workstation retno&kevin

22
WORKSTATION Makalah Untuk memenuhi tugas matakuliah Aspek Hukum dan Keselamatan Kerja yang dibina oleh Prof. Dr. Ir. H. Djoko Kustono, M.Pd. Oleh Pangadongan Elfin Pujianto (PKJ A/120551539349) Retno Indah Rokhmawati (PKJ A/120551539340) The Learning University UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN KEJURUAN

Upload: kevin-pangadongan

Post on 03-Aug-2015

157 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Workstation Retno&Kevin

WORKSTATION

MakalahUntuk memenuhi tugas matakuliah

Aspek Hukum dan Keselamatan Kerjayang dibina oleh Prof. Dr. Ir. H. Djoko Kustono, M.Pd.

OlehPangadongan Elfin Pujianto (PKJ A/120551539349)Retno Indah Rokhmawati (PKJ A/120551539340)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCASARJANA

PENDIDIKAN KEJURUANOktober 2012

Page 2: Workstation Retno&Kevin

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Workstation terdiri dari kata work (kerja) dan station (stasiun/pos).

Berasal dari arti harfiah tersebut, maka workstation dapat diartikan sebagai tempat

kerja. Workstation (stasiun kerja) adalah ruang kerja yang berorientasi pada

pekerjaan yang berhubungan dengan interaksi manusia terhadap peralatan secara

fisik. Workstation dirancang khusus sesuai dengan sebuah pekerjaan secara

spesifik. Workstation berperan banyak terhadap produktivitas dan kesuksesan

sebuah pekerjaan. Workstation yang kurang baik dapat berpotensi timbulnya

kelelahan, cedera, sakit, dan kesalahan kerja yang berujung pada menurunnya

produktivitas kerja. Tempat kerja yang kurang nyaman dapat mengakibatkan

tingginya tingkat stres.

Salah satu titik kunci yang diinginkan dalam hal produktivitas kerja

adalah semakin cepat, nyaman, mudah, aman, dan sehatnya pemrosesan benda

kerja, dengan tetap mengutamakan kualitas hasil. Tata letak alur benda kerja

dalam workstation harus dapat memperlancar arus pemindahan dalam suatu alur

produksi dari satu proses ke proses lainnya secara runtut berurutan. Tempat benda

kerja yang sesuai dengan proses kognitif sangatlah penting mengingat manusia

merupakan pelaku utama dalam proses produksi.

Ergonomi menjadi landasan pertimbangan dalam perancangan sebuah

workstation karena konsep workstation yang menekankan pada efektivitas dan

produktivitas kerja manusia yang diakomodasi oleh sebuah hubungan terintegrasi

antara lingkungan kerja dengan peralatan kerja yang terlibat di dalamnya.

Perancangan workstation hendaknya mempertimbangkan sisi ergonomis

dengan porsi yang banyak, karena beberapa kasus gagalnya sebuah workstation

adalah karena pertimbangan sisi ergonomi yang kurang baik.

1

Page 3: Workstation Retno&Kevin

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini dapat

dirumuskan, sebagai berikut:

1. Apa pentingnya perencanaan workstation?

2. Bagaimana langkah merencanakan workstation yang sesuai standar?

3. Apa dampak negatif/bahaya jika workstation tidak direncanakan sesuai

standar?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penyusunan makalah ini,

antara lain:

1. Untuk mengetahui pentingnya perencanaan workstation

2. Untuk mendeskripsikan langkah merencanakan workstation yang sesuai

standar.

3. Untuk mendeskripsikan dampak negatif/bahaya jika workstation tidak

direncanakan sesuai standar.

2

Page 4: Workstation Retno&Kevin

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pentingnya Perencanaan Workstation

Keselamatan kerja dan kesehatan kerja tidak dapat sepenuhnya dibebankan

pada perhitungan numerik dan pertimbangan faktor fisik peralatan saja, tetapi

faktor-faktor humani, baik secara fisik maupun mental, juga harus

dipertimbangkan secara baik dan benar. Integrasi sistem manajemen yang baik

dan desain/perancangan ruang kerja yang benar dapat mengoptimalkan sebuah

skenario pekerjaan dalam sebuah workstation untuk menghasilkan sebuah

produktivitas kerja yang tinggi.

Workstation (stasiun kerja) adalah ruang kerja yang berorientasi pada

pekerjaan yang berhubungan dengan interaksi manusia terhadap peralatan secara

fisik. Workstation dirancang khusus sesuai dengan sebuah pekerjaan secara

spesifik. Workstation berperan banyak terhadap produktivitas dan kesuksesan

sebuah pekerjaan. Workstation yang kurang baik dapat berpotensi timbulnya

kelelahan, cedera, sakit, dan kesalahan kerja yang berujung pada menurunnya

produktivitas kerja. Tempat kerja yang kurang nyaman dapat mengakibatkan

tingginya tingkat stres.

Pengaturan dan perencanaan workstation yang kurang baik akan berpengaruh

terhadap tingkat produktivitas kerja dan memberikan dampak negatif terhadap

pekerja, seperti trauma kumulatif, vertigo, stres, kelainan tulang punggung, dan

lain sebagainya. Oleh kaena itu, dalam makalah ini dibahas lebih lanjut mengenai

pentingnya dan cara merencanakan workstation sesuai dengan standar.

B. Langkah-langkah untuk Merencanakan Workstation yang Sesuai

Standar

1. Panduan Perancangan Workstation

Panduan mengenai perancangan workstation ini dicetuskan oleh Johnson

Konz dalam Aulia sebagai panduan dan bahan diskusi untuk mendapatkan

pemahaman terhadap pertimbangan ergonomi yang harus diambil dalam sebuah

perancangan workstation yang aman dan efektif. Adapun langkah-langkah yang

perlu diperhatikan dalam perencanaan workstation, antara lain:

3

Page 5: Workstation Retno&Kevin

a. Hindari beban statis & postur kerja yang tetap.

Beban statis mengurangi suplai darah ke bagian-bagian tubuh yang terbebani.

Suplai darah juga berkurang ke semua tubuh ketika beban statis dan postur kerja

yang tetap dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan dalam sebuah

workstation. Postur yang tetap dapat menyebabkan perubahan tekanan darah,

pemborosan metabolisme dalam otot, dan menambah waktu pemulihannya.

b. Kurangi trauma kumulatif yang tidak dikehendaki.

Trauma kumulatif memberi dampak bagian-bagian tubuh termasuk persedian

dan otot-otot, terutama dalam gerakan berulang-ulang dalam waktu yang panjang.

Tiga bagian tubuh yang umumnya terkena dampak trauma kumulatif adalah

bahu/leher, tangan/pergelangan, dan punggung. Trauma kumulatif berupa cedera

yang disebabkan oleh beban/gerakan repetitif (berulang-ulang) pada bagian tubuh.

c. Atur ketinggian tempat kerja 50 mm di bawah siku.

Ketinggian ini diatur agar siku berada sedikit di bawah jantung. Performa

optimal didapat di ketinggian ini dan penyimpangan 125 mm ke bawah sampai 25

mm ke atas siku akan mengurangi performa kerja secara signifikan.

d. Lengkapi setiap pekerja dengan kursi yang dapat diatur (adjustable)

Tidak semua pekerja memiliki tinggi yang sama. Oleh karena itu, kursi yang

adjustable harus dipertimbangkan sebagai bagian dari perancangan fisik sebuah

workstation. Tingkat kenyamanan setiap pekerja dapat diakomodasi oleh model

kursi seperti itu (adjustable) untuk meningkatkan produktivitas kerja.

4

Page 6: Workstation Retno&Kevin

Gambar 1. Adjustable Chair (kiri) dan Tips Cara Duduk yang Benar di Depan

Komputer (kanan).

Berikut ini adalah penjelasan Gambar 1 mengenai 12 tips duduk yang benar di

depan komputer, antara lain:

1. Menggunakan kursi yang baik dengan kursi dinamis (adjustable chair) dan

duduk menyandar ke belakang.

2. Bagian atas casing monitor 2-3 "(5-8 cm) sejajar dengan bagian atas

permukaan mata.

3. Agar tidak terdapat silau pada layar, disarankan menggunakan kaca filter anti-

silau optik.

4. Jarak posisi duduk dengan posisi monitor sepanjang jangkauan lengan.

5. Kaki menapak di lantai atau pijakan kaki yang stabil.

6. Menggunakan penyangga monitor, posisinya disesuaikan dengan jangkauan

penglihatan pengguna.

7. Posisi lengan datar dan lurus dalam menggunakan keyboard/mouse/perangkat

input.

8. Lengan dan siku santai dekat dengan tubuh

9. Pusat monitor dan keyboard di depan Anda

10. Menggunakan nampan miring untuk keyboard yang ke bawah.

11. Menggunakan permukaan kerja(meja) yang stabil.

5

Page 7: Workstation Retno&Kevin

12. Mengambil istirahat pendek (microbreaks).

Gambar 2. Posisi

Duduk yang Benar di Depan Komputer.

e. Gunakan kaki juga tangan

Daya yang dikeluarkan kaki lebih besar daripada yang dikeluarkan tangan

dan bahu. Penggunaan kaki dan tangan penting untuk dipertimbangkan dalam

perancangan sebuah workstation karena kaki lebih mampu untuk bertahan

terhadap beban dalam jangka waktu yang lama dibandingkan dengan tangan dan

lengan.

Gambar 3. Posisi Tangan yang Salah dan Benar pada Keyboard.

6

Page 8: Workstation Retno&Kevin

f. Manfaatkan gravitasi, jangan melawannya

Gravitasi dapat dimanfaatkan untuk memindahkan sesuatu dan menurunkan

daya yang digunakan untuk menarik sesuatu.

g. Hematlah daya/momentum

Menghemat daya/momentum dapat menghindari konsumsi waktu dan energi

yang tidak perlu. Maksudnya adalah untuk menghindari percepatan (akselerasi)

dan perlambatan (dekselerasi) setiap komponen yang ada bila dimungkinkan.

Penghematan terhadap hal itu akan mengurangi ketegangan tambahan terhadap

tubuh dan mengurangi gerakan tiba-tiba pada tubuh.

h. Utamakan pergerakan dua tangan daripada satu tangan

Efisiensi yang diperoleh dengan menggunakan dua tangan adalah 25% lebih

efisien daripada menggunakan satu tangan.

i. Gunakan gerakan bersamaan

Gerakan tangan sebaiknya dibuat berlawanan dan simetris, serta harus

dilakukan secara serempak. Ini akan mengurangi ketegangan pada mata dan

tangan.

j. Hindari mengubah-ubah gerakan tangan

Detak jantung lebih tinggi ketika mengubah gerakan tangan daripada

membiarkan tangan melakukan gerakan yang sama secara simultan. Mengubah

gerak tangan juga menghasilkan gerak lebih pada torso dan bahu dan dapat

menyebabkan cedera serta ketegangan pada bagian-bagian tubuh.

k. Cukup gerakan poros siku

Menggerakkan siku lebih ringan daripada menggerakkan seluruh tangan atau

bahu. Menggerakkan seluruh tangan lebih berat.

l. Gunakan tangan yang paling dominan/cenderung

Tangan yang dominan 10% lebih cepat daripada tangan yang tidak dominan.

Gerakan tangan yang dominan juga lebih kuat ketika digunakan tetapi lebih

7

Page 9: Workstation Retno&Kevin

mungkin mengalami cedera (trauma kumulatif). Tujuannya adalah untuk

memudahkan kerja, terutama dalam gerakan menjangkau.

m. Jaga gerakan tangan dalam area kerja yang normal

Area kerja didefiniskan sebagai bidang datar setinggi siku dengan jarak

jangkau ke atas atau ke bawah bidang tersebut. Siku merupakan titik statis saat

terjadi gerakan. Pekerjaan yang sering/utama seharusnya berada dalam

jangkauan, dan pekerjaan yang jarang/tidak utama boleh dijauhkan jaraknya.

n. Mengakomodasi beragam proporsi tubuh

Perancangan sebuah workstation harus dapat mengakomodasi beragam

proporsi tubuh, tidak hanya mengakomodasi dari hasil merata-ratakan ukuran

proporsi tubuh. Desain harus dapat mengakomodasi populasi terbanyak.

2. Perancangan Workstation Kaitannya dengan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

Manusia memiliki batas kemampuan fisik dan mental, yang tentunya harus

diakomodasi dalam sebuah perancangan sehingga tidak mengakibatkan

kecelakaan pada manusia. Manajemen kerja juga menjadi sangat penting sebagai

salah satu cara di luar pertimbangan fisikal workstation untuk mengoptimalkan

produktivitas kerja.

a. Kenyamanan kerja dapat dibangun melalui faktor iklim dalam ruangan

(indoor climate). Menurut Grandjean (1986) dalam Nurmianto (1998), indoor

climate adalah suatu kondisi fisik sekeliling tempat kita melakukan suatu

aktivitas tertentu yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

(1) temperatur udara,

(2) temperatur permukaan sekeliling,

(3) kelembaban udara,

(4) aliran perpindahan udara.

8

Page 10: Workstation Retno&Kevin

Keempat poin tersebut harus dirancang untuk disesuaikan dengan kebutuhan

suhu tubuh, sistem sekresi manusia, kebutuhan aerasi yang baik, dan gerakan-

gerakan yang dihasilkan manusia, sehingga tempat kerja menjadi nyaman dan

sehat.

b. Kenyamanan kerja juga dapat dibangun melalui manajemen waktu kerja (shift

kerja). Menurut Nurmianto (1998), perancangan shift kerja haruslah

memperhatikan dua hal berikut:

1) Kekurangan istirahat atau tidur hendaknya ditekan sekecil mungkin

sehingga dapat meminimumkan kelelahan.

2) Sediakan waktu sebanyak mungkin untuk kehidupan keluarga dan sosial.

Knauth (1988) dalam Nurmianto (1998) menyatakan bahwa ada lima

faktor utama dalam perancangan shift kerja, yaitu:

a) Jenis shift (pagi, siang, malam)

b) Panjang waktu tiap shift

c) Waktu dimulai dan diakhirinya satu shift

d) Distribusi waktu istirahat

e) Arah transisi shift

c. Dalam Nurmianto (1998), ada lima kriteria dalam mendesain suatu kerja shift:

1) Setidaknya ada jarak 11 jam antara permulaan dua shift yang berurutan.

2) Seorang tidak boleh kerja tujuh hari atau lebih berturut-turut. Sebaiknya

5 hari kerja 2 hari libur dalam satu minggu.

3) Sediakan libur akhir pekan setidaknya dua hari.

4) Rotasi shift mengikuti matahari.

5) Buat jadwal yang mudah diingat dan sederhana.

C. Dampak Negatif/Bahaya Jika Workstation Tidak Direncanakan Sesuai

Standar

1. Dampak Kesehatan

Secara umum, dampak kesehatan yang kerap terjadi akibat dari proses

penggunaan komputer yang tidak memperhatikan ergonomi, antara lain:

9

Page 11: Workstation Retno&Kevin

a. Gangguan muskuloskeletal

Gangguan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot

skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

sampai sangat sakit (Tarwaka et.al dalam Octaviani dan Hendra). Keluhan

otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan

akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan

yang panjang atau sering disebut Cummulative Trauma Disorders (CTD).

Faktor workstation yang kurang memenuhi standar dapat mengakibatkan

CTD termasuk peralatan yang tidak sesuai, waktu kerja tanpa istirahat,

pekerjaan berat yang berulang, kurangnya body mechanics, gerakan

memutar, postur, posisi, vibrasi, kondisi lingkungan kerja terlalu dingin atau

panas, membawa, mengangkat, mendorong, cahaya yang tidak sesuai, faktor

psikososial dan gender.

b. Gangguan penglihatan

Grandjean (1981) dalam Oborne (1995) dalam Octaviani dan Hendra

membedakan keluhan dari pengguna Visual Display Unit termasuk laptop

menjadi dua jenis, yaitu:

1) Visual discomfort, dengan gejala mata terasa sakit, panas, lelah, sakit yang

menusuk, dan pusing.

2) Visual impairment, dengan gejala penglihatan kabur (rabun dekat dan

jauh) berkedip dan ganda.

c. Cummulative Trauma Disorder

Ada beberapa jenis yang kerap terjadi akibat salahnya penerapan ergonomi

ada workstation, antara lain:

1) Sindrom Carpal Tunnel

Adanya tekanan syaraf di pergelangan tangan yang umumnya didasarkan

sebagai sindrom carpal tunnel. Umumnya sindrom ini muncul sebagai hasil

dari trauma yang kembali lagi, tapi secara etiology tidak diketahui. Sindrom

Carpal tunnel dipercayai berhubungan dengan penyempitan saluran dalam

aliran syaraf.

10

Page 12: Workstation Retno&Kevin

2) Epicondylitis

Nyeri yang terjadi ketika tendon yang menyambungkan otot siku dengan

tulang terlalu banyak berkontraksi, biasanya ketika menggerakan pergelangan

tangan dan lengan secara berulang-ulang.

3) Tenosynovitis

Tenosynovitis adalah peradangan pada

selubung berisi cairan (disebut synovium)

yangmengelilingi tendon. Gejala tenosynovitis

termasuk rasa sakit, bengkak dan

kesulitanmenggerakkan sendi tertentu di mana

terjadi peradangan. Ketika kondisi

menyebabkan jari ke“tongkat” dalam posisi

tertekuk, ini disebut “stenosing” tenosynovitis,

biasa dikenal sebagai“Trigger Finger.”

4) Bursitis

Bursitis adalah suatu peradangan pada bagian bursae. Bursitis

mengakibatkan pengumpulan sedikit cairan dan mengisi kantung pada bagian

sambungan, otot, urat daging dan tulang yang berakibat adanya gangguan rasa

nyeri. Bursitis dapat disebabkan oleh gerakan yang berulang-ulang dan

tekanan yang berlebihan(trauma), infeksi, penumpukan kristal, luka¬luka

makanan, alergi udara, atau kekurangan zat kapur.

5) Tendonitis

Tendonitis atau tendinitis adalah peradangan atau iritasi tendon. Regangan

terus-menerus, penggunaan berlebihan atau penyalahgunaan tendon yang

menyebabkan cedera stres berulang, atau cedera akut yang serius dapat

menyebabkan tendonitis.

Gejala tendonitis adalah nyeri, kekakuan, dan rasa terbakar di tendon dan

daerah sekitarnya. Nyeri dapat memburuk selama dan setelah aktivitas yang

melibatkan tendon. Tendonitis biasanya terjadi pada ibu jari, siku, bahu,

pinggul, lutut, dan pergelangan tangan, tetapi dapat terjadi di mana saja

terdapat tendon.

11

Page 13: Workstation Retno&Kevin

6) Raynaud's Phenomenon

Fenomena Raynaud’s, kadang-kadang

disebut sindrom Raynaud’s, adalah

gangguan sirkulasi darah di jari tangan

dan kaki (dan sedikit yang umumnya dari

telinga dan hidung). Kondisi ini

diperburuk dengan paparan dingin.

Paparan dingin secara abnormal mengurangi sirkulasi darah menyebabkan

kulit menjadi pucat, lilin-putih atau ungu. Kelainan ini kadang-kadang disebut

"jari putih", "jari lilin" atau "jari mati."

Fenomena Raynaud’s memiliki penyebab yang berbeda, termasuk paparan di

tempat kerja. Hal ini sering berkaitan dengan aktivitas di tempat kerja. Sering

juga disebut dengan "sindrom getaran tangan-lengan" tetapi juga terlibat

dalam penyakit kerja lainnya. Hal ini penting untuk mengetahui tanda-tanda

dan gejala dari Fenomena Raynaud’s dan bahaya tempat kerja yang

menyebabkannya. Kesadaran karyawan dapat membantu mencegah gangguan

dari terjadinya atau menuju ke tahap serius. Jika tidak terdeteksi pada tahap

awal, gangguan secara permanen dapat mengganggu sirkulasi darah di jari.

7) Rotator Cuff Tendonitis

Shoulder tendonitis (atau rotator cuff tendonitis) adalah salah satu kondisi

paling umum terjadi pada persendian bahu (rotator cuff). Faktor umum

penyebab rotator cuff tendonitis adalah olahraga. Tetapi terkadang gangguan

ini juga bisa terjadi pada orang-orang di atas usia 40 tahun. Rotator cuff

tendonitis juga dikenal sebagai Swimmer’s shoulder, Pitcher’s shoulder,

Shoulder impingement syndrome, Tennis shoulder atau Shoulder Bursitis.

Rotator cuff tendonitis adalah suatu peradangan (iritasi dan pembengkakan)

pada tendon bahu. Biasanya efek pelemahan pada bahu hanya terasa ringan

sampai sedang.

12

Page 14: Workstation Retno&Kevin

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan mengenai kebakaran di atas, dapat diambil beberapa

kesimpulan diantaranya:

1. Keselamatan kerja dan kesehatan kerja tidak dapat sepenuhnya dibebankan

pada perhitungan numerik dan pertimbangan faktor fisik peralatan saja, tetapi

faktor-faktor humani, baik secara fisik maupun mental, juga harus

dipertimbangkan secara baik dan benar. Integrasi sistem manajemen yang

baik dan desain/perancangan ruang kerja yang benar dapat mengoptimalkan

sebuah skenario pekerjaan dalam sebuah workstation untuk menghasilkan

sebuah produktivitas kerja yang tinggi.

2. Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam perencanaan

workstation menurut Konz dalam Aulia (2012), antara lain:

a. Hindari beban statis & postur kerja yang tetap.

b. Kurangi trauma kumulatif yang tidak dikehendaki.

c. Atur ketinggian tempat kerja 50 mm di bawah siku.

d. Lengkapi setiap pekerja dengan kursi yang dapat diatur (adjustable)

e. Gunakan kaki juga tangan

f. Manfaatkan gravitasi, jangan melawannya

g. Hematlah daya/momentum

h. Utamakan pergerakan dua tangan daripada satu tangan

i. Gunakan gerakan bersamaan

j. Hindari mengubah-ubah gerakan tangan

k. Cukup gerakan poros siku

l. Gunakan tangan yang paling dominan/cenderung

m. Jaga gerakan tangan dalam area kerja yang normal

n. Mengakomodasi beragam proporsi tubuh

3. Secara umum, dampak kesehatan yang kerap terjadi akibat dari proses

penggunaan komputer yang tidak memperhatikan ergonomi, antara lain:

a. Gangguan musculoskeletal

b. Gangguan penglihatan

13

Page 15: Workstation Retno&Kevin

c. Cummulative Trauma Disorder

Ada beberapa jenis yang kerap terjadi akibat salahnya penerapan ergonomi

ada workstation, antara lain:

1) Sindrom Carpal Tunnel

2) Epicondylitis

3) Tenosynovitis

4) Bursitis

5) Tendonitis

6) Raynaud's Phenomenon

7) Rotator Cuff Tendonitis

14

Page 16: Workstation Retno&Kevin

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Wildan. 2012. Perancangan Tempat Kerja dengan Pendekatan Ergonomi.

(Online). (http://idandp.blog.stisitelkom.ac.id), diakses 2 Oktober 2012.

Konz, Stephan, Johnson, Steven. 2000. Work Design: industrial ergonomics.

Scottsdale: Holcomb Hathaway.

Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua. Surabaya: Penerbit Guna Widya.

Octaviani,D.F., dan Hendra. Keluhan Kesehatan Akibat Peenggunaan Laptop pada Mahasiswa FKM UI. (Online). (http://staff.ui.ac.id/internal/132255817/publikasi/KeluhanKesehatanAkibatPenggunaanLaptoppadaMahasiswaFKM.pdf), diakses 16 Oktober 2012.

15