where love is, god is -...

4
kaswanto's blog | Where Love Is, God Is Copyright Kaswanto [email protected] http://kaswanto.staff.ipb.ac.id/where-love-is-god-is/ Where Love Is, God Is By Leo Tolstoy Renungan Natal: "Dimana Ada Cinta-Kasih, Disana Ada Tuhan" Adalah seorang tukang sepatu yang bernama Martin Avdeich, dia tinggal di satu apartemen bawah tanah dengan satu jendela kecil. Dari jendela itulah dia bisa melihat orang yang lalu lalang dari kakinya. Martin yang karena pekerjaannya sebagai tukang sepatu, tidaklah sulit buat dia mengenali orang yang lalu lalang itu dari sepatu yang dipakainya. Martin adalah pekerja keras, dia tidak pernah menipu pelanggannya, dia selalu menggunakan bahan terpilih untuk membuat sepatu, dia juga selalu tepat janji, pendek kata Martin selain pekerja keras juga pekerja yang baik. Martin pernah mengalami kekecewaan dengan Tuhan saat istri dan anak-anaknya meninggal, di tengah kekecewaannya dia pernah minta supaya Tuhan juga memanggilnya, karena dia sudah tidak melihat arti hidupnya ini. Di saat keadaan yang paling susah itulah dia bertemu orang yang mengingatkan kalau Tuhan sudah memberinya hidup, dan mengingatkan Martin bahwa hidupnya harus diberikan kepada Tuhan. Di tengah ketidak mengertiannya dan usahanya bagaimana caranya memberikan hidup untuk Tuhan, tiba-tiba dia bermimpi, mendengar suara Tuhan, "Martin ... Martin .. berjaga-jagalah Aku akan datang ke tempatmu esok". Besoknya Martin menanti-nanti. Kadang-kadang ia berpikir suara itu hanya mimpi, kadang-kadang ia meyakini ia benar-benar mendengar suara itu. Martin duduk di samping jendelanya sambil bekerja. Tiap kali dia menatap ke jalan menunggu Tuhan datang. Akhirnya dari jendelanya Martin melihat orang berpakaian usang, dengan sepatu penuh jahitan dan sebuah sekop di tangan. Dari sepatunya Martin page 1 / 4

Upload: lycong

Post on 20-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

kaswanto's blog | Where Love Is, God IsCopyright Kaswanto [email protected]://kaswanto.staff.ipb.ac.id/where-love-is-god-is/

Where Love Is, God IsBy Leo Tolstoy

Renungan Natal: "Dimana Ada Cinta-Kasih, Disana Ada Tuhan"

Adalah seorang tukang sepatu yang bernama Martin Avdeich, dia tinggal di satuapartemen bawah tanah dengan satu jendela kecil. Dari jendela itulah dia bisamelihat orang yang lalu lalang dari kakinya. Martin yang karena pekerjaannyasebagai tukang sepatu, tidaklah sulit buat dia mengenali orang yang lalu lalang itudari sepatu yang dipakainya. Martin adalah pekerja keras, dia tidak pernah menipu pelanggannya, dia selalu menggunakan bahan terpilih untuk membuat sepatu, diajuga selalu tepat janji, pendek kata Martin selain pekerja keras juga pekerja yangbaik.

Martin pernah mengalami kekecewaan dengan Tuhan saat istri dan anak-anaknyameninggal, di tengah kekecewaannya dia pernah minta supaya Tuhan jugamemanggilnya, karena dia sudah tidak melihat arti hidupnya ini. Di saat keadaanyang paling susah itulah dia bertemu orang yang mengingatkan kalau Tuhan sudahmemberinya hidup, dan mengingatkan Martin bahwa hidupnya harus diberikankepada Tuhan. Di tengah ketidak mengertiannya dan usahanya bagaimanacaranya memberikan hidup untuk Tuhan, tiba-tiba dia bermimpi, mendengar suaraTuhan, "Martin ... Martin .. berjaga-jagalah Aku akan datang ke tempatmu esok".

Besoknya Martin menanti-nanti. Kadang-kadang ia berpikir suara itu hanya mimpi,kadang-kadang ia meyakini ia benar-benar mendengar suara itu. Martin duduk disamping jendelanya sambil bekerja. Tiap kali dia menatap ke jalan menungguTuhan datang. Akhirnya dari jendelanya Martin melihat orang berpakaian usang,dengan sepatu penuh jahitan dan sebuah sekop di tangan. Dari sepatunya Martin

page 1 / 4

kaswanto's blog | Where Love Is, God IsCopyright Kaswanto [email protected]://kaswanto.staff.ipb.ac.id/where-love-is-god-is/

tahu bahwa orang tua itu Stephanich, orang miskin yang menumpang di rumahorang lain dan melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil seperti membersihkan salju. Iamulai membersihkan salju di depan jendela Martin. Martin mengamati Stephanich sampai Stepanich meletakkan sekop, dan kelihatan menggigil mencari tempatistirahat dan berlindung dari hawa dingin. Orang tua ini kelihatan sangat rapuh.Martin mengundangnya masuk. Stephanich begitu gemetar sampai hampir jatuhwaktu masuk. "Masuklah ke dalam dan aku punya teh hangat," demikian seruMartin kepada Stepanich. Stepanich yang ragu-ragu masuk ke rumahnya bertanyaapakah Martin sedang menunggu seseorang? Martin menjawab, "Saya sebenarnyamalu untuk mengatakan pada anda bahwa memang saya sedang menungguTuhan, seperti yang saya pahami melalui Alkitab bahwa betapa betapa besar kasihTuhan sampai Dia mau turun ke bumi". Begitulah Martin bukan hanya memberikanteh tetapi juga bagian makan siangnya yang sangat sederhana. Stephanich pamitdengan air mata di pipi karena rasa terimakasihnya yang dalam.

Martin menunggu lagi. Berbagai orang lewat lalu lalang. Tuhan belum juga muncul.Sampai dilihatnya seorang wanita miskin dengan bayinya. Wanita ini hanyaberpakaian musim panas, wanita ini tidak punya uang untuk menebus syal nyayang digadaikan. Martin bangkit dan memanggil wanita itu untuk masukkerumahnya. Martin menyambut wanita dan bayinya ini. Memasak bubur untukbayi itu dari persediaannya yang tipis dan memberikan uang kepada wanita itusupaya ia bisa menebus syal yang dia gadaikan untuk memberi makan bayinya. Iajuga memberikan satu-satunya mantel cadangannya yang juga sudah tua danbenangnya yang sudah menipis. Wanita miskin tersebut mengambil pemberianMartin dengan air mata yang berlinang.

Martin, duduk lagi. Hari mulai sore. Dia makan sisa makanan yang masih tersedia,bekerja lagi. Tapi dia tetap berkali-kali memandang ke jalan. Menunggu danmenunggu datangnya Tuhan.

Tidak lama seorang wanita tua penjual apel lewat. Punggungnya menggendongkayu bakar, dan tangannya menjinjing keranjang dagangan yang hanya berisibeberapa butir apel. Kayu bakarnya sangat berat sehingga ia berhenti,membetulkan gendongannya. Ia meletakkan keranjangnya di tanah. Tiba-tibaseorang anak laki-laki kecil lari dan mengambil beberapa apel. Tapi nenek inidengan cekatan menjambret baju anak itu.

Nenek itu menarik rambut anak kecil itu dan berteriak akan membawa dia ke

page 2 / 4

kaswanto's blog | Where Love Is, God IsCopyright Kaswanto [email protected]://kaswanto.staff.ipb.ac.id/where-love-is-god-is/

kantor polisi. Martin meminta-minta agar si nenek tidak membawa anak itu kepolisi. Martin akan membayar apelnya.

Akhirnya nenek melepaskan pegangannya dan anak itu langsung melarikan diri.Martin menangkapnya dan berkata, "Mintalah maaf kepada nenek itu, dan sayatidak ingin melihat engkau mengambil apelnya lagi".

Anak itu minta maaf. Malahan dia menawarkan diri mengangkat kayu bakar sinenek. Mereka berjalan berdampingan.

Martin menunggu. Hari mulai malam. "Tampaknya hari sudah gelap", pikir Martin.Dia membersihkan peralatannya. Menyalakan lampu. Mengambil Alkitabnya. Dandia merenung menantikan Tuhan. Tetapi sudah malam., apakah Tuhan masih akandatang?

Martin kembali merenung akan mimpinya yang mendengar suara Tuhan, kalau Diaakan datang kerumahnya... Tiba -tiba dia mengalami situasi yang sama dalammimpinya, dia mendengar lagi suara yang berkata di telinganya "Martin ... Martin,apakah kamu tidak mengenal aku?"

"Siapa?" tanya Martin,

"Aku",  jawab suara itu. Di tengah kegelapan malam Martin melalui kaca jendelanyasamar-samar melihat Stephanich yang tersenyum.

"Ini adalah Aku", terdengar ada suara itu lagi, dan Martin sama-samar melihatwanita tua dan bayinya dan lenyap.

"Ini adalah Aku", terdengar suara lagi, dan Martin samar-samar melihat wanita tuadan apelnya bersama dengan anak laki-laki.

page 3 / 4

kaswanto's blog | Where Love Is, God IsCopyright Kaswanto [email protected]://kaswanto.staff.ipb.ac.id/where-love-is-god-is/

Melihat itu jiwa Martin gembira karena dia teringat apa yang tertulis di Alkitabnya,"Sebab pada waktu Aku lapar, kalian memberi Aku makan, dan pada waktu Akuhaus, kalian memberi Aku minum. Aku seorang asing, kalian menerima Aku dirumahmu. Aku tidak berpakaian, kalian memberikan Aku pakaian. Aku sakit, kalianmerawat Aku. Aku dipenjarakan, kalian menolong Aku."

Impian Martin menjadi kenyataan, Tuhan memang sudah datang dan makan bersamanya hari itu. Martin akhirnya boleh mengerti, "Ketahuilah: waktu kalianmelakukan hal itu, sekalipun kepada salah seorang dari saudara-saudara-Ku yangterhina, berarti kalian melakukannya kepada-Ku."

Jikalau 2000 tahun yang lalu Tuhan hadir ke dunia dalam bayi Jesus, saat ini Tuhanbisa hadir diantara kita melalui orang -orang di sekitar kita, bukalah pintu hati kita,sama seperti Martin Avdeich yang selalu menyambut hangat sesamanya.

(Cerita ini diambil dari "Where Love Is, God Is" karangan Leo Tolstoy, 1885. Ceritayang dari 14 halaman, dicoba diringkas menjadi 1 halaman, mudah-mudahanpesannya masih bisa kita nikmati sebagai renungan Natal)

Sumber: [email protected]

page 4 / 4