zakat sebagai sarana pengentasan kemiskinanetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · lembaga...
TRANSCRIPT
ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINAN
(Studi Kasus di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”
Kabupaten Ngawi)
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Malang (UIN) Malang
Fakultas Syari’ah Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam
Program Strata Satu ( S 1 )
Oleh
Hasti Ernawati NIM. 03210069
JURUSAN AHWAL AL- SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MALANG
2008
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Demi Allah,
Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan,
penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul :
ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Kasus di
Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi)
benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau
memindah data milik orang lain. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini ada
kesamaan, baik isi, logika maupun datanya, secara keseluruhan atau sebagian, maka
skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya secara otomatis batal demi hukum
.
Malang, 25 Juli 2008
Penulis,
Hasti Ernawati
NIM 03210069
HALAMAN PERSETUJUAN
ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Kasus
Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi)
Skripsi
Oleh :
Hasti Ernawati
(03210069)
Telah diperiksa dan di setujui untuk di ujiankan
oleh dosen pembimbing :
Dr. Umi Sumbulah NIP 150289266
Mengetahui
Dekan Fakultas Syariah
Drs. H. Dahlan Tamrin, M. Ag NIP 150216425
PENGESAHAN SKRIPSI
Dewan penguji saudari Hasti Ernawati, NIM 03210069, Mahasiswi Fakultas
Syari’ah angkatan tahun 2003, dengan judul :
ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Kasus
Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri“ Kabupaten Ngawi)
telah dinyatakan LULUS dengan nilai B+ (memuaskan).
Dewan Penguji :
1
Drs. Fadil SJ, M. Ag NIP. 150 252 758
( )
(Penguji Utama)
2
Drs. Moh. Murtadho Amin, M. HI
NIP. 150 368 792
( )
(Ketua Penguji)
3
Dr. Umi Sumbulah, M. Ag NIP. 150 289 266
( )
(Sekretaris)
Malang, 5 Agustus 2008
Dekan Fakultas Syari’ah,
Drs. H. Dahlan Tamrin, M. Ag
NIP. 150 216 425
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan skripsi saudari Hasti Ernawati, NIM 03210069, mahasiswa
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, setelah membaca,
mengamati kembali berbagai data yang ada di dalamnya, dan mengoreksi, maka
skripsi yang bersangkutan dengan judul :
ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Kasus
Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi)
Telah dianggap memenuhi syarat-syarat ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada
majelis dewan penguji.
Malang, 25 Juli 2008
Pembimbing,
Dr. Umi Sumbulah, M. Ag
NIP 150289266
MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO
ا�رض �� ��� �ا����و�� �آ��� �� ���� �� � �ا�ااا �����ا����
وا+*�اان (�$ اا��)�' ا ���$ &� ���� و # �ن �$ #���اا�"��! و
- ا,. /��0
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Al-Baqarah : 267)1
1 Al-Qur’anul Karim, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya. Semarang : PT Karya Toha Putra, 1996.
PERSEMBAHAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas selesainya skripsi ini.
Atas pertolongan dan izin Mu, hamba dapat menyelesaikan skripsi ini. Yang
kupersembahkan kepada :
1. Kepada Ayahku (Bpk Suharji) dan Bundaku (Ibu Nurhayati) tercinta yang
telah memberikan kasih sayang, dukungan moril dan materiil serta do’a restu
untuk keberhasilan studiku.
2. Mbak Dania dan seseorang yang selalu memperhatikanku, membantuku dan
yang memberikan keceriaan di dalam kehidupanku.
3. Ukhti-ukhtiku yang ada di kontrakan al-multazim, yang telah memberikan
motivasi kepadaku semoga semua amal kebaikan di balas oleh Allah SWT
dengan yang lebih baik, dan tetap istiqomah dijalan dakwah.
4. Ustadzahku yang senantiasa memberikan masukan dan bimbingan agar tetap
kuat dalam menghadapi semua ujian, termasuk dalam menyelesaikan skripsi
ini.
5. Teriring do’a tulus “Jazakumullah Ahsanul Jaza” semoga Allah membalas
kebaikan dengan yang jauh lebih baik dan di lipat gandakan oleh Allah.
Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Hasti Ernawati
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahim
Segala puji bagi Allah, kita memujiNya, memohon pertolongan kepadaNya,
meminta ampun kepadaNya dan meminta pertolonganNya. Hanya karena
keridhoanNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Zakat Sebagai
Sarana Pengentasan Kemiskinan (Studi Kasus Lembaga Amil Zakat “Bina Umat
Mandiri” Kabupaten Ngawi) ini dapat terselesaikan meskipun masih banyak
kekurangan.
Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
kepada sanak keluarga dan para sahabat beliau serta orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik hingga hari kebangkitan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan syarat ujian akhir program strata
1 (S-1) dalam fakultas syariah jurusan ahwal al-syakhshiyyah di Universitas Islam
Negeri Malang.
Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini berkat bantuan semua pihak.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis menghaturkan terima kasih atas
segala bantuannya terutama pada :
1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rector Universitas Islam Negeri Malang.
2. Drs. H. Dahlan Tamrin, M. Ag (Dekan Fakultas Syari’ah). Dra. Hj. Tutik
Hamidah, M. Ag. (Pembantu Dekan 1), Drs. Fadil SJ., M. Ag. (Pembantu
Dekan 11).
3. Dr. Umi Sumbulah. M. Ag., selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Atas bimbingan, arahan, saran, motivasi dan
kesabarannya, penulis sampaikan jazakumullah Ahsanul Jaza’.
4. Drs. M. Fauzan Zenrif, M. Ag selaku dosen pembimbing akedemik selama
penulis kuliah di fakultas syariah Universitas Islam Negeri Malang.
5. Seluruh dosen fakultas syariah Universitas Islam Negeri Malang yang telah
mendidik, membimbig, mengajarkan dan mencurahkan ilmu-ilmunya kepada
penulis. Semoga Allah melipat gandakan amal kebaikan.
6. Bapak Atok Sunu Prastowo, Bapak Carda kurniawan, Bapak Purwantono,
Bapak Hariyanto Dan Bapak Mahmud Eko Yuwono selaku pelaksana harian
Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” yang telah memberikan informasi
yang di butuhkan penulis sehingga terselesainya skripsi ini.
7. Ayah dan Bundaku tercinta yang selalu memotifasiku, menyayangiku, dan
mendoakanku semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayang Nya kepada
Ayah dan Bunda.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena keterbatasan
ruang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, karenanya penulis mengharapkan kritik membangun dan saran dari
semua pihak. Kiranya skripsi ini dapat memberi manfaat bagi khalayak umum,
khususnya bagi penulis pribadi.
Penulis
Hasti Ernawati
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ……………………………………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………… iii
PENGESAHAN SKRIPSI ………………………………………….................. iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………….. v
MOTTO ………………………………………………………………………. vi
PERSEMBAHAN ………………………………………………………….......
vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. x
ABSTRAK ……………………………………………………………………
xiii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Kegunaan Penelitian ................................................................... 7
E. Paradigma Penelitian .................................................................. 7
F. Sistematika Pembahasan ............................................................ 8
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 10
A. Penelitian terdahulu ................................................................... 10
B. Perdebatan Teori ......................................................................... 14
1. Problematika Zakat ......................................................... 14
a. Pengertian Zakat .............................................................. 14
b. Hikmah Zakat ................................................................... 15
c. Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya .......................... 17
d. Orang yang berhak menerima zakat ............................... 24
e. Orang yang tidak berhak menerima zakat ...................... 30
2. Problematika Kemiskinan ............................................... 31
a. Pengertian Kemiskinan ................................................... 31
b. Upaya Pengentasan Kemiskinan ..................................... 36
3. Manajemen Pengelolaan Zakat ....................................... 38
a. Pengertian Manajemen .................................................... 38
b. Bentuk-Bentuk Manajemen ............................................ 38
1. Manajemen Klasik Pengelolan Zakat ........................ 38
2. Manajemen Modern Pengelolaan Zakat .................... 40
4. Lembaga Amil Zakat ........................................................ 42
a. Pengertian Lembaga Amil Zakat ..................................... 42
b. Susunan dan Fungsi Lembaga Amil Zakat ...................... 43
1). Susunan Organisasi Lembaga Amil Zakat ................. 43
2). Fungsi dan Tugas Pokok Pengurus Lembaga Amil Zakat
......................................................................................... 44
c. Tujuan Lembaga Amil Zakat .......................................... 45
BAB III : METODE PENELITIAN .................................................................... 47
A. Lokasi Penelitian ......................................................................... 47
B. Metode Penelitian ........................................................................ 48
1. Pendekatan penelitian .................................................................. 48
2. Sumber Data ................................................................................. 49
3. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 49
4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 52
BAB IV : PAPARAN DAN ANALISIS DATA ................................................. 53
A. Susunan Organisasi, Tugas Pengurus, serta Visi dan Misi Lembaga
Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi .................. 54
B. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat
Mandiri” Kabupaten Ngawi dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan
........................................................................................................ 57
C. Metode Pengelolaan Zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat
Mandiri” Kabupaten Ngawi ........................................................ 66
1. Pengumpulan Zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat
Mandiri” Kabupaten Ngawi ................................................... 66
2. Pengelolaan dana Zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat
Mandiri” Kabupaen Ngawi ................................................... 67
3. Penyaluran Zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri”
Kabupaten Ngawi ................................................................... 68
D. Analisis Data Pemasukan dan Pengeluaran Zakat di Lembaga Amil
Zakat ”Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi ........................... 68
BAB V : PENUTUP ........................................................................................... 74
A. Kesimpulan .................................................................................. 74
B. Saran-Saran .................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ABSTRAK
Ernawati, Hasti. 2008, NIM 03210069, Zakat Sebagai Sarana Pengentasan Kemiskinan (Studi Kasus di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi). Skripsi, Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Malang. Pembimbing : Dr. Umi Sumbulah. M. Ag. Kata Kunci : Zakat, Pengentasan Kemiskinan
Zakat merupakan salah satu syarat mutlak di dalam membina masyarakat muslim. Memberikan zakat merupakan salah satu alasan diberikannya wewenang kepada orang-orang yang berbuat baik untuk memakmurkan bumi. Zakat sebagai suatu lembaga, benar-benar lekat dengan kebijakan keuangan. Bahkan zakat memainkan peranan lebih penting dibanding dengan lembaga-lembaga sosial yang lain seperti panti asuhan dan yayasan-yayasan dalam menghapus kesenjangan sosial.
Penelitian ini bertujuan memahami manajemen pengelolaan dan upaya yang dilakukan Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi dalam rangka mengentaskan kemiskinan.
Dalam menjawab kedua masalah tersebut, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara kepada pengurus Lembaga Amil Zakat. Selain wawancara teknik penggalian data juga dilakukan dengan dokumentasi. Kemudian setelah terkumpul, data tersebut diolah dan dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, manajemen pengelolaan Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi adalah menggunakan sistem open management (manajemen terbuka), yaitu pemasukan dan pengeluaran dana zakat dapat diketahui langsung oleh masyarakat. Karena setiap pemasukan dan pengeluarannya dicantumkan di buletin tri wulan “Binuma”. Kemudian upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka mengentaskan kemiskinan melalui penyaluran beasiswa, kafalah du’at, waqaf al-Qur’an dan Iqra’, bantuan pendidikanTPA dan TKIT, bantuan renovasi masjid/mushalla, bantuan daerah bencana, daurah pembinaan umat, penyaluran zakat fitrah dan penyaluran ke amil zakat. Akan tetapi yang lebih difokuskan dalam rangka pencapaian tujuan itu adalah dengan lebih mengintensifkan dibidang pendidikan, yaitu beasiswa. Karena ini sebagai salah satu investasi jangka panjang yang menjanjikan untuk pengentasan kemiskinan. Adapun semua upaya ini belum berjalan secara optimal karena dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal, berupa pengelolaan zakat yang dianggap sebagai pekerjaan sampingan dan kurangnya disiplin dari pengurusnya, dan faktor eksternal berupa sistem yang ada sekarang ini, yaitu sistem kapitalis yang menuntut masyarakat untuk mementingkan diri sendiri.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia pengelolaan zakat diatur berdasarkan UU No. 38 Tahun 1999
tentang pengelolaan zakat dengan keputusan Menteri Agama No. 581 Tahun 1999
dan Keputusan Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291
Tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat. Meskipun harus diakui
bahwa peraturan-peraturan tersebut masih banyak kekurangan yang sangat mendasar,
misalnya tidak dijatuhkannya sanksi bagi para muzakki yang melalaikan
kewajibannya (tidak mau berzakat) tetapi Undang-Undang No.38 tahun 1999
dikemukakan bahwa organisasi pengelolaan zakat terdiri dari dua jenis yaitu
Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2
Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah institusi pengelolaan zakat yang
sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak
dalam bidang dakwah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat Islam. Adapun
institusi yang mengurusi zakat yang lain adalah Badan Amil Zakat yaitu organisasi
pengelola zakat yang di bentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan
pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan
zakat sesuai dengan ketentuan agama.3
Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” di Kabupaten Ngawi merupakan
salah satu sarana dan upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Lembaga
Amil Zakat ini mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan, dan
mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Dengan adanya Lembaga
Amil Zakat ini diharapkan mampu untuk mengurangi kemiskinan, karena dengan
adanya kemiskinan akan menyebabkan berbagai permasalahan yaitu:
1. Kemiskinan akan membahayakan akidah karena dalam kondisi yang seperti ini,
kemiskinan dapat menebarkan benih keraguan terhadap kebijaksanaan Ilahi
mengenai pembagian rizeki.
2. Kemiskinan akan membahayakan akhlak dan moral karena kemelaratan dan
kesengsaraan seseorang, khususnya apabila ia hidup dilingkungan golongan kaya
yang tamak, sering mendorongnya melakukan tindak pelanggaran.
2 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Yogyakarta : Gema Insani Press, 2003), 127. 3 Keputusan Menteri Agama RI tentang Pelaksanaan UU No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Bab 1 Pasal 1 ayat 1 dan 2.
3. Kemiskinan akan mengancam kestabilan pemikiran.
4. Kemiskinan membahayakan keluarga yang dapat menjadi ancaman, baik dalam
segi pembentukan, kelangsungan, maupun keharmonisannya.
5. Kemiskinan mengancam masyarakat dan kestabilannya.4
Islam menyuruh semua orang yang mampu bekerja dan berusaha untuk mencari
rezeki dan menutupi kebutuhan diri dan keluarganya. Hal itu dilakukan dengan niat fi
Sabilillah. Orang yang tidak kuat bekerja, tidak mempunyai harta warisan atau tidak
mempunyai simpanan untuk memenuhi kebutuhannya, berada dalam tanggungan
kerabatnya yang berkecukupan.5 Akan tetapi banyak juga yang tidak mempunyai
kerabat yang berkecukupan. Oleh sebab itulah Islam memberikan solusi terhadap
kemiskinan ini yaitu salah satunya dengan adanya zakat. Dikatakan zakat karena
didalamnya terkandung harapan untuk beroleh berkah, membersihkan jiwa dan
memperkaya dengan berbagai kebajikan. Zakat merupakan salah satu dari rukun
Islam yang lima dan disebut beriringan dengan shalat pada 82 ayat.6
Zakat adalah kewajiban yang tegas berdasarkan ketetapan Allah SWT dan
bukan sekedar tanggung jawab yang dibebankan kepada individu. Ia tidak ditunaikan
oleh mereka yang mengharapkan balasan Allah SWT di akherat tetapi ditinggalkan
oleh mereka yang kurang yakin terhadap negeri akherat. Zakat bukan sekedar
kemurahan individu, melainkan suatu sistem tata sosial yang dikelola oleh negara
melalui aparat tersendiri. Aparat ini mengatur semua permasalahannya, mulai dari
pengumpulannya dari para wajib zakat dan pendistribusiannya kepada yang berhak. 7
4 Yusuf Qardhawi Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan (Jakarta: Gema Insani Press, 1975). 24-29. 5 Ibid., 87. 6 Sayyid Sabiq. Fiqih Sunnah. (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1993), 5. 7 Qardhawi., Op. Cit., 106.
Zakat merupakan salah satu syarat mutlak di dalam membina masyarakat
muslim. Memberikan zakat merupakan salah satu alasan diberikannya wewenang
kepada orang-orang yang berbuat baik untuk memakmurkan bumi. Zakat sebagai
suatu lembaga, benar-benar lekat dengan kebijakan keuangan. Bahkan zakat
memainkan peranan lebih penting dalam menghapus kesenjangan sosial.
Penerapannya tidak hanya dilakukan satu dua hari saja, melainkan melalui rentang
waktu satu tahun.8
Dapat dikatakan, zakat merupakan Undang-Undang jaminan sosial pertama
yang tidak mengandalkan sedekah atau sumbangan suka rela masyarakat. Undang-
Undang ini ditegakkan atas bantuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan setiap
orang, baik sandang, pangan, papan, dan kebutuhan primer lainnya. Ini berlaku bagi
seseorang secara pribadi berikut semua tanggungannya tanpa adanya pemborosan
dan penghematan.9
Apabila semuanya ini dapat dilaksanakan sebagaimana di atur dalam Undang-
Undang, yaitu dengan diserahkannya zakat tersebut oleh muzakki kepada Lembaga
Amil Zakat dan di kelola dengan baik sesuai dengan Undang-Undang maka akan
diperoleh suatu pengelolaan zakat yang efektif dan produktif. Yang tentunya hal ini
dapat terwujud pula dengan Lembaga Amil Zakat yang baik pula. LAZ yang baik
yaitu lembaga yang mempunyai susunan organisasi yang memenuhi syarat, dengan
adanya Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas, Badan Pelaksana. Selain itu para
personil dalam lembaga tersebut harus mempunyai tanggung jawab yang tinggi dan
komitmen akan melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Serta yang tidak
8 Yasin Ibrahim al- Syaikh. Zakat Menyempurnakan Puasa Membersihkan Harta (Bandung: Marja, 2004), 17. 9 Qardhawi., Op. Cit., 136.
kalah penting adalah sistem manajemen organisasi pengelolaan zakat yang baik,
karena tidak ada artinya suatu Lembaga Amil Zakat bila sistem organisasinya
amburadul dan tidak mempunyai suatu pedoman yang baik.
Pada dasarnya, keberadaan Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” di
Kabupaten Ngawi merupakan salah satu lembaga swasta yang bergerak dalam
pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah, yang didirikan pada tahun 2001. Pada
umumnya pengelolaan zakat di Kabupaten Ngawi ditangani oleh Badan Amil Zakat
milik pemerintah dan beberapa organisasi lainnya seperti panitia zakat Nahdhatul
Ulama dan panitia zakat Muhammadiyah. Dengan demikian masing-masing
organisasi mendirikan kepanitiaan yang menggunakan sistem pengelolaan menerima
zakat yang diperoleh dari masyarakat kemudian disalurkan kembali kepada
masyarakat, sesuai dengan ketentuan syariat.
Lembaga Amil Zakat ’’Bina Umat Mandiri” yang ada di Kabupaten Ngawi
adalah lembaga sosial yang merupakan lembaga alternatif yang berazaskan Islam.
Berfungsi untuk meningkatkan pemerataan kesejahteraan kehidupan umat Islam.
Dimana Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” yang nantinya akan mengarah
kepada apa yang disebut fungsi lembaga sosial secara umum. Namun untuk saat ini
Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” di Kabupaten Ngawi hanya memulai
aktivitasnya pada pengumpulan dan pendistribusian zakat saja.10
Adapun orang-orang yang menjadi pengurus Yayasan Harum berinisiatif untuk
mendirikan Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri”. Mereka terdiri dari : H.
Riyadh Rosyadi, Drs. Sudirman, Tri Kusdiarto, Maryoto, S. Pd, Ir. Yahya Amin, MP,
Joko Pitoyo, SE. Ak.
10 Atok Sunu Prastowo, wawancara (Ngawi, 17 Januari 2008).
Perkembangan selanjutnya pada tanggal 13 Januari 2001 lembaga ini
dilegalkan di depan notaris Muchammad Ikhwanul Muslimin, SH dengan Akta No. 5
Kabupaten Ngawi.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka peneliti akan melihat secara langsung
manajemen zakat yang dikelola oleh Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” di
Kabupaten Ngawi. Hal ini karena peneliti memandang peran zakat sangatlah penting
sebagai salah satu sarana pengentasan kemiskinan, akan tetapi semua itu tidak
terlepas bagaimana orang-orang yang akan mengelolanya sehingga dalam
pengelolaan itu mampu untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampikan di atas, maka permasalahan
yang dibahas adalah :
1. Bagaimana manajemen pengelolaan zakat di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat
Mandiri” Kabupaten Ngawi ?
2. Bagaimana upaya-upaya pengentasan kemiskinan masyarakat Kabupaten Ngawi
oleh Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk memahami manajemen zakat di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat
Mandiri” Kabupaten Ngawi.
2. Untuk mendeskripsikan upaya-upaya yang dilakukan Lembaga Amil Zakat
“Bina Umat Mandiri” sebagai sarana pengentasan kemiskinan masyarakat
Kabupaten Ngawi.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan agar memiliki kegunaan sebagai berikut :
1. Teoretis
Sebagai bahan ilmiah yang diharapkan bisa membantu memperkaya khazanah
keilmuan khususnya yang berkaitan dengan manajemen zakat sebagai bahan wacana,
sumbangan teori bagi mereka yang memiliki concern pada persoalan zakat.
2. Praktis
Diharapkan bisa memberikan wawasan baru bagi diri pribadi dan masyarakat
tentang urgensi zakat, sehingga bisa untuk mengembangkan konsep-konsep tentang
manajemen zakat yang baik, efektif dan produktif sebagai makna hakiki dari
diperintahkannya zakat sebagai sarana pengentasan kemiskinan masyarakat
khususnya yang ada di Kabupaten Ngawi.
E. Paradigma Penelitian
Menurut Bogdan dan Biklen, paradigma adalah kumpulan longgar dari
sejumlah asumsi yang di pegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan
cara berpikir dan penelitian.11 Paradigma dalam pandangan filosofis, memuat
pandangan awal yang membedakan, memperjelas dan mempertajam orientasi
11 Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), 30.
berpikir seseorang. Dengan demikian membawa konsekuensi perilaku praktis, cara
berpikir, interpretasi dan kebijakan dalam pemilihan terhadap masalah.
Ada bermacam-macam paradigma penelitian, akan tetapi peneliti memakai
paradigma naturalistic paradigm (paradigma alamiah), yang bersumber pada
pandangan fenomenologis, yang dipusatkan pada konsep tentang metode penelitian.
Peneliti menggunakan paradigma ini dengan alasan agar peneliti lebih mampu
memahami peristiwa yang ada di Lembaga Amil Zakat secara langsung serta hal-hal
yang berkaitan dengan orang-orang yang ada dalam situasi tersebut.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan dalam pembahasan skripsi ini, maka penulis membagi
menjadi lima bab yaitu sebagai berikut :
Bab I ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, paradigma penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II berupa kajian pustaka, yang dimulai dengan penelitian terdahulu, ini
untuk membuktikan bahwa penelitian ini belum pernah diteliti oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Kemudian terdapat perdebatan teori yang terdiri dari problematika
zakat, terdiri dari pengertian zakat, hikmah zakat, harta yang wajib dikeluarkan
zakatnya, orang yang berhak menerima zakat dan orang yang tidak berhak menerima
zakat. Tentang problematika kemiskinan yang terdiri dari pengertian kemiskinan dan
upaya pengentasan kemiskinan. Kami paparkan juga mengenai manajemen, yaitu
pengertian manajemen, itu dimaksudkan agar dalam membahas manajemen dapat
dipahami lebih jelas, kemudian bentuk-bentuk manajemen yang terdiri dari
manajemen klasik dan manajemen modern. Yang terakhir kami cantumkan seputar
Lembaga Amil Zakat itu sendiri, yang terdiri dari pengertian Lembaga Amil Zakat,
susunan organisasi Lembaga Amil Zakat, fungsi dan tugas pokok pengurus Lembaga
Amil Zakat serta tujuan Lembaga Amil Zakat.
Bab III berisi metode penelitian. Dengan ini maka akan mempermudah peneliti
untuk penyusunan skripsi, yang berupa lokasi penelitian. Kemudian metode
penelitian yang terdiri dari pendekatan penelitian, sumber data, metode pengumpulan
data dan teknik pengolahan dan analisis data.
Bab IV merupakan paparan dan analisis data yang berupa susunan organisasi,
tugas pengurus, serta visi dan misi Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri”
Kabupaten Ngawi, upaya-upaya yang dilakukan Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat
Mandiri” Kabupaten Ngawi dalam rangka pengentasan kemiskinan dan metode
pengelolaan zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi,
metode ini terdiri dari pengumpulan zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat
Mandiri” Kabupaten Ngawi, pengelolaan dana zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina
Umat Mandiri” Kabupaen Ngawi dan penyaluran zakat di Lembaga Amil Zakat
”Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi. Dan yang terakhir yaitu analisis data
pemasukan dan pengeluaran zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri”
Kabupaten Ngawi
Bab V adalah penutup. Maka dalam bab ini peneliti memberikan kesimpulan
terhadap hasil penelitian dan saran-saran bagi para pengurus guna meningkatkan
keprofesionalan dan pengelolaan Lembaga Amil Zakat ” Bina Umat Mandiri”
Kabupaten Ngawi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang terkait dengan persoalan zakat bisa dilihat pada, yang
pertama; penelitian Agus Rahmad Riyadi dengan judul ”Pengelolaan Zakat Sesudah
Berlakunya UU No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Pada Bazis Masjid
Agung Jami’ Kota Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1). Pelaksanaan
pengelolaan zakat sesudah berlakunya UU No. 38 tahun 1999 pada BAZIS
mengalami perubahan sedikit demi sedikit sesuai dengan tujuan diberlakukannya
Undang-Undang tersebut. Hal ini terjadi karena lembaga zakat tidak 100 %
mengikutinya, karena ada beberapa hal dalam isi Undang-Undang itu menurut
kalangan ulama terdapat perbedaan dalam memahaminya terutama jika dilihat dari
segi syari’at Islam, sehingga pelaksanaannya tidak dapat berjalan secara optimal. 2).
Dengan berlakunya UU nomor 38 tahun 1999, maka eksistensi BAZIS bertambah
terlihat terutama dalam hal kedudukan, pelaksanaan pengelolaan zakat, serta
mendapat tempat tersendiri dalam hati masyarakat yang telah mempercayai. 3).
Tolok ukur tingkat keberhasilan dalam mengelola zakat sesudah berlakunya UU
nomor 38 tahun 1999 bagi BAZIS Masjid Agung Jami’ kota Malang adalah jika
melaksanakan amanah atau tanggung jawab yang diberikan dapat dijalankan dengan
baik.
Yang kedua; penelitian yang dilakukan oleh Ainur Rifai dengan judul ”Studi
Analisis Terhadap Materi UU No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat
(Telaah Kritik Terhadap Pasal 2, 11,12 dan 14). Hasil penelitiannya adalah 1)
Masuknya badan dalam kategori wajib zakat hanya mempertimbangkan aspek
ekonomisnya saja, tetapi tidak memeliki dasar filosufis dari diwajibkan zakat, karena
pada dasarnya zakat dikeluarkan untuk membersihkan dan mensucikan jiwa dan
harta seseorang yang berzakat. Disamping itu, tidak ada kategori yang jelas tentang
badan dimaksud. 2) Adanya perkembangan obyek zakat dari nash yang telah
ditetapkan Rasulullah SAW adalah dikarenakan harta kekayaan tersebut memiliki
alasan hukum (illat ) diwajibkan zakat terhadap suatu harta kekayaan yaitu illat
kesuburan dan potensi berkembang secara ekonomis. Sedangkan untuk nishab dan
kadar dari harta tersebut yang selama ini masih kontroversial, harus diadakan
kesepakatan dari para ulama untuk menetapkan nishab dan kadar yang harus
dikeluarkan dalam bentuk aturan pelaksana, dengan terlebih dahulu memperhatikan
sifat, karakter, arah pengembangan kekayaan tersebut, dan seberapa besar peranan
manusia didalamnya, sehingga nampak jelas, kearah mana harta tersebut harus
diqiyaskan. 3) Tugas dan wewenang amil zakat sebagaimana termaktub dalam pasal
12 ayat (1) tidak sesuai dengan Al-Qur’an surah At-Taubah : 103 dan data empiris
pada masa Nabi dan para sahabat tentang pelaksanaan zakat dan peranan amil
didalamnya. Ketentuan tersebut secara implisit juga menunjukkan karakter dari
Undang-Undang ini yang bersifat fakultatif (tidak mempunyai kekuatan memaksa).
4) Perlu adanya perumusan lebih lanjut mengenai jenis pembayaran zakat mana yang
dapat diperhitungkan untuk mengurangi beban pajaknya. Dari penjabaran di atas juga
nampak jelas bahwa pasal 14 ayat (3) UU No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat tidak sejalan dengan UU pajak penghasilan.
Yang ketiga; penelitian yang dilakukan oleh Izzatul Widadiyah dengan judul
”Investasi Zakat dalam Perspektif Hukum Islam”. Hasil penelitiannya adalah 1)
Zakat mal saat ini dirasakan akan lebih efektif dan optimal jika pemanfaatannya
dengan cara produktif kreatif. Hal ini akan berpengaruh positif pada kemandirian dan
kreatifitas masyarakat. Selain itu, agar kehidupan perekonomian rakyat menjadi
semakin baik dan keluar dari kemiskinan dengan memanfaatkan zakat yang diubah
menjadi bentuk modal uang atau barang untuk usaha. Konsep investasi zakat disini
dapat menggunakan cara kerja sama antara pengelola harta zakat dengan pengusaha
atau pemilik keahlian. Kerja sama ini dapat dilakukan dengan beberapa sistem yang
terdapat dalam Islam, salah satunya adalah al-Mudhârabah dan al- Musyarâkah. 2)
Investasi zakat menjadi sangat sesuai dengan kondisi krisis ekonomi dan masih
merajalelanya kemiskinan saat ini. Investasi zakat diharapkan dapat menginvestasi
masyarakat untuk giat bekerja dan berusaha, agar tidak selamanya menjadi miskin.
Berangkat dari asumsi dasar tersebut di atas, maka menginvestasikan zakat hukumya
boleh dan tidak dilarang oleh ajaran Islam selama tidak merugikan kepentingan
umum umat Islam dengan memegang teguh pada konsep al-Maslahah Mursalah Lil
Ummah.
Yang keempat; penelitian ini dilakukan oleh Abdul Kadir dengan judul
”Pengelolaan Zakat di BAZDA Kota Blitar (Studi Implementasi dan Implikasi UU
No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat)”. Hasil penelitiannya adalah 1)
Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) kota Blitar, secara historis terbentuknya atas
usulan dari kantor Departemen Agama kota Blitar dan perundang-undangan yang
ada, terutama UU Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, walaupun
demikian hasil survey dan riset, bahwa secara konseptual BAZDA kota Blitar
memang tidak terlepas dari Undang Undang tersebut, tapi secara praktis belum bisa
mencerminkan keberadaan UU Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
Manajemen dalam organisasi sangat dibutuhkan, sebagai upaya untuk mencapai
tujuan dari organisasi tersebut. Tidak terlepas dari Badan/Lembaga Pengelola Zakat
itu sendiri. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan perlu adanya manajemen yang
baik dalam pengelolaan, pengumpulan, pendayagunaan dan pendistribusian Dana
Zakat, Infaq dan Shadaqah, sehingga tepat sasaran, tepat guna dan bermanfaat bagi
para mustahiq, bukan hanya dalam jangka pendek, tapi lebih dari itu, jangka pajang.
Manajemen yang dimaksud adalah 1) Perencanaan, 2) Organisasi 3) Pelaksanaan dan
4) Pengawasan. Lain halnya dengan BAZDA kota Blitar, sebagai organisasi sosial,
manajemen yang peneliti ungkapkan diatas sangat penting untuk diterapkan.
Kecenderungan itu kearah sana masih belum terwujud dikarenakan beberapa
hambatan, baik secara internal maupun eksternal.
Melihat konteks dan wilayah penelitian sebelumnya maka yang membedakan
adalah peneliti lebih mengfokuskan seberapa besar peran zakat dalam rangka
mengentaskan kemiskinan yang di kelola Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat
Mandiri” Kabupaten Ngawi dengan memaparkan upaya-upaya yang dilakukan untuk
mewujudkan tujuannya tersebut.
B. Perdebatan Teori
1. Problematika zakat
a. Pengertian zakat
Zakat menurut lughat, berarti: kesuburan, kesucian dan keberkahan, sesuai
dengan firman Allah di dalam Al- Quran:
&�� و#8آ��� #��7ه� 23/4 ��� أ�ا �� ��
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu, engkau
membersihkan dan mensucikan mereka.12
Adapun pengertiannya menurut syara’ yang telah dirumuskan oleh fuqaha
antara lain sebagai berikut: 1). Pemberian suatu yang wajib diberikan dari
sekumpulan harta tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu, kepada golongan
tertentu yang berhak menerimanya.13 2). Nama harta yang dikeluarkan manusia dari
hak Allah, untuk diberikan kepada fakir miskin.14 3). Nama sebagian dari harta yang
dikeluarkan oleh hartawan, untuk diberikan kepada saudaranya yang fakir-miskin
dan untuk kepentingan umum yang meliputi penerbitan masyarakat dan peningkatan
12QS. At Taubah: 103. 13 Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Ilmu Fiqih, Jilid 1, Jakarta Pusat, 1983.229 (Dalam Muhammad Ja’far, zakat puasa dan haji. Kalam mulia. Jakarta.1988. Hal 1) 14 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah (Beirut:.Darul Fikri, 1977), 276.
taraf hidup umat.15 4). Mengeluarkan sebagian dari harta, guna diberikan kepada
mereka yang telah diterangkan syara’, menurut aturan yang telah ditentukan di dalam
kitabullah, sunnah rasul dan undang-undang fiqh.16
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat dipahami bahwa zakat adalah ibadah
fardhu yang wajib atas setiap muslim melalui harta benda dengan syarat-syarat
tertentu. Zakat adalah ibadah fardhu yang setara dengan shalat fardhu, karena ia
adalah salah satu rukun dari rukun-rukun Islam yang lima, berdasarkan dalil Qur’an,
sunnah dan ijma’.
Zakat merupakan ibadah pokok dan bukan pajak, merupakan pertumbuhan dan
sekaligus penyucian diri. Secara teknis, zakat berarti menyucikan harta milik
seseorang dengan cara pendistribusian oleh kaum kaya sebagian harta kepada kaum
miskin sebagai hak mereka, dan bukan derma. Dengan membayarkan zakat, maka
seseorang memperoleh penyucian hati dan dirinya serta telah melakukan tindakan
yang benar dan memperoleh rahmat selain hartanya akan bertambah.17
b. Hikmah zakat
Ulama fiqih menyatakan bahwa sudah merupakan sunnatullah bahwa ada
orang yang memiliki rizkinya dilapangkan oleh Allah SWT sehingga ia memiliki
harta yang banyak, sedangkan sebagian yang lain tidak demikian, sehingga mereka
berada dalam kemiskinan. Untuk mengatasi kenyataan ini, Allah SWT mewajibkan
orang-orang kaya untuk membantu saudara-saudaranya yang miskin, terutama
melalui zakat. Sehingga ulama fiqih menetapkan bahwa hikmah zakat tersebut di
antaranya adalah sebagai berikut : 1). Memelihara harta orang-orang kaya dari
15 Mahmud Shaltut, Ala Fatawa (Kairo: 1966), 114. 16 Hasbi Ash Shiddeqy, Pedoman Zakat (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), 5. 17 Yasin Ibrahim al- Shaikh, Zakat Menyempurnakan Puasa Membersihkan Harta (Bandung: Marja, 2004), 27.
tangan-tangan penjahat yang diantaranya disebabkan terjadinya kesenjangan sosial.
2). Membantu para fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan, sehingga
kecemburuan sosial dapat dihilangkan serta ketentraman dan kestabilan masyarakat
dan negara terjamin. 3). Membersihkan diri dari sifat kikir dan pelit, sehingga orang
kaya meyakini secara sadar bahwa zakat itu bukan semata-mata kewajiban, tetapi
juga tanda rasa solidaritas sosial yang diwajibkan oleh Allah SWT. 4).
Membersihkan harta yang diperoleh yang mungkin dalam memperolehnya terjadi
kekhilafan dan kealpaan yang tidak disengaja. 5). Menunjukkan rasa syukur atas
nikmat kekayaan yang diberikan oleh Allah SWT.18 6). Zakat yang dikeluarkan
sebagai jalan pemerataan rizki terhadap seseorang untuk kelangsungan hidupnya,
mana langkah baginya seorang muzakki yang mengeluarkan zakat dapat memberikan
kelangsungan hidup orang lain. 7). Dengan rizki yang diperoleh oleh fakir miskin
dari zakat yang dikeluarkan dari seorang muzakki maka fakir miskin tersebut akan
terhindar dari kekufuran karena dapat memenuhi kebutuhannya. 8). Zakat merupakan
pembinaan memperkokoh persaudaraan baik antara si kaya dengan yang miskin,
bahkan merupakan kemaslahatan dunia dan ukhrawi.19
18 Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van hoeve, 2001), 1986. 19 Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Lembaga Pengelola Zakat.Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Direktorat pengembanagn Zakat dan Wakaf Tahun 2003. 126.
c. Harta yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya
Harta-harta yang wajib dizakati pada garis besarnya adalah sebagai berikut:
1). Emas dan perak (mata uang).
Emas dan perak disebut juga dengan mata uang, karena kedua jenis logam
inilah yang menjadi standar uang internasional, terutama emas. Adanya wajib zakat
pada mata uang, emas dan perak.20 Berdasarkan pada Firman Allah sebagai berikut :
8ون وا��ن� +*��� ��A@ �م . ا��� &<�اب (�>�ه� ا, ;��: (- � ���� و وا� '2 ا��ه9 �
@) ���� � ه�ا��آ8#� و�Cره� و�&�� ���ه�� &�� (��ى �ر��� � �� (�و3ا��آ
8ون�#.
Artinya: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah mereka, (bahwa mereka akan mendapatkan) siksa yang pedih Ingatlah pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam api neraka jahannam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka,”inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) api yang kamu simpan itu”.21
Nisab emas dan jumlah zakatnya
No Nisab Emas Jumlah Zakatnya
1. 80 gram emas 2 gram
2. 90 gram emas 2,25 gram
3. 100 gram emas 2,5 gram
4. 150 gram emas 3,75 gram
5. 200 gram emas 5 gram
6. 250 gram emas 6,25 gram
20 Muhammadiyah Ja’far. Zakat Puasa dan Haji (Jakarta: Kalam Mulia, 1988), 19. 21QS. Al- Taubah: 34-35.
7. 300 gram emas 7,25 gram
8. 400 gram emas 10 gram
9. 500 gram emas 12,5 gram
Nisab perak dan jumlah zakatnya
No Nisab Perak Jumlah Zakatnya
1. 560 gram perak 14 gram
2. 600 gram perak 15 gram
3. 700 gram perak 17,5 gram
4. 1000 gram perak 25 gram
5. 2000 gram perak 50 gram
6. 3000 gram perak 75 gram
7. 4000 gram perak 100 gram
2). Barang-barang perniagaan.
Segala macam jenis harta atau barang yang diperdagangkan orang, baik yang
termasuk jenis harta yang wajib dizakati, seperti: bahan makanan dan ternak, maupun
harta yang tidak wajib pajak, seperti: tekstil, hasil kerajinan, kelapa, tebu, pisang,
tanah, mebel dan sebagainya, semuanya wajib dizakati, jika telah memenuhi syarat-
syaratnya.
Jumhur Ulama sahabat, tabi’in, dan fuqaha setelah tabiin, sepakat bahwa
barang-barang perniagaan wajib dizakati, berdasarkan ayat Al-Quran di dalam surat
Al Baqarah, ayat 267, Allah berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Adapun syarat-syarat wajib zakat barang-barang dagangan, adalah 1). Adanya
niat untuk bisnis dalam berbagai macam barang tersebut. 2). Nilai-nilai barang yang
di perdagangkan itu, telah sampai pada batas nisab pada akhir dagang itu. 3). Nisab
yang menjadi patokan di dalam barang-barang dagangan adalah, nisab emas dan
perak.22
3). Hasil tanaman dan buah-buahan.
Hasil tanaman dan buah-buahan wajib dizakati, berdasarkan Hadits Nabi
sebagai berikut :
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda :
�<�نوا وا����ر ا����ء ;�� (��� و;*� +*�$ ا, 4*@ ا, ر;ل �3ل :+���3ل ا&� +�
.ا�>� �IJ أوا�'H &���ا�- ;�- و(��� ا�<>�، &<F اوآ�ن
22 Muhammadiyah Ja’far, Op.Cit 32.
Artinya: Dari Ibnu Umar, dia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda, “pada tumbuhan yang pengairannya dari langit (hujan), sungai dan mata air-atau tumbuhan yang tidak butuh pengairan, zakatnya adalah sepersepuluh (10%), dan pada tumbuhan yang diairi dengan alat pengairan, alat penarik air, zakatnya seperdua puluh (5%). (Shahih : Mutafaq Alaih). 23
Nisab padi yang dikeluarkan baik dengan irigasi ataupun dengan kincir
No Nisab Padi dengan Liter
Jumlah Zakatnya
Dengan Irigasi
10 %
Dengan Kincir
5 %
1. 2000 liter 200 liter 100 liter
2. 3000 liter 300 liter 150 liter
3. 4000 liter 400 liter 200 liter
4. 5000 liter 500 liter 250 liter
5. 6000 liter 600 liter 300 liter
6. 7000 liter 700 liter 350 liter
7. 8000 liter 800 liter 400 liter
8. 9000 liter 900 liter 450 liter
9. 10000 liter 1000 liter 500 liter
Nisab beras yang dikeluarkan baik dengan irigasi ataupun dengan kincir
No Nisab Beras dan Jagung
Jumlah Zakatnya
Dengan Irigasi
10%
Dengan Kincir
5%
1. 1000 liter 100 liter 50 liter
2. 2000 liter 200 liter 100 liter
3. 3000 liter 300 liter 150 liter
23 Muhammad Nashiruddin Al Albani. Shahih Sunan Abu Daud (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007). 621.
4. 4000 liter 400 liter 200 liter
5. 5000 liter 500 liter 250 liter
6. 6000 liter 600 liter 300 liter
7. 7000 liter 700 liter 350 liter
8. 8000 liter 800 liter 400 liter
9. 9000 liter 900 liter 450 liter
4). Hewan ternak.
Ternak yang disepakati wajib zakat ada tiga jenisnya yaitu : unta, sapi
(termasuk kerbau) dan kambing (termasuk kibas atau domba). Semua ini wajib
dikeluarkan zakatnya apabila telah memenuhi syarat-syarat wajibnya yaitu : a)
Digembalakan di padang rumput sepanjang tahun menurut jumhur ulama. Adapun
ulama Malikiah, tidak mensyaratkan seperti tersebut; tetapi mereka mewajibkan
zakat pada ternak, baik yang di gembalakan di padang bebas, maupun yang di beri
makan di kandangnya. b) Adanya ternak itu, untuk produksi susu atau daging, bukan
dipakai untuk bertani, demikian pendapat jumhur. Akan tetapi ulama Malikiah tidak
mensyaratkan hal tersebut, mereka mengatakan, bahwa ternak itu wajib di zakati,
sama saja bekerja atau tidak. c) Jumlahnya telah sampai senisab, dan telah cukup
setahun dimiliki.24
24 Muhammadiyah Ja’far, Op.Cit . 49.
Nisab dan Zakat Unta
No Nisabnya Zakatnya Umurnya
1. 5-9 ekor 1 ekor kambing 2 tahun
2. 10-14 ekor 2 ekor kambing 2 tahun
3. 15-19 ekor 3 ekor kambing 2 tahun
4. 20-24 ekor 4 ekor kambing 2 tahun
5. 25-35 ekor 1 ekor anak unta 1 tahun lebih
6. 36-45 ekor 1 ekor anak unta 2 tahun lebih
7. 46-60 ekor 1 ekor anak unta 3 tahun lebih
8. 61-75 ekor 1 ekor anak unta 4 tahun lebih
9. 76-90 ekor 2 ekor anak unta 2 tahun lebih
10. 91-120 ekor 2 ekor anak unta 3 tahun lebih
11. 121 ekor 3 ekor anak unta 3 tahun lebih
Nisab dan Zakat ternak sapi
No Nisabnya Zakatnya Umurnya
1. 30-39 ekor 1 ekor anak sapi 1 tahun lebih
2. 40-59 ekor 1 ekor anak sapi 2 tahun lebih
3. 60-69 ekor 2 ekor anak sapi 1 tahun lebih
4. 70 ekor 1 ekor anak sapi 1 tahun lebih
Nisab dan Zakat ternak kambing
No Nisabnya Zakatnya Umurnya
1. 40-120 ekor 1 ekor anak kambing 2 tahun lebih
2. 121-200 ekor 2 ekor anak kambing 2 tahun lebih
3. 201-399 ekor 3 ekor anak kambing 2 tahun lebih
4. 400 ekor 4 ekor anak kambing 2 tahun lebih
Apabila telah lebih dari 400 ekor, maka tiap-tiap 100 ekor, zakatnya 1 ekor
anak kambing yang telah berumur 1 tahun lebih.
5). Hasil tambang dan rikaz.
Zakat barang tambang dan harta terpendam, terdapat perbedaan pendapat ulama
fiqih dalam mengartikan barang tanbang dan harta terpendam, dalam kaitannya
dengan kewajiban zakat. Ulama Mazhab Hanafi berpendapat bahwa barang tambang
dan rikaz mengandung pengertian yang sama, yaitu sama-sama barang yang
dikeluarkan dari perut bumi. Bedanya menurut mereka, hanya dari segi subyeknya,
yaitu barang tambang tersimpan di perut bumi atas ciptaan Allah SWT, sedangkan
rikaz merupakan perbuatan manusia masa lalu. Ulama Hanafi membagi barang
sejenis itu kepada tiga bentuk (a) yang bersifat baku dan harus diolah dan dibentuk
oleh manusia, seperti emas, perak, dan tembaga. (b) yang bersifat cair, seperti
minyak bumi. (c) yang bersifat padat, tetapi biasanya tidak diolah dan dibentuk
manusia, seperti batu akik, celak dan kapur.
Segala macam harta benda tersebut wajib dikeluarkan zakatnya, jika muzakki
telah memenuhi syarat-syarat wajibnya, yaitu:
a. Islam; Tidak ada wajib zakat atas harta orang non islam.
b. Baligh dan berakal sehat; anak-anak yang belum baligh, dan orang-orang yang
tidak waras akalnya tidak wajib zakat baginya, tetapi harta keduanya wajib
dizakati oleh walinya masing-masing.
c. Sampai senisab dengan milik yang sempurna.
Yang dimaksud dengan nisab adalah suatu jumlah tertentu bagi setiap jenis
harta yang termasuk wajib zakat, selain dari kebutuhan hidup sehari-hari, seperti:
sandang, pangan, papan, kendaraan dan alat-alat untuk bekerja.
Nisab hasil tambang ini, tidak disyaratkan haul (cukup setahun). Akan tetapi,
manakala hasil tambang sampai senisab, maka di saat itu pula wajib dikeluarkan
zakatnya, 1/40 (2,5 %), dari jumlah hasil tambang yang sudah dibersihkan dari
kotorannya. Sedangkan nisab rikaz itupun sama menurut Imam Abu Hanifah dan al
Hadawiyah yaitu 1/5 (khumus) = 20% zakatnya.
d. Orang-Orang yang Berhak Menerima Zakat
Di dalam obyek penyaluran zakat, tampak sekali betapa besar peranan zakat,
untuk membangun masyarakat dan meningkatkan taraf hidup umat. Hal ini dapat kita
lihat pada setiap sektor obyeknya yang meliputi pembinaan pribadi umat dan
pembangunan masyarakat, dalam berbagai aspeknya. Di dalam Al-Quran Allah
berfirman :
Artinya : ”Sesungguhnya zakat- zakat itu, hanyalah untuk orang- orang fakir, orang-orang miskin, amilin, para muallaf yang di bujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, dan orang-orang yang berhutang, untuk dijalan Allah, dan untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. At-Taubah 60).
Dari ayat di atas menjadi jelas arah penggunaan dana pengumpulan hasil zakat,
yaitu salah satunya adalah untuk menanggulangi kemiskinan. Dari Hadits Nabi
SAW., menyatakan bahwa Islam mengikrarkan bahwa tidak ada Tuhan selain dari
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat,
berpuasa dalam bulan ramadhan, dan berhaji bagi siapa yang mampu. Jadi disini
zakat fitrah secara khusus dipastikan untuk disampaikan pada masyarakat miskin.
Beberapa petunjuk Nabi, bahwa zakat dikumpulkan dari orang kaya untuk disalurkan
bagi orang miskin. Dengan perkataan lain, kewajiban zakat benar-benar
memprioritaskan pada upaya untuk menanggulangi kemiskinan. Atau upaya untuk
menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan adalah merupakan salah satu
kriteria persaksian Islam.25
Penjelasan tentang orang-orang fakir dan miskin, menurut para ulama adalah
orang-orang yang paling berhak menerima zakat. Tetapi secara terpisah, terdapat
perbedaan pendapat di antara mereka, dan ada pula yang berpendapat bahwa, fakir
dan miskin itu adalah dua nama yang bersatu pada orang yang tidak memiliki
kecukupan di dalam kebutuhan hidupnya. Yang dimaksud orang fakir di sini adalah
orang yang tidak mempunyai harta sama sekali, dan juga tidak mempunyai mata
pencaharian atau usaha yang jelas dan tetap, sehingga ia tidak mampu memenuhi
25 Sakri Muhammad, Mekanisme Zakat dan Permodalan Masyarakat Muslim (Malang : Bahtera Press, 2006), 45.
kebutuhan pokok hidupnya.26 Sedangkan orang miskin adalah orang yang
mempunyai harta sekadarnya, atau mempunyai pekerjaan tertentu yang dapat
menutup sebahagian hajatnya, akan tetapi selalu tidak mencukupi.
Menurut ulama Syafi’iyah, fakir ialah: orang yang yang sangat melarat
hidupnya, tidak memiliki harta dan tenaga; sedang orang miskin ialah: orang yang
yang tidak memiliki kecukupan dalam penghidupannya sehari-hari. Akan tetapi para
Ulama Hanafiah mengatakan bahwa: orang-orang miskin itu, lebih melarat dari pada
orang-orang fakir. Sehubungan dengan beberapa pendapat tersebut, maka T. M.
Hasbi Ash-Shiddiqi mengatakan; fakir miskin itu, dua kata yang berlainan
pengertiannya, bersatu pada zatnya. Inilah makna yang didapati sesudah melalui
berpuluh-puluh pendapat, dan inilah yang dipandang teguh alasannya. Jadi
kesimpulannya, bahwa fakir itu ialah orang-orang yang menghendaki pertolongan,
dan perlu ditolong, dalam menyelenggarakan keperluan hidupnya sehari-hari, dan
miskin itu ialah, orang-orang fakir yang tenang, dan tidak meminta-minta.27
Makna amilin ialah orang-orang yang ditugaskan untuk mengumpulkan zakat
dari orang-orang yang berzakat, dan membagi-bagikannya kepada orang-orang yang
berhak. Amilin juga bertugas untuk mengerjakan pembukuannya, dan mengelolanya.
Amilin atau panitia zakat ini, berhak mendapat bagian dari zakat itu, sebagai imbalan
jasa dari tugas pekerjaan mereka, walaupun mereka termasuk dalam kategori orang
kaya.28
26 Zakiah Darajat, Zakat Pembersih Harta dan Jiwa (Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam RUHAMA, 1993), 77. 27 Mumammadiyah Ja’far, Zakat Puasa dan Haji (Jakarta : Kalam Mulia,1988)., 70. 28 Ibid., 71.
Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW bersabda:
إ �)- اA# 23/4: : و;*� +*�$ ا, 4*@ ا, ر;ل �3ل �3ل ا�"/ري، ;<�/ أ&- +�
(�ه/اه� +*�$ او(���#J/ق ا;��اه�&���$، أو�)- ا,، ;��: أو�)�ز(- :+*��� :�<�� :�"��2
- رم او.� �)
Artinya: Dari Abu Said Alkhudri, ia berkata, ”Rasulullah SAW bersabda, zakat tidak boleh diberikan kepada orang kaya, kecuali karena lima perkara : karena ia petugas zakat, orang yang berperang dijalan Allah, orang kaya yang membelinya dengan hartanya sendiri, orang miskin yang menerima zakat kemudian ia menghadiahkannya untuk seorang yang kaya, atau orang yang banyak hutang.” (Shahih : Al Irwa’ (870), At-Ta’liq ala Ibni Khusamah (236-2373).29
Oleh sebab itu, maka bagian untuk amilin ini, tidak disamakan jumlahnya
dengan bagian lainnya, seperti fakir-miskin, karena amilin ini diberikan bagian,
bukan karena kebutuhannya.
Mengingat zakat merupakan potensi yang sangat penting untuk pembangunan
masyarakat muslim, oleh karena itu, orang-orang yang ditunjuk sebagai amil zakat,
benar-benar adalah orang yang terpercaya, karena masalah zakat adalah masalah
sensitif, sehingga kejujuran dan keikhlasan sangat diperlukan bagi para amilin
(panita zakat) dan mereka tidak dibenarkan langsung mengambil langsung bagiannya
sendiri, sebelum disetujui oleh atasannya atau sesama panitia yang
bertanggungjawab dalam tugasnya.30
Menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad, orang-orang muallaf
(orang yang dapat dibujuk hatinya) dengan zakat adalah: a) Orang yang baru masuk
Islam dan imannya masih lemah. Mereka diberikan zakat, sebagai bantuan untuk
meningkatkan imannya. b) Pemimpin yang telah masuk Islam, dan diharapkan akan
29 Muhammad Nashiruddin Al Albani Shahih Sunan Ibnu Majah. (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007). 159. 30 Ja’far, Op. Cit,. 71.
mempengaruhi kaumnya yang masih kafir, supaya mereka masuk Islam. c)
Pemimpin yang telah kuat imannya, diharapkan mencegah perbuatan jahat orang-
orang kafir yang ada di bawah pimpinannya, atau perbuatan orang-orang yang tidak
mau memelihara zakatnya. d) Orang-orang yang dapat mencegah tindakan orang-
orang yang tidak mau membayar zakat. Sedangkan menurut Imam Mawardi
menjelaskan bahwa mualaf itu ada empat kelompok, 1) Kelompok yang tunduk pada
pertolongan umat Islam, 2) Kelompok yang tunduk karena cinta pada Islam, 3)
Kelompok yang tunduk pada masyarakat Islam, dan 4) Kelompok yang tunduk pada
orang-orang Islam. Begitu pentingnya penerima zakat yang awalnya adalah orang-
orang kafir ini yang tunduk pada masyarakat Islam, meskipun dengan sikap netral
dan imannya belum direalisasikan, penerima zakat ini akan selalu ada untuk
menyelamatkan orang kafir atau masyarakat yang sesat, supaya mendapat hidayah
dengan tunduk pada Islam dan menjauhi perbuatan keji. Dasar bagi penerima zakat
ini adalah sebagai hidayah bagi orang kafir dan pertolongan bagi mereka, bukan atas
perlindungan umat Islam. Jika tidak demikian, maka penerima zakat ini akan
melakukan perbuatan yang merugikan yang melemahkan kedudukan mereka, tujuan
hidayah ini adalah untuk menaklukkan hati mereka, sebagaimana penerima zakat
hanya sebagai jaminan sosial yang tetap ada.31
Kata “Riqab” adalah jamak daripada “Raqabah” menurut bahasa berarti :
pangkal leher.32 Menurut istilah syara’, riqab berarti : budak, atau hamba sahaya.
Budak dinamakan “raqaba atau riqab”, karena dia dikuasai sepenuhnya oleh
tuannya. Ketaatannya kepada tuannya serupa dengan hewan yang diikat lehernya, ke
31 Gazi Inayah, Teori Komprehensip tentang Zakat dan Pajak (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2003). 279. 32 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta : Hidakarya Agung, 1990). 145.
mana saja ditarik, ia harus mengikut. Jadi yang dimaksud dengan riqab itu adalah
budak belian yang di beri kesempatan oleh tuannya untuk mengumpulkan uang guna
penebus dirinya, agar dia mendapat status sebagai manusia merdeka.33 Untuk
melepas ikatan budak itu, dan membebaskannya dari kungkungan perbudakan, dan
mengembalikannya kepada fitrahnya sebagai hamba Allah yang merdeka, maka
agama Islam menetapkan di dalam undang-undang zakat, satu bagian untuk
membebaskan budak dari ikatannya
Yang dimaksud dengan gharimin ialah orang-orang yang tersangkut utang
karena kegiatannya dalam urusan kepentingan umum, antara lain misalnya:
mendamaikan perselisihan antara keluarga, memelihara persatuan umat Islam,
melayani kegiatan dakwah Islam dan sebagainya, mereka berhak menerima bagian
zakat. Dari sini maka ulama fiqih tentang berhaknya yang berutang (gharim) diberi
zakat, adalah untuk menghindarkan yang bersangkutan dari hidup berutang, (1) baik
untuk kepentingan pribadi, (2) menciptakan kerukunan, dan (3) untuk kepentingan
pendidikan dan sosial keagamaan. Jelas sekali betapa besar dorongan Islam supaya
orang mau berbuat baik.34
Pengertian Sabilillah adalah segala jalan yang akan mengantarkan umat kepada
mardhatillah. Sabilillah ini meliputi seluruh kepentingan agama Islam dan umatnya.
Yang paling utama ialah membiayai pasukan sukarelawan Islam, melengkapi
berbagai jenis persenjataan dan perbekalannya, serta alat pengangkutan, mendirikan
balai pengobatan (rumah sakit), membangun jalan umum dan sarana kesejahteraan
umat, serta membiayai organisasi gerakan dakwah Islam.35
33 Zakiah Darajat, Zakat Pembersih Harta dan Jiwa. (Jakarta: YPI RUHAMA, 1993), 81. 34 Ibid.,. 82. 35 Muhammadiyah Ja’far, Zakat Puasa dan Haji (Jakarta: Kalam Mulia,1975), 75.
Yang dimaksud dengan Ibnusabil ialah : orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, jauh dari kampung halamannya, jauh dari harta bendanya, sedang ia
membutuhkan biaya untuk menyelesaikan tugasnya, dan untuk kembali ke negerinya,
misalnya orang yang melakukan perjalanan ke luar daerah, atau keluar negeri untuk
mencari ilmu, melakukan penelitian ilmiah, atau untuk memperbaiki hubungan antar
daerah, atau antar negara muslim. Adapun orang-orang yang melakukan perjalanan
sebagai wisatawan, atau olah ragawan, untuk melakukan pertandingan dalam rangka
memperebutkan kejuaraan di daerah lain, atau untuk popularitas namanya, maka
orang-orang yang seperti itu, tidak termasuk golongan ibnusabil, yang berhak
mendapat bagian dari zakat.36
e. Orang-orang yang tidak berhak menerima zakat
Adapun orang-orang yang tidak berhak menerima zakat adalah sebagai berikut
: 1). Keturunan Nabi ; anak cucu Rasulullah SAW yaitu keturunan dari Rasulullah
SAW yang bisa disebut Bani Hasyim dan Bani Muthalib, tidak boleh menerima harta
zakat. 2). Keluarga muzakki; zakat tidak boleh diberikan kepada bapak, kakek, ibu,
nenek, anak laki-laki atau perempuan cucu orang yang membayar zakat, bahwa
seorang suami tidak boleh memberikan zakat kepada istri, sebab ia wajib
menafkahinya. 3). Orang yang tidak beribadat sunat; orang yang tidak
berkesempatan berusaha disebabkan waktunya dipergunakan untuk beribadah maka
36 Ibid., 76.
zakatnya tidak boleh diberikan kepadanya. 4). Kafir harbi; orang kafir atau tidak
beragama Islam, tidak boleh menerima zakat.37
2. Problematika Kemiskinan
a. Pengertian Kemiskinan
Al-faqr (kemiskinan) berasal dari kata fuqara-yafquru-faqran, artinya ihtaja
(membutuhkan). Al-faqr artinya al-hajah (kebutuhan) atau ihtiyaj (membutuhkan).
Al-jurjani dan Ibn Kamal berkata, al-faqr adalah tidak memiliki apa yang
dibutuhkan, sementara tidak memiliki apa yang dibutuhkan tidak disebut al-faqr.
Secara bahasa, kemiskinan adalah kondisi saat seseorang itu membutuhkan sesuatu
tetapi ia tidak memiliki sesuatu yang dibutuhkan. Karena itu, dalam kamus dikatakan
al-faqr (kemiskinan) adalah lawan dari al-ghina (kaya/kecukupan).38
Islam menentukan beberapa kebutuhan yang bersifat mendasar dan harus
dipenuhi. Kebutuhan itu adalah makanan, pakaian (Q.S Al-Baqarah : 233) dan
tempat tinggal (Q.S Ath-Thalaq : 6). Ketiga kebutuhan itulah yang wajib dipenuhi.
Selain ketiganya merupakan kebutuhan sekunder.
Para fuqaha mengatakan, orang yang kaya adalah orang yang bisa
mengusahakan pemenuhan makanan pokoknya berikut keluarganya. Dengan begitu,
ia tidak memerlukan lagi makanan yang semisal. Ia juga mampu mengusahakan
pakaian dan tempat tinggal mereka, termasuk yang semisalnya kendaraan dan
37 Petujuk Pelaksanaan Pembinaan Lembaga Pengelola Zakat. Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraa Haji Direktorat Pengembangan Zakat Dan Wakaf. 73. 38 Majalah Al- Wa’ie (1-28 Februari 2007), 60.
perhiasan secara layak.39 Jadi, orang kaya adalah orang yang bisa memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya berikut orang yang menjadi tanggungannya secara layak,
bukan hanya kebutuhan pokok tetapi juga kebutuhan lain yang menjadi kebutuhan
mereka menurut kelayakan di masyarakat. Kecukupan pemenuhan kebutuhan itu
bukan hanya pemenuhan ala kadarnya, tetapi harus secara ma’ruf (Q.S Al- Baqarah :
233).
Adapun Rasulullah SAW menafsirkan tentang orang miskin melalui haditsnya,
sebagai berikut :
ا��ي ا�7اف &��ا ا������ ��P :�3ل و;*� +*�$ ا, 4*@ ا, ر;ل أن ه���ة، أ&- +�
ا��ي :�3ل ا������؟ (�� :��3ا وا����#�ن، وا����ة وا�*����ن، ا�*��2 #�دS ا��س، +*- �7ف
-./V� ،$� .ا��س (���ل و ��م، +*�$، (��J/ق �$، � �7 و �)
Artinya: Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, ” Orang miskin bukanlah orang yang mengelilingi manusia (untuk meminta-minta), di mana sesuap atau dua suap telah mengusirnya dari pintu ke pintu setelah mendapatkannya, juga satu biji atau dua biji kurma”. Mereka bertanya, ”Lalu siapakah yang dinamakan orang miskin?” Beliau bersabda, Orang yang tidak bisa mencukupi kebutuhannya dan tidak diketahui kebutuhannya, sehingga diberi sedekah dan tidak bangun lalu meminta-minta kepada manusia.” (Shahih : At-Tirmidzi. Muttafaq alaih dan Takhrij Musykilah Al Faqr (77)).40
Sedangkan golongan Hanafiyah mendefinisikan miskin ialah :
W*�� ��X ا��ي
Artinya : “…yang tidak memiliki sesuatu (harta atau tenaga)”.
39 Taqyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatuf Perspektif Islam (Surabaya :Risalah Gusti, 1996), 214-215. 40 Muhammad Nashiruddin Al Albani Shahih Sunan An-Nasa’i. (Jakarta : Pustaka Azam, 2006). 344.
Berdasarkan gambaran batasan fakir miskin di atas, maka dua sifat yang
melekat pada kedua terminologi itu disebut kemiskinan (al-miskin).41
Kemiskinan sering dianggap sebagai sebuah keniscayaan dalam kehidupan
dunia ini. Allah SWT. Menciptakan segala sesuatu dalam keadaan berpasang-
pasangan : siang-malam, tua-muda, lemah-kuat, laki-laki-perempuan, senang-susah,
kaya-miskin, dan sebagainya. Seperti dalam sutat Adz- Dzaariyaat ayat 49:
Artinya : ”Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya
kamu mengingat akan kebesaran Allah”.
Dalam surat Az-Zukhruf ayat 32 :
Artinya :”Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Ayat tersebut tidaklah dimaksudkan bahwa kemiskinan merupakan suatu
sunnatullah yang bersifat pasti dan tetap, sehingga tidak perlu ada upaya-upaya
penanggulangannya. Justru ayat tersebut menggambarkan keharusan adanya sinergi
antara kelompok yang kuat atau kaya dengan keompok yang lemah atau miskin.42
41 Abdurrachman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), 210. 42 Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah dan Bertambah (Jakarta :Gema Insani Press, 2007), 208.
Adapun dasar dan latar belakang pertimbangan syariat menetapkan delapan
golongan penerima zakat tersebut, penyebab jatuhnya mereka menjadi fakir miskin
bukanlah sepenuhnya oleh faktor internal atau kesalahan mereka sendiri, tetapi lebih
dominan disebabkan oleh faktor ekstenal, yaitu sebagai akibat tidak berjalannya
sistem dan norma-norma keadilan, yang berpangkal dari orang-orang kaya yang
menahan hak-hak golongan dhuafa ini yang terdapat dalam harta mereka tanpa
menjalankan fungsi harta dan pemilikan melalui berbagai institusi ekonomi Islam
seperti zakat. Jika diperhatikan proses terjadinya kemiskinan dalam suatu masyarakat
selain faktor internal seperti pemalas sebagai akibat dari nilai-nilai budaya yang
dianut oleh sebagian kaum miskin itu sendiri, juga disebabkan karena tertahannya
hak milik mereka di tangan orang-orang kaya, yaitu zakat yang dapat dijadikan
modal usaha dalam mengantisipasi secara dini agar tidak jatuh dalam kemiskinan.
Dengan sikap orang kaya yang menahan zakat tersebut, maka modal dan kekayaan
akan bertumpuk di lingkungan orang-orang kaya saja, hal tersebut merupakan salah
satu faktor penyebab kemiskinan.43
Beberapa kelebihan bagi orang kaya harus diaktualisasikan ke dalam konsep
keadilan sosial, karena keadilan tidak mungkin dapat ditegakkan bila setiap anggota
masyarakatnya berpacu menikmati kebebasan mutlak tanpa arah dan batas, dimana
setiap orang terlepas sama sekali dari berbagai bentuk ikatan sosial. Keadilan seperti
itu dapat dipastikan akan menghancurkan sendi-sendi keadilan sosial. Islam
menetapkan prinsip-prinsip jaminan dalam berbagai segi, yaitu : jaminan atas
individu dengan dirinya sendiri, dengan keluarga dekat, dengan masyarakat dan
antara umat dengan umat lainnya, Jaminan individu terhadap dirinya sendiri adalah
43 Ibid., 212.
suatu jaminan untuk tidak membiarkan dirinya memperturutkan hawa nafsunya.
Beberapa ayat Al-Quran dan Hadits Nabi SAW. Memberikan dorongan agar seorang
muslim selalu tanggap dan peka terhadap problema sosial. Dengan demikian
kewajiban zakat, jauh lebih dulu sebagai undang-undang yang mempunyai landasan
kuat dalam menegakkan suatu jaminan sosial, bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi setiap orang yang membutuhkan, yaitu dalam bidang pangan,
sandang, perumahan dan kebutuhan hidup lainnya. Jaminan sosial dalam Islam
melalui zakat ini tidak semata dibatasi untuk kesejahteraan kaum muslimin, tetapi
mencakup seluruh pennduduk dan masyarakat yang hidup di bawah naungan
kekuasaan pemerintahan Islam, termasuk masyarakat non muslim.44
Adapun kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat dapat dikelompokkan
menjadi lima penyebab, yaitu : pertama, pandangan alamiah lingkungan, yang
menekannkan bahwa penyebab kemiskinan karena lingkungan sumber daya yang
tersedia memang miskin, lahan kritis dan masyarakat miskin tidak berdaya atau tidak
memiliki akses yang kuat, dan lain-lain; kedua, pandangan spesifik lokasi, yang
menekankan bahwa penyebab kemiskinan adalah terletak pada faktor lokasi yang
terpencil yang tidak terjangkau oleh program pembangunan dan tidak menjadikan
spesifik lokasi sebagai alternatif pendekatan dalam pembangunan; ketiga, pandangan
struktural, yang menekankan bahwa penyebab kemiskinan adalah terletak pada
faktor struktur sosial-ekonomi dalam masyarakat. Masyarakat miskin karena
lemahnya akses modal, teknologi dan lainnya, yang biasanya di kuasai masyarakat
kaya; keempat, pandangan kultural, yang menekankan bahwa penyebab kemiskinan
terletak pada faktor kultur masyarakat miskin, seperti malas, tidak mau bekerja keras,
44 Ibid., 214.
tidak ulet dan lain-lain. Ini lebih banyak menyangkut pendidikan dan keterampilan
masyarakat miskin; kelima, pandangan organisasi dan kelembagaan, yang
menekankan bahwa penyebab kemiskinan terletak pada faktor akses organisasi
masyarakat miskin yang lemah secara ekonomi, sosial, budaya dan bahkan politik,
sehingga kebijakan ekonomi hampir-hampir tidak menyentuh kepentingan mereka,
kecuali hanya sekedar menjadi retorika untuk mendapatkan dukungan politik
masyarakat miskin tersebut.45
b. Upaya Pengentasan Kemiskinan
Al-Qardhawi mengemukakan pandangannya tentang upaya pengentasan
kemiskinan melalui enam solusi; pertama, setiap orang Islam harus bekerja keras
dan meningkatkan etos kerja; kedua, orang-orang kaya menyantuni dan menjamin
kehidupan ekonomi keluarga dekatnya yang miskin; ketiga, meningkatkan dan
mengintensifkan pelaksanaan zakat secara profesional; keempat, mengintensifkan
pengumpulan bantuan dari sumber, baik dari swadaya masyarakat maupun
pemerintah; kelima, mendorong orang-orang kaya untuk mengeluarkan sadakah
tathawwu’ kepada orang-orang yang sangat membutuhkannya; keenam, bantuan-
bantuan sukarela dan kebaikan hati secara individual dan insidental.
Keenam solusi itu disimpulkannya menjadi tiga tahapan, yaitu : tahap pertama,
secara khusus harus diupayakan oleh pihak fakir miskin itu sendiri dengan
meningkatkan kerja selama ia masih memiliki kemampuan dan kesanggupan
berusaha. Dalam hal ini masyarakat dan pemerintah mendorong dan menstimulus
dalam bentuk modal atau peralatan untuk berusaha sehingga mereka mampu mandiri;
45 Sakri Muhammad, Mekanisme Zakat dan Permodalan Masyarakat Miskin (Malang : Bahtera Press. 2006), 245.
tahap kedua, masyarakat muslim meningkatkan kepedulian sosial dan bantuan riil
secara rutin diluar kewajiban zakat, terutama dari pihak keluarga dekat para fakir
miskin itu sendiri; tahap ketiga, secara khusus, pemerintah mencurahkan perhatian
dan political will-nya, karena secara syariat pemerintahan Islam berkewajiban untuk
menjamin kebutuhan pokok hidup rakyat, terutama bagi fakir miskin yang tidak
memiliki mata pencaharian atau keluarga dekat dan orang yang menjaminnya.
Kewajiban pemerintah ini tidak hanya terhadap orang Islam saja, tetapi termasuk
pula kafir dzimmi yang berada dalam perlindungan pemerintahan Islam.46
Persoalan pokok dalam pengentasan kemiskinan dan upaya-upaya
menjembatani jurang antara kelompok kaya dengan golongan miskin, adalah
meningkatkan pemberdayaan zakat dengan tesrlebih dahulu memantapkan
pemahaman tentang konsep teoritik dan operasionalnya sebagai motivasi dalam
upaya meningkatkan pelaksanaan dan pengamalan zakat.
Pengentasan kemiskinan melalui proses yang panjang dapat ditempuh dua
langkah dan pendekatan yakni : pendekatan parsial dan pendekatan struktural.
Pendekatan parsial, yaitu dengan pemberian bantuan langsung berupa sadakah biasa
dari orang-orang kaya dan dari dana zakat betul-betul tidak produktif lagi (karena
cacat jasmani dan rohani). Pendekatan struktural, model pendekatan ini bertujuan
untuk menuntaskan kemiskinan secara sistematis, dengan cara menghilangkan
faktor-faktor penyebab kemiskinan itu sendiri, baik yang disebabkan oleh faktor
internal maupun ekternal.47
46 Abdurrachman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial (Jakarta : Raja Grafindo.1998), 221-222. 47 Ibid., 223.
3. Manajemen Zakat
a. Pengertian manajemen
Manajemen merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, ”management” yang
berakar kata ”manage” yang berarti ”control” dan ”succed” sukses. Dari sini dapat
disimpulkan inti dari manajemen adalah pengendalian hingga mencapai sukses yang
diinginkan. Adapun manajemen secara terminologi diartikan sebagai proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha para anggota
organisasi dengan menggunakan sumber daya yang ada agar mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan.48
b. Bentuk-Bentuk Manajemen Dalam Pengelolaan Zakat
1. Manajemen Klasik dalam Pengelolaan Zakat
Terkait dengan zakat, manajemen nampaknya belum banyak diperhatikan
orang. Zakat masih dianggap persoalan ringan yang tidak perlu dikelola secara
profesional. Apalagi, ketika disebut zakat, orang segera mempersepsikan zakat fitrah
dalam benaknya dan zakat fitrah cukup dilaksanakan diakhir bulan ramadhan.
Dengan demikian, manajemen tidak diperlukan dalam pengelolaan zakat.
Adapun tradisi-tradisi yang biasa berkembang di masyarakat adalah yang
pertama; sikap penyepelean, pengelolaan zakat dianggap sepele karena zakat
sifatnya hanya bantuan dan pengelolaan bantuan itu merupakan pekerjaan sosial
semata. Keseriusan dalam pengelolaan zakat bukan merupakan keniscayaan.
Pekerjaan sosial bisa dilakukan dengan santai dan tanpa beban. Pandangan semacam
ini semakin memperkeruh situasi, sebab kebanyakan pengelola zakat menganggap
bahwa mereka tidak terlalu butuh zakat. Tanpa zakat mereka sudah dapat menikmati
48 Eri Sudewo, Manajemen Zakat (Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2004), 63.
hidup layak sesuai dengna standar mereka. Mereka belum bisa merasakan betapa
para mustahiq menunggu dengan harap-harap cemas akan uluran tangan muzakki.
Yang kedua; pekerjaan sampingan. Pekerjaan sosial adalah pekerjaan kedermawanan
hati seseorang. Pekerjaan sosial dianggap pekerjaan sampingan yang tidak istimewa.
Tidak ada penghargaan tinggi terhadap jenis pekerjaan ini karena dianggap cukup
dikerjakan seadanya dan sederhana. Cara pandang yang meremehkan pengelolaan
zakat semacam ini tentu membuat orang akan segan menekuni bidang pengelolaan
zakat. Sentimen masyarakat terhadap pekerja zakat akan membuat masyarakat
semakin malas mengelola zakat secara profesional. Yang ketiga; tanpa manajemen,
semua berjalan sesuai intuisi masing-masing. Pembagian tugas dan struktur
organisasi hanya formalitas tanpa adanya alasan yang jelas. Struktur hanya
disesuaikan dengan keinginan sang pengelola atau si pendiri bukan berdasarkan
kebutuhan riil organisasi. Yang keempat, tanpa seleksi sumber daya manusia, siapa
yang berminat pasti diterima tanpa dilihat dahulu apakah termasuk orang-orang yang
profesional ataukah tidak. Yang kelima; Ikhlas tanpa imbalan. Lembaga seharusnya
memikirkan dan sensitif atas kenyataan bahwa orang bekerja butuh imbalan. Yang ke
enam; kreatifitas rendah. Para pelaksananya lebih sering menikmati keadaan dan
segan untuk melakukan terobosan-terobosan baru. Mungkin mereka takut di anggap
sok pintar atau sok maju. Yang ketujuh; minus monitoring dan evaluasi. Dengan
minusnya kedua elemen ini akan sulit berbenah apalagi berkembang untuk bersaing
dengan lembaga lain. Yang kedelapan; tidak biasa disiplin. Kebiasaan tidak disiplin
telah menjadi bagian hidup. Orang-orang yang telah memiliki kebiasaan disiplin
akan kecewa yang kemudian akan ikut-ikutan tidak disiplin.49
49 Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas (Malang: UIN Malang Press, 2007), 72-79.
4. Manajemen Modern dalam Pengelolaan Zakat
Untuk menggairahkan organisasi, memang mengharuskan untuk menerapkan
manajemen modern. Yaitu proses perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengarahan (actuating) dan pengawasan (controling).
a. Perencanaan (Planning), merupakan suatu aktifitas untuk membuat
rancangan-rancangan agenda kegiatan yang akan dilakukan oleh sebuah
organisasi. Perencanaan itu bisa terkait dengan waktu dan strategi. Perencanaan
model yang pertama, sering dibagi dalam tiga pembabakan, yaitu perencanaan
jangka pendek, perencanaan jangka menengah, dan perencanaan jangka
panjang. Yang dimaksud dengan perencanaan jangka pendek adalah
perencanaan yang dibatasi waktunya hanya satu tahun, sedangkan perencanaan
jangka menengah biasanya akan dilakukan dalam kisaran waktu antara waktu
satu sampai tiga tahun. Untuk perencanaan jangka panjang, waktu yang
dibutuhkan adalah tiga sampai lima tahun. Kisaran waktu tersebut bisa diubah
sesuai dengan selera tiap-tiap organisasi menunjuk kepada kebutuhan masing-
masing. Yang penting dalam perencanaan ini adalah adanya kegiatan yang jelas
dan berkesinambungan yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi dengan
standar pencapaian yang dicanangkan.
b. Pengorganisasian (Organizing), adalah cara yang ditempuh oleh sebuah
lembaga untuk mengatur kinerja lembaga termasuk para anggotanya.
Pengorganisasian tidak lepas dari koordinasi, yang sering didefinisikan sebagai
upaya penyatuan sikap dan langkah dalam sebuah organisasi untuk mencapai
tujuan.
c. Pelaksanaan dan Pengarahan. Pelaksanaan dalam sebuah manajemen adalah
aktualisasi perencanaan yang dicanangkan oleh organisasi, sedangkan
pengarahan adalah proses penjagaan agar pelaksanaan program kegiatan dapat
berjalan sesuai dengan rencana. Dalam pelaksanaan ada beberapa komponen
yang sangat diperlukan, diantaranya adalah motivasi, komunikasi, dan
kepemimpinan.
d. Pengawasan (Controling), merupakan proses untuk menganjurkan aktivitas
positif dan mencegah perbuatan yang menyalahi aturan atau dalam bahasa
agama biasa disebut dengan amar ma’ruf nahi munkar. Pengawasan berfungsi
sebagai pengawal agar tujuan dalam organisasi dapat tercapai.50
Jadi pilar utama manajemen pengelolaan dan pemberdayaan zakat itu adalah
adanya sifat amanah, karena merupakan kunci jaminan mutu dari kepercayaan
masyarakat. Tanpa adanya sifat ini, kehancuran perekonomian akan segera nampak.
Sikap tidak amanah menunjukkan adanya kerendahan moral. Apalagi pengelolaan
dana umat sangat membutuhkan sikap kepercayaan penuh. Profesional, karena
efisiensi dan efektifitas manajemen memerlukan sikap profesional dari semua
pengurus Badan Amil Zakat. Transparan, sistem kontrol yang baik akan terjadi jika
jiwa transparansi dalam pengelolaan dana umat dapat dilaksanakan. Sebab,
kemudahan akses para muzaki untuk mengetahui bagaimana dananya diolah akan
menambah rasa percaya terhadap lembaga.51
50 Ibid,. 79-93. 51 Suyitno, Heri Junaidi dan Adib Abduhomad, Anatomi Fiqh Zakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 144.
4. Lembaga Amil Zakat
a. Pengertian Lembaga Amil Zakat
Amil zakat ialah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat
mulai dari para pengumpul sampai kepada bendahara dan para penjaganya, juga
mulai dari pencatat sampai pada penghitung yang mencatat keluar masuk zakat, dan
membagi kepada mustahiqnya.52
Amil zakat bukan saja sebagai pelaksana pengelolaan yang mengumpulkan,
mencatat keluar masuknya zakat, sampai pada membagikannya kepada yang berhak
menerima, tetapi mereka juga sebagai penerima zakat. Mereka menerima zakat
dimaksudkan sebagai upah atau gaji dari apa yang telah dikerjakan.
Badan Amal Infak dan Shadaqah adalah lembaga swadaya masyarakat yang
mengelola penerimaan, pengumpulan, penyaluran dan pemanfaatan zakat infak dan
shadaqah secara berdaya guna dan berhasil guna.53 Sedangkan Lembaga Amil Zakat
adalah institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh
pemerintah untuk melakukan kegiatan pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Masyarakat yang dimaksud
adalah organisasi Islam atau lembaga dakwah yang bergerak dibidang dakwah,
pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat Islam. Pengukuhan Lembaga Amil Zakat
dilakukan oleh pemerintah terdiri dari : 1). Pusat oleh Menteri Agama. 2). Daerah
52 Yusuf Qardhawy. Hukum Zakat, 665. 53 Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI tentang pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqoh, Bab 1 pasal 1.
Propinsi oleh Gubernur atas usul kepala kantor wilayah Departemen Agama
propinsi.54
Lembaga Amil Zakat yang telah dikukuhkan memiliki kewajiban sebagai
berikut : 1). Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah
dibuat. 2). Menyusun laporan, termasuk laporan keuangan. 3). Mempublikasikan
laporan keuangan yang telah diaudit melalui media massa. 4). Menyerahkan laporan
kepada pemerintah. Lembaga Amil Zakat yang telah dikukuhkan dapat ditinjau
kembali, apabila tidak lagi memenuhi persyaratan dan tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana yang telah ditentukan. Mekanisme peninjauan ulang terhadap
pengukuhan Lembaga Amil Zakat dilakukan melalui tahapan pemberian peringatan
secara tertulis sampai tiga kali dan baru dilakukan pencabutan pengukuhan.
Pencabutan pengukuhan Lembaga Amil Zakat dapat menghilangkan hak pembinaan,
perlindungan dan pelayanan dari pemerintah, tidak diakuinya bukti setoran zakat
yang dikeluarkan sebagai pengurang pendapatan kena pajak dan tidak dapat
melakukan pengumpulan zakat.55
b. Susunan dan Fungsi Lembaga Amil Zakat
1. Susunan Organisasi Lembaga Amil Zakat
Lembaga Amil Zakat terdiri atas Dewan pertimbangan, komisi pengawas dan
badan pelaksana.1) Dewan pertimbangan meliputi unsur ketua, sekretaris dan
anggota. 2) Komisi pengawas meliputi unsur ketua, sekretaris dan anggota. 3) Badan
pelaksana meliputi unsur ketua, sekretaris, bagian keuangan, bagian pengumpulan,
54 Petunjuk Pelaksanaan Lembaga Pengelola Zakat, Departemen RI. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggarakan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Tahun 2003. 14. 55 Ibid., 16.
bagian pendistribusian dan pendayagunaan. 4) Anggota pengurus badan amil zakat
terdiri atas unsur masyarakat terdiri atas unsur ulama, kaum cendikia, tokoh
masyarakat, tenaga profesional dan lembaga pendidikan yang terkait.
Lembaga amil zakat yang berdiri atas prakarsa dari masyarakat sendiri dalam
proses pengelolanya tidak semuanya berpedoman pada Undang-Undang tentang
pengelolaan zakat, karena hal tersebut berkaitan erat dengan para pengurus dalam
menjalankan lembaganya, terutama dari penasehat atau pertimbangan yang memberi
fatwa agar lembaganya berjalan sebagaimana syariat Islam.
2. Fungsi dan Tugas Pokok Pengurus Lembaga Amil Zakat
1) Dewan pertimbangan, berfungsi memberikan pertimbangan, fatwa, saran, dan
rekomendasi kepada badan pelaksana dan komisi pengawas dalam mengelola
lembaga amil zakat, meliputi aspek syariah dan aspek manajerial. Adapun tugas
pokoknya adalah memberikan garis-garis kebijakan umum Lembaga Amil
Zakat, mengesahkan rencana kerja dari badan pelaksana dan komisi pengawas,
mengeluarkan fatwa syariah baik diminta maupun tidak berkaitan dengan
hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus Lembaga Amil Zakat,
memberikan pertimbangan, saran, dan rekomendasi kepada badan pelaksana
dan komisi pengawas baik diminta maupun tidak, memberikan persetujuan atas
laporan tahunan hasil kerja badan pelaksana dan komisi pengawas, menunjuk
akuntan publik.
2) Komisi Pengawas, berfungsi sebagai pengawas internal lembaga atas
operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana. Adapun tugas
pokoknya adalah mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan,
mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan Dewan
Pertimbangan, mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan badan
pelaksana, yang mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan,
melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syariah.
3) Badan pelaksana, berfungsi sebagai palaksana pengelola zakat. Adapun tugas
pokoknya adalah membuat rencana kerja, melaksanakan operasional
pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang telah disahkan dan sesuai dengan
kebijakan yang telah ditetapkan, menyusun laporan tahunan, menyampaikan
laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah, bertindak dan bertanggung
jawab untuk dan atas nama Lembaga Amil Zakat ke dalam maupun keluar.
c. Tujuan Lembaga Amil Zakat
Tujuan lembaga amil zakat ini terdapat dalam Bab II pasal 5 Undang-Undang
No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, yaitu : 1) Meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan ketentuan agama. 2)
Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. 3) Meningkatkan hasil guna dan daya
guna.
Pengelolaan zakat oleh Lembaga Amil Zakat yang memiliki kekuatan hukum
formal akan memiliki keuntungan antara lain : 1) Untuk menjamin kepastian dan
disiplin pembayar zakat. 2) Untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahiq zakat
apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat para muzakki. 3) Untuk
mencapai efisien dan efektifitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta
zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. 4) Untuk memperlihatkan
syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang Islami.56
56 Didin Hafiduddin, hal 39.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi Penelitian
Lokasi Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” berada di jalan Lawu No. 2
Griya Lawu Indah Kabupaten Ngawi. Peneliti memilih lokasi ini disebabkan karena
lokasinya strategis untuk mengelola zakat sesuai dengan aturan Islam yaitu salah
satunya untuk mengentaskan kemiskinan, serta tempatnya berdekatan dengan tempat
tinggal peneliti. Adapun kantor Lembaga Amil Zakat ini berada di tempat tinggal
ketua pengurus Zakat sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan wawancara
ditengah-tengah kesibukan aktifitas beliau karena selain sebagai ketua pengurus
Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri”, beliau juga menjadi seorang guru di
SMA 2 Ngawi. Alasan yang lain bahwa peneliti menganggap penting untuk meneliti
masalah zakat ini, selain masalah zakat ini ada di perkuliahan fakultas syariah, juga
karena zakat punya peranan penting dalam mensejahterakan masyarakat dan
penghapusan kesenjangan sosial masyarakat. Adapun sebagian anggota atau
pengurus Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” ini juga pengurus yayasan
harapan umat di Kabupaten Ngawi, sehingga mudah untuk mengadakan kerjasama
dalam rangka memajukan lembaga zakat tersebut.
B. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang tidak berbentuk
angka atau tidak dapat diangkakan, karena dalam menganalisis data digunakan kata-
kata bukan angka. Bertujuan untuk memahami makna fenomena-fenomena yang
terjadi di dalam Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi.
Pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan; pertama,
menyesuaikan pendekatan kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda; kedua, pendekatan ini menyajikan secara langsung hakikat
hubungan antara peneliti dan informan; ketiga, pendekatan ini lebih peka dan lebih
dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi.57
57 Ibid., 5.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data tersebut dapat
diperoleh. Data yang dimaksud ada dua macam, primer dan sekunder :
a. Data primer
Data primer atau data dasar adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumber pertama melalui wawancara di tempat penelitian. Dalam konteks penelitian
ini data primer didapatkan dari Bapak Atok Sunu Prastowo sebagai ketua, Bapak Sri
Purwantono sebagai sekretaris dan Bapak Hariyanto sebagai divisi pemberdayaan
Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh pihak
lain yang isinya berbentuk publikasi atau jurnal. Data sekunder berasal dari
dokumentasi Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi yang
berupa tabel besar zakat. Data sekunder juga merupakan bahan pustaka yang
memberikan penjelasan tafsiran mengenai sumber primer, seperti hasil penelitian
sebagai literatur dan media massa, yang meliputi dokumen, literatur, majalah, koran,
dan buletin yang berhubungan dengan zakat.58
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Metode pengumpulan data dilapangan dilakukan
dengan cara tiga cara :
58 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Univbersitas Islam Press, 1981), 52.
a. Metode Interview
Interview adalah percakapan antara dua orang atau lebih dengan maksud-
maksud tertentu atau tujuan tertentu. Dalam pelaksanaan interview, pewawancara
membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan
ditanyakan. Menginterview bukanlah hal yang mudah. Dalam hal ini peneliti
menggunakan interview bebas terpimpin karena menyesuaikan dengan informan
yang diwawancarai yaitu menciptakan suasana santai tetapi serius artinya bahwa
interview dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, tidak main-main, tetapi tidak kaku.
Mula-mula penulis menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur,
kemudian satu persatu diperdalam dengan mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan
demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi seluruh variabel dengan keterangan
yang lebih lengkap dan mendalam.59 Adapun yang ditanyakan kepada Bapak Atok
Sunu adalah kapan berdirinya Lembaga Amil Zakat, bagaimana latar belakang
berdirinya Lembaga Amil Zakat, apakah pada tahun pertama susunan organisasi
sudah ada tiga unsur pokok yaitu Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas, dan
Badan Pelaksana, kalau sudah ada tiga unsur diatas, menurut Bapak apakah ada
permasalahan diantara ketiga unsur pokok tersebut, bagaimana cara atau manajemen
Lembaga Amil Zakat ini dalam mengumpulkan zakat kepada mustahik, Lembaga
Amil Zakat ini mendapatkan zakat dari jenis harta apa saja dan dari mana saja, zakat
yang sudah terkumpulkan disalurkan kepada siapa saja, apakah ada yang digunakan
untuk sesuatu yang produktif, dalam rangka pengentasan kemiskinan masyarakat,
kegiatan apa saja yang dilakukan Lembaga Amil Zakat ini dalam kurun waktu satu
59 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002).,2002.
tahun, apa yang dijadikan tolak ukur keberhasilan memanajemen zakat Sedangkan
pertanyaan kepada Bapak Sri Purwantono adalah bagaimana kondisi keuangan di
Lembaga Amil Zakat ini apakah mengalami kenaikan atau menurun, sedangkan
pertanyaan kepada Bapak Hariyanto adalah bagaimana menghidupkan Lembaga
Amil Zakat ini ketika masyarakat kurang sadar akan pentingnya zakat. Setelah
wawancara dilakukan selanjutnya penulis mencari data mengenai hal-hal yang
berupa catatan, laporan-laporan yang berhubungan dengan kinerja dari Lembaga
Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi yaitu data tentang sejarah
berdirinya Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”, susunan organisasi, metode
pengumpulan dan penyaluran zakat di Kabupaten Ngawi.
b. Observasi
Observasi adalah alat pengumpulan data yang menggunakan pengamatan atau
penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau prilaku.60
Metode ini dipergunakan untuk mengamati hal-hal yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian seperti perencanaan, pengelolaan serta keadaan lingkungan
internal dan eksternal Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data atau cara untuk memperoleh informasi.
Peneliti menggunakan tiga macam sumber yaitu tulisan (paper), tempat (place), dan
kertas atau orang (people) yang berhubungan dengan objek yang diteliti.61 Dengan
menggunakan dokumentasi ini diharapkan peneliti akan terbantu dalam
pengumpulan data.
60 Sanapial Faisal. Format- format Penelitian Sosial (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1999). 61 Arikunto. Op. Cit., 107.
Data-data dari dokumen yaitu berupa tabel besar laporan zakat dalam bentuk
umum. Dari laporan tersebut kemudian dijelaskan satu persatu mulai dari penerimaan
zakat, siapa yang menjadi muzakkinya, penyaluran zakat, siapa yang menjadi
mustahiknya dan lain-lain.
4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan maupun dokumentasi kemudian diolah dan
diproses. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan pembahasan, maka penelitian
ini menggunakan teknik sebagai berikut :
a). Editing; yaitu pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh terutama dari
kelengkapannya, kejelasan makna, kesesuaian serta relevansi dengan pokok
permasalahan.62 Tahap ini dilakukan untuk mengecek keterwakilan kelengkapan
para informan.
b). Classifying, maksudnya adalah untuk menjadikan pembacaan penelitian lebih
mudah karena telah dikelompokkan dalam beberapa kategori.
c). Analysing sebagai tahap yang paling penting karena disinilah letak signifikan
dari penelitian ini. Apapun yang didapat akan menjadi rekomendasi dari
Lembaga Amil Zakat apakah sudah sesuai dengan visi, misi dan tujuan adanya
Lembaga Amil Zakat "Bina Umat Mandiri”. Peneliti melakukan analisis data
secara deskriptif kualitatif yaitu analisis yang menggambarkan keadaan atau
status fenomena dengan kata-kata atau kalimat kemudian dipisahkan menurut
kategori untuk memperoleh kesimpulan.63
62 Marzuki. Metodologi Rizet (Yogyakarta: BP-FE-UI, 1997), 81. 63Arikunto, Op. Cit., 245.
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” adalah salah satu lembaga swasta
yang bergerak dalam pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah. Lembaga ini senantiasa
berusaha untuk bekerja dengan penuh ketelitian dan kejelian agar tercapai kinerja
yang memuaskan, yang kini Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” Kabupaten
Ngawi telah di percayai oleh lebih dari 300 orang donatur yang tersebar di hampir
seluruh kecamatan di Kabupaten Ngawi. Lembaga ini di dalam mengupayakan
pengentasan kemiskinan mempunyai berbagai program seperti memberikan bantuan
di daerah bencana, santunan anak yatim dan fakir miskin, daurah pembinaan umat
dan yang lain, tetapi program ini belum berjalan secara optimal. Lembaga Amil
Zakat ini merupakan binaan dari YDSF (Yayasan Dana Sosial al-Falah) Surabaya,
jadi terkait dengan kinerja Lembaga Amil Zakat ini mencontoh pada YDSY tersebut.
A. Susunan Pengurus, Tugas Pengurus serta Visi dan Misi Lembaga Amil
Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi
1. Susunan Pengurus Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” Kabupaten
Ngawi
a. Dewan Syari’ah : Ustadz H. Riyad Rosyadi, Lc
: Ustadz H. Heri Setiawan, Lc
: Ustadzah Hj. Nurjanah, Lc
b. Dewan Pengawas : Tri Kusdiarto, Dipl, Rad
: Joko Pitoyo, SE
c. Dewan Pengurus
Ketua : Atok Sunu Prastowo, S.Pd
Sekretaris : Sri Purwantono, Amd. Kep
Bendahara : Drg. Carda Kurniawan
Div. Penghimpunan Dana : Agus Subiyanto, S. Pd
: Hariyanto
Div. Pendistribusian : A. R. Anggai, S. Pd
: Mahmud Eko Yuwono, S. Pd
2. Tugas Masing-Masing Pengurus adalah :
a. Dewan Syari’ah, berfungsi memberikan pertimbangan, fatwa, saran, dan
rekomendasi kepada badan pelaksana dan komisi pengawas dalam mengelola
lembaga amil zakat, meliputi aspek syariah dan aspek manajerial. Adapun tugas
pokoknya adalah memberikan garis-garis kebijakan umum Lembaga Amil
Zakat, mengesahkan rencana kerja dari badan pelaksana dan komisi pengawas,
mengeluarkan fatwa syariah baik diminta maupun tidak berkaitan dengan
hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus Lembaga Amil Zakat,
memberikan pertimbangan, saran, dan rekomendasi kepada badan pelaksana
dan komisi pengawas baik diminta maupun tidak, memberikan persetujuan atas
laporan tahunan hasil kerja badan pelaksana dan komisi pengawas, menunjuk
akuntan publik.
b. Dewan Pengawas, berfungsi sebagai pengawas internal lembaga atas
operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana. Adapun tugas
pokoknya adalah mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan,
mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan Dewan
Pertimbangan, mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan badan
pelaksana, yang mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan,
melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syariah.
c. Dewan Pengurus, berfungsi sebagai palaksana pengelola zakat. Adapun tugas
pokoknya adalah membuat rencana kerja, melaksanakan operasional
pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang telah disahkan dan sesuai dengan
kebijakan yang telah ditetapkan, menyusun laporan tahunan, menyampaikan
laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah, bertindak dan bertanggung
jawab untuk dan atas nama Lembaga Amil Zakat ke dalam maupun keluar.
Adapun tugasnya secara rinci yaitu :
a. Ketua, tugasnya sebagai pemimpin dalam pelaksanaan, mengatur dengan
segenap kemampuannya agar pelaksanaan Lembaga Amil Zakat dapat berjalan
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan harapan.
b. Sekretaris, tugasnya adalah mengadakan pembukuan keadministrasian mulai
dari awal proses pengumpulan zakat sampai dengan penyaluran kepada yang
berhak menerimanya, dan pelaporan tugas kerja utamanya menyelesaikan
segala hal yang ada kaitannya dengan kegiatan keadministrasian Lembaga
Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” untuk memudahkan pengendalian agar
terhindar dari adanya pelaksanaan yang kurang dapat dipertanggung jawabkan.
c. Bendahara, tugasnya menerima dari hasil pengumpulan zakat yang berupa
uang atau beras dan menjaga barang hak milik Lembaga Amil Zakat yang telah
terkumpulkan.
d. Divisi-divisi
a) Divisi Penghimpunan Dana, tugasnya mengumpulkan hasil dari zakat
yang berupa uang dan beras yang disetorkan pada tempat-tempat yang telah
di tentukan.
b) Divisi Pendistribusian, tugasnya menyalurkan hasil dari zakat yanng telah
diperoleh untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
3. Visi dan Misi Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi
Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”Kabupaten Ngawi mempunyai visi
untuk membina dan membangun kemandirian umat. Misinya adalah untuk membina
dan membangun kemandirian umat melalui pengelolaan dana ummat yang amanah
dan professional.
B. Upaya-upaya yang dilakukan Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”
Kabupaten Ngawi dalam rangka pengentasan kemiskinan, antara lain :
1. Beasiswa
Program yang diadakan “BINUMA” dalam bentuk beasiswa ini ada dua jenis
yaitu :
a. Beasiswa Anak Yatim, diantaranya anak yatim tidak mampu dan anak yatim
rawan putus sekolah.
b. Beasiswa dhu’afa dan yatim, yang terdiri dari anak orang tidak mampu, anak
rawan putus sekolah dan anak yang rawan pendangkalan aqidah.
Program yang dilakukan dalam hal ini berupa pemberian beasiswa dalam
bentuk uang, ataupun pendirian sarana pendidikan yang mendesak untuk disediakan.
Bantuan tersebut diberikan secara insidentil, penambahan biaya sekolah tiap bulan
bagi anak-anak yatim maupun peserta didik yang orang tuanya tidak mampu. Untuk
mengetahui anak-anak yang membutuhkan santunan tersebut didata melalui orang-
orang kepercayaan Lembaga Amil Zakat yang ada di Kabupaten Ngawi.64 Disini
peneliti cantumkan sebagian data dari hasil penelitian kami, yaitu daftar anak yatim
64 Atok Sunu, wawancara (Ngawi 24 Januari 2008).
piatu yang telah di beri bantuan oleh Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri”
tertulis dalam tabel berikut :
Beasiswa untuk anak yatim di periode 30 Juni-November 2007
No Nama Alamat Sekolah 1. Supriyadi Dsn. Kiyonten, Ds. Kiyonten,
Kec. Kasreman SDN Lego Kulon
2. Chorul Azis Dsn. Ngablak RT 06/RW 02. Ds. Pacing, Kec. Padas
SMPN 1 Padas
3. Muhammad F Dsn, Ngablak RT 02/rw 02, Ds. Pacing, Kec. Padas
SMPN 1 Padas
4. Arya Dwi P Dsn. Banjar, Ds. Ngawi, Kec. Ngawi
SMPN 1 Ngawi
5. Astutik Dsn. Dungus, Ds, Karangsari, Kec. Ngawi
SMPN 5 Ngawi
6. Ayunda Prima S Margomulyo RT 05/RW 01, Ds. Margomulyo, Ngawi
SDN Karang Tengah 5
7. Sri Lestari Margomulyo RT 05/RW 01, Ds. Margomulyo, Ngawi
SMPN 1 Ngawi
8. Husa’in Abdullah
Dsn. Pojok RT 05/RW 01, Ds. Beran, Kec. Ngawi
MTsN Ngawi
9. Suroto Dsn. Blandongan RT 01/RW 01, Ds. Ngawi, Kec. Ngawi
MTsN Ngawi
10. Choirul Al Fizahri
Ds. Pleset, Kec. Pangkur SMPN 1 Pangkur
11. Arif Sutanto Dsn. Cangakan1 Ds. Cangakan, Kec. Kasreman
SMPN 1 Kasreman
12. Imam Muslimin Ds. Cangakan Dsn. Cangakan 1 Kec. Kasreman
SMPN 1 Kasreman
13. Aris Novi Biwayanti
Ds. Sumengko Kec. Kwadungan SMSN 1 Kwadungan
14. Umirul Chasanah
Kawu Trinil Kec. Kedunggalar MAN Ngawi
Dari data-data yang telah dipaparkan diatas maka menurut pendapat peneliti
program tersebut mempunyai peran dan pengaruh yang lebih besar dibandingkan
dengan yang lain dalam rangka mengentaskan kemiskinan yang ada di Kabupaten
Ngawi. Karena program ini begitu meyakinkan untuk menjadi investasi jangka
panjang atau lebih bersifat produktif bukan bersifat konsumtif. Dari program ini
diharapkan para siswa mampu mengenyam pendidikan secara layak, tidak
mendapatkan kendala-kendala yang berarti. Para siswa mampu melanjutkan jenjang
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Yang pada akhirnya mereka mampu
mencetuskan pemikiran untuk mengubah kondisi perekonomian mereka. Tidak
menjadi beban bagi dalam masyarakat, akan tetapi justru berubah menjadi orang
yang mampu membantu masyarakat lain yang kurang mampu.
Memang dalam mewujudkan sebuah tujuan tidak bisa diwujudkan dalam waktu
yang sangat singkat. Butuh waktu yang cukup lama untuk mewujudkannya. Apalagi
ini untuk mewujudkan sesuatu yang besar, mewujudkan masyarakat yang bebas dari
kondisi kemiskinan. Ini juga tidak terlepas dari sistem dilingkungan sekitar, yang
secara otomatis sangat berpengaruh besar terhadap kinerja di sebuah Lembaga Amil
Zakat.
Adapun hasil wawancara dengan ketua lembaga amil zakat, beliau
mengutarakan bahwa selama ini LAZ belum dapat mengentaskan mereka dari situasi
kemiskinan. Jadi program-program yang ada masih mengupayakan untuk menuju
kearah sana, pengentasan kemiskinan. Indikator seseorang dikatakan miskin yaitu
apabila pengeluarannya lebih besar dari pendapatannya. Maksudnya, seseorang
dalam mencukupi kebutuhan hidupnya itu belum bisa terpenuhi secara layak.
2. Kafalah Du’at
Wawancara dengan Bapak Atok Sunu, sebagai ketua Lembaga Amil Zakat
“Bina Umat Mandiri” menyatakan bahwa :
“Kafalah Du’at ini bertujuan untuk berdakwah. Kita alokasikan dana misalnya transportasi yang kedaerah-daerah. Kita juga mengcover bulanan da’i yang
ekonominya masih belum mapan seperti sembako yaitu sabun, beras dan lain-lain. Juga untuk anak-anak da’i yang kurang mampu.”65 Maksud dari pernyataan diatas bahwa di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat
Mandiri” juga memberikan bantuan kepada para Da’i dalam bentuk transportasi
untuk pergi ketempat mereka akan berdakwah. Adapun daerah-daerah yang
diprioritaskan oleh para Da’i ialah daerah terpencil yang sekiranya kehadirannya
para Da’i tersebut sangat dibutuhkan, seperti di Kecamatan Bringin dan Kecamatan
Pitu. Kemudian diberikan juga bantuan untuk keperluan sehari-hari sebagai
penunjang kebutuhannya. Hal ini diberikan kepada para Da’i yang dalam
perekonomiannya belum mapan sehingga proses dakwahpun tetap berjalan dengan
lancar dan bantuan ini diberikan disetiap bulan. Pada laporan pengeluaran Lembaga
Amil Zakat ”Binuma” bulan November 2007 memberikan bantuannya sebesar Rp.
500.000. Pemberian bantuan ini seyogyanya menjadi langkah motivasi internal dan
eksternal. Motivasi internal sebagai pemberi semangat bahwa niat dan langkah
mereka berjuang dan mengajar menjadi perhatian bersama umat Islam. Motivasi
eksternal mengarahkan masyarakat untuk diperhatikan kesejahteraan para Da’i dan
para guru TPA yang selama ini tidak terlalu penting untuk diperhatikan. Tidak
dilupakan juga bantuan pemberian dana pada anak-anak mereka untuk tetap bisa
duduk di bangku sekolahan. Hal ini tetap bisa berjalan seiring sejalan, dakwah tetap
berjalan dan anak-anak merekapun tetap mendapatkan pendidikan yang layak.
5. Waqaf Al-Qur’an dan Iqra’
Program lain dari lembaga amil zakat ini adalah berupa waqaf al-Qur’an dan
iqra’ yang diberikan ke masjid, mushalla dan taman pendidikan Quran. Ini
65 Atok Sunu, wawancara (Ngawi, 24 Januari 2008).
diharapkan masyarakat bisa untuk membumikan ayat-ayat Allah di muka bumi.
Masyarakat lebih bisa mencintai Allah dan RasulNya daripada dunia dan seisinya.
6. Bantuan Pendidikan TPA dan TKIT
Untuk bantuan ini, Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” menyerahkan
bantuan pendidikan TKIT (Taman Kanak-kanak Islam Terpadu) Harapan Ummat
Kabupaten Ngawi di jalan S. Parman gang Soka No. 24 Ngawi pada bulan Agustus
2007 berupa monitor komputer. Dimaksudkan supaya dengan adanya fasilitas ini
proses dalam pendidikan bisa berjalan dengan yang lebih baik. 66
Selain membantu dalam segi pendidikan, Lembaga Amil Zakat juga membantu
untuk merenovasi gedung dengan memberikan bantuan berupa materiil dan logistik.
Dalam bentuk materiil ini misalkan berupa bentuk semen atau dengan uang tunai.
Sedangkan bantuan yang berupa logistik berupa Al-Qur’an dan buku-buku
keagamaan lainnya.67
7. Bantuan Renovasi Masjid/mushalla
Bantuan ini diberikan ke masjid/mushalla yang membutuhkan. Seperti yang
disampaikan oleh bapak Atok Sunu, beliau mengatakan :
“LAZ ini juga memberikan bantuan untuk merenovasi masjid, tetapi belum bisa bikin masjid yang besar, hanya bisa membantu setara dengan 10 sak semen atau dalam bentuk uang Rp 400.000.”68
Adapun masjid/mushalla yang mendapatkan bantuan antara lain terdapat pada
tabel berikut :
No Jenis Penyaluran Tempat Bulan/Tahun Jumlah
1 Bantuan Mushalla Dsn. Sidomulyo, Ds. 09/2007 Rp.
66 Ibid., (Edisi V : Agustus 2007). 67 Atok Sunu, wawancara (Ngawi, 17 Januari 2008). 68 Atok Sunu, wawancara (Ngawi, 24 Januari 2008).
Baitul Iman Kandangan 300.000
2 Bantuan Mushallanya
Pak Pur
Geneng 09/2007 Rp.
300.000
3 Bantuan Masjid
Hidayatullah
Dsn. Suko, Ds.
Karangasri
09/2007 Rp.
216.000
4 Bantuan Masjid
Baitussalam
Ds. Karangsono,
Kec. Kwadungan
11/2007 Rp.
300.000
5 Bantuan Masjid Baitul
Hikmah
Ds. Karangtengah,
Prandon
11/2007 Rp.
400.000
Dengan bantuan ini diharapkan maqsjid/mushalla bisa cepat selesai dan bisa
dimanfaatkan masyarakat untuk shalat berjamaah dan untuk kegiatan keagamaan
yang lain, yang bisa untuk menunjang pengokohan aqidah masyarakat.
8. Bantuan Daerah Bencana
Pelaksanaan bantuan ini diberikan ke desa Sumber Bening Kecamatan Bringin
yang terkena musibah diterjang angin puting beliung pada tanggal 24 Oktober 2007
kemarin. Oleh sebab itulah dari pihak Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”
memberikan bantuan berupa uang tunai kepada keluarga yang ditimpa musibah,
khususnya mereka yang rumahnya roboh total dan sangat membutuhkan bantuan
untuk perbaikan rumah mereka. Bantuan pertama diserahkan ke Bapak Wito yang
rumahnya hancur total, beliau memiliki satu orang anak dan bekerja sebagai petani.
Kemudian selanjutnya diserahkan ke ibu Saini yang sehari-harinya juga bekerja
sebagai petani, kemudian diberikan juga kepada seorang nenek yang hidup bersama
cucunya. Semuanya ini dilakukan dalam rangka meringankan beban yang ada di
pundak mereka.69 Dan menurut bapak Atok Sunu Prastowo, pengalokasian dana pada
69 Buletin Binuma (Edisi VII : Desember 2007).
daerah bencana ini bertujuan agar mereka tidak terjebak dengan hutang. Hal ini
disebabkan karena kondisi ekonomi dalam masyarakat semakin memburuk, dengan
keadaan itu dikhawatirkan ada oknum-oknum tertentu untuk mengambil keuntungan
pribadi. Program ini dilakukan hanya bersifat insidental, hanya sewaktu-waktu ketika
ada musibah menimpa masyarakat ngawi.
9. Daurah Pembinaan Umat
Di Lembaga Amil Zakat ini juga ada program daurah pembinaan umat atau
biasa disebut dengan training tsaqofah. Training ini contohnya di Kecamatan Pitu
dengan tema “ Kantin Gaul 57” (Kajian Rutin Generasi Unggul Se-Kecamatan Pitu”
nama trainning yang diadakan ini bekerjasama dengan karang taruna “Budi Karya”
Watugudel Pitu. Diadakan setiap bulan pada hari Ahad minggu keempat, yang
dihadiri oleh para pemuda dan pemudi Se-Kecamatan Pitu baik dari wakil remas,
pelajar, karang taruna dan lain-lain, dengan materi-materi baik agama dan
pengetahuan lain. Diharapkan dapat mencetak pemuda pemudi yang Gaul “Generasi
Unggul”.70 Maksudnya menjadikan mereka cepat tanggap terhadap permasalahan
yang ada di tengah-tengah masyarakat serta mengetahui bagaimana menyelesaikan
permasalahn tersebut dengan solusi yang tepat. Jadi program ini juga bertujuan untuk
mencerdaskan umat agar tidak terkungkung didalam kebodohan. Karena kebodohan
itu salah satu penyebab terjadinya kemiskinan. Karena seorang yang fakir pada
umumnya tidak bisa belajar ataupun mengajarkan dan menyekolahkan anak-anak
mereka, karena itulah pendidikan merupakan urgensitas yang harus dipenuhi oleh
70 Buletin Binuma (Edisi IV : Juli 2007).
kaum fakir pada masa ini, dengan mendayagunakan zakat yang ada untuk belajar dan
menyekolahkan anak-anak mereka demi kepentingan duniawi dan ukhrawi.71
8. Penyaluran zakat fitrah
Zakat fitrah ini dibagikan kepada orang-orang yang tidak mampu di daerah-
daerah yang telah ditentukan dan yang ada di sekitarnya. Baik yang berwujud uang
maupun beras. Zakat fitrah ini tidak hanya berasal dari masyarakat sekitar akan tetapi
juga berasal dari lembaga-lembaga yang berada di Kabupaten Ngawi. Dalam
penyalurannya yang lebih diutamakan ialah orang-orang terdekat kemudian baru
orang-orang yang agak jauh dari kantor zakat.
Zakat juga sesungguhnya dapat di istilahkan sebagai jaminan sosial yakni
jaminan sosial bagi masyarakat yang membutuhkan, orang-orang yang tidak mampu
untuk bekerja, orang tua yang sudah jompo, tentu mereka berhak untuk mendapatkan
dana dari zakat. Dan statusnya mereka dapat disebut sebagai orang yang fakir atau
bisa juga disebut sebagai orang yang miskin. Dana zakat yang diberikan kepada
mereka bertujuan untuk dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya
karena mereka tidak mampu untuk bekerja.72
Akan tetapi bantuan ini tidak bisa dijadikan sebagai jaminan bahwa kemiskinan
tersebut dapat dientaskan karena hanya bersifat konsumtif semata. Bantuan ini hanya
bisa untuk memenuhi mereka yang membutuhkan kebutuhan sehari-hari dan
istilahnya hanya berguna untuk sekali pakai saja. Tidak bisa dijadikan sebagai
investasi jangka panjang.
71 Yusuf Qaradhawi Spektrum Zakat Dalam Membangun Ekonomi Kemasyarakatan (Jakarta : Zikrul 1987). 50. 72 Didin Hafidhuddin Agar Harta Berkah dan Bertambah. (Jakarta : Gema Insani Press, 2007). 81.
9. Penyaluran ke ‘Amil Zakat
Amil zakat adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan yang berkaitan
dengan urusan zakat, mulai dari proses penghimpunan, penjagaan, pemeliharaan,
sampailah proses pendistribusiannya, serta tugas pencatatan masuk dan keluarnya
dana zakat tersebut. Para pengurus badan atau lembaga zakat berhak mendapat
bagian zakat dari bagian amil atas kerja mereka yang diberikan oleh pihak yang
mengangkat mereka dengan catatan bagian tersebut tidak melebihi dari upaya
standart.73
Pada masa Rasulullah SAW, yang diangkat menjadi amil zakat adalah
Sayyidina Umar Bin Khattab ra. Ketika Umar menjadi khalifah, beliau mengangkat
Ibnus Sa’dy Al-Maliki sebagai pengumpul zakat. Dalam hadits Rasulullah SAW :
$ ا, رY- +�� ا;�<�*- �3ل ي +/ ��� ا &� ا +�+ -*+ /J23 ا� ��*) �.�) �� د���� وأ �
3/ �- (�ء أ+��7 �� �� : �3ل ا, +*- أ��ي و ا, +�*� ��� ا : (�*� �2 &<�� أ���- ا��$
- ;*� و +*�$ ا, 4*- ا, ر;ل +�/ +*- +�*�*�>) �*�) :Z� W�3 ��) ل �- لا, ر;
#J/ق و (�: �$ #�� ن أ .�� �� ��X أ+��7 ذا ا : و;*� +*�$ , ا 4*-
Artinya : Dari Ibnu As-Saidi, dia berkata, ”Umar bin Khaththab RA menjadikan aku sebagai amil yang mengumpulkan shadaqah (zakat), maka ketika aku menyelesaikan pekerjaan itu dan menyampaikan kepadanya, ia memerintahkan untuk memberikan kepadaku upah,” maka aku berkata, ”Aku mengerjakannya hanya karena Allah, dan ganjaranku hanya dari Allah,” dia berkata, ”Ambillah apa yang aku berikan kepadamu, karena sesungguhnya aku telah mengerjakan pekerjaan ini pada zaman Rasulullah SAW, dan beliau memberi kepadaku upah (waktu itu) aku mengatakan seperti apa yang kamu katakan, Rasulullah SAW bersabda, ”Apabila kamu di berikan sesuatu tanpa kamu memintanya, maka makanlah dan sedekahkanlah.” (Shahih, Muttafaq Alaih).74
73 Didin Hafidhuddin Agar Harta Berkah dan Bertambah (Jakarta : Gema Insani Press, 2007). 179. 74 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007). 640.
Berdasarkan keterangan dari Bapak Atok Sunu, penyaluran untuk ‘Amil ini
terbagi menjadi dua yaitu :
1. Amil yang meliputi kader-kader dari lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”
sebagai pengurus dari lembaga tersebut.
2. Amil yang diartikan lembaga itu sendiri. Bagian untuk amil ditetapkan sebesar
1/8 setara dengan 12,5% pendapat Imam Syafi’i.
C. Metode Pengelolaan Zakat di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”
Kabupaten Ngawi
1. Pengumpulan Zakat pada Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”
Kabupaten Ngawi
Dalam pengumpulan zakatnya yang pertama kali ditempuh oleh pengurus
Lembaga Amil Zakat adalah :
a. Menyebarkan informasi tentang keberadaan Lembaga Amil Zakat melalui
brosur ataupun media cetak seperti majalah tiga bulanan yang ditertibkan oleh
Lembaga Amil Zakat tersebut.
b. Kegiatan pengumpulan zakat biasanya dengan memanfaatkan momentum bulan
ramadhan.
c. Pengumpulkan zakat tidak hanya dari masyarakat saja, akan teapi juga dari
kader Lembaga Amil Zakat dan menjalin kerjasama dengan yayasan “Harum”
(Harapan Umat). Yaitu yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan,
setaraf dengan TK, TPA yang ada di Kabupaten Ngawi. Kerjasama tersebut
terbentuk karena sebagian besar pengurus Lembaga Amil Zakat merupakan
pengurus yayasan “Harum”.
Selain itu Lembaga Amil Zakat juga bekerjasama dengan lembaga pendidikan
seperti MAN Paron, SMK PGRI, SMA 2, SMA 1, juga lembaga milik pemerintah,
meliputi BRI dan PDAM. Dalam hal ini Lembaga Amil Zakat memberikan
penawaran pada lembaga-lembaga tersebut untuk membantu dan mendistribusikan
zakatnya. Jika lembaga tersebut setuju, maka pada bulan ramadhan, zakat fitrah yang
terkumpul akan diserahkan pada Lembaga Amil Zakat untuk selanjutnya akan
disalurkan pada para mustahiq zakat.
2. Pengelolaan dana zakat pada Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”
Kabupaten Ngawi
Dalam pengelolaan dana zakatnya, Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”
menerapkan open management atau managemen keterbukaan. Bapak Atok
mengungkapkan bahwa :
”Kita terbuka, kita membikin tempat ini sengaja biar masyarakat tahu, nggak ilegal, manajemen ini memang sewaktu-waktu siap di audit untuk pengeluaran, masuknya dana mayarakat di kemanakan, pertanggungjawabannya kepada masyarakat. Sehingga kalau ada dana yang masuk dan keluarnya dana di cantumkan di buletin binuma. Dengan cara ini diharapkan masyarakat akan mengetahui kinerja dari Lembaga Amil Zakat tersebut, serta memberikan kritik serta masukan.” Maksud dari pernyataan diatas bahwa Lembaga Amil Zakat ini terbuka untuk
umum yang diharapkan masyarakat mengetahui bagaimana kinerja lembaga zakat
ini, keluar dan masuknya dana bisa tersalurkan dengan jelas, tidak ilegal. Jadi
kapanpun lembaga ini siap untuk mempertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Akan tetapi terkait denga zakat, manajemen nampaknya belum banyak diperhatikan
orang. Zakat masih dianggap persoalan ringan yang tidak perlu dikelola secara
profesional. Apalagi ketika disebut zakat, orang segera mempersepsikan zakat fitrah
dalm benaknya dan zakat fitrah cukup dilaksanakan di akhir bulan ramadhan.
Dengan demikian, manajemen tidak diperlukan dalam pengelolaan zakat.75
Untuk memaksimalkan pengelolaan dana zakatnya, Lembaga Amil Zakat “Bina
Umat Mandiri” membagi prosentase dana zakat menjadi dua yaitu :
a. 60% untuk mustahiq.
b. 40% dari dana wakaf, infak dan shadaqoh.
3. Penyaluran zakat pada Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”
Kabupaten Ngawi
Dalam penyaluran zakatnya, para amil di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat
Mandiri” mengacu pada firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 60, intinya dari
ayat tersebut bahwa penyaluran zakat diberikan kepada delapan asnaf. Adapun dalam
memberikan kepada delapan asnaf tersebut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan,
dengan kata lain meskipun semuanya mendapatkan tapi yang lebih diprioritaskan
adalah orang-orang yang mempunyai kepentingan mendesak.76
D. Analisis Pemasukan dan Pengeluaran Zakat di Lembaga Amil Zakat “Bina
Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi
Dalam bagian pembahasan ini, peneliti berusaha menganalisis hasil dari
pengelolaan zakat dilihat dari pemasukan dan pengeluaran zakat apakah sudah
tersalurkan dengan baik dan mampu untuk mengentaskan kemiskinan atau belum.
Disini peneliti mencantumkan data-data penerimaan dan pengeluaran zakat dari
tahun 2004-2007 sebagai upaya untuk menguatkan hasil dari penelitian tersebut.
75 Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas (Malang : UIN Malang Press, 2007). 72. 76 Atok Sunu, wawancara (Ngawi, 17 Januari 2008).
Yang kemudian setelah dianalisis peneliti mampu untuk memberikan kesimpulan
dari apa yang telah di temukan.
1. Pemasukan dan Pengeluaran Zakat di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat
Mandiri” Kabupaten Ngawi di tahun 2004-2005
No Pemasukan Jumlah Pengeluaran Jumlah 1 Zakat Fitrah Rp 4.512.000 Penyaluran Zakat
Fitrah Rp 4.512.000
2 Fidyah Rp 1.291.000 Bantuan Daerah Bencana
Rp 2.850.000
3 Zakat Maal Rp 28.070.500 Bantuan Renovasi TPA dan TKIT
Rp 7.500.000
4 Zakat Profesi
Rp 5.343.100 Bantuan Renovasi Masjid/Mushalla
Rp 2.095.000
5 Infak dan Shadaqah
Rp 2.833.500 Bantuan Pengobatan Keluarga Da’i
Rp 500.000
6 Lain-lain Rp 43.500 Kafalah Dakwah Rp 6.184.900
Total Pemasukan
Rp 41.893.600 Santunan Anak Yatim dan Fakir Miskin
Rp 6.910.000
7 Penyaluran ke Amil Zakat
Rp 6.309.200
8 Bantuan Daerah Tertinggal
Rp 2.901.000
9 Dana Operasional th. 2004-2005
Rp 1.054.000
Total Pengeluaran Rp 40.816.100
2. Pemasukan dan Pengeluaran Zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat
Mandiri” Kabupaten Ngawi Tahun 2005-2006
No Pemasukan Jumlah Pengeluaran Jumlah 1 Zakat Fitrah Rp 7.575.000 Penyaluran Zakat
Fitrah Rp 7.575.000
2 Fidyah Rp 235.000 Penyaluran Fidyah
Rp 235.000
3 Zakat Maal Rp 55.845.000 Santunan Anak Yatim
Rp 6.000.000
4 Zakat Profesi
Rp 1.870.000 Fi Sabilillah Rp 3.500.000
5 Infak/Shadaqah
Rp 5.670.000 Ghorimin Rp 1.000.000
6 Infak Yatim Rp 400.000 Fakir Miskin Rp 5.000.000
7 Lain-lain Rp 521.000 Alokasi untuk ’Amilin (2,5% dari penerimaan zakat)
Rp 1.396.125
Total Pemasukan
Rp 72.116.000 Santunan Pengobatan
Rp 250.000
7 Bantuan Modal untuk Mustahiq
Rp 2.000.000
8 Bantuan Pembangunan Masjid Derah Tertinggal
Rp 1.500.000
9 Kafalah Ustadz/Ustadzh
Rp 1.250.000
10 Operasional Rp 1.250.000
11 Alokasi Ke Lembaga Dakwah Binaan
Rp 500.000
Total Pengeluaran
Rp 31.456.125
3. Penerimaan dan Pengelaran Zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat
Mandiri” Kabupaten Ngawi Tahun 2007
No Bulan Alokasi Debet Kredit Saldo Jumlah 1 Maret Infak 562.000 166.000 396.000 SAY 45.000 45.000 Zakat 650.000 650.000 Jumlah 1.662.000 1.662.000 1.496.000
14.996.000 2 April Infak 427.000 106.700 320.300 SAY 390.000 210.100 179.900 Zakat 590.000 187.320 402.680 Jumlah 1.407.000 504.120 902.880
902.880 3 Mei Infak 2.242.000 61.600 2.180.400 SAY 835.000 354.800 480.200
Zakat 240 000 65.300 174.700 Jumlah 3.317.000 481.700 2.835.300
2.835.300 4 Juni Infak 1.375.000 1.065.480 309.520 SAY 420.000 127.300 292.700 Zakat 590.000 534.960 55.040 Jumlah 2.385.000 1.727.740 657.260
657.260 5 Juli Infak 570.000 32.500 537.500 SAY 390.000 278.000 112.000 Zakat 600.000 600.000 Jumlah 1.560.000 310.500 1.249.500
1.249.500 6 Agustus Infak 585.000 617.290 32.290 SAY 445.000 80.000 365.000 Zakat 340.000 291.650 48.350 Jumlah 1.370.000 988.940 381.060 32.290 348.770
348.770 7 September Infak 190.000 243.250 53.250 SAY 180.000 180.000 Zakat 727.500 870.350 142.850 Jumlah 1097500 1113600 16100 8 November Infak 737.500 452.750 284.750 SAY 325.000 80.000 245.000 Zakat 1.321.500 1.543.320 221.820 Jumlah 2.384.000 2.076.070 307.930
307.930 9 Desember Infak 895.000 7.455.000 149.500 SAY 125.000 135.000 10.000 Zakat 1.150.000 686.500 463.000 Jumlah 2.170.000 1.567.000 603.000 10.000 593.000
593.000 TOTAL 17.352.500 8.935.670
8.390.640
Sebenarnya dari awal peneliti ingin menganalisis data dari awal berdirinya
sampai sekarang, akan tetapi karena data-data di tahun 2001-2003 tidak bisa diakses
maka peneliti menganalis dari tahun 2004-2007 yang hasilnya sebagai berikut.
Berdasarkan data-data yang telah ada ternyata pemasukan dan pengeluaran
mengalami instabilitasi, merujuk pada data diatas pemasukan di tahun 2004-2005
sebesar Rp 41.893.600, pemasukan ditahun 2005-2006 sebesar Rp 72.116.000
sedangkan pada tahun 2007 pemasukannya sebesar Rp 17.352.500, hal ini
merupakan sesuatu yang wajar karena terkait dengan adanya dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari orang-orang dalam itu
sendiri, yaitu kurang maksimalnya dalam mengelola zakat di Lembaga Amil Zakat
”Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi. Hal tersebut dapat disebabkan karena
berbagai sebab seperti diantaranya karena mengelola zakat hanya sebagai pekerjaan
sampingan; tidak ada penghargaan yang tinggi terhadap jenis pekerjaan ini karena di
anggap cukup dikerjakan seadanya, di waktu yang tersisa dan sederhana. Kemudian
pekerjaan ini juga di kesampingkan setelah pekerjaan lain. Penyebab yang lain
karena kurangnya disiplin; memang saat ini kebiasaan tidak disiplin sudah menjadi
kebudayaan kita, sehingga sulit untuk dihilangkan. Akan tetapi meskipun sulit pasti
bisa untuk mengubahnya ketika di lembaga ini mempunyai komitmen yang tinggi
untuk meraih suatu hasil yang maksimal. Sedangkan dari faktor eksternal yaitu
terdapat pada sistemnya yang ada sekarang ini, yaitu sistem kapitalis. Ketika para
individunya yang terdapat disebuah organisasi seperti di Lembaga Amil Zakat ”Bina
Umat Mandiri” sudah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengentaskan
kemiskinan masyarakat sedangkan sistem yang ada adalah sistem yang menuntut
untuk mementingkan diri sendiri maka adanya Lembaga Amil Zakat pun tidak akan
mendapatkan hasil yang berarti.
Oleh sebab itulah peran negara dalam bentuk tanggung jawabnya mengenai
kebutuhan rakyat sangatlah penting dan harus dilakukan secara menyeluruh bukan
hanya secara parsial saja. Hal ini berbeda, ketika ada negara Islam yang
pemimpinnya atau imamnya sangat bertanggung jawab. Contohnya ketika khalifah
Umar bin Khattab yang harus memanggul sekarung bahan makanan kesalah satu
keluarga miskin. Dalam kisah tersebut, bagaimana seorang khalifah dengan rela
mengangkat sekarung bahan makanan dari gudang kerumah seorang ibu yang
mengeluh bahwa khalifah tidak pernah memperhatikan mereka. Karena
ketidakmampuan membeli makanan, ibu tersebut terpaksa memasak batu untuk
menenangkan anaknya yang meminta makanan. Mendengar keluhan tersebut, Umar
Bin Khattab yang saat itu tengah melakukan kunjungan kerakyatnya merasa bersalah.
Sebagai tanggung jawabnya terhadap rakyatnya, khalifah Umar dengan rela
mengangkat sendiri sekarung bahan makanan untuk diberikan kepada ibu tersebut,
bahkan pengawalnya, tidak diijinkan ketika akan membantu. Beliau tahu, ia akan
dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT pada hari akhir nanti. Beliau bahkan
pernah berkata, ”Andaikan ada seekor keledai diwilayah Irak yang kakinya
terperosok dijalan, aku takut Allah SWT akan meminta pertanggungjawabanku
karena tidak memperbaiki jalan tersebut”. Hewan yang terperosok saja sangat
dikhawatirkan oleh khalifah, apalagi rakyat yang kelaparan.
Kisah tersebut membuktikan, bahwa pemimpin mempunyai tanggung jawab
besar terhadap kebutuhan pokok masyarakat. Dalam syariat Islam, negaralah yang
bertanggung jawab dalam memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan primer
kepada rakyat. Bahkan Rasulullah pernah mengatakan, ”seseorang imam (pemimpin)
bagaikan pengembala. Dia akan dimintai pertanggung jawaban atas gembalanya
(rakyatnya).”
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi menerapkan
sistem open management (manajemen keterbukaan). Artinya dalam
pendapatan, pengelolaan, serta penyalurannya dapat diketahui oleh masyarakat
umum, melalui majalah tri wulan. Sehingga dengan menggunakan sistem ini
masyarakat percaya dan mengetahui dengan jelas kemana arah zakat yang
mereka keluarkan.
2. Dalam rangka pengentasan kemiskinan Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat
Mandiri” Kabupaten Ngawi melakukan berbagai upaya seperti penyaluran
beeasiswa, kafalah du’at, waqaf al-Qur’an dan iqra’, bantuan pendidikan TPA
dan TKIT, bantuan renovasi masjid/mushalla, bantuan daerah bencana, daurah
pembinaan umat.
3. Zakat yang ada di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten
Ngawi ini, dilihat dari hasilnya memang belum 100 % mencapai target untuk
mengentaskan kemiskinan, akan tetapi dari awal tahun berdirinya sudah
mengalami peningkatan yang lebih baik. Kalau pada awalnya Lembaga Amil
Zakat ini hanya aktif ketika pada bulan ramadhan tetapi sekarang pada setiap
bulannya sudah ada penerimaan dari masyarakat sekitar, yaitu melalui
kerjasama dengan yayasan “Harum” Kabupaten Ngawi, donatur rutin perbulan
dari Instansi-instansi lain seperti lembaga pendidikan yang berada di
Kabupaten Ngawi dan sekitarnya.
B. Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan terhadap
permasalahan yang terdapat pada Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”
Kabupaten Ngawi, maka penulis mengajukan usulan-usulan dan saran-saran, sebagai
berikut :
1. Demi terwujudnya suatu Lembaga Amil Zakat yang profesional, amanah,
terpercaya maka sudah selayaknyalah para pengurus Lembaga Amil Zakat
“Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi untuk lebih mengoptimalkan kembali
upaya-upaya pengentasan kemiskinan yang selama ini sudah berjalan sehigga
benar-benar terwujud secara nyata dan bisa dirasakan oleh masyarakat umum.
2. Dalam rangka mewujudkan pengentasan kemiskinan yang ada di Kabupaten
Ngawi, maka upaya-upaya yang dilakukan seyogyanyalah lebih difokuskan lagi
pada usaha-usaha yang besifat produktif, seperti penyaluran program beasiswa
kepada orang-orang yang kurang mampu dalam mengenyam pendidikan,
karena ini mampu untuk dijadikan investasi guna mendukung kondisi
perekonomian masyarakat yang lebih baik sehingga kondisi kemiskinan inipun
mampu untuk dituntaskan.
3. Berdasarkan atas tuntutan profesionalisme sudah seyogyanyalah pengelola
zakat yaitu para amil untuk mengelola secara fokus dan full time. Sehingga
dapat dikatakan bahwa amil zakat adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi-
profesi yang lain, bukan sebagai profesi sambilan. Peneliti berharap Lembaga
Amil Zakat ini mampu menjadi titik terang awal penghapusan kesenjangan
sosial, khususnya yang ada di Kabupaten Ngawi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim (1996) Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya. Semarang : PT
Karya Toha Putra. Al Albani, Muhammad Nashiruddin (2007) Shahih Sunan Abu Daud. Jakarta :
Pustaka Azzam. --------------- (2007) Shahih Sunan Ibnu Majah. Jakarta : Pustaka Azzam. --------------- (2006) Shahih Sunan An-Nasa’i. Jakarta : Pustaka Azzam. Al-Syaikh, Yasin Ibrahim (2004) Zakat Menyempurnakan Puasa Membersihkan
Harta. Bandung: Marja. An-Nabhani, Taqyuddin (1996) Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif
Islam. Surabaya: Risalah Gusti. Arikunto, Suharsimi (2002) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. Ashidiqi, Hasby (1967) Pedoman Zakat. Jakarta: Bulan Bintang. Departemen Agama (2005) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Islam
Negeri. Malang. Departemen Agama RI (2003) Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Lembaga
Pengelolaan Zakat. Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf.
----------- (2003) Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian dan Evaluasi Pengelolaan
Zakat. Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji.
Drajat, Zakiyah (1993) Zakat Pembersih Harta dan Jiwa. Jakarta : YPI RUHAMA. Faisal, Sanapial (1999) Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Grafindo
Persada. Hafidhuddin, Didin (2007) Agar Harta Berkah dan Bertambah. Jakarta : Gema
Insani Press. Inayah, Gazi (2003) Teori Kompreherensip Tentang Zakat dan Pajak. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Ja’far, Muhammad (1975) Zakat Puasa dan Haji. Jakarta: Kalam Mulia. Marzuki (1997) Metodologi Rizet. Yogyakarta: BP-FE-UI. Moleong, Lexy (2002) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhammad, Sahri (2006) Mekanisme Zakat dan Permodalan Masyarakat Miskin.
Malang: Bahtera Press. Mulyana, Deddy (2004) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Purnama, Siechul Hadi (1993) Sumber Penggalian Zakat. Jakarta: Pustaka Firdaus. Qadir, Abdurrachman (1998) Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial. Jakarta: PT
Raja Grafindo Pesada. Qardhawi, Yusuf (1975) Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. Jakarta: Gema Insani
Press. ------------ (1987) Hukum Zakat. Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa. ------------ (2005) Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan. Jakarta :
Zikrul Hakim. Ramulyo, Idris (2004) Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara
Peradilan Agama dan Zakat Menurut Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika. Sabiq, Sayid (1977) Fiqih Sunnah. Beirut: Darul Fikri. Sahhatih, Syauqi Ismail (2007) Penerapan Zakat dalam Bisnis Modern. Bandung:
Pustaka Setia. Shaltut, Mahmud (1966). Ala Fatawa. Kairo. Soekanto, Soerjono (1981) Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Islam
Press. Sudirman (2007) Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas. Malang : UIN Press. Suyitno, Heri Junaidi,Adib Abdushomad (2005) Anatomi Fiqh Zakat. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. Syarifuddin, Amir (2003) Garis-Garis Besar Fiqih. Bogor: Kencana. Yunus, Mahmud (1990) Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung.
Ensiklopedi Hukum Islam (2001). Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve. Buletin Binuma (Edisi 4: Juli 2007). Majalah Al-Waie (Edisi 78 : Februari 2007) Majalah Suara Islam (Edisi 8: November 2006).
BUKTI KONSULTASI
Nama : Hasti Ernawati
NIM : 03210069
Pembimbing : Dr. Umi Sumbulah M.Ag
Judul Skripsi : Zakat Sebagai Sarana Pengentasan Kemiskinan (Studi Kasus
Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi)
No Tanggal Keterangan Tanda Tangan
1 28 Februari 2007 Pengajuan Judul
2 11 Mei 2007 Pengajuan Proposal
3 10 Desember 2007 Seminar Proposal
4 15 Desember 2007 Konsultasi Bab I
5 24 Desember 2007 Revisi Bab I
6 03 Maret 2008 Konsultasi Bab I, II, III
7 17 Maret 2008 Revisi Bab I, II, III
8 01 April 2008 Konsultasi Bab I, II, III, IV, V
9 11 April 2008 Revisi Bab I, II, III, IV, V
10 24 April 2008 ACC Keseluruhan
Malang, 25 Juli 2008
Mengetahui Dekan Fakultas
Drs. H. Dahlan Tamrin, M. Ag NIP 150216425
PANDUAN WAWANCARA
1. Kapan berdirinya Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” Kabupaten
Ngawi ?
2. Bagaimana latar belakang berdirinya Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat
Mandiri” Kabupaten Ngawi ?
3. Bagaimana susunan organisasi Lembaga Amil Zakat ini ?
4. Apakah pada tahun pertama susunan organisasi sudah ada tiga unsur pokok
yaitu Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas, dan Badan Pelaksana ?
5. Kalau sudah ada tiga unsur diatas, menurut bapak/saudara apakah ada
permasalahan diantara tugas ketiga unsur pokok tersebut ?
6. Bagaimana solusinya bila terjadi permasalahan diantara ketiga unsur pokok
tersebut ?
7. Bagaimana manajemen Lembaga Amil Zakat ini dalam mengumpulkan zakat
kepada mustahiq ?
8. Lembaga Amil Zakat ini mendapatkan zakat dari jenis harta apa saja dan dari
mana saja ?
9. Zakat yang sudah terkumpulkan disalurkan kepada siapa saja ? Dan apakah
ada yang digunakan untuk sesuatu yang bersifat produktif ?
10. Dalam rangka pengentasan kemiskinan masyarakat, kegiatan apa saja yang
dilakukan Lembaga Amil Zakat ini dalam kurun waktu satu tahun?
11. Apakah Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” sudah berhasil untuk
mengentaskan kemiskinan yang ada di masyarakat ?