yanto skripsi bab iii
TRANSCRIPT
BAB III
TINJAUAN TEORITIS HOTEL BINTANG 4
3.1 Tinjauan Teoritis Hotel Resort Bintang 4.
3.1.1 Pengertian
Defenisi Hotel.1
Hotel merupakan suatu bentuk akomodasi yang di kelola secara komersial,
disediakan bagi setiap orang untuk
memperoleh pelayanan penginapan, berikut makanan dan minuman.
Hotel adalah suatu tempat menginap bagi orang yang melakukan
perjalanan dengan segala fasilitas yang memadai, persyaratan kesehatan,
kepuasaan, ketenangan dan sebagainya.
Pengertian diatas menunjukan bahwa :
Hotel adalah suatu usaha komersial yang melakukan aktivitas dibidang
jasa pelayanan.
Hotel harus terbuka untuk umum atau bersifat publik.
Hotel harus memiliki minimum tiga fasilitas, yaitu : akomodasi,
makanan dan minuman, sarana rekreasi, pemandangan alam untuk
memperoleh kepuasaan.
Hotel harus memiliki suatu sistem pelayanan yang di kelola secara
profesional.
3.1.2 Fungsi Hotel2
Hotel memiliki fungsi sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan tamu, sebagai
tempat tinggal sementara selama berada jauh dari tempat asalnya. Hotel sebagai suatu
wadah akomodasi komersial, tidak hanya berfungsi sebagai tempat menginap,
beristirahat, makan dan minum tetapi juga berfungsi sebagai tempat melangsungkan
pernikahan, konferensi, pertemuan dan lain–lain. Perbedaan fasilitas hotel
disesuaikan perkembangan kebutuhan para tamu.
1 Berdasarkan SK menteri perhubungan no. PM 10/301/phb 77, tanggal 22 desember 1977, tentang
peraturanusaha klasifikasi hotel
2 Pendit, Nyoman P.,Pengantar ilmu pariwisata, pradnya paramita, Jakarta, 1998
3.3.3 Klasifikasi Hotel
Klasifikasi hotel dengan tanda bintang sebagaimana telah ditetapkan di
indonesia berdasarkan surat keputusan menteri Pariwisata, Pos dan Komunikasi
No. KM 37/PW 305/MPPT-90 adalah suatu sistem pengelompokan hotel kedalam
berbagai kelas atau tingkatan berdasarkan ukuran penilaian tertentu, seperti
jumlah kamar, fasilitas yang tersedia, mutu pelayanan, perlengkapan dan
peralatan. Hotel yang memenuhi syarat penilaian akan dinyatakan sebagai hotel
bintang sedangkan yang tidak memenuhi setiap syarat penilaian tersebut akan
dinyatakan sebagai hotel melati.
Hotel bintang yang diklasifikasikan dalam 5 kelas, yaitu:
a. Kelas bintang I (*)
b. Kelas bintang II (**)
c. Kelas bintang III (***)
d. Kelas bintang IV (****)
e. Kelas bintang V (*****)
Tabel 3.1
Perbedaan Fasilitas Hotel Berbintang
Fasilitas Hotel
Bintang V
Hotel
Bintang
IV
Hotel
Bintang III
Hotel
Bintang II
Hotel
Bintang I
Kamar
tidur
Minimal
100 kamar
4 kamar
suite
Minimal
50 kamar
3 kamar
suite
Minimal
30 kamar
2 kamar
suite
Minimal
20 kamar
Minimal
10 kamar
Ruang
makan
(restaurat)
Bar dan
coffe shop
Wajib
minimal 2
Wajib
minimal 1
Wajib
minimal 2
Wajib
minimal 1
Perlu
minimal 1
Wajib
minimal 1
Perlu
minimal 1
Wajib
minimal 1
Perlu
minimal 1
Wajib
minimal 1
Function
room
Wajib
minimal 1
Wajib
minimal 1
Wajib
minimal 1
- -
Wajib
prefunction
room
Wajib
prefunctio
n room
Wajib
prefunction
room
- -
Rekreasi
&
olah raga
Wajib
perlu + 2
jenis
fasilitas lain
Wajib
perlu + 2
jenis
fasilitas
lain
Wajib
dianjurkan
+ 2 jenis
fasilitas
lain
Dianjurkan
Dianjurkan
Dianjurkan
-
Ruang
yang
disewakan
Wajib
minimal 3
Perlu
minimal 3
Perlu
minimal 3
Perlu
minimal 1
Perlu
minimal 1
Lounge Wajib Wajib Wajib - -
Taman Wajib Perlu Perlu Perlu Perlu
Sumber : Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi
3.1.4. Klasifikasi hotel bintang 43
Klasifikasi hotel adalah suatu sistem pengelompokan hotel kedalam berbagai
kelas atau tingkatan berdasarkan ukuran penilaian tertentu, seperti jumlah kamar,
fasilitas yang tersedia, mutu pelayanan, perlengkapan dan peralatan.
Ruang-ruang yang harus ada pada hotel kelas bintang 4, sebagai berikut:
Kamar tidur minimal 50 kamar
Ruang makan (restaurant) perlu, minimal 2.
Bar & coffee shop wajib, minimal 1.
Rekreasi & olah raga, dianjurkan + 2 fasilitas lain
Ruang yang disewakan, perlu minimal 3
Function room / ruang serba guna , wajib 1
Lounge , wajib
Taman, perlu
3.1.5 Pengelompokan Hotel.4
Hotel dapat dibagi menjadi berbagai kelompok menurut berbagai kriteria
3 Kanwil Departemen PARPOSTEL, Provinsi DIY
4 Foster, Dennis L Dan Yoeti, Oka A., Hotel, Motels and Resort, PT. Pertja, Jakarta, 1997.
antara lain .
a. Pengelompokan hotel menurut harga jual.
1. European plan hotel, yaitu hotel dengan harga jual hanya untuk kamar.
2. American plan hotel, yaitu hotel dengan harga jual hanya untuk kamar
dengan 1, 2, 3 kali makan.
3. De-luxe hotel, yaitu hotel dengan harga jual paling mahal.
4. First class hotel, yaitu hotel dengan harga jual menengah.
5. Economy hotel, yaitu hotel dengan harga jual terendah.
b. Pengelompokan hotel menurut jumlah kamar.
1. Large Hotel, yaitu hotel yang memiliki 300 kamar tidur tamu atau
lebih.
2. Medium hotel, yaitu hotel yang memiliki 26 sampai dengan 299.
3. Small hotel, yaitu hotel yang memiliki kurang dari 25 kamar tidur tamu.
c. Pengelompokan hotel menurut jenis tamu hotel.
1. Family hotel, yaitu hotel untuk keluarga.
2. Business hotel, yaitu hotel untuk pengusaha.
3. Tourist hotel, yaitu hotel untuk wisatawan.
Gambar 3.1 Large HotelSumber : Google.com
Gambar 3.2 medium HotelSumber : Google.com
4. Transit hotel, yaitu hotel untuk tamu yang transit / menginap
5. sementara waktu.
6. Cure hotel, yaitu hotel untuk tamu yang akan berobat.
d. Pengelompokan hotel menurut lama tinggal tamu.
1. Transit hotel, yaitu hotel dengan lama tinggal tamu rata – rata
Semalaman.
2. Residential hotel, yaitu hotel dengan tamu cukup lama.
3. Semi residential, yaitu hotel dengan lama tinggal tamu lebih dari 1 hari
tetapi tetap dalam jangka waktu yang pendek.
e. Pengelompokan hotel menurut lokasi hotel.
1. City hotel, yaitu hotel yang terletak di kota besar dan biasanya
diperuntukkan bagi tamu – tamu yang beristirahat sementara ( dalam
jangka pendek ). Hotel jenis ini biasanya dihuni oleh para usahawan
yang sedang melakukan kegiatan bisnis.
2. Urban hotel, yaitu hotel yang terletak didekat kota yang cukup jauh
dari keramaian hiruk pikuk dan polusi udara kota tetapi mudah
mencapai tempat kegiatan usaha. Hotel ini biasanya diperuntukkan
bagi keluarga.
Gambar 3.3 City HotelSumber Google. Com
Gambar 3.4 Urban HotelSumber Google. Com
3. Resort hotel, yaitu hotel yang terletak di daerah peristirahatan atau
daerah wisata.
4. Airport hotel, yaitu hotel yang terletak di area bandar udara yang
biasanya dipergunakan oleh penumpang yang transit dan melakukan
perjalanan.
f. Pengelompokan hotel menurut aktifitas tamu hotel.
1. Sport hotel, yaitu hotel yang merupakan bagian dari suatu kompleks
pertandingan atau latihan olah raga.
2. Ski hotel, yaitu hotel yang khusus di peruntukkan bagi tamu yang
bermain ski
Gambar 3.5 Resort HotelSumber Google. Com
Gambar 3.6 Sport HotelSumber Google. com
Gambar 3.7 Sky HotelSumber Google. com
3. Convention hotel, yaitu hotel yang merupakan bangunan dari kompleks
konvensional.
4. Recreation hotel, yaitu hotel bagi tamu yang melakukan kegiatan
rekreasi atau berwisata.
3.1.6 Aspek Fisik pada Hotel
Aspek fisik yang dapat dijadikan pedoman dalam merancang hotel adalah jenis
kegiatan yang terjadi pada hotel:
a. Kegiatan Menginap
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang pasti dilakukan pada tamu hotel
yang meliputi tidur, makan,minum serta hajat.
b. Kegiatan makan dan minum
Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tamu menginap maupun yang
tidak menginap yang meliputi restaurant, bar, dan coffee shop
c. Kegiatan Rekreasi dan Rileks
Berupa kegiatan rekreasi aktif dan kegiatan rekreasi pasif, kegiatan ini
dapat dilakukan oleh tamu hotel yang menginap maupun tamu yang tidak
menginap serta tamu membersip khusus. Kegiatan rekerasi dan rileks
dapat dilakukan didalam lingkungan hotel dan diluar lingkungan hotel.
d. Kegiatan khusus
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang diadakan oleh seseorang atau
badan yang mempergunakan fasilitas hotel sebagai aktivitas seperti
Gambar 3.8 Convention hotelSumber Google. com
seminar, rapat, bisnis, office, travel dan shopping arcade dan lain
sebagainya
e. Kegiatan Pengelola dan Karyawan
Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan kelangsungan kegitan hotel
dengan melibatkan seluluh pengelolah dan karyawan hotel
f. Kegiatan Pelayanan
Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tamu hotel misal
makan, minum. Cuci pakaian dan sebagainya
g. Kegiatan pengunjung hotel
Kegiatan dilakukan oleh pengusaha lain diluar hotel, seperti agen
perjalanan, bank, souvenir dan sebagianya.
3.1.7 Unsur-Unsur Pewadahan Dalam Hotel
Unsur-unsur pewadahan dalam hotel wajib memenuhi ketentuan-ketentuan
yang berlaku. Unsur-unsur tersebut adalah:5
1. Lokasi dan Lingkungan
Lokasi hotel mudah dicapai dengan kendaraan umum maupun pribadi,
langsung ke area hotel. Hotel terletak di pinggir jalan raya dan jalan besar ke
luar kota yang dekat dari kota-kota besar, tujuan-tujuan wisata, dan daerah-
daerah wisata sehingga penyediaan prasarana (air, listrik, gas, bahan makanan
yang segar, binatu) menguntungkan.
Hotel harus terhindar dari pencemaran yang berasal dari :
a. Udara lembab, pengap, dan bau yang tidak enak.
b. Suara bising, debu dan asap
c. Serangga dan binatang.
2. Sirkulasi
5 Dawid Yuliadi, City Hotel Bintang Empat Di Pusat Kota Yogyakarta (Yogyakarta: Skripsi FTA-UKDW, 2004), hal 25-32 (Berdasarkan Kutipan dari Direktorat Jendral Pariwisata Tentang Penyempurnaan Kriteria Klasifikasi Hotel, Jakarta 1994)
Hotel harus memiliki jalur sirkulasi yang jelas supaya mempermudah
pengunjung/tamu-tamu hotel yang datang ke hotel tersebut. Dalam setiap
hotel, harus dapat pisahkan jalan antara tamu hotel/pengunjung,
pegawai/karyawan dan jalan untuk barang.
Tujuan sirkulasi dalam hotel adalah:
a. Mempermudah pengawasan dan pengontrolan keamanan
b. Menciptakan keteraturan
c. Menciptakan pelayanan yang efisien
d. Peningkatan kepuasan pelanggan.
Pembedaan sirkulasi untuk tamu hotel dan pengelola:
a. Sirkulasi untuk tamu hendaknya jelas dan mudah dicapai sehingga tidak
membingungkan pengunjung.
b. Sirkulasi untuk pengunjung dan pegawai/karyawan harus melewati setiap
bangunan hotel yang digunakan untuk umum. Crossing antara pengunjung
dan pegawai/karyawan harus dihindari.
3. Taman
Hotel harus memiliki taman baik di dalam maupun di luar bangunan. Luas
taman adalah, 40% ruang terbuka dan 60% diantaranya ditanami dengan
tanaman hidup.
4. Tempat Parkir
Tersedia tempat parkir untuk kendaraan tamu hotel dengan kapasitas satu
tempat parkir untuk setiap enam kamar hotel, pos jaga atau ruang tunggu
dengan tempat duduk serta tidak becek.
5. Sarana Olah raga
Hotel menyediakan sarana olah raga untuk dewasa dan anak-anak,
dilengkapi dengan pengamanan, locker, toilet, tempat bilas air dan penjaga
keselamatan. Hotel menyediakan dua sarana olah raga dan rekreasi yang
merupakan pilihan seperti fitness centre, sauna, game room, billiard, bowling
dan tennis.
6. Peralatan Teknis Bangunan
Pengaturan ruang hotel ditata dengan baik sehingga memudahkan arus
tamu, arus karyawan dan arus barang atau produk hotel. Peralatan terdiri dari:
a. Elevator atau Lift
- setiap bangunan empat lantai atau lebih (dihitung dari lantai dasar)
harus dilengkapi dengan elevator atau lift
- Lift tamu harus dipisahkan dengan lift pelayanan dan lift barang
- Kapasitas setiap lift minimal 10 orang atau beban 750 kg yang dapat
berfungsi untuk melayani penyandang cacat yang memakai kursi roda
- Memiliki sertifikat keamanan sesuai dengan ketetapan Depnaker.
Gambar 3.9 : Lay out tempat parkirSumber : data arsitek
b. Utilitas
- Air yang tersedia memenuhi persyaratan kesehatan minimal 750
liter/kamar/hari. Juga tersedia pula instalasi air panas
- Pemasangan listrik yang memenuhi persyaratan pemerintah, tersedia
pembangkit tenaga listrik cadangan engan kapasitas 50 % dari
kapasitas listrik dari PLN
- Menggunakan pengkodisian udara (AC) untuk tiap ruang dengan
sistem AC sentral atau AC unit serta mempunyai ventilasi yang baik.
- Tersedia ruang mekanik dan workshop.
c. Komunikasi
- Tersedia telepon tiga saluran, yaitu lokal, interlokal dan internasional
- Tersedia telepon dalam/internal, jumlah minimal saluran telepon
adalah sesuai dengan jumlah kamar
- Tersedia PABX, Sentral video/TV, sentral radio, musik penggiring,
sentral paging sistem termasuk carcall.
d. Pencegahan Bahaya Kebakaran
Tersedia alat deteksi dini di setiap ruangan, alat pencegah kebakaran di
kamar tamu, pintu, tangga darurat, dan lain sebagainya
e. Keamanan
Tersedia ruang jaga di setiap pintu keluar dan masuk
f. Pembuangan Limbah
Tersedia tempat pembuangan limbah yang tidak menimbulkan bau
yang tidak enak.
7. Entrance
a. Entrance utama harus jelas di tampilkan, mudah ditemukan dan
diidentifikasi, menyajikan pandangan yang baik dari sisi dalamnya dan
mengarah langsung ke penerima tamu (resepsionis)
Gambar 3.10: Lay out LiftSumber : data arsitek
b. Kanopi pada entrance merupakan ruang tunggu yang terlindung dari panas
dan hujan
c. Penerangan digunakan untuk menonjolkan entrance memperlihatkan
interior, serta untuk memberikan efek keselamatan dan pengaman yang
baik
d. Entrance harus pas dengan skala dan karakter dari bangunan.
e. Entrance untuk staf pelayan, pengirim barang dan tamu harus dipisahkan,
namun masih dalam pengawasan dan jaminan keamanan.
8. Lobby atau Hall
a. Hotel harus mempunyai lobby dengan luas minimal 1 m² untuk 5 kamar
b. Lobby mewadahi sirkulasi umum, ruang tunggu, mengarah pada penerima
tamu, kasir, informasi dan meja-meja membentuk kantor depan
c. Tata udara diatur dengan atau tanpa alat pengatur udara serta intensitas
penerangan minimal 1.150 lux
d. Tersedia telepon umum dan Lounge
e. Tersedia toilet umum yang terpisah untuk pria dan wanita.
9. Kamar Tidur atau Kamar Tamu
a. Untuk hotel bintang 4, Jumlah kamar standar minimal 50 kamar dengan
luas minimal 24 m² dan 3 kamar suite dengan luas minimal 48 m² serta
setiap kamar dilengkapi dengan kamar mandi dalam, ketinggian minimal
untuk tiap kamar adalah 2,6 m. Selain kamar standar dan suite, terdapat
pula kamar untuk penyandang cacat dengan jumlah 1% dari seluruh
jumlah kamar, serta terdapat kamar bebas rokok.
b. Interior kamar tidur atau kamar tamu mencerminkan suasana indonesia,
dengan tinggi minimal 2,6 m.
c. Kamar tidur atau kamar tamu harus kedap suara dengan tingkat kebisingan
40db, komposisi karpet dari bahan yang tidak mudah terbakar dan
memenuhi standar kesehatan
d. Dinding kamar mandi harus dengan bahan kedap air
e. Tersedia alat pengatur udara kamar tidur, ventilasi atau exhaust fan untuk
kamar mandi .
10. Ruang Makan atau Restaurant Indonesia dan Inggris
a. Tersedia dua ruang makan, yaitu restaurant dan coffe shop
b. Unsur dekorasi harus terdapat dalam restaurant, jumlah tempat duduk
sebanding dengan luas restaurant dengan ketentuan 1,2 m²/tempat duduk
c. Tinggi plafon tidak boleh rendah dari tinggi kamar tamu (2,6 m)
d. Letak restaurant berhubungan dengan dapur utama maupun dapur
tambahan dan dilengkapi dengan toilet umum yang terpisah untuk pria dan
wanita
e. Restaurant tertutup yang dilengkapi AC atau ventilasi dengan temperatur
24ºC dan kelembapan relatif 60%
Gambar 3.11: Kamar tidur dan tamuSumber : data arsitek
11. Bar
a. Tersedia satu bar yang terpisah dari restaurant
b. Unsur dekorasi harus terdapat di dalam bar, jumlah tempat duduk
sebanding dengan luas bar dengan ketentuan 1,1 m²/tempat duduk
c. Tinggi plafon tidak boleh rendah dari tinggi kamar tamu (2,6 m)
d. Bar yang letaknya tidak berdekatan dengan lobby harus dilengkapi dengan
toilet umum yang terpisah untuk pria dan wanita
e. Bar tertutup yang dilengkapi AC atau ventilasi dengan temperatur 24ºC
dan kelembapan relatif 60%
f. Terdapat ruang untuk bar tender dengan lebar minimal 1 m.
12.
Function Room / Ruang pertemuan
a. Hotel menyediakan function room minimal 1 buah dengan pintu masuk
yang terpisah dari lobby sehingga tidak menggangu arus keluar-masuk
tamu
b. Function Room yang letaknya tidak terletak satu lantai dengan lobby harus
dilengkapi dengan toilet umum yang terpisah untuk pria dan wanita
c. Tersedia prefunction room, ada juga gudang peralatan yang letaknya
berdekatan dengan function room.
13. Koridor dan Tangga
Gambar 3.12 : restaurantSumber : Data arsitek
Gambar 3.13: BarSumber : Data arsitek
a. Lebar minimal koridor dan tangga adalah 1,8 m dengan ambang
kebisingan adalah 40 db, tersedia stop kontak untuk setiap 12 m
b. Akses yang jelas terhadap koridor, tangga dan tangga darurat. Tangga
darurat harus terpisah supaya pembagian pengguna tangga terbagi secara
merata.
14. Ruang yang Disewakan
Hotel menyediakan ruang yang disewakan untuk keperluan lain diluar
kegiatan utama hotel minimal 3 ruang. Ruang tersebut adalah drugstore,
travel agent, souvenir shop, money changer, airline agent, butik, salon dan
perkantoran.
15. Poliklinik
Tersedia poliklinik yang memenuhi persyaratan dinas kesehatan dan para
medis
16. Dapur
Tersedia satu dapur dengan luas sekurang-kurangnya 40% dari luas
restaurant. Ruang yang diperlukan terdiri dari ruang administrasi, ruang
penyimpanan bahan, ruang penyimpanan peralatan, ruang persiapan dan
pengolahan, ruang pencucian dan ruang penyimpanan gas LPG.
Gambar 3.14: Koridor dan tanggaSumber : data arsitek
17. Ruang Administrasi dan Kantor depan hotel
18. Tersedia tempat penerimaan tamu, kasir, ruang penitipan barang berharga,
ruang pimpinan Kantor depan hotel dan ruang operator telepon.
19. Uniform Room
Tersedia ruang dengan rak penyimpanan pakaian.
20. Ruang Linen
Tersedia ruang linen dengan luas minimal 50 m².
21. Ruang Jahit
22. Room Boy Station
Tersedia ruang palayan kamar tamu, minimal satu buah untuk tiap 15
kamar dan harus ada pada tiap lantai.
23. Area Lost Found
Luas minimal 10 m² yang dilengkapi dengan rak atau almari terkunci.
24. Ruang Binatu dan Laundry
Luas minimal 60 m² dengan berbagai perlengkapannya.
Gambar 3.15 : Lay out dapur hotelSumber : data arsitek
25. Gudang
Gudang untuk bahan makanan dan minuman, gudang untuk peralatan,
gudang untuk engineering dan gudang untuk barang-barang bekas.
26. Ruang Penerimaan Barang
27. Ruang Karyawan
Ruang karyawan terdiri dari ruang loker, ruang makan karyawan, km/wc
dan ruang ibadah.
3.1.8 Kebutuhan Ruang
Kebutuhan ruang hotel diperoleh dari pendekatan kegiatan/aktivitas yang
terjadi ketedidalam hotel. Kebutuhan ruang menurut kelompok kegiatan meliputi:6
- Kelompok Kegiatan Umum
a. Front Office
b. Lobby
c. Rental room
d. Public telephone
e. Lounge
f. Lavatory
g. Area parkir
- Kelompok Kegiatan Makan dan Minum
a. Restaurant
b. Bar
c. Coffe Shop
d. Dapur utama dan dapur tambahan
- Kelompok Kegiatan Hiburan dan Rekreasi
a. Kolam renang beserta penunjangnya
b. Ruang billiard
c. Fitness centre
d. Lapangan tenis
e. Taman bermain anak
f. Sauna
6 Dawid Yuliadi, Op Cit., hal 23-25
- Kelompok Kegiatan Tamu yang Menginap
a. Ruang tidur dengan tipe:
- Standard room (single dan double bed)
- Suite room
b. Kamar mandi dan WC
- Kelompok Kegiatan Tamu yang Tidak Menginap
a. Ruang serbaguna
b. Restaurant, coffe shop dan bar
c. Lapangan tenis
d. Ruang rapat dan pertemuan
e. Kolam renang beserta penunjangnya
f. Fitness centre
- Kelompok Kegiatan Pengelola
a. Ruang manager dan secretary
b. Food and beverage service
c. Ruang security, rapat dan arsip
d. Ruang akuntan dan personalia
e. Lavatory
- Kelompok Kegiatan Pelayanan
a. Housekeeping
- Linen room
- Ruang laundry
b. Ruang karyawan
- Ruang karyawan, ruang istirahat, ruang ibadah dan locker
- Lavatory untuk pria dan wanita
- Dapur umum yang dilengkapi dengan gudang basah dan kering
c. Engineering office
- Maintenance atau pemeliharaan
- Ruang kontrol
- Room service
- Ruang penerima barang
- Garbage room
- Gudang furniture and workshop
- Room boy station
- Ruang loading atau unloading
- Poliklinik
- Ruang mechanical dan electrical
- Fuel storage atau penyimpanan bahan bakar
3.1.9 Lay Out Kamar Hotel
Tabel3.2
Lay Out Kamar Hotel
a. Budget inn
double-double
b. Typical
double-double
c. Typical double-
double_electrical
/mechanical
d. Typical double-
double_finishes
plan
e. King studio
f. Parlor g. King room h. Luxury room i. Reserved layout j. Luxury king
room
Sumber: Time Saver Standard for Building Type
a. The mini Suite b. The junior suite c. Hospitality suites
Sumber: Time Saver Standard for Building Type
3.1.10 Sistem Utilitas Dalam Bangunan Hotel7
Penyaluran aliran listrik pada saat darurat dirasakan penting pengadaannya
terutama pada saat ada kerusakan di sistem penyaluran utamanya. Mesin
pembangkit listrik yang disediakan hendaknya dapat menyalurkan kebutuhan
untuk pencahayaan pintu darurat kebakaran dan tanda-tanda darurat lainnya,
menerangi kira-kira 20% daerah umum, ruang pendingin dan lemari es, pompa
saluran pemadam kebakaran, mesin-mesin hitung, sistem tanda bahaya kebakaran,
hubungan telepon, pompa air genangan dan air kotor.
a. Sistem tanda bahaya kebakaran (alarm)
Sistem bekerjanya dapat ditandai dengan pecah gelas kontak begitu
berhubungan dengan panas suhu pendeteksi asap sehingga secara
otomatis tanda bahayanya dapat terdengar keseluruh bangunan.
a. Peralatan pengatur suhu ruang (AC)
Umumnya dipakai sistem terpusat yang disalurkan ke masing-masing
ruang. Sedapatnya diatur sendiri pemanfaatannya oleh tamu dikamar tidur
masing-masing. Untuk tempat-tempat umum harus diatur menurut daerah
pengawasannya, terutama untuk mengatasi waktu-waktu padat sehingga
beban pemakaian tinggi dan penghematan pemakaian bila ditempat yang
bersangkutan sedang tidak dipergunakan. Perlu kemudahan perawatan
untuk semua unit pemakaian.
b. Pengatur aliran udara kamar mandi
Umumnya dengan menggunakan saluran buangan udara ke kipas penyedot
diatas atap, saluran penyaring masing-masing kamar mandi dihubungkan
7 Chuck Y. Gee, Resort Development and Management (Michigan: Educational Institute, 1988)
kesaluran buangan utama yang ditempatkan pada kamar mandi sekaligus
untuk mengurangi penyebaran bising yang berasal dari kipas penyedot.
c. Sistem pencahayaan
Sistem pencahayaan kamar-kamar tidur dirancang dengan meletakkan
cukup satu sakelar utama dekat pintu masuk dan diatas ujung kepala
tempat tidur. Dapat ditambahkan beberapa saklar disesuaikan dengan
kebutuhannya menurut jenis hotel. Lampu neon yang dipasang dikamar
mandi harus dari jenis yang mudah menyala. Tiap kamar tidur atau
dibagian tempat tidur harus dilengkapi dengan saklar yang terlindung rapi.
Pencahayaan pada lorong/selasar dilengkapi sakelar pengatur, sehingga
tiap-tiap bagian dapat diatur pemakaiannya secara ekonomis. Pada ruang-
ruang umum, sakelar-sakelar diletakkan pada tempat-tempat tertentu dan
dirancang sekaligus untuk dapat memberikan kesan dekoratif.
Tabel 3.3.
Penerangan ruang pada hotel
Ruang / AreaPenerangan
footcandle Lux
Auditoruim
Ruang pertemuan
Ruang Pameran
Kegiatan sosial
Bar dan lounges
Kamar mandi
Kaca/ cermin
Umum
Kamar tidur
Tempat baca
Tempat menulis
Umum
Koridor, lift, tangga
Kasir
15
30
5
30
10
30
30
10
20
50
150
300
50
300
100
300
300
100
200
500
Intimate type
Cahaya dari lingkungan
Subdued Environmet
Cleaning service
Ruang santai
Cahaya lingkungan
Subdued Environmet
Quick Service
Bright surroundings
Normal surroundings
Display makanan
Tempat menunggu
Kantor bagian depan
Dapur
Laundry
Tempat mencuci
Tempat strika, menimbang, dll
Mesin dan pengeringan
Fine hand iron
Ruang linen
Ruang menjahit
umum
Lobby
general lighting
Tempat membaca dan kerja
Kantor
Kantor keuangan
Umum
Ruang pembangkit listrik
R. Boiler
Raung peralatan
10
30
20
10
30
30
150
50
30
50
70
30
50
70
100
100
20
10
30
150
100
100
100
30
200
100
30
300
150
500
300
500
700
300
500
700
1000
1000
200
100
300
1500
100
100
Store interior
Sirkulasi
R. Souvenir umum
lemari
Feature display
R. Stock
Store room
200
30
100
200
500
30
1
200
300
1000
2000
5000
300
100
Sumber : Time sevar building standart
3.2 Tinjauan Teoritis Pencahayaan
3.2.1 Pengertian perancangan pencahayan
Cahaya/ pencahayaan adalah suatu energi yang terjadi dengan dua cara
yaitu pijar dan pendaran8 .
Cahaya/ Pencahayaan adalah jumlah fluks berkilau menuju ke permukaan,
per unit luas merupakan pengukuran keamatan cahaya tujuh yang dicerap9
Perancangan pencahayan juga berperan dalam menunjang fungsi ruang dan
bangunan melalui pencahayaan alami (daylight) maupun pencahayaan
buatan (artificial light). 10
Perancangan pencahayan memiliki peran penting dalam menciptakan
kualitas visual, baik pada bangunan maupun lingkungan.11
3.2.2 Fungsi Perancangan Pencahayaan 12
General lighting merupakan fungsi dasar cahaya yaitu cahaya dituntut
harus ada di seluruh ruang serta berfungsi sebagai penerangan utama, sifat
penyinaran merata dan harus menerangi seluruh ruang.
Taks lighting adalah pencahayaan setempat dengan tujaun untuk
mendukung aktivitas yang membutuhkan cahaya yang lebih terang seperti
membaca, memasak, dan pekerjaan lainnya.
8 Istianwan,S. Kencana,I.P. Ruang artistik dengan pencahayaan. Jakarta: penebar Swadaya, 2006 9 www. Wikipedia .com10 Manurung.P., Materi kuliah lighting design.200711 Manurung.P., Materi kuliah lighting design .200712 Istianwan,S, Kencana.I.P. Ruang Artistik dengan Pencahayaan, Jakarta: Penebar Swadaya, 2006
Decorative lighting berfungsi menonjolkan nilai keindahan objek pada
ruang atau desian dari ruang sendiri.
3.2.3 Jenis pencahayaan
a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah penggunaan cahaya dari matahari sebagai
pelengkap maupun pengganti lampu listrik. Pencahayaan alami merupakan
suatu strategi yang sangat bermanfaat karena beberapa alasan, antara lain: 13
- Pencahayaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pengaturan
udara dalam bangunan menghabiskan 30-40% total penggunaan energi
pada bangunan komersial.
- Pencahayaan alami berperan dalam pendekatan desain yang lebih
memperhatikan kesinambungan lingkungan hidup, dengan menekan
penggunaan dan kebutuhan pembangkit-pembangkit tenaga listrik dan
polusi yang diakibatkannya.
- Area yang diberi penerangan alami dapat meningkatkan kepuasan
penghuni.
Pada umumnya, cahaya alami yang memasuki bangunan agar dapat
digunakan untuk menerangi bagian dalam bangunan tergantung pada dua
faktor penting, yaitu: 14
- Desain bukaan bangunan (jendela, skylight, clerestories) dan
mekanisme kontrol cahaya alami (shading devices, reflective glass,
double façade, dan lain-lain).
- Kondisi permukaan ruangan (warna, tekstur) dan bagian lain dari
interior bangunan (blinds, gorden).
13 Henry Feriadi, Guiding the Daylight (Singapore: An Individual Project on Total Building Perfomance- Paper, 1998), hal 1 (Unpublished)14 Ibid
Pencahayaan dari lubang atap
Pencahayaan dari jendela atap
Gambar 3.16.Desain Bukaan Pada Bangunan
Sumber: Digambar Ulang menurut Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis
Intensitas cahaya matahari umumnya memberikan cahaya berlebihan
pada bangunan, kondisi ini mengakibatkan cahaya terlalu kuat sehingga
mengakibatkan silau. Penghindaran yang diperlukan agar menghalangi
sinar matahari langsung, antara lain penyediaan selasar di samping
bangunan, pembuatan atap tritisan, pemberian sirip pada jendela atau
pengadaan tanaman disekitar bangunan. Prinsip dari perlindungan
terhadap cahaya matahari langsung adalah penyaringan cahaya atau
penciptaan bayangan.15
15 Heinz Frick, FX. Bambang Suskiyanto, Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal32
Pencahayaan dari jendela atap
Pemberian sirip (sunscreen) pada jendela
Pengadaan tanaman disekitar bangunan
Gambar 3.17.Perlindungan Terhadap Cahaya Matahari
Sumber: Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis
Merancang bukaan untuk cahaya juga perlu memperhatikan warna dan
tekstur permukaan bidang yang terkena sinar matahari. Warna cerah lebih
banyak mementulkan sinar daripada warna gelap. Warna putih akan
memantulkan 70% - 80% sinar matahari, warna muda (biru muda, hijau
muda, kuning muda, coklat muda) memantulkan 20% - 60%, warna gelap
(hitam, abu-abu, coklat tua) memantulkan < 20%.16
16 Serial Rumah, Rumah Hemat Energi (Jakarta, 2006), hal 22
Pada lingkungan alam, pencahayaan
selalu berasal dari atas (matahari pada
siang hari), dari timur (fajar), atau dari
barat (senja).
Kebutuhan bukaan untuk cahaya alami pada satu ruang ± 9% dari total
luas ruang. Nilai ini dihitung dari banyaknya cahaya yang jatuh pada
bidang kerja per satuan luas/ m².
Titovianto (Direktorat Energi Baru dan Terbarukan) menyatakan;
setiap ruang mempunyai tingkat pencahayaan atau iluminasi yang standar
yang dirasakan nyaman sesuai kebutuhan. Hal ni dapat ditunjukkan oleh
daftar berikut: 17
Tabel 3.5
Tingkat Pencahayaan Rata-Rata Pada Ruang
Fungsi RuangTingkat Pencahayaan /
(lux)
Teras 60
Ruang Tamu 120 – 250
Ruang Makan 120 – 250
Ruang Kerja 120 – 250 l
Kamar Tidur 120 – 250
Kamar Mandi 250
Dapur 250
Garasi 60
Sumber: Serial Rumah : Rumah Hemat Energi
b. Pencahayaan buatan
Pencayaan buatan merupakan pencahayaan yang memakai lampu.
Sehiggan lampu memiliki prinsip kerja, warna, ambience. Berikut ini
adalah jenis lampu anrtara lain :
1. Lampu Filamen
Memproduksi cahaya dengan pemanasan filamen tungsten dalam
ruang hampa atau terisi gas tertentu di dalam bohlam. Kelebihan
menghasilkan gelombang cahaya yang lebar, pengaturannya mudah
karena dayanya yang rendah, mudah dan murah Kekurangan tidak
efisien dan menghasilkan panas.
17 Ibid., hal 17
2. Lampu discharge
Cahaya tercipta karena pergerakan elektron listrik di antara dua
elektroda. Semua lampu discharge lebih efisien dari pada lampu
pijar,sehingga sangat baik untuk floodlighting (lampu sorot ) dan
kebutuhan berat lainnya. Jenis lampu discharge antara lain
HID (high intensity discharge)
1. mercury, menghasilkan cahaya biru dan hijau pada spektrum
cahayaseperti cahaya bulan.
2. metal halide; menciptakan warna putih yang paling seimbang di
antara semua jenis HID, digunakan untuk pencahayaan tanaman
dan bangunan; lebih efisien dibandingkan High Pressure Sodium ,
Gambar 3.18. Lampu Filamen
Sumber : materi kuliah Lighting design
Gambar 3.19 Lampu HID
Sumber : materi kuliah Lighting design
LPD (low presure discharge)
1. fluorescent; terdiri dari tabung yang berisi merkuri atau argon atau
gas lainnya yang membantu perpindahan elektron di dalam tabung.
Kelebihannya adalah mampu menghasilkan cahaya yang jernih,
memiliki ukuran yang kecil pada tipe compact, dan menghasilkan
cahaya yang banyak dengan energi sedikit. Sementara
kelemahannya adalah memiliki bentuk yang panjang,
menghasilkan cahaya yang terlalu besar, sulit dikontrol, mahal
serta memiliki jarak terbatas.
2. cold katode dan neon; sama seperti fluporescent namun bekerja
pada tegangan yang lebih tinggi dan digunakan pada lansekap,
tanda (sign) dan dekorasi.
3. Tipe Lampu Floodlight
Gambar 3.20. Lampu LPD
Sumber : materi kuliah Lighting design
4. Tipe Lampu Projector
5. Tipe Lampu wallwasher
6. Tipe Lampu bollard
Gambar 3.21 Lampu Flood light
Sumber : materi kuliah Lighting design
Gambar 3.22. Lampu Projector
Sumber : materi kuliah Lighting design
Gambar 3.23. Lampu Wallwasher
Sumber : materi kuliah Lighting design
7. Tipe Lampu Ground
8. Tipe Lampu parscoop
3.2.4 Komposisi ada Arah cahaya18
18 Ibid Hal. 23
Gambar 3.24.Lampu bollard
Sumber : materi kuliah Lighting design
Gambar 3.25. Lampu Ground
Sumber : materi kuliah Lighting design
Gambar 3.26. Lampu parscoop
Sumber : materi kuliah Lighting design
Peran komposisi adalah untuk mengoptimal kan penataan cahaya yang tepat
anatar lain general lighting, taks lighting, dan decorative lighting. Kepekaan
kreativitas dan rasa seni dibutuhkan untuk menciptakan komposisi yang baik
Arah pencahayaan secara garis besar terbagi manjadi lima kategari yaitu down
light, up light, side light, back light dan front light. Didalam suatu ruangan
sumber cahaya berasal dari komposisi arah-arah cahaya.
Down light ( arah cahaya ke bawah)
Jenis lampu down light untuk pencahayaan merata terdiri dari
beberapa vasriasi seperti lampu pijar, noen, dan compact floulorescen
dengan sudut distribusi cahaya yang besar. Down light untuk decorative
lighting diatur melalui pengaturan sudut jatuh cahaya.
Up Light ( Arah cahaya ke atas )
Posisi sumber cahaya di hadapkan keatas sehingga arah cahaya
beasal dari bawah ke atas. Up light di gunakan untuk general lighting
Gambar 3.27. : Down Light
Sumber :materi Kuliah lighting design
yaitu dengan memantulkan cahaya kelangit-langit sehingga penyebaran
lebih lembut dan merata.
Back light ( arah cahaya dari belakang)
Arah pencahayaan berasal dari belakang objek bertujuan untuk
memberikan aksentuasi pada objek seperti menimbulkan siluet.
Side Light ( arah cahaya dari samping)
Fungsi arah pencahayaan dari samping in sama dengan jenis
pencahayaan back light yaitu untuk memberikan kesan tertentu.
Gambar 3.28. up-Light
Sumber ; materi Kuliah lighting design
Front Light ( arah cahaya dari depan)
Front light berarti sumber cahaya berada depan obyek dan
biasanya diaplikasikan pada dua objek dua dimensi seperti lukisan atau
foto.Cahaya fron light sebaiknya merata sehingga dapat membuat objek
terlihat apa pun, dan bagian tertentu yang ingin ditonjolkan.
Gambar 3.29. side Light
Sumber ; Ruang Artistik dengan pencahayaan
Gambar 3.30. Front Light
Sumber ; materi Kuliah lighting design
3.2.5 Lighting Perception ( daya pengelihatan terhadap cahaya)19
Cahaya memiliki pengaruh yang sangat besar tehadap physiology dan
pschycology manusia. 80% informasi yang diperoleh manusia adalah melalui
indera penglihatan. Persepsi visual sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan
masa lalu seseorang.Visual acuity merupakan kemampuan mata untuk
membedakan detail-detail visual. Visual acuity sangat tergantung dari kualitas
oragan mata, visual contrast, bacground luminance, observation time dan usia.
3.2.6 Kualitas dari iilumination20
Luminance
Berpendar energi cahaya yang menghubungkandari berbagai variasi surface
pada area visual yang memililki batas maksimum cahaya. Perbedaan antara
energi cahaya yang jatuh langsung dan energi yang menyebar.
Pencahayaan langsung
Pencahayaan langsung berasal dari matahari, Peneranganan pada langit-langit
dan energi cahaya pada bangunan. Pada area yang besar mengunakan energi
penyinaran yang sangat besar dan sudut pandang yang luas. Pengelihatan
pencahayaan langung pada bidang garis pengelihatan harus lebih dari 45o
sedangkan arah jatuh bayangan pada bidang horizontal terhadap sudut
pengelihatan mempunyai sudut perputaran 45o yang disarankan.
19 Steffy, Gary, “Architectural Lighting Design,” John Wiley & Sons, New york , 200320 De chiara, Joseph and John Hancock Callender. Time Saver Standards For Building Tipes. 3rd ed. New
York: Mcgraw-Hill Publishing Company, 1990
Gambar 3.31 :sudut pengelihatan mata
Sumber ; Times server building Standart
Cahaya yang menyilaukan
Cahaya yang terang dimanapun dalam kondisi visual yang terang dapat
mempengaruhi jarak pengelihatan, hal ini merupakan katagori dari cahaya yang
terang / menyilaukan. Secara langsung menghubungkan dengan sumber cahaya
dan keadaan sektari dapat digolongkan cahaya langsung. Secara langsung
mempertimbangkan visual taks dan lingkungan sekitar atau cahaya yang datang.
3.3.7 Hal-hal spesifik dari Perancangan pencahayaan
Material21
Pada pencahayaan memilih bahan yang memantulkan kembali cahaya dengan
pemantulan kembali yang tersebar tidak sempurna dan tersebar sempurna serta
terarah dan bahan tembus cahaya.material yang memantulkan menembus cahaya
seperti: kaca susu, pelindung sutera, kaca lemabaran, kaca jendala.
Prinsip-prinsip pencahayaan22
Ada 2 prinsip-prinsip pencahayaan yaitu prinsip-prinsip penghematan dan
dan pencahayaan yang berkualitas. Prinsip pencahayaan yang harus diketahui
untuk memperoleh pencahayaan yang hemat dan berkualitas. Pencahayaan yang
berkualitas umumnya membutuhkan sinar yang menyebar. Cahaya lampu dapat
menciptakan nuasa dan karakter ruang yang diinginkan. Efek juga dapat
menimbulkan kesan ruang.
Optimalisasi siang hari23
Optimalisasi cahaya alami pada ruang disiang hari merupakan cara yang
ssangat efektif. Sinar matahari sudah sewajarnya adalah sinar yang dipakai untuk
menerangi ruangan.
Optimalisasi malam hari24
Penataan cahaya yang efektif dan efisien tentunya meliputi pencahayaan pada
siang hari dan malam hari. Ruang-ruang dalam ruamh akan akan bertambah
nyaman dan indah yamg memberikan cahaya buatan berupa lampu. Sinar juga
21 Neufert, Ernest. Data Arsitek Jilid 1 Edisi 33, Terj. Tjahjadi, Ing S; Chaidir, Ferryanto, Jakarta :
Erlangga, 200222 Ibid. hal 4123 Istianwan,S. Kencana,I.P. Ruang artistik dengan pencahayaan. Jakarta: penebar Swadaya 2006 24 Ibid. hal 49
dapat membangkitan rasa nyaman dan memperindah interior ruangan dimalam
hari.
3.2.7 Aplikasi Pencahayaan
Interior25
Menurut standart dari I.E.S Pencahayaan pada interior bangunan meliputi dari
bebberpa faktor dasar meliputi
- Aktivitas yang berbeda dari ruang dalam/ interior dan rancangan
pencahayaan lebih dari satu memungkinkan pencahayaan pada mebel
atau peralatan, susunan pada gedung.
- Daya sinar matahari membutukan gabungan cahaya buatan dan cahaya
alami
- Penampilan warna dan membuat warna diperukan penyinaran dalam
suatu bangunan secara optimal.
- Mengendalikan cahaya yang menyilaukan dalam bangunan.
- Dimensi dalam ruangan seperti panjang,lebar, tinggi
- Jenis lampu yang dapat menampilkan warna dan membuat warna
untuk aktivitas dalam interior
- Effek pemanasan energi cahaya keluar tabung dari temperature dalam
ruangan
- Faktor pemantulan cahaya pada langit-langit dinding dan lantai,
mencakup
perlengkapan, jendela, dan sekat yang dipasangi kaca.
25 Nuckolls,J.L, Interoir lighting for environmental designers second edition. New York: A Wiley interscience1983
Eksterior26
Ruang luar bangunan memberikan perasaaan yang menggamabarkan tentang
latar belakang dan ruang depan. Pencahayaan ekterior memberikan fungsional
yang dibutuhkan ruang luar seperti sikulasi luar, perlindungan orang dari luar
bangunan serta cahaya mengambarkan node, tanda, display, enternce dan elemen
lain luar ruangan.
26 Lam, William, “Perception and Lighting For Mgivers For Architecteure”, McGraw-Hill Book Company,
New York, 1983
Gambar 3.32. Interior BangunanSumber : www. google.com
Landscape
3.3.Studi Banding Hotel dan pererancangan pencahayaan
3.3.1. Studi Banding Tentang Hotel
Studi banding yang dilakukan dalam proyek ini adalah dengan melihat
bangunan sejenis yang terdapat di tempat lain. Penulis mengambil contoh hotel
Novotel. Hotel Novotel adalah hotel bintang 4 di Yogyakarta yang berlokasi di
jantung kota Yogyakarta. Merupakan tempat terbaik untuk tinggal dan menjelajahi
berbagai terdisi dan kebudayaan jawa. Ruang pertemuan yang dapat memampung
200-650 orang. Novotel memiliki fasilitas dan pelayanan yang mewah, serta
restaurant yang berstandarkan internasional serta kemudahaan akses dari bandara
Adisucipto dan Stasiun kereta api Tugu.
Gambar 3.33 : Eksterior bangunanSumber :www. google.com
Gambar 3.34 : Landscape bangunanSumber : google.com
3.3.2 Layanan dan fasilitas yang ada di hotel Novotel
Fasilitas Kamar yang terdiri 200 kamar yaitu
- Superior room
- Dulex room
- Executive room
Fasilitas hotel dan pelayanan.
- Restaurant Kedaton dan Api kayu
- Bar
- Lobby
- Kolam Renang
- Salon kecantikan
- Toko minuman
- Rental sepeda
- Biliyard
- Tempat bermain anak
- Ruang video game
- Jacuzzi
- Massage
- Sauna dan mandi uap
- Tenis meja
- Golf driving range
Gambar 3.35. NovotelSumber :www. Yogyakartahotels.com/ novotel
- Ruang pertemuaan
- Penukaran uang
- Jasa taksi
- Laundry dan pengering
- Dokter 24 jam
Gambar 3.38 : Ruang meetingSumber : www. Yogyakartahotels.com/
Gambar 3.37 :Kamar tidurSumber : www. Yogyakartahotels.com/ novotel
Gambar 3.36 : Restaurant kedaton Sumber : dokumen Pribadi
Gambar 3.39 : Ruang lobbySumber : www. Yogyakartahotels.com/ novotel
3.3.2 Studi tentang Perancangan Pencahayaan
Sedangkan pada perancangan pencahayaan penulis mengambil contoh
bangunan hotel Burj Al- Arab di Dubai. Hotel ini mengunakan struktur
membrane fasade. Disamping itu hotel ini perancangan pencahayaan pada
bagain eksterior hotel hotel ini lebih dominan dari bangunan yang disekitarnya
sedangankan pada bagian interior lobby hotel percahayaan mengambil bidang
elemen secara horizontal dan interior ruang lainya memberikan kesan yang
visual terdapat pencahayaan.
Gambar 3.40 : Restauran Kayu ApiSumber : www. Yogyakartahotels.com/ novotel
Gambar 3.41 : Kolam renangSumber : www. Yogyakartahotels.com/ novotel
Gambar 3.42.Eksterior Hotel Burj Al-Arab
Sumber :Wikipedia.org
3.4 Kesimpulan.
Unsur- unsur pewadahan/ peruangan dalam hotel wajib memenuhi ketentuan
yang berlaku seperti ukuran standar ruang-ruang yang ada dalam hotel dan
sebagainya
Jenis pengelompokan ruang ada hotel dibedakan 2 yaitu front of the house
(front of the house (Lobby, ruang perjamuan/ruang menerima
tamu/resepsionis, ruang administrasi, kasir, kamar untuk tamu/kamar tidur,
ruang pelayanan kamar hotel, elevator, restauran, bar and coffe shop, mail
and keys, ruang sewa, ruang rekreasi dan olahraga) dan back of the house
(laundry, housekeeping, persiapan makan, ruang mekanik, penerimaan dan
penyimpanan).
Aspek- aspek fisik hotel seperti kegiatan menginap, kegiatan makan dan
minum, kegiatan rekreasi dan rileks, kegiatan khusus, kegiatan pegelolah dan
karyawan dan sebagainya.
Gambar 3.43. Interior Hotel Burj Al-ArabSumber :Wikipedia.org
Perancangan pencahayaan harus memperhatikan hal- hal spesifik seperti
material, prinsip- prinsip pencahayaan, pengotimalkan cahaya alami dan
buatan.
Jenis pencahayaan buatan/ lampu seperti lampu pijar, lampu berpendar serta
komposisi dan arah cahaya.
Perancangan pencahayaan mempertimbangkan kualitas dari cahaya, daya
pengelihatan terhadap cahaya dan ekterior, interior, landspace daari
lingkungan sekitar.