yusuf gandang pamuncak -...
TRANSCRIPT
ANALISIS WACANA PEMBERITAAN HARIAN REPUBLIKA TENTANG MAKANAN CALON HAJI BERFORMALIN
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Yusuf Gandang Pamuncak
NIM: 109051100060
KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1434 H/ 2013 M
ANALISIS WACANA PEMBERITAAN HARIAN REPUBLIKATENTANG MAKANAI\ CALON HAJI BERFORMALIN
SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
OlehYusuf Gandane Pamuncak
NIM: 109051100060
Pembimbing
KONSENTRASI JT]RNALISTIKPROGRAM STT]DI KOMT]NIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
r434HJ 2013M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "ANALISIS WACANA PEMBERTTAAN
HARIAN REPUBLIKA TENTANG MAKANAN CALON HAJI
BERFORMALIN", telah diujikan dalam Sidang Munaqasah di Fakultas Ilmu
Dakwah dan ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 9Juli 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar sarjana program Strata satu (S.1) pada jurusan Konsentrasi Jumalistik.
Ciputat, 9 Juli 2013
Sidang Munaqasah
Sekretaris Sidang,
ly[4Ade Rina Farida. M. Si
NIP: 19770513 200701 2 018
Anggota,
Penguji II,
NIP: 19730822'199803 2 001
Pembimbing,
NIP: 1975031200 801 I 008
ry'
LEMBAR PERI\TYATAAN
Dengan ini peneliti menyatakan bahwa:
l . skripsi ini merupakan hasil karya asli peneliti yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar kesarjanaan di uIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
semua sumber yang peneliti gunakan dalam penulisan ini telah
dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di uIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
peneliti atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka peneliti
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Yusuf Gandang Pamuncak
3.
Ciputat, 16 Juni 2013
i
ABSTRAK
Yusuf Gandang Pamuncak
Analisis Wacana Pemberitaan Harian Republika Tentang Makanan Calon
Haji Berformalin
Penelitian ini mengangkat tentang permasalahan konsumsi haji di Indonesia yang muncul tiap tahun. Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia selaku penyelenggara haji, selalu dihadapkan dengan permasalahan konsumsi haji. Hal ini dibuktikan oleh pemberitaan Republika yang muncul pada tahun 2009, 2010, dan 2011. Dalam pemberitaan di Republika pada tahun 2012 persoalan menyangkut penyelenggaraan haji kembali muncul. Kali ini kasus ditemukannya formalin pada makanan calon haji (calhaj) menjadi isu hangat yang menyeruak.
Untuk mengetahui bagaimana Republika mewacanakan masalah tersebut, maka muncul beberapa pertanyaan, yaitu: Bagaimana deskripsi teks yang dibangun Republika pada Pemberitaan permasalahan konsumsi calon jamaah haji? Bagaimana model kognisi sosial Republika pada Pemberitaan permasalahan konsumsi calon jamaah haji? Bagaimana konteks sosial Republika pada Pemberitaan permasalahan konsumsi calon jamaah haji?
Dalam menjawab rumusan masalah ini, teori yang peneliti gunakan adalah teori analisis wacana Teun A. van Dijk yang mengutamakan pada segi kognisi sosial, melihat bagaimana kognisi yang dibangun dalam hal ini adalah penulis (wartawan) Republika. Selain itu, kognisi juga tidak tercipta dengan sendirinya tetapi merupakan produk konstruksi sosial di mana kognisi itu lahir, yakni konteks sosial. Konteks sosial sangat berperan dalam penentuan penilaian sosial seseorang.
Melalui wawancara dan analisis teks berita yang peneliti lakukan, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberitaan permasalahan konsumsi haji selama ini berkembang menjadi agenda yang menyangkut citra sebuah institusi keagamaan mengingat dasar pengelolaan haji ini adalah pelayanan umat. Pada pemberitaan penemuan formalin pada makanan calhaj tersebut, bukan hanya memberitakan mengenai kejadian yang merugikan, tetapi juga lebih banyak penambahan makna yang melindungi Kemenag atas pertanggung jawabannya. Pemilihan kata dalam teks serta skema komposisi berita yang menjadi alasan bentuk ketimpangan tersebut. Peneliti melihat berita tersebut tidak hadir dengan sendirinya melainkan merupakan hasil dari kognisi sang penulis berita (wartawan) disertai konteks sosial yang memengaruhi wawasannya.
Kata Kunci: konsumsi, haji, Republika, wacana, berita.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan
limpahan Rahmat dan Kasih-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Puji serta syukur
peneliti panjatkan untuk petunjuk serta Ridha-Nya, akhirnya peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Wacana Pemberitaan Harian
Republika Tentang Makanan Calon Haji Berformalin” sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan. Penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir peneliti sebagai
persyaratan dalam menyelesaikan program studi di jenjang Strata Satu (S1) di
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Konsentrasi Jurnalistik.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari benar bahwa begitu
banyak dukungan dan perhatian yang peneliti dapatkan dari berbagai pihak
sehingga segala kesulitan dan hambatan dalam menyusun skipsi ini akhirnya
dapat dilalui. Ucapan terima kasih saja belum dirasakan cukup untuk membalas
dukungan-dukungan tersebut. Namun bagaimana pun, peneliti mengiringkan
terima kasih sedalam-dalamnya atas dukungan baik moril maupun materil selama
proses menyeselesaikan studi kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Drs. Mahmud Jalal M.A. selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, Wahidin Saputra, M.A. selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Drs. Study Rizal, LK. M.A. selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Drs. Jumroni, M.Si. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
iii
3. Rubiyanah, M.A. selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik sekaligus Dosen
Penasihat Akademik dan Ade Rina Farida, M.Si. selaku Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik yang selalu mendukung dan memberi banyak
kemudahan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dr. Rulli Nasrullah, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan, bimbingan, dan nasehat kepada peneliti dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen, serta para staf tata usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Pihak Republika yang turut berperan dalam selesainya penelitian peneliti,
khususnya kepada Sekretaris Redaksi Fahmi dan Redaktur Muhammad
Nashih Nashrullah. Terimakasih telah memberikan waktu berharganya.
7. Secara khusus dan terutama adalah yang peneliti selalu cintai, kedua orang
tua, Didin Abidin Masud dan Majidah Bulkin yang telah begitu banyak dan
tanpa henti memberikan doa, dukungan dan pengorbanan kepada peneliti.
8. Kakak dan Adik peneliti, Muhammad Gilang Pamungkas dan Lutfi Galih
Pawening yang selalu menjadi inspirasi.
9. Sahabat masa kanak-kanak yang kapan pun selalu menghibur, Adit, Brian,
Irwin, Kelvin, Oddy, dan Rizky.
10. Sahabat masa remaja yang sudah peneliti anggap seperti saudara, Adhitya
H., Aditya C. P., Anisa, Auzi, Carnella, Citra, Dean, Desti, Dicko, Doddy,
Faris, Fashihatul, Fitra, Fitri, Galuh, Heri, Hutomo, Menur, Mutiara, Prita,
Saski, Satrio, Tomi N., Wulan, dan Yoppy.
iv
11. Teman-teman seperjuangan Jurnalistik angkatan 2009, yang telah melalui
sebuah masa penuh kenangan dengan peneliti selama menuntut pendidikan
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di antaranya, Adjri, Akmal, Ali, Andin,
Arga, Arintika, Azis, Bima, Bobby, Devi, Devit, Dewi F., Dewi R. Dul,
Fauziah, Fikri, Hafsa, Hilda, Hilman, Ilham, Ima, Imas, Indi, Irvan, Jaffry,
Jauhari, Khaeru, Lindawati, Loka, Lulu, Marisha, Mekar, Nur F., Puti, Putri
B., Putri N., Rizky, Samsul, Sigit, Turi, Virlin, Yazid, dan Zaki.
12. Teman-teman anggota KKN PENA dan seluruh warga Gunung Seureuh ,
terima kasih atas kerja sama dan pengalamannya sebulan penuh disana.
13. Kawan-kawan satu hati, komunitas @UINKopites.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, peneliti akan menerima segala kritik dan saran sehingga dapat menjadi
acuan pembelajaran peneliti. Akhirnya, peneliti berharap agar skripsi ini dapat
memberikan manfaat dan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya
dan pembaca pada umumnya.
Jakarta, 16 Juni 2013
Yusuf Gandang Pamuncak
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
1. Manfaat Akademis ...................................................... 4
2. Manfaat Praktis ........................................................... 4
E. Tinjauan Pustaka .................................................................... 5
F. Metodologi Penelitian ............................................................. 5
1. Metode Penelitian ....................................................... 5
2. Subjek dan Objek Penelitian ........................................ 6
3. Tahap Penelitian .......................................................... 6
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Media Massa ................................................. 13
1. Pengertian Media Massa.............................................. 13
2. Karakteristik Media Cetak ........................................... 15
3. Fungsi Sosial Media Massa ......................................... 16
B. Wacana Dalam Berita ............................................................ 17
1. Jenis dan Nilai-Nilai Berita ......................................... 19
2. Paradigma Kritis Dalam Melihat Wacana Pemberitaan
Pada Media ................................................................. 23
3. Wacana Teun A. van Dijk ........................................... 28
vi
C. Ibadah Haji Menurut Islam ..................................................... 40
1. Pengertian Ibadah Haji ................................................ 40
2. Haji Sebagai Ibadah .................................................... 44
3. Esensi Ibadah Haji ...................................................... 44
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Berdirinya Republika ................................................. 48
B. Visi dan Misi Republika ......................................................... 51
C. Pemberitaan Haji di Republika ................................................ 52
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Analisis Pemberitaan Republika Tentang Makanan Calon Haji
Berformalin dari Segi Teks ..................................................... 57
1. Tematik ....................................................................... 57
2. Segi Skematik ............................................................. 62
3. Segi Semantik ............................................................. 64
4. Segi Sintaksis .............................................................. 67
5. Segi Stilistik ................................................................ 69
6. Segi Retoris ................................................................. 70
B. Analisis Pemberitaan Republika Tentang Makanan Calon Haji
Berformalin dari Segi Kognisi Sosial ...................................... 73
C. Analisis Pemberitaan Republika Tentang Makanan Calon Haji
Berformalin dari Segi Konteks Sosial ..................................... 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 82
1. Struktur Teks .............................................................. 83
2. Kognisi Sosial ............................................................. 83
3. Konteks Sosial ............................................................ 84
B. Saran ...................................................................................... 84
1. Saran Bagi Akademisi/Mahasiswa............................... 85
2. Saran Bagi Pengelola Media/Redaksi .......................... 85
3. Saran Bagi Masyarakat Umum .................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 86
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Struktur/Elemen Wacana Model van Dijk.................................. 10
Tabel 2.1 Nilai-Nilai Berita....................................................................... 22
Tabel 2.2 Struktur Analisis van Dijk ......................................................... 31
Tabel 4.1 Analisis Teks Berita “Makanan Calhaj Berformalin” ................. 71
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Analisis Wacana van Dijk ........................................... 30
Gambar 4.1 Teks Berita “Makanan Calhaj Berformalin” ........................... 58
Gambar 4.2 Teks Berita “Makanan Calhaj Berformalin” ........................... 63
Gambar 4.3 Teaser Berita “Makanan Calhaj Berformalin” ........................ 70
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Wawancara Penelitian ............................................................................... 88
Berita Republika “Makanan Calhaj Berformalin” ...................................... 93
Berita Republika “DPR Harapkan Perbaikan Layanan Haji” ..................... 94
Berita Republika “Dua Perusahaan Katering Diancam Putus Kontrak”...... 95
Berita Republika “DPR Protes Makan Prasmanan” ................................... 97
Berita Harian Andalas “Jemaah Calon Haji Diminta Konsumsi Makanan
Bergizi”…………………………………………………………………… 99
Artikel Tentang Makanan Sehat Untuk Calon Haji di
wawiti-infohaji.com .................................................................................. 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Haji merupakan ritual tahunan yang dilakukan oleh umat Islam di dunia. Tiap
tahunnya setiap negara mengirimkan berbondong-bondong calon jamaah haji untuk
melakukan ibadah yang dilakukan pertama kali oleh Nabi Ibrahim Alaihis Salam ini,
termasuk di Indonesia. Di Indonesia yang mengurus persoalan haji ini adalah
Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia. Kemenag mengurusi tata kelola
haji dimulai dari pemberangkatan hingga pemulangan para calon haji. Seluruh urusan
penginapan, akomodasi, serta konsumsi pun tak pelak menjadi urusan Kemenag.
Kuota haji dari Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008
dan 2009 kuota haji yang diperoleh jamaah haji asal Indonesia sebanyak 207.000
jamaah. Lalu pada tahun 2010 terjadi peningkatan kuota sebesar 4000 jamaah
sehingga menjadi 211.000 jamaah yang diberangkatkan. Selanjutnya pada tahun 2011
dan 2012 kuota haji yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi kepada jamaah
Indonesia meningkat 10.000 jamaah sehingga menjadi 221.000. Hal ini menunjukkan
antusiasme masyarakat Indonesia yang tinggi untuk berhaji.
Namun antusiasme yang tinggi tersebut tidak berbanding lurus terhadap
penyelenggaran haji. Permasalahan kerap muncul tiap tahunnya, dan dalam
pengamatan peneliti, pemberitaan soal konsumsi haji merupakan yang paling populis.
Misalnya, Republika ditahun 2009 menampilkan berita yang berjudul “DPR
2
Harapkan Perbaikan Layanan Haji”, di tahun berikutnya muncul berita serupa dengan
judul “Dua Perusahaan Katering Diancam Putus Kontrak”, dan pada tahun 2011 juga
terdapat berita mengenai hal tersebut, yaitu “DPR Protes Makan Prasmanan”. Ketiga
berita dari tahun yang berbeda tersebut sama-sama menjelaskan permasalahan
konsumsi yang terjadi dalam penyelenggaraan haji. Pada tahun 2012 Kemenag lagi-
lagi berhadapan dengan permasalahan konsumsi, yaitu makanan para calon haji yang
mengandung formalin. Hal ini menjadi sangat substansial karena pemberitaan yang
peneliti amati banyak menyoroti persoalan yang menyangkut kesehatan para jamaah.
Dalam penelitian ini, Republika melalui beritanya yang berjudul “Makanan
Calhaj Berformalin”, membeberkan permasalahan tersebut pada edisi 25 September
2012. Dalam berita tersebut, Republika menjelaskan, kandungan formalin yang
terdapat dalam makanan para calon haji terjadi karena tidak terdeteksinya pasokan
bahan makanan oleh pihak katering. Pihak pemerintah pun mengonfirmasi hal
tersebut.
Peran media dalam permasalahan konsumsi calon haji ini sangat besar. Media
sudah seharusnya menjadi pengawas pemerintah. Mengawal demokrasi demi
kemaslahatan umat. Namun, dalam pemikiran Mazhab Frankfurt, media hanya
dimiliki dan didominasi oleh kelompok dominan dalam masyarakat, dan menjadi
sarana untuk meneguhkan kelompok dominan sekaligus memarjinalkan dan
meminggirkan kelompok minoritas.1
1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS Group,
2001), h. 26.
3
Menurut Stuart Hall (1982), media dalam menciptakan konsensus telah bias.
Konsensus tersebut tidak timbul secara alamiah dan spontan tetapi terbentuk lewat
proses yang kompleks yang melibatkan konstruksi sosial dan legitimasi. Dalam
pandangan Hall, konsensus ini bekerja lewat pertarungan kekuasaan yang pada
akhirnya menghasilkan konsensus semacam itu.2
Permasalahan konsumsi calon haji yang diberitakan Republika menjadi
menarik untuk diteliti karena persoalan tersebut sudah berulang hampir di tiap tahun.
Selain itu, persoalan ini menyangkut ritual tahunan yang masif. Seperti yang telah
diketahui ritual haji diikuti oleh ribuan warga negara Indonesia. Apalagi prosesi haji
ini membutuhkan kondisi fisik bagus yang didukung konsumsi tubuh yang baik.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, maka penelitian ini diberi judul
“Analisis Wacana Pemberitaan Harian Republika Tentang Makanan Calon Haji
Berformalin”. Penelitian ini ingin mengupas lebih dalam pemberitaan tentang
permasalahan konsumsi calon haji oleh Republika.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang peneliti telah paparkan sebelumnya, maka
peneliti membatasi penelitian ini pada telaah pemberitaan Republika yang
mengangkat kasus konsumsi calon haji pada edisi 25 September 2012.
2. Perumusan Masalah
2 Ibid., h. 28.
4
a) Bagaimana teks yang dikonstruksi Republika pada pemberitaan
permasalahan konsumsi calon haji?
b) Bagaimana kognisi sosial yang dikonstruksi Republika pada pemberitaan
permasalahan konsumsi calon haji?
c) Bagaimana konteks sosial yang dikonstruksi Republika pada pemberitaan
permasalahan konsumsi calon haji?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana konstruksi teks pemberitaan permasalahan
konsumsi calon haji di Republika.
2. Untuk mengetahui bagaimana kognisi sosial pemberitaan permasalahan
konsumsi calon haji di Republika.
3. Untuk mengetahui bagaimana konteks sosial pemberitaan permasalahan
konsumsi calon haji di Republika.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis
Dengan adanya penelitian ini dapat memperkaya wawasan dalam penelitian
media massa, khususnya menggunakan metode analisis wacana. Juga dapat
memberikan gambaran kepada siapa saja yang akan melakukan penelitian seputar
kajian media massa. Serta dapat mempermudah dan membantu mahasiswa dalam
melakukan penelitian media massa, melalui analisis wacana.
2. Manfaat Praktis
5
Kajian tentang kuasa bahasa ini diharapkan memberikan kontribusi positif
dalam penelitian berita. Selain itu, penelitian ini diharapkan menjadi bahan
masukan untuk memperkaya wawasan bagi praktisi media.
E. Tinjauan Pustaka
Beberapa skripsi mahasiswa/i yang mengengkat dan menggunakan metode
wacana di antaranya:
Analisis Wacana Teun Van Dijk Berita Tentang Calon Presiden RI 2009
Partai Keadilan Sejahtera di Harian Republika karya Mochamad Arifin, Analisis
Wacana Pemberitaan Film “Fitna” Karya Geert Wilders di Harian Umum
Republika karya Sofwan Tamami, dan Analisis Wacana Pemberitaan Final Piala
Suzuki AFF 2010 di Media Indonesia karya Dita Amelia. Ketiga skripsi ini
memiliki fokus penelitian pada telaah pemberitaan. Metode yang digunakan adalah
metode analisis wacana Teun A. van Dijk. Dari ketiga skripsi itu terdapat
perbedaan dengan skripsi peneliti, yaitu dari segi kasus yang diteliti dan media
yang menjadi objek penelitiannya.
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah metode penelitian
kualitatif deskriptif dengan metode analisis wacana Teun A. van Dijk. Peneliti
menganalisis pemberitaan mengenai permasalahan konsumsi calon haji pada
Republika edisi 25 September 2012. Lalu menyimpulkan hasil temuan dari analisis
tersebut. Hasil penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran
6
tentang bagaimana Republika mengonstruksi permasalahan konsumsi calon haji
dalam pemberitaannya dan ideologi yang tercermin dari berita tersebut.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah
Republika. Objek yang dimaksud adalah pemberitaan permasalahan konsumsi
calon haji dalam berita edisi 25 September 2012. Peneliti memilih berita tersebut
karena menilai ada pihak yang menjadi dominan dalam pengonstruksian berita
tersebut.
3. Tahap Penelitian
a) Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Pada riset kualitatif ini yang
peneliti pakai adalah observasi teks, wawancara, dan juga dokumentasi.
Penelitian ini dengan sengaja memilih informan (atau dokumen atau bahan-
bahan visual lain) yang dapat memberikan jawaban terbaik pertanyaan
penelitian.3
1) Observasi Teks
Observasi teks peneliti lakukan untuk menganalisa dengan
metode analisisis wacana van Dijk. Observasi yang dilakukan
3 John W. Creswell, Desain penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Jakarta: KIK
Press, 2003) h. 143.
7
peneliti adalah dengan cara memeriksa secara menyeluruh dan
teliti isi teks berita tersebut.
2) Wawancara
Peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak redaksi
tentang kebijakan redaksional Republika dalam mengemas
pemberitaan mengenai permasalahan konsumsi calon haji.
3) Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan dan mempelajari data melalui
literatur dan sumber bacaan, seperti buku-buku yang relevan
dengan masalah yang dibahas dan mendukung penelitian.
b) Prosedur Pengolahan Data
Dalam pengolahan data peneliti menggabungkan hasil melalui
pengumpulan data. Unit analisis dalam penelitian ini adalah berita Republika
pada edisi 25 September 2012 yang berjudul “Makanan Calhaj
Berformalin”. Lalu hasil tersebut digabungkan dan diteliti menggunakan
metode analisis wacana Teun A. van Dijk.
Berikut prosedur pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti:
1) Pengamatan Struktur Makro (Analisis Data Teks)
a) Untuk analisis data teks dalam mengamati struktur makro,
peneliti memecah tulisan berita tersebut menjadi makrostruktur
sesuai urutan paragraf.
8
b) Setelah menemukan makrostruktur tingkat pertama yang
merupakan tema per paragraf, peneliti mereduksi untuk
mendapatkan makrostruktur dengan tingkatan lebih tinggi,
yaitu makrostruktur tingkat kedua.
c) Pengeleminasian terakhir menjadikan makrostruktur tingkat
ketiga yang merupakan tema dari berita tersebut.
2) Pengamatan Superstruktur dan Struktur Mikro (Analisis Data Teks)
a) Untuk analisis data teks dalam mengamati superstruktur dan
struktur mikro, peneliti mencetak berita tersebut dari e-paper
Republika dan memberikan penomoran pada tiap lima barisnya.
Hal ini dilakukan untuk mempermudah pencarian kalimat atau
tulisan yang dimaksud.
b) Setelah itu peneliti meneliti elemen skema untuk mengamati
superstruktur serta meneliti elemen latar, detail, maksud,
bentuk kalimat, koherensi, leksikon, dan grafis untuk
mengamati struktur mikro.
3) Analisis Kognisi Sosial
a) Untuk analisis kognisi sosial peneliti melakukan wawancara
untuk mengetahui latar belakang dan wawasan pembuat berita
serta kebijakan Republika terkait berita tersebut.
9
b) Setelah itu diolah untuk mengetahui kognisi sang pembuat
berita.
4) Analisis Konteks Sosial
a) Untuk analisis konteks sosial peneliti menelusuri literatur yang
berkembang di masyarakat tentang makanan calon haji melalui
internet.
b) Setelah itu diolah untuk mengetahui wawasan khalayak tentang
konsumsi calon haji.
c) Analisis Data
Melihat pengonstruksian yang dilakukan Republika pada
pemberitaannya mengenai permasalahan konsumsi calon haji edisi 25
September 2012, peneliti menggunakan analisis wacana model Teun A. van
Dijk.
Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunyai dimensi/bangunan:
teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis van Dijk adalah
menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan
analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks
dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu.
Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang
melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga
10
mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan
suatu masalah.4
Analisis data teks yang dikemukakan van Dijk dapat digambarkan
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Struktur/Elemen Wacana Model van Dijk
Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen Struktur Makro Tematik (apa yang
dikatakan) Topik
Superstruktur Skematik (bagaimana pendapat disusun dan dirangkai)
Skema
Struktur Mikro Semantik (makna yang ingin ditekankan dalam teks berita)
Latar, detail, maksud, praanggapan, nominalisasi
Struktur Mikro Sintaksis (bagaimana pendapat disampaikan)
Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti
Struktur Mikro Stilistik (pilihan kata apa yang dipakai)
Leksikon
Struktur Mikro Retoris (bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan)
Grafis, Metafora Ekspresi
Sumber: Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2006, h. 74.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis data kognisi sosial. Hal ini
untuk mengetahui latar belakang, sumber bacaan, serta wawasan wartawan
dalam menulis berita “Makanan Calhaj Berformalin”. Proses ini juga agar
peneliti mengetahui bagaimana proses teks tersebut diproduksi oleh
wartawan atau media.
4 Eriyanto, Op. Cit., Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 4.
11
Peneliti juga menganalisis data untuk mendapatkan konteks sosial. Hal
ini dilakukan agar peneliti mengetahui wawasan yang berkembang di
masyarakat, wacana yang diyakini oleh masyarakat, serta pengetahuan
masyarakat tentang konsumsi calon haji. Konteks sosial memperlihatkan
bagaimana teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan, maka sistematika penulisan ini terdiri dari
lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub-bab dengan penyusunan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan memaparkan mengenai Latar
Belakang Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS. Bab ini akan menguraikan kajian teoritis
mengenai Media Massa Dalam Paradigma Kritis, Pemberitaan, Haji Sebagai
Ibadah, Analisis Wacana, kemudian Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk.
BAB III GAMBARAN UMUM. Bab ini memaparkan mengenai Sejarah
Singkat, Visi, dan Misi dari Harian Republika. Selain itu pemberitaan Republika
tentang haji pun jadi pembahasan pada bab ini.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA. Bab ini berisikan tentang
Temuan dan Analisis Wacana Harian Umum Republika mengenai permasalahan
konsumsi calon haji edisi 25 September.
12
BAB V PENUTUP. Bab ini berisi mengenai Kesimpulan dan Saran dari
peneliti mengenai hal-hal yang telah dibahas oleh peneliti dalam skripsi ini.
13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Media Massa
1. Pengertian Media Massa
Secara etimologi media massa berasal dari dua term bahasa yaitu media dan
massa. Media merupakan jamak dari bahasa Latin, yaitu “median” yang berarti
perantara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, media diartikan sebagai alat
komunikasi seperti koran, radio, televisi, film, poster, dan spanduk.1
Menurut Marshall McLuhan (1964), media merupakan pesan itu sendiri.
Artinya media menjadi pembawa pesan dari informasi bagi organisasi media kepada
khalayak. Media sebagai suatu alat untuk menyampaikan pesan berupa berita,
penilaian atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk
berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain, karena
media yang dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide tau gagasan,
dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan
dalam konteks kehidupan yang lebih empiris.2
Kemudian menurut Antonio Gramsci, media merupakan arena pergulatan
antarideologi yang saling berkompetensi (the battle ground for competing ideology).3
Gramsci memberikan penjelasannya tentang media sebagai ruang di mana berbagai
1 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Edisi III, h. 726.
2 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006) h. 31.
3 Ibid., h. 30.
14
ideologi dipresentasikan. Artinya, satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran
sebuah ideologi baik dari ideologi yang berkuasa maupun dari ideologi yang
berlawanan dengan penguasa.
Media massa (pers) sering disebut juga the fourth estate (kekuatan keempat)
dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik. Hal ini terutama disebabkan oleh suatu
persepsi tentang peran yang dimainkan oleh media massa dalam kaitannya dengan
pengembangan kehidupan sosial-ekonomi dan politik masyarakat.4 Untuk itu hal
terpenting dalam memahami media massa adalah bagaimana media massa
merekonstruksi nilai-nilai masyarakat untuk kemudian disampaikan kepada khalayak.
Seperti yang dikatakan oleh Gramsci media menjadi arena perang antarideologi tentu
menjadi dasar bahwa realitas yang ditampilkan kepada khalayak tidak terlepas dari
cara pandang yang dimiliki oleh komunikator media tersebut. Atau sesuai yang
dikatakan oleh Tony Bennet, media dianggap sebagai agen konstruksi sosial yang
didefinisikan realitas sesuai dengan kepentingannya.5
Lebih jelas lagi tentang media massa, Dennis McQuail menyatakan media
massa merupakan filter yang menyaring sebagian pengalaman dan menyoroti
pengalaman lainnya dan sekaligus kendala yang menghalangi kebenaran. Artinya
berita pada suatu media massa adalah suatu cara untuk menciptakan realitas yang
diinginkan mengenai peristiwa atau kelompok orang yang dilaporkan. Dengan kata
lain, berita yang terdapat pada suatu media tidak hanya menyampaikan, melainkan
4 Ibid., h. 30. 5 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
36.
15
juga menciptakan makna. Makna tidak secara sederhana dianggap sebagai reproduksi
bahasa tetapi sebuah pertentangan sosial (social struggle), sebuah perjuangan dalam
memenangkan wacana.6 Dalam hal ini berarti titik tekannya pada bagaimana media
melakukan politik pemaknaan. Dalam sebuah tulisannya, “The Rediscovery of
Ideology: Return of The Repressed in The Media Studies,” Stuart Hall – kutip Erianto
– menyatakan, makna tidak bergantung pada struktur makna itu sendiri, tetapi lebih
kepada praktik pemaknaan. Dalam pandangan Hall, makna adalah suatu produk
sosial, suatu praktek konstruksi. Media massa, menurut Hall, pada dasarnya tidak
mereproduksi, melainkan menentukan (to define) realitas melalui pemaknaan kata-
kata terpilih.7
2. Karakteristik Media Cetak
Media cetak berupa surat kabar merupakan media massa yang paling tua
dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Pada awalnya pesan disampaikan
dengan menggunakan selebaran/manuskrip dan penyebarannya pun masih
menggunakan tenaga manusia untuk membawa pesan tersebut pada tujuan. Sejarah
telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh
Johann Guternberg pada abad ke-14 di Jerman.8
Media massa memiliki fungsi tersendiri yakni informasi, edukasi, hiburan,
dan persuasif. Fungsi yang paling menonjol pada media cetak adalah informasi. Hal
6 Ibid., h. 40. 7 Ibid., h. 37. 8 Elvinaro Ardianto, dkk, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007), h. 105.
16
ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu keingintahuan
akan setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Tetapi tidak dikesampingkan juga
dengan fungsi hiburan karena tersedianya rubrik-rubrik dengan artikel ringan.9
3. Fungsi Sosial Media Massa
Tiap media massa mempunyai bentuk yang berbeda, tetapi untuk fungsi sosial
media massa satu dengan yang lainnya adalah sama. Penjelasan mengenai fungsi
sosial media sesungguhnya sudah sejak lama diperbincangkan. Seperti pendapat yang
dikemukakan Harold Laswell, bahwa media memiliki tiga fungsi sosial, yakni:10
Pertama, fungsi pengawas sosial (the surveillance of the environment), adalah
upaya media massa dalam menyebarkan informasi agar lingkungan masyarakat
terkendali. Media menjadi pengamat lingkungan yang objektif.
Kedua, fungsi korelasi sosial (the correlation of part of society inresponding
to the environment), yaitu media massa melakukan korelasi antara informasi dan
antara kelompok sosial yang ada agar tercipta kesepakatan.
Ketiga, fungsi sosialisasi budaya (the transmission of the social heritage from
one generation to the next), bertujuan sebagai pewaris dan penyalur nilai-nilai budaya
kepada generasi-generasi selanjutnya.
Disamping tiga fungsi utama seperti yang dikemukakan Lasswell tersebut,
Charles R. Wright, dalam bukunya Mass Communication A Sociological Perspective,
fungsi media massa dinyatakan sebagai berikut: “Communicative acts primarily
9 Ibid., h. 111. 10
Darwanto Sastro Subroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 32-33.
17
intended for amusement irrespective of any instrumental effect they might have”.
Maksudnya, media massa sebagai penyaji sarana komunikasi juga memiliki fungsi
hiburan. Demi menjaga ketertarikan masyarakat media memberikan hiburan-hiburan
populer kepada masyarakat lewat kontennya. Bahkan, terkadang karena fungsi
hiburan inilah khalayak mengonsumsi media massa.11
B. Wacana Dalam Berita
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa, berita
adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa penting yang
hangat.12 Kemudian berita dalam bahasa Indonesia mendekati istilah “bericht (en)”
dalam bahasa Belanda, besar kemungkinan karena Indonesia lama dijajah Belanda.
Dalam bahasa Belanda istilah “bericht (en)” dijelaskan sebagai “mededeling” atau
pengumuman.13 Sedangkan Departemen Pendidikan Republik Indonesia
membakukan istilah berita dengan pengertian sebagai laporan mengenai kejadian atau
peristiwa yang hangat.14
Sedangkan pengertian berita secara terminologi adalah seperti dalam buku
Newspaper Writing and Editing, Willard C Bleyer, definisi berita adalah sesuatu yang
11
Ibid. 12 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., Kamus Besar Bahasa Indonesia,
h. 140. 13 Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik,
(Bandung: Nuansa, 2004), Cet-I, h. 103. 14
Ibid.
18
termasa dipilih wartawan untuk dimuat di surat kabar karena ia dapat menarik atau
mempunyai makna bagi pembaca surat kabar.15
Charles Dana dalam buku “Broadcasting Journalism Techniques of Radio and
TV News” menjelaskan bahwa, “When a dog bites a man, that is not news, but when a
man bites a dog, that is news”. Artinya adalah ketika anjing mengigit manusia itu
bukanlah berita, tetapi ketika manusia menggigit anjing, itu baru berita.16
Kemudian Freda Morris dalam buku yang mengemukakan, “News is
immediate, the important, the things that have impact on our lives”. Artinya adalah
sesuatu yang baru dalam hal ini adalah berita, penting yang dapat memberikan
dampak dalam kehidupan manusia.17 Menurut definisi di atas terdapat tiga unsur pada
sebuah berita yakni baru (immediate), penting (important), dan berguna bagi
kehidupan manusia (impact on our lives).
Sebenarnya karena berita adalah dasar dari begitu banyak informasi tidak
hanya politik yang diterima oleh khalayak, oleh karena itu sebaiknya memulai dari
apa berita itu. Dalam pengertian sederhana berita dapat diartikan sebagai fakta atau
informasi yang ditulis oleh reporter atau wartawan dan dimuat di media massa baik
itu cetak (koran, tabloid, dan majalah) maupun elektronik (radion, televisi, dan
online).
15 Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), Cet-
I, h. 133. 16 Arifin Harahap, Jurnalisitk Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita, (Jakarta: Indeks,
2007), h. 3. 17
Ibid.
19
Dan Nimmo (2005) juga memberikan penjelasan tetang berita, sebagai
berikut:
Dalam analisis tentang komunikator yang professional dalam masyarakat yang modern James Carey memberikan penjelasan yang sangat menarik bagi jurnalis. Jurnalistik sebagai pekerjaan yang menggunakan lambang secara kreatif dan imajinatif. Jurnalistik menangkap situasi, menyebut unsur-unsur, struktur dan ramuan yang menonjol, dan memberi nama dengan cara yang mengandung sikap terhadapnya. Melalui pemberian nama, jurnalis membuat berita: seperti wasit ketiga.18
Singkatnya berita dapat didefinisikan sebagai jalan cerita tentang peristiwa.
Berita, sedikit banyaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya.
Keduanya selalu berkaitan untuk menjadi sebuah berita. Tanpa salah satu elemen
tersebut, suatu konten tidak dapat dikatakan sebagai berita.19
1. Jenis dan Nilai-Nilai Berita
Berita dibedakan berdasarkan jenis berita,yaitu berdasarkan sifat pemberitaan,
lingkup pemberitaan, masalah yang dicakup, sifat kejadian, dan bentuk penyajian
berita.20 Kemudian yang dimaksud dengan nilai berita adalah seperangkat kriteria
untuk menilai apakah sebuah kejadian cukup penting untuk diliput. Dalam berita
terdapat karakteristik intrinsic yang dikenal sebagai nilai berita (news values). Nilai
berita ini menjadi ukuran atau standarisasi yang berguna, atau yang biasa diterapkan,
untuk menentukan layak atau tidaknya suatu berita (news worth).21
18
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h. 215.
19 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005) h. 55.
20 Ibid., h. 56. 21
Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Kompas, 2007) Cet-III, h. 53.
20
Peristiwa yang memiliki nilai berita ini misalnya yang mengandung konflik,
bencana dan kemajuan, dampak, kemahsyuran, segar dan kedekatan, keganjilan,
human interest, seks, dan aneka nilai lainnya.22
Nilai berita adalah produk dari konstruksi seorang wartawan. Setiap jam,
setiap menit, setiap detik, setiap harinya ada jutaan peristiwa. Dan jutaan peristiwa itu
berpotensi untuk dibentuk menjadi sebuah berita. Kenapa hanya peristiwa tertentu
saja yang diberitakan? Dan kenapa hanya sisi teretentu saja dari peristiwa yang ditulis
wartawan? Semua proses ini ditentukan oleh apa yang disebut sebagai nilai berita
(news values).23 Tidak hanya itu saja nilai berita juga dianggap sebagai ideologi
profesional wartawan, yang memberi prosedur bagaimana peristiwa yang begitu
banyak disaring dan ditampilkan kepada khalayak.24
Terdapat beberapa faktor yang membuat sebuah kejadian memiliki nilai
berita, di antaranya adalah: 25
a) Konflik, yang dalam hal ini layak berita. Konflik perang atau perkelahian
menjadi layak berita karena terdapat kerugian dan korban. Kekerasan itu juga
dapat membangkitkan emosi dari yang khalayak dan mungkin terdapat
kepentingan-kepentingan. Perang, pembunuhan, kekerasan, biasanya mendapat
tempat pada halaman utama suatu media.
22
Ibid. 23 Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media Massa, (Yogyakarta:
LKiS, 2007), Cet ke-IV, h. 106. 24 Ibid. 25
Ishwara, Op. Cit., Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, h. 53-57.
21
b) Kemajuan dan bencana, setelah konflik pasti diikuti isu kemenangan suatu
pihak dan kekalahan bagi pihak lain. Berarti, ini merupakan kemajuan atau
bencana bagi suatu pihak. Penemuan-penemuan yang gemilang dan bencana alam
yang masif juga memiliki nilai berita yang tinggi.
c) Konsekuensi, suatu peristiwa yang mengakibatkan atau bisa mengakibatkan
timbulnya rangkaian suatu peristiwa yang dapat mempengaruhi banyak orang.
Oleh karena itu jenis ini layak untuk dijadikan berita. Konsekuensi biasanya
diterima sebagai nilai berita, dan menjadi ukuran penting dari suatu berita.
d) Kemasyhuran, suatu peristiwa yang menyangkut hal-hal yang terkenal atau
sangat dikenal oleh pembaca. Seperti nama-nama tokoh terkenal, pemimpin
politik, dan berbagai figur publik yang mempengaruhi kehidupan khalayak.
e) Kedekatan (Proximity) dan waktu (timeless), yaitu kejadian yang begitu
dekat dengan pembaca, kedekatan ini bisa bersifat geografis, maupun emosional.
Sedangkan waktu (timeless) adalah kejadian yang menyangkut baru terjadi atau
baru ditemukan. Waktu (timeless) dan kedekatan (proximity) adalah ukuran yang
diterapkan pada berita untuk menentukan apakah layak dihimpun atau dimana bisa
dijual. Karena salah satu aset utama dari nilai berita adalah kesegaran (freshness).
f) Keganjilan, peristiwa-peristiwa tersebut termasuk kejadian yang luar biasa.
Seperti kejadian-kejadian yang diluar dugaan atau tidak masuk akal. Elemen yang
bisa dikatakan menarik adalah bahwa peristiwa itu ganjil dan tidak biasa.
g) Human interest, dalam ruang lingkup yang menjadi perhatian banyak orang
dan merupakan perkembangan studi terdahulu maka wartawan akan bertindak
22
lebih dari sekadar mengumpulkan fakta kejadian. Seorang wartawan akan
mendalami lebih dalam mengenai unsur-unsur kemanusiaan dengan
mengumpulkan bahan-bahan tambahan yang menyinggung soal emosi, fakta
biografis, kejadian-kejadian dramatis, deskripsi, motivasi, ambisi, kerinduan,
kesukaan dan ketidaksukaan.
h) Seks, umumnya dipertimbangkan sebagai nilai berita. Misal, skandal seks
yang dilakukan politisi atau figure publik. Hal ini akan membuat masyarakat
tergugah untuk mengikuti pemberitaan tersebut.
i) Aneka nilai, segala sesuatu yang mengandung nilai-nilai yang bersifat
menggugah, aneh, menarik, yang terdapat dalam seluruh aspek kehidupan
manusia.
Tabel 2.1 Nilai-Nilai Berita
No. Nilai Berita Keterangan 1. Prominance Nilai berita diukur dari kebesaran peristiwanya.
Peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang dipandang penting. Kecelakaan yang menewaskan satu orang untuk sebuah berita kurang memiliki nilai. Suatu berita layaknya seperti ini; kecelakaan yang menewaskan penumpang satu bus, itulah yang disebut sebuah berita.
2. Human Interest Peristiwa lebih memungkinkan disebut sebuah berita apabila peristiwa terjadi lebih banyak mengandung unsur sedih, haru, dan menguras emosi khalayak.
3. Conflict/Controversy Peristiwa yang mengandung konflik lebih potensial disebut berita dibandingkan dengan peristiwa yang biasa-biasa saja.
4. Unusual Berita mengandung peristiwa yang jarang terjadi atau berita yang jarang wartawan lihat sehari-hari.
23
5. Proximity Peristiwa yang lebih dekat dengan pembaca dibandingkan peristiwa yang jauh dari pembaca, baik secara fisik maupun emosional.
Sumber: AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2005, h. 150.
2. Paradigma Kritis Dalam Melihat Wacana Pemberitaan Pada Media
Paradigma kritis bersumber dari pemikiran sekolah Frankfurt yang
berkembang karena ada propaganda besar oleh Hitler lewat media-media di Jerman.
Media merupakan alat pemerintah untuk mengontrol publik serta menjadi sarana
pemerintah untuk mengobarkan semangat perang. Ternyata media bukanlah entitas
yang netral, tetapi bisa dikuasai kelompok dominan. Dari sekolah Frankfurt ini
lahirlah pemikiran yang berbeda, yang kemudian dikenal sebagai aliran kritis.
Pemikiran pokok dari paradigma kritis adalah adanya kekuatan-kekuatan yang
berbeda dalam masyarakat yang mengontrol proses komunikasi. Paradigma kritis
percaya bahwa media adalah sarana di mana kelompok dominan dapat mengontrol
kelompok yang tidak dominan bahkan memarjinalkan mereka dengan menguasai dan
mengontrol media.26
Aliran sekolah Frankfurt ini banyak memperhatikan aspek ekonomi politik
dalam proses penyebaran pesan. Seperti ditulis yang Sindhunata dalam Erianto
(2001), teori kritis lahir karena ada keprihatinan akumulasi dan kapitalisme lewat
modal yang besar, yang mulai menentukan dan mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Hal inilah yang kini menggerakan dan menentukan masyarakat. Individu
tidak lagi mempunyai kontrol terhadap modal tersebut, malah secara alamiah pula –
26
Eriyanto, Op. Cit., Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 23.
24
jadi di luar kesadarannya – ia harus menyesuaikan dengan masyarakat yang dikuasai
modal. Salah satu sifat dasar dari teori kritis adalah selalu curiga dan
mempertanyakan kondisi masyarakat dewasa ini. Karena kondisi masyarakat yang
kelihatannya produktif, dan bagus tersebut sesungguhnya terselubung struktur
masyarakat yang menindas dan menipu kesadara khalayak. Dalam proses berita
contohnya, kondisi berita saat ini dengan akumulasi modal besar-besaran menyatakan
bahwa berita itu objektif. Sehingga pertanyaan utamanya adalah bagaimana supaya
media depat meliput peristiwa dengan objektif. Dalam teori kritis, pertanyaan yang
harus pertama kali diajukan adalah mengenai objektivitas itu sendiri. Semua kategori
seperti nilai berita dan objektif harus selalu dipertanyakan, karena bisa menjadi alat
kelompok yang dominan yang ada dalam masyarakat. Lewat kategori itu, bisa jadi
dominasi kekuasaan sedang dimapankan, sehingga ketika kita percaya dengan
objektivitas, pada saat itu juga kita memperkuat dan mempercayai struktur sosial
yang pada dasarnya tidak seimbang dan palsu tersebut. Oleh karena itu, berbagai
definisi dan kategori harus satu per satu dipertanyakan ulang secara kritis.27
Paradigma kritis mempunyai pandangan tersendiri terhadap berita, yang
bersumber pada bagaimana berita tersebut diproduksi dan bagaimana kedudukan
wartawan dan media bersangkutan dalam keselurahan proses produksi berita. Bila
paradigma pluralis percaya bahwa wartawan dan media adalah entitas yang otonom,
dan berita yang dihasilkan haruslah menggambarkan realitas yang terjadi di lapangan.
Sementara paradigma kritis mempertanyakan posisi wartawan dan media dalam
27
Ibid., h. 24.
25
keseluruhan struktur sosial dan kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Pada
akhirnya posisi tersebut mempengaruhi berita, bukan pencerminan dari realitas yang
sesungguhnya. Perbedaan tersebut selengkapnya sebagai berikut: 28
a) Fakta
Dalam konsepsi pluralis, diandaikan ada realitas yang bersifat external yang
ada dan hadir sebelum wartawan meliputnya. Jadi, ada realitas yang bersifat objektif,
yang harus diambil dan diliput oleh wartawan. Pandangan semacam ini sangat
bertolak belakang dengan pandangan kritis. Bagi kaum kritis, realitas merupakan
kenyataan semu yang telah terbentuk oleh proses kekuatan sosial, politik, dan
ekonomi. Oleh karena itu, mengharapkan realitas apa adanya tidak mungkin, karena
sudah tercelup oleh kelompok ekonomi dan politik yang dominan. Dalam pandangan
kaum pluralis, berita adalah refleksi dan pencerminan dari realitas. Berita adalah
mirror of reality, sehingga ia harus mencerminkan realitas yang hendak diberitakan.
Pandangan ini ditolak oleh pendekatan kritis. Menurut kaum kritis, berita adalah hasil
dari pertarungan wacana antara berbagai kekuatan dalam masyarakat yang selalu
melibatkan pandangan dan ideologi wartawan atau media. Bagaimana realitas itu
dijadikan berita sangat tergantung bagaimana pertarungan itu terjadi, yang umumnya
dimenangkan oleh kekuatan dominan dalam masyarakat.
b) Posisi Media
Kaum pluralis melihat media sebagai saluran yang bebas dan netral, di mana
semua pihak dan kepentingan dapat menyampaikan posisi dan pandangannya secara
28
Ibid., h. 31-45.
26
bebas. Pandangan semacam ini yang ditolak oleh kaum kritis. Pandangan kritis
melihat media bukan hanya alat dari kelompok dominan, tetapi juga memproduksi
ideologi dominan. Media membantu kelompok dominan menyebarkan gagasannya,
mengontrol kelompok lain, dan membentuk konsensus antaranggota komunitas.
Lewat medialah, ideologi dominan, apa yang baik dan apa yang buruk dimapankan.
Media bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi
realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Seperti yang dikatakan
Tony Bennet dalam Erianto (2001), media dipandang sebagai agen konstruksi sosial
yang mendefinisikan realitas sesuai dengan kepentingannya. Dalam pandangan kritis,
media juga dipandang sebagai wujud dari pertarungan ideologi antara kelompok-
kelompok yang ada dalam masyarakat. Di sini, media bukan sarana yang netral yang
menampilkan kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa adanya, tetapi
kelompok dan ideologi yang dominan itulah yang akan tampil sebagai pemberitaan.
c) Posisi Wartawan
Pendekatan pluralis menekankan agar nilai dan hal-hal di luar objek
dihilangkan dalam proses pembuatan berita. Artinya, pertimbangan moral yang dalam
banyak hal selalu bisa diterjemahkan sebagai bentuk keberpihakan haruslah
disingkirkan. Intinya, realitas haruslah didudukkan dalam fungsinya sebagai realitas
yang faktuil, yang tidak boleh dikotori oleh pertimbangan subjektif. Wartawan disini
fungsinya hanyalah sebagai pelapor. Sebagai pelapor, ia hanya menjalankan tugas
untuk memberitakan fakta, dan tidak diperkenankan munculnya pertimbangan moral
atau nilai tertentu. Pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat membelokkan
27
wartawan – apa pun alasannya – menjauhi realitas yang sesungguhnya. Berita ditulis
hanyalah untuk fungsi penjelas (eksplanasi) dalam menjelaskan fakta atau realitas.
Paradigma kritis justru menilai sebaliknya. Aspek etika, moral, dan nilai-nilai tertentu
tidak mungkin dihilangkan dari pemberitaan media. Wartawan bukanlah robot yang
meliput apa adanya, apa yang dia lihat. Moral yang dalam banyak hal berarti
keberpihakan pada suatu kelompok atau nilai tertentu – umumnya dilandasi oleh
keyakinan tertentu – adalah bagian yang integral dan tidak dapat dipisahkan dalam
membentuk dan mengkonstruksi realitas. Wartawan di sini bukan hanya pelapor,
karena disadari atau tidak ia menjadi partisipan dari keragaman penafsiran dan
subjektifitas dalam publik. Karena fungsinya tersebut, wartawan menulis berita bukan
hanya sebagai penjelas, tetapi membentuk realitas sesuai dengan kepentingan
kelompoknya. Ini karena wartawan tidak dipandang sebagai subjek yang netral dan
otonom. Sebaliknya, wartawan adalah bagian dari anggota suatu kelompok dalam
masyarakat yang akan menilai sesuai dengan kepentingan kelompoknya.
d) Hasil Liputan
Perbedaan antara pendekatan prluralis dan kritis dalam memahami berita,
mengakibatkan perbedaan pula dalam hal bagaimana hasil kerja seorang wartawan
seharusnya dinilai. Dalam pandangan pluralis, diandaikan ada standar yang baku dari
hasil kerja jurnalistik. Standar yang baku itu sering kali dikatakan sebagai peliputan
yang berimbang, dua sisi, netral, dan objektif. Peliputan yang berimbang artinya
menampilkan pandangan yang setara antara pihak-pihak yang terlibat dan hendak
diberitakan. Prinsip yang agak mirip adalah liputan dua sisi, di mana ada kesempatan
28
yang sama bagi semua pihak untuk menyampaikan pandangan dan pendapatnya atas
suatu masalah. Prinsip netral, berarti dalam menulis maupun mencari bahan,
wartawan tidak boleh berpihak pada satu kelompok yang membuat laporan berita
menjadi tidak seimbang. Prinsip ini umumnya juga dilengkapi dengan prinsip
objektif, di mana wartawan menghindari masuknya opini pribadi ke dalam
pemberitaan. Apa yang harus diliput dan ditulis adalah apa yang terjadi, tidak
dikecilkan atau dibesar-besarkan.
Argumen semacam ini memperoleh kritikan dari pandangan kritis.
Persoalannya, wartawan adalah bagian terkecil saja dari struktur sosial, ekonomi, dan
politik yang lebih besar. Pengaruh modal dan kepemilikan, politik kelas sangat
mempengaruhi fakta apa yang harus diambil dan bagaimana berita itu dibahasakan.
Persoalannya bukan wartawan tidak objektif, tetapi struktur di luar diri wartawan
tersebut yang mempropagandakan nilai-nilai tertentu. Struktur yang secara umum
menindas tersebut yang berpengaruh dalam pemberitaan. Bahkan Lippman dalam
Erianto (2001) menyatakan, wartawan cenderung memilih apa yang ingin dia lihat,
dan menulis apa yang ingin ditulis. Ketika melihat peristiwa dan menulis sesuatu,
wartawan bahkan tidak bisa menghindari diri dari stereotipe, melihat dengan sikap
dan pandangan personalnya.
3. Wacana Teun A. van Dijk
Analisis wacana van Dijk melihat penelitian analisis wacana tidak cukup
hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu
praktik produksi. Disini perlu dilihat pula bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga
29
dapat diketahui bagaimana teks bisa seperti itu. Model analisis wacana van Dijk ini
adalah model yang sering dipakai dalam penelitian karena model van Dijk bisa
dikatakan yang paling lengkap karena mengelaborasi elemen-elemen wacana
sehingga dapat digunakan secara praktis. Model van Dijk ini sering disebut sebagai
kognisi sosial.29
Analisis model van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan
kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan
kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh van
Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan
konteks sosial. Inti dari model ini adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana
tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.
Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi
wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial
dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari
wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang
dalam masyarakat akan suatu masalah.
29
Ibid., h. 221.
30
Konteks Sosial
Model dari analisis van Dijk ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta, LKiS, 2001, h. 225.
Gambar 2.1
Model Analisis Wacana van Dijk
a) Teks
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang
masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan.
Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang
dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita.
Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan
kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun kedalam berita secara
utuh. Ketiga, struktur mikro. Adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian
kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan
gambar.
Kognisi sosial
Teks
31
Tabel 2.2 Struktur Analisis van Dijk
Struktur Makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/ tema yang
diangkat oleh suatu teks. Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan.
Struktur Mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat,
dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. Sumber: Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta, LKiS, 2001, h. 227.
Tabel di atas menunjukan struktur analisis van Dijk dan berikut adalah
penjelasan elemen-elemen yang dianalisa melalui struktur tersebut: 30
1) Tematik
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Sering
disebut juga sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik
menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya.
Topik menunjuk konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita.
Oleh karena itu, ia sering disebut sebagai tema atau topik.
Topik ini akan didukung oleh subtopik satu dan subtopik lain yang saling
mendukung terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga didukung oleh serangkaian
fakta yang ditampilkan yang menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga
dengan subbagian yang saling mendukung antara satu bagian dengan bagian yang
lain, teks secara keseluruhan membentuk teks yang koheren dan utuh.
30
Ibid., h. 229-259.
32
Gagasan van Dijk ini didasarkan pada pandangan ketika wartawan meliput
suatu peristiwa dan memandang suatu masalah didasarkan pada suatu mental/pikiran
tertentu. Kognisi atau mental ini secara jelas dapat dilihat dari topik yang
dimunculkan dalam berita. Karena topik ini dipahami sebagai mental atau kognisi
wartawan, tidak heran jika semua elemen dalam berita mengacu dan mendukung
topik dalam berita.
2) Skematik
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan
sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks
disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Berita umumnya
mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang umumnya ditandai
dengan dua elemen yakni judul dan lead. Elemen skema ini merupakan elemen yang
dipandang paling penting. Judul dan lead umumnya mempunyai menunjukkan tema
yang ingin ditampilkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Lead ini umumnya
sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi berita
secara lengkap. Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini juga
mempunyai dua subkategori. Yang pertama berupa situasi yakni proses atau jalannya
peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan dalam teks. Subkategori
situasi yang menggambarkan kisah suatu peristiwa umumnya terdiri atas dua bagian.
Yang pertama mengenai episode atau kisah utama dari peristiwa tersebut, dan yang
kedua latar untuk mendukung episode yang disajikan kepada khalayak. Sedangkan
subkategori komentar yang menggambarkan bagaimana pihak-pihak yang terlibat
33
memberikan komentar atas suatu peristiwa terdiri atas dua bagian. Pertama, reaksi
atau komentar verbal dari tokoh yang dikutip wartawan. Kedua, kesimpulan yang
diambil oleh wartawan dari komentar beberapa tokoh.
Menurut van Dijk, arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk
mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian
dengan urutan-urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang
didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk
menyembunyikan informasi penting. Upaya penyembunyian itu dilakukan dengan
menempatkan di bagian akhir agar terkesan kurang menonjol.
3) Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang
ingin ditampilkan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan
latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah
mana pandangan masyarakat hendak dibawa. Latar umumnya ditampilkan di awal
sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi
dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. Oleh karena itu, latar
membantu menyelidiki bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas suatu
peristiwa. Latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan dasar hendak ke mana
makna teks dibawa. Ini merupakan cerminan ideologis, di mana wartawan dapat
menyajikan latar belakang dapat juga tidak, tergantung pada kepentingan mereka.
34
4) Detail
Elemen wacana detail berhubungan dengan kontrol informasi yang
ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi
yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan
informasi dalam jumlah sedikit (bahkan kalau perlu tidak disampaikan) kalau hal itu
merugikan kedudukannnya.
Elemen detail merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan
sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh
wartawan kadangkala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi dari detail bagian
mana yang dikembangkan dan mana yang diberitakan dengan detail yang besar, akan
menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media.
5) Maksud
Elemen wacana maksud, hampir sama dengan elemen detail. Dalam detail,
informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detil yang
panjang. Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan
diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan
diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah publik
hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator.
6) Koherensi
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks.
Dua kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga
tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi
35
berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi merupakan elemen
wacana untuk melihat bagaimana seseoang secara strategis menggunakan wacana
untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling
terpisah, berhubungan, atau malah sebab akibat. Pilihan – pilihan mana yang diambil
ditentukan oleh sejauh mana kepentingan komunikator terhadap suatu.
7) Koherensi Kondisional
Koherensi kondisional diantaranya ditandai dengan pemakaian anak kalimat
sebagai penjelas. Di sini ada dua kalimat, di mana kalimat kedua adalah penjelas atau
keterangan dari proposisi pertama, yang dihubungkan dengan kata hubung
(konjungsi). Kalimat kedua fungsinya dalam kalimat hanya penjelas (anak kalimat)
sehingga ada atau tidak ada anak kalimat itu tidak akan mengurangi arti kalimat.
Anak kalimat itu menjadi cermin kepentingan komunikator karena ia dapat memberi
keterangan yang baik/buruk terhadap suatu pertanyaan. Koherensi dalam banyak hal
sering kali menggambarkan kepada kita bagaimana sikap wartawan atas peristiwa,
kelompok, atau seseorang yang ditulis. Bagaimana sikap tersebut dilekatkan dan
tanpa disadari menggiring pembaca pada pemahaman atau pemaknaan tertentu.
8) Koherensi Pembeda
Kalau koherensi kondisional berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua
peristiwa dihubungkan/dijelaskan, maka koherensi pembeda berhubungan dengan
pertanyaan bagaimana dua peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua bua
36
peristiwa dapat dibuat seolah-olah saling bertentangan dan berseberangan dengan
menggunakan koherensi ini.
Efek pemakaian keherensi pembeda ini bermacam-macam. Akan tetapi, yang
terlihat nyata adalah bagaimana pemaknaan yang diterima oleh khalayak berbeda.
Karena satu fakta atau realitas dibandingkan dengan realitas yang lain.
9) Pengingkaran
Elemen wacana pengingkaran adalah bentuk praktik wacana yang
menggambarkan bagaimana wartawan menyembunyikan apa yang ingin
diekspresikan secara implisit. Dalam arti yang umum pengingkaran menunjukkan
seolah wartawan menyetujui sesuatu, padahal ia tidak setuju dengan memberikan
argumentasi atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut. Dengan kata lain,
pengingkaran merupakan bentuk strategi wacana di mana wartawan tidak secara
tegas dan eksplisit menyampaikan pendapat dan gagasannya kepada khalayak.
10) Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir
logis, yaitu prinsip kausalitas. Di mana ia menanyakan apakah A yang menjelaskan
B, ataukah B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini jika diterjemahkan ke dalam
bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan).
Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi
menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang
berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam
kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya.
37
11) Kata Ganti
Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan
menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh
komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam
mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya” atau
“kami” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi
komunikator semata-mata. Akan tetapi, ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan
sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas
tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak sengaja dihilangkan untuk
menunjukkan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas
secara keseluruhan. Pemakaian kata ganti yang jamak seperti “kita” atau “kami”
mempunyai implikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi serta mengurangi kritik dan
oposisi.
12) Leksikon
Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas
berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata tersebut bukan dilakukan
secara kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan
seseorang terhadap fakta/realitas. Pemilihan kata – kata yang dipakai menunjukkan
sikap dan ideologi tertentu. Peristiwa sama dapat digambarkan dengan pilihan kata
yang berbeda-beda.
13) Praanggapan
38
Elemen wacana praanggapan (presupposition) merupakan pernyataan yang
digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Kalau latar berarti upaya mendukung
dengan jalan memberi latar belakang, maka praanggapan adalah upaya mendukung
pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan
hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu
dipertanyakan.
14) Grafis
Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau
ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari
teks. Dalam wacana berita, grafis ini muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain
dibandingkan tulisan lain.
Bagian – bagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada khalayak
pentingnya bagian tersebut. Bagian yang dicetak berbeda adalah bagian yang
dipandang penting oleh komunikator, disana ia menginginkan khalayak menaruh
perhatian lebih pada bagian tersebut.
15) Metafora
Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan
pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai
ornamen atau bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian metafora tertentu bisa
jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu
dipakai oleh wartawan secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenar
atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik.
39
b) Kognisi Sosial
Analisi wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks, tetapi
juga bagaimana suatu teks diproduksi. Van Dijk menyebut sebagai kognisi sosial.
Untuk mengetahui bagaimana makna tersembunyi dari teks, diperlukan analisis
kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks
tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih
tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan
suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi
suatu berita.31
c) Konteks Sosial
Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah konteks sosial. Wacana adalah
bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti
teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang
suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.
Menurut van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang
penting: kekuasaan (power), dan akses (acces). 32
1) Praktek Kekuasaan
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang
dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol
kelompok (atau anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan
31 Eriyanto, Op. Cit., Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 259.
32 Ibid., h. 272.
40
pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai seperti uang, status, dan
pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan itu
dipahami oleh van Dijk, juga berbentuk persuasif; tindakan seseorang untuk secara
tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti
kepercayaan, sikap, dan pengetahuan.
2) Akses mempengaruhi Wacana
Analisis wacana van Dijk memberi perhatian yang besar pada akses,
bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok
elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak
berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih
besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak. Akses yang lebih besar bukan hanya
memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar, tetapi juga
menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan
kepada khalayak.
C. Ibadah Haji Menurut Islam
1. Pengertian Ibadah Haji
Haji berasal dari bahasa arab yaitu حج (hajj). Ulama mazhab berbeda
pendapat di dalam memberikan pengertian haji. Hal ini disebabkan karena visi
pandang yang berbeda di dalam menafsirkan dalil-dalil yang menjadikan wajibnya
41
haji. Namun demikian, mereka tetap sependapat terhadap rukun dan syarat wajib haji
yang utama.33
Berikut ini adalah pengertian haji yang diberikan oleh masing-masing mazhab
dalam buku karangan Ahmad Madjid (1993): 34
a) Dalam mazhab Hanafi, haji menurut bahasa ialah menyengaja suatu
perbuatan. Sedang menurut istilah adalah berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk
mengerjakan ibadah dengan cara, tempat, dan dalam masa tertentu. Maksud dari
tertentu ialah tawaf, sa’i, wukuf. Tempat tertentu ialah Ka’bah dan Arafah. Waktu
tertentu ialah, haji harus dikerjakan dalam bulan haji, tanggal 10 Zulhijah. Dan
orang yang berhaji harus berniat ketika berihram.
b) Dalam mazhab Maliki, haji menurut bahasa ialah menyengaja. Sedang
menurut istilah ialah wukuf di padang Arafah pada malam kesepuluh dari bulan
Zulhijah, tawaf di Ka’bah tujuh kali, sa’i tujuh kali. Dan semuanya itu dikerjakan
dengan cara-cara tertentu. Makna wukuf pada malam kesepuluh dari bulan
Zulhijah dengan menunjukkan bahwa rukun wukuf harus pada malam hari. Sedang
tawaf maksudnya ialah tawaf ifadhah, karena ia termasuk rukun haji. Sa’i yang
juga termasuk rukun dilakukan setelah tawaf ifadhah bagi orang yang tidak ber-
sa’i setelah tawaf qudum. Akan tetapi, niat pun termasuk rukun bagi mereka.
c) Dalam mazhab Syafi’i, haji menurut bahasa ialah menyengaja. Sedang
menurut istilah ialah sengaja mengunjungi Ka’bah untuk melaksanakan manasik
33 Ahmad Madjid, Seluk Beluk Ibadah Haji dan Umroh, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1993), h.
17. 34
Ibid.
42
haji. Pengertian haji menurut mazhab ini, tidak mencakup semua rukun-rukun haji.
Karena ia membatasi pengertian hanya dengan menyengaja mengunjungi Ka’bah
dan tidak menyebutkan wukuf di Arafah, sa’i antara Safa dan Marwah atau
mencukur rambut.
d) Dalam mazhab Hambali, haji menurut bahasa artinya menyengaja. Sedang
menurut istilah adalah sengaja mengunjungi Mekah untuk satu perbuatan tertentu
seperti tawaf dan sa’i, termasuk wukuf di Arafah. Karena Arafah ikut bagian dari
Mekah dan dalam waktu tertentu pula. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah
melaksanakan rukun dan syarat wajibnya, sunnah-sunnahnya dalam waktu-waktu
tertentu.
Adapun Al Quran Surat Al Baqarah, ayat 196 dan 197 yang membahas ibadah
haji:
(#q ëJ Ï?r& ur ¢k ptø:$# no tç÷K ãè ø9$# ur ¬! 4 ÷b Î* sù öN è? ÷é ÅÇôm é& $yJ sù uéy£ øä tGóô $# z ÏB Äì ôâ olù;$# ( üw ur (#q à)Î= øtrB óO ä3 yôrâä âë
4Ó®L ym x÷ è=ö7 tÉ ßì ôâ olù;$# ¼ ã& ©#ÏtxC 4 `uK sù tb% x. N ä3ZÏB $ ³ÒÉÍê £D ÷r r& ÿ¾ ÏmÎ/ ì ]å r& `ÏiB ¾Ïm Åôù& §ë ×p tÉ ôâ Ïÿsù `ÏiB
BQ$uä Ϲ ÷r r& >ps% yâ |¹ ÷r r& 77Ý¡ èS 4 !# såÎ* sù ÷LäêY ÏB r& ` yJ sù yì GyJ s? Ío tç ÷K ãèø9 $$Î/ í n<Î) Ædk ptø: $# $ yJ sù ué y£ øä tGóô$# z ÏB
Äì ôâol ù;$# 4 `yJ sù öN ©9 ôâ ÅgsÜ ãP$uã ÅÁ sù Ïp sW» n= rO 5Q$É r& í Îû Ædk ptø: $# >pyèö7 yô ur # såÎ) öN çF÷è y_uë 3 y7 ù= Ï? ×o ué |³ tã ×' s#ÏB% x. 3
y7 Ï9ºså ` yJ Ï9 öN ©9 ô`ä3 tÉ ¼ ã&é# ÷d r& ì ÎéÅÑ$ym Ïâ Éfó¡ yJ ø9 $# ÏQ# tç ptø:$# 4 (#q à)? $# ur ©! $# (# þq ßJ n=ôã $# ur ¨b r& ©!$#
ßâÉ Ïâx© É>$ s) Ïèø9 $# ÇÊÒÏÈ êk ptø:$# Öç ßgô© r& ×M» tBq è= ÷èB 4 ` yJ sù uÚ tç sù Æ ÎgäÏù ¢kpt ø:$# üx sù y] sùuë üw ur
43
öXq Ý¡ èù üw ur tA#yâÅ_ íÎû Ædk ysø9 $# 3 $ tBur (#q è=yè øÿs? ô`ÏB 9éöç yz çm ôJ n= ÷ètÉ ª! $# 3 (#rßär tì s? ur c Î* sù ué öçyz
Ïä#ì9$# 3ì uq ø) G9$# 4 Èbq à)? $#ur í Í<'ré' ¯» tÉ É=» t6 ø9 F{ $# ÇÊÒÐÈ
Artinya:
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) kurban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) kurban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (Quran Surat Al Baqarah [2]; ayat: 196-197)
Hadis Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam juga menerangkan
tentang haji:
صلى اهللا عل وسلم قال رة رضي اهللا عن أن رسول الل العمرة : ( عن أبي ªر
ماإلى العمرة كفارة لما ن جزاء إلا الجنة , ب س ل )والحج المبرور ل متفق عل
44
Artinya:
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Umrah ke umrah menghapus dosa antara keduanya, dan tidak ada pahala bagi haji mabrur kecuali surga." (Muttafaq Alaihi).
2. Haji Sebagai Ibadah
Ibadah haji adalah satu-satunya ibadah yang telah memberikan gelar istimewa
kepada orang mukmin dengan gelar haji. Ibadah haji ibarat suatu pengumuman
penyempurnaan nikmat Tuhan kepada hambanya, baik dalam bentuk karunia
Rububiyah maupun dalam bentuk Uluhiyah. 35
Bila seorang muslim sudah menyatakan diri akan menunaikan ibadah haji,
tentu orang itu sudah menunaikan semua rukun Islam yang lain dengan baik dan
tertib, seperti shalat, zakat, dan puasa. Ia bertekad pergi haji untuk melengkapi rukun
Islam yang kelima.36
Haji merupakan ibadah harta, sekaligus ibadah jasmani karena untuk
melaksanakannya kita berinfak. Dalam ibadah haji kita juga berpuasa karena tidak
diperbolehkan berhubungan badan selama berihram.37
3. Esensi Ibadah Haji
Haji adalah meninggalkan kampung halaman, memisahkan keluarga, menuju
kepada yang mulia, mengingat yang sudah tiada (maksudnya para nabi) dan
mengunjungi rumah Allah yang Maha Memberi Nikmat, yaitu Kabah.38
35
Mutawalli Asy Sya’rami, Rahasia Haji Mabrur, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), h. 22. 36 Ibid. 37
Ibid., h. 23.
45
Adapun nilai utama dalam ibadah haji yang dijelaskan Nashir ibn Musfir az-
Zahrani (2007) dalam bukunya: 39
a) Haji mengandung esensi memerangi Iblis, penaklukkan mental tiran,
perkumpulan umat manusia, pembaruan tekad, dan kesepakatan di atas ikatan-
ikatan perjanjian.
b) Ihram mengandung esensi menghindarkan diri dari memakai perhiasan,
memakai pakaian yang tidak berjahit, mempersiapkan diri untuk menghadapi
kematian, menampakkan sikap tenang, menyeragamkan pakaian, putihnya
pakaian, sistem dan risalah, kusutnya pengabdian, debu kesulitan dan
pengorbanan, dahaga hati akan air telaga, kerinduan hati pada janji-janji wahyu.
c) Talbiyah mengandung esensi lantunan irama orang-orang yang bebas,
qasidah yang dilantunkan pada musim tertentu, lagu-lagu yang dinyanyikan dalam
perjalanan, teriakan orang-orang yang abadi, merupakan ketetapan hati untuk
saling berhubungan dan memperbarui perilaku, gema azan yang terus
berkumandang, proklamasi kemenangan yang benar atas kesalahan, merupakan
kalimat-kalimat benar yang dilantunkan oleh tenggorokan kusut dan berdebu, yang
artinya adalah: Kami dengar, kami patuh, kami datang, dan kami hadir.
d) Tawaf mengandung esensi berputar-putar di sekitar symbol keabadian,
perumpamaan yang hidup, permohonan semoga Allah memberkati kehidupan kita,
mengulang-ulang secara terus menerus kalimat permintaan, memandang ke
38 Nashir ibn Musfir Az-Zahrani, Indahnya Ibadah Haji, (Jakarta: Qisthi Press, 2007), Cet-3,
h. 4. 39
Ibid., h. 4-6.
46
Rumah Zat yang Maha Pemurah dan Maha Bijaksana, Tawaf harus diarahkan ke
rumah Allah dan berpaling dari rumah-rumah selainnya, permohonan bertamu,
ketika itu lisan akan memanggil: Hewan-hewan tunggangan itu sudah penat,
perjalanan-perjalanan itu sudah cukup melelahkan, tubuh-tubuh sudah amat letih,
tapak-tapak kaki sudah payah, kami datang dengan timbunan bekal, maka
cukupkanlah timbangan dan bershadakahlah untuk kami.
e) Sa’i mengandung esensi melaksanakan perintah, menapak tilasi perjalanan
Siti Hajar (Ibu dari Nabi Ismail Alaihis Salam), mengayunkan langkah-langkah
kaki untuk mendapatkan ridha, berlari-lari kecil namun cepat seolah-olah tujuan
sudah dekat, siap-siap memperoleh ganjaran kebaikan, membanting tulang untuk
semua kebaikan dan berhenti dari melakukan perbuatan buruk, meningkatkan
derajat.
f) Wuquf mengandung esensi bertemunya bumi denga langit, nalar dengan
wahyu, antara yang nisbi dan yang abadi, terhubungnya yang lemah dengan yang
kuat, terhubungnya kemiskinan dengan kekayaan.
g) Arafah mengandung esensi tempat diratakannya semua kepala dan
ditundukkan, melenyapkan kesombongan, memerangi kecongkakan, dan
menyembelih sikap syirik di atas tanah yang tinggi, tidak ada kultus, tidak ada
pengagungan, dan tidak ada penghormatan kecuali untuk Yang Maha Esa. Tidak
ada rasa takut dan gemetar kecuali karena Yang Maha Esa. Tidak ada cinta, tidak
ada permintaan dan tidak ada tempat untuk bergantung kecuali kepada Yang Maha
Esa. Tidak ada kemenangan dan tidak ada kekuasaan kecuali dengan Yang Maha
47
Esa, disingkatnya waktu, dilipatnya masa, sejarah dihadirkan, kian gerahnya hari-
hari, munculnya kegaiban, dunia terdiam, alam raya tunduk, menjadi jelasnya
kebenaran, hancurnya kebatilan, kemenangan bagi yang hakiki, kekalahan bagi
yang kotor, dilipatnya kafan kebodohan (jahiliyah), dan tersumbatnya lubang-
lubang kesesatan, di mana hati diam mendengarkan pesan-pesan risalah, jiwa
menangis karena binar-binar cinta, dan hati tertawan oleh cengkraman takdir.
l) Melempar Jumrah mengandung esensi melempar jauh-jauh kebatilan,
menghantam kesesatan, menghancurkan kecurangan, perjuangan bersenjata
melawan tirani, berkelahi melawan para pembawa misi ateisme dan para
penyelewangan.
m) Halq (bercukur) mengandung esensi optimis dengan menurunkan keburukan,
melepaskan selendang dosa, mengganti baju kemaksiatan, mencukur rambut masa
lalu dan kenangan-kenangan masa lalu dan sisa-sisa kelapaan diri.
n) Berkurban mengandung esensi Bergabung dengan Nabi Ibrahim Alaihis
Salam, menyembelih hewan-hewan yang bernilai sebagai pengorbanan seorang
ayah (Ibrahim Alaihis Salam) dan tebusan sang anak (Ismail Alaihis Salam),
penghormatan atas simbol-simbol ilahi, pesta untuk keluarga dekat, bersyukur atas
terhindarnya Nabi Ismail dari penyembelihan, hidangan istimewa atas kebahagiaan
al-Khalil (Nabi Ibrahim Alaihis Salam).
48
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Berdirinya Republika
Republika diterbitkan atas kehendak mewujudkan media massa yang mampu
membawa bangsa menjadi kritis dan berkualitas serta mampu memberikan informasi
yang dapat membuka mata khalayak, yakni bangsa yang mampu sederajat dengan
bangsa maju lainnya di dunia, memegang nilai-nilai spiritual sebagai perwujudan
Pancasila sebagai filsafat bangsa, serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD
1945.
Kehendak melahirkan masyarakat demikian searah dengan tujuan, cita-cita,
dan program Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang dibentuk pada 5
Desember 1990. Salah satu dari program ICMI yang disebarkan ke seluruh Indonesia,
antara lain, mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program peningkatan 5K, yaitu:
Kualitas iman, kualitas hidup, kualitas kerja, kualitas karya, dan kualitas pikir.1
Untuk mewujudkan tujuan, cita-cita, dan program ICMI di atas, beberapa
tokoh pemerintah dan masyarakat yang berdedikasi dan berkomitmen pada
pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia, yang beragama Islam, membentuk
yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992. Yayasan ini kemudian menyusun tiga
program utamanya: Pengembangan Islamic Center, Pengembangan CIDES (Center
for Information and Development Studies), Penerbitan Harian Republika.
1 Profil Perusahaan Republika.
49
Harian Republika berdiri di bawah Yayasan Abdi Bangsa yang dibentuk pada
17 Agustus 1992. Pendiri yayasan ini 48 orang, terdiri dari beberapa mantan menteri
negara, cendekiawan, tokoh masyarakat, serta pengusaha. Mereka antara lain Ir. Drs.
Ginanjar Kartasasmita. Haji Hamoko, Ibnu Sutowo, Muhammad Hasan, Ibu Tien
Soeharto, Probosutedjo, Ir. Aburizal Bakrie, dan lain-lain. Sedangkan Haji
Muhammad Soeharto, Presiden RI, berperan sebagai pelindung yayasan. Sementara,
Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, yang juga menjabat ketua umum ICMI, dipercaya sebagai
Ketua Badan Pembina Yayasan Abdi Bangsa.2
Untuk mewujudkan programnya, ICMI menerbitkan sebuah koran harian,
pada 28 November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan Perusahaan Terbatas (PT)
Abdi Bangsa. Melalui proses, yayasan kemudian memperoleh SIUPP (Surat Izin
Usaha Penerbitan Pers) dari Departemen Penerangan Indonesia, sebagai modal awal
penerbitan Harian Umum Republika. SIUPP itu bernomor
283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992 tertanggal 19 Desember 1992.3
PT Abdi Bangsa, penerbit Harian Republika, didirikan 28 November 1992 di
Jakarta. Perusahaan yang berada di bawah Yayasan Abdi Bangsa ini bergerak dalam
bidang usaha penerbitan dan percetakan pers. Pengelolaan perseroan dilakukan oleh
Direksi di bawah Dewan Komisaris yang anggotanya dipilih oleh rapat umum
pemegang saham. Direksi, dalam mengelola perseroan, dibantu oleh Pembina
2 Ibid. 3 Ibid.
50
Manajemen. PT Abdi Bangsa, dalam upayanya menggali dana untuk
mengembangkan usahanya, melakukan penjualan saham kepada masyarakat.
Penjualan saham PT Abdi Bangsa memang unik: satu lembar sahamnya hanya
boleh dimiliki oleh satu keluarga. Maka dalam menawarkan 2,9 juta lembar saham
pada masyarakat, berarti PT Abdi Bangsa dimiliki oleh 2,9 juta keluarga atas
pemegang saham.
Nama Republika sendiri berasal dari ide Presiden Soeharto yang
disampaikannya saat beberapa pengurus ICMI Pusat menghadap padanya untuk
menyampaikan rencana peluncuran harian umum tersebut. Sebelumnya, Koran ini
akan diberi nama Republik.
Republika adalah sebuah koran berskala nasional yang dilahirkan oleh
kalangan komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan
upaya panjang dari kalangan umat khususnya para wartawan muda yang profesional
guna menembus ketatnya perizinan penerbitan pada masa itu.4
Republika mulai terbit perdana pada tanggal 4 Januari 1993. Pada masa itu
izin untuk menerbitkan harian umum atau koran terbilang sangat sulit, hasil dari
ICMI se-Indonesia yang dapat menembus ketatnya pemerintahan untuk izin
penerbitan. Republika menjadi suatu berkah dengan dapat terwakilkannya aspirasi
umat Islam di dalam wacana nasional sehingga menumbuhkan pluralisme informasi
4 Ibid.
51
kepada masyarakat dan merupakan perusahaan media pertama yang menjadi
perusahaan publik.5
Republika juga menjadi media pertama yang melakukan Cetak Jarak Jauh
(CJJ) pada tanggal 17 Mei 1997, di Solo. Bidang teknologi Republika terbukti
menjadi media pertama di Indonesia yang mengembangkan media online
(www.republika.co.id) yakni pada 17 Agustus 1995.
B. Visi dan Misi Republika
Setiap harian umum memiliki visi dan misi yang berbeda-beda. Hal ini
tentunya memberikan pengaruh yang sangat kuat untuk kelanjutan harian umum itu
sendiri. Masyarakat akan lebih mengenal dan mengingat bila visi dan misi mereka
seragam. Masyarakat mencoba mencerna dan menelaah arti dari visi dan misi sebuah
harian umum.
Republika merupakan harian umum yang berkembang dengan cepat di
Indonesia. Dalam perubahan yang melanda hampir semua aspek kehidupan seperti
politik, ekonomi, sosial, dan budaya Republika dapat bertahan dan mengikuti arus.
Republika memilih berposisi untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia memasuki
masa dinamis, tanpa perlu kehilangan segenap kualitas yang telah dimilikinya.
Sejak berdiri, moto “mencerdaskan kehidupan bangsa” telah dipakai oleh
Republika. Republika menunjukan semangat mempersiapkan masyarakat memasuki
era baru. Keterbukaan dan perubahan telah dimulai dan terus dilaksanakan.
5 Ibid.
52
Visi Republika sendiri adalah menjadi perusahaan media cetak terpadu
berskala nasional serta dikelola secara profesional Islami, sehingga berpengaruh
dalam proses pencerdasan bangsa, pengembangan kebudayaan, serta peningkatan
keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan masyarakat Indonesia baru.6
Kemudian misi dari Republika yang pertama adalah pencerdasan bangsa
melalui pendalaman wawasan yang berbasis komunitas melalui pemberitaan yang
akurat, aktual, terpercaya, edukatif, serta membela keadilan dan kebenaran. Kedua,
meningkatkan dan menguatkan prestasi dan edukasi individu menjadi sebuah tim
sebagai kunci untuk perkembangan perusahaan dan peningkatan kesejahteraan.7
Republika sangat mendukung penduduk negeri ini yang mendambakan
keadilan dan kebaikan. Berusaha menjadi penopang masyarakat agar langkah itu
bermanfaat bagi kesejahteraan bersama.
C. Pemberitaan Haji di Republika
Pemberitaan haji di Republika telah menjadi hal yang rutin tiap tahunnya.
Kegiatan para jamaah, kendala yang melanda, serta jadwal-jadwal penting terkait
pelaksanaan haji menjadi bahasan yang kerap diinfokan Republika pada rubrik
khusus haji, yaitu “Jurnal Haji”. Dalam rubrik tersebut, tiap tahunnya, terdapat
liputan tentang permasalahan yang menyangkut penyelenggaraan haji. Permasalahan
6 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical
Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik, (Jakarta: Granit, 2004), h. 122. 7 Hamad, Op. Cit., Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical
Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik, h. 122.
53
konsumsi haji merupakan salah satu yang selalu menjadi sorotan. Setidaknya hal
tersebut telah termuat di Republika tiga tahun berturut-turut.
Pada tahun 2009 terdapat berita Republika dengan judul “DPR Harapkan
Perbaikan Layanan Haji”. Berita tersebut menjelaskan tentang berbagai persoalan
yang dihadapi Kemenag pada penyelenggaraan haji tahun 2009. Permasalahan yang
kerap muncul pada kepengurusan transportasi, katering, serta pemondokan jamaah
haji diharapkan Ketua DPR RI, Marzuki Alie, agar dapat diperbaiki. Perihal
profesionalitas juga perlu dibenahi oleh Kemenag. Salah satunya penempatan aparat
yang telah teruji dengan sebaik-baiknya.
Sementara pada tahun 2010 Republika menampilkan berita “Dua Perusahaan
Katering Diancam Putus Kontrak”. Berita ini menjelaskan tentang dua perusahaan
katering yaitu, Haedari dan Fatani, yang tidak professional dalam menjalankan
tugasnya dalam memberikan pasokan konsumsi kepada jamaah haji. Katering
Haedari terlambat dalam mendatangkan makanan bagi para jamaah haji. Hal ini
membuat para jamaah sempat kelaparan dan gusar. Sementara itu, katering Fatani
menyajikan makanan yang sudah basi kepada para jamaah. Hal ini membuat beberapa
jamaah mengalami diare. Kepala Pusat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Wan
Alkadri, langsung menyidak dan menindak lanjuti kedua kasus tersebut. Setelah
peristiwa tersebut pemeriksaan makanan diperketat.
Lalu pada tahun 2011 kasus serupa muncul kembali. Republika menuliskan
berita “DPR Protes Makan Prasmanan”. Berita ini meliput tentang keputusan
Kemenag yang mengganti sistem pemberian makanan yang semula dengan
54
pembagian boks, menjadi sistem prasmanan. DPR memprotes kebijakan tersebut
karena Kemenag dianggap tak menghargai hasil rapat resmi yang telah dilakukan
bersama. Penggunaan boks diharapkan memangkas waktu tunggu jamaah saat antre.
Menurut DPR, Apabila ingin mengganti sistem evaluasi bersama merupakan jalan
yang terbaik. Terjadinya perubahan sistem pemberian makanan ini dikarenakan pihak
katering yang merasa keberatan dalam menyajikan makanan dalam bentuk boks.
Pengemasan dan penyimpanan makanan yang dibatasi 12 meter persegi untuk proses
memasak oleh pemerintah Arab Saudi menjadi faktor utama. Dengan sistem boks
sudah barang pasti akan menyita ruang.
Penerapan sistem katering merupakan salah satu cara untuk mempermudah
pemberian pelayanan konsumsi kepada jamaah haji dalam jumlah besar pada waktu
tertentu dengan pesanan menu tersendiri. Dengan sistem katering ini memungkinkan
dilakukannya pelayanan konsumsi kepada jamaah pada waktu tertentu, yaitu ketika
dalam perjalanan, saat berada di kota-kota perhajian, dan saat berada di Armina, pada
saat jamaah sedang berada dalam suasana penuh konsentrasi dalam beribadah selama
berada di Arab Saudi. Penerapan sistem katering ini pada dasarnya bersifat
pendukung pelayanan konsumsi tambahan jamaah pada waktu tertentu, karena
sebagian besar bekal hidup telah diberikan langsung kepada setiap jamaah saat akan
berangkat di masing-masing embarkasi dalam bentuk living cost sebesar Rls. 1.500.
Kegiatan operasional pelayanan konsumsi melalui sistem katering ini dilakukan
dalam beberapa tahap, yaitu penetapan standarisasi menu konsumsi, penganggaran
55
setiap porsi, pemilihan rekanan pelaksana katering, dan pendistribusian kepada
jamaah haji serta pengawasan dan evaluasi pelaksanaannya.8
Pelayanan konsumsi bagi jamaah haji dengan sistem katering ini menjadi
tanggung jawab pemerintah. Namun dalam pelaksanaanya harus melibatkan pihak
swasta, yaitu perusahaan katering, setelah melalui proses tender terbuka. Selanjutnya
perusahaan yang mendapatkan Surat Perintah Kerja (SPK) berarti telah mendapatkan
mandat dari pemerintah Indonesia sesuai aturan yang berlaku. Proses penunjukkan
perusahaan katering sendiri pada dasarnya sama dan serupa dengan proses kontrak
kerja pada beberapa kegiatan lainnya, seperti pelaksanaan kontrak penerbangan,
angkutan jamaah, pengadaan dokumen, pencetakan dan lain sebagainya. Pelaku
utama setiap kegiatan setiap kegiatan dalam bentuk pengadaan barang/jasa (serupa
dengan realisasi pelaksanaan APBN) selama kegiatan penyelenggaraan kegiatan haji
adalah pihak swasta setelah melalui proses pelelangan/tender sebagaimana diatur
dalam Keppres yang berlaku untuk itu.9
Penyelenggaraan ibadah haji telah melalui sejarah yang panjang. Banyak
orang yang berkepentingan terhadap kegiatan keagamaan tersebut, baik yang ingin
membantu demi suksesnya ibadah haji karena rasa tanggungjawab yang tinggi
maupun orang yang sekadar berbisnis demi keuntungan materi. Untuk itu, sejumlah
aturan oleh pemerintah, tepatnya Depag, mutlak diperlakukan. Dan, memang tahun
demi tahun berbagai persoalan selalu muncul, segala kekurangan dan kelemahan
8 Muhammad Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta: FDK Press, 2008), h. 125. 9 Ibid., h. 126.
56
semakin tampak. Oleh karena itu perbaikan dan penyempurnaan pun selalu
dilakukan. Berbagi kreasi dan inovasi terus diciptakan demi peningkatan kualitas
pelayanan. Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan sejak perencanaan hingga
pelaksanaan. Berbagai aspek pokok dikaji dan diperbaiki dan semua komponen terus
dibenahi. Perubahan dan penggunaan alat-alat modern pun dilakukan sesuai
perkembangan ilmu dan teknologi. Setelah itu dilakukan evaluasi untuk menemukan
lagi berbagai kelemahan dan kekurangan yang akan menjadi titik tolak perencanaan
dan kegiatan operasional ke depan.10
10
Ibid., h. 128.
57
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Analisis Pemberitaan Republika Tentang Makanan Calon Haji Berformalin dari
Segi Teks
Bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi sangat berperan penting dalam
proses penyampaian informasi. Dalam proses komunikasi, bahasa menentukan
berhasil atau tidaknya suatu proses penyampaian pesan. Selain itu, dewasa ini
penggunaan bahasa memiliki andil yang besar dalam berbagai proses
keberlangsungan sebuah negara. Begitu pula dalam media massa, seperti media cetak,
penggunaan bahasa dengan susunan kalimat dan pemakaian kata-kata yang tepat
dapat berpengaruh langsung terhadap pemahaman pembaca pada informasi yang
diterima.
Permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan konsumsi para calon haji
(calhaj) telah tersiar di beberapa media massa, terutama dalam Republika.
Penggambaran peristiwa ini ditunjukkan dengan bahasa-bahasa media yang
mengkonstruksi realita tersebut. Realita tersebut menjadi agenda penting bagi
khalayak. Sehingga, Republika sebagai media massa yang memiliki tanggung jawab
moril terhadap keberlangsungan negara, meliputnya secara mendalam.
Untuk selanjutnya, peneliti akan menganalisa berita dari segi teksnya.
1. Tematik
Secara harfiah tema berarti gambaran dari suatu teks, gagasan inti, ringkasan,
atau yang utama dari suatu teks. Tema berita ini adalah ditemukannya kandungan
58
formalin pada makanan para calon haji dalam pelaksanaan haji tahun 2012 yang
disebabkan tidak terdeteksinya bahan makanan oleh pihak katering.
Republika pada 25 September 2012 memuat berita tentang persoalan haji,
dengan judul “Makanan Calhaj Berformalin”. Untuk memperjelas tema dari berita
ini, peneliti akan membagi tema per paragraf dengan cara menentukan
makroproposisi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan makrostruktur tingkat pertama
(M1).1
Gambar 4.1
Teks Berita “Makanan Calhaj Berformalin”
Berikut ini tema per paragraf dalam berita, sesuai gambar di atas:
1 M1: Pembagian tema per paragraf. Penjelasan tema per paragraf diberikan penomoran
sesuai urutan paragraf, seperti 1, 2, 3, 4 dst.
59
M1. 1. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Soekarno-Hatta mendapati satu
bahan makanan untuk jamaah calon haji yang mengandung formalin di
Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.
2. Djauzi, Koordinator Pelaksana Harian KKP Kelas I Soekarno-Hatta di
Asrama Haji Pondok Gede, mengatakan, bahwa makanan yang mengandung
formalin tersebut adalah tahu goreng.
3. KKP, Senin (24/9/2012) pagi, mendapati tahu goreng positif mengandung
formalin setelah memeriksa enam sampel makanan yang terdiri dari kue
bolu, tahu goreng, kangkung, ayam, ikan tenggiri, dan bayam.
4. Menurut Djauzi, tugas KKP dalam menjaga kesehatan para jamaah dan
makanannya harus dilakukan secara ketat.
5. Fauziah Hayati, Staf Pengendalian Risiko Lingkungan KKP Kelas I
Soekarno-Hatta, mengatakan, pihaknya langsung memberi tahu temuan ini
kepada petugas dapur di Asrama Haji Pondok Gede.
6. Menurut Fauziah, KKP harus bergerak cepat meneliti bahan makanan dan
menyampaikan hasilnya kepada pihak terkait.
7. Menurut Fauziah, hendaknya seluruh makanan yang akan disajikan kepada
jamaah diperiksa sampel satu per satu setiap hari.
8. Menurut Fauziah, sedikit apa pun zat berbahaya yang terkandung di bahan
makanan sama sekali tidak boleh dikonsumsi.
60
9. Idham Khalid Baedowi, Kepala Bidang Akomodasi Panitia Penyelenggaraan
Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta Asrama Haji Pondok Gede, segera
menindaklanjuti temuan KKP agar tidak terulang.
10. Menurut Idham, pengelola asrama haji akan menegur pihak katering agar
tidak terulang.
11. Menurut Idham, makanan yang mengandung zat berbahaya tersebut tidak
terdeteksi pihak katering.
Pada berita yang telah dibagi menjadi makrostruktur, peneliti menemukan
bahwa setiap paragraf mengandung inti dari berita. Setiap paragraf memberikan
ringkasan kejadian. Namun, makrostruksur tingkat pertama ini tidak dapat mencapai
topik utama bahkan cenderung memiliki inti topik yang sama di beberapa paragraf.
Ini memungkinkan peneliti untuk mereduksi beberapa paragraf ke bagian yang lebih
ringkas. Kedua, headline yang tertera hanya menjelaskan beberapa bagian teks berita.
Berita tersebut menjelaskan tentang KKP Kelas I Soekarno-Hatta yang menemukan
bahan makanan berformalin berupa tahu goreng di Asrama Haji Pondok Gede,
Jakarta, pada Senin (24/9/2012). Kasus tersebut terungkap saat KKP Kelas I
Soekarno-Hatta melakukan uji sampel pada enam bahan makanan.
Informasi yang telah disederhanakan pada tiap paragraf sebagai berikut: (1)
Kasus ditemukannya formalin pada makanan calhaj oleh KKP; (2) bahan makanan
yang mengandung formalin; (3) waktu dan bagaimana proses penemuan makanan
berformalin tersebut; (4) tanggapan KKP; (5) proses penginformasian hasil temuan;
(6) masih proses penginformasian hasil temuan; (7) opini agar melakukan
61
pemeriksaan rutin; (8) pengetatan pemeriksaan makanan; (9) prosedur lanjutan atas
penemuan makanan berformalin; (10) pihak yang bersalah; (11) penyebab kejadian
makanan berformalin. Makroreduksi mengutamakan hal detil mengenai waktu,
tempat, prosedur suatu kejadian, latar belakang yang menyimpang, jumlah yang tepat,
properti seseorang dan objek yang disebutkan. Ini berarti pengeliminasian merupakan
aturan yang paling substansial pada makroreduksi.
Kemudian peneliti mencoba mereduksi makrostruktur tingkat pertama
tersebut:
M2. 1. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Soekarno-Hatta, Senin
(24/9/2012) pagi, mendapati tahu goreng di Asrama Haji Pondok Gede,
Jakarta, positif mengandung formalin.
2. KKP harus bergerak cepat meneliti bahan makanan dan melaporkannya
kepada pihak terkait.
3. KKP hendaknya memeriksa sampel makanan satu per satu setiap hari, karena
sedikit apa pun zat berbahaya yang terkandung sama sekali tidak boleh
dikonsumsi.
4. Kejadian ini disebabkan tidak terdeteksinya zat berbahaya oleh pihak
katering yang akan segera mendapatkan teguran.
Pada tingkatan ini, peneliti telah mereduksi melalui batasan-batasan paragraf.
Paragraf pertama dapat diasumsikan sebagai paragraf utama yang menyebabkan
pengurangan informasi di beberapa paragraf berikutnya. Identifikasi individu menjadi
kurang penting karena yang ditekankan di sini adalah peran mereka. Konteks
62
peristiwa (hasil pengambilan sampling, dll.) menjadi tidak berhubungan dan yang
lebih penting di sini adalah pesannya. Maka dari itu paragraf empat dari berita
tersebut dapat dihilangkan karena paragraf ini hanya memberikan informasi yang
sudah diketahui para pembaca umumnya.
Pereduksian selanjutnya pada tingkat M2 akan menghasilkan tingkat M3 yang
tertinggi. M3 merupakan rangkuman teoritis terpendek dari pokok berita.
M3. 1. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Soekarno-Hatta menemukan
tahu goreng berformalin yang disebabkan tidak terdeteksinya bahan
makanan oleh pihak katering.
Pada tingkat ini, peneliti hanya menggunakan aktor utama dalam berita, isu
terkait (penemuan makanan berformalin), dan penyebab utama (tidak terdeteksinya
bahan makanan oleh pihak katering). Pereduksian ini mungkin dilakukan karena
penulis mengetahui kondisi pengelolaan konsumsi calhaj. Selain itu prosedur yang
dilakukan KKP pada saat musim haji. Hal-hal tersebut telah dijelaskan sebelumnya
pada paragraf-paragraf yang telah dihilangkan.
2. Segi Skematik
Judul berita ini adalah “Makanan Calhaj Berformalin”. Berita ini didahului
oleh pernyataan bahwa telah ditemukan kandungan formalin pada salah satu jenis
makanan yang akan disajikan untuk para calhaj di Asrama Haji Pondok Gede,
Jakarta.
63
Gambar 4.2 Teks Berita “Makanan Calhaj Berformalin”
Pada bagian awal, berita ini berisi tentang penemuan racun formalin oleh
pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Soekarno-Hatta (baris satu -
tujuh), yang terkandung dalam tahu goreng yang akan disajikan untuk para calhaj
(baris 11 - 12). Hal ini membuat pihak KKP melakukan pengetatan dalam mengawasi
konsumsi calhaj (baris 35 - 39). Selain itu pada bagian ini juga dijelaskan bahwa
pengelola asrama haji telah diberikan pemberitahuan (baris 41 - 47).
Untuk menggambarkan peristiwa tersebut, dijelaskan mengenai pemeriksaan
makanan yang dilakukan KKP. Dijelaskan pada bagian ini, pemeriksaan yang
dilakukan KKP terhadap enam sampel bahan makanan yang disajikan untuk calhaj
(baris 23 - 34). Selain itu, dibagian ini juga digambarkan koordinasi yang dilakukan
oleh KKP dengan pihak pengelola asrama haji (baris 50 - 59). Prosedur KKP dalam
menjaga konsumsi calhaj juga menjadi peliputan pada bagian ini (baris 62 - 80).
64
Bagian selanjutnya dijelaskan teguran akan dilakukan kepada pihak katering
agar kejadian serupa tidak terulang (baris 93 - 96). Peristiwa makanan calhaj
berformalin ini merupakan kelalaian pihak katering dalam mendeteksi bahan
makanan (baris 104 - 107).
Inti dari berita ini terletak di awal berita, terdapat pada kalimat:
“Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Soekarno Hatta mendapati satu bahan makanan untuk jamaah calon haji yang mengandung formalin di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta. Pengelola asrama haji pun segera diberi tahu dan diminta mengganti jenis makanan itu…” Bagian ini menyampaikan pokok utama dari berita tersebut. Yaitu penemuan
formalin pada makanan calhaj oleh KKP Kelas I Soekarno Hatta. Makanan
berformalin itu terdapat pada hidangan yang akan disajikan kepada para calhaj di
Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.
Berita ini ditutup dengan komentar dari Kepala Bidang Akomodasi Panitia
Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta Asrama Haji Pondok Gede,
Idham Khalid Baedowi. Idham meminta agar masyarakat tidak salah paham terhadap
Kementerian Agama yang selama ini dianggap menjadi pihak yang bertanggung
jawab atas permasalahan konsumsi haji (baris 111 - 114).
3. Segi Semantik
Makna yang dimaksud dalam berita ini adalah kondisi pengelolaan konsumsi
calhaj yang mencemaskan saat pelaksanaan haji tahun 2012. Permasalahan pada
bidang konsumsi ini disebabkan oleh lalainya pihak katering dalam menerima
65
pasokan pangan. Tidak terdeteksinya pasokan tahu goreng berformalin oleh pihak
katering menjadi faktor yang menyebabkan persoalan ini.
a) Latar
Latar dalam pemberitaan “Makanan Calhaj Berformalin” ini muncul
pada baris pertama dalam paragraf pertama, isinya menceritakan latar
belakang Asrama Haji Pondok Gede sebagai tempat ditemukannya makanan
berformalin.
“Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Soekarno Hatta mendapati satu bahan makanan untuk jamaah calon haji yang mengandung formalin di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta...”
Pada bagian ini, latar yang ingin ditampilkan wartawan pada
pemberitaan ini adalah mengajak pembaca terlebih dahulu mengenal Asrama
Haji Pondok Gede tempat bermukim sementara para calhaj sebelum berangkat
ke Arab Saudi.
b) Detail
Detail yang hendak disampaikan pewarta dalam pemberitaan “Makanan
Calhaj Berformalin” ini adalah ketika wartawan memaparkan bagaimana
proses penemuan makanan yang mengandung formalin. Hal ini dapat dilihat
pada baris 26 - 31:
“Keenam bahan makanan tersebut ialah kue bolu, tahu goreng, kangkung, ayam, ikan tenggiri, dan bayam. Dari keenamnya, tahu gorenglah yang positif mengandung zat pengawet tersebut…”
Pada bagian tersebut wartawan menguraikan pernyataan secara panjang
dan lebar. Tidak diketahui secara jelas makna apa yang hendak disampaikan
66
kepada pembaca jika tidak membacanya secara keseluruhan. Tetapi, jika
dibaca secara utuh, maksudnya dapat diketahui untuk menjelaskan proses
penemuan makanan berformalin, yaitu tahu goreng.
c) Maksud
Elemen maksud yang terkandung dalam penulisan pemberitaan ini ada
pada teks yang memaparkan dampak dari penemuan makanan calhaj
berformalin. Hal ini dapat dilihat pada baris 35 - 40:
“Djauzi menjelaskan, pelaksanaan tugas yang diemban KKP untuk bidang kesehatan para jamaah dan makanannya harus dilakukan secara ketat. Langkah ini demi menjaga kesehatan jamaah…”
Dalam teks tersebut, wartawan menggambarkan secara jelas bahwa
penemuan makanan calhaj berformalin telah membuat diperketatnya
pemeriksaan kesehatan terhadap para jamaah dan makanannya.
d) Praanggapan
Bagian praanggapan yang ada dalam teks berita tersebut terdapat pada
bagian berita yang memaparkan “...seluruh makanan yang hendak disajikan
kepada jemaah diperiksa sampel satu per satu setiap hari. Sampel makanan
itu kemudian disimpan di lemari pendingin untuk menjaga keawetannya. Jika
jamaah sudah sampai di Tanah Suci dan tidak ada keluhan tertentu maka
sampel akan dimusnahkan....”. Informasi ini dapat dilihat pada baris 62 - 71.
Bagian praanggapan di dalam teks dibuat oleh sang penulis untuk
mendukung pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu
67
dipertanyakan. Artinya bahwa, KKP senantiasa melakukan prosedur
pemeriksaan makanan sedemikian rupa. Pernyataan tersebut merupakan fakta
yang belum terbukti kebenaran seluruhnya tetapi memang dipercayai oleh
semua orang.
4. Segi Sintaksis
Koherensi antar kata atau kalimat yang digunakan cukup baik. Koherensi-
koherensi yang digunakan baik antar kata, kalimat, maupun paragraf menunjukkan
hubungan yang saling terkait satu sama lainnya. Penggunaannya dalam berita ini
menunjukkan makna yang berbeda seperti pertentangan, pengingkaran, dan lain-lain.
a) Koherensi
Bentuk koherensi yang terkandung dalam berita ini yakni :
1) Pada baris 50 – 57: “Menurut Fauziah, KKP mesti bergerak cepat
meneliti bahan makanan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak
terkait lainnya agar bahan makanan yang mengandung zat
berbahaya itu tidak terlanjur dihidangkan kepada jamaah…”.
Kalimat diatas menggunakan kata hubung yang menyatakan tujuan
yaitu “agar”. Proposisi “KKP mesti bergerak cepat meneliti bahan
makanan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak terkait lainnya”
dan “bahan makanan yang mengandung zat berbahaya itu tidak
terlanjur dihidangkan kepada jamaah” adalah dua hal yang berlainan.
68
Tetapi, dengan menggunakan kata hubung “agar” dua hal tersebut
menjadi tampak koheren.
2) Setelah pernyataan diatas, pada baris 57 - 59 terdapat kalimat yang
menunjukan pertalian yang baik dari kalimat sebelumnya. “Dengan
begitu, pengelola asrama haji juga bisa mengganti makanan itu…”.
b) Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat di dalam berita ini bervariasi. Namun dalam analisis ini,
penggunaan kalimat aktif dan pasif bertujuan menggiring pembaca. Beberapa
bentuk kalimat dalam berita ini:
1) Pada baris 93 – 96: “Pengelola asrama haji, kata Idham, akan
menegur pihak penyedia makanan atau jasa katering agar ini tidak
terulang…”. Bentuk kalimat aktif ini untuk menunjukkan subjek
secara eksplisit. Pembentukan kalimat ini memberikan kesan
tersendiri terhadap hal yang ditonjolkan dan difokuskan.
2) Pada baris 108 – 110: “Teguran itu perlu diberikan agar masyarakat
tidak salah paham terhadap Kementerian Agama...”. Bentuk kalimat
pasif ini menunjukkan subjek secara implisit. Pokok kalimat yang
dihadirkan di awal kalimat memberikan tempat tersembunyi bagi
subjek.
69
5. Segi Stilistik
Pilihan kata yang digunakan pada mayoritas kalimat dalam bagian berita ini
adalah kata-kata denotatif, yakni kata-kata yang mudah dimengerti. Namun demikian,
ada beberapa kata yang tidak mudah dimengerti.
a) Leksikon
Pemilihan kata dalam berita “Makanan Calhaj Berformalin” ini dapat
dilihat sebagai berikut:
1) Pada baris 33 terdapat kata “negatif” berkalimat: “Selebihnya, lima
bahan makanan lain aman atau negatif dari unsur zat berbahaya apa
pun...”.
2) Pada baris 36 dan 39 terdapat kata “diemban” dan “ketat” berkalimat:
“Djauzi menjelaskan, pelaksanaan tugas yang diemban KKP untuk
bidang kesehatan para jamaah dan makanannya harus dilakukan
secara ketat…”.
3) Pada baris 55 terdapat kata “zat berbahaya” berkalimat: “Menurut
Fauziah, KKP mesti bergerak cepat meneliti bahan makanan dan
menyampaikan hasilnya kepada pihak terkait lainnya agar bahan
makanan yang mengandung zat berbahaya itu tidak terlanjur
dihidangkan kepada jamaah…”.
4) Pada baris 71 terdapat kata “dimusnahkan” berkalimat: “Jika jamaah
sudah sampai di Tanah Suci dan tidak ada keluhan tertentu maka
sampel akan dimusnahkan…”.
70
6. Segi Retoris
Dalam segi retoris penulis dapat mengamati sesuatu yang ditonjolkan dan
dianggap penting. Indikator grafis yang ditonjolkan dapat terlihat dalam berita ini.
a) Grafis
Unsur grafis yang muncul dalam berita Republika ini terdapat pada teks.
Tepatnya penulis dapat melihat langsung kepada bagian teaser berita:
Gambar 4.3 Teaser Berita “Makanan Calhaj Berformalin”
Dalam potongan gambar yang menunjukkan berita di atas, dapat terlihat
pada bagian teaser (dalam kotak) “Pengelola asrama haji akan menegur
pihak penyedia makanan” telah ditebalkan. Hal ini menunjukkan penekanan
dan penonjolan tertentu.
71
Tabel 4.1 Analisis Teks Berita “Makanan Calhaj Berformalin”
Struktur Wacana Elemen Keterangan Struktur Makro Tematik Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I
Soekarno-Hatta menemukan tahu goreng berformalin yang disebabkan tidak terdeteksinya bahan makanan oleh pihak katering.
Supersruktur Skematik • Diawali dengan pernyataan bahwa telah ditemukan kandungan formalin pada salah satu jenis makanan yang akan disajikan untuk para calhaj di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.
• Selanjutnya berita ini menjelaskan mengenai pemeriksaan makanan yang dilakukan KKP. Dijelaskan pada bagian ini, pemeriksaan yang dilakukan KKP terhadap enam sampel bahan makanan yang disajikan untuk calhaj. Selain itu, dibagian ini juga digambarkan koordinasi yang dilakukan oleh KKP dengan pihak pengelola asrama haji. Prosedur KKP dalam menjaga konsumsi calhaj juga menjadi peliputan pada bagian ini.
• Berita ini ditutup dengan komentar dari Kepala Bidang Akomodasi Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta Asrama Haji Pondok Gede, Idham Khalid Baedowi. Idham meminta agar masyarakat tidak salah paham terhadap Kementerian Agama yang selama ini dianggap menjadi pihak yang bertanggung jawab atas permasalahan konsumsi haji.
Struktur Mikro Latar Muncul pada baris pertama dalam paragraf pertama, isinya menceritakan latar belakang Asrama Haji Pondok Gede sebagai tempat ditemukannya makanan berformalin.
“Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Soekarno Hatta mendapati satu bahan makanan untuk jamaah calon haji yang mengandung formalin di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta...”
72
Detail Detail yang hendak disampaikan penulis dalam pemberitaan “Makanan Calhaj Berformalin” ini adalah ketika wartawan memaparkan bagaimana proses penemuan makanan yang mengandung formalin. Hal ini dapat dilihat pada baris 26 - 31:
“Keenam bahan makanan tersebut ialah kue bolu, tahu goreng, kangkung, ayam, ikan tenggiri, dan bayam. Dari keenamnya, tahu gorenglah yang positif mengandung zat pengawet tersebut…”
Maksud Elemen maksud yang terkandung dalam penulisan pemberitaan ini ada pada teks yang memaparkan dampak dari penemuan makanan calhaj berformalin. Hal ini dapat dilihat pada baris 35 - 40:
“Djauzi menjelaskan, pelaksanaan tugas yang diemban KKP untuk bidang kesehatan para jamaah dan makanannya harus dilakukan secara ketat. Langkah ini demi menjaga kesehatan jamaah…”
Praanggapan Bagian praanggapan yang ada dalam teks berita tersebut terdapat pada bagian berita yang memaparkan “...seluruh makanan yang hendak disajikan kepada jemaah diperiksa sampel satu per satu setiap hari. Sampel makanan itu kemudian disimpan di lemari pendingin untuk menjaga keawetannya. Jika jamaah sudah sampai di Tanah Suci dan tidak ada keluhan tertentu maka sampel akan dimusnahkan....”. Informasi ini dapat dilihat pada baris 62 - 71.
Koherensi • Pada baris 50 – 57: “Menurut Fauziah, KKP mesti bergerak cepat meneliti bahan makanan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak terkait lainnya agar bahan makanan yang mengandung zat berbahaya itu tidak terlanjur dihidangkan kepada jamaah…”.
• Pada baris 57 - 59 terdapat kalimat yang menunjukan pertalian yang baik dari kalimat sebelumnya. “Dengan begitu, pengelola asrama haji juga bisa mengganti makanan itu…”.
73
Bentuk Kalimat
• Pada baris 93 – 96: “Pengelola asrama haji, kata Idham, akan menegur pihak penyedia makanan atau jasa katering agar ini tidak terulang…”. Bentuk kalimat aktif ini untuk menunjukkan subjek secara eksplisit. Pembentukan kalimat ini memberikan kesan tersendiri terhadap hal yang ditonjolkan dan difokuskan.
• Pada baris 108 – 110: “Teguran itu perlu diberikan agar masyarakat tidak salah paham terhadap Kementrian Agama...”. Bentuk kalimat pasif ini menunjukkan subjek secara implisit. Pokok kalimat yang dihadirkan di awal kalimat memberikan tempat tersembunyi bagi subjek.
Leksikon • Kata “negatif” pada baris 33. • Kata “diemban” pada baris 36. • Kata “ketat” pada baris 39. • Kata “zat berbahaya” pada baris 55. • Kata “dimusnahkan” pada baris 71.
Grafis Dalam potongan gambar yang menunjukkan teaser berita, dapat terlihat kalimat “Pengelola asrama haji akan menegur pihak penyedia makanan” yang ditebalkan. Hal ini menunjukkan penekanan dan penonjolan tertentu.
B. Analisis Pemberitaan Republika Tentang Makanan Calon Haji Berformalin dari
Segi Kognisi Sosial
Selain menganalisa teks, dalam analisis wacana juga penting untuk
mengamati kognisi sosial teks yakni bagaimana suatu teks itu bisa diproduksi.
Karena anggapan seseorang mengenai teks bahwa teks itu memiliki makna itu tidak
sepenuhnya benar. Suatu teks itu bisa bermakna karena diberikan oleh si pemakai
74
bahasa (penulis). Dan makna inilah yang dikonstruksi oleh penulis. Selain makna
dalam teks juga mengandung pendapat dan ideologi penulis tersebut.
Dalam pandangan van Dijk, kognisi sosial terutama dihubungkan dengan
proses produksi berita. Titik kunci dalam memahami produksi berita adalah dengan
meneliti proses terbentuknya teks. Proses terbentuknya teks ini tidak hanya bermakna
bagaimana suatu teks itu dibentuk, proses ini juga memasukan informasi bagaimana
peristiwa itu ditafsirkan, disimpulkan, dan dimaknai oleh wartawan. Untuk
membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, dibutuhkan penelitian kognitif
dan strategi si penulis dalam memproduksi suatu berita. Karena setiap teks pada
dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan
tertentu atas suatu peristiwa. Sama halnya dengan teks dalam berita “Makanan Calhaj
Berformalin,” teks ini tidak terlepas dari proses produksi berita yang tentu melibatkan
kesadaran mental dari sang penulis berita.
Bila kita melihat terlebih dahulu Republika sebagai Koran Islam, media ini
tergolong liberal. Republilka banyak menyajikan Islam sebagai agama yang dapat
memberi inspirasi terhadap kesadaran sosial selaras dengan aspirasi kontemporer
seperti keterbukaan, pluralisme, kecanggihan dunia informasi.2 Hal ini sudah pasti
akan mempengaruhi kognisi para wartawannya. Sehingga dalam setiap penulisan
berita terjadi pengkontruksian dari dalam media.
2 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical
Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik, (Jakarta: Granit, 2004), h. 122.
75
Secara umum, surat kabar ini sekuler dalam memilih liputan peristiwa dan
masalah yang diangkat. Sekalipun demikian, harian ini secara ideologis
menginformasikan nilai-nilai Islami. Selain itu, diawal pendirian Republika sejumlah
orang kuat Orde Baru pun tergabung di dalamnya.3 Dengan demikian kedekatan
dengan pemerintah memberikan warna tersendiri terhadap latar belakang para
wartawan Republika.
Wacana tentang permasalahan konsumsi haji yang diangkat Republika ini
sebenarnya sudah tiap tahun menjadi langganan peliputan. Namun, berita ini kembali
muncul di tahun 2012 karena penemuan formalin pada makanan calhaj. Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Soekarno-Hatta menemukan makanan
berformalin pada makanan yang hendak disajikan kepada para calhaj di Asrama Haji
Pondok Gede, Jakarta. Peristiwa penemuan makanan berformalin ini terjadi setelah
KKP melakukan pemeriksaan terhadap enam sampel bahan makanan. Enam sampel
bahan makanan itu adalah kue bolu, tahu goreng, kangkung, ayam, ikan tenggiri, dan
bayam. Tahu goreng didapati mengandung formalin, sementara kelima bahan lainnya
dinyatakan bebas formalin.
Dikutip dari wawancara peneliti dengan salah satu redaktur Republika,
Muhammad Nashih Nashrullah yang juga merupakan bagian dari tim Sidang
Redaksi, terkait dengan proses pengangkatan tema dan proses produksi berita
“Makanan Calhaj Berformalin”. Republika dalam proses pengangkatan sebuah berita
3 David Hill, Pers di Masa Orde Baru, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), h.
155-157.
76
memiliki kriteria sendiri, termasuk dalam mengangkat tema permasalahan konsumsi
haji. Proses penentuan tema berita tersebut dihasilkan melalui rapat redaksi yang
dilakukan setiap pagi pada pukul 10 yang dihadiri Dewan Redaksi.
Nashih menuturkan bagaimana pertimbangan Republika dalam memilih dan
mengangkat tema tentang permasalahan konsumsi haji tersebut. Terkait alasan
pengangkatan tema permasalahan konsumsi haji ini, Nashih menjelaskan,
dikarenakan isu tersebut telah menyangkut pelayanan publik. Para jamaah yang
melakukan haji telah membayar langsung terkait konsumsi. Maka itu pelayanan
merupakan hal yang utama. Selain itu isu ini adalah yang selalu terjadi tiap tahunnya.
Hal tersebut lah yang melatar belakangi Republika dalam memuat berita “Makanan
Calhaj Berformalin”.
Nashih juga menerangkan alur penulisan berita di Republika.
“Kami bisa menggunakan top to down atau down to top. Kami biasa rapat redaksi dalam penentuan berita untuk sang reporter atau bisa juga menggunakan usulan reporter dalam sebuah pemberitaan.”
Republika memiliki Dewan Redaksi yang melakukan rapat dalam pengangkatan
sebuah berita. Setelah penggodokan selesai, penugasan kepada reporter diberikan
untuk pergi ke lapangan. Itulah yang dimaksud Nashih dengan alur top to down.
Sedangkan alur down to top dilakukan bila ada usulan dari reporter mengenai isu
tertentu. Lalu isu itu menjadi bahan pertimbangan Dewan Redaksi.
Setelah informasi terkumpul, dijadikan berita oleh reporter, dan disunting oleh
masing-masing redaktur, news room menjadi tempat penyerahan sekaligus
77
pengendalian alur berita tersebut. News room mempunyai peran penting dalam
mengatur isu yang hendak dikembangkan Republika.
Terkait penulisan berita “Makanan Calhaj Berformalin,” Nashih mengaku
Republika memiliki tenaga wartawan yang telah berpengalaman meliput isu haji.
Wartawan yang meliput isu ini telah mendiami post Kementerian Agama Republik
Indonesia bertahun-tahun. Wartawan tersebut telah sering meliput isu terkait dan
selalu melakukan penelusuran secara seksama. Maka dari itu penulisan berita
permasalahan konsumsi haji ini ditulis dengan komprehensif dan mendalam.
Muhammad Nashih Nashrullah merupakan salah satu redaktur Republika yang
mengikuti rapat redaksi Republika dalam pengangkatan isu permasalahan konsumsi
haji ini. Dia merupakan wartawan senior Republika yang telah memiliki pengalaman
berwarta cukup lama.
C. Analisis Pemberitaan Republika Tentang Makanan Calon Haji Berformalin dari
Segi Konteks Sosial
Dalam pandangan ini, Van Dijk menjelaskan bahwa wacana yang terdapat
dalam sebuah teks adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat.
Sehingga untuk meneliti teks tersebut, perlu mengetahui bagaimana wacana tersebut
diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Konteks sosial ini pula dihubungkan
dengan pengetahuan dan literatur yang berkembang pada khalayak atas suatu wacana.
Analisis sosial (konteks sosial) berkaitan dengan hal-hal yang mempengaruhi
pemakaian bahasa, dan terbentuknya sebuah wacana. Seperti latar, situasi, peristiwa,
dan kondisi sosial yang sedang terjadi saat itu.
78
Wacana yang diangkat di sini adalah konsumsi haji. Isu ini diliput oleh
Republika. Maka peneliti mengadakan penelusuran melalui media online, yaitu
internet, tentang pemberitaan konsumsi haji. Beberapa media online yang menaruh
perhatiannya pada konsumsi haji ini adalah Attabayyun dan Harian Andalas. Adapun
media mainstream seperti Tempo memberikan peliputan yang tidak secara substansial
membahas konsumsi calhaj, melainkan mengenai proses distribusinya.
Harian Andalas menuliskan berita yang menghimbau agar para jamaah haji
mengonsumsi makanan yang bergizi. Daging, air putih, dan buah-buahan menjadi
makanan terpenting bagi para jamaah. Selain media online, beberapa blog pribadi dan
forum juga memberikan perhatiannya terhadap konsumsi para jamaah haji. Seorang
netizen menuliskan beberapa saran untuk para jamaah haji yang berpenyakit dalam
berkonsumsi selama bepergian haji.
Bila melihat kembali bagaimana Republika berwacana tentang konsumsi haji,
peneliti juga perlu memandang penyelenggaraan haji di Indonesia. Sejak pertama kali
menyelenggarakan haji di tahun 1948, Indonesia telah mengalami pasang-surut
keberhasilan. Dengan transportasi laut di awal penyelenggaraanya, jamaah haji asal
Indonesia selalu meningkat secara signifikan tiap tahunnya. Terlebih transportasi
udara yang menunjang keberangkatan haji dari Indonesia mulai tahun 1952 telah
membuat minat haji melambung tinggi.
Di dekade ini, peminat haji pun terus memperlihatkan animonya dengan
jumlah kuota yang berkembang. Pada lima tahun belakangan ini, Indonesia telah
mencapai angka kuota haji yang terus bertambah. Terbukti pada tahun 2008 dan 2009
79
dengan kuota haji sebesar 207.000 bertambah menjadi 211.000 jamaah pada tahun
2010, bertambah 4000 orang. Pemerintah Arab Saudi pun tak henti memberikan
perhatiannya kepada Indonesia dengan kembali menambah kuota haji pada tahun
2011 dan 2012 sebanyak 10.000 jamaah, menjadi 221.000.
Namun, Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia kerap terhambat
permasalahan yang kian sama tiap tahunnya. Setidaknya terdapat tiga problem utama
dalam penyelenggaraan haji di Indonesia. Ketiga hal itu adalah transportasi,
pemondokan, dan konsumsi. Keterlambatan transportasi merupakan hal yang sering
dikeluhkan oleh para jamaah haji. Begitu pula ketidak teraturannya sistem
pemondokan di Arafah, selalu menjadi bahan protes jamaah. Selain itu kurang
nyamannya pelayanan katering haji juga menjadi hal yang populis untuk dikeluhkan.
Berbagai media di Indonesia tentu beramai-ramai mengemas persoalan ini
untuk konsumsi publik. Sudah menjadi tugas media untuk mengawasi pemerintah
yang dalam hal ini adalah penyelenggaraan haji Kemenag. Media-media itu
memberikan kabar langsung semenjak pra-keberangkatan sampai kabar dari Tanah
Suci. Republika merupakan salah satu media yang menaruh perhatiannya secara rutin
dalam penyelenggaraan haji ini. Tiap tahunnya Republika memberikan laporan
khusus untuk pelaksanaan haji.
Sebagai media Islami, Republika memang setia menemani pembacanya
dengan konten bernafasakan Islam. Sejak berdiri pada tahun 1993, Republika telah
memiliki ideologi kebangsaan, kerakyatan, dan keislaman. Ada pun misi dan visi
80
Republika mengedepankan pluralisme dan modernisme. Landasan inilah yang sehari-
hari disajikan dalam bentuk informasi.
Republika termasuk media yang liberal bila dilihat dari sajian hariannya.
Republika selalu menawarkan solusi akan permasalahan kontemporer lewat jalan
Islami. Maka dari itu Republika dipercaya sangat inspiratif bagi kalangan muslim.
Berbagai rubrik dan suplemen koram disajikan secara komprehensif melalui cara
berdakwah. Rubrik nasional, internasional, gaya hidup, hingga olahraga dihadirkan
dengan informasi yang bernilaikan Islam.
Maka dari itu pemberitaan haji tidak mungkin luput dari liputan Republika.
Tiap tahun Republika selalu menghadirkan rubrik mengenai pelaksanaan haji. “Jurnal
Haji” merupakan rubrik Republika yang khusus melaporkan suasana dan kondisi
ibadah haji. Rubrik ini muncul pada saat pra-keberangkatan haji, keberangkatan haji,
pelaksanaan haji, serta pemulangan jamaah haji. Secara mendalam dan informatif
Republika mewadahkan semua informasi berkaitan dengan ibadah tahunan ini.
Rubrik yang memiliki 3-5 halaman ini memberikan informasi penting kepada
para peserta haji bahkan keluarga yang berada di Tanah Air. Berita-berita terkini
sudah tentu termuat di dalamnya. Rubrik ini melaporkan berbagai berita dari dua
lokasi. Pertama, dari tempat pelaksanaan haji di Arab Saudi. Kedua dari Indonesia
tempat penyelenggara haji domestik, Kemenag, bermarkas. Berita-berita bergaya
features pun mewarnai rubrik ini demi memberikan kisah-kisah menarik di balik
proses ibadah haji. Soal cuaca, keberangkatan kloter haji, dan tulisan bergaya dakwah
81
tak luput dihadirkan Republika untuk memanjakan pembacanya yang mayoritas
Muslim.
Wacana yang dibangun oleh Republika telah mewarnai kehidupan bernegara
Indonesia, khususnya komunitas Muslim. Melalui berita-berita yang disuguhkan,
konstruksi wacana berkembang pada kognisi khalayak, memberikan bentuk penilaian
yang dipercaya oleh pembacanya. Dengan demikian isu-isu nasional selalu
dipengaruhi oleh aktivitas Republika dalam mendokumentasikan setiap peristiwa
dengan kesubjektifannya.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti yang telah dibahas oleh peneliti di bagian sebelumnya, Republika
merupakan media yang hadir di Indonesia berbasis nilai-nilai Islami. Kehadiran
Republika di tengah masyarakat Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kehadiran
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Maka dari itu ideologi ICMI sudah
barang tentu diadopsi Republika. Kebangsaan, Kerakyatan, dan Keislaman
merupakan ideologi Republika. Dengan mengolaborasikan nilai-nilai moderat dengan
nilai-nilai Islam, Republika terus berusaha membentuk civil society yang berjiwa
agamawi.
Pemberitaan yang berkaitan dengan umat Muslim selalu menjadi sorotan
Republika. Dengan setia segala urusan umat diawasi melalui pemberitaannya. Maka
dari itu urusan haji pun tidak luput dari pengawasan Republika. Sehingga kasus-kasus
penyimpangan pelayanan haji menjadi liputan substansial di saat musim haji. Untuk
menjaga keobjektifan Republika memang diperlukan penelitian komprehensif
mengenai pemberitaannya. Maka, penelitian ini dibuat semata-mata agar kredibilitas
Republika tetap terjaga dan selalu menjadi rujukan umat.
Setelah menganalisa data pada bab-bab sebelumnya dengan diperkuat oleh
wawancara langsung kepada salah satu redaktur dari Republika serta konteks sosial
masyarakat dari berbagai sumber, maka pada bab penutup ini peneliti mengambil
83
kesimpulan dari rumusan masalah yang dikemukakan pada bab pertama. Kesimpulan
analisis wacana dalam berita “Makanan Calhaj Berformalin” antara lain:
1. Struktur Teks
a) Teks ini mampu memaparkan dari segi semantik atau makna yang
ditekankan dengan baik, seperti pendeskripsian latar, detail, dan pra
anggapan secara keseluruhan teks.
b) Dalam pemilihan kata atau leksikon, penulis menggunakan kata-kata yang
menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Seperti penggunaan kata negatif,
diemban, ketat, zat berbahaya, dan dimusnahkan.
c) Dari keseluruhan struktur teks yang memberitakan mengenai penemuan
makanan berformalin oleh KKP, Struktur teks yang penulis bangun
menunjukkan bahwa Kemenag tidak seharusnya bertanggung jawab. Hal
ini ditunjukkan pada teks berita “Teguran itu perlu diberikan agar
masyarakat tidak salah paham terhadap Kementrian Agama. ‘Sebab, pada
umumnya orang mengetahui pihak yang bertanggung jawab adalah
Kemenag,’ ujarnya...”. Dapat dilihat terdapat penekanan dari skema dan
proporsi pemberitaan yang ditampilkan dalam teks tersebut.
2. Kognisi Sosial
Dilihat dari kognisi sosial, penulis atau redaksi menempatkan posisi
dirinya mendukung Kemenag untuk menggambarkan citra yang tidak ikut
84
bertanggung jawab. Hal itu terlihat dari gaya penulisan dan penekanan-
penekanan yang diberikan dalam teks berita.
3. Konteks Sosial
Pemberitaan mengenai konsumsi haji ini sudah sering muncul tiap tahun.
Mengingat hal ini menyangkut peribadatan umat yang masif, tentu
penyelenggaraan haji ini menjadi sorotan media lokal. Wacana yang berkembang
di masyarakat Indonesia mengenai konsumsi haji beragam. Hal itu dikarenakan
banyaknya oknum yang terlibat dalam persoalan ini, sehingga bentuk
pemberitaanya pun beragam dari segi sisinya. Selain itu permasalahan yang
kerap muncul ini membuat masyarakat Indonesia lebih mawas diri. Hal ini
ditunjukkan oleh beberapa literatur yang menuliskan tentang konsumsi sehat
untuk berhaji.
B. Saran
Setelah melihat berita yang dirilis Republika mengenai permasalahan
konsumsi haji ini, peneliti tidak membenarkan atas kelalaian pihak katering.
Pemberitaan mengenai ditemukkannya formalin pada makanan calhaj ini
bertujuan untuk mengedukasi masyarakat yang ingin berhaji agar lebih berhati-
hati dalam mengonsumsi makanan. Saran pun perlu diberikan oleh peneliti agar
seluruh elemen yang ada dapat terus membangun masyarakat dan wawasan ke
arah yang lebih baik.
85
1. Saran Bagi Akademisi/Mahasiswa
Peneliti berharap agar para akademisi maupun mahasiswa dapat turut
meneliti kasus serupa dengan berfokus pada produksi berita, tim redaksi, maupun
efek pembaca. Dengan demikian khazanah studi di Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Univeritas Islam Negeri Jakarta dapat lebih proporsional.
2. Saran Bagi Pengelola Media/Redaksi
Saran bagi redaksi Republika agar lebih komprehensif dalam menyusun
pemberitaan. Hendaknya pada kasus-kasus yang melibatkan institusi pemerintah,
narasumber dari pengawas pemerintah yang dalam hal ini DPR, diikut sertakan.
Selain itu, penekanan opini suatu pihak hendaknya ditiadakan demi menjaga
pemberitaan dari kesubjektifan individu maupun kelompok.
3. Saran Bagi Masyarakat Umum
Bagi masyarakat umum peneliti berharap agar terus memperluas wawasan
mengenai seluk beluk haji. Baik dari segi pelaksanaa maupun pengelolaan. Hal ini
dilakukan agar masyarakat umum dapat melaksanakan haji dengan aman, nyaman,
dan khusyuk. Selain itu, penyelenggaraan haji ini sudah semestinya menjadi
tanggung jawab seluruh warga Indonesia demi menjaga seluruh kegiatan spiritual
yang ada.
86
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku Ardianto, Elvinaro. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2007.
Asy Sya’rami, Mutawalli. Rahasia Haji Mabrur. Jakarta: Gema Insani Press, 1993.
Az-Zahrani, Nashir ibn Musfir. Indahnya Ibadah Haji. Jakarta: Qisthi Press, 2007.
Basyuni, Muhammad. Reformasi Manajemen Haji. Jakarta: FDK Press, 2008.
Creswell, John W. Desain penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: KIK Press, 2003.
Eriyanto. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media Massa. Yogyakarta: LKiS, 2007.
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:
LKiS, 2001.
Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah
Studi Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik.
Jakarta: Granit, 2004.
Harahap, Arifin. Jurnalisitk Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita.
Jakarta: Indeks, 2007.
Hill, David. Pers di Masa Orde Baru. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2011.
Ishwara, Luwi. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas, 2007.
Madjid, Ahmad. Seluk Beluk Ibadah Haji dan Umroh. Surabaya: Mutiara
Ilmu, 1993.
Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2008.
Nasuhi, Hamid. Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi).
Jakarta: CeQDA, 2007.
87
Nimmo, Dan. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media.
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Profil Perusahaan Republika
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Subroto, Darwanto Sastro. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007.
Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk,
dan Kode Etik. Bandung: Nuansa, 2004.
Sobur, Alex, cet. keempat. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk
Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2006.
Sumadiria , Drs. AS. Haris. Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita dan
Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005.
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.
B. Sumber Internet : “Jemaah Calon Haji Diminta Konsumsi Makanan Bergizi,” berita diakses
pada 24 April 2013 dari http://harianandalas.com/Sumatera-Utara/Jemaah-Calon-Haji-Diminta-Konsumsi-Makanan-Bergizi
Petunjuk umum makanan untuk calon jamaah haji yang menderita penyakit,
artikel diakses pada 24 April 2013 dari http://www.wawiti-infohaji.com/2013/03/petunjuk-umum-makanan-calon-jamaah-haji.html
LAMPIRAN
88
LAMPIRAN
Wawancara Penelitian
Pewawancara: Yusuf Gandang Pamuncak (Mahasiswa UIN Jakarta)
Narasumber: Muhammad Nashih Nashrullah (Redaktur Republika)
Pelaksanaan Wawancara: Hari: Kamis, 30 Mei 2013
Pukul: 16.16-16.48 WIB
Tempat: Lobby Kantor Republika
Tanya : Apa yang melatarbelakangi penulisan berita tentang permasalahan konsumsi
calhaj?
Jawab : Penulisan berita permasalahan konsumsi calon haji ini didasari soal pelayanan.
Dari sekian banyak komponen biaya haji, salah satunya adalah adalah katering.
Katering ini merupakan direct cost yang langsung dibayar oleh para jamaah haji
dalam Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH). Konsumsi haji juga diambil dari
dana optimalisasi haji yang tiap tahun mengeluarkan dana berkisar 1,4 miliar
rupiah. Permasalahan konsumsi ini penting karena menjadi persoalan yang
berulang-ulang tiap tahunnya. Pemerintah sebenarnya sudah berupaya untuk
melakukan perbaikan-perbaikan. Namun, banyak faktor yang membuat persoalan
ini kerap muncul, seperti kesiapan pemerintah Arab Saudi itu sendiri dalam
melayani jutaan jamaah serta kebutuhan asasi untuk mendapatkan makanan.
Karena dalam keadaan yang melibatkan fisik dan serba kekurangan tersebut dapat
menyebabkan bermacam protes kepada pemerintah, sejauh mana kesiapan mereka
dalam menyelenggarakan haji.
89
T : Bagaimana Republika memandang permasalahan konsumsi calhaj?
J : Hal ini sebetulnya berkaitan dengan sejumlah oknum pedagang. Pada kasus tahu
goreng berformalin atau bahan-bahan lain yang berhubungan dengan pihak lain
dalam pemenuhannya hal ini memang kerap terjadi. Dalam konteks ini
pengawasan dan penelitian saat mendapatkan pasokan bahan makanan menjadi
sesuatu yang sangat lemah. Sejauh mana quality control pemerintah terhadap
mutu dan kualitas makanan dari segi kelayakan, keamanan dan kebersihan, serta
yang terpenting dari segi kehalalannya.
T : Apa yang ingin disampaikan kepada pembaca tentang permasalahan konsumsi
calhaj?
J : Prinsip yang dipakai oleh seluruh media adalah soal pelayanan publik. Sejauh
mana pelayanan publik itu telah dipenuhi oleh otoritas terkait. Dalam persoalan
katering haji, berarti sejauh mana pemerintah yang dalam hal ini adalah
Kementerian Agama (Kemenag) dan pihak-pihak terkait dalam memberikan
pelayanan yang maksimal kepada para jamaah haji. Ketika muncul ketidak
maksimalan dalam pelayanan itu maka telah terjadi ketimpangan pelayanan. Hal
inilah yang ingin disampaikan kepada khalayak.
T : Bagaimana pengaruh berita tersebut terhadap masyarakat?
J : Pastinya ada pengaruh langsung kepada masyarakat. Pertama, berita ini
memberitahukan kepada khalayak seberapa besar komitmen pemerintah. Kedua,
hal ini memberikan jaminan tentang kualitas makanan yang akan mereka
konsumsi, terutama untuk para jamaah haji. Berita ini menjadi peringatan agar
mereka lebih berhati-hati dan kritis dalam mengonsumsi makanan disaat berhaji.
90
T : Bagaimana gaya penulisan Republika yang digunakan dalam setiap
pemberitaannya?
J : Pemberitaan kami tidak jauh dengan prinsip jurnalistik yang ada. Pertama, tentu
soal transparansi. Kedua, soal akurasi. Ketiga, soal cover both side. Kita
memberitakan tentang sebuh kejadian yang pastinya berkaitan dengan instansi-
instansi. Dalam kasus katering itu, adalah penting untuk memberikan wadah atau
kesempatan pihak terkait memberikan hak-hak jawab mereka kepada masyarakat.
Prinsip kami adalah berusaha untuk tidak memojokkan serta selalu
mengklarifikasi yang mendasari gaya pemberitaan Republika. Gaya bahasa kami
selalu santun sesuai prinsip jurnalisme profetik yang memang menjadi semangat
dari visi dan misi Republika.
T : Bagaimana Republika sendiri menjaga keobjektifan berita yang dibuat?
Dalam menjaga keobjektifan berita Republika menyediakan hak jawab. Kami
memberikan ruang kepada pihak yang bertanggung jawab untuk mengklarifikasi
tiap peristiwa yang terjadi dalam lingkungan mereka. Selain itu, kami tidak
diperkenankan beropini. Kami hanya menyediakan fakta dalam setiap
pemberitaan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi tidak akan kami generalisir menjadi
sebuah penilaian menyeluruh. Hal itulah yang menjadi tolok ukur keobjektifan
kami dalam menulis berita.
T : Bagaimana kebijakan redaksi Republika dalam penulisan sebuah berita?
Dalam penulisan setiap berita kebijakan redaksi Republika berdasarkan isu (based
on issue) yang berkembang. Bila kami mendapat isu tentang suatu peristiwa, kami
segera menulusuri dan mengklarifikasi kepada pihak yang terlibat. Pihak yang
91
terlibat tidak selalu dari pemerintah tetapi juga dari masyarakat yang notabene
menjadi objek dan narasumber utama dalam pemberitaan. Selain itu kebijakan
redaksi kami juga berdasarkan fakta (based on fact) yang telah terjadi. Saat suatu
peristiwa sudah menjadi fakta besar kami terus mengabarkan segala hal yang
sedang berkembang. Hal-hal inilah yang menjadi masukan terpenting dewan
redaksi dalam menentukan pemberitaan.
T : Bagaimana alur berita di Republika?
Kami bisa menggunakan top to down atau down to top. Kami biasa rapat redaksi
dalam penentuan berita untuk sang reporter atau bisa juga menggunakan usulan
reporter dalam sebuah pemberitaan.
T : Sejauh mana pengetahuan dan pemahaman wartawan tentang konsumsi calhaj?
Dan apa latar belakang (background) wartawan yang menulis berita tersebut?
J : Ini memang menjadi persoalan tersendiri bagi para wartawan. Kami memiliki
post masing-masing dalam menempatkan wartawan. Wartawan yang baru
menempati post cenderung menulis berita sesuai dengan yang ia lihat. Namun,
kami memiliki tenaga wartawan yang sudah bertahun-tahun tidak tergantikan di
Kemenag. Maka dari itu pemberitaan permasalahan konsumsi haji diracik secara
mendalam.
T : Adakah tekanan dari pihak luar misalnya dari pemerintah, partai politik,
pemasang iklan, pembaca, teknologi, kondisi ekonomi, dan lain sebagainya?
J : Sedikit banyaknya ada. Misalnya protes dari klien seperti pengiklan atau mitra
kami. Tapi tidak pernah ada tekanan besar dari suatu elemen mana pun.
92
T : Apakah ada kerjasama khusus dengan Kemenag mengenai peliputan program
haji tiap tahunnya?
J : Kami pernah melakukan kerja sama secara institusional dengan Kemenag.
Tetapi beberapa tahun belakangan ini kami belum pernah melakukannya lagi.
T : Apakah ada respon dari pihak luar?
J : Sampai saat ini kami belum tahu ada respon atau tidak. Tapi berdasarkan
pemberitaan itu Direktorat Jenderal Haji dan Umroh langsung melakukan sidak
terkait makanan para jamaah. Hal ini seharusnya menjadi evaluasi dan masukan
penting bagi pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam menyajikan makanan
untuk tahun-tahun mendatang.
93
Berita Republika “Makanan Calhaj Berformalin”
94
Berita Republika “DPR Harapkan Perbaikan Layanan Haji” REPUBLIKA - Sabtu, 05 Desember 2009 Halaman : 5 Penulis : dri
DPR Harapkan Perbaikan Layanan Haji
JAKARTA -- Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI mengharapkan pemerintah memperbaiki
manajemen penyelenggaraan haji pada tahun mendatang. Hal tersebut disampaikan Ketua DPR
RI Marzuki Alie dalam pidatonya pada Sidang Paripurna DPR RI penutupan masa persidangan
Tahun sidang 2009-2010 di Jakarta, Jumat (4/12). ''Di bidang Kesra, masalah penyelenggaraan
haji tahun ini tidak lepas dari pengawasan Dewan,'' kata Marzuki. Marzuki menyatakan, DPR
telah mengirimkan perwakilan dari Komisi VIII dan Komisi IX untuk memantau masalah
pelaksanaan haji tahun 2009, baik di dalam negeri maupun di Arab Saudi.
Menurut dia, permasalahan pengelolaan haji yang perlu diperbaiki dari tahun ke tahun berkaitan
dengan persoalan transportasi, katering dan pemondokan jemaah haji. ''Selain itu, permasalahan
kesehatan jemaah haji juga harus diperbaiki,'' ujarnya. Sementara itu, ditemui usai sidang
paripurna DPR, anggota Komisi VIII DPR dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (FPPP),
Asep Ahmad Maushul sepakat bahwa Departemen Agama (Depag) harus melakukan
pembenahan dalam pengelolaan haji. Dia mengatakan, selain menyangkut masalah keuangan,
Depag juga harus memperbaiki masalah profesionalitas penyelenggara dan penyelenggaraan haji.
Ia juga mengharapkan, penyelenggaraan haji di tahun mendatang dapat dijalankan secara
profesional dengan menempatkan aparat yang telah teruji secara profesional dalam
penyelenggaraan haji. Selain itu, layanan yang diberikan muasassah (Konsorsium yang ditunjuk
Kementerian Haji Arab Saudi) untuk menyelenggarakan teknis ibadah haji tahun 1430 hijriah
(2009) juga banyak mendapat sorotan dan dikeluhkan jamaah Indonesia.
Jamaah haji Indonesia termasuk PPIH (Panitia Pelaksana Ibadah Haji) yang dibentuk
Departemen Agama RI, menyoroti peran muasassah dalam tiga hal, memberi pelayanan. Yaitu
sistem transportasi di pemondokan sampai Masjidil Haram pergi pulang, angkutan Makkah-
Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina), maupun Makkah-Jeddah, dan Makkah-Madinah.
Muasassah dianggap paling bertanggungjawab menyediakan angkutan (bus) dan menjamin
kelancaran beribadah. Banyak jamaah tidak bisa ibadah sesuai waktu begitu pulangnya, akibat
jemputan atau antaran terlambat. Hal serupa terjadi di Armina, khususnya antar jemput jamaah
melontar jamarat. Sehingga ada jamaah tak terangkut atau lima jam menunggu angkutan. Selain
itu, masalah penyediaaan tempat pondokan juga diangggap tidak sesuai standar.
95
Berita Republika “Dua Perusahaan Katering Diancam Putus Kontrak” REPUBLIKA - Sabtu, 27 Nopember 2010 Halaman : 14 Penulis : Annisa Mutia
Dua Perusahaan Katering Diancam Putus Kontrak
Pusat Kesehatan Haji mengintensifkan pengawasan cara kerja perusahaan katering.
MADINAH -- Dua perusahaan katering yang bermasalah pada pelaksanaan haji gelombang satu,
masih digunakan pada gelombang kedua. Namun, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
akan memutus kontrak dengan dua perusahaan katering tersebut jika kembali dalam pelayanan
pada jamaah gelombang II ini mengulangi kesalahan.
"Saya rasa kita harus berani. Bila dalam perjalanan sekarang terjadi kesalahan yang sama akan
diputus kontraknya," kata Kepala Pusat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Wan Alkadri, seusai
meninjau dua perusahaan katering bermasalah, Jumat (26/11).
Dalam penyelenggaraan haji gelombang I, dua perusahaan katering yang melayani kebutuhan
makan jamaah, melakukan kesalahan. Perusahaan katering Haedari mendapat teguran karena
terlambat mengirimkan katering untuk jamaah. Sedangkan perusahaan Fatani, mendapat teguran
karena menyajikan makanan basi sehingga menyebabkan 100 jamaah mengalami diare.
Saat melakukan kunjungan ke perusahaan Haedari, Alkadri menanyakan apa yang sudah
dilakukan perusahaan katering agar kasus terlambat pengiriman makanan tidak terulang.
Penanggung jawab dapur Haedari, Kusnadi, menyatakan pihaknya sudah membeli satu mobil
cadangan untuk mengantisipasi kerusakan mobil saat pengiriman.
"Kami sekarang sudah punya empat mobil, satu baru dibeli. Mudah-udahan tidak ada
keterlambatan pengiriman makanan lagi pada gelombang II," kata Kusnadi. Perusahaan katering
Haedari tersebut, saat ini mempekerjakan 90 karyawan yang keseluruhannya berasal dari
Indonesia.
Sementara itu, kepada penanggung jawab Fatani, Alkadri menanyakan tentang upaya yang
dilakukan agar kasus diare tidak terulang lagi. Penanggung jawab Fatani menyatakan telah
melakukan pelatihan kepada karyawannya. Saat gelombang I, katering yang disediakan Fatani
basi karena pemanas (heating) tidak dicolokkan saat makanan sudah ada di hotel.
Alkadri mengungkapkan, setelah terjadi kasus katering bermasalah pada pelaksanaan haji
gelombang I, Pusat Kesehatan Haji telah melakukan pemeriksaan dan pengawasan cara kerja di
kedua perusahaan tersebut. Berdasarkan pengawasan tersebut diketahui, dalam penyediaan
katering tersebut melakukan kesalahan saat melakukan penyimpanan, pengepakan, distribusi,
dan pemanasan makanan.
96
"Mudah-mudahan dengan pengawasan yang ketat kasus di gelombang I tidak terjadi lagi,"
katanya. Selain mengawasi cara kerja perusahaan katering tersebut, Pusat Kesehatan Haji juga
kerap meninjau gudang-gudang penyimpanan bahan makanan, dapur tempat memasak, hingga
pengepakan katering.
Mengenai pergerakan haji Indonesia di Tanah Suci, sebanyak dua kelompok terbang (kloter)
jamaah haji, yakni asal Solo 48 dan Balikpapan 07, masuk Madinah Jumat (27/11) subuh. Para
jamaah ini akan ditempati di kawasan markaziah (ring satu Nabawi), yakni di Hotel Markas Ilyas
dan Masah Andalus.
Informasi yang diperoleh dari petugas pemulangan dan pemberangkatan jamaah di daerah kerja
Madinah, dua kloter tersebut masuk Madinah sekitar pukul 03.30 untuk SOC 48 dan 03.45 untuk
BPN 07.
Kadaker Madinah, Subakin Abdul Muthalib, sudah menekankan kepada pihak majmuah
(konsorsium pengusaha hotel), untuk menempatkan seluruh jamaah haji gelombang kedua yang
masuk Madinah di wilayah markaziah. "Pihak majmuah sudah menyanggupi, dan kita berharap
mereka akan menepati janjinya," kata Subakin menegaskan.
Selain dua kloter tersebut, pada Jumat siang harinya, ada satu kloter asal Medan 14 yang juga
akan masuk Madinah. Mereka juga akan menempati wilayah markaziah di Masah Andalus.
97
Berita Republika “DPR Protes Makan Prasmanan” REPUBLIKA - Senin, 24 Oktober 2011 Halaman : 8 Penulis : asep nur zaman
DPR Protes Makan Prasmanan
Perubahan dari nasi boks atas permintaan perusahaan katering.
MAKKAH - Rencana penggunaan pola makan prasmanan saat di Armina mendapat sorotan
anggota Tim Pengawas Pelaksanaan Ibadah Haji DPR yang kini sudah berada di Arab Saudi.
Mereka mempertanyakan pengalihan model pembagian makanan ini karena sebelumnya di DPR,
Kementerian Agama (Kemenag) menyepakati bahwa layanan makanan kepada jamaah haji
selama di Arafah, Mudzalifah, dan Mina dilakukan dengan menggunakan nasi boks.
"Keputusan Kemenag untuk menggunakan pola prasmanan merupakan bentuk pengabaian
rekomendasi dari DPR. Keberadaan Komisi VIII seolah tak dianggap," ujar anggota Tim
Pengawas Haji DPR dari Komisi VIII Muhammad Busro Suhud, Sabtu (22/10).
Penggunaan boks, lanjut Busro, dalam distribusi katering saat puncak haji merupakan hasil
keputusan rapat resmi di DPR. Menurutnya, banyak pertimbangan yang melandasi kesepakatan
itu, di antaranya adanya jamaah tak kebagian jatah makan, lamanya waktu antre, hingga adanya
jamaah usia lanjut yang jatuh sakit karena kelamaan antre.
Kasus-kasus itu terjadi pada musim haji 2010. "Karena itu, dalam rapat antara pemerintah dan
DPR, akhirnya disepakati penggunaan sistem boks menggantikan prasmanan," ungkap Busro.
Anggota tim dari Partai Amanat Nasional (PAN) Amran Arfan Samrang menambahkan,
penggunaan boks diharapkan memangkas waktu tunggu jamaah saat antre. Selain itu, ada
kepastian jumlah dalam sistem boks yang menjamin seluruh jamaah bisa mendapatkan jatah
makan mereka. "Ini kok tiba-tiba diubah secara sepihak. Apakah ini menunjukkan kalau kami
dari Komisi VIII tidak dianggap?" ujarnya.
Dia mengatakan, harusnya semua pihak menghormati semua hasil rapat-rapat resmi di DPR
sebab keputusan itu diambil dalam forum resmi yang dilindungi oleh undang-undang. "Kalau
sudah diputuskan ya harus dilaksanakan. Kalau memang nanti ternyata ada kendala di lapangan
ya bisa kita evaluasi lagi," katanya.
Menyulitkan katering
Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi Syairozi Dimyati
menanggapi, sampai bulan Syawal atau satu bulan menjelang keberangkatan calon jamaah haji,
sistem distribusi katering masih disepakati dengan boks. Namun, dalam perjalanannya, sejumlah
perusahaan katering mengajukan keberatan. "Ada 16 perusahaan yang menyampaikan
98
keberatannya kepada kami terkait sistem boks dalam pembagian katering saat puncak haji di
Armina," ujarnya.
Salah satu alasan paling krusial yang disampaikan oleh perusahaan-perusahaan itu adalah
kesulitan dalam pengemasan dan penyimpanan makanan di maktab-maktab. Pemerintah Arab
Saudi hanya memberikan lahan tak lebih dari 12 meter persegi untuk proses memasak,
mengemas, dan menyimpan di setiap maktab.
Kondisi ini tentu tidak memungkinkan karena dalam satu maktab, penyedia layanan katering
harus menyiapkan konsumsi untuk 3.000 jamaah. "Apalagi, proses pengemasan harus dilakukan
secara manual karena otoritas haji Arab Saudi melarang penyedia layanan katering membawa
mesin packaging yang bisa bekerja dalam waktu singkat," ujar Syairozi.
Dikhawatirkan, jika tetap nekat menggunakan boks, makanan akan basi sebelum dibagikan
kepada jamaah sebab dibutuhkan waktu minimal empat jam hanya untuk proses pengemasan di
setiap waktu makan. Belum lagi, proses pendistribusian kepada ribuan jamaah.
"Pada saat itu, kami dihadapkan pada pilihan memberikan makanan basi dengan sistem boks
kepada jamaah atau harus membuat antre dengan sistem prasmanan. Di antara kedua pilihan itu,
tentu kami memilih opsi yang kedua karena kalau sampai makanan basi dikonsumsi oleh jamaah,
risikonya jauh lebih besar," tandasnya. ed: asep nur zaman
99
Berita Harian Andalas “Jemaah Calon Haji Diminta Konsumsi Makanan Bergizi”
Jemaah Calon Haji Diminta Konsumsi Makanan Bergizi
Bupati Labuhan Batu, dr. H. Tigor Panusunan Siregar Sp.PD., minta jemaah calon haji
(calhaj) mengonsumsi makanan bergizi, seperti daging dan banyak minum air putih serta
juice buah selama berada di tanah suci.
Harapan itu disampaikan bupati saat melepas keberangkatan 389 jemaah calon haji dari
Aula Asrama Haji Pangkalan Masyhur Medan, Rabu (10/10).
Tigor juga meminta jemaah calhaj selama di tanah suci untuk tidak membeda-bedakan
antara Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) satu dengan yang lain. “Jadilah kita
sebagai keluarga besar Kabupaten Labuhan Batu tanpa membeda-bedakan antara satu
dengan yang lain,” tegas Tigor.
Secara khusus Tigor mengimbau Tim Pembimbing Haji Daerah (TPHD) dan Tim
Kesehatan Haji Daerah (TKHD) agar benar-benar memperhatikan clhaj selama di tanah
suci. “Kepada calhaj berusia lanjut agar pemondokannya dekat kepada tim kesehatan
supaya lebih mudah dipantau kondisinya setiap saat,”pintanya.
Sementara, Kepala Kementerian Agama selaku Kepala Staf Urusan Penyelenggara Haji
dan Umroh Kabupaten Labuhan Batu Drs. H. Azaman Harahap melaporkan, calhaj
Labuhan Batu tergabung dalam kloter 18 sebanyak 389 orang, terdiri dari 160 laki-laki,
299 perempuan.
Jemaah tertua laki-laki atas nama Martasin Bin Jemal berusia 80 tahun dari Kecamatan
Bilah Hulu. Jemaah tertua perempuan 87 tahun atas nama Janum binti Ongah berasal dari
Kecamatan Bilah Barat. Jemaah termuda laki-laki atas nama Muhyar Dani Bin Neslam 21
tahun dari Kecamatan Rantau Selatan dan jemaah termuda perempuan atas nama Chelvia
Dalimunthe binti Ahmad Sanusi Saleh dari Kecamatan Rantau Selatan.
Calhaj Kloter 18 ini diperkirakan tiba di Bandara King Abdul Azis, Jeddah pukul 12.15
WIB, dan akan kembali ke tanah air, Senin 19 November 2012 pukul 18.00 WIB
100
langsung menuju asrama haji Pangkalan Masyur Medan dan menuju Rantau Prapat
sekitar pukul 20.30 WIB.1
1 http://harianandalas.com/Sumatera-Utara/Jemaah-Calon-Haji-Diminta-Konsumsi-Makanan-Bergizi
diakses pada 24 April 2013.
101
Artikel Tentang Makanan Sehat Untuk Calon Haji di wawiti-infohaji.com
Petunjuk umum makanan untuk calon jamaah haji yang menderita penyakit seperti:
Penderita kencing manis;
• Makanlah makanan yang cukup untuk tubuh dan makanan yang beraneka ragam.
• Hindari makanan yang berlebihan atau yang dapat membahayakan kesehatan.
• Makanlah secara teratur setiap waktu sesuai kebutuhan.
• Jumlah kalori makanan yang dimakan dianjurkan sesuai dengan beratnya penyakit.
• Semua jenis bahan makanan boleh digunakan sesuai jumlah yang ditentukan, kecuali:
gula pasir, gula merah, sirup, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu
kental, minuman botol, es krim, kue manis, dodol, cake, abon dan dendeng manis.
• Calon jamaah haji yang bersangkutan dianjurkan mengikuti petunjuk tentang dietnya.
Penderita jantung koroner;
• Makanlah makanan yang beraneka ragam dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh.
• Janganlah makan makanan yang berlemak dan makanan yang gurih.
• Kurangi kue-kue yang terlalu manis seperti dodol, cake dan lain-lain.
• Hindari sayuran yang mengandung banyak serat (kangkung) dan banyak gas (kol).
• Hindari makan cabe dan bumbu yang merangsang.
• Dilarang minum minuman bersoda, kopi, teh kental dan yang mengandung alkohol.
• Batasi makanan yang mengandung garam.
Penderita tekanan darah tinggi;
102
• Makanlah makanan yang beraneka ragam dan pertimbangkan kondisi berat badan. Bila
kegemukan kurangi makanan yang mengandung karbohidrat (nasi, jagung dan lain-
lain).
• Gunakan minyak jagung, minyak wijen, minyak biji matahari untuk memasak
makanan.
• Makanlah sayuran dan buah-buahan segar yang banyak mengandung vitamin C seperti
jeruk, apel, pir. Batasi pemakaian garam.2
2 http://www.wawiti-infohaji.com/2013/03/petunjuk-umum-makanan-calon-jamaah-haji.html diakses pada
24 April 2013.
II
ij
r, lI r w
NomorLampiranPerihal
: Istimewa: I Berkas: Pengajuan Judul Skripsi
Jakarta, 05 Oktober 2012
l .2,J .
Nama.
NIMSemester
FakultaVJurusan
fz,rna,rl.,f, y , R"t-ti /!aer",\tof , /n' l
Kepada Yang Terhormat:
Ketua Dewan Pertimbangan Skripsi
LJIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Di
Tempat
As s al amualailam Warahmatull ahi Wab arakatuh
Salam sejahtera saya sampaikan, semoga BapaMbu dalam lindungan Allah SWT,
serta selalu sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Selaqiutnya, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Yusuf Gandang Pamuncak109051 100060VII (Tujuh)Ilmu Dakwah dan llmu Komunikasi / Jurnalistik
Bermaksud mengajukan judul skipsi dengan judul, Analisis Wacana PemberitaanHarian Umum Republika Tentang Permasalahan Konsumsi Calon llaji. Proposal skripsiini.selanjutnya diharapkan dapat dilanjutkan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar S.Sos.Idalam jenjang Strata I di LJIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Dengan ini saya lampirkan :
Outline thoposalskripsiDaftar Pustaka Sementara
Demikiin permohonan ini saya sampaikan, atas segala perhatian BapaMbu saya ucapkan
terimakasih.
lTas s al amual ailwm Warahmatull ahi Wab arr akstuh
Mengetahui
Penasehat Akademik Pemohon
furYusuf Gandang P.
NIM. 109051100060NIP. 1 97308221998032001
a ."7| , ' :
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISTAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATUTTAH IAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
|1. Ir. H. |uanda No. 95 Ciputat 15412IndonesiaTelepon/Fax : (021) 7 4327 ?3 / 7 [email protected] : www.fdkuinjakarta.ac.i4 E-mail : [email protected]
Nomor : Un.OI/F5/I(M.01.3/ 41+( t20r2Lamp :1 (sa tu)bunde lHal : Bimbingan Skripsi
Jakarta, lf Novemb er 2012
Kepada Yth.Rully Nasrullah, M.Si.Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamu' alaikum Wr. Wb.Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh
mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta sebagai berikut,
NamaNomor PokokJurusan/I(onsentrasiSemesterJudul Skripsi
Tembusan:1. Dekan2. Ketua Konsentrasi JurnalistikFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Yusuf Gandang Pamuncak1090s1 100060Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPD / JumalistikVIIAnalisis Wacana Pemberitaan Harian Umum Republikatentang Permasalahan Konsumsi Calon Haji.
Kami harap kesediaannya membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunan danpenyelesaian skripsinya pada waktu yang tidak te{lalu lama.
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami mengucapkan terima kasih.
Wassalamu' alaikum Wr. Wb.
n Saputra,
l ' " ;" : ' 1
ll
IKEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAI(ULTAS ILMU DAKI,VAH DAN ILMU KOMUNIKASI
JI. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputatls4l.zlndonesiaTelepon/ Fax : (027\ 7 4327 28 / 7 4703580
W€bsite : www.fdkuiniakarta.ac.id, E-mail : [email protected]'ac'id
r l r
Nomor : Un.0l/F5/KM.01 3lLrl7 nu3Lamp. : -Hal : PenelitianMarvancara
Jakarta, *Maretl}l3
Kepada Yth.Pimpinan Redaksi Republikadi Tempat
As s al amu' al ailatm Wr. llb.
Dengan hormat bersama ini kami sampaikan bahwa mahasiswa Fakultas Ilmn
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini,
Yusuf Gandang Pamuncak109051 100060Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) / JurnalistikVIII
bermaksud melaksanakan penelitian/walvancara untuk bahan penulisan skripsi
berjudnl Analisis l4tacana Pemberitaem Harian (Jmum Republika T'cntang
Pernmsalahan Konsumsi Calon Haji.
Sehubungap clengan itu, kami memohon kepada Bapah/lbu/Sdr' kiranl''tr
berkenan menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebttt dalam pelaksattaan
penelitian/wawancara dirnaksud. I
Demikiar-r, atas perhatian dan perkenannya kami mengucapkan terima kasih'
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.Dekan.
Subhan,l\{A1 10 199303 | 0041
Tembusan:l. Pembantu Dekan Bidang Akademik2. Ketua Konsentrasi JumalistikFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
NamaNomor PokokJurusan/KonsentrasiSemester
REPUBLIKA
SURAT KETERANGAN!o.: 133/Vl/13
Harian Republikadengan ini menerangkan, bahwa:
NamaNomor PokokPekerjaan
Sekrelans Redaksi
: Yusuf Gandang Pamuncak:109051100060: Mahasiswa Universitas lslam Negeri ( UIN )Syarif Hidayatullah Jakarta .Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi
telah sefesai mengadakan penelitlan di Harian Republika untuk menyelesaikan skripsiberjudul Analisis Wacana Pemberitaan Harian Republtka Tentang PermasalahanKonsumsi Calon Haji.
Demikian surat keterangan ini diberikan agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
t,.Tll
KEMENTRIAN AGAMAUNIyERSTTAS rSLAM NEGERT (UnDSYARIF HIDAYATTILLAH JAKARTA
FAIflJLTAS ILMU DAKWAII DAIT ILMU KOMIINIKASI
Jln. Ir. H. Juanda No. 95 CiputatWchite www..f. dkuiniakarte.ac.id
Teleponlf'ar (021) 7 43272817 4703580Email : [email protected],id
Nomor: Un.Ol/FS/pp O.StLfZ@ n}13Iamp : I (satu) berkas SkripsiHal : Ujian Skripsi
KepadaYth.:
l. Dr. H. Arief Subhan, MA2. Ade Rina Farida" M.Si3. D'r. H. Arief Subhan, N,IA4. Rubiyanah, MA5. Dr. Rulli Nasrullah, M.Si
NamaNIMTempat dan Tanggal LahirJurusanJudul Slaipsi
Ujian tersebut akan di laksanakan pada:Hari/Tanggal.WaktuTempat
Jakarta" 8 Juli 2013
KetuaSekretarisPenguji IPenguji IIPembimbing
Yusuf GandangPamuncak109051 100060Bandung, 19 Januari 1991Konsentrasi Jurnal istikAnalisis Wacana Pemberitaan Harian Republika TentangPermasalahan Konsudrsi Calon Haji
Selasa, 09 Juli 201313.00 yd 14.00 wIBRuang Sidang Lantai VII B
di Jakarta
As s alamu' al aikum Wr. W.
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakart4menunjuk BapaUlbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan IlmuKomunikasi:
Untuk menunjang kelancaran ujian dimaksud, bersama ini kami kirimkan naskahskripsi yang akan diujikan, guna dipelajari/diteliti sebagaimana mestinya.
Demikian penunjukan ini disampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terimakasih.Was s al amu' al aihum Wr. Wb.