digilib.uns.ac.id/perbandingan-prestasi...digilib.uns.ac.id
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
YANG DIAJAR DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBASIS
MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN AUTOCAD DAN KONVENSIONAL
PADA PELAJARAN AUTOCAD SMK NEGERI 5 SURAKARTA
SKRIPSI
OLEH :
RINA NURLIANTI
K1508019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
YANG DIAJAR DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBASIS
MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN AUTOCAD DAN KONVENSIONAL
PADA PELAJARAN AUTOCAD SMK NEGERI 5 SURAKARTA
OLEH :
RINA NURLIANTI
K1508019
Skipsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendididkan Teknik Bangunan, Jurusan
Pendidikan Teknik dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Rina Nurlianti, PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG
DIAJAR DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBASIS MEDIA
VIDEO PEMBELAJARAN AUTOCAD DAN KONVENSIONAL PADA
PELAJARAN AUTOCAD SMK NEGERI 5 SURAKARTA. Skripsi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012.
Tujuan penelitian adalah: 1) Mengetahui ada dan tidaknya perbedaan
prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis
media video pembelajaran Autocad dan Konvensional. 2) Mengetahui aktivitas
belajar siswa ditinjau dari penggunaan model Quantum Teaching berbasis media
video pembelajaran Autocad dan Konvensional pada pelajaran muatan lokal
program produktif Autocad yang diterapkan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif quasi eksperiment. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Populasi
penelitian adalah kelas XI program keahlian bangunan dan sampel penelitian
adalah siswa kelas XI TGB (29 siswa) dan XI TKBB (25 siswa) Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5 Surakarta. Sumber data terdiri dari sumber
data primer. Sumber data primer yaitu sumber data yang digunakan untuk
mendapatkan data prestasi belajar pelajaran muatan lokal program produktif
Autocad setelah mendapat perlakuan model pembelajaran Konvensional dan
Quantum Teaching berbasis media video pemebelajaran Autocad, sumber data
primer diperoleh dari nilai pretest dan posttest. Sumber data sekunder yaitu
sumber data yang digunakan untuk mendapatkan data nama siswa kelas XI
program keahlian bangunan SMK Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan metode dokumentasi, observasi
dan tes. Validitas instrumen penelitian yang dilakukan meliputi: uji validitas butir
soal, reliabiitas soal, tingkat kesukaran dan daya beda soal. Uji prasyarat analisis
meliputi uji normalitas mengunakan uji Chi kuadrat dan uji homogenitas
menggunakan uji F serta uji keseimbangan menggunakan uji T. Teknik analisis
data yang digunakan adalah uji hipotesis dengan mengunakan uji T.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) Penggunaan model Quantum
Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad lebih efektif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa ranah kognitif dibandingkan dengan model
Konvensional pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad di SMK
Negeri 5 Surakarta semester genap tahun ajaran 2011/2012. 2) Aktivitas belajar
siswa baik yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video
pembelajaran Autocad dan Konvensional mengalami peningkatan pada setiap
pertemuan, tetapi pembelajaran dengan model Quantum Teaching berbasis media
video pembelajaran Autocad menunjukkan peningkatan aktivitas belajar yang
signifikan dibandingkan dengan model Konvensional pada pelajaran muatan lokal
program produktif Autocad di SMK Negeri 5 Surakarta semester genap tahun
ajaran 2011/2012.
Kata kunci: Prestasi belajar, model pembelajaran Quantum Teaching, model
Konvesional dan Video Pemebelajaran Autocad
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Rina Nurlianti, COMPARISON OF LEARNING PERFORMANCE BETWEEN
STUDENTS WHO ARE TAUGHT BY USING QUANTUM TEACHING MODEL
BASED ON VIDEO MEDIA OF AUTOCAD LEARNING AND THOSE WITH
CONVENTIONAL LEARNING IN AUTOCAD LESSON OF SMK NEGERI 5 OF
SURAKARTA. Minithesis. Teacher Training and Education Faculty of Sebelas
Maret University of Surakarta, June 2012.
Purpose of the research are: 1) To know if any different learning
performance is exist between students who are taught with Quantum Teaching
model based on video media of Autocad learning and those with conventional
model. 2) To know learning activity of students who are taught with Quantum
Teaching model based on video media of Autocad learning and those with
conventional in local content of applied productive program of Autocad.
The research is a quasi-experiment, quantitative one. Sample is taken by
using simple random sampling technique. Population of the research is class XI of
construction skill program and sample of the research is 11th
grade students of
TGB (29 students) and 11th
grade students of TKBB (25students) of state
vocational school (SMK Negeri) 5 of Surakarta. Data sources consist of primary
and secondary data. Primary data source is a data source used to obtain data of
learning performance of local content of Autocad productive program after
implementation of conventional learning model and Quantum Teaching model
based on video media of Autocad learning. Primary data is obtained from scores
of pretest and posttest. Secondary data source is a data source used to obtain data
of student’s names of Class IX of construction skill program of SMK Negeri 5 of
Surakarta of 2011/2012 academic year. Data is collected by using documentation,
observation and test techniques. Validity of the research instrument examined by
using validity test of problem items, reliability test of problem items, difficulty
level and distinguishing power of the problems. Prerequisite tests of analysis
include normality test by using Chi-square test and homogeneity test by using F-
test and balance test by using T-test. Data analysis technique of the research is
hypothesis test by using T-test.
Conclusions of the research are: 1) the use of Quantum Teaching model
based on video media of Autocad learning is more effective in improving learning
performance of students in cognitive domain when it is compared with
conventional learning model in local content lesson of Autocad productive
program of SMK Negeri 5 of Surakarta at even semester of 2011/2012 academic
year.; 2) learning activity of students both who had taught with Quantum
Teaching model based on video media of Autocad learning and with conventional
learning model experienced improvement at every meeting, but learning by using
Quantum Teaching model based on video media of Autocad learning indicated
significant improvement of learning activity compared to conventional learning
model in local content lesson of Autocad productive program of SMK Negeri 5 of
Surakarta at even semester of 2011/2012 academic year.
Key words: Learning performance, Quantum Teaching model, Conventional
model and Autocad learning video.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
di awali dengan BISMILLAH, di sudahi dengan ALHAMDULILLAAH
(Raihan)
Apabila kamu tidak dapat memberikan kebaikan kepada orang lain dengan kekayaanmu,
maka berikanlah mereka kebaikan dengan wajahmu yang beseri-seri disertai akhlak yang baik
(Nabi Muhammad SAW)
Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang telah anda raih, Namun kegagalan yang telah
anda hadapi dan keberanian yang membuat anda tetap berjuang melawan rintangan bertubi-
tubi
(Orison Swett Marden)
Jika kita memulai dengann kepastian kita akan berakhir dalam keraguan, tetapi jika kita
memulainya dengan keraguan dan bersabar menghadapinya kita akan berakhir dalam
kepastian
(Fancis Bacon)
Sukses seringkali datang pada mereka yang berani bertindak dan jarang sekali menghampiri
penakut yang tidak berani mengambil konsekuensinya
(Jawaharlal Nehru)
Kegagalan dapat dibagi menjadi dua sebab, Yakni orang yang berfikir tapi tidak bertindak
dan orang yang bertindak tapi tidak berfikir
(W.A. Nance)
Jika tidak bisa jadi yang sama, Jadilah yang berbeda, Karna menjadi diri sendiri itu lebih baik
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang, Puji syukur Alhamdullilah atas segala limpahan
anugerah, nikmat dan karunia-Nya.
Karya ini dipersambahkan buat orang-orang yang kucintai, kusayangi, kuhormati dan kubanggakan :
Keluarga besar ku
Bapa dan ibu ku pelita hidup ku.
Terimakasih atas do’a dan jerih payah yang tercurahkan untuk keberhasilan ku dan saudara ku.
Dukungan moril dan materil yang selalu menyertai langkah hidup ku hingga kelak kesuksessan
menghampiri ku. Senyum kalian adalah motivasi ku untuk meraih mimpi-mimpi ku.
Saudara ku Hesti Nurlaeli dan Tika Nurpratiwi yang ku sayangi.
Trimakasih untuk semua canda tawa kalian setip saat. Semoga kita bisa menjadi anak yang
dibanggakan orang tua kita
Kekasih hati ku
Mas Nugroho Eko Trimaksaih untuk tetap disamping ku mendukung, memotivasi dan setia menunggu
ku. Engkau semangat ke dua setelah orang tua ku.
Teman-teman PTB angkatan 2008
Arif, Yusuf, Tyo, Ratna dan semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
Trimakasih untuk kekompakan, kebersamaan, perjuangan dan semangat 45 nya. Semangat kita adalah
kunci keberhasilan kita kawan. Tetap semangat kawan untuk kehidupan yang lebih
baik.....SEMANGAT...!!!
Almamater ku UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Sempurna yang telah memberikan
banyak kenikmatan, berkah dan anugerah kepada penulis, salah satunya adalah
penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul
“PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG DIAJAR
DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBASIS MEDIA VIDEO
PEMBELAJARAN AUTOCAD DAN KONVENSIONAL PADA
PELAJARAN AUTOCAD SMK NEGERI 5 SURAKARTA”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan,
Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini merupakan bagian dari Program Penelitian Hibah Sarjana
DIPA BLU UNS dengan tema ”Pengembangan Media Pembelajaran CAD
sebagai Penunjang Perkuliahan PTB dan pengembangan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Jurusan Banguana”.
Dalam menyusun Skripsi ini penulis mendapat bantuan dari banyak pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Drs. Agus Efendi, M.Pd selaku Dosen pembimbing I, yang telah
meluangkan waktu membimbing dengan sabar dan mengarahkan penulis
dalam menyusun Skripsi.
2. Bapak Abdul Haris Setiawan, M.Pd selaku Koordinator Skripsi Pendidikan
Teknik Sipil/Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus
Dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu membimbing dengan
sabar dan mengarahkan penulis dalam menyusun Skripsi.
3. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Bapak Drs. Sutrisno, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan
Kejuruan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
MOTO .................................................................................................................. viii
KATA PERSEMBAHAN ...................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH ......................................................... 1
B. IDENTIFIKASI MASALAH. .................................................................. 4
C. PEMBATASAN MASALAH ................................................................... 5
D. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 6
E. TUJUAN PENELITIAN ........................................................................... 6
F. MANFAAT HASIL PENELITIAN .......................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI ....................................................................................... 8
B. PENELITIAN YANG RELEVAN. ........................................................ 27
C. KERANGKA BERPIKIR ....................................................................... 29
D. HIPOTESIS PENELITIAN. ................................................................... 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN. .............................................. 33
B. RANCANGAN PENELITIAN. .............................................................. 34
C. POPULASI DAN SAMPEL. .................................................................. 43
D. TEHNIK PENGAMBILAN SAMPEL. .................................................. 43
E. PENGUMPULAN DATA ...................................................................... 44
F. VALIDITAS INSTRUMENT PENELITIAN ........................................ 46
G. ANALISIS DATA. ................................................................................. 50
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN .................................................... 56
B. DESKRIPSI DATA PENELITIAN. ....................................................... 58
C. PENGUJIAN PRASYARAT ANALISIS .............................................. 70
D. PENGUJIAN HIPOTESIS ..................................................................... 72
E. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ................................................ 74
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN ....................................................................................... 81
B. IMPLIKASI. ........................................................................................... 81
C. SARAN ................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84
LAMPIRAN .......................................................................................................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2. 1. Dasar Kompetensi Pelajaran Auto CAD Dasar .................................. 27
Tabel 3. 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................. 33
Tabel 3. 2. Rancangan Penelitian .......................................................................... 35
Tabel 4. 1. Distribusi Frekuensi Pretest pada Siswa Kelompok Konvensional.... 59
Tabel 4. 2. Distribusi Frekuensi Pretest pada Siswa Kelompok Quantum
Teaching.................................................................................................................60
Tabel 4. 3. Distribusi Frekuensi Posttest pada Siswa Kelompok Konvensional .. 62
Tabel 4. 4. Distribusi Frekuensi Posttest pada Siswa Kelompok Quantum
Teaching.................................................................................................................63
Tabel 4. 5. Distribusi Frekuensi Posttest dan Posttest pada Siswa Kelompok
Konvensional dan Quantum Teaching .................................................................. 64
Tabel 4. 6. Prosentase Aktivitas Belajar Siswa Kelompok Konvensional ............ 66
Tabel 4. 7. Prosentase Aktivitas Belajar Siswa Kelompok Quantum Teaching ... 67
Tabel 4. 8. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Prestasi Belajar.................... 70
Tabel 4. 9. Ringkasan Hasil Uji Homogeniitas Selisih Prestasi Belajar ............... 71
Tabel 4. 10. Ringkasan Hasil Uji Keseimbangan Selisih Prestasi Belajar ........... 72
Tabel 4. 11. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Selisih Prestasi Belajar .................... 73
Tabel 4. 12. Ringkasan Hasil Selisih Prestasi Belajar Pretest dan Posttest
Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching ................................................ 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 . Kerangka Berpikir ........................................................................... 31
Gambar 2.2. Paradigma Penelitian ................................................................... .....32
Gambar 3.1. Tahap-Tahap Prosedur Penelitian .................................................... 42
Gambar 4.1. Denah SMK Negeri 5 Surakarta ...................................................... 57
Gambar 4.2. Histogram Data Hasil Pretest pada Siswa Kelompok Konvensiona 60
Gambar 4.3. Histogram Data Hasil Pretest pada Siswa Kelompok Quantum
Teaching ................................................................................................................ 61
Gambar 4.4. Histogram Data Hasil Posttest pada Siswa Kelompok
Konvensional.........................................................................................................62
Gambar 4.5. Histogram Data Hasil Posttest pada Siswa Kelompok Quantum
Teaching ................................................................................................................ 64
Gambar 4.6. Histogram Data Hasil Pretest dan Posttest pada Siswa Kelompok
Konvensional dan Quantum Teaching .................................................................. 65
Gambar 4.7. Histogram Aktivitas Belajar Siswa Indikator Perhatian Kelompok
Konvensional dan Quantum Teaching .................................................................. 68
Gambar 4.8. Histogram Aktivitas Belajar Siswa Indikator Kerja Sama Kelompok
Konvensional dan Quantum Teaching .................................................................. 68
Gambar 4.9. Histogram Aktivitas Belajar Siswa Indikator Ketekunan Kelompok
Konvensional dan Quantum Teaching .................................................................. 69
Gambar 4.10. Histogram Aktivitas Belajar Siswa Indikator Keaktifan Kelompok
Konvensional dan Quantum Teaching .................................................................. 69
Gambar 4.11. Histogram Aktivitas Belajar Siswa Indikator Interaksi Kelompok
Konvensional dan Quantum Teaching .................................................................. 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus ............................................................................................... 87
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Quantum Teaching 89
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Quantum Teaching 94
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Konvensional ......... 99
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Konvensional ....... 102
Lampiran 6 Daftar Nama Siswa Kelompok Quantum Teaching ........................ 105
Lampiran 7 Daftar Nama Siswa Kelompok Konvensional ................................. 106
Lampiran 8 Daftar Nama Siswa Kelompok Kelas Uji Coba .............................. 107
Lampiran 9 Daftar Nama Kelomok Diskusi (Kelas Quantum Teaching) ........... 108
Lampiran 10 Kisi-Kisi Observasi ....................................................................... 109
Lampiran 11 Observasi Siswa Kelomopok Konvensional Pertemuan 1 ............ 110
Lampiran 12 Observasi Siswa Kelomopok Konvensional Pertemuan 2 ............ 113
Lampiran 13 Observasi Siswa Kelomopok Konvensional Pertemuan 3 ............ 116
Lampiran 14 Observasi Siswa Kelomopok Konvensional Pertemuan 4 ............ 119
Lampiran 15 Observasi Siswa Kelomopok Quantum Teaching Pertemuan 1 .... 122
Lampiran 16 Observasi Siswa Kelomopok Quantum Teaching Pertemuan 2 .... 125
Lampiran 17 Observasi Siswa Kelomopok Quantum Teaching Pertemuan 3 .... 128
Lampiran 18 Observasi Siswa Kelomopok Quantum Teaching Pertemuan 4 .... 131
Lampiran 19 Kisi-Kisi Soal ................................................................................ 134
Lampiran 20 Soal Try Out .................................................................................. 135
Lampiran 21 Kunci Jawaban ............................................................................... 145
Lampiran 22 Soal Pretest dan Postest ............................................................... 146
Lampiran 23 Kunci Jawaban ............................................................................... 154
Lampiran 24 Skor Nilai Prestasi Belajar Siswa Kelompok Konvensional ......... 155
Lampiran 25 Skor Nilai Prestasi Belajar Siswa Kelompok Quantum Teaching 156
Lampiran 26 Ringkasan Data Hasil Uji Validitas Butir Soal ............................. 157
Lampiran 27 Ringkasan Data Hasil Uji Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat
Kesukaran Butir Soal ......................................................................................... 162
Lampiran 28 Skor Data Nilai Prestasi Belajar Hasil Penelitian .......................... 171
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 29 Ringkasan Hasil Uji Normalitas .................................................... 173
Lampiran 30 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas ................................................ 179
Lampiran 31 Ringkasan Hasil Uji Keseimbangan Selisih Prestasi Belajar ........ 180
Lampiran 32 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Selisih Prestasi Belajar ................. 184
Lampiran 33 Ringkasan Hasil Selisih Prestasi Belajar ....................................... 188
Lampiran 34 Tabel r Product Moment ................................................................ 190
Lampiran 35 Tabel Uji F ..................................................................................... 191
Lampiran 36 Tabel Chi-Kuadrat ......................................................................... 195
Lampiran 37 Tabel Uji T..................................................................................... 196
Lampiran 38 Foto Dukumentasi Kelompok Konvensional ................................ 197
Lampiran 39 Foto Dukumentasi Kelompok Quantum Teaching ........................ 198
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Pendidikan di Indonesia 2011 - 2012 Addianto (20/1/2012).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah membawa
perubahan hampir disemua aspek kehidupan, oleh karena itu, dunia pendidikan
perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah berkaitan dengan tuntutan untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, sebab melalui proses
pendidikan akan terlahir generasi muda yang berkualitas yang diharapkan mampu
mengikuti perubahan dan perkembangan kemajuan zaman disegala aspek
kehidupan. Hakekatnya mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh prestasi belajar.
Indonesia adalah negara yang masih mengalami ketertinggalan dalam prestasi
belajar, baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan informal. Hal ini
terlihat dari kualitas pendidikan di Indonesia yang masih memprihatinkan dan
masih berada dalam urutan ke-12 dari 12 negara di Asia, indeks pengembangan
manusia semakin menurun. Indonesia mempunyai daya saing yang rendah dan
menurut survei lembaga, Indonesia memliki predikat sebagai follower bukan
sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Mutu kualitas pendidikan di
Indonesia akan meningkat jika didukung oleh sumber daya manusia indonesia
yang berkualitas pula salah satu usaha pemerintah Indonesia terkait dengan
peningkatan sumber daya manusia adalah didirikannya sekolah-sekolah baik
formal maupun informal.
Sekolah merupakan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal
yang mempunyai peranan penting dalam mendewasakan pola pikir dan tingkah
laku siswa. Selain itu sekolah juga bertanggung jawab dalam meningatkan mutu
kualitas sumber daya manusia, seperti yang disampaikan Isjoni (4/11/2003) SMK
dan Permasalahannya, SMK adalah salah satu lembaga pendidikan yang
bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga lulusannya dapat
mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja. Pendidikan SMK itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sendiri bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat
mengembangkan diri seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan kesenian, serta menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan
mengembangkan sikap profesional.
Hal di atas akan terwujud apabila proses pembelajaran di sekolah (SMK)
berjalan dengan lancar, dalam proses pembelajaran, guru memiliki peranan
penting dalam pendidikan siswa. Guru harus memberikan apa yang terbaik bagi
siswa agar tercapai tujuan pendidikan, oleh karenanya, untuk mewujudkan
kegiatan pembelajaran yang aktif dan berkualitas, salah satu unsur utama adalah
keberadaan guru yang berkualitas pula. Sejalan dengan pendapat Saiful Amien &
Fransina Lamere (18/1/2010) Media Audio Dan Video Untuk Pembelajaran,
bahwa guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional seperti
yang tersirat dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Seorang guru, di dalam melaksanakan kompetesi
pedagogik dituntut untuk memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Termasuk di dalamnya penguasaan,
pemanfaatan dan penciptaan media pembelajaran yang sesuai.
Penggunaan media pembelajaran disadari akan sangat membantu
aktivitas pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas, Hamdani (2011: 243)
berpendapat, “Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materi intruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang
siswa untuk belajar”. Penempatan peran guru dan penggunaan media
pembelajaran yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap kualitas
pendidikan yaitu peningkatan prestasi belajar yang menjadi tujuan dari
pembelajaran.
Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5 Surakarta awalnya
pelajaran muatan lokal program produktif Autocad ini hanya diberikan pada kelas
XI TGB, namun pada awal tahun pelajaran 2010/2011 pelajaran tersebut
diberikan kepada semua siswa kelas XI Program Keahlian Bangunan. Model
pembelajaran yang diterapkan guru pada pelajaran muatan lokal program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
produktif Autocad masih menggunakan model pembelajaran Konvensional.
Pembelajaran menggunakan model tersebut lebih cenderung membosankan,
monoton, kurang interaktif dan komunikatif dalam mentranfer pengetahuan, disini
siswa juga kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Pelajaran Autocad
juga tidak luput dari kecenderungan proses pembelajaran teacher centered, proses
pembelajaran hanya dikuasai guru. Kondisi yang demikian, tentu akan
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari
banyaknya siswa yang memperoleh nilai ulangan masih dibawah rata–rata kelas,
sebanyak 50,48% siswa yang nilainya di bawah nilai 75, yang mana nilai tersebut
merupakan nilai standar ketuntasan belajar untuk pelajaran muatan lokal program
produktif Autocad di SMK Negeri 5 Surakarta, jika kondisi seperti ini tidak
secepatnya diatasi, maka sangat mungkin kualitas sekolah akan menjadi menurun,
karena salah satu indikator keberhasilan sekolah adalah mampu mencetak lulusan
yang baik.
Melihat dari semua permasalahan yang dipaparkan di atas, maka
diperlukan suatu solusi. Salah satu solusinya adalah penggunaan model
pembelajaran yang tepat, yaitu model yang mampu membuat seluruh siswa
terlibat dalam suasana pembelajaran. Suryasubroto (1997: 43) berpendapat Model
mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Alternatif yang dapat
dilakukan oleh seorang guru guna lebih mengaktifkan dan memunculkan prestasi
belajar siswa di kelas salah satunya yaitu dengan menggunakan model Quantum
Teaching. Model Quantum Teaching yaitu suatu proses pembelajaran akan
menjadi efektif dan bermakna apabila ada interaksi antara siswa dan sumber
belajar dengan materi, kondisi ruangan, fasilitas, penciptaan suasana dan kegiatan
belajar yang tidak monoton.
Adanya media pembelajaran Autocad berupa video, materi yang akan
disampaikan oleh guru akan lebih mudah untuk dipahami. Penyampaian materi
dengan menggunakan video pembelajaran akan membuat siswa lebih tertarik
untuk menyimak, memahami dan itu sangat membantu guru dalam mengajar.
Media video pembelajaran Autocad juga tidak akan berhasil dalam kaitannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan meningkatkan prestasi siswa kalau tidak diimbangi dengan model
pembelajaran yang diterapkan guru di kelas. Model Quantum Teaching dirasa
sangat cocok untuk mata pelajaran muatan lokal pogram produktif Autocad yang
dikombinasikan/dikolaborasikan dengan media video pembelajaran Autocad.
Melihat latar belakang di atas, penulis tertarik ingin melakukan penelitian
yang dilaksanakan di SMK Negeri 5 Surakarta dengan membandingkan prestasi
belajar siswa yang menggunakan model Quantum Teaching berbasis media video
pembelajaran Autocad dengan model Konvensional pada pelajaran muatan lokal
program produktif Autocad dengan alasan karena penulis memiliki asumsi bahwa
tidak ada model pembelajaran yang terbaik, namun yang ada adalah model
pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan.
Pada penelitian ini penulis mengambil judul: “PERBANDINGAN PRESTASI
BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL QUANTUM
TEACHING BERBASIS MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN AUTOCAD
DAN KONVENSIONAL PADA PELAJARAN AUTOCAD SMK NEGERI 5
SURAKARTA”. Penelitian ini merupakan bagian dari Program Penelitian Hibah
Sarjana DIPA BLU UNS dengan tema ”Pengembangan Media Pembelajaran
CAD sebagai Penunjang Perkuliahan PTB dan pengembangan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Jurusan Banguana”.
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan, diantaranya :
1. Kualitas pendidikan di Indonesia masih berada pada urutan ke 12 dari12
negara di Asia ini dikarenakan sumber daya manusia Indonesia rendah.
2. Strategi pembelajaran dalam penyampaian materi yang diterapkan guru
belum sepenuhnya diterima oleh siswa dengan baik, dan model pembelajaran
yang diterapkan masih Konvensional (sederhana).
3. Belum ditemukannya model pembelajaran dan media pembelajaran yang
tepat dan efektif yang diterapkan pada pelajaran muatan lokal program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
produktif Autocad (pelajran Autocad) sehingga prestasi belajar dan aktivitas
siswa meningkat.
4. Proses pembelajaran yang terjadi pada pelajaran muatan lokal program
produktif Autocad di SMK Negeri 5 Surakarta belum sepenuhnya melibatkan
peran aktif siswa, semua kegiatan berpusat pada guru (teacher center) dan
aktivitas siswa dominan hanya mendengarkan dan mempraktikan apa yang
guru ajarkan tanpa adanya umpan balik dari siswa itu sendiri.
5. Interaksi antara siswa dan guru yang terjadi pada proses pembelajaran masih
relatif sangat rendah dan berlangsng satu arah.
6. Nilai rata-rata kelas yang menunjukkan suatu prestasi belajar siswa pada
kelas XI Program Keahlian Bangunan (XI TGB, XI TKBB, dan XI TKK) di
SMK Negeri 5 Surakarta pelajaran muatan lokal produktif Autocad masih
perlu ditinggkatkan.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, terdapat berbagai masalah dan
luasnya bidang penelitian, oleh karena itu perlu di batasi agar penelitianya terarah
dengan jelas dan pasti. Pembatasan masalah penelitian ini meliputi:
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Program Keahlian Bangunan
SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
2. Objek penelitian
a. Metode pembelajaran dibatasi:
1) Model Konvensional
2) Model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad
b. Prestasi belajar siswa pada pelajaran muatan lokal program produktif
Autocad dibatasi pada ranah kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum
Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional
pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad.
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa ditinjau dari penggunaan model Quantum
Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional
pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad yang diterapkan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan rumusan masalah dan
batasan masalahnya yaitu untuk:
1. Mengetahui ada dan tidaknya perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar
dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad dan Konvensional pada pelajaran muatan lokal program produktif
Autocad.
2. Mengetahui aktivitas belajar siswa ditinjau dari penggunaan model Quantum
Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional
pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad yang diterapkan.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis:
a. Bagi siswa
1) Meningkatkan aktivitas siswa terkait dengan perannya dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat menemukan dan membangun
sendiri pengetahuannya secara optimal.
2) Mengembangkan kemampuan berfikir siswa dalam memecahkan
masalah baik secara individu maupun kelompok.
3) Model dan media pembelajaran yang tepat yang diterapakan dalam
proses pembelajaran membantu meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Bagi guru
Memberikan sumbangan pemikiran tentang penggunaan model dan media
pembelajaran yang tepat dengan mata pelajaran yang diajarkan dan kondisi
siswa guna untuk mencapai prestasi belajar yang baik dan tujuan dari
pemebelajaran yang lainnya, salah satunya yaitu model Quantum Teaching
berbasis media video pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka mengoptimalkan
potensi, prestasi belajar siswa dan kinerja guru dalam proses
pembelajaran.
d. Bagi peneliti
1) Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan peneliti,
khususnya terkait dengan penelitian yang membandingkan prestasi
belajar siswa dengan model yang sudah umum digunakan yaitu model
Konvensional dan alternatif model yaitu model Quantum Teaching
berbasis media video pemebelajaran Autocad.
2) Memberikan bekal bagi peneliti sebagai calon guru teknik bangunan
sebelum terjun sebagai seorang guru.
2. Manfaat Teoritis:
a. Menambah pengetahuan bagi pembaca terhadap dunia pendidikan.
b. Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang
sejenis dan relevan.
c. Sebagai bahan pustaka bagi mahasiswa Progam Pendidikan Teknik
Sipil/Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universutas Sebelas Maret Surakarta.
d. Sebagai ajakan untuk terus mengembangkan media pembelajaran alternatif
yang mudah, singkat, dan menyenangkan.
e. Diharapkan konsep pembelajaran dengan menggunakan multimedia
interaktif dapat direkomendasikan sebagai kolaborasi dan inovasi dalam
dunia pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu Prestasi dan
belajar. Meskipun demikian kedua kata tersebut saling berhubungan antara satu
dengan yang lain. Beberapa ahli sepakat bahwa prestasi adalah hasil dari suatu
kegiatan, hasil yang dimaksud adalah hasil yang memiliki ukuran atau nilai. Di
bawah ini merupakan pendapat para ahli dalam memahami kata prestasi yaitu:
a. Hamdani (2011: 137) pengertian prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok.
Pretasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan
kegiatan.
b. W.J.S. Purwadarminta berpendapat bahwa prestasi sebagai hasil yang telah
dicapai (dilakuan, dikerjakan dan sebagainya)
c. Nasrun Harahap dan kawan-kawan dalam Djamarah (1994: 19–20)
memberi pengertian prestasi adalah penilaian pendidikan tentang
perkembangan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan
terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
Terkait dari beberapa pendapat prestasi di atas disimpulkan bahwa
prestasi adalah suatu hasil yang didapat oleh seseorang setelah dia melakukan
suatu kegiatan, atau menciptakan sesuatu yang baru. Didalam pendidikan,
prestasi merupakan hasil dari pemahaman yang diperoleh dari penguasaan
nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum, sehingga prestasi dapat diukur
dengan nilai yang didapat dari pengadaan tes maupun evaluasi belajar.
Sedangkan pengertian belajar menurut para ahli antara lain adalah:
Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang
melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat
permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a
change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural
Approach. Belajar menurut Natawidjaja dan Moleong (1985: 7) adalah “suatu
proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang”. Hamalik
(2003: 52) mengatakan belajar adalah modifikasi untuk memperkuat tingkah
laku melalui pengalaman dan latihan serta suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
mendapatkan sesuatu perubahan pada dirinya untuk lebih baik, baik dalam
tingkah laku (perilaku) ataupun untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang
lebih luas lagi.
Kesimpulannya prestasi belajar adalah suatu hasil atau nilai yang
dicapai dari suatu kegiatan dengan tujuan untuk mendapatkan perubahan
tingkah laku yang lebih baik ataupun untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
yang lebih luas lagi, biasanya diperoleh dari tes dan hasil evaluasi dalam
bentuk angka. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan
sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk
nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses pembelajaran.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran
terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik setelah
mengikuti proses yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau
instrumen yang relevan. Seperti yang di jelaskan Bloom (1964: 86) bahwa
secara umum klasifikasi prestasi belajar dibagi menjadi 3 ranah yaitu ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Perlu diketahui bahwa pada penelitian ini
hanya mengukur prestasi belajar pada ranah kognitif, dengan alasan karena
ranah kognitif bersifat lebih khusus dibandingkan dengan ranah afektif dan
psikomotorik. Pendapat ini diperkuat oleh Sudjana (2010: 33) hasil belajar
afektif dan psikomotorik sifatnya lebih luas, lebih sulit diamati. Menurut
Winkel (2004: 263) menyatakan bahwa faktor kognitif, terutama kemampuan
belajar lebih berpengaruh pada taraf prestasi siswa, sedangkan faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
nonkognitif lebih berperan dalam membangkitkan dan mempertahankan
semangat dan gairah belajar.
Bloom et al., dalam Winkel (2004: 272) membagi ranah kognitif
menjadi 6 aspek yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge): mencakup hal-hal yang pernah diajari dan
disimpan dalam ingatan. Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang
paling mendasar.
b. Pemahaman (comprehension): kegiatan mental intelektual yang
mengoorganisasikan materi yang telah diketahui. Pemahaman merupakan
tipe belajar yang lebih tinggi tingkatannya di atas pengetahuan. Sudjana
(2010) membagi tingkat pemahaman menjadi 3 katagori:
1) Tingkat terendah: pemahaman terjemah/translasi
2) Tingkat kedua: pemahaman penafsiran/interpretasi
3) Tingkat ketiga: pemahaman ekstrapolasi
c. Penerapan (application): kemampuan menggunakan pengetahuan untuk
memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari pengetahuan dan
pemahaman.
d. Penguraian (analysis): kemampuan menentukan bagian-bagian dari suatu
masalah dan menunjukkan hubungan antar bagian tersebut, melihat
penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen
yang menyokong suatu pernyataan. Bloom, membagi 3 jenis kemampuan
analisis yaitu analisis unsur, analisis hubungan dan prinsip-prinsip
organisasi.
e. Penilaian (evaluation): kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu atau beberapa hal, mempertimbangkan, menilai dan
mengambil keputusan besar-salah, baik-buruk, berdasarkan kriteria tertentu.
Terdapat dua kriteria pembenaran yaitu:
1) Pembenaran berdasarkan kriteria internal, dengan memperhatikan
konsistensi atau kecermatan susunan secara logis unsur-unsur yang ada
di dalam objek yang diamati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Pembenaran berdasarkan kriteria eksternal, dengan kriteria-kriteria
yang bersumber di luar objek yang diamati.
Pada dasarnya prestasi belajar dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor
dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal) Hamdani (2011: 139).
a. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor ini antara
lain sebagai berikut:
1) Kecerdasan (intelegensi)
2) Faktor jasmani atau faktor fisiologis
3) Sikap
4) Minat
5) Bakat
6) Motivasi
b. Faktor eksternal terdiri dari atas dua macam yaitu:
1) Lingkungan sosial: guru, kepala sekolah, staf administrasi, teman–
teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat–alat belajar dan lain–
lain
2) Lingkungan nonsosial: gedung sekolah, tempat tinggal dan waktu
belajar. Pengaruh lingkungan pada umunya bersifat positif dan tidak
memberikan paksaan kepada individu.
Menurut Slameto dalam Hamdani (2011: 138) faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi belajar diantaranya adalah:
1) Keadaan keluarga
2) Keadaan sekolah
3) Lingkngan masyarakat
Sedangkan menurut Sudjana (2010: 39) faktor internal (dari diri
siswa) yaitu aktivitas belajar siswa itu sendiri seperti, motivasi belajar, minat
dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor
fisik dan psikis. Faktor eksternal (dari luar diri siswa) yaitu Salah satu
lingkungan belajar yang mempengaruhi belajar di sekolah ialah kualitas
pengajaran, yaitu tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam mencapai tujuan pembelajaran dan interaksi yang dilalukan siswa
dikelas.
2. Aktivitas belajar
Pengertian Aktivitas Belajar, Menurut Poerwadarminta (2003: 23)
dalam Yusfy (22/12/2011), aktivitas adalah kegiatan, jadi aktivitas belajar
adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Dalam
hal kegiatan belajar, Rousseuau (dalam Sardiman 2004: 96) memberikan
penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan
dan penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun
teknis, tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi. Aktivitas
belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar,
mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis.
Banyak jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang dapat dilakukan anak-
anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Paul B. Diedrich
(dalam Sardiman, 2011: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam
kegiatan (aktifitas siswa) antara lain:
a. Visual activities seperti membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi,
percobaab, pekerjaan orang lain dan sebagainya.
b. Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi
dan sebagainya.
c. Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
music, pidato dan sebagainya.
d. Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket,
menyalin, dan sebagainya.
e. Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram,
pola, dan sebagainya.
f. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan
sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
g. Mental activities seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
h. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,
berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
Dari jenis-jenis aktivitas belajar di atas, maka aktivitas belajar yang
dimaksud adalah:
a. Mendengarkan penjelasan guru.
b. Mencatat hal-halyang dianggap penting.
c. Berdiskusi
d. Keberanian untuk bertanya.
e. Keberanian mengajukan pendapat , kritik dan saran.
Sifat-sifat umum dari aktivitas belajar menurut Suryabrata (2011: 13)
meliputi:
a. Perhatian.
Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai
suatu aktivitas yang dilakukan, kemudian Wasti Sumanto dalam
Suryabrata (2011: 13) berpendapat bahwa perhatian adalah pemusatan
tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada suatu obyek, atau
pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu aktivitas.
Mengacu pada ke dua pendapat tersebut disimpulkan bahwa
perhatian adalah pemusatan pikiran pada sesuatu hal didasari pada banyak
sedikitnya kesadaran untuk menyertai suatu aktivitas. Maka dari itu
sebagai seorang guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian
siswanya sehingga mereka mempunyai minat terhadap pelajaran yang
diajarkannya. Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan
memberikan perhatian yang besar, oleh karena itu seorang siswa yang
mempunyai perhatian terhadap suatu pelajaran, ia pasti akan berusaha
keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan belajar.
b. Pegamatan
Pengamatan adalah melakukan sesuatu menggunakan panca indra
yang dimiliki untuk mengetahui/mengenal obyek yang sedang diamati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Tanggapan dan variasinya
Bogot dkk.,(1950: 72) dalam Suryabrata (2011: 36) Tanggapan
didefinisikan sebagai banyangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita
melakukan pengamatan. Linschoten mendefinisikan “menanggap” adalah
melakukan kembali suatu perbuatan atau melakukan sebelumnya sesuatu
perbuatan tanpa hadirnya obyek fungsi primer yang merupakan dasar dari
modalitas tanggapan itu.
d. Fantasi
Fantasi didefinisikan sebagai daya untuk membentuk tanggapan-
tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada
dan tanggapan itu tidak harus sesuai dengan benda-benda yang ada. Bisa
juga fantasi itu dilukiskan sebagai fungsi yang memungkinkan manusia
untuk beroriantasi dalam alam imajiner, melampaui dunia nyata.
e. Ingatan
Secara teori dibedakan menjadi tiga aspek yaitu: 1) mencamkan,
yaitu menerima kesan-kesan. 2) menyimpan kesan-kesan. 3)
mereproduksikan kesan-kesan, jadi Ingatan didefinisikan sebagai
kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesan-
kesan.
f. Berfikir
Ahli psikologi asosiasi menganggap bahwa berfikir adalah
kelangsungan tanggapan-tanggapan dimana subyek yang berfikir pasif.
Plato beranggapan bahwa berfikir itu adalah berbicara dalam hati. Bigot
dkk., (1950: 103) menyatakan berfikir adalah meletakan hubungan antara
bagian-bagian dari pengetahuan yang ada. Maka dari itu berfikir adalah
proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses.
g. Perasaan
Suryabrata (2011: 66) Perasaan didefinisikan sebagai gejala psikis
yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala
mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak dalam berbagai
taraf. Winkel (1983: 30) “Perasaan merupakan aktivitas psikis yang di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalamnya subjek menghayati nilai-nilai dari suatu objek.” Perasaan senang
akan menimbulkan minat, yang diperkuat dengan sikap yang positif,
sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat dalam proses
pembelajaran, karena tidak adanya sikap yang positif sehingga tidak
menunjang minat dalam belajar.
h. Motif
Suryabrata (2011: 70) Motif adalah keadaan dalam pribadi orang
yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna untuk
mencapai tujuan. Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang
mendorongnya, dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang
mendorong seseorang untuk belajar dan minat merupakan potensi
psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi bila
seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan
aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu.
Terkait dengan sifat-sifat aktivitas dalam belajar di rangkum
sedemikian sehingga menjadi beberapa aspek yang nantinya aspek-aspek
tersebut akan digunakan sebagai pedoman obervasi yang digunkan oleh
peneliti sebagai instrumen untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran. Aspek-aspek tersebut diantaranya: perhatian, kerjasama,
keaktifan, ketekunan dan interaksi siswa dikelas.
3. Model pembelajaran Quantum Teaching dan Konvensional
a. Model pembelajaran Quatum Teaching
Kata Quatum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi
cahaya. Quatum Teaching bersandar pada konsep “bawalah dunia mereka
ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka” Riyanto (2009:
201). Hal ini menunjukkan bahwa pengajaran dengan Quantum Teaching
tidak hanya menawarkan materi yang harus dipelajari siswa, tetapi jauh
dari itu siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional
yang baik ketika belajar. Penggunaan Quatum Teaching membuat guru
dapat mengajar dengan menggunakan otak kiri dan kanan pada fungsinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
maisng-masing. Menurut Jupri (2006: 7) dalam Baroroh (2010: 15)
mengatakan bahwa model Quantum Teaching berusha mengubah susana
belajar yang monoton dan membosankan ke dalam suasana belajar yang
meriah dan gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, emosi siswa
menjadi satu kesatuan kekuatan yang integral. Quantum Teaching berisi
prinsip-prinsip sistem perencangan pengajaran yang efektif, efisien dan
progres berikut model penyajian untuk mendapatkan prestasi belajar yang
mengagumkan dengan waktu yang sedikit.
Menurut Riyanto (2009: 203) ada lima prinsip atau kebenaran
dalam pembelajaran Quantum Teaching yang harus dimunculkan dalam
setiap pembelajaran pada siswa yaitu:
1) Segalanya bicara maksudnya bahan untuk mengajar atau mentranfer
ilmu pada siswa dapat diperoleh dari lingkungan, sampai penggunaan
bahasa tubuh dan kertas yang dibagikan serta rancangan pelajaran.
2) Segalanya bertujuan maksudnya segala perbuatan yang terjadi dalam
pembelajaran Quantum Teaching bertujuan untuk mengubah model
pembelajaran menjadi lebih baik dan menyenangkan.
3) Pengalaman sebelum pemberian nama maksudnya kreativitas guru
ditunjang untuk menceritakan pengalaman yang pernah dialami
dengan sangat menarik, siswa akan terangsang untuk ingin tahu,
sehingga siswa dengan mudah mendengarkan penjelasan dari guru.
4) Akui setiap usaha maksudnya berilah penghargaan/reward pada setiap
siswa dalam setiap pekerjaan yang dilakukan sehingga siswa lebih
percaya diri.
5) Jika layak dipelajari layak pula dirayakan maksudnya jika diperlukan
melakukan perayaan sebagai dasar telah mengalami kemajuan dan
peningkatan prestasi belajar.
Berdasarkan kelima prinsip tersebut model Quantum Teaching
diterapkan di kelas secara ringkas aktivitas ini dapat dirangkum dalam
kegiatan menumbuhkan minat siswa dengan memuaskan “Apa Manfaat
Bagiku (AMBAK) dengan menggunakan rancangan pengajaran Quantun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Teaching sehingga belajar benar-benar menjadi dinamis secara konsisten
menjadi mudah dan menyenangkan. Rancangan tersebut menggunakan
kata Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan
(TANDUR) Baroroh (2010: 10) kata TANDUR maksudnya adalah:
1) Tumbuhkan: menumbuhkan minat belajar siswa dengan cara
memberitahukan manfaat materi yang akan dipelajari.
2) Alami: guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh pengalaman–pengalaman umum yang dapat dimengerti
oleh siswa.
3) Namai: guru menyediakan kata kunci, konsep, rumus yang merupakan
materi utama yang menjadi pesan pembelajaran.
4) Demonstrasikan: guru menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
dapat menunjukkan kemampuannya.
5) Ulangi: guru menunjukkan kepada siswa cara–cara mengulang materi
dan menegaskan bahwa mereka benar–benar tahu akan apa yang
dipelajari.
6) Rayakan: berarti guru memberikan pengakuan atas upaya yang telah
dilakukan siswa dalam menyelesaikan tugas ynag diberikan guru,
partisipasi, perolehan keterampilan, dan ilmu pengetahuannya.
b. Model Pembelajaran Konvensional
Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat
banyak digunakan oleh guru adalah model pembelajaran Konvensional.
Pembelajaran Konvensional mempunyai beberapa pengertian menurut para
ahli, diantaranya:
1) Menurut Ujang Sukandi (2003: 8) dalam Pembelajaran konvensional
banyak dikritik, namun paling disukai, Sunarto (2/3/2009)
mendeskripsikan bahwa Pendekatan Konvensional ditandai dengan
guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep
bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran
siswa lebih banyak mendengarkan.
2) Djamarah (1996) dalam Muhamad Kholik Metode Pembelajaran
Konvensional (8/11/2011) metode pembelajaran Konvensional adalah
metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode
ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran sejarah metode Konvensional ditandai
dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian
tugas dan latihan.
3) Freire (1999) dalam Muhamad Kholik Metode Pembelajaran
Konvensional (8/11/2011) memberikan istilah terhadap pengajaran
seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan ber “gaya bank”
penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas
pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh siswa, yang wajib
diingat dan dihafal.
Dari ketiga pendapat tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran
Konvensional adalah gaya mengajar guru dalam proses pembelajaran yang
hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi,
mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi dan pada saat
proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan, dalam praktiknya
guru hanya ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian
tugas dan latihan.
Pendekatan Pembelajaran Konvensional, menurut Warpala
(20/12/2009) ciri-ciri pembelajaran Konvensional adalah:
1) pembelajaran berpusat pada guru,
2) terjadi passive learning,
3) interaksi di antara siswa kurang,
4) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan
5) penilaian bersifat sporadis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keunggulan pembelajaran Konvensional, terutama:
1) Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain.
2) Menyampaikan informasi dengan cepat.
3) Membangkitkan minat akan informasi.
4) Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.
5) Mudah digunakan dalam proses pembelajaran.
Sedangkan kelemahan pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1) Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan
mendengarkan.
2) Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik
dengan apa yang dipelajari.
3) Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu.
4) Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
5) Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.
Muhamad Kholik Metode Pembelajaran Konvensional
(8/11/2011) menyebutkan Model Konvensional didalamnya meliputi
berbagai metode yang berpusat pada guru. Metode-metode tersebut
meliputi: ceramah, tanya jawab dan diskusi.
1) Metode ceramah
Metode ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan dan
pengajaran yang cara menyampaikan pengertian-pengertian materi
pengajaran kepada siswa dilaksanakan dengan lisan oleh guru di dalam
kelas. Pada metode ini guru menjadi pemeran utama dalam
pembelajaran dimana guru aktif menjelaskan materi dan siswa menjadi
pendengar setia. Metode ini akan berhasil atau tidak tergantung
pembawaan guru dalam menjelaskan materi pembelajaran.
2) Metode Metode Tanya Jawab
Metode ini adalah metode yang layak dipakai guru karena
untuk mengulang pelajaran yang lalu, sebagai selingan dalam
menjelaskan pelajaran, dengan begini bisa merangsang daya ingat siswa
dan memusatkan perhatian siswa terkait dengan masalah-masalah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sedang dibicarakan. Aktivitas yang dilakukan guru dalam proses
pembelajaran yaitu guru bertanya dan siswa menjawab.
3) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan
menggunakan alat peraga (meragakan), untuk memperjelas suatu materi
ajar, atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan
jalannya suatu proses pembelajaran, sehingga siswa akan lebih paham
dan mengerti dengan apa yang guru sampaikan.
4. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin, yaitu medius yang secara harfiah
berarti tengah, perantara atau pengantar, dan kata media juga merupakan
bentuk jamak dari kata medium, yaitu perantara atau pengantar sumber pesan
dengan penerima pesan. Gerlach dan Ely (1971) dalam Hamdani secara garis
besar media adalah suatu materi/kesediaan yang dapat membangun kondisi
siswa untuk mempu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media
secara lebih kusus adalah alat–alat grafis atau elektronik untuk menangkap,
memproses, menyusun informasi visual dan verbal (2011:243).
Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri atas buku, tape recorder,
kaset, video camera, video camera, film, slide, foto, gambar, grfik televisi dan
komputer. Menurut Hamdani (2011:244) Media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa
pengaruh–pengaruh psikologi siswa.
Penggunaan media dalam pembelajaran memang sangat disarankan,
tapi dalam penggunaannya tidak semua media baik. Ada hal–hal yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan media, antara lain tujuan pembelajaran,
sasaran didik, karakteristik media yang bersangkutan, waktu, biaya,
ketersediaan sarana, konteks penggunaan, dan mutu teknis. Penggunaan media
yang tepat akan sangat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sebaliknya, penggunaan media yang tidak tepat hanya akan menghambur-
hamburkan biaya dan tenaga, terlebih bagi ketercapaian tujuan pembelajaran
akan jauh dari apa yang diharapkan. Sebagai salah satu sarana pembelajaran,
perguruan tinggi harus dapat menyediakan media yang tepat untuk menunjang
aktivitas akademik dalam belajar agar tidak jenuh dalam menerima
pembelajaran di kelas.
Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media.
Hubbard mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya (Ouda Teda Ena,
2001: 2). Kriteria utama adalah biaya. Dimana biaya memang harus
diperhitungkan dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media
tersebut. Kriteria lainnya adalah ketersediaan fasilitas pendukung seperti listrik,
kecocokan dengan ukuran kelas, keefisienan, kemampuan untuk diubah, waktu
dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang
terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa
dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu.
Beberapa manfaat menurut Kemp dan Dayton mengindentifikasikan
dalam Hamdani (2011:73)
a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
d. Efisien dalam waktu dan tenaga.
e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
f. Memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
g. Media dapat menumbuhkan sikap positif terhadap materi dan proses
belajar.
h. Mengubah peran guru kearah yang lebih positif.
Program yang dikembangkan dalam media sebaliknya yang sesuai dan
tepat bagi siswa, sehingga siswa akan merasa telah belajar hal baru. Secara
garis besar media pembelajaran terbagi atas (Hamdani, 2011: 244):
a. Media audio, yaitu media yang hanya dapat didengar atau yang memiliki
unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat dan tidak mengandung
unsur suara, seperti gambar, lukisan, foto, dan lain sebagainya.
c. Media audio-visual, yaitu media yang mengandung unsur suara dan juga
memiliki unsur gambar yang dapat dilihat, seberti rekaman video film dan
sebagainya.
d. Orang (people) yaitu orang yang menyimpan informasi. Pada dasarnya,
setiap orang bisa berperan sebagai sumber belajar, tetapi secara umum
dapat dibagi dua kelompok, yaitu: (a) orang yang didesain khusus, sebagai
sumber belajar utama yang di didik secara pofesional, seperti guru,
instruktur, konselor, widya swara dan lain–lain. (b) orang yang memiliki
profesi selain tenaga yang berada di lingkungan pendidikan.
e. Bahan (materials) yaitu suatu format yang digunakan untuk menyimpan
pesan pembelajaran, seperti buku paket, alat peraga transparasi, film slide
dan sebaginya.
f. Alat (device) yaitu benda-benda yang berbentuk fisik yang sering disebut
dengan perangkat keras, yang berfungsi untuk menyajikan bahan
pembelajaran, seperti komputer radio, TV, VCD/DVD dan sebagainya.
g. Tehnik (technic) yaitu cara atau prosedur yang digunakan orang yang
memberikan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, seperti
ceramah, diskusi, seminar, simulasi dan lain sebagainya.
h. Latar (setting) yaitu lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun di
luar sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak secara
khusus untuk pembelajaran, seperti ruang kelas, studio, perpustakaan,
aula, kebun dan lain sebaginya.
Dalam kegiatan interaksi antara siswa dan lingkungan, fungsi media
dapat diketahui berdasarkan kelebihan media dan hambatan yang mungkin
timbul dalam proses pembelajaran. (Hamdani, 2011: 246) Tiga kelebihan
kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai
berikut:
a. Kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan dan
menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan,
kemudian disimpan, dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan
diamati kembali seperti kejadian sebelumnya.
b. Kemampuan manipulative, artinya media dapat menampilkan kembali
objek atau kejadian dengan berbagai perubahan (manipulasi) sesuai
keperluan, misalnya ukuran, kecepatan, warnanya diubah, serta dapat pula
diulang-ulang penyajiannya.
c. Kemampuan distributive, artinya media mampu menjangkau audien yang
besar jumlahnya dalam satu kali penyajiannya secara serentak misalnya
siaran TV dan radio.
5. Video Pembelajaran
Video adalah penampilan gambar (visual) dengan bantuan alat
elektronik. Dalam kamus wikipedia Indonesia, “Video adalah teknologi proses
sinyal elektronik menjadi gambar bergerak”. Saiful Amien & Fransina Lamere
(2010) Video berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya melihat
(mempunyai daya penglihatan); dapat melihat (K. Prent dkk., Kamus Latin-
Indonesia, 1969: 926). Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 1119)
mengartikan video dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat
televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi.
Senada dengan itu, Peter Salim dalam The Contemporary English-Indonesian
Dictionary (1996:2230) memaknainya dengan sesuatu yang berkenaan dengan
penerimaan dan pemancaran gambar.
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Video, diakses 19 February 2012).
Beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa video merupakan
salah satu sarana pembelajaran yang efektif karena memungkinkan para guru
dan siswa untuk menonton dan belajar dari praktek-praktek pembelajaran guru
lain. Video juga termasuk alat media pembelajaran yang dapat digunakan di
kelas sebagai sarana penyampaian materi pendidikan melalui presentasi visual
(gambar) dan audio (suara). Video pembelajaran mengkombinasikan kekuatan
video sebagai alat pembelajaran yang interaktivitas antara siswa dan isi materi.
Video pembelajaran mendorong para siswa untuk berinteraksi dengan isi video
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sampai tingkat tertentu melalui pertanyaan, jeda untuk diskusi, integrasi
dokumen pembelajaran (seperti file-file Word), dan teknik-teknik multimedia
seperti narasi audio dan teks, dengan ini dapat meningkatkan potensi
pembelajaran dari video.
Media Audio dan Video untuk Pembelajaran (8/1/2010) Saiful Amien
& Fransina Lamere menyatakan bahwa: Media video pembelajaran
juga bisa dimanfaatkan untuk hampir semua topik, tipe pembelajaran,
dan setiap ranah: kognitif, afektif, psikomotorik, dan interpersonal. 1)
Pada ranah kognitif, pelajar bisa mengobservasi rekreasi dramatis dari
kejadian sejarah masa lalu dan rekaman aktual dari peristiwa terkini,
karena unsur warna, suara dan gerak di sini mampu membuat karakter
berasa lebih hidup. Selain itu menonton video, setelah atau sebelum
membaca, dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi ajar.
2) Pada ranah afektif, video dapat memperkuat siswa dalam
merasakan unsur emosi dan penyikapan dari pembelajaran yang
efektif. 3) Pada ranah psikomotorik, video memiliki keunggulan
dalam memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja.Video
pembelajaran yang merekam kegiatan motorik siswa juga memberikan
kesempatan pada mereka untuk mengamati dan mengevaluasi kerja
praktikum mereka, baik secara pribadi maupun feedback dari teman–
temannya. 4) Ranah interpersonal, video memberikan kesempatan
pada siswa untuk mendiskusikan apa yang telah siswa saksikan secara
bersama–sama.
Kesimpulan dari pemaparan di atas adalah video cocok digunaka
untuk menunjang semua aspek pembelajaran, baik pada ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik, dari ketiga aspek tersebut video dirasa sangat cocok untuk
mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotor, akan tetapi, tidak
secara detail dapat mendorong minat belajar siswa, karena siswa akan lebih
menyukai melihat videonya sehingga materi teks kurang digemari, namun
demikian dengan video siswa dapat memperkaya pengetahuan karena dalam
video itu real/nyata.
Menurut Hamdani, penggunaan multimedia dalam pendidikan
memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
a. Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif.
b. Guru akan selalu dituntut untuk kreatif inovatif dalam mencari trobosan
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi
gambar, atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung guna
tercapainya tujuan pembelajaran.
d. Mampu menimbulkan rasa senang selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal ini akan menambah motivasi siswa selama proes
pembelajaran hingga didapatkan tujuan pembelajaran yang maksimal.
e. Mampu memvisualisasikan materi yang selama ini sulit untuk diterangkan
hanya dengan penjelasan atau alat peraga yang bersifat Konvensonal
(2011: 254).
6. Autocad
Autocad berasal dari kata yaitu CAD. CAD (Computerized Aided
Drawing atau Computerized Aided Drafting atau Computerized Aided Design)
Autocad adalah sebuah program aplikasi ( software ) yang digunakan untuk
menggambar dan mendisain gambar, seperti gambar arsitektur, mesin, sipil,
elektro dan lain-lain, di mana program Autocad merupakan istilah umum yang
tidak saja bertujuan untuk drafting (menggambar) tetapi juga memiliki makna
yang lebih luas, yaitu design (merancang/mendesain), mempunyai kemudahan
dan keunggulan untuk membuat gambar dengan cepat dan akurat serta bisa
digunakan untuk memodifikasi gambar dengan cepat pula.
Kwari (2000: 1) Gambar–gambar yang dibuat oleh Autocad dapat
dibaca oleh CAD maupun program lainnya dengan melalui format file
berbentuk IDES, DXF, DXB, SLD, TIFF, RND, dan TGA, sehingga
memungkinkan kita untuk membawa hasil dari Autocad untuk dikerjakan
dalam program lain. Layar Autocad terdapat beberapa elemen, yaitu Layar
Gambar, Command Line, atau Command Window, Status Line, Title Bar, Pull-
down Menu, Toolbar.
Fasilitas yang dimiliki Autocad untuk menggambar 2 dimensi dan 3
dimensi sangat lengkap, sehingga hal ini membawa Autocad menjadi program
disain terpopuler dibandingkan dengan program-program yang lain dewasa ini.
Di dunia enginering saat ini, menggambar (drawing) tidak dapat dipisahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dari disain (design), oleh karena itu istilah CAD populer digunakan. Disain
juga tidak terlepas dari proses pembuatan atau produksi, sehingga istilah CAD
selalu diikuti oleh CAM (Computerized Aided Manufacturing), khususnya di
dunia industri desain bangunan. Beberapa keuntungan menggunakan Autocad
adalah:
a. Kualitas gambar konstan, tidak terlalu tergantung pada skill penggambar
sebagaimana gambar manual.
b. Relatif lebih akurat dan cepat pengerjaannya karena menggunakan
komputer.
c. Dapat diedit, ditambah-kurang tanpa harus memulai dari awal.
d. Dapat menjadi data base yang menyimpan berbagai informasi penting
yang dibuat oleh drafter dan dapat diakses langsung oleh pengguna lain.
e. Dapat dibuat library untuk komponen-komponen standar atau komponen
yang digambar/dipergunakan berulang-ulang dalam gambar (misalnya:
baud, mur, simbol-simbol,dll.) sehingga mempermudah dan mempercepat
dalam proses pembuatan gambar.
f. Lebih mudah dan praktis dalam dokumentasi, duplikasi, dan
penyimpanannya.
g. Dapat dibuat dengan berbagai warna sehingga lebih menarik dan mudah
dipahami.
Pelajaran muatan lokal program produktif Autocad dasar semester 2 di
SMK Negeri 5 Surakarta bertujuan untuk menyiapkan siswa dapat mengenal,
menguasai, dan mengoperasikan progam Autocad dengan mahir. Disamping itu
siswa dituntut dapat menggambar teknik dengan progam Autocad yang
sekarang ini sudah tidak asing lagi dalam proses menggambar bangunan,
sehingga guru dituntut mampu menyampaikan materi pelajaran dan
memberikan proses belajar yang tepat bagi siswa. Mata pelajaran ini
merupakan pelajaran muatan lokal atau pelajaran tambahan sehingga untuk
kelancaran penggunaan progam ini, harus memaksimalkan daya tangkap siswa
terhadap materi pelajaran. Untuk memperoleh hasil tersebut, maka salah satu
alternatif adalah dengan cara menerapkan model pembelajaran Quantum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad pada pelajaran muatan
lokal program produktif Autocad. Video pembelajaran pada mata pelajaran
muatan lokal program produktif Autocad, Kompetensi Dasar (KD) yang akan
ditampilkan dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.1. Kompetensi Dasar Pelajaran Autocad Dasar
Kode KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
2.1 Mendiskripsikan perangkat
lunak menggambar bangunan
1.Memahami dasar-dasar Autocad
2.Memahami perintah CAD
3.Memahami perintah edit CAD
4.Melengkapi gambar
2.2 Mengatur tata letak gambar
pada model space dengan
perangkat lunak
1.Lay out
2.Skala
2.3 Membuat back up data level 1 Membuat backup data level 1
2.4 Membuat restore data level 1 Membuata restore data level 1
2.5 Menggambar bangunan
gedung
Menggambar rumah denah
tinggal sederhana
2.6 Mencetak gambar Bangunan
Gedung
Mencetak gambar
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian relevan ini merupakan uraian sistematis tentang hasil
penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya yang berhubungan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Sebagai perbandingan dalam penelitian ini akan
menguraikan hasil – hasil penelitian yang terdahulu antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nelly Magfiroh (2010) dengan judul” Upaya
Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Quantum Teaching Pada Pelajaran Pkn
Pada Siswa Kelas IV SDN Talangan III”. Hasil penelitian ini menyebutkan
bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan Quantum Teaching dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
prestasi belajar siswa kelas IV SDN Talang III terhadap materi PKN. Hal ini
dapat ditunjukkan dari hasil evaluasi yang telah dilaksanakan terdapat
peningkatan prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata dari pretest
sebesar 6,55 pada siklus I ini meningkat menjadi 7,93 atau sekitar 4%.
Sedangkan pada siklus II peningkatan prestasi belajar siswa yang semula nilai
rata-rata pretest sebesar 6,55 pada siklus II ini meningkat menjadi 8,66 atau
sekitar 35%. Ini menunjukkan 90% siswa berhasil dalam belajar PKN dengan
menggunakan model Quantum Teaching
2. Siti Baroroh Barida (2010) penelitian yang berjudul “Penggunaan Metode
Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Geografi Kompetensi Dasar Keragaman Bentuk Muka Bumi di kelas
VII SMP Negeri Getak Tahun Pelajaran 2009/2010” hasil penelitian ini
menyebutkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar siswa yang menggunakan
model Quantum Teaching dengan siswa yang menggunakan model ceramah
hal ini ditunjukan berdasarkan hasil perhitngan 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 : 4,343 > 2,00
dengan taraf signifikan 5%.
3. Yusuf Kurniadi Jamil (2012) penelitian yang berjudul “Perancagan Media
Pembelajaran Cad Kompetensi Dasar Menggambar Bangunan Gedung” hasil
penelitian ini menunjukkan terciptanya produk media pembelajaran berupa
video pembelajaran dengan model tutorial yang dapat membantu penyampaian
materi pada mata pelajaran Autocad dan mendukung pembelajaran yang
berlangsung. Vedeo pembelajaran juga dapat menjadi media ajar baru yang
efisien, efektif dan tepat sehingga model pengembangan pembelajaran dengan
video pembelajaran ini kedepannya dapat direkomendasikan sebagai inovasi
baru dalam pembelajaran.
Beberapa penelitian yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa
penerapan model Quantum Teaching memberikan dampak positif terhadap
prestasi belajar siswa, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan prestasi belajar
yang signifikan dibandingkan dengan model yang lain. Penelitian ini
menyarankan untuk diadakannya penelitian Penerapan Media Pembelajaran
berupa Video Pembelajaran dengan Model Tutorial pada model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Sehingga penelitian ini merupakan
kelanjutan yang relevan dari penelitian yang dilakukan Yusuf Kurniadi Jamil.
C. Kerangka Berfikir
1. Perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum
Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad. dan Konvensional
pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad.
Prestasi belajar Autocad adalah prestasi belajar yang dicapai siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran pada pelajaran muatan lokal program
produktif Autocad berupa seperangkat pengetahuan, dan keterampilan dasar
dalam menggambar Autocad yang berguna bagi siswa untuk kehidupan baik
di masa kini maupun masa yang akan datang. Prestasi belajar didapat baik
dari hasil tes (pretest dan postest), diskusi/kerja kelompok, penugasan
menggambar, hasil kerja/hasil menggambar Autocad dan lain sebagainya.
Berdasarkan data awal yang diperoleh peneliti mengenai prestasi
belajar siswa kelas XI Program Keahlian Bangunan di SMK Negeri 5
Surakarta tahun ajaran 2011/2012 pada pelajaran muatan lokal program
produktif Autocad masih kurang baik, diketahui nilai yang kurang dari/di
bawah nilai batas minimal 75 sebanyak 50,48% dan yang di atas nilai batas
minimal 49,32%. Hal ini terjadi karena proses pembelajaran kurang bervariasi
dan model pembelajaran yang diterapkan masih Konvensional sehingga
motivasi siswa untuk belajar kurang dan menyebabkan prestasi belajarnya
menurun.
Untuk meningkatkan prestasi belajar pada pelajaran muatan lokal
program produktif Autocad kelas XI Program Keahlian Bangunan dalam
pembelajarannya harus menarik dan menyenangkan sehingga siswa
termotivasi untuk belajar. Diperlukan model dan media pembelajaran yang
interaktif dan inovativ dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada
siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses dari pada hasil,
selain itu situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan
peran aktif siswa sangat diperlukan guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
Adapun model dan media pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
secara totalitas sehingga prestasi belajarnya meningkat adalah pembelajaran
dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad.
Pembelajaran dengan model Quantum Teaching berbasis media video
pembelajaran Autocad diduga dapat meningkatkan prestasi belajar pada
pelajaran muatan lokal program produktif Autocad yang hasilnya lebih efektif
dibandingkan pembelajaran dengan model Konvensional yang sudah
diterapkan guru sebelumnya.
2. Penerapan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad dapat meningkatkan aktivitas belajar yang lebih efektif
dibandingkan dengan model Konvensional.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti pada pelajaran
muatan lokal program produktif Autocad kelas XI Program Keahlian
Bangunan di SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 proses
pembelajaran masih kurang bervariasi dimana model pembelajaran yang
diterapkan masih Konvensional. Guru kurang bisa membangun suasana yang
menyenangkan sehingga siswa kurang aktif dan terkesan fasif dalam proses
pembelajaran, peran siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran,
selain itu pembelajaran berpusat pada guru (teacher center). Guru dianggap
satu-satunya sumber ilmu sehingga pengetahuan siswa kurang berkembang
secara optimal dan potensi yang dimiliki siswa kurang terlihat/terekspose.
Belum adanya suatu media pembelajaran yang diterapkan oleh guru untuk
mendukung model pembelajaran yang ada. Pembelajaran yang seperti ini
akan sangat berpengaruh pada aktivitas siswa. Berbeda dengan pembelajaran
dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad.
Proses pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching
berbasis media video pembelajaran Autocad, siswa diarahkan pada suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa tidak mudah merasa jenuh
pada saat guru menjelaskan, selain itu diajarkan pula kerja sama yang baik
dengan begitu siswa akan saling membantu, berdiskusi untuk memecahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masalah yang dihadapi, menghargai ide atau pendapat temannya sendiri.
Kegiatan seperti ini akan membangun suasana yang menyenangkan dan bisa
meningkatkan aktivitas belajar. Selain itu adaya media video pembelajaran
Autocad yang diterapkan pada model Quantum Teaching akan membatu guru
dalam menyampaikan materi ajar dan juga membantu pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan serta memberikan motivasi tersendiri
terhadap siswa sehingga aktivitas belajar siswa meningkat.
Proses pembelajaran pada pelajaran muatan lokal program produktif
Autocad Autocad lebih menekankan pada pembentukan keterampilan dan
menguasi kemampuan dalam menggambar baik menggambar rumah ataupun
menggambar bangunan yang lain, selain itu untuk memperoleh pengetahuan
yaitu daya fikir dan daya kreasi. Sementara daya pikir kreasi sebagai
indikator dari perkembangan kognitif yang merupakan pembentukan oleh
anak dan bukan perubahan perilaku, suatu kerangka teori belajar terhadap
usaha seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya.
Penerapan pembelajaran dengan model Quantum Teaching berbasis
media video pembelajaran Autocad pada pelajaran muatan lokal program
produktif Autocad, diharapkan lebih efektif dalam membantu meningkatkan
aktivitas belajar siswa dibandingakan dengan model Konvensiona.
Uraian tersebut dapat digambarkan pola kerangka fikir yang
menggambarkan secara singkat konsep hubungan dalam penelitian yaitu
sebagai berikut:
Gambar 2.2. Alur Kerangka Berfikir
Model Quantum
Teaching berbasis
media video
pembelajaran
Autocad
siswa
Menggambar
Autocad Prestasi
belajar
siswa
Model Konvensional siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Memperjelas kerangka berfikir di atas, dapat digambarkan paradigma
penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.3. Paradigma Penelitian
Keterangan :
X = Pembelajaran
Y = Prestasi kognitif pretest sebelum diperlakuan mengunakan model
pembelajaran
X1 = Pembelajaran mengunakan model Konvensional
X2 = Pembelajaran menguanakan model Quantum Teaching berbasis
media video pembelajaran Autocad
Z1 = Prestasi belajar posttest setelah diperlakukan mengunakan model
Konvensional
Z2 = Prestasi belajar posttest setelah diperlakukan mengunakan model
Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan sebuah
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model
Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan
Konvensional.
2. Penerapan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad lebih efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa
dibandingan dengan model Konvensional.
Z1 X1
X Y
X2 Z2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian yang berjudul “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa yang
Diajar dengan Model Quantum Teaching Berbasis Media Video Pembelajaran
Autocad dan Konvensional pada Pembelajaran Autocad SMK Negeri 5
Surakarta”.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5 Surakarta dipilih menjadi
lokasi penelitian karena di sekolah ini pembelajaran yang digunakan guru
khususnya pelajaran muatan lokal program produktif Autocad masih
menggunakan model Konvensional selain itu kondisi pembelajaran yang ada
sesuai dengan media video pembelajaran Autocad yang akan diterapkan di
kelas. Lokasi tempat penulis melaksanakan penelitian adalah di SMK Negeri 5
Surakarta yang beralamat di Jl. LU. Adisucipto 42 Telp. 0271-713916
Surakarta
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 1 bulan mulai bulan Maret
sampai April 2012
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Nama Kegiatan Waktu Kegiatan
1. Persiapan penelitian
a. Mengajukan judul 1 Februari 2012 – 13 Februari 2012
b. Menyusun proposal 15Februari 2012 – 29 Februari 2012
c. Seminar proposal 30 Maret 2012
d. Mengurus perizinan 1 April 2012 – 7 April 2012
e. Koordinasi dengan kepala
sekolah
9 April 2012
f. Menyusun soal tes prestasi
belajar
9 April 2012 – 14 April 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
g. Melakukan uji coba soal
tes prestasi belajar.
16 April 2012
h. Menganalisa dan merevisi
soal tes prestasi belajar
16 April 2012 – 21 April 2012
i. Finalisasi dan penggandaan
soal tes prestasi belajar
23 April 2012
2. Pelaksanaan penelitian
a. Pelaksanaan pretest di
kelas kontrol dan kelas
eksperimen
25 April 2012 dan 28 April 2012
b. Pelaksanaan eksperimen 30 April 2012 – 8 Mei 2012
c. Pelaksanaan posttest di
kelas kontrol dan kelas
eksperimen
12 Mei 2012 dan 16 Mei 2012
d. Analisa data hasil
eksperimen
16 Mei 2012 – 22 Mei 2012
3. Penyusunan laporan /skripsi
a. Penyusunan draf 22 Mei 2012 – 28 Mei 2012
b. Pengetikan skrisi 25 Mei 2012 – 30 Juni 2012
4. Pelaksanaan ujian skripsi
dan revisi
31 Juli 2012
B. Rancangan penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian quasi eksperiment, karena tidak
memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Sugiyono
(2010: 77) menyatakan bahwa penelitian quasi eksperiment digunakan karena
pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk
penelitian. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel–variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ada 2 jenis penelitian quasi eksperiment yaitu Time-Series Design dan
Nonequivalent Control Group Design, pada penelitian ini jenis Nonequivalent
Control Group Design karena baik kelompok eksperimen maupun kontrol
tidak dipilih secara random.
Penelitian ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol, selanjutnya kelompok eksperimen diberikan perlakuan
yaitu pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum
Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan kelompok kontrol
menggunakan pembelajaran model Konvensional. Pada akhir pembelajaran
kedua kelas diukur kemampuan kognitifnya dengan alat ukur yang sama.
Rancangan penelitian ini dapat digambarkan padat tabel sebagai berikut:
Tabel 3. 2. Rancangan Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Kontrol Y X1 Y1
Eksperimen Y X2 Y2
Keterangan :
Y = Hasil pengukuran tes awal (prettest)
X1 = Perlakuan terhadap kelompok kontrol dengan menggunakan
model Konvensional.
X2 = Perlakuan terhadap kelompok eksperimen dengan menggunakan
model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad.
Y1 = Hasil posttest kelompok kontrol dengan model Konvensional.
Y2 = Hasil posttest kelompok eksperimen dengan model Quantum
Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad.
2. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap persiapan, tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, tahap analisis serta tahap
tindak lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Tahap persiapan
1) Permintaan izin kepada kepala sekolah SMK N 5 Surakarta.
2) Permintaan izin kepada guru pelajaran muatan lokal program produktif
Autocad SMK N 5 Surakarta.
b. Tahap Perencanaan
Menyusun perangkat pembelajaran seperti: silabus, Rencana
Pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian meliputi: soal tes prestasi
belajar.
c. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi:
1) Melaksanakan uji coba soal dikelas XII TKK dengan jumlah 23 siswa.
Selanjutnya soal diuji validitas, reliabilitas, daya pembeda soal dan
tingkat kesukaran soal.
2) Peneliti melakukan pretest dikelas XI TKBB yang merupakan kelas
eksperimen dengan jumlah 25 siswa dan kelas XI TGB dengan jumlah 29
siswa yang merupakan kelas kontrol dengan soal objektif bertujuan
mengukur kemampuan awal untuk mengetahui normalitas dan
homogenitas data kedua kelompok.
3) Peneliti melaksanakan proses pembelajaran diterapkan model
pembelajaran Quantum Teaching berbasis media pembelajaran Autocad
untuk kelas eksperimen dan Konvensional untuk kelas kontrol. Adapun
skenario pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Kelas Eksperimen (model pembelajaran Quantum Teaching)
(1) KBM pertemuan I
(a) Guru memberikan apresepsi terkait materi yang akan
disampaikan.
(b) Guru menjelaskan langkah–langkah membuat denah
(c) Guru meminta siswa untuk membuat gambar sesuai dengan
yang dicontohkan di depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(d) Observer berkelilig kelas membantu guru mengecek pekerjaan
siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan
menggambar.
(e) Guru menerangkan lagi cara menggambar denah karena ada
salah satu siswa yang mengalami kesulitan/ketinggalan.
(f) Guru menutup hasil belajar
(2) KBM pertemuan II
(a) Guru memberikan apresepsi terkait materi yang akan
disampaikan.
(b) Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok (masing–masing
terdiri 4 siswa dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1
sampai 4)
(c) Siswa mengelompok berdasarkan kelompok yang telah dibuat
oleh guru.
(d) Guru menyampaikan materi ajar sambil menampikan video
pembelajaran, guru memberikan tugas kelompok.
(e) Observer berkelilig kelas membantu guru mengecek pekerjaan
siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan
menggambar.
(f) Siswa mengadakan diskusi dengan kelompok masing–masing
(guru mengamati proses diskusi) kemudian menulis hasil
diskusi.
(g) Guru menutup hasil belajar
(3) KBM pertemuan III
(a) Guru membuka pelajaran dan memberikan motivasi kepada
siswa
(b) Siswa menempatkan diri pada kelompok masing–masing untuk
melanjutkan diskusi pada pertemuan sebelumnya.
(c) Guru memberikan jobsite dan meminta siswa berkelompok
sesuai dengan kelompok yang sudah dibaut untuk mengerjakan
jobsite tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(d) Observer berkelilig kelas membantu guru mengecek pekerjaan
siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan
menggambar.
(e) Siswa yang disebut sesuai nomor masing–masing dari setiap
anggota kelompok menunjukan hasil karya dari kelompoknya
(f) Guru melanjutkan materi yang ada di video pembelajaran .
(g) Guru menyimpulkan materi bersama dengan siswa
(h) Guru menutup pelajaran.
(4) KBM pertemuan IV
(a) Guru menjelaskan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan.
(b) Guru menyampaikan materi ajar sambil menampikan video
pembelajaran melanjutkan materi sebelumnya.
(c) Siswa melakukan kegiatan praktikum sesuai dengan yang
dampaikan di dalam video pembelajaran.
(d) Siswa menunjukan hasil gambar kepada guru.
(e) Guru memberitahukan kepada seluruh siswa untuk persiapan
tes objektif (posttest kognitif) dengan catatan close book.
(f) Guru menutup pelajaran
b) Kelas Kontrol (model pembelajaran Konvensional)
(1) KBM pertemuan I
(a) Guru memberikan apresepsi terkait materi yang akan
disampaikan.
(b) Guru menjelaskan langkah–langkah membuat denah
(c) Guru meminta siswa untuk membuat gambar sesuai dengan
yang dicontohkan di depan.
(d) Observer berkelilig kelas membantu guru mengecek pekerjaan
siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan
menggambar.
(e) Guru menerangkan lagi cara menggambar denah karena ada
salah satu siswa yang mengalami kesulitan/ketinggalan.
(f) Guru menutup hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(2) KBM pertemuan II
(a) Guru membuka pelajaran dan memberikan motivasi kepada
siswa
(b) Guru melanjutkan materi sebelumnya.
(c) Guru memberi langkah–langkah cara membuat kusen dan pintu
(d) Guru meminta siswa untuk menggambar sesuai dengan yang ia
terangkan.
(e) Observer berkelilig kelas membantu guru mengecek pekerjaan
siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan
menggambar.
(f) Guru menyimpulkan materi bersama dengan siswa
(g) Guru menutup pelajaran.
(3) KBM pertemuan III
(a) Guru menjelaskan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan.
Kemudian guru memberikan jobsite kepada siswa.
(b) Siswa mengerjakan jobsite yang diberikan guru menggambar
denah rumah sederhana.
(c) Siswa menunjukan hasil gambarnya kepada guru.
(d) Guru menyusun kesimpulan bersama dengan siswa.
(e) Guru memberitahukan kepada seluruh siswa untuk persiapan
tes objektif (posttest kognitif) dengan catatan close book.
(f) Guru menutup pelajaran
(4) KBM pertemuan ke IV
(a) Guru menjelaskan tujuan dari kegiatan yang akan tes objektif
(posttest kognitif)
(b) Guru memberikan soal objektif (siswa mengerjakan soal).
(c) Guru membahas soal objektif tersebut bersama siswa.
(d) Guru menutup pelajaran
d. Tahap Evaluasi
Dilakukan evaluasi secara umum terhadap pelaksanaan penelitian
meliputi: proses KBM, tanggapan siswa mengenai pelaksanaan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belajar mengajar yang telah di laksanakan, serta hasil belajar siswa dari
materi yang dipelajari sebagai refleksi bagi peneliti.
e. Tahap analisis
Penelitian melakukan analisis data yang telah diperoleh yang
meliputi: data nilai tes uji coba, data nilai pretes dan posttest. Hasil analisis
dijadikan sebagai bahan penyusun skripsi. Sebelum menerapkan model
Konvensional dan Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad dilakukan uji prasyarat analisis terlebih dahulu, antara lain:
1) Uji keseimbangan
Uji keseimbangan menggunakan Polled Varians dari uji–t. Uji
keseimbangan dilakukan pada kelompok kelas kontrol dan kelas
eksperimen sebelum dilakukan perlakuan. Data yang digunakan untuk
pengujian ini diambil dari data nilai hasil pretest pelajaran muatan lokal
program produktif Autocad.
2) Uji normalitas data
Uji normalitas data menggunakan chi–kuadrat, dan data yang digunakan
yaitu data nilai pretest pelajaran muatan lokal program produktif
Autocad.
3) Uji homogenitas data
Uji homogenitas data menggunaka uji–F, dan data yang digunakan yaitu
data nilai pretest pelajaran muatan lokal program produktif Autocad.
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis, baru dilakukan perlakuan
model pembelajaran pada kedua kelompok dimana kelompok kelas
eksperimen diberi perlakuan pembelajaran model Quantum Teaching
berbasis media video pembelajaran Autocad dan kelompok kelas kontrol
menggunakan pembelajaran model Konvensional seperti biasanya,
kemudian dilakukan pengujian hipotesis.
Pengujian hipotesis menggunakan Polled Varians dari uji–t. Data
yang digunakan dalam pengujian ini adalah data nilai posttest kedua
kelompok. Langkah pengujian hipotesis yaitu dilakukan uji homogenitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
varians terlebih dahulu menggunakan uji–F, baru setelah itu dilakukan
perhitungan menggunakan rumus Polled Varians dari uji–t.
f. Tahap tindak lanjut
Penelitian ini diharapkan ada tindakan lanjut dari guru, khususnya
guru pengampu pelajaran muatan lokal program produktif Autocad,
karena dari hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif model
pembelajaran agar proses belajar mengajar lebih inovatif, menyenangkan
dan bisa meningkatkan aktivitas serta prestasi belajar siswa yaitu dengan
penerapan model Quantum Teaching berbasis media video pembelan
Autocad.
Langkah kerja di atas penulis ubah menjadi lebih ringkas kedalam bentuk
bagan seperti dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian
Tahap analisis
Meliputi:
1. Tes uji coba soal di kelas XII TKK
2. Tes pretest pada kelas kontrol dan
ekperimen
3. Melaksanakan kegiatan KBM di kelas
konterol eksperiman
4. Tes posttest pada kelas kontrol dan
ekperimen
Langkah Operasional meliputi:
Tahap persiapan
Meminta izin kepada:
1. Permintaan izin kepada kepala sekolah
SMK N 5 Surakarta.
2. Permintaan izin kepada guru pelajaran
muatan lokal program produktif Autocad
SMK N 5 Surakarta.
Tahap perencanaan
Menyusun:
1. Perangkat pembelajaran: RPP, Silabus
2. Instrumen penelitian: Soal tes prestasi
belajar
Tahap pelaksanaan
Tahap Evaluasi
Meliputi:
1. proses KBM,
2. tanggapan siswa mengenai KBM serta
hasil belajar siswa dari materi yang
dipelajari sebagai refleksi bagi peneliti
Melakukan uji prasyarat analisa:
1. Uji keseimbangan
2. Uji normalita data pretest
3. Uji homogenitas
Uji hipotesis data posttest
Tahap tindak lanjut
Penelitian ini diharapkan ada tindakan
lanjut dari guru, khususnya guru
pengampu pelajaran muatan lokal
program produktif Autocad, untuk
meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar melalui Quantum Teaching
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi berarti bahwa wilayah generalisasi yang terdiri dari:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010: 80).
Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini
adalah siswa SMK Negeri 5 Surakarta kelas XI Program Keahlian Bangunan
yang meliputi kelas XI TKK, XI TGB dan XI TKBB. Kelas XI Program
Keahlian Bangunan dipilih peneliti menjadi populasi yang akan
digeneralisasikan karena XI Program Keahlian Bangunan memiliki
karakteristik yang sama yaitu sama-sama diberikan pelajaran muatan lokal
program Autocad dan pembelajaran yang diterakan guru di kelas menggunakan
model Konvensional.
2. Sampel
Sugiyono (2010: 81) menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil dalam
penelitian ini digunakan untuk melakukan generalisai terhadap seluruh
populasi yang berjumlah 78 siswa terdiri 3 kelas XI (kelas XI TGB (39 siswa),
TKK (24 siswa) dan TKBB (25 siswa). Sampel yang diperoleh dibagi menjadi
dua kelas yaitu kelas eksperimen pada kelas XI TGB dengan jumlah 39 siswa
dan kelas kontrol pada kelas XI TKBB dengan jumlah 25 siswa.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling.
Menurut Sugiyono (2010: 82) Simple random sampling adalah sampling
random yang dikarenakan pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Populasi dari simple random sampling ini adalah seluruh siswa kelas XI
semester II Program Keahlian Bangunan SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran
2011/2012. Unit–unit atau sub–sub populasi penelitian ini adalah kelas XI
TGB, XI TKK, XI TKBB. Penentuan sampel penelitian dari unit–unit ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan dengan cara menggambil 2 unit yang akan dijadikan sebagai sampel
dari 3 unit yang ada. Undian tersebut dilaksanakan dalam satu tahap dengan
dua kali pengambilan. Kelas yang keluar pertama sebagai kelompok
eksperimen dan kelas yang keluar berikutnya sebagai kelas kontol, setelah
dilakukan pengambilan secara simple random sampling, terpilih kelas XI
TKBB sebagai kelas eksperimen dan kelas XI TGB sebagai kelas kontrol.
E. Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang menjadi sumber obyek pengamatan dan
sebagai faktor yang berperan dalam peristwa yang diteliti.
Variabel penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Variabel independen
Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Penelitian ini yang
menjadi variabel independen yaitu model pembelajaran Quantum Teaching
berbasis media video pembelajaran Autocad dan model pembelajaran
Konvensional.
b. Variabel dependen
Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen
yaitu prestasi belajar siswa pada mata pelajaran muatan lokal program
produktif Autocad.
c. Defenisi Operasional
Defenisi operasional dalam penelitian ini dari variabel bebas
(independen) yaitu model Quantum Teaching berbasis media video
pembelajaran Autocad dan model Konvensional serta variabel terikat
(dependen) dalam hal ini prestasi belajar siswa. Adapun penjelasan dari
masing-masing defenisi operasional tersebut adalah :
1) Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad
maksudnya adalah penerapan model Quantun Teaching yang di padukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atau di kolaborasikan dengan media video pembelajaran Autocad guna
untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa disini diterapkan
pada mata pelajaran muatan lokal program produktif Autocad. Definisi
Quantum Teaching sendiri adalah pengubahan belajar yang meraih,
dengan segala nuansanya, serta menyertakan segala kaitan, interaksi dan
perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Media video
pembelajaran adalah alat media yang dapat digunakan dalam kelas
sebagai sarana penyampaian materi pendidikan melalui presentasi visual
(gambar) dan audio (suara).
2) Konvensional merupakan model pembelajaran yang masih menggunakan
tradisional seperti guru hanya berceramah saja dan monoton dalam
menyampaikan materi kepada siswa, dan kegiatan pembelajaran hanya
terpusat pada guru (teacher center) sehingga siswa kurang termotivasi
dalam belajar, hal ini berdampak pada hasil belajar yang dicapai siswa
tidak mencapai indikator keberhasilan.
3) Prestasi belajar adalah hasil kegiatan belajar yang umumnya dinyatakan
dalam bentuk angka, simbol–simbol dan kalimat yang merupakan
pencerminan dari hasil belajar yang telah dicapai dalam periode tertentu.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data yang tepat dan objektif memerlukan suatu alat teknik yang sesuai,
oleh karena itu dalam menentukan dan menetapkan suatu teknik pengumpulan
data harus berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai sejauh mana
kebutuhan data dan sumber data sesuai dengan tujuan penelitian dan kebutuhan
yang ada, teknik dalam penelitian ini adalah teknik tes, observasi dan
dokumentasi.
a. Teknik Tes
Arikunto (2006: 150) menyatakan bahwa tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok. Teknik tes ini digunakan untuk mengambil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
data prestasi belajar siswa ranah kognitif antara kelompok kontrol dan
eksperimen pada mata pelajaran muatan lokal program produktif Autocad.
b. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
menggambil catatan–catatan dan menelaah dokumen yang ada yang
memiliki kaitanya dengan objek penelitian. Data yang dikumpulkan adalah
data lokasi penelitian, nilai ulangan siswa kelas XI program keahlian
bangunan sebelum diadakan penelitian, dan gambar/foto kegiatan
pembelajaran saat penelitian.
c. Teknik Observasi
Pedoman observasi yang dilakukan peneliti, untuk mengamati
seluruh kegiatan aktivitas siswa, mulai dari awal pembelajaran sampai akhir
pembelajaran muatan lokal program produktif Autocad. Tujuan tindakan
observasi adalah untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa di kelas
sehingga didapatkan hasil perubahan aktivitas siswa dalam memperbaiki
pembelajaran. Adapun data yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi
ini yaitu aktivitas belajar siswa dikelas meliputi: 1) perhatian siswa, 2) kerja
sama, 3) ketekunan, 4) keaktifan dan 5) interaksi siswa (lembar observasi
terlampir).
F. Validitas Intrumen Penelitian
Sugiyono menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat ukur dalam
penelitian (2009: 102), sedangkan secara lengkapnya instrumen penelitian dapat
diartikan sebagai suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati. Instrumen penelitian berupa tes pilihan ganda yang terdiri
dari tes awal (sebelum diberikan perlakuan) dan tes akhir (setelah diberi
perlakuan) mata pelajaran muatan lokal program produktif Autocad. Hal ini
dilakukan guna untuk memperoleh data tentang prestasi siswa. Agar tes yang
digunakan benar–benar mengukur kemampuan prestasi belajar siswa, maka soal–
soal tersebut diuji cobakan terlebih dahulu dikelas uji coba. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran soal.
Adapun langkah–langkahnya adalah sebai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Menentukan Validitas butir soal
Penelitian ini mengunakan uji validitas internal yaitu validitas data
dapat dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian–bagian instrumen,
yang dimaksud bagian instrumen dapat berupa butiran-butiran pertanyaan
dari soal tes. Menguji validitas data pada penelitian ini digunakan rumus
korelasi Product Moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh
Pearson, yaitu:
rxy =𝑁 𝑋𝑌−( 𝑋)( 𝑌)
[𝑁 2−( )2𝑋𝑋 ][𝑁 2−( )2]𝑌𝑌
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = Jumlah Responden/banyak siswa
𝑋𝑖 = Banyak skor item
𝑌𝑖 = Banyak skor total
Kriteria reliabilitas sebagai berikut:
𝑟𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 :berarti item valid
𝑟𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 : berarti item tidak valid/invalid
(Sugiyono 2010: 183)
Hasil uji validitas butir tes prestasi belajar Autocad diperoleh angka
antara -1,345 – 1,102, kemudian angka tersebut di konsultasikan dengan rtabel
dengan nilai n – 2= 21 pada taraf signifikan 5% didapat ttabel = 0,433.
Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan ternyata tidak semua
butir soal valid. Dari 35 soal Terdapat 8 soal tidak valid (invalid) dan 27 soal
yang valid. Perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26.b.
2. Menentukan Reliabilitas Butir Soal
Reliabilitas instrumen penelitian adalah suatu alat yang memberikan
hasil yang tetap sama (konsisten), artinya hasil pengukuran itu harus tetap
sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama
meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berlainan, dan
tempat yang berbeda pula, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi.
Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengujian reliabilitas instrumen penelitian ini, digunakan rumus
Rumus Cronbach’s Alpha (∝):
r11 = 𝑘
𝑘−1
𝑆𝑡2− 𝑝𝑖𝑞𝑖
𝑆𝑡2
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen
Pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1
𝑞𝑖 = 1 - Pi
k = Banyaknya butir pertanyaan
St2
= Varians total
Kriteria reliabilitas sebagai berikut:
0,91 - 1,00 : Sangat Tinggi
0,71 – 0,90 : Tinggi
0,41 – 0,70 : Cukup
0,21 – 0,41 : Rendah
0,00 – 0,20 : Sangat Rendah (Sugiyono, 2011:359)
Hasil uji coba, di peroleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,993
sehingga derajat reliabilitas instrumen penelitian termasuk kategori sangat
tinggi. Perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 27.b.
3. Menentukan Daya Pembeda (DP)
Arikunto (2010: 214) berpendapat bahwa daya pembeda soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda, seluruh peserta tes dibagi
dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Seluruh
peserta tes diurutkan mulai dari skor teratas sampai terendah. Rumus untuk
menentukan daya pembeda soal adalah sebagai berikut:
𝐷 =𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵= 𝑃𝐴− 𝑃𝐵
Dimana:
J = jumlah peserta tes
Ja = banyaknya peserta kelompok atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jb = banyaknya peserta kelompok bawah
Ba = banyaknya peserta kelopok atas yang menjawab soal benar
Bb 𝐵𝑎
𝐽𝑏 = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar
Pa = 𝐵𝑎
𝐽𝑏 = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P
sebagai indek kesukaran)
Pb = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasinya daya pembeda soal:
0,00 < D ≤ 0,20, maka soal mempunyai daya pembeda jelek.
0,20 < D ≤ 0,40, maka soal mempunyai daya pembeda cukup.
0,40 < D ≤ 0,70, maka soal mempunyai daya pembeda baik.
0,70 < D ≤ 1,00, maka soal mempunyai daya pembeda baik sekali.
D : neg atif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai
nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.
Arikunto (2010: 214)
Hasil perhitungan analisis daya pembeda, diperoleh hasil sebagai
berikut: dari 27 soal diperoleh kriteria soal baik sebanyak 4 soal, kriteria
soal cukup baik sebanyak 7 soal, dan kritria soal jelek sebanyak 16.
Perhitungan daya pembeda secara lengkap dapat dilihat pada lampiran
27.d.
4. Menentukan Tingkat Kesukaran (P)
Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut
indeks kesukaran (difficulty index), yang disimbolkan P. Indeks kesukaran ini
menunjukkan taraf kesukaran soal.Menguji taraf kesukaran tiap soal
digunakan rumus:
P =𝐵
𝐽𝑠
Dimana:
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria derajat kesukaran :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Soal dengan 0,00 < P ≤ 0,30 : soal dikatakan sukar.
Soal dengan 0,30 < P ≤ 0,70 : soal dikatakan sedang.
Soal dengan 0,70 < P ≤ 1,00 : soal dikatakan mudah,
Dari hasil analisis daya pembeda, diperoleh hasil sebagai berikut: dari
27 soal yang tersedia diperoleh kriteria soal mudah sebanyak 14 soal, kriteria
soal sedang sebanyak 13 soal. Perhitungan daya pembeda secara lengkap
dapat dilihat pada lampiran 27.c.
G. Analisis Data
Analisis data pada bagian ini bertujuan untuk mengkaji kebenaran
hipotesis yang diajukan. Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan
analisa koefisien variansi. Sebelum analisis data dilakukan uji persyaratan analisis
dengan maksud agar kesimpulan yang diambil dapat dipercaya dan dapat
dipertanggung jawabkan
1. Uji Persyaratan Analisis
Persyaratan analisis dapat dilakukan dengan uji normalitas, uji
homogenitas dan uji keseimbangan.
a. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel
penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak
normal. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Mencari rata-rata (𝑋)
𝑋 = 𝑓𝑋
𝑁
𝑋 = Mean (rata – rata)
X = jumlah nilai dalam distribusi
N = jumlah data
2) Mencari standar deviasi ( simpangan baku )
S = 𝑓𝑖 (𝑥𝑖−𝑥)2
𝑁−1
3) Mencari nial variansi
𝑆2 = 𝑓𝑖 (𝑥𝑖−𝑥)2
𝑁−1 (Sugiyono, 2011: 57)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi dengan
cara:
a) Menentukan rentang (r)
r = data terbesar−data terkecil
b) Menentukan banyak kelas interval (k).
k = 1 + 3,3 log n ( n banyaknya data)
c) Menentukan panjang kelas interval (p).
p = 𝑟
𝑘
Keterangan: r = rentang k = banyak kelas
(Statistik/Agus Efendi / PTB PTK/FKIP/UNS)
5) Menghitung nilai chi-kuadrat hitung dengan rumus :
X2 =
(𝑓𝑜−𝑓)2
𝑓
Keterangan:
fo = nilai frekuensi yang diobservasi.
fh = nilai frekuensi yang diharapkan.
6) Menentukan chi-kuadrat tabel. Taraf signifikansi α = 0,05 atau 5%
7) Menentukan normalitas dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika X 2hitung < X
2tabel, maka populasi berdistribusi normal.
Jika X 2hitung ≥ X
2tabel, maka populasi berdistribusi tidak normal.
(Sugiyono,2011: 107)
b. Jika salah satu distribusinya tidak normal, maka selanjutnya digunakan
statistik non-parametrik yaitu: Uji Mann Whitney, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis statistik.
2) Membuat daftar rank.
3) Menentukan nilai U dengan R-nya diambil dari jumlah peringkat yang
terkecil.
𝑈1 = 𝑛1. 𝑛2 +𝑛1(𝑛1+1)
2− 𝑅1 atau
𝑈2 = 𝑛1. 𝑛2 +𝑛1(𝑛1+1)
2− 𝑅2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dinama:
𝑛1 = jumlah sempel 1
𝑛2 = jumlah sempel 2
𝑈1 = jumlah peringkat 1
𝑈2 = jumlah peringkat 2
𝑅1 = jumlah rengking pada sampel 𝑛1
𝑅2 = jumlah rengking pada sampel 𝑛2
4) Menentukan rata-rata kedua kelompok, dengan rumus:
𝜇𝑛 =1
2 𝑛1 (𝑛2)
5) Menentukan nilai T, dengan rumus:
𝑇 = 𝑡3−𝑡
12 , dengan t adalah banyak data yang bernilai sama.
6) Menentukan deviasi standar gabungan dengan rumus:
𝜎𝑛 = 𝑛1. 𝑛2
𝑁(𝑁 − 1)
𝑁3 − 𝑁
12− 𝑇
Keterangan : 𝑁 = 𝑛1 + 𝑛2 ( Sugiyono, 2011: 153)
7) Menentukan nilai Zhitung :
𝑍𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑈−𝜇 𝑡
𝜎𝑡
Menentukan nilai Z tabel, dengan Z tabel =𝑍 0,5 (1−𝛼)untuk 𝛼 = 0,05
8) Melakukan pengujian hipotesis, dengan kriteria sebagai berikut:
Jika −𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 < 𝑍𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho diterima.
Jika Zhitung diluar daerah penerimaan Ha, maka Ho ditolak.
(Sugiyono, 2011: 136)
c. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel
penelitian ini berasal dari populasi yang homogen atau tidak homogen.
Statistik uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji F yang
prosedurnya sebagai berikut:
1) Menentukan nilai Fhitung dengan rumus:
Fhitung = 𝑉𝑏
𝑉𝑘
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterangan:
Vb = Variansi besar
Vk = Variansi kecil
2) Menentukan derajat kebebasan.
db1 = n1 − 1
db2 = n2− 1
3) Menentukan nilai Ftabel
4) Penentuan homogenitas, dengan kriteria uji :
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak (kedua variansinya tidak homogen)
Jika Fhitung < Ftabel maka Ha diterima (kedua variansinya homogen).
(Sugiyono, 2011: 140)
d. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan sebelum kedua kelompok, baik kelompok kontrol
maupun kelompok eksperimen diberikan perlakuan yang berbeda. Uji
keseimbangan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut
dalam keadaan seimbang atau tidak dan pada kondisi yang sama atau tidak.
Data untuk pengujian ini didapat dari hasil pretest yang dilakukan oleh
peneliti, dengan pertimbangan bahwa variansi populasinya tidak diketahui
maka statistik uji yang digunakan adalah Polled Varians dari uji T, langkah-
langkahnya sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya.
Ho = Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan
model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad dan Konvensional
Ha = Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan
model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad dan Konvensional
2) Mencari deviasi standar gabungan,
𝑆2 = Ʃ (𝑋𝑖− 𝑋)
𝑛−1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Mencari nilai thitung dengan rumus dengan rumus uji-t dari Polled
Varians:
t = 𝑋1−𝑋2
𝑛1−𝑛2 𝑠1 2 + 𝑛2−1 𝑠2
2
𝑛1+𝑛2−2 (
1
𝑛1+
1
𝑛2)
Keterangan
t = harga distribusi kelompok
𝑥1 = rata–rata skor kelompok kontrol
𝑥2 = rata–rata skor kelompok eksperimen
𝑛1 = jumlah subyek kelompok kontrol
𝑛2 = jumlah subyek kelompok eksperimen
𝑆2 = variansi
Kriteria keputusan yang digunakan:
Ho yang diterima jika 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Ha yang ditolak jika 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
(Sugiyono, 2010: 128)
2. Penyajian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik uji T
dengan beberapa kriteria penelitian serta taraf signifikan 5%.
a. Untuk kriteria pengujian pertama: Jika menghasilkan varians yang homogen
(𝑆12 = 𝑆2
2) dan jumlah sampel sama (n1 = n2), maka dilanjutkan dengan uji
T dari Polled Varian dan Separated Varians dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya.
Ho = Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan
model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad dan Konvensional
Ha = Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan
model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad dan Konvensional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Mencari deviasi standar gabungan, dengan rumus:
𝑆2 = Ʃ (𝑋𝑖− 𝑋)
𝑛−1
3) Mencari nilai thitung
a) Polled Varians
t = 𝑋1−𝑋2
𝑛1−𝑛2 𝑠1 2 + 𝑛2−1 𝑠2
2
𝑛1+𝑛2−2 (
1
𝑛1+
1
𝑛2)
b) Separated Varians
t = 𝑋1−𝑋2
𝑆12
𝑛1+
𝑆22
𝑛2
4) Menentukan nilai derajat kebebasan.
Rumus : db = 𝑛1 + 𝑛2 − 2
5) Menentukan nilai ttabel dari daftar.
6) Pengujian hipotesis dengan kriteria:
𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ,, maka Ha diterima.
𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ,, maka Ho diterima
(Sugiyono, 2010: 128)
b. Untuk kriteria pengujian kedua: jika menghasilkan varians yang tidak
homogen (S12 ≠ S2
2), tetapi jumlah sampel sama (n1 = n2), maka dilanjutkan
dengan uji T dari Polled Varians dan Separated Varians dengan langkah-
langkah yang sama seperti kriteria pertama.
c. Untuk kriretia pengujian ketiga: jika menghasilkan variansi yang homogen
(S12 = S2
2), tetapi jumlah sampelnya tidak sama (n1 ≠ n2), dapat digunakan
uji T dari Polled Varians dengan dk = n1 – 1 atau n2 – 1 dan bukan n1 + n2
– 2 . Langkah–langkah pengerjaannya sama seperti diatas.
d. Untuk kriretia pengujian keempat: jika menghasilkan variansi yang tidak
homogen (S12 ≠ S2
2), dan jumlah sampelnya tidak sama (n1 ≠ n2), dapat
digunakan uji T dari Separated Varians. Langkah–langkah pengerjaannya
sama seperti diatas. Harga t sebagai pengganti harga ttabel dihitung selisih
harga ttabel dengan dk = n1 – 1 dan n2 – 1, dibagi dua dan kemudian
ditambah dengan harga t yang terkecil.
(Sugiyono, 2011: 138-139)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah SMK Negeri 5 Surakarta
Sekolah menengah kejuruan 5 Surakarta, dirintis sejak tahun 1962, yang
awal mulanya berstatus Swasta dan terletak di Purwanegaran, dulu Sekolah
Teknik Negeri 1 yang sekarang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 15
Surakarta. Pada saat itu Sekolah Teknologi Menengah merupakan Sekolah
Teknologi Menengah Persiapan Negeri di Purwanegaran berdasarkan SK Menteri
Pendidikan RI No.8065/Dirpt/RI tanggal 7 Agustus 65 Statusnya di Negerikan
terdiri dari dua Jurusan, yaitu Mesin dan Bangunan Gedung.
Kemudian setelah adanya pemberontakan G.30 S/PKI maka pada tahun
1965 Sekolah Tinggi Menengah Negeri Purwanegaran pindah ke Jayanegaran,
kemudian pada tahun 1966 Sekolah Teknologi Menengah Negeri Purwanegaran
diubah namanya menjadi Sekolah Teknologi Menengah Negeri 2 Surakarta yang
terletak di Jln.LU. Adi Sucipto No.10 Surakarta .
Adanya Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia tentang perubahan Nomenklatur SMKTA menjadi SMK serta
Organisasi dan Tata Kerja SMK, Nomor : 036/O/1997 tanggal 7 Maret 1997 yang
dulunya Sekolah Teknologi Menengah Negeri 2 Surakarta menjadi Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 5 Surakarta dan Jalannya berubah nomor menjadi 42.
2. Denah Gedung SMK Negeri 5 Surakarta
Gedung SMK Negeri 5 Surakarta terletak di Jln LU. Adi Sucipto no. 42
Surakarta. Dilihat dari keberadaannya, lokasi SMK Negeri 5 Surakarta dekat
dengan Lembaga Pendidikan lainnya, sehingga dapat dikatakan terletak di
lingkungan komplek sekolah, baik negeri maupun swasta. Hal ini dapat menjadi
motivasi tersendiri bagi siswa karena letak dipinggir jalan raya, maka transportasi
mudah dijangkau, baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.
SMK Negeri 5 Surakarta menempati areal tanah seluas 22530 m2 yang
terdiri dari gedung dan halaman, karena luasnya yang mencukupi maka sangat
menunjang kegiatan belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.1. Denah SMK N 5 Surakarta
(Sumber : Dokumen Asli SMK N 5 Surakarta)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas berupa model pembelajaran Quantum Teaching berbasis
media video pembelajaran Autocad dan Konvensional, sedangkan variabel
terikatnya adalah prestasi belajar siswa pada pelajaran muatan lokal program
produktif Autocad. Ada 54 siswa yang terlibat pada penelitian ini diantaranya 29
siswa kelas XI TGB sebagai kelompok kelas kontrol (model Konvensional) dan
25 siswa kelas XI TKBB sebagai kelompok kelas eksperimen (model Quantum
Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad).
Teknik pengumpulan data variabel model pembelajaran Quantum
Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional
digunakan tes dalam bentuk obyektif, untuk mengetahui beberapa aspek
kelayakannya, sebelum soal digunakan terlebih dahulu diadakan uji coba soal. Uji
coba soal diadakan dikelas XII TKK dengan jumlah siswa 23 anak, hal ini
dikarenakan kelas tersebut sudah pernah mendapatkan materi soal yang akan diuji
cobakan. Soal 35 yang diuji cobakan, diperoleh 27 soal yang valid dan 8 soal
tidak valid, jadi soal yang diteskan hanya 27 soal dari kompetensi dasar
menggambar denah rumah sederhana. Tes yang diberikan sebagai bentuk pretest
dan posttest pada kelompok kelas Quantum Teaching dan kelompok kelas
Konvensional adalah sama. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
26-27.
Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat dibuat
deskripsi data khusus sebagai berikut:
1. Data Nilai Pretest
Data tentang nilai pretest diperoleh dari siswa kelompok kelas kontrol
maupun kelompok kelas eksperimen sebelum diadakan perlakuan. Soal yang
digunakan untuk pretest sudah teruji baik dari segi validitas, reliabilitas, daya
pembeda dan tingkat kesukarannya. Deskripsi data pretest kelompok kelas
kontrol dan eksperimen mengenai prestasi belajar secara ringkas disajikan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Kelompok kelas kontrol (Konvensional)
Data penelitian mengenai pretest kelompok kelas Konvesional pada
kelas XI TGB dengan jumlah 29 siswa, tetapi pada saat tes pretest
berlangsung ada 1 siswa tidak masuk, jadi hanya 28 siswa yang mengikuti
tes pretest. Nilai pretest siswa kelas Konvesional memiliki rentang antara
58–93. Hasil perhitungan menunjukkan:
Rata–rata (M) = 75,79
Standar deviasi (s) = 12,017
Variansi (s2) = 144,40
Distribusi frekuensi data nilai pretest untuk kelompok kelas
Konvesional disajikan dalam tabel sebagi berikut:
Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Pada Siswa Kelompok Kelas
Konvesional
Kelas Interval Frekuensi Kelas Konvesional
Absolut Relative (%)
58 - 63 1 4
64 - 69 4 14
70 - 75 10 36
76 - 81 6 21
82 - 87 4 14
88 – 93 3 11
∑ 28 100
Tabel 4. 1 menunjukkan bahwa nilai pretest pada kelompok kelas
Konvesional bahwa nilai terendah 62,96 dan nilai tertinggi 92,59 dengan
nilai rata–rata kelas sebesar 75,79. Siswa terbanyak memperoleh nilai antara
rentang 70–75 yaitu sebanyak 10 siswa. Tabel tersebut dapat dilihat dengan
gambar histogram sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4. 2 Histogram Data Hasil Pretest Pada Siswa Kelompok Kelas
Konvesional
b. Kelompok kelas eksperimen (Quantum Teaching)
Data penelitian mengenai pretest kelompok kelas Quantum
Teaching pada kelas XI TKBB dengan jumlah 25 siswa, tetapi pada saat tes
pretest berlangsung ada 1 siswa tidak masuk jadi hanya 24 siswa yang
mengikuti tes pretest. Nilai pretest siswa kelas Quantum Teaching memiliki
rentang antara 48–90. Hasil perhitungan menunjukkan:
Rata–rata (M) = 72,06
Standar deviasi (s) = 13,00
Variansi (s2) = 169,13
Distribusi frekuensi data nilai pretest untuk kelompok kelas
Quantum Teaching disajikan dalam tabel sebagi berikut:
Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Data Hasil Pretest Pada Siswa Kelompok
Kelas Quantum Teaching
Kelas Interval Frekuensi Kelas Quantum Teaching
Absolut Relative (%)
48 - 54 0 0
56 - 62 4 17
63 - 69 4 17
70 - 76 7 29
77 - 83 7 29
84 - 90 2 8
∑ 24 100
0
2
4
6
8
10
12
58-63 64 - 69 70 - 75 76 - 81 82-87 88-93
Fre
ku
ensi
Kelas Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4. 2 menunjukkan nilai pretest pada kelompok kelas
Quantum Teaching bahwa nilai terendah 55,56 dan nilai tertinggi 88,89,
dengan nilai rata–rata kelas sebesar 72,07. Siswa terbanyak memperoleh
nilai antara rentang 70–76 dan 77–83, masing–masing sebanyak 7 siswa.
Tabel tersebut dapat dilihat dengan gambar histogram sebagai berikut:
Gambar 4. 3 Histogram Data Hasil Pretest Pada Siswa Kelompok Kelas
Quantum Teaching
2. Data Nilai Posttest
Data tentang nilai posttest diperoleh dari siswa kelompok kelas kontrol
maupun kelompok kelas eksperimen setelah diadakan perlakuan, seperti yang
diterangkan di atas bahwa untuk kelompok kelas kontrol (XI TGB)
menggunakan model Konvensional dan kelompok kelas eksperimen (XI
TKBB) menggunakan model Quantum Teaching berbasis media video
pembelajaran Autocad. Posttest diberikan pada kelompok kelas Konvensional
dan Quantum Teaching setelah menyelesaikan proses pembelajaran dengan
materi ajar menggambar denah rumah sederhana. Deskripsi data posttest
kelompok kelas Konvensional dan Quantum Teaching mengenai prestasi
belajar secara ringkas disajikan sebagai berikut:
a. Kelompok kelas kontrol (Konvensional)
Data prestasi posttest kelompok kelas Konvensional berupa nilai tes
yang diberikan pada akhir pembelajaran setelah diadakan perlakuan. Nilai
posttest siswa kelas Konvensional memiliki rentang antara 58–93. Hasil
perhitungan menunjukkan:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
48 - 54 56 - 62 63 - 69 70 - 76 77 - 83 84 - 90
Fre
ku
ensi
Kelas Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rata–rata (M) = 77,13
Standar deviasi (s) = 12,27
Variansi (s2) = 150,50
Distribusi frekuensi data nilai posttest untuk kelompok kelas
Konvensional disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Pada Siswa Kelompok Kelas
Konvensional
Kelas Interval Frekuensi Kelas Konvensional
Absolut Relative (%)
58 - 63 2 7
64 - 69 2 7
70 - 75 9 31
76 - 81 7 24
82 - 87 6 21
88 - 93 3 10
∑ 29 100
Tabel 4. 3 menunjukkan bahwa nilai posttest kelompok kelas
Konvensional memperoleh hasil nilai terendah adalah 62,96 dan nilai
tertinggi adalah 92,59, sedangkan frekuensi terbanyak memperoleh nilai
antara rentang 70-75 yaitu sebanyak 9 siswa. Nilai rata–rata kelas sebesar
77,14. Tabel tersebut dapat dilihat dengan gambar histogram sebagai
berikut:
Gambar 4. 4 Histogram Data Hasil Posttest Pada Siswa Kelompok Kelas
Konvensional
0
2
4
6
8
10
58-63 64 - 69 70 - 75 76 - 81 82-87 88-93
Fre
ku
ensi
Kelas Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Kelompok kelas eksperimen (Quantum Teaching)
Data prestasi posttest kelompok kelas Quantum Teaching berupa
nilai tes yang diberikan pada akhir pembelajaran setelah diadakan
perlakuan. Nilai posttest siswa kelas Quantum Teaching memiliki rentang
antara 59–100. Hasil perhitungan menunjukkan:
Rata – rata (M) = 81,63
Standar deviasi (s) = 9,41
Variansi (s2) = 88,56
Distribusi frekuensi data nilai posttest untuk kelompok kelas
Quantum Teaching disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Data Hasil Posttest Pada Siswa Kelompok
Kelas Quantum Teaching
Kelas Interval Frekuensi Kelas Quantum Teaching
Absolut Relative (%)
59 -65 0 0
66 - 72 2 8
73 - 79 10 40
80 - 86 8 32
87 - 93 3 12
94 - 100 2 8
∑ 25 100
Tabel 4. 4 menunjukkan bahwa nilai posttest kelompok kelas
Quantum Teaching memperoleh hasil nilai terendah adalah 66,67 dan nilai
tertinggi adalah 100, sedangkan frekuensi terbanyak memperoleh nilai
antara rentang 73-79 yaitu sebanyak 10 siswa. Nilai rata–rata kelas sebesar
81,63. Tabel tersebut dapat dilihat dengan gambar histogram sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4. 5 Histogram Data Hasil Posttest Pada Siswa Kelompok Kelas
Quantum Teaching.
Uraian tentang distribusi data nilai rata-rata pretest dan posttest
untuk kelompok kelas Konvensional dan Quantum Teaching di atas
dirangkum dan disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 5 Distribusi Data nilai rata-rata Pretest dan Posttest Pada Kelompok
Kelas Konvensional dan Quantum Teaching
Kelompok Kelas Nilai Rata-Rata Kelas
Pretest Posttest
Kontrol (Konvensional) 75,79 77,13
Eksperimen (Quantum Teaching) 72,07 81,63
Tabel 4. 5 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas kedua
kelompok sama-sama mengalami peningkatan prestasi belajar, tetapi untuk
kelompok kelas Quantum Teaching mengalami peningkatan prestasi
belajar yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kelas
Konvensional. Tabel 4. 5 dapat dilihat dengan gambar histogram sebagai
berikut:
0
2
4
6
8
10
12
59 -65 66 - 72 73 - 79 80 - 86 87 - 93 94 - 100
Fre
ku
ensi
Kelas Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4. 6 Histogram Data Hasil Pretest dan Posttest Pada Siswa Kelompok
Kelas Konvensional dan Quantum Teaching
3. Deskripsi data observasi
Observasi dilakukan pada tiap pertemuan baik dilakukan di kelompok kelas
Konvensional maupun kelas Quantum Teaching. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hasil
pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung ditunjukkan pada Tabel 4. 6 dan Tabel 4. 7
66
68
70
72
74
76
78
80
82
84
Konvensional Quantum Teaching
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
pretest posttest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4. 6 Prosentase Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Kelompok
Kelas Konvensional
Aspek Yang Diamati
Aktivitas Belajar
(%) Tiap
Pertemuan
1 2 3 4
1. Perhatian
a. Menyimak penjelasan guru dengan sungguh-
sungguh
b. Menunjukkan antusias dalam pembelajaran
c. Menunjukkan rasa senang.
52,
59
%
57,
44
%
59,
48
%
62,
07
%
2. Kerja sama
a. Memberi bantuan pada orang lain
b. Menghargai pendapat orang lain
c. Menunjukkan kekompakan.
35,
06
%
39,
88
%
40,
80
%
43,
10
%
3. Ketekunan
a. Mengerjakan tugas/menggambar dengan teliti
b. Tidak ngobrol dengan teman dan tidak bermain
sendiri
c. Tidak mengganggu kelompok lain/teman yang
lain.
60,
06
%
67,
26
%
70,
11
%
71,
26
%
4. Keaktifan
a. Menyatakan pendapat
b. Mengajukan pertanyaan
c. Mengerjakan tugas/menggambar dengan baik
76,
44
%
77,
97
%
80,
17
%
83,
62
%
5. Interaksi Siswa
a. Mengikuti petunjuk/langkah–langkah
menggambat yang guru ajarkan
b. Menunjukkan kemauan bertanya
c. Menjawab pertanyaan guru
70,
98
%
72,
32
%
75,
86
%
77,
29
%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4. 7 Prosentase Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Kelompok
Kelas Quantum Teaching
Aspek Yang Diamati
Aktivitas Belajar
Siswa (%) Tiap
Pertemuan
1 2 3 4
1. Perhatian
a. Menyimak penjelasan guru dengan sungguh-
sungguh
b. Menunjukkan antusias dalam pembelajaran
c. Menunjukkan rasa senang.
52
%
58,
33
%
60
%
68
%
2. Kerja sama
a. Memberi bantuan pada orang lain
b. Menghargai pendapat orang lain
c. Menunjukkan kekompakan.
34
%
55,
21
%
61
%
45
%
3. Ketekunan
a. Mengerjakan tugas/menggambar dengan teliti
b. Tidak ngobrol dengan teman dan tidak
bermain sendiri
c. Tidak mengganggu kelompok lain/teman yang
lain.
56
%
69,
79
%
72
%
74
%
4. Keaktifan
a. Menyatakan pendapat
b. Mengajukkan pertanyaan
c. Mengerjakan tugas/menggambar dengan baik
74
%
80,
33
%
82
%
85
%
5. Interaksi Siswa
a. Mengikuti petunjuk/langkah–langkah
menggambat yang guru ajarkan
b. Menunjukkan kemauan bertanya
c. Menjawab pertanyaan guru
69
%
75,
35
%
77
%
81
%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kedua tabel di atas menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa kedua
kelompok sama-sama mengalami peningkatan, tetapi untuk kelompok kelas
Quantum Teaching mengalami peningkatan aktivitas belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan kelompok kelas Konvensional. Tabel 4. 6 dan 4. 7 di atas
dapat dilihat dengan gambar histogram sebagai berikut:
Gambar 4. 7 Histogram Aktivitas Belajar Siswa Pada Indikator Perhatian Siswa
Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching
Gambar 4. 8 Histogram Aktivitas Belajar Siswa Pada Indikator Kerja Sama Siswa
Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
Konvensional Quantum
Teaching
Aktivitas Belajar Siswa (Perhatian)
pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3 pertemuan 4
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
Konvensional Quantum
Teaching
Aktivitas Belajar Siswa (Kerja Sama)
pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3 pertemuan 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4. 9 Histogram Aktivitas Belajar Siswa Pada Indikator Ketekunan Siswa
Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching
Gambar 4. 10 Histogram Aktivitas Belajar Siswa Pada Indikator Keaktifan Siswa
Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
Konvensional Quantum
Teaching
Aktivitas Belajar Siswa (Ketekunan)
pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3 pertemuan 4
68,00%
70,00%
72,00%
74,00%
76,00%
78,00%
80,00%
82,00%
84,00%
86,00%
Konvensional Quantum
Teaching
Aktivitas Belajar Siswa (Keaktifan)
pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3 pertemuan 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4. 11 Histogram Aktivitas Belajar Siswa Pada Indikator Interaksi Siswa
Kelompok Konvensional dan Quantum Teaching
C. Pengujian Prasayarat Analisis
Sebelum melaksanakan analisis menggunakan uji–T untuk menguji
hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi
uji normalitas data dan uji homogenitas. Adapun uji keseimbangan dilakukan
untuk mengetahui kedua kelompok tersebut dalam kondisi seimbang dan bisa
diterapkan perlakuan pada masing–masing kelompok.
1. Uji Normalitas Data
Sampel berasal dari populasi yang bedistribusi normal jika thitung ˂ ttabel.
Pengujian normalitas menggunakan uji chi – kuadrat dengan rumus yang sudah
disebutkan pada bab III. Hasil uji normalitas untuk selisih nilai prestasi belajar
secara lengkap dijabarkan pada tabel 4. 8 sebagai berikut:
Tabel 4. 8 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Prestasi Belajar
No Kelompok Siswa Data Nilai Kesimpulan
Berdistribusi t hitung t tabel
1 Konvensional 5,11 11,07 Normal
2 Quantum Teaching 9,79 11,07 Normal
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
Konvensional Quantum
Teaching
Aktivitas Belajar Siswa (Interaksi Siswa)
pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3 pertemuan 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterangan
Jika X2 hitung < X2
tabel, maka populasi berdistribusi normal.
Jika X2 hitung ≥ X
2 tabel, maka populasi berdistribusi tidak normal.
Berdasarkan tabel 4. 8 bisa dilihat bahwa harga thitung untuk kelompok
kelas Konvensional adalah 5,11 dan ttabel = 11,07, sedangkan harga thitung untuk
kelompok kelas Quantum Teaching adalah 9,79 dan ttabel = 11,07, maka
diketahui sampel dari populasi kelompok kelas Konvensional thitung (5,11) ˂ttabel
(11,07) dan kelompok kelas Quantum Teaching thitung (9,79) ˂ ttabel (11,07) sehingga
X2
hitung < X2tabel ini menunjukkan bahwa sampel dari populasi berdistribusi
normal. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 29.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji F dengan taraf
signifikansi 5%. Hasil uji homogenitas secara lengkap dijabarkan pada tabel 4.
9 berikut ini:
Tabel 4. 9 Ringkasan Hasil Uji homogenitas Selisih Nilai Prestasi Belajar
Sampel F hitung F tabel Keputusan Uji
Kelas Konvensional dan
Kelas Quantum Teaching 1,171 1,943 Ho Diterima
Keterangan
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak (kedua variansinya tidak homogen)
Jika Fhitung < Ftabel maka Ha diterima (kedua variansinya homogen).
Berdasarkan tabel 4. 9 diketahui harga Fhitung = 1,171 dan harga Ftabel =
1,943 dimana Fhitung < Ftabel sehingga Ho diterima, ini berarti variansi–variansi
yang akan diberi perlakuan model pembelajaran homogen. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 30.
Data yang digunakan untuk uji keseimbangan adalah nilai pretest yang
dilakukan sebelum ada perlakuan pada masing–masing kelompok. Nilai rata–
rata kelompok kelas Konvensional adalah 75,79 dan nilai rata–rata kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kelas Quantum Teaching adalah 72,07. Hasil perhitungan Polled Varians dari
uji T diperoleh thitung =1,1416. Syarat bahwa kedua kelas memiliki kemampuan
yang sama apabila thitung ˂ttabel, pada taraf signifikansi 5% dan dk 50 diperoleh
ttabel = 2,0105. Lebih jelasnya data ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 4. 10 Ringkasan Hasil Uji Keseimbangan Selisih Nilai Prestasi Belajar
Kelompok Kelas Nilai Rata – Rata Pretest thitung ttabel
Konvensional 75,79 1,1416 2,0105
Quantum Teaching 72,07
Keterangan hipotesis
Ho = Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan
model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad dan Konvensional.
Ha = Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan
model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad dan Konvensional.
Atau dapat ditulis dalam bentuk:
Ho : thirung ˂ttabel
Ha : thirung > ttabel
Berdasarkan tabel 4. 10 hasil tersebut berarti thirung (1,1416) ˂ ttabel (2,0105)
keputusannya adalah Ho diterima. Disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis
media video pembelajaran Autocad dan Konvensional pada pelajaran muatan
lokal program produktif Autocad, sehingga kelompok kelas Konvensional dan
Quantum Teaching berangkat pada titik yang sama dan kondisi seimbang.
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 31.
D. Pengujian Hipotesis
Setelah uji prasyarat analisis terpenuhi, selanjutnya pengujian hipotesis
penelitian. Hasil nilai posttest diperoleh dari tes yang dilakukan pada akhir proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran mendapatkan nilai rata–rata kelompok kelas Konvensional sebesar
77,13 dan kelompok kelas Quantum Teaching sebesar 81,63. Syarat bahwa kedua
kelas tidak ada perbedaan yang signifikan apabila thitung ˂ ttabel. Hasil analisis
menggunakan Polled Varians dari uji T diperoleh thitung= 2,280 sedangkan ttabel =
2,008 pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 52. Berdasarkan hasil analisis
tersebut berarti thitung (2,280) ˂ ttabel (2,008). Lebih jelasnya data ditampilkan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 11 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Selisih Nilai Prestasi Belajar
Kelompok Kelas Nilai Rata–Rata Posttest thitung ttabel
Konvensional 77,13 2,280 2,008
Quantum Teaching 81,63
Keterangan hipotesis
Ho = Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model
Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan
Konvensional
Ha = Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model
Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan
Konvensional
Atau dapat ditulis dalam bentuk:
Ho : thirung ˂ttabel
Ha : thirung > ttabel
Berdasarkan tabel 4. 11 keputusannya adalah bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi
belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video
pembelajaran Autocad dan Konvensional. Berarti ada pengaruh penggunaan
pembelajaran model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad terhadap prestasi belajar siswa pada pelajaran muatan lokal program
produktif Autocad. Hal ini sesuai dengan perhitungan pada hipotesis atau jawaban
sementara sebelum peneliti melakukan penelitian, hipotesis menyatakan bahwa
“terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional” pada
pelajaran muatan lokal program Autocad kompetensi menggambar denah rumah
sederhana. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 32.
Tabel 4. 12 Ringkasan Hasil Selisih Nilai Prestasi Belajar pretest dan posttest
kelompok Konvensional dan Quantum Teaching
Kelompok Kelas
Nilai
Rata–
Rata
Pretest
Nilai
Rata-
Rata
Posttest
Selisi Nilai
Rata–Rata
Pretest dan
Posttest
Prosentase
Nilai Rata-
Rata Pretest
dan Posttest
Konvensional 75,79 77,13 1,34 1,77%
Quantum
Teaching 72,07 81,63 9,56 13,26%
Berdasarkan tabel 4. 12 peningkatan prestasi belajar dari pretest ke
posttest pada kelompok kelas Konvensional sebesar 1,77% dan kelompok kelas
Quantum Teaching sebesar 13,26%. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 33.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model
Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad dan Konvensional pada pelajaran Autocad.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada dan tidaknya perbedaan
prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Quantum Teaching berbasis
media video pembelajaran Autocad dan Konvensional pada pelajaran muatan
lokal program produktif Autocad. Penelitian ini mengambil dua kelas yaitu
kelas kontrol menggunakan model pembelajaran Konvensional (XI TGB) dan
kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching
berbasis media video pembelajaran Autocad (XI TKBB). Penelitian ini bersifat
membandingkan prestasi antara dua kelas, maka sebelum penelitian dimulai
harus dipastikan terlebih dahulu bahwa kedua kelas tersebut berangkat pada
titik yang sama dan kondisi seimbang atau tidak. Perlu diadakan uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keseimbangan dengan menggunakan Polled Varians dari uji–T. Hasil dari uji
keseimbangan dapat dilihat pada Tabel 4.10 hal: 71. Perhitungan data yang
digunakan adalah data nilai pretest yang diberikan sebelum ada perlakuan.
Berdasarkan hasil perhitungan uji T diperoleh harga thitung (1,416) < ttabel (2,010)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal
antara kedua kelompok tersebut dan ini menunjukkan bahwa kelompok ini
berangkat pada titik yang sama dan kondisi seimbang.
Selanjutnya kedua kelas diberi perlakuan dengan model pembelajaran
yang berbeda, kemudian diberi tes prestasi berupa posttest untuk pengambilan
data. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Polled Varians dari
uji T untuk menguji hipotesis penelitian. Berdasarkan Tabel 4. 11 pada hal: 72
dan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh harga thitung (2,280) > ttabel (2,008)
sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang
diajar dengan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad dan Konvensional pada pelajaran muatan lokal program produktif
Autocad materi pelajaran menggambar rumah sederhana .
Analisis lebih lanjut dapat dilihat pada tabel 4. 12 hal: 73 diketahui
selisih antara nilai rata–rata kelompok kelas Konvensional pada saat pretest
dan posttest adalah 1,34 dan peningkatan pretasi belajar siswa sekitar 1,77%
dari nilai 75,79 menjadi 77,13 sedangkan untuk kelompok kelas Quantum
Teaching selisih antara nilai rata–rata pada saat pretest dan posttest adalah 9,56
dan peningkatan prestasi belajar siswa sekitar 13,26% dari nilai 72,07 menjadi
81,63. Penggunaan model pembelajaran yang tepat pada pelajaran muatan
lokal program produktif Autocad pembahasan tentang menggambar denah
rumah sederhana ternyata memberikan prestasi belajar yang baik terhadap
kemampuan kognitif siswa. Sesuai dengan hasil perhitungan yang sudah
dipaparkan di atas dapat diketahui bahwa kelompok kelas Quantum Teaching
berbasis media video pembelajaran Autocad menunjukkan peningkatan prestasi
belajar yang signifikan dibandingkan kelompok kelas Konvensional. Hal ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching berbasis media
video pembelajaran Autocad lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa daripada model pembelajaran Konvensional yang sudah umum
digunakan oleh guru dikelas.
2. Aktivitas belajar siswa pada Autocad ditinjau dari penggunaan
model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad dan Konvensional yang diterapkan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas kelompok
Konvensional maupun kelas Quantum Teaching terhadap aktivitas belajar
siswa pada proses pembelajaran dan penjelasan melalui Tabel 4. 6 dan 4. 7 hal:
65 dan 66 serta gambar histogram pada deskripsi penelitian, diperoleh
gambaran bahwa aktivitas belajar siswa menunjukkan peningkatan aktivitas
pada setiap pertemuan dengan hasil yang berbeda-beda. Pertemuan pertama
pada proses pembelajaran sebelum ada perlakuan aktivitas siswa masih terlihat
biasa–biasa saja (tidak menunjukkan rasa senang). Guru menjelaskan materi
ajar sebagian siswa ada yang mendengarkan ada pula yang bermain sendiri,
bercerita dengan temannya. Bisa dilihat aktivitas belajar siswa kedua kelompok
pada tabel 4. 6 dan 4. 7 hal: 65 dan 66 pengamatan pada kelompok kelas
Konvensional untuk indikator perhatian sebesar 52,59%, kerja sama sebesar
35,06%, ketekunan sebesar 60,06%, keaktifan sebesar 76,44%, dan interaksi
yang dilakukan siswa sebesar 70,98%, sedangkan pengamatan pada kelompok
kelas Quantum Teaching untuk indikator perhatian sebesar 52%, kerja sama
sebesar 34%, ketekunan sebesar 56%, keaktifan sebesar 74%, dan interaksi
yang dilakukan siswa sebesar 69%. Prosentase aktivitas keduan kelompok
tidak terlalu jauh berbeda, yang sangat terlihat berbeda hanya pada indikator
ketekunan. Kondisi ini sangat kurang efektif dan pada akhir pembelajaran guru
membagikan soal pretest yang hasilnya akan dianalisis oleh peneliti.
Pertemuan kedua di kelas Quantum Teaching aktivitas siswa pada awal
pembelajaran masih menunjukkan kesan yang biasa–biasa saja, tetapi ketika
guru menampilkan video pembelajaran Autocad, siswa mulai fokus dan
menikmati pembelajaran yang disampaikan dalam video tersebut. Sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan hasil pengamatan yang dilakukan pada pertemuan ke dua mendapatkan
peningkatan aktivitas belajar siswa seperti perhatian siswa meningkat menjadi
58, 33%, kerja sama menjadi 55,21%, ketekunan menjadi 69,79%, keaktifan
siswa menjadi 80,33% dan interaksi siswa 75,35%. Peningkatan aktivitas
belajar siswa pada pertemuan ke dua ini indikator yang mengalami peningkatan
yang cukup tinggi yaitu pada indikator kerja sama karena pada petemuan ke
dua ini guru membagi siswa menjadi 6 kelompok belajar untuk mengerjakan
tugas gambar. Materi disesuaikan dengan isi video pembelajaran. Terlihat
siswa antusias terhadap tugas yang diberikan guru.
Pertemuan ketiga saat guru mengajar sebagian siswa mulai
menunjukkan kenyamanan dalam belajar, terlihat dari rona wajah yang tidak
tegang lagi. Berbeda dengan awal–awal pembelajaran pada pertemuan pertama,
para siswa masih mengalami ketegangan dan terkesan acuh tak acuh dengan
materi yang dijelaskan oleh guru. Siswa mulai menunjukkan sikap antusias
terhadap pelajaran, merespon tindakan guru, dan siswa lebih aktif dalam
bertanya baik bertanya pada guru ataupun pada teman–temannya, begitu juga
ketika guru menjelaskan pelajaran, siswa mulai memperhatikan meskipun
belum sepenuhnya fokus pada apa yang disampaikan, tapi dengan adanya
video pembelajaran yang diterapkan dan dikombinasikan dengan model
Quantum Teaching ini sangat membantu guru dalam menyampaikan materi
ajar. Guru meminta siswa langsung mempraktekan apa yang ditampilkan dalam
video tersebut sesuai dengan kelompok yang sudah dibuat sebelumnya,
sesekali guru membantu siswa mengajar secara manual. Perhatian siswa
meningkat menjadi 60%, kerja sama secara individu maupun kelompok yang
semula 55,21% menjadi 61%, ketekuna 72%, keaktifan 82% dan interaksi
siswa 77%.
Pada pertemuan ke empat aktivitas siswa kelompok kelas Quantum
Teaching masih menunjukkan peningkatan yang baik, untuk perhatian siswa
meningkat menjadi 68%, kerja sama menurun menjadi 45% hal ini karena pada
pertemuan ke empat tidak ada diskusi atau kerja kelompok, tetapi kelompok ini
tetap menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan pertemuan pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang sama-sama tidak ada diskusi atau kerja kelompok, untuk indikator
ketekunan siswa meningkat menjadi 85% dan interaksi siswa 81%. Setelah
pembelajaran berakhir guru membagikan soal posstest sebagai bentuk evaluasi
dan hasilnya akan dianalisis oleh peneliti. Peningkatan aktivitas belajar siswa
yang ditunjukkan kelompok Quantum Teaching sangat signifikan
dibandingkan kelompok Konvensional.
Pengamatan yang dilakukan dikelompok kelas Konvensional, memang
menunjukkan peningkatan pada setiap pertemuan tetapi tidak terlalu signifikan
seperti yang ditunjukkan oleh kelompok kelas Quantum Teaching. Bisa dilihat
pada tabel 4. 6 dan 4. 7 hal: 65 dan 66, diketahui pada pertemuan pertama lebih
tinggi dari kelompok kelas Quantum Teaching, tetapi pada pertemuan ke dua
setelah diberi perlakuan aktivitas belajar kelompok kelas Konvensional berada
dibawah kelompok Quantum Teaching. Aktivitas belajar siswa yang kerap
dilakukan oleh kelompok Konvensional yaitu hanya mendengarkan penjelasan
dari guru dan jarang sekali siswa mengajukan pertanyaan kepada guru. Kondisi
pada pembelajaran ini, guru dianggap sebagai sumber dari segala informasi,
guru yang mendominasi kelas, guru langsung mempraktekkan/menggambar
denah langsung dan siswa mengikuti langkah–langkah menggambar denah
tersebut dan jarang sekali ada siswa yang bertanya atau mengalami kesulitan,
sebenarnya ada sebagian siswa yang mengalami kesulitan dalam menggambar
denah tetapi mereka lebih memilih diam dari pada bertanya pada guru dengan
alasan mereka malu bertanya. Kelompok kelas Konvensional juga kerap
melakukan aktivitas yang hanya melaksanakan pola–pola yang diterapkan
guru, mencontoh langkah–langkah yang dilakukan guru dalam menyelesaikan
gambar denah yang dapat mengakibatkan siswa bertindak pasif. Ini
menimbulkan kurangnya kemandirian siswa, sehingga kemampuan siswa untuk
menganalisa dan menyelesaikan suatu permasalahan kurang berkembang
dengan baik.
Pembelajaran satu arah ini memberi kesan siswa cenderung enggan dan
sedikit jenuh dalam menerima materi pelajaran, siswa akan mencari kesibukan
sendiri di dalam kelas agar tidak merasa jenuh, biasanya siswa bercerita dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
temannya, bermain sendiri, sempat terlihat ada beberapa siswa bermain di
komputernya dan tidak membuka program Autocad dimana program Autocad
ini digunakan untuk menggambar denah. Hal ini yang menyebabkan tujuan
yang telah ditetapkan belum bisa tercapai secara optimal.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran Quantum
Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad lebih efektif kaitannya
dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Kondisi seperti ini terjadi karena
pada model pembelajaran Quantum Teaching berbasis media video
pembelajaran Autocad memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
model pembelajaran Konvensional, antara lain:
a. Siswa menjadi lebih aktif selama kegiatan pembelajaran, peran guru hanya
sebagai fasilitator yang mengarahkan jalannya proses pembelajaran di
kelas dan bisa praktek secara langsung.
b. Siswa dapat belajar dengan gembira, menikmati dan lebih bersemangat
karena adanya video yang ditampilkan guru, video tersebut ditampilkan
secara sederhana tetapi mudah dipahami siswa, waktu untuk menjelaskan
materi pelajaran tidak terlalu lama dan dikombinasi dengan musik yang
sesuai dengan karakter siswa, sehingga siswa tidak mudah bosan dan
jenuh.
c. Siswa belajar untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, hal ini
bisa ditunjukkan oleh sikap siswa dalam mengajukan pertanyaan kepada
guru ketika siswa mengalami kesulitan, siswa juga belajar untuk bekerja
sama antar teman sehingga bisa berlatih untuk bertanggung jawab terhadap
kelompoknya.
d. Dengan adanya kerangka pembelajaran Quantum Teaching yang dikenal
dengan kata “TANDUR” menjadikan pembelajaran dikelas berjalan secara
kondusif dan terarah.
Setiap model pembelajaran tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan
begitu pula dengan model pembelajaran Quantum Teaching. Berikut beberapa
kekurangan dari model pembelajaran Quantum Teaching berbasis media video
pembajaran diantara yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Dalam proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama, guru
kekurangan waktu bila menghadapi materi yang banyak.
b. Guru harus menguasai materi pelajaran yang disampaikan dalam bentuk
video pembelajaran tersebut.
c. Guru harus pintar mengkondisikan kelas sebaik mungkin.
d. Jika ada seorang siswa yang kurang aktif dalam kelas atau dalam
kelompoknya maka akan menghambat teman atau anggota kelompok
yang lain dalam pembelajaran.
e. Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik–baiknya dalam
belajar dikelas sehingga banyak waktu yang tersita.
Aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran akan lebih efektif
meningkat apabila ditunjang dengan materi pembelajaran yang sesuai dengan
model serta media pembelajaran yang diterapkan. Terkait dengan peningktan
aktivitas belajar siswa model Quantum Teaching berbasis media video
pembelajaran Autocad bisa dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran
pada pelajaran muatan lokal program produktif Autocad.
Hasil pengamatan dapat dilihat bahwa model pembelajaran Quantum
Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad lebih baik dalam
meningkatkan aktivitas belajar siswa dibandingkan dengan model
Konvensional. Hal ini didukung oleh data–data kuantitatif yang telah
dikemukakan di atas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada pelaksanaan penelitian kuantitatif
dengan membandingkan prestasi belajar siswa yang diajar dengan model
Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad dan
Konvensionial pada pelajaran Autocad di SMK Negeri 5 Surakarta tahun
pelajaran 2011/2012 semester genap dengan kompetensi menggambar rumah
sederhana menunjukkan bahwa:
1. Penggunaan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa ranah
kognitif dibandingkan dengan model Konvensional.
2. Aktivitas belajar siswa baik yang diajar dengan model Quantum Teaching
berbasis media video pembelajaran Autocad dan Konvensional mengalami
peningkatan pada setiap pertemuannya, tetapi pembelajaran dengan model
Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran Autocad
menunjukkan peningkatan aktivitas belajar yang efektif dibandingkan dengan
model Konvensional.
B. Implikasi
Implikasi atau dampak dari pelaksanaan penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
1. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI Teknik Kontriksi Batu
Beton (TKBB) dan dapat pula diterapkan dikelas XI Tehnik Gambar
Bangunan (TGB) SMK Negeri 5 Surakarta sebagai alternatif untuk
meningkatakan prestasi belajar siswa pada pelajaran muatan lokal program
produktif Autocad.
2. Membangun suasana belajar yang meriah dan menyenangkan serta
melibatkan peran aktif siswa selama proses pembelajaran dalam rangka
mentranfer pengetahuan/ilmu sehingga prestasi belajar yang didukung
oleh aktivitas yang dilakukan siswa mengalami peningkatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Penggunaan media video pembelajaran Autocad membantu guru dalam
menyampaikan materi pelajaran dan siswa lebih mudah memahami apa
yang guru sampaikan
4. Dengan model Quantum Teaching, kemampuan guru dalam mengelola
kelas semakin ditingkatkan yang diterapkan yaitu membagi waktu dengan
baik pada saat penyampaian materi secara serius dan saat diskusi sehingga
tercipta interaksi yang baik antara guru dan siswa serta proses
pembelajaran berjalan dengan lancar, efektif dan terkontrol dengan baik.
5. Hasil penelitian ini dapat memperluan pengetahuan bagi pembaca terkait
dengan pentingnya penggunaan media dan model pembelajaran yang
diterapkan untuk meningkatkan prestasi belajar salah satunya adalah
penggunaan model Quantum Teaching berbasis media video pembelajaran
Autocad.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian di atas, maka penulis
mengajukan saran – saran yang dapat memberikan manfaat sumbangan pemikiran
bagi keberhasilan siswa.
1. Kepada sekolah
Ciptakan jumlah siswa yang ideal maksimal 20 siswa ditiap-tiap kelas
agar proses pembelajaran berjalan lancar dan lebih efektif.
2. Kepada guru
a. Guru hendaknya mengkaji lebih dalam tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran, seperti efektifitas waktu
yang digunakan untuk menjelaskan materi, mengkodisikan kelas sebaik
mungkin dan guru harus bisa melibatkan peran aktif siswa, sehingga
tujuan pembelajaran dapat diraih dengan maksimal.
b. Dalam melaksanakan pembelajaran Autocad guru hendaknya mampu
memilih pendekatan dan selalu menginovasi model pembelajaran yang
digungakan dan tepat dalam proses belajar mengajar sehingga model
pembelajaran apapun yang diterapkan guru dikelas akan senantiasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membuat suasana belajar yang menyenangkan yang akhirnya siswa dapat
aktif dalam proses pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Kepada siswa
a. Siswa hendaknya berpartisipasi aktif dan bersungguh–sungguh dalam
proses pembelajaran agar lebih mudah untuk mengerti, memahami dan
menerapkan ilmu pengetahuannya dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Siswa sebaiknya membiasakan diri untuk memecahkan masalah baik
secara individu maupun kelompok, sehingga siswa mendapat pengetahuan
yang optimal, bukan hanya dari guru tetapi siswa dapat menemukan dan
membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan secara aktif
dalam proses pembelajaran
4. Kepada peneliti
a. Bagi peneliti lain dapat menerapkan penelitian sejenis dengan berbagai
peyempurnaan dalam berbagai hal baik itu model mupun media
pembelajaran yang digunakan sehingga hasilnya dapat lebih baik lagi dari
penelitian sebelumnya.
b. Penelitian ini hendaknya dilanjutkan dengan meneliti model lain yang
lebih cocok untuk dikombinasikan dengan penggunaan media video
pembelajaran Autocad yang sesui dengan yang ada dilapangan.