (tersenyum)
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka guru bk sudah menggunakan
keterampilan dasar konseling pada proses konselingnya. Adapun keterampilan dasar
-
yang dipakai oleh Guru BK pada saat proses konseling yaitu: attending, refleksi,
dorongan minimum, pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup. Dalam proses konseling
guru bk menggunakan ketrampilan attending pada awalan sesi konseling. Dalam
proses sesi koneling guru bk menggunakan 1 pernyataan keterampilan dasar refleksi
pada sesi konseling 1 dan 4 pada sesi konseling 2, 2 pernyataan keterampilan dasar
dorongan minimum pada sesi konseling 2 sesi konseling 1 guru bk tidak
menggunakan dorongan minimum, 4 keterampilan dasar pertanyaan tertutup pada
sesi konseling 1 dan 8 pertanyaan tertutup pada sesi konseling 2, dan menggunakan 9
keterampilan dasar pertanyaan tertutup pada sesi konseling 1 dan 25 pertanyaan
tertutup pada sesi konseling 2. Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses
konseling oleh guru bk di SMK N 3 Bandar Lampung keterampilan yang sering
digunakan yaitu keterampilan dasar konseling pertanyaan terbuka dan tertutup dilihat
dari banyaknya pernyataan tentang keterampilan tersebut di proses konseling guru bk.
C. Pembahasan
Konselor dalam memberikan layanan konseling perlu mengetahui dan
mempunyai keterampilan konseling yang merupakan sangat penting untuk membantu
klien.52 Selain itu, pada penelitian Capuzzi dan Gross mendapati bahwa kepahaman
mengenai fungsi BK serta peranan konselor masih lemah dan tidak tepat.53
Selanjutnya, pada penelitian Bultsma mendapati bahwa masih banyak konselor
52Mohamed Sharif, Roslee dan Sulaiman Shakib Kemahiran Asas Seorang Kaunselor.
SeminarAntara bangsa Guru-Guru Agama Singapura (PERGAS, 2010),) pada 14-15 Jun 2003. 53Capuzzi, D. & Gross, D. (2013).Introduction to the Counseling Profession. (6th ed).
NY:Routledge.
-
sekolah di Indonesia belum memberikan fokus pada keterampilan dasar pada saat
membantu klien.54 Selain itu, sebahagian besar konselor tidak fokus dan menguasai
penggunaan kemahiran asas konseling.55
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari macam-macam keterampilan dasar
konseling guru bk di smk negeri 3 bandar lampung dalam dua proses sesi
konselingnya menggunakan lima keterampilan dasar konseling yaitu: attending,
refleksi, dorongan minimum, pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.
Bagaimanapun dengan lima keterampilan dasar tersebut hasil penelitian menunjukan
bahwa guru bk sudah dapat membantu menyelesaikan masalah peserta didik.
Sekiranya guru bk disekolah menguasai keterampilan dasar konseling yang komplite
seperti yang dikemukakan oleh Carkhuff dalam Abimanyu dan Manrihu di dalam
komunikasi dengan konseli, konselor harus menggunakan respon-respon yang
diklasifikasikan ke dalam berbagai teknik keterampilan dasar komunikasi, seperti (1)
tahap pembukaan yaitu membangun repo, attending, acceptance (penerimaan),
mendengarkan, empati, refleksi; (2) tahap eksplorasi masalah yaitu mengajak terbuka,
mengikuti pokok pembicaraan, pertanyaan terbuka, konfrontasi, dorongan minimal,
menjernihkan (clarifying), memimpin (leading), fokus, diam, mengambil inisiatif,
memberi nasehat; dan kemudian (3) tahap terminasi (pengakhiran) seperti
menyatakan waktu telah habis, menyimpulkan, menanyakan perasaan, memberi tugas
54Bultsma, S. A. Supervision experiences of new professional school counselors. Michigan
Journal of Counseling: Research, Theory, and Practice (2012).h.3
-
dan tindak lanjut, merencanakan pertemuan selanjutnya serta berpisah secara
formal.56 Sehingga dalam proses konseling akan memberikan dampak konseling yang
lebih bermakna dan akan tiba pada suatu keadaan proses konseling yang berjalan
secara efektif.
Dengan menggunakan sedikit saja keterampilan dasar konseling guru bk di
SMK Negeri 3 Bandar Lampung sudah dapat membantu menyelesaikan masalah
peserta didik, apalagi jika guru bk menggunakan keterampilan dasar yang maksimal
atau guru bk menguasai semua keterampilan dasar konseling. Karena mungkin dalam
proses konseling tidak semua keterampilan dasar itu digunakan, hanya sebagian saja
yang digunakan dilihat dari permasalahan yang ada pada peserta didik. Memang
menurut Willis walaupun setiap tahapan konseling mempunyai keterampilan-
keterampilan dasar konseling yang bermacam-macam dalam setiap proses
konselingnya, tidak berarti aturannya kaku seperti itu. Artinya konselor dengan
kemampuan dan seni akan melakukan konseling dengan teknik-teknik yang bervariasi
dan berganda (multi technique).
Beberapa hal yang terjadi di lapangan juga ada beberapa masalah mengapa
keterampilan dasar yang digunakan oleh guru bk tidak maksimum misalnya seperti
penstrukturan konseling tidak jelas, konselor larut dalam konseling, konseling hanya
ngobrol biasa dan hanya bersifat nasihat biasa, konseli tidak siap konseling, konselor
56Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi konseling terhadap Penguasaan
Kompetensi Profesional Guru Pembimbing di SMA/SMK se Kota Makassar, (Makasaar:Program Pascasarjana UNM, 2011).h.8
-
kurang mampu mendifinisikan masalah siswa (pada tahap awal. 57 Dalam hal ini ada
beberapa alasan mengapa guru bk hanya menggunakan keterampilan sebatas itu saja:
dikarenakan pemahaman guru pembimbing mengenai keterampilan konseling masih
belum optimal, konselor kurang terampil dalam mengaplikasikan tehnik-tehnik
konseling. Hal tersebut juga ditunjukkan dengan rata-rata skor pencapaian 19,36 atau
sekitar 52,18%. Skor ini juga menunjukkan bahwa keterampilan konseling belum
dipahami secara konseptual, makna dan contoh-contoh penggunaan masing-masing
keterampilan belum betul-betul dikuasai dengan baik. Kedua, hasil identifikasi
penguasaan guru pembimbing tentang keterampilan konseling, berupa 10
keterampilan yang diurutkan mulai dari yang kadang-kadang digunakan sampai yang
belum digunakan adalah; Keterampilan attending, bertanya, memberi dukungan dan
pengukuhan, mendengarkan, menutup, empati, klarifikasi, pemecahan masalah,
pemfokusan, memberi dorongan, paraphrase.58 Hal ini terjadi karena setiap klien
berbeda kepribadian (kemampuan, sikap, motivasi kehadiran, temperamen), respon
lisan dan bahasa badan dan sebagainya.59 Hal serupa pula dengan hasil penelitian
Rosita Endang Kusmaryani bahwasanya terdapat beberapa keterampilan yang
sebenarnya sering digunakan, namun ternyata belum dikuasai. Beberapa keterampilan
konseling tersebut adalah keterampilan attending, bertanya, memberi dukungan,
57Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Terhadap Penguasaan
Kompetensi Profesional Guru Pembimbing Di Sma/Smk Se Kota Makassar, (Makasar: Program Pasca Sarjana UNM 2011).h.2
58Rosita Endang Kusmaryani, dkk, Pengembangan Modul Keterampilan Konseling untuk Meningkatkan Kinerja Guru Pembimbing. (Universitas Negeri Yogyakarta, 2010).h.2
59 Sofyan Willis, Op Cit,h.173
-
klarifikasi, pemecahan masalah, pemokusan, dan memberi dorongan. Hal ini tentu
saja mengakibatkan kinerja guru pembimbing dalam melakukan layanan konseling
menjadi tidak maksimal. Data penelitian juga menunjukkan bahwa dalam
pelaksanaaan konseling selama ini hanya sebagian guru pembimbing (47%) yang
menggunakan keterampilan konseling secara optimal. Sebagian guru pembimbing
yang lain (53%) belum dapat menggunakan keterampilan konseling secara optimal.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa keterampilan seperti diatas
sebenarnya merupakan pengalaman umum atau keterampilan alamiah yang setiap
orang mempunyai pengalaman tersebut. Secara profesional sebagai seorang konselor.
Keterampilan dasar awal konseling sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan
dengan pekerjaannya. Jika keterampilan ini secara terus menerus dilakukan dan
dipraktekkan akan menjadi bagian dari kebiasaan yang tidak terpisahkan dari
pengalaman, yang seharusnya semakin baik dan sempurna. Hal senada juga
disampaikan oleh Barbara okun agar pertolongan konselor efektif, maka mereka
harus sering berlatih menggunakan keterampilan komunikasi konseling yang
mencakup , aspek pesan verbal dan non verbal (konten kognitif dan afektif),
memahami pesan nonverbal (konten afektif dan perilaku), dan merespon secara
verbal dan nonverbal. Dari beberapa temuan yang ungkapan permasalahannya karena
tidak ada waktu khusus untuk melakukan konseling secara individual dikarenakan
tuntutan aspek kerja yang lain.
Sehingga kepakaran seseorang konselor merupakan elemen yang penting
dalam menentukan keberkesanan proses konseling. Namun, kecakapan kemahiran
-
adalah lebih penting kerena telah dipersetujui oleh pakar-pakar terapi sebagai faktor
yang paling utama dalam pemilihan calon konselor. Oleh yang demikian, setiap
konselor bertanggung jawab untuk memastikan dirinya menguasai keterampilan dasar
konseling sebagai syarat utama untuk memberi perkhidmatan konseling yang lebih
berkesan dan cemerlang.60
60Zainatul Azura, Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kecekapan Kemahiran Dan
Perkembangan Personal Dalam Kalangan Guru-Guru Kaunseling Daerah Kulaijaya Johor ,(Malaysia: UTM, 2011).h.3
-
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan mengenai hasil penelitian tentang penggunaan
keterampilan dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah
minat belajar peserta didik. Guru bk menggunakan beberapa keterampilan dasar
konseling dalam proses konselingnya, diantaranya: attending, refleksi, dorongan
minimum, pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup. Bagaimanapun dengan lima
keterampilan dasar tersebut hasil penelitian menunjukan bahwa guru bk sudah dapat
membantu menyelesaikan masalah peserta didik. Sekiranya guru bk disekolah
menguasai keterampilan dasar konseling yang komplite atau semua keterampilan
dasar konseling guru bk kusai maka dalam proses konseling akan tiba pada suatu
keadaan proses konseling yang berjalan secara efektif dan berkesan. Dalam hal ini
ada beberapa alasan mengapa guru bk hanya menggunakan keterampilan sebatas itu
saja: dikarenakan pemahaman guru pembimbing mengenai keterampilan konseling
masih belum optimal, konselor kurang terampil dalam mengaplikasikan tehnik-tehnik
konseling.
-
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah:
1. Guru BK di Sekolah
Agar sedini mungkin untuk memperhatikan keterampilan-keterampilan yang
mestinya dimiliki, sehingga peserta didik merasa puas dan merasa lebih baik
setelah mendapatkan pelayanan Guru BK.
2. Bagi peserta didik
Dengan adanya kemampuan Guru BK yang profesional dalam melaksanakan
konseling individual, maka diharapkan peserta didik bersama sama dapat
membangun hubungan yang terapeutik dengan guru bk sehingga akan terbina
susana yang nyaman dan berkesan.
3. Peneliti
Saran bagi peneliti selanjutnya adalah agar dilakukan penelitian yang lebih
luas dan subjek yang lebih global agar keterampilan-keterampilan konselor
yang terdapat di Indonesia dapat diketahui, dan nantinya menjadi bahan
intropeksi diri konselor terkait keterampilan yang ada pada diri konselor
masing-masing.
4. Pembaca
Penelitian ini diharapkan bukan hanya untuk dibaca namun juga dipahami
sebaik mungkin, karena sedikit banyak dalam penelitian ini akan berguna bagi
konselor dan calon-calon konselor untuk menjadi seorang konselor yang lebih
terampil dan professional.
-
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004. Aladaga, Mine “Counseling Skills Pre-Practicum Training at Guidance and
Counseling Undergraduate Programs: A Qualitative Investigation”, Ege University, 2013.
Asrowi, “Model Pengembangan Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Untuk Meningkatkan Efektivitas Konseling Individual Guru-Guru Bk Smp”, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2013.
Zainatul Azura, Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kecekapan Kemahiran Dan Perkembangan Personal Dalam Kalangan Guru-Guru Kaunseling Daerah Kulaijaya Johor,Malaysia: UTM, 2011.
Bultsma, S. A. Supervision experiences of new professional school counselors. Michigan Journal of Counseling: Research, Theory, and Practice 2012.
Capuzzi, D. & Gross, D.Introduction to the Counseling Profession. (6th ed). NY:Routledge 2013.
Creswell, John, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015. Engkamat, Eshantee, Persepsi Pembimbing Rakan Siswa Terhadap Kemahiran
Menolong dalam Menangani Tekanan Akademik di Kalangan Pelajar: Satu Tinjauan di Universiti Malaysia Sarawak, University Malaysia Sarawak, 2005.
Erlina, Nova,dkk, Keterampilan Menjalankan Sesi Konseling oleh Guru-guru Konseling di kota Bandar Lampung, Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M, 2016.
----------Kemahiran Asas Konseling Dalam Kalangan Guru Konseling Sekolah Menengah, Book 3, Asean Comparative Education Research Network Conference, Malaysia: Universiti Kebangsaan Malaysia, 2016.
Erman, Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Geldard, Kathryn & David Geldard, Keterampilan Praktik Konseling, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
-
Ghani, Abdul, Kemahiran Asas Kounseling, malaysia: University Pendidikan Sultan Idris, 2003.
Gladding, Samuel, Konseling Profesi yang Menyeluruh, Jakarta: PT Indeks, 2012.
Hackney, Harold L. Development of a Pre-practicum Counseling Skills Model, Volume 11, Issue 2, 2011.
Halimatun, Mizan, Kaunseling Individu, Malaysia: Fajar Bakti, 2006. Hafina, AnneProceedings of The 4th International Conference on Teacher Education ;
Join Conference UPI& UPSI Bandung, Indonesia Teknik Latihan Keterampilan Dasar Konseling individual, Bandung: UPI, 2010.
Hastuti, Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Yogyakarta:
Media Abadi, 2006.
Ipah S. &Ilfiandra, Agustin M, Peningkatan Mutu Tata Kelola Layanan Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Menengah Atas di Provinsi Jawa Barat. Bandung: UPI 2006.
Ivey, Intentional Interviewing and Counseling:Facilitating Client Development and Multicultural Society, CA: Brooks/Cole, 2003.
Khairani Makmun, Psikologi Belajar, Yogyakarta. Aswaja Pressindo. 2013.
Krisnawati, Upaya Meningkatkan Minat Belajar IPS Melalui Metode Karya Wisata Kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Baran Kecamatan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 (Semarang:STAIN Salatiga, 2010).
Kusmaryani, Endang Rosita “Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di Yogyakarta”. Jurnal Kependidikan, Vol. 40 No. 2, November 2010.
Little, C., Packman, J., Smaby, M. H., & Maddux, C. D, The Skilled Counselor Training Model: Skills acquisition, self-assessment, and cognitive complexity. CounselorEducation and Supervision 44,2005.
Mahadhita, Fitriana Hubungan Antara Keterampilan dasar konseling (KDK) Dengan Minat Siswa Mengikuti Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/ 2015, Semarang: UNESA, 2015.
Makhmudah,Ulya Mempersiapkan Kompetensi Kepribadian Calon Konselor untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Jurnal Psikoedukasi dan Konseling Vol 1, No. 1, Surakatra: Universitas Sebelas Maret 2017.
-
Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Melinda, Mei Denok Setiawati, Pengembangan Media Keterampilan Dasar Konseling Berbasis Software dalam Layanan Informasi di SMAN 11 Surabaya, Surabaya: UNESA,2015.
Nurihsan, Achmad Juntika. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Refika Aditama, 2005.
Rachman, Maman strategi dan langkah-langkah penelitian pendidikan, Semarang: IKIP Semarang Pers, 1993.
Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi konseling terhadap Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Pembimbing di SMA/SMK se Kota Makassar, Makasaar:Program Pascasarjana UNM, 2011.
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Salleh Amat, Noriah Mohd & Ishak, Zuria Mahmud Hubungan dual di kalangan kaunselor: satu kajian kes. Jurnal PERKAMA, vol. 11, Kuala Lumpur Persatuan Kaunseling Malaysia 2005.
Satyawan, Yeptha Tingkat Pemahaman Keterampilan Dasar Konseling Pada Guru Bk Smp Se Kecamatan Banyumas, Jurnal: Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Vol.3, No.4, Yogyakarta: UNY, 2017.
Sofyan Willis, konselin