zat tepung fifa
DESCRIPTION
lab fistumTRANSCRIPT
ZAT TEPUNG (SACHS)
LAPORAN
Oleh:
AFIFA ULFA BATUBARA / 100301047AGROEKOTEKNOLOGI 1
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 1 1
ZAT TEPUNG (SACHS)
LAPORAN
Oleh:
AFIFA ULFA BATUBARA / 100301047AGROEKOTEKNOLOGI 1
Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Diketahui OlehDosen Penanggung Jawab Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
(Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, M.Sc.)NIP. 194004261964081001
Asisten Koordinator Laboratorium Asisten Penanggung Jawab Judul
( Dedi Mikardo Ginting ) ( Henny W. Sitorus ) NIM. 070301025 NIM. 080301067
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 1 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga laporan berjudul “Zat Tepung (Sachs)”
ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada para
dosen mata kuliah fisiologi tumbuhan, yaitu Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, M.Sc.,
Prof. Dr. Ir. J. M. Sitanggang, MP., Ir. Meiriani, MP.,Ir. Ratna Rosanti Lahay, MP.,
Ir. Dartius, MS., Ir. Haryati, MP., dan Ir. Lisa Mawarni, MP. serta kepada kakak dan
abang asisten yang telah memberikan bantuan, arahan dan bimbingan dalam
pembuatan laporan ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk perbaikan laporan ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2011
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. ii
PENDAHULUAN Latar Belakang ……………………………………………………………… 1Tujuan Percobaan …………………………………………………………… 2Kegunaan Penulisan ………………………………………………………… 3
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………………. 4
BAHAN DAN METODETempat dan Waktu Percobaan ……………………………………………… 7Bahan dan Alat ……………………………………………………………... 7Prosedur percobaan ………………………………………………………… 8
HASIL DAN PEMBAHASANHasil ……………………………………………………………………….. 9Pembahasan ……………………………………………………………....... 10
KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan …………………………………………………………..…….. 12Saran ……………………………………………….………………………. 12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….……………………... 13
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karbihodrat utama yang disimpan pada sebagian bedsar tumbuhan adalah
pati. Di daun , pati terhimpun di kloroplas, tempat terbentuknya secara langsung dari
fotosintesis. Di organ penyimpanan, karbohidrat terhimpun dalam bentuk amiloplas,
yang terbentuk sebagai hasil translokasi sukrosa atau karbohidrat lain di daun. Jumlah
pati dalam berbagai jaringan bergantung pada banyak faktor genetik dan lingkungan,
tapi di daun yang amat penting adalah tingkat dan lama cahaya
(Salisbury dan Ross, 1992).
Sel-sel di dalam daerah-daerah tertentu dari tanaman memiliki butiran-butiran
pati yang mengendap di bawah pengaruh gravitasi, sebaliknya dengan pati,
penyimpanan yang tidak memperlihatkan gerakan semacam itu. Berthold-lah ditahun
1886 yang pertama menyatakan hubungan diantara sedimentasi dan persepsi gravitasi
di dalam tanaman. Haberlandt dan Nemec melakukan survei hingga terjadinya satolit
satolit pati (Wilkins, 1992).
Zat tepung dibentuk oleh sebuah ikatan α-glukosa, terdiri atas persenyawaan
yang berupa glukosa terhidrolisis yang disebut glukosan atau glukan. Ini adalah
makanan yang terpenting dari karbohidrat dan dapat ditemukan di kentang, sayur-
sayuran dan kacang-kacangan. Zat tepung alami tidak terlarut dalam air dan
memberikan warna biru pada fotosintesis (http://id.blogtani.ac.id, 2011).
Daun berfungsi sebagai organ utama fotosintesis pada tumbuha tingkat tinggi.
Evolusi daun telah mengembangkan suatu struktur yang akan menahan kekerasan
lingkungan, namun juga efektif dalam penyerapan cahaya dan cepat
dalam pengambilan CO2 untuk fotosintesis (Gardner, dkk, 1991).
Polisakarida tanaman adalah beragam kelompok polimer karbohidrat yang
didistribusikan ke seluruh jaringan. Beberapa memiliki struktur yang relatif
simple/sederhana, berdasarkan pada unit gula tunggal (contohnya glukosa, polimer,
selulosa dan amilosa) tetapi yang paling kompleks adalah polimer
(Harborne dan Turner, 2004).
Tujuan Percobaan
Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa fotosintesis yang berlangsung
pada daun memerlukan cahaya dan menghasilkan amilum.
Kegunaan Penulisan
- Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikal test di Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan disebut autotrof; karena nutrien satu-satunya yang mereka
butuhkan ialah karbon dioksida dari udara, dan air serta mineral dari tanah. Secara
khusus, tumbuhan merupakan fotoautotrof, yaitu organisme yang menggunakan
cahaya sebagai sumber energi untuk mensintesis karbohidrat, lipid, protein dan bahan
organik lainnya (Campbell dkk, 1999).
Sachs pada tahun 1860, seorang ahli botani Jerman bernama Julius von Sachs
berhasil membuktikan bahwa pada proses fotosintesis menghasilkan amilum (zat
tepung). Adanya zat tepung ini dapat dibuktikan dengan uji yodium, sehingga
percobaan sachs ini juga disebut dengan uji yodium (Irianto, 2008)
Karbohidrat dibentuk dari karbondioksida, hidrogen dan oksigen dengan
formula C6H12O6. Hidrogen dan oksigen memiliki perbandingan 2:1 di dalam air.
Karbohidrat diklasifikasikan kedalam 3 kelompok besar , yaitu monosakarida,
oligosakarida dan polisakarida (Pandey dan Sinha, 1995).
Tanaman-tanaman C4 secara intrinsik lebih besar diketahui karena permulaan
sifat C4 seperti gandum, jagung mempunyai produktivitas fotosintesis yang tinggi.
Didalam penelitian di laboratorium , fotosintesis C4 jauh lebih efektif, intensitas
cahaya yang tinggi, temperatur yang tinggi dan kondisi musim pertumbuhan yang
panjang (Fitter dan Hay, 1992).
Bila cahaya, air dan faktor-faktor lain optimum , maka konsentrasi
karbondioksida umumnya menjadi faktor perubahan laju fotosintesis. Pada
percobaan berjangka pendek, gas ini yang dinaikkan sampai12x konsentrasi normal
dalam udara, peningkatan laju fotosintesis nya 400-500% pada kentang
(Lakitan, 1996).
Istilah karohidrat berasal dari pengamatan awal struktural karbohidrat adalah
atom karbon terdehidrasi dengan air. Tentu saja, banyak senyawa karbon yang ada di
dalam klasifikasi karbohidrat, tidak memiliki rasio atom 1:2:1 untuk karbon, hidrogen
dan oksigen. Untuk bagian terbesar, karbohidrat tidak memiliki rasio dari senyawa-
senyawa itu (Ting, 1982).
Dalam proses fotosintesis, klorofil hanya dapat bertindak pada reaksi kimia
apabila klorofil tersebut diikat dengan ikatan protein dalam membran (seperti dalam
kloroplas). Ikatan protein tersebut juga dapat menunjukkan spektrum yang
diabsorbsinya (Utomo, 2008).
Jumlah pati pada berbagai jaringan tergantung pada banyak faktor genetik dan
lingkungan, tapi di daun yang amat penting adalah tingkat dan lama cahaya. Pati
terbentuk pada siang hari ketika fotosintesis melebihi laju gabungan antara respirasi
dan translokasi. Kemudian sebagian hilang dalam waktu malam melalui kedua proses
terakhir tadi (Salisbury dan Ross, 1992).
Struktur amilosa dan amilopektin dapat ditandai dengan molekul yodium
dengan pewarnaan yang kompleks. Amilosa ditandai dengan kompleks yodium
berwarna biru dan amilopektin membentuk ungu kemerah-merahan. Reaksi yodium
adalah diagnosa untuk pati (Ting, 1982).
Secara keseluruhan fotosintesis dapat digambarkan sebagai berikut:
6CO2 + 12H2O cahaya matahari C6H12O6 + 6H2O klorofil
Elektron-elektron dari hidrogen yang berasal dari air digunakan untuk menguraikan
CO2 menjadi glukosa C6H12O6 , cahaya matahari mengaktifkan energi elekton dari air
menjadi potensial reduksi. H2 mengubah CO2 menjadi karbohidrat
(Hopkins, 1995).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang berada pada ketinggian
± 25 m di atas permukaan laut pada hari Senin tanggal 28 November 2011
pukul 10.00 WIB.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah daun jagung (Zea mays L.)
dengan tiga perlakuan, daun pertama disungkup seluruhnya dengan alumunium foil,
daun kedua disungkup setengahnya dan daun ketiga dibiarkan terbuka yang
digunakan sebagai objek percobaan, air mendidih untuk mematikan sel-sel daun,
alkohol sebagai pelarut klorofil dan larutan yodium sebagai indikator adanya amilum
pada daun.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cawan petri sebagai wadah
meletakkan daun, gelas beker sebagai tempat air panas, alumunium foil sebagai
penutup daun, pipet tetes untuk meneteskan yodium, pinset sebagai alat membolak-
balik daun dan gunting untuk memotong daun.
Prosedur Percobaan
- Ditutupi sebagian daun tanaman dengan alumunium foil dan dijepit dengan
jepitan kertas pada pagi hari.
- Dipetik tiga helai daun yang telah telah diberi tiga perlakuan yang berbeda.
- Diletakkan masing-masing daun di atas cawan petri, rendam dengan air mendidih
selama kurang lebih lima belas menit. Diamati perubahan yang terjadi.
- Direndam daun tersebut dengan alkohol 96% selama krang lebih sepuluh menit.
Diamati perubahan yang terjadi.
- Ditetesi daun tersebut dengan yodium. Diamati perubahan yang terjadi pada daun
tersebut.
- Dibandingkan perubahan yang terjadi pada daun tanaman yang tidak ditutup
dengan yang ditutup dengan kertas timah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Perlakuan Terbuka Disungkup seluruhnya
Setengah Disungkup
Keterangan
Direndam
Air panas
Daun menjadi lebih cerah pada perlakuan terbuka, daun menjadi lebih cerah pada kedua bagian daun pada perlakuan disungkup semua dan menjadi lebih cerah juga , namun tidak secerah pada perlakuan terbuka. Pada perlakuan disungkup setengah, daun terlihat lebih cerah pada bagian yang tidak disungkup.
Direndam
Alkohol
96%
Pada perlakuan terbuka, disungkup dan setengah disungkup terdapat warna putih di tepi daun.
Ditetesi
Yodium
Pada terbuka, bercak coklat terdapat di semua bagian. Pada disungkup terdapat sedikit bercak coklat pada kedua bagian. Pada setengah disungkup, pada daerah yang tebuka terdapat banyak bercak daun dan pada daun yang disungkup sedikit bercak coklat
Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa pada perlakuan disungkup
semua terdapat sedikit bercak coklat pada kedua sisi daun, pada perlakuan disungkup
setengah, terdapat lebih banyak bercak coklat, amilum, pada bagian yang terbuka
daripada bagian yang disungkup dan pada perlakuan yodium terdapat banyak bercak
coklat amilum pada kedua sisi daun. Hal ini menunjukkan bahwa pada bagian yang
tidak disungkup terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan amilum. Sedangkan
pada bagian yang disungkup tidak terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan
amilum. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan
bahwa didaun, pati terhimpun di kloroplas, tempat terbentuknya secara langsung dari
fotosintesis.
Amilum terbentuk pada siang hari, ketika fotosintesis melebihi laju gabungan
antara respirasi dan translokasi. Hal ini sesuai literatur Salisbury dan Ross (1992)
yang menyatakan bahwa pati terbentuk pada siang hari ketika fotosintesis melebihi
laju gabungan antara respirasi dan translokasi.
Struktur amilosa dapat ditandai dengan penetasan yodium dengan bentuk
pewarnaan yang kompleks. Pada hasil percobaan banyak terdapat warna biru sebagai
indikator terdapatnya amilosa Hal ini sesuai literatur Ting (1982) yang menyatakan
bahwa amilosa ditandai dengan kompleks yodium berwarna biru dan amilopektin
membentuk ungu kemerah-merahan , Reaksi yodium untuk diagnosa.
Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa pada perlakuan disungkup
dengan aluminium foil terdapat sedikit amilum. Hal ini disebabkan tidak terdapatnya
cahaya matahari sehingga proses fotosintesis tidak berlangsung. Hal ini sesuai
literatur Hopkins (1995) yang menyatakan bahwa cahaya matahari mengaktifkan
energi elektron dan air menjadi potensial reduksi H2 untuk mengubah CO2 menjadi
karbohidrat.
Pada percobaan ini dilakukan 3 perlakuan yaitu pertama direndam dengan air
panas yang berguna mematikan sel-sel dan melepaskan klorofil dari daun tersebut.
Karena klorofil terikat dengan protein sehingga perendaman menggunakan panas,
maka klorofil akan terkelupas karena protein terdenaturasi, sehingga warana daun
berubah menjadi hijau muda karena pigmennya luntur. Hal ini sesuai literatur Utomo
(2008) yang menyatakan bahwa yaitu pada proses fotosintesis , klorofil ini hanya
dapat bertindak sebagai reaksi kimia, apabila klorofil diikat dengan ikatan protein
dalam membran (kloroplas).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada daun jagung yang ditambahkan perlakuan air panas, ketiga daun rata-rata
menjadi lebih cerah, baik dari perlakuan terbuka, disungkup, atau setengah
disungkup.
2. Pada daun jagung yang direndam alkohol panas, Pada perlakuan terbuka,
disungkup, atau setengah disungkup terdapat bercak putih dibagian tepi daun
yang menandakan larutnya klorofil/zat hijau daun.
3. Pada perlakuan ditetesu yodium ,daun terbuka terdapat bercak coklat
diseluruh bagain, pada disungkup terdapat lebih sedikit bercak coklat, dan
pada setengah disungkup, pada daun yang terbuka terdapat bercak coklat.
4. Karbohidrat terbentuk dari hidrogen, karbondioksida, cahaya, dan klorofil
yang akan berubah menjadi C6H12O6 + energi
5. Percobaan Sachs membuktikan bahwa pada proses fotosintesis menghasilkan
amilum (zat tepung)
Saran
Pada setiap perlakuan, dilakukan sebaik-baiknya agar lebih jelas terlihat
perbedaan daun yang disungkup, setengah sungkup dan terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, A.N, J.B.Reece dan L.G. Mitchell., 1999. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Fitter, A.H dan R.K.N Hay., 1992. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta
Gardner, F.P, R.B. Pearce dan R.L. Mitchell., 1991. Penerjemah Herawati Susilo. Penerbit UI Press, Jakarta.
Harborne, J.B dan Turner, B.L., 2004. Plant Chemosys Tematics. Academic Press. London
Hopkins, W. G., 1995. Introduction to Plant Physiology. John Willey & sons Inc, New York.
http://id.blogtani.ac.id. 2011. Zat Tepung Tumbuhan. Diakses 20 November 2011
Irianto, S.Y., 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Grasindo. Jakarta
Lakitan, B., 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Pandey dan Sinha, 1995. Plant Phisiology. Vikas Publishing House. PLTD. India
Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press, Bandung.
Ting, I.P., 1982. Plant Phisiology. Addison Wesley Publishing Company. California
Utomo, B., 2008. Pigemen Fotosintetik dan Fotosistem. Diakses dari usu.repository,ac.id tanggal 29 November 2011
Wilkins, M. B., 1992. Fisiologi Tanaman 1. Terjemahan oleh Mulyani Sutedjo dan A. G. Kartasapoetra. Bina Aksara, Jakarta.