repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/fauzi...
TRANSCRIPT
BENTUK DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP
ANGGOTA KELUARGA WARGA BINA SOSIAL
PENYALAHGUNA NAPZA DI PANTI SOSIAL BINA
REMAJA TARUNA JAYA II DINAS SOSIAL DKI
JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana sosial
(S.Sos)
Oleh:
FAUZI RAHMAN
NIM : 1112054100039
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018 M
i
ABSTRAK
Fauzi Rahman
Bentuk Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Anggota
Keluarga Warga Bina Sosial Penyalahguna NAPZA di Panti
Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta
Dalam mengatasi masalah NAPZA butuh peranan aktif
dari segenap lapisan masyarakat agar penanggulangan bahaya
NAPZA dapat berjalan efektif. Seperti dengan adanya PSBR
Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta yang menjalankan
kegiatan dukungan sosial keluarga dalam proses rehabilitasi
karena mengingat bahwa keluarga merupakan sistem pendukung
utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan
(sehat atau sakit) anggota keluarganya.
Penelitian ini penting dilakukan karena untuk mengetahui
bagaimana bentuk dukungan sosial keluarga terhadap warga bina
sosial penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna
Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta. Metode yang peneliti gunakan
dalam skripsi ini ialah metodologi pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Dimana dalam teknik pengumpulan
data penulis melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Teknik pemilihan informan yang peneliti gunakan ialah
purposive sampling dimana penulis menunjuk Pekerja Sosial
PSBR Taruna Jaya II untuk dapat memberikan informasi yang
peneliti butuhkan, lalu Pekerja Sosial tersebut akan memilih
Keluarga dan WBS sebagai informan sesuai dengan kriteria yang
telah peneliti tetapkan.
Adapun hasil temuan yang penulis dapatkan mengenai
bentuk dukungan sosial yang diberikan keluarga terhadap WBS
sesuai dengan teori House, yaitu dukungan informatif dengan
adanya media informasi melalui telpon, facebook, atau surat;
dukungan emosional dengan adanya konseling keluarga;
dukungan instrumental dari adanya waktu yang diluangkan
keluarga untuk berkunjung ke panti; serta dukungan penilaian dan
penghargaan dari adanya hadiah yang diberikan keluarga jika
WBS mampu mengikuti program panti dengan baik.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga
pada akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Warga Bina
Sosial Penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja
Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta” sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada
Program Studi Kesejahteraan Sosial.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan
sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati penulis ingin menghaturkan banyak
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga
iii
selesainya penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada:
1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Ilmu
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak
Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik. Ibu Dr. Roudhonah, MA selaku Wakil
Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak Dr.
Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua
Program Studi Kesejahteraan Sosial, Ibu Hj. Nunung
Khairiyah, MA selaku Sekretaris Program Studi
Kesejahteraan Sosial. Terima kasih atas nasehat dan
bimbingannya.
3. Ibu Ellies Sukmawati, M.Si selaku dosen pembimbing
yang telah membantu mengarahkan, membina, dan
selalu bersedia meluangkan waktunya sehingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
iv
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi
Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan
ilmu dan pengalamannya kepada penulis.
5. Kepada seluruh informan yang telah bersedia
memberikan informasi dan waktunya sehingga
penelitian ini dapat selesai tepat waktu dan terima
kasih juga untuk pengalaman serta cerita kalian yang
membuat penulis paham secara mendalam mengenai
penelitian ini.
6. Untuk Bapak Muhammad Kurniawan, S.Sos dan
Bapak Joko Febriyan Laksono, S.T selaku Pekerja
Sosial PSBR Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta
dan Ibu Dra. Dermi Whiyati selaku Satuan Pelaksana
Pelayanan Sosial PSBR Taruna Jaya II Dinas Sosial
DKI Jakarta yang telah mengizinkan saya melakukan
penelitian disini dan juga memberikan arahan serta
motivasi kepada saya selama ini. Juga kepada para
pengasuh di PSBR Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI
v
Jakarta yang senantiasa sedia membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kedua orang tua tercinta Syaiful Rahman dan
Tarmijati yang tak henti memanjatkan doa dan
dukungan apapun kepada penulis, sehingga penulis
selalu termotivasi dengan kasih sayang kalian yang
begitu besar. Juga untuk adik-adikku Zahra Aprilia
dan Rizki Rahmansyah yang selalu menghibur dikala
penulis sedang mengalami kesulitan.
8. Ardellawati yang telah memberikan semangat,
memberikan pemikiran positif, motivasi, waktu,
dukungan moral, dan perhatian terbaiknya kepada
penulis selama penyelesaian skripsi.
9. Teman-teman terbaikku Nuni Nuraini Utami dan Ayu
Sopia Yudistika yang selalu memberikan semangat
tiada henti-hentinya yang membuat penulis selalu
optimis bahwa skripsi yang penulis kerjakan dapat
terselesaikan. Dan teman-temanku Opik, Uti, Ami dan
fitri, Almh. Vivie Meylina, Syarivan (Ucok), Garsha.
Terimakasih.
vi
10. Teman-teman Kesejahteraan Sosial 2012 yang sudah
mengisi hari-hari penulis semasa duduk dibangku
kuliah.
11. Teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan
satu per satu yang telah memberikan masukan, do’a,
dan semangat di setiap perbincangan. Semoga skripsi
ini bermanfaat dan semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi setiap langkah kita, Amiin yaa Rabb al-
alamin.
Jakarta, Juni 2018
Fauzi Rahman
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................. vii
DAFTAR SINGKATAN .......................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang .......................................................... 1
B. Pembatas dan Perumusan Masalah .......................... 7
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............... 7
D. Metodologi Penelitian .............................................. 8
E. Tinjauan Pustaka ...................................................... 16
F. SistematikaPenulisan ............................................... 18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Dukungan Sosial ...................................................... 21
1. Definisi Dukungan Sosial .................................. 21
2. Bentuk dan Jenis Dukungan Sosial .................... 22
3. Fungsi Dukungan Sosial .................................... 24
4. Sumber-sumber Dukungan Sosial ...................... 25
B. Keluarga ................................................................... 26
C. Intervensi Keluarga .................................................. 27
1. Pengertian Konseling Keluarga.......................... 28
viii
BAB III PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya PSBR Taruna Jaya II ................. 33
B. Visi dan Misi ............................................................ 34
C. Maksud dan Tujuan .................................................. 35
D. Tugas dan Fungsi ..................................................... 35
E. Syarat dan Tata Cara Penerima Layanan ................. 38
F. Struktur Organisasi .................................................. 39
G. Program Rehabilitasi ................................................ 40
H. Fasilitas Panti Dalam Memberikan Konseling
Keluarga ................................................................... 43
BAB IV HASIL TEMUAN
A. Pelaksanaan Program Rehabilitasi di PSBR Taruna
Jaya II ....................................................................... 45
1. Standar Pelayanan Rehabilitasi .......................... 45
a. Pelaksanaan Penerimaan .............................. 46
b. Pelaksanaan Pendekatan............................... 51
c. Pelaksanaan Assesmen ................................. 52
d. Pelaksanaan Pembinaan dan Bimbingan ..... 54
e. Pelaksanaan Resosialisasi ............................ 56
f. Pelaksanaan Penyaluran ............................... 57
B. Sasaran Program ...................................................... 58
C. Dukungan Sosial Keluarga di PSBR Taruna Jaya
II DinasSosial DKI Jakarta .................................... 59
1. Dukungan Informatif
a. Menyediakan Media Informasi .................... 59
b. Pemberian Nasihat ....................................... 67
c. Melakukan Home Visit ................................. 70
2. Dukungan Emosional
a. Empati ......................................................... 74
b. Perhatian ....................................................... 78
c. Cinta dan Kasih Sayang ............................... 82
3. Dukungan Instrumental
a. Peluang Waktu ............................................. 85
b. Bantuan Langsung ........................................ 86
c. Bantuan Materi ............................................. 90
ix
4. DukunganPenilaian dan Penghargaan
a. Pekerjaan ...................................................... 92
b. Afirmasi........................................................ 95
c. Umpan Balik ................................................ 97
BAB V HASIL ANALISIS
A. Dukungan Informatif ............................................... 102
B. Dukungan Emosional .............................................. 103
C. Dukungan Instrumental .......................................... 105
D. Dukungan Penilaian/Penghargaan ......................... 107
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................... 111
B. Saran ...................................................................... 114
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 115
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR SINGKATAN
BNN : Badan Narkotika Nasional
BNNP : Badan Narkotika Nasional Provinsi
CSR : Corporate Social Responsibility
IPWL : Instansi Penerima Wajib Lapor
KADARKUM : Kelompok Kesadaran Hukum
KORAMIL : Komando Rayon Militer
NAPZA : Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lain
PBB : Pelatihan Baris-Berbaris
PSBI : Panti Sosial Bina Insan
PSBR : Panti Sosial Bina Remaja
RSKO : Rumah Sakit Ketergantungan Obat
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SDM : Sumber Daya Manusia
SOP : Standar Operasional Pelayanan
TC : Teraupeutic Community
TOGA : Tokoh Agama
TOMA : Tokoh Masyarakat
WBS : Warga Bina Sosial
xi
DAFTAR TABEL
Table 1.1 : Karakteristik Informan
Table 3.1 : Struktur Kegiatan Konseling Keluarga
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 : Konsultasi Keluarga
Gambar 4.1 : Asrama Primary
Gambar 4.2 : Pendataan WBS
Gambar 4.3 : Assesmen WBS
Gambar 4.4 : Kegiatan Kadarkum
Gambar 4.5 : Praktek Belajar Kerja
Gambar 4.6 : Beranda facebook PSBR Taruna Jaya II
Gambar 4.7 : Contoh Surat Pengantar
Gambar 4.8 : Ruang Konseling
Gambar 4.9 : Kegiatan Morning Meeting
Gambar 4.10 : Keterampilan Minat dan Bakat
Gambar 4.11 : Fasilitas Terbuka Untuk Olahraga
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 - Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 - Surat Izin Penelitian Skripsi
Lampiran 3 - Pedoman Wawancara
Lampiran 4 - Transkip Wawancara
Lampiran 5 - Dokumentasi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Meningkatnya jumlah penyalahguna NAPZA dari
tahun ke tahun tentunya tidak bisa dianggap masalah yang
ringan, tetapi perlu dianggap serius agar
penanggulangannya bisa dilakukan secara tepat. Perlu
adanya strategi yang kompleks dalam menghancurkan
ancaman-ancaman serius tersebut. Dalam mengatasi
masalah NAPZA perlu peranan aktif dari segenap lapisan
masyarakat agar penanggulangan bahaya NAPZA dapat
berjalan efektif.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam menangani
permasalahan NAPZA yaitu dengan mendirikan pusat
rehabilitasi. Salah satu lembaga pemerintah yang
memberikan pelayanan bagi korban penyalahguna
NAPZA ialah Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II
Dinas Sosial DKI Jakarta.[1]
Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas
Sosial DKI Jakarta sebagai institusi pelayanan publik
berupaya untuk dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat dengan mutu atau kualitas yang baik,
sehingga pelayanan dalam bentuk rehabilitasi sosial,
Perlindungan Sosial, Peningkatan kompetensi, kemauan,
dan atau kemampuan untuk berperan dalam
2
permberdayaan sosial, dan pelayanan khusus kepada
Warga Bina sosial (WBS) atau orang dengan gangguan
penyalahguna zat NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan
Zat Adiktif lainnya) atau masyarakat umumnya dapat
terjamin. Dalam proses rehabilitasi Panti Sosial Bina
Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta
menjalankan kegiatan dukungan sosial keluarga yang
menjadi bagian penting dalam pelaksanaan kegiatan
pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahguna
NAPZA.[1]
Bagi mereka yang sudah terjerat penyalahgunaan
NAPZA diperlukan dukungan sosial keluarga agar mereka
dapat kembali sembuh dari ketergantungan barang haram
tersebut. Karena biasanya keluarga lebih memilih untuk
memasukkan pelaku penyalahguna napza ke pusat
rehabilitasi. Keluarga yang memasukkan anggota keluarga
mereka yang terlibat masalah narkoba kedalam tempat
rehabilitasi merasa apa yang dilakukannya telah cukup.
Dalam hal ini menunjukan bahwa sikap keluarga seakan-
akan lepas tangan dan mempercayakan sepenuhnya proses
pemulihan kepada tempat rehabilitasi tersebut. Padahal
dukungan dari keluarga merupakan hal penting yang perlu
dilakukan mengingat keluarga merupakan sistem
pendukung utama yang memberikan perawatan langsung
pada setiap keadaan (sehat atau sakit) anggota
keluarganya.[2]
3
Dalam memberikan dukungan sosial keluarga
kepada WBS menurut Ibu Dermi, selaku satuan pelayanan
Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial
DKI Jakarta mengatakan bahwa di Panti Sosial Bina
Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta
dukungan sosial keluarga yang diberikan terhadap WBS
terdapat tiga kategori, yaitu: pertama, dukungan sosial
keluarga secara penuh merupakan dukungan sosial yang
diberikan keluarga seperti rutin melakukan kunjungan ke
panti dan keluarga tidak membiarkan WBS kembali ke
lingkungan sebelumnya ketika WBS sudah keluar dari
panti serta mengontrol pergaulan WBS; kedua, dukungan
sosial keluarga tidak penuh maksudnya ialah keluarga
sering memberikan kunjungan ke panti namun saat WBS
keluar dari panti, keluarga acuh dan tidak mengontrol atau
mengawasi lingkungan pergaulannya yang dapat
menyebabkan WBS kembali terjerat penyalahgunaan
NAPZA; dan ketiga, tidak ada dukungan sosial keluarga
maksudnya adalah tidak adanya kepedulian keluarga
terhadap perkembangan WBS baik selama berada di panti
atau WBS sudah keluar dari panti.[3]
Dukungan sosial keluarga dalam masa pemulihan
pasien penyalahguna NAPZA sangat diperlukan. Menurut
House dan Kahn yang dikutip oleh Widhiowati dan
Murni, menetapkan ada empat aspek dalam dukungan
sosial, yaitu: pertama, dukungan emosional yang
4
melibatkan adanya keakraban dan penerimaan yang
memberi keyakinan; kedua, dukungan instrumental yang
berwujud atau memberi pelayanan dan bantuan secara
langsung; ketiga, dukungan informasi yang meliputi
pemberian nasehat, pemecahan masalah yang dihadapi
individu dan pemberian saran terhadap perilaku individu;
dan keempat, dukungan penilaian atau penghargaan yaitu
memberikan umpan balik yang mendukung seseorang
baik dalam bekerja atau berperanan sosial sehingga
individu merasa dirinya berharga.[4]
Menurut Houltberg et al., (2011) dukungan
keluarga menjadi pendukung utama dalam kesehatan
mental WBS selama proses rehabilitasi. Namun, jika
dukungan keluarga yang diberikan buruk akan berdampak
pada gangguan kesehatan mental WBS dalam proses
rehabilitasi.[5] Dukungan keluarga membuat individu
berkeyakinan bahwa mereka disayangi, diperhatikan, dan
akan mendapatkan bantuan dari orang lain bila mereka
membutuhkannya.
Dukungan sosial merupakan suatu wujud
dukungan atau dorongan yang berupa perhatian, kasih
sayang ataupun berupa penghargaan kepada individu
lainnya. Islam selalu mengajarkan kasih sayang kepada
semua makhluk serta memberi perhatian kepada makhluk
lainnya. Dalam islam kita diajarkan untuk peduli dengan
sesama, menyenangkan hati orang lain dan saling
5
mengasihi serta mencintai sesama. Islam menyerukan
kepada manusia agar saling mengasihi satu sama lain
seperti yang tertuang dalam Al-Quran surat At-Tahrim
ayat 6:
يا أيها الذين آمنىا قىا أنفسكم وأهليكم نارا وقىدها الناس
ما والحجارة عليها مل ئكة غلظ شداد ل يعصىن للا
أمزهم ويفعلىن ما يؤمزون
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6).[6]
Ayat di atas menerangkan bahwa dakwah dan
pendidikan harus bermula dari rumah, yang berarti kedua
orangtua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga
pasangan masing-masing. Sebuah keluarga berkewajiban
memberikan perhatian kepada anggota keluarganya yang
lain, mendidik, harus saling menyayangi dan tetap
berpegang teguh kepada agama Allah untuk mendapatkan
petunjuk. Ungkapan positif dan dorongan untuk maju bisa
diungkapkan sebagai perkataan yang baik dan sopan
kepada orang lain, karena dengan begitu akan membantu
seseorang dalam membentuk kepercayaan diri, serta
6
membuat seseorang akan merasa dihargai dan berguna.
Manusia dengan manusia lainnya haruslah saling
mengasihi dan menyayangi, memberikan perhatian ketika
manusia lainnya dalam keadaan yang sulit dalam
menghadapi masalah. Orang tua yang selalu memberikan
dukungan kepada anak-anaknya, seorang teman
memberikan perhatian kepada teman lainnya, serta orang-
orang yang memberikan perhatian, kasih sayang dan
penghargaan terhadap yang lainnya inilah yang disebut
dengan dukungan sosial.
Melihat dari segala bentuk permasalahan diatas,
Maka dari itu peneliti memiliki ketertarikan untuk
melakukan penelitian ini dikarenakan peneliti ingin
mengetahui sejauh mana dukungan sosial yang diberikan
keluarga terhadap warga bina sosial penyalahguna
NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas
Sosial DKI Jakarta. Atas dasar alasan tersebut, maka
peneliti tertarik untuk mengambil tema penelitian skripsi
dengan judul “Bentuk Dukungan Sosial Keluarga
Terhadap Anggota Keluarga Warga Bina Sosial
Penyalahguna Napza di Panti Sosial Bina Remaja
Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta”.
7
B. Pembatas dan Perumusan Masalah
1. Pembatas Masalah
Untuk membuat penelitian ini terarah dan tidak
melebar, maka penulis perlu membatasi penelitian ini
pada bentuk dukungan sosial keluarga terhadap
warga bina sosial penyalahguna NAPZA di Panti
Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI
Jakarta.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimanakah bentuk dukungan sosial keluarga
terhadap anggota keluarga warga bina sosial
penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina
Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan bagaimana dukungan sosial
keluarga terhadap warga bina sosial
penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina
Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI
Jakarta.
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat Akademis
1) Hasil penelitian peneliti diharapkan dapat
menjadi bahan bacaan referensial bagi umum
dan mahasiswa tentang dukungan sosial
8
keluarga terhadap warga bina sosial
penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina
Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI
Jakarta.
2) Bagi peneliti dapat menambah wawasan
ilmiah dalam bidang studi mengenai bentuk
dukungan sosial keluarga terhadap warga
bina sosial penyalahguna NAPZA di Panti
Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas
Sosial DKI Jakarta.
b. Manfaat Praktisi
Hasil dari penelitian diharapkan dapat
bermanfaat bagi pembaca dan juga sebagai bahan
pembelajaran untuk menambah pengetahuan serta
bisa menjadi acuan mendasar khususnya bagi pihak
lembaga Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II
Dinas Sosial DKI Jakarta dan umumnya untuk
seluruh panti sosial terutama dalam menumbuh
kembangkan dukungan sosial keluarga terhadap
warga bina sosial penyalahguna NAPZA sehingga
dapat membantu mereka sembuh dari
ketergantungan.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah serangkaian hukum,
aturan, dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan
berdasarkan kaidah ilmiah dalam menyelenggarakan
9
suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Metode penelitian kemudian dibagi menjadi:
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif, metode penelitian kualitatif merupakan
metode penelitian yang dihasilkan dari data-data
yang dikumpulkan dan berupa kata-kata serta
merupakan suatu penelitian alamiah. Menurut
Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy
J.Moleong (2000) mendefinisikan metode kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.[7]
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam hal ini
menggunakan penelitian deskriftif (Descriptive
Research), yaitu penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian
yang terjadi saat sekarang, penelitian deskriptif
memusatkan perhatian pada masalah actual
sebagaimana adanya pada saat penelitian
berlangsung. Melalui penelitian deskriptif peneliti
berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian
yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan
perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.[8]
10
3. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan
dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling.
Purposive Sampling merupakan teknik pemilihan
informan berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh
subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai
dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.[9]
Tabel 1.1
Karakteristik Informan
No Informan Jumlah
1. Warga Bina Sosial yang
mendapatkan dukungan
keluarga
5 Orang
2. Keluarga WBS yang
memberikan dukungan
kepada WBS
5 Orang
3. Pekerja Sosial Panti Sosial
Bina Remaja Taruna Jaya
II Dinas Sosial DKI
Jakarta
2 orang
4. Satuan Pelayanan Panti
Sosial Bina Remaja
Taruna Jaya II Dinas
Sosial DKI Jakarta
1 orang
11
4. Sumber Data
a. Data primer
Menurut Sunyoto data primer adalah data
asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk
menjawab masalah penelitiannya secara khusus.
Pada umumnya, data primer ini sebelumnya
belum tersedia sehingga seorang peneliti harus
melakukan pengumpulan sendiri data ini
berdasarkan kebutuhannya.[10]
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang dapat
diperoleh dengan cara melakukan studi dokumen.
Melalui studi dokumen ini yaitu untuk
menambah data-data yang diperlukan dalam
penelitian dan sesuai dengan ruang lingkup
masalah yang peneliti tentukan.[10]
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Menurut Sugiono, wawancara adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu dan dengan wawancara, peneliti akan
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang
partisipan dalam mengintrepetasikan situasi dan
fenomena yang terjadi yang tidak mungkin bisa
ditemukan melalui observasi.[11] Dalam
12
wawancara ini yang dilakukan penulis untuk
mengumpulkan data yakni dengan cara
mengajukan pertanyaan kepada WBS sebagai
penerima dukungan sosial keluarga, orang tua
WBS sebagai pemberi dukungan sosial keluarga,
dan pekerja sosial serta satuan pelayanan Panti
Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial
DKI Jakarta.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan
aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan
secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan
secara terlibat (partisipatif) ataupun
nonpartisipatif. Pengamatan terlibat merupakan
jenis pengamtan yang melibatkan peneliti dalam
kegiatan orang yang menjadi sasaran penelitian,
tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan
atau aktivitas yang bersangkutan dan dalam hal
ini peneliti tidak manutupi dirinya selaku
peneliti. Untuk menyempurnakan aktivitas
pengamatan partisipatif ini, peneliti diharuskan
mengikuti kegiatan keseharian yang dilakukan
informan dalam waktu tertentu, memerhatikan
apa yang terjadi, mendengarkan apa yang
dikatakannya, mempertanyakan informasi yang
menarik dan mempelajari dokumen yang
dimiliki.[12]
13
Dalam hal ini penulis melakukan
pengamatan langsung, mengamati dan
mendengarkan dalam rangka memahami,
mencari jawaban dan mencari bukti atas
bagaimana bentuk dukungan sosial keluarga
terhadap warga bina sosial penyalahguna
NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna
Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau
menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat
oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang
subjek. Studi dokumen merupakan salah satu
cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif
untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang
subjek melalui media tertulis dan dokumen
lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh
subjek yang bersangkutan.[13]
6. Teknik Analisis Data
Penelitian kualitatif menghasilkan data
dalam bentuk rekaman hasil wawancara, transkip
wawancara, catatan hasil pengamatan, dokumen-
dokumen tertulis, serta catatan lain yang tidak
terekam selama pengumpulan data. Dalam
penelitian ini, analisis data yang peneliti lakukan
berupa reduksi data yaitu proses pemilihan,
14
penyederhanaan, pengabstrakan, dan pengubahan
data kasar yang muncul dari catatan tertulis yang
dihasilkan ketika berada dilapangan. Selanjutnya
penyajian data yaitu aktivitas menyajikan data
hasil penelitian, sehigga memungkinkan peneliti
mengambil kesimpulan sementara dan dapat
merencanakan tindakan berikutnya bila ternyata
masih terdapat data yang tidak lengkap, perlu
klarifikasi, atau sama sekali belum diperoleh.
Terakhir peneliti melakukan verifikasi yaitu
aktifitas merumuskan kesimpulan berdasarkan dua
aktifitas sebelumnya, kesimpulan ini dapat berupa
kesimpulan sementara maupun simpulan
akhir.[14]
7. Teknik Keabsahan Data
Penelitian ini merupakan penelitian
lapangan sehingga data yang diperoleh sangat
berpeluang untuk keluar dari obyektifitas, untuk
itu cukup penting untuk penulis melakukan
pemeriksaan kembali data yang diperoleh dengan
tujuan untuk mendapatkan kevalidan data.
Teknik keabsahan data yang digunakan
oleh penulis adalah triangulasi sumber dan
metode. Menurut Burhan Bungin, triangulasi
metode yaitu membandingkan data hasil
pengamatan dengan hasil wawancara, sedangkan
triangulasi sumber membandingkan apa yang
15
dikatakan didepan umum dengan apa yang
dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan
apa yang dikatakan sepanjang waktu.[15]
8. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina
Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta
yang beralamatkan Jl. Babakan Pocis RT. 03 RW.01,
Babakan, Setu, Kota Tangerang Selatan dan waktu
pelaksanaan penelitian dimulai bulan Oktober 2017
s.d Mei 2018. Lembaga ini dipilih karena merupakan
lembaga yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat dengan mutu atau kualitas yang baik,
sehinga pelayanan dalam bentuk Rehabilitasi sosial,
Perlindungan Sosial, Peningkatan kompetensi,
kemauan, dan atau kemampuan untuk berperan
dalam permberdayaan sosial, dan pelayanan khusus
kepada Warga Bina sosial (WBS) atau orang dengan
gangguan penyalahguna NAPZA (Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) atau
masyarakat umumnya dapat terjamin.
9. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada
Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,
Tesis dan Disertasi), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2017.
16
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini peneliti melakukan
penelusuran atau mencari informasi tentang karya ilmiah
yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun
penelitian tersebut diantaranya:
1. Peneliti menggunakan literatur berupa jurnal
internasional yang dianggap relevan dengan
penelitian ini. Jurnal Internasional yang ditulis
oleh Elise Woodman dan Morag McArthur
menjelaskan mengenai dukungan keluarga
dalam kesehatan mental remaja dan
pengalaman remaja dalam keterhubungan
keluarga yang akan mendukung praktik kerja
sosial dengan keluarga. Penelitian ini bertujuan
untuk pekerja sosial mendukung remaja dalam
membangun dan menjaga keterhubungan
keluarga sepanjang masa remaja.[5]
Dalam penelitian ini, sebuah keterhubungan
keluarga ditandai oleh hubungan positif dan
suportif, dan biasanya menunjukkan
komunikasi terbuka, waktu bersama yang
berkualitas, berbagi kegiatan, kepercayaan,
dukungan di masa-masa sulit, pengawasan
orang dewasa yang tepat, dan membangun
perspektif remaja untuk mendukung penilaian,
intervensi dan pendidikan tentang dukungan
17
keluarga. Dalam jurnal tersebut memiliki
keterkaitan dengan penelitian peneliti yaitu
mengenai membangun dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga yang menjadi warga
bina sosial penyalahguna NAPZA di Panti
Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas
Sosial DKI Jakarta, dengan adanya dukungan
sosial keluarga dapat menunjukkan bahwa
keluarga dapat menyediakan lingkungan yang
aman untuk membantu warga bina sosial
menuju kearah perubahan yang positif.[5]
2. Hubungan antara Dukungan Sosial
Keluarga dengan Self Esteem pada
Penyalahguna Narkoba yang Direhabilitasi.
Disusun oleh: Nuni Nurhidayati dan Duta
Nurdibyanandaru. Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga Surabaya 2014. Isi
pokok dari jurnal ini membahas bahwa
semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka
semakin tinggi self esteem yang dimiliki
penyalahguna narkoba, sebaliknya semakin
rendah dukungan sosial keluarga maka makin
rendah pula self esteem pada penyalahguna.
Ketersediaan dukungan sosial dari keluarga
menjadi hal yang penting bagi penyalahguna
narkoba, memahami karakteristik
penyalahguna narkoba dan dukungan yang
18
dibutuhkan penyalahguna narkoba selama
rehabilitasi bisa meningkatkan keberhargaan
diri penyalahguna narkoba, sehingga dapat
menunjang kesembuhan penyalahguna
narkoba dari ketergantungannya. Yang
menjadi pembeda antara penelitian terdahulu
tersebut dengan skripsi penulis ialah subjek
yang diteliti dan bentuk pengolahan data yang
digunakan.
F. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan ini menjadi sistematis serta
untuk mempermudah analisa materi dalam penulisan
skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan dalam
sistematika penulisan. Secara garis besar, skripsi ini
terdiri dari lima bab yang dibagi dalam sub-sub bab dan
setiap sub-sub bab mempunyai pembahasan masing-
masing yang saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya.
BAB I : Pendahuluan berisi tentang Latar Belakang
Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian,
Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis berisi tentang kajian teori
mengenai pengertian dukungan sosial keluarga.
BAB III : Gambaran Umum tentang Panti Sosial Bina
Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta
19
meliputi: sejarah lahirnya, visi dan misi terbentuknya
Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial
DKI Jakarta, program kerja dan struktur Panti Sosial
Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.
BAB IV : Hasil Temuan bentuk dukungan sosial
keluarga terhadap warga bina sosial penyalahguna
NAPZA pada Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II
Dinas Sosial DKI Jakarta.
BAB V : Pembahasan analisis bentuk dukungan sosial
keluarga terhadap warga bina sosial penyalahguna
NAPZA pada Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II
Dinas Sosial DKI Jakarta.
BAB VI : Penutup berisikan kesimpulan dan saran. Di
akhir penulisan ini penulis memasukan daftar pustaka
dan lampiran-lampiran.
20
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dukungan Sosial
1. Definisi Dukungan Sosial
Menurut Cohen dan Syme seperti yang dikutip
oleh Didiet Widhiowati dan Rokna Murni menjelaskan
bahwa dukungan sosial dipahami sebagai suatu bentuk
hubungan sosial yang bersifat menolong dengan
melibatkan aspek emosi, informasi, bantuan instrumental,
dan penghargaan. Sehingga seseorang akan tahu bahwa
ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan
mencintainya.[4] Begitupun juga menurut House seperti
yang dikutip oleh Nuni Nurhidayati dan Duta
Nurdibyanandaru menjelaskan bahwa dukungan sosial
adalah kadar keberfungsian dari hubungan yang dapat
dikategorikan dalam empat hal yaitu dukungan emosional,
dukungan instrumental, dukungan informasi dan
dukungan penilaian. [16]
Pengertian diatas mencerminkan bahwa dukungan
sosial dapat menjadi aspek yang penting terhadap
kesembuhan setiap individu karena setiap individu
membutuhkan adanya kasih sayang dan perhatian dari
orang yang berada disekitarnya terutama dari keluarga.
Hal ini dilakukan agar penerima dukungan sosial tidak
22
mengalami kegoncangan jiwa, seperti perasaan tidak
dihargai dan kesepian.
Dukungan sosial dapat berlangsung secara alamiah
didalam jejaring bantuan keluarga, kawan, tetangga, dan
teman sebaya, atau didalam kelompok dan organisasi,
yang secara spesifik diciptakan atau direncanakan untuk
mencapai tujuan dukungan sosial. Dalam semua tahap,
dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu
berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga
akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam
kehidupan.[17]
2. Bentuk Dukungan Sosial
Menurut House yang dikutip oleh Setiadi dalam
buku konsep dan proses keperawatan keluarga (2008)
bahwa setiap bentuk dukungan sosial keluarga
mempunyai ciri-ciri antara lain:
a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang
disediakan agar dapat digunakan oleh
seseorang dalam menanggulangi persoalan-
persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian
nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi
lainnya yang dibutuhkan dan informasi dapat
disampaikan kepada orang lain yang mungkin
menghadapi persoalan yang sama atau hampir
sama.
23
b. Perhatian emosional, setiap orang pasti
membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain,
dukungan ini berupa dukungan simpatik dan
empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan.
Dengan demikian seseorang yang menghadapi
persoalan merasa dirinya tidak menanggung
beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang
memperhatikan, mau mendengar segala
keluhannya, bersimpati dan empati terhadap
persoalan yang dihadapinya, bahkan mau
membantu memecahkan masalah yang
dihadapinya.
c. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini
bertujuan untuk mempermudah seseorang
dalam melakukan aktifitasnya berkaitan
dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya,
atau menolong secara langsung kesulitan yang
dihadapi, misalnya dengan menyediakan
peralatan lengkap dan memadai bagi penderita,
menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan
lain-lainnya.
d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk
penghargaan yang diberikan seseorang kepada
pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari
penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif
yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi
seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial
24
keluarga maka penilaian yang sangat
membantu adalah penilaian yang positif.[17]
3. Fungsi Dukungan Sosial
Menurut Will (2008), bahwa fungsi dukungan
sosial antara lain:
a. Dukungan Harga Diri. Ancaman harga diri,
meningkatnya keraguan akan kemampuan
diri, cara membicarakan masalah yang
dihadapi. Bentuknya berupa perhatian,
menawarkan simpati dan meyakinkan
kembali elemen penting dari dukungan
sosial ini adalah perasaan diterima dan
dihargai.
b. Dukungan Informasi. Individu tidak dapat
merasakan masalah yang dihadapi, maka
dukungan ini dilakukan dengan
memberikan informasi, nasehat dan
petunjuk tentang cara-cara pemecahan
masalah.
c. Dukungan Instrumental. Bersifat nyata
(berbentuk materi) yang bertujuan untuk
meringankan beban bagi individu yang
membutuhkan dan orang lain yang dapat
memenuhi.
d. Dukungan keterdekatan sosial. Dukungan
ini diberikan untuk memberikan kepuasan
25
intrinsik bagi individu dan untuk mengatasi
kesepian dan memberikan kepuasan serta
kehangatan berkawan dan penerimaan
dalam kelompok.
e. Dukungan motivasi. Dukungan ini
diberikan dengan memberikan dorongan
kepada individu agar dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi.[4]
4. Sumber-sumber Dukungan Sosial
Dukungan sosial bisa didapatkan dari berbagai
sumber. Menurut Goldberger dan Breznitz, dukungan
sosial bersumber antara lain: orang tua, saudara kandung,
anak-anak, kerabat, pasangan hidup, sahabat, rekan kerja
atau juga dari tetangga. Thoits mengatakan bahwa
dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang
memiliki hubungan berarti dengan individu, misalna
keluarga, teman dekat, pasangan hidup, saudara dan
tetangga.
Sumber dukungan sosial merupakan aspek paling
penting untuk diketahui dan dipahami. Dengan
pengetahuan dan pemahaman tersebut, seseorang akan
tahu kepada siapa ia akan mendapatkan dukungan sosial
sesuai dengan situasi dan keinginannya yang spesifik,
sehingga dukungan sosial memiliki makna yang berarti
bagi kedua belah pihak.
26
Seorang remaja tidak lagi dapat disebut sebagai
anak kecil, tetapi belum juga dapat dianggap sebagai
orang dewasa. Disatu sisi ia ingin bebas dan mandiri serta
lepas dari pengaruh orangtua, disisi lain pada dasarnya ia
tetap membutuhkan bantuan, dukungan serta perlindungan
orangtuanya.[18]
B. Keluarga
Keluarga adalah unit atau satuan masyarakat yang
terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil
dalam masyarakat. Kelompok ini, dalam hubungannya
dengan perkembangan individu, sering dikenal dengan
sebutan primary group. kelompok inilah yang
melahhirkan individu dengan berbagai macam bentuk
kepribadian dalam masyarakat. Tidaklah dapat dipungkiri
bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak
hanya terbatas selaku penerus keturunan saja.
Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal
individu sangat berpengaruh secara langsung terhadap
perkembangan individu sebelum maupun sesudah terjun
langsung secara individual di masyarakat. Dalam bentuk
yang paling dasar, sebuah keluarga terdiri dari seorang
suami dan seorang isteri ditambah dengan anak-anak
mereka yang belum kawin, ada kalanya anak tiri atau anak
angkat yang secara resmi mempunyai hak dan kewajiban
yang kurang lebih sama dengan anak kandung, dan yang
biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama. Satuan
27
atau kelompok sosial semacam ini disebut keluarga batih
atau keluarga inti.
Disamping keluarga inti kita juga mengenal
keluarga luas atau besar. Keluarga besar terwujud apabila
didalam keluarga inti itu ada tambahan sejumlah orang
lain baik yang sekerabat maupun yang tidak sekerabat
dengan salah satu pasangan suami isteri keluarga inti yang
bersangkutan, yang bersama-sama tinggal dalam satu
rumah dan menjadi anggota keluarga inti. [19]
Keluarga sebagai unit terkecil satuan sosial
mempunyai fungsi tertentu. Fungsi keluarga dapat
digolongkan dalam dua tipe ialah fungsi yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga sendiri dan fungsi yang dapat
dilakukan baik oleh keluarga itu sendiri maupun yang
dapat dilakukan oleh lembaga sosial lain. [19]
C. Intervensi Keluarga
Intervensi pada level keluarga, menurut Zastrow
dilakukan dengan melihat keluarga sebagai suatu sistem
yang anggotanya saling berinteraksi dan mempunyai
saling ketergantungan satu dengan yang lainnya. Karena
itu, masalah yang dihadapi oleh individu biasanya
dipengaruhi oleh dinamika yang ada di keluarga mereka.
Sebagai konsekuensinya, perubahan pada satu anggota
keluarga (members of the family) akan dapat
memengaruhi anggota keluarga yang lain.
28
Salah satu metode „penyembuhan‟ yang digunakan
untuk mengatasi masalah dalam keluarga adalah melalui
terapi keluarga (family therapy) atau menurrut Zastrow
dikenal pula dengan nama konseling keluarga (family
counseling). Zastrow mengemukakan alasan lain untuk
menempatkan keluarga sebagai fokus perhatian, karena
keikutsertaan (partisipasi) dari anggota keluarga biasanya
diperlukan dalam proses „penyembuhan‟ (klien). Misalnya
saja, bila seseorang merasa bahwa kebiasaannya untuk
menggunakan narkoba bukanlah suatu hal yang salah,
maka anggota keluarga yang lainnya akan dapat
mengingatkan bahwa ia sedang mengalami suatu masalah.
Bahkan lebih jauh lagi, anggota keluarga tersebut dapat
saling memperkuat dalam proses terapi (penyembuhan),
sekurang-kurangnya memberikan dukungan sosial dan
moral terhadap si pelaku penyalahguna narkoba
tersebut.[20]
1. Pengertian Konseling Keluarga (Family
Counseling)
Untuk membantu secepatnya pemulihan klien,
amat diperlukan dukungan keluarga seperti ayah, ibu,
saudara, dan keluarga dekat lainnya. Nuansa emosional
yang akrab harus mampu diciptakan agar terjadi
keterbukaan klien terhadap keluarga, sebaliknya anggota
keluarga mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi
terhadap pemulihan klien.[21] Dampaknya adalah tumbuh
29
rasa aman, percaya diri, dan rasa tanggung jawab klien
terhadap diri dan keluarga. Untuk mencapai keberhasilan
dalam konseling keluarga maka prosedur yang harus
ditempuh adalah: a) menyiapkan mental klien untuk
menghadapi anggota keluarga. b) memberi kesempatan
kepada setiap anggota keluarga menyampaikan perasaan
terpendam, kritikan-kritikan dan perasaan-perasaan
negatif lainnya terhadap klien. c) selanjutnya memberi
kesempatan kepada klien untuk menyampaikan isi hatinya
berupa kata-kata pengakuan jujur atas kesalahan-
kesalahannya. d) keluarga menaruh kepercayaan terhadap
semua upaya klien dan mendorong penyembuhan klien
dengan tulus dan kasih sayang.[21]
Konseling keluarga merupakan upaya bantuan
yang diberikan kepada individu-individu anggota keluaga
melalui sistem keluarga dengan membenahi komunikasi
agar berkembang potensi mereka seoptimal mungkin dan
masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu
dari semua anggota keluarga berdasarkan keleraan,
toleransi, penghargaan, dan kasih sayang.[22]
a. Konseling Keluarga Pendekatan Gestalt
Menurut Walter Kempler mendefinisikan
konseling keluarga dengan pendekatan Gestalt
sebagai suatu model difokuskan pada saat
sekarang ini dan pada pengalaman keluarga yang
dilakukannya dalam sesi-sesi konseling. Hal yang
30
lebih ditekankan adalah keterlibatan konselor
dalam keluarga. Kempler bahkan beranggapan
bahwa konseling keluarga eksperiesial sebenarnya
adalah persoalan pribadi sebagai manusia bagi
konselor itu, dan masalah teknik cenderung tak
menjadi yang terpenting dalam sesi-sesi itu. Tidak
ada alat atau skill, yang ada hanyalah hubugan
orang dengan orang, manusia dengan manusia.
Karena itu penting bagi konselor adalah
menengarkan suara dan emosi mereka. Konselor
melakukan perjumpaan dalam konseling keluarga
sebagai partisipan penuh, sebagai sahabat, sebagai
orang yang dipercaya dalam perjumpaan antara
sesama. Karena itu Kampler senang dengan style
directive dan confrontatif nya, sebab hubungan
mereka akrab.[23]
b. Pendekatan Konseling Keluarga Munurut
Aliran Adler
Pendekatan Adler bertujuan untuk
mempermudah perbaikan hubungan anak-anak dan
meningkatkan hubungan di dalam keluarga.
Mengajarkan anggota keluarga bagaimana
menyesuaikan diri yang lebih baik terhadap
anggota keluarga yang lainnya dan bagaimana
hidup bersama dalam keluarga sosial yang
sederajat (sesama manusia).
31
Dinkmeyer mengungkapkan bahwa
Pendekatan Adler bertujuan menyempurnakan
kehidupan dalam keluarga dengan cara Sharing
(berbagi) dan yang terpenting mengajar anggota
keluarga agar mampu memberikan semangat dan
dorongan untuk berkembang bagi anggota lain.
32
33
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya Panti Sosial Bina Remaja Taruna
Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta
Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas
Sosial DKI Jakarta berdiri sejak tahun 1973 dengan nama
Unit Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA berlokasi di
Sasana Tresna Werdha Budi Dharma Jl. RS. Fatmawati
Cilandak, Jakarta Selatan dibawah naungan Departemen
Sosial. Pada tahun 1975 berpindah ke Jl. S. Parman Kav-
57 Slipi, Jakarta Barat dengan nama Panti Rehabilitasi
Korban Narkotika Wisma Khusnul Khotimah. Dalam
perkembangannya pada tahun 1979, nama panti berubah
menjadi Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah.
Tahun 1994 lokasi berpindah ke Babakan Pocis III
Serpong, Tangerang Selatan. Kemudian pada tahun 2018
kembali berganti nama menjadi Panti Sosial Bina Remaja
Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta dan nama
tersebut tetap bertahan hingga sekarang. Dengan adanya
likuidasi Departemen Sosial, maka tahun 1999 Panti
Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI
Jakarta dialihkan ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta c.q
Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.
34
Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas
Sosial DKI Jakarta adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas
Sosial dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan dan
rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan
narkoba/NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif lainnya). Menurut Undang Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika telah memberikan
perlakuan yang berbeda bagi pelaku penyalahgunaan
narkotika, sebelum Undang Undang ini berlaku tidak ada
perbedaan perlakuan antara pengguna, bandar, maupun
prosedur narkotika.[1]
B. Visi dan Misi
1) Visi
Terwujudnya kondisi Korban Penyalahgunaan
NAPZA ( WBS)
yang Sehat, Bersih, Produktif, dan Normatif melalui
Pelayanan Rehabilitasi Sosial.
2) Misi
1. Menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas
Narkotika, Psikoptropika, dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA).
2. Memberikan pelayanan kepada klien/ WBS
secara Profesional.
3. Membina klien/ WBS agar mampu mengatasi
masalah dan memiliki ketrampilan kerja.
4. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi
35
pelayanan rehabilitasi sosial.
5. Menjalin kerja sama lintas sektoral.
C. Maksud dan Tujuan
1) Maksud
Kegiatan pelaksanaan rehabilitasi terpadu bagi
korban penyalahgunaan NAPZA yang dilaksanakan di
Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial
DKI Jakarta dimaksud untuk memperoleh hasil
penanganan yang optimal dalam upaya mencapai sasaran
program rehabilitasi sosial serta adanya keterpaduan
langkah dalam pelaksanaannya.
2) Tujuan
Memulihkan kondisi fisik, mental, spiritual, psikis
sosial, sikap dan perilaku agar para remaja tersebut
kembali menjadi generasi muda Indonesia yang mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar, baik dalam
lingkungan warga maupun lingkungan masyarakatnya,
mampu menolong dirinya sendiri/mandiri, kreatif,
bergairah dan produktif serta berguna bagi nusa dan
bangsa.[1]
D. Tugas dan Fungsi
Sesuai dengan peraturan Gubernur Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 355 Tahun 2016
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti
36
Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI
Jakarta mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai
berikut:
1) Tugas Pokok
Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2
merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial
dalam pelaksanaannya menyelenggarakan kegiatan
Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahguna Narkoba yang
meliputi: Identifikasi dan Assesment, Bimbingan dan
pelatihan serta Penyaluran dan Bina Lanjut.
2) Fungsi
Berdasarkan tugas pokok tersebut PSBR Taruna
Jaya II mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
a) Pelaksanaan Penerimaan meliputi Registrasi,
Persyaratan Administrasi dan Penempatan
dalam Panti.
b) Pelaksanaan Pendekatan Awal meliputi
Identifikasi, Seleksi, Observasi, Wawancara
dan Motivasi.
c) Pelaksanaan Assesment meliputi penelaahan,
rasa pengungkapan, pemahaman masalah dan
potensi.
d) Pelaksanaan Pembinaan dan Bimbingan
meliputi:
37
Pembinaan Fisik, Bimbingan Mental dan
Spiritual, Bimbingan Sosial, Bimbingan
Psikologis, Bimbingan dan Pelatihan
Ketrampilan (Montir Mobil, Montir Motor,
Las dan Elektronika), serta Bercocok Tanam.
e) Pelaksanaan Resosialisasi meliputi Praktek
Belajar Kerja/Magang dan Pelaksanaan
Reintegrasi dalam bentuk kunjungan ke rumah,
lingkungan sekolah/pekerjaan/masyarakat dan
Outing (Rekreasi).
f) Pelaksanaan Penyaluran meliputi: Kembali
kepada keluarga dan bekerja.
g) After Care/Bina Lanjut meliputi: Home
Visit/Kunjungan Keluarga, Wawancara,
Dialog, Konselling. Bila pada kenyataannya
Warga Bina Sosial (WBS) belum berhasil,
maka dapat kembali ke Panti untuk mengikuti
Pemantapan Program dan akan ditempatkan di
Ruang Shelter.
h) Terminasi, yaitu Pengakhiran/pemutusan
program pelayanan dan rehabilitasi sosial.
Terminasi/penghentian pelayanan dilakukan 1
(satu) tahun setelah WBS disalurkan.[1]
38
E. Syarat dan Tata Cara Penerima Layanan
Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 335 Tahun
2016, Remaja yang terlibat masalah NAPZA, sehingga
menyebabkan timbulnya gangguan-gangguan dalam
melaksanakan fungsi sosial psikologisnya, dari semua
golongan sosial maupun ekonomi dengan syarat:
1) Kriteria WBS:
a) Remaja/ Pemuda Laki-laki yang terlibat
masalah NAPZA yang menyebabkan
timbulnya gangguan-gangguan dalam
melaksanakan fungsi sosial psikologisnya,
dari semua golongan sosial maupun
ekonomi
b) Ber-KTP DKI dan atau hasil penertiban
c) Ada keinginan dari calon klien/ WBS
untuk berhenti dari penyalahgunaan
NAPZA ( surat perjanjian bermaterai )
d) Ada surat pengantar dari RT/RW dan
Kelurahan/Kecamatan Tempat
tinggal/domisili
e) Ada kesanggupan orang tua/ wali untuk
bekerja sama dengan Panti (Surat
Pernyataan dari orang tua bermaterai)
f) Bersedia mematuhi tata tertib / peraturan di
Panti
g) Bersedia tinggal di asrama selama
39
Rehabilitasi Sosial dengan Surat
Pernyataan tertulis
h) Jika mendapatkan kiriman dari keluarga,
WBS/ Klien sudah harus melalui
pemeriksaan dan pengobatan rehabilitasi
medis dari Rumah Sakit (sudah
detoksifikasi)
2) Usia WBS:
Usia 15 sampai dengan 35 tahun
3) Asal WBS:
a) Rujukan dari Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya (PSBI)
b) Masyarakat
c) Organisasi sosial
d) LSM/ NGO
e) Kepolisian
f) Dan Lain-lain
F. Struktur Organisasi
Tabel 3.1
Struktur Kegiatan Konseling Keluarga
PSBR Taruna Jaya II
PENDAMPING
PEKERJA SOSIAL
JOKO SUSILO, ST M. KURNIAWAN, S.Sos
W.
SATUAN PELAYANAN
Dra. DERMI WHIYATII / AHMAD TAUFIK, A.Ks
40
G. Program Rehabilitasi
Salah satu program rehabilitasi yang digunakan
untuk pelayanan pada WBS di Panti Sosial Bina Remaja
Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta Tangerang
Selatan adalah program konsultasi keluarga, home visit
(family support group). Dalam menjalankan program
konsultasi keluarga terdapat standar operasional
pelayanan (SOP) yang dilaksanakan oleh Panti Sosial
Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta
Tangerang Selatan, yaitu sebagai berikut:[1]
1) Satuan pelaksana pembinaan sosial
menugaskan petugas untuk melaksanakan
kegiatan konsultasi, dimulai dengan
rencana kegiatan konsultasi selama 10
menit.
2) Petugas membentuk tim untuk melaksanakan
kegiatan konsultasi dengan batas waktu selama
1 jam untuk menghasilkan daftar nama tim
kegiatan konsultasi.
3) Petugas melaporkan hasil pembentukan tim
konsultasi kepada satuan pelaksana pembinaan
sosial,
4) Satuan pelaksana pembinaan sosial menelaah
hasil pembentukan tim kegiatan konsultasi,
jika setuju dilanjutkan, jika tidak setuju akan
dikembalikan kepada petugas untuk diperbaiki,
41
5) Tim melakukan koordinasi dan persiapan
pelaksanaan kegiatan dan tempat konsultasi
degan batas waktu 3 hari dan menghasilkan
materi atau bahan dan jadwal kegiatan
kosultasi.
6) Tim melaksanakan kegiatan konsultasi,
kegiatan berlangsung 60 menit per WBS dan
keluarga dan selama proses konsultasi
menghasilkan daftar nama WBS dan keluarga,
foto kegiatan, kelengkapan laporan selama
konsultasi.
7) Tim membuat draf awal laporan kegiatan
konsultasi dengan batas waktu selama 3 hari.
8) Tim menyerahkan draf awal laporan kegiatan
kepada satuan pelaksana pembinaan sosial,
9) Satuan pelaksana pembinaan sosial memeriksa
draf awal laporan kegiatan konsultasi, jika
setuju diserahkan ke petugas untuk
didokumentasikan, jika tidak setuju
dikembalikan kepada tim untuk
dilengkapi/diperbaiki,
10) Satuan pelaksana pembinaan sosial
memerintahkan petugas untuk
mendokumentasikan laporan kegiatan
konsultasi,
11) Petugas mendokumentasikan laporan kegiatan
konsultasi.
42
Gambar 3.1
Konsultasi Keluarga
Sumber : Hasil Observasi, 22 Januari 2018
Sedangkan program home visit adalah program
yang dilakukan PSBR Taruna Jaya II untuk mengetahui
keberadaan keluarga WBS, mengetahui latar belakang
keluarga WBS. Home visit dilakukan ketika pendamping
menilai perlu atau tidaknya dilakukan home visit untuk
mengetahui keberadaan keluarga WBS. Tujuan home visit
untuk mengetahui ada masalah apa dengan anak
dikeluarga, lalu bagaimana hubungan dengan
keluarganya. Selain itu, tujuan lain dari home visit ialah
menyampaikan perkembangan anak selama proses
rehabilitasi terhadap keluarga WBS, dan membuat
kesepakatan atau persetujuan untuk kelanjutan masa
depan anak, apakah anak ingin disalurkan ke tempat kerja
atau dikembalikan ke keluarga.[3]
43
H. Fasilitas Panti Dalam Memberikan Konseling
Keluarga
1) Luas Tanah : 33.030 M2
2) Luas Bangunan : 3.928 M2
3) Kapasitas Tampung : 200 orang
4) Bangunan Panti meliputi :
a) Ruang Kantor
b) Aula
c) Asrama
d) Ruang Ibadah, Musholla/ Masjid
e) Ruang Makan
f) Ruang Konseling
g) Ruang Adaptasi
h) Ruang Identifikasi
i) Ruang Bimbingan
j) Ruang Perawatan
k) Ruang Klinik
5) Prasarana dan Sarana Penunjang, meliputi:
a) Perlengkapan poliknik
b) Perlengkapan Ibadah
c) Kendaraan Operasional/Dinas:
Roda empat : 1 (satu) unit (Ambulan)
Roda dua : 1 (satu) unit
44
45
BAB IV
HASIL TEMUAN
Berdasarkan hasil temuan lapangan bentuk dukungan
sosial keluarga terhadap anggota keluarga warga bina sosial
penyalahguna NAPZA di PSBR Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI
Jakarta dari Oktober 2017 s.d Mei 2018, dapat diperoleh suatu
informasi bentuk dukungan sosial keluarga terhadap anggota
keluarga warga bina sosial penyalahguna napza di PSBR Taruna
Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.
A. Pelaksanaan Program Rehabilitasi di PSBR Taruna
Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta
1. Standar Pelayanan Rehabilitasi
Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas
Sosial DKI Jakarta sebagai institusi pelayanan publik
berupaya untuk dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat dengan mutu atau kualitas yang baik,
sehingga pelayanan dalam bentuk Rehabilitasi sosial
berperan dalam permberdayaan sosial dan pelayanan
khusus kepada Warga Binaan sosial (WBS)/Orang dengan
masalah sosial.
Dalam memberikan pelayanan rehabilitasi terdapat
standar pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh PSBR
Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta yang meliputi:
46
a) Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi,
persyaratan administrasi, dan penempatan dalam
panti.
Tahapan pertama bagi WBS untuk bisa
mendapatkan pelayanan rehabilitasi di panti harus
melalui proses registrasi dan memenuhi
persyaratan administrasi. Jika persyaratan
administrasi sudah terpenuhi, maka WBS akan
ditempatkan kedalam asrama sesuai ketentuan.
Penempatan asrama bagi WBS terbagi menjadi 4
kategori, yaitu:
1) Primary (Teraupeutic Community)
WBS hasil rujukan/penerimaan dari
PSBI Bangun Daya 1 dan 2 sebagai
pembinaan awal setelah dilakukan
sosialisasi program dan internalisasi
selama maksimal 1 (satu) minggu di
Ruang Adaptasi.
WBS dengan klasifikasi anak Jalanan,
anak Punk, maupun Anak titipan
keluarga/ IPWL untuk mendapatkan
treatment/ program sebelum naik ke
Re-Entry.
Masa Pembinaan/treatment di Primary
minimal 3 s/d 4 bulan atau melihat
kondisi perkembangan WBS.
47
Gambar 4.1
Asrama Primary
Sumber : Hasil Observasi, 01 Februari 2018
Proses pengajuan WBS yang akan naik ke Re-
Entry berdasarkan hasil musyawarah/ pertimbangan
Koordinator Konselor, Pekerja Sosial, Komandan
Piket dan mengetahui/ persetujuan Satuan Pelaksana,
Pelayanan Sosial / Pembinaan Sosial.
2) Re-Entry 1
Tempat bagi WBS yang dapat dan bisa
menjadi Role Model
(panutan/contoh/teladan) bagi WBS
lainnya.
WBS yang dapat diandalkan prilaku,
sikap, nilai-nilai pribadinya,
integritas/kepribadian untuk dapat
berkembang dan berubah lebih baik.
48
Pernah menjadi Chief/ Head di Asrama
lain baik Primary maupun Re-Entry.
Dapat diikutsertakan dalam
pelatihan/pembinaan/ kegiatan lomba/
kegiatan luar lainnya ke luar PSBR
Taruna Jaya II khusus klien/ WBS yang
didakan Dinas Sosial maupun
Kemensos ataupun BNN .
Dapat diusulkan dan direncanakan
sebagai pendamping WBS jika telah
mengikuti Pelatihan Dasar Pendamping
WBS (masa training).
Dapat dilatih program-program
pembinaan, treatment,
kepemimpinan/leadership,
kemandirian, tanggung jawab,
kedisiplinan, dan wawasan buat
inspirasi/ motivasi WBS lainnya
(Outbound, dll).
Jika sudah mendapat pembinaan di Re-
Entry 1 minimal 6-12 bulan dapat
diberikan tanggung jawab (masa
percobaan) sebagai pendamping WBS
di Re-Entri 2 atau 3.
3) Re-Entry 2
Merupakan WBS hasil tingkatan dari
Primary/ TC yang telah mendapatkan
49
report (laporan) perkembangan dari
Konselor/ Pekerja Sosial.
WBS secara Fisik, Mental Spritual,
Sosial, Psikologis dan Prilaku yang
baik berdasarkan raport perkembangan.
Adanya Pendampingan dari Konselor
dan Pendamping.
Mengikuti kegiatan
Keterampilan/Vokasional.
WBS mengikuti semua program yang
ada di Panti.
Adanya WBS klasifikasi WBS dari
hasil penertiban/ razia (Anak Jalanan/
Punk) dan yang masih terapi obat
(Berobat jalan RSKD Duren Sawit).
Adanya raport perkembangan WBS.
Bagi WBS yang melakukan
pelanggaran berat dapat dikembalikan
ke ruang Adaptasi dan atau Primary/
TC.
Bagi WBS yang bagus
perkembangannya dapat dimasukkan
ke Re-Entry 1.
4) Re-Entry 3
Secara umum merupakan WBS yang
masih dalam perawatan/ pengobatan
50
dari Dokter Psikiater RSKD Duren
Sawit (masih minum obat Psikotik/
terapi medis).
Mengikuti semua program yang ada di
Panti baik itu Morning Meeting, PBB,
Bimbingan Kedisplinan, Bimbingan
Mental Spiritual/ Agama Islam,
Bimbingan Kadarkum, Bimbingan
Olahrga ( Futsal/ senam ), Bimbingan
Kesenian, Bimbingan Ketrampilan/
Vokasional, Bimbingan Konseling
Individu, bimbingan Sosial Kelompok/
Statis Group, Pengajian malam Jum‟at.
Adanya Laporan Perkembangan WBS
tiap hari/ minggu/ bulan secara
menyeluruh.
Adanya Group piket untuk kebersihan
dan aktivitas sehari-hari di sekitar
asrama dengan pendamping konselor.
Setiap Asrama/ kamar terdiri 10-11
orang WBS dengan didampingi
konselor.
Adanya Job Function setiap WBS
(Chief, Head, Ekspeditor, Ramrod,
Crew) untuk pembagian tugas agar
berjalan sesuai tugas yang diberikan
seperti Departement House Keeping,
51
Gastronomi, Laundry, Landscape/
taman.
Diupayakan WBS hasil penerimaan
dari Keluarga (IPWL).[1]
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis
menyimpulkan bahwa setiap calon WBS harus memenuhi
persyaratan administrasi sehingga calon WBS tersebut
tercatat dalam data PSBR Tarua Jaya II yang kemudian
oleh panti WBS tersebut akan ditempatkan di asrama
sesuai dengan ketentuan.
b) Pelaksanaan pendekatan awal meliputi, observasi,
identifikasi, motivasi, dan seleksi.
Dalam melakukan observasi dan
identifikasi terhadap WBS, pekerja sosial
menggunakan form 12 untuk menggali dan
menganalisa rencana rehabilitasi yang akan
diberikan terhadap WBS.
Seperti yag disampaikan oleh Bapak Joko
selaku Pekerja Sosial di PSBR Taruna Jaya II:
“Disini ada formulir baku (form
12), disitu ada aspek bpss lalu kita gali,
rencana apa yg akan kita berikan, analisa
kebutuhan yang mereka butukan.”[24]
52
Gambar 4.2
Pendataan WBS
Sumber : Hasil Observasi, 26 Januari 2018
c) Pelaksanaan assesmen meliputi penelaahan,
pengungkapan, dan pemahaman masalah dan
potensi.
Dalam tahapan selanjutnya WBS akan
bersosialisasi terhadap lingkungan di panti dan
mendapatkan pembinaan selama di panti. Selain
itu pekerja sosial dan atau pendamping bersama-
sama mengawasi dan merencanakan pembinaan
yang tepat bagi WBS dalam mengembangkan
minat dan bakatnya. Hal ini seperti yang
dijelaskan oleh Bapak Joko Selaku Pekerja Sosial
di PSBR Taruna Jaya II:
“Disini kita juga menerapkan masa
orientasi, setelah WBS melakukan
pembinaan di primary kita turunkan di
53
bimbingan vokasional tapi kita ikut
sertakan sehari ikut mobil, sehari ikut
motor, dan yang lainnya sehingga WBS
bisa menentukan mana sih yang cocok
sesuai dengan minat dan bakat.”[24]
“Ada yang langsung dan tidak
langsung, yang langsungnya itu bentuk
motivasi dan konseling. Setiap WBS itu kan
mendapatkan pendamping, fungsi
pendamping itu sendiri untuk memberikan
konsultasi kepada WBS ketika dia
mengalami kesulitan selama mengikuti
program disini. Kita asah si anak ini untuk
bisa disalurkan sesuai dengan minat dan
bakatnya, misal minatnya di bengkel.”[24]
54
Gambar 4.3
Assesmen WBS
Sumber : Hasil Observasi, 27 Januari 2018
d) Pelaksanaan pembinaan dan bimbingan
Tahapan selanjutnya WBS akan
mendapatkan pembinaan dan bimbingan meliputi:
Bimbingan Sosial, Bimbingan Mental Spiritual,
Pembinaan Fisik, Bimbingan Psikologis, Pelatihan
Ketrampilan meliputi (montir mobil, motor, las,
elektronika dan mix farming). Seperti yang
disampaikan oleh Bapak Joko selaku Pekerja
sosial di PSBR Taruna Jaya II:
“Pertama motivasi, pendidikan,
psikis, pengubahan perilaku dan sikap,
bimbingan rohani, pengembangan minat
dan bakat serta vokasional. Pbk
berdasarkan assesment minat dan bakat
55
wbs, disini ada 4 keterampilan las, motor,
mobil, elektro.”[24]
Seperti juga yang disampaikan oleh WBS
F dan WBS RR:
“Disini mah banyak kegiatannya,
kalo pagi ada morning meeting, kadarkum,
terus siang kita ada pelatihan, ada empat
pelatihannya, motor, mobil, ngelas, sama
elektro. Cuma kalo saya mah milihya
ngelas bang.”[25]
“saya disini ikutnya kelas ngelas,
selain ngelas ada mobil, motor, sama
elektro. Terus selain itu kegiatannya kalo
pagi beda-beda hari senin morning
meeting, kamis kadarkum, minggu
olahraga, terus shalat dhuha setiap
pagi.”[26]
Berdasarkan informasi diatas bimbingan
sosial yang didapatkan WBS disini berupa
morning meeting, bimbingan spiritual berupa
shalat dhuha berjamaah, bimbingan psikologis
berupa konseling, pembinaan dan pelatihan yang
diberikan berupa kadarkum (kelompok kesadaran
56
hukum) dan pelatihan 4 keterampilan (montir
mobil, motor, las dan elektro).
Gambar 4.4
Kegiatan Kadarkum
Sumber : Hasil Observasi, 25 Januari 2018
e) Pelaksanaan resosialisasi meliputi praktek belajar
kerja/ magang dan pelaksanaan reintegrasi dalam
bentuk kunjungan rumah, outing dan rekreasi.
Pada tahapan ini WBS yang telah
mendapatkan pembinaan dan keterampilan akan
dipertimbangkan oleh panti untuk diberikan
kesempatan kerja/magang diluar panti. “iya
setelah mereka mendapatkan pelatihan dan
pembinaan maka panti akan mempertimbangkan
apakah sudah siap untuk bekerja dimasyarakat
kembali.”[27]
57
Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan setelah mendapatkan pembinaan yang
cukup dan keterampilan yang mumpuni, maka
WBS akan diberikan kesempatan untuk
bekerja/magang ditempat-tempat yang sudah
bekerja sama dengan PSBR Taruna Jaya II.
Gambar 4.5
Praktek Belajar Kerja
Sumber : Hasil Observasi, 29 Januari 2018
f) Pelaksanaan penyaluran meliputi: kembali ke
keluarga, bekerja dan bina lanjut /after care.
Setelah WBS mampu untuk mandiri maka
panti akan memberikan dua pilihan terhadap WBS
yaitu kembali ke keluarga atau hidup secara
mandiri di dunia usaha. Seperti yang disampaikan
oleh Bapak Joko Pekerja sosial di PSBR Taruna
Jaya II:
58
“Setelah mereka mengikuti
kegiatan vokasional disini, kita sebagai
pendamping berkoordinasi dengan
bengkel-bengkel yang ada disekitar
tangerang selatan untuk menyalurkan si
anak yg notabennya untuk penyaluran ke
usaha kemandirian. Disini penyaluran ada
2, ke dunia usaha dan keluarga.”[24]
Berdasarkan hasil informasi yang penulis
dapatkan dapat disimpulkan bahwa pelayanan
rehabilitasi yang diberikan PSBR Taruna Jaya II
yaitu berfokus pada pemberian pembinaan
keterampilan sesuai dengan bakat dan minat WBS
sehingga WBS dapat mandiri dan siap untuk
kembali ke masyarakat.
B. Sasaran program
Dalam pelaksanaan pelayanan program rehabilitasi
PSBR Taruna Jaya II hanya melayani WBS yang sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan. Sasaran yang
ditentukan yaitu Remaja laki-laki usia 13 Tahun ke atas
berdomisili di Jabodetabek dan merupakan hasil
penertiban oleh instansi terkait antara lain Polda Metro
Jaya, Satpol PP, Dinas Perhubungan, Rujukan Masyarakat
dan putusan Pengadilan. Seperti yang disampaikan oleh
Bapak Joko Pekerja Sosial di PSBR Taruna Jaya II:
59
“Iya kita disini hanya menerima anak,
remaja dan pemuda laki-laki berusia 13 tahun
keatas yang bermasalah sosial dan merupakan
hasil penertiban biasanya dari Satpol PP sama
Polres DKI”[24]
C. Dukungan Sosial Keluarga di PSBR Taruna Jaya II
1. Dukungan Informatif
Dukungan informatif di PSBR Taruna Jaya II
terhadap WBS terbagi menjadi 3 aspek, diantaranya:
a. Menyediakan Media Informasi Bagi WBS dan
Keluarga
Dukungan informatif merupakan suatu bantuan
informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh
seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan
yang dihadapi.[4] Dalam hal ini, dukungan informatif
yang diberikan oleh PSBR Taruna Jaya II terhadap
WBS diantaranya:
Keluarga maupun WBS mendapatkan kemudahan
dalam menerima informasi melalui telepon ataupun
melalui akses facebook dan e-mail yang diberikan
oleh Panti sehingga WBS dapat berkomunikasi
dengan anggota keluarganya ataupun sebaliknya.
Seperti yang di sampaikan oleh Bapak Kurniawan,
selaku Pekerja sosial PSBR Taruna Jaya II:
60
“Bila wbs ingin komunikasian
dengan keluarga yang ada dirumah, panti
menyediakan telepon kantor dan akses ke
facebook untuk mempermudah komunikasi
antara wbs dan keluarganya. WBS tinggal
bilang ke pembimbing bila ingin
menghubungi keluarganya, nanti
pembimbing dari panti akan
menyediakannyaa.”[27]
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa PSBR
Taruna Jaya II telah memberikan solusi bagi para
WBS untuk mendapatkan informasi dengan
menggunakan fasilitas yang tersedia di Panti yaitu
menggunakan telepon kantor ataupun dapat
mengakses internet seperti facebook.
1) Akses melalui Telepon Kantor
Dalam melakukan komunikasi antara
keluarga dengan WBS, maka telepon kantor dapat
menjadi salah satu alternatif untuk pihak keluarga
mendapatkan informasi. Hal ini seperti yang
disampaikan oleh Bapak Kurniawan selaku
pekerja sosial di PSBR Taruna Jaya II:
“yang pertama kalau mereka punya
telpon kita hubungi, lalu kita check and
61
recheck untuk mengabari bahwa salah satu
keluarganya di panti, selain itu kalo anak-
anak ada yang mau menghubungi
keluarganya, ya kita izinin pake telepon kantor
atau pengasuh.”[27]
Hal ini diperjelas dengan pernyataan
Keluarga WBS bernama Ibu WW selaku
keluarga dari WBS AK dan Bapak S selaku
keluarga dari WBS R:
“iya saya dapat kabar dari orang panti
kalo dia ada disini. Biasanya sih kalo saya
gak sempet jenguk atau dia minta dijenguk
biasanya sih nelpon pake hape pengasuh-
pengasuh disini.”[28]
“saat itu saya di telpon kalau anak ini
ada di panti ini, pada saat di panti saya
tanya kenapa dia ada disini”[29]
Penggunaan akses telpon tentu saja sangat
dibutuhkan bagi para WBS agar tetap bisa
selalu berkomunikasi dengan keluarganya.
Keluarga juga dimudahkan dengan adanya
fasilitas ini dikarenakan dapat selalu
mengetahui kondisi terkini anggota
62
keluarganya yang sedang melakukan
pembinaan di PSBR Taruna Jaya II
2) Facebook
Gambar 4.6
Beranda facebook PSBR Taruna Jaya II
Sumber : Hasil Penelitian, 11 Maret 2018
Selain melalui telepon kantor, media
informasi yang dapat digunakan keluarga yaitu
melalui facebook PSBR Taruna Jaya II. Disini
keluarga bisa bertukar informasi tentang
pengalaman dan perkembangan WBS dalam
mendapatkan pelayanan rehabilitasi. Keluarga
dapat memberikan dukungannya tanpa harus
selalu mendatangi panti, dengan menggunakan
media sosial tersebut keluarga dapat memantau
WBS selama melaksanakan proses rehabilitasi.
63
Seperti yang disampaikan oleh Bapak
Kurniawan selaku pekerja sosial di PSBR
Taruna Jaya II:
“para wbs disini bisa
mengakses facebook untuk terus
berhubungan dengan keluarga
selain melalui telepon, mereka bisa
menggunakan facebook panti jika
ingin minta dikunjungi oleh
keluarganya tetapi harus ikut
syarat yang saya tentukan misalnya
baca iqra, mengaji, atau hafalan
surat-surat pendek, biar itung-itung
mereka sekalian belajar. Satu
orang dikasih waktu 5 menit
soalnya ganti-gantian sama yang
lain.”[27]
Hal ini juga dapat terlihat dari
pernyataan Ibu M selaku keluarga dari WBS
RR:
“dia kan ngirim pesan lewat
facebook ke kakaknya, ngasih tau
kalo dia lagi sakit, saya datang deh
kesini ngunjungin dia.”[30]
64
Dari kedua pemaparan diatas dapat terlihat
bahwa dengan adanya media sosial facebook
sangat membantu dan mempermudah
pemberitahuan informasi kepada keluarga.
Apalagi tempat tinggal keluarga yang jauh dari
panti menjadi kendala tersendiri bagi keluarga
untuk selalu mengetahui tentang kondisi keadaan
anaknya yang menjadi WBS di PSBR Taruna Jaya
II. Facebook juga dapat menjadi tempat bercerita
keluh kesah WBS di panti kepada keluarganya.
Seperti yang diungkapkan oleh WBS RR:[26]
“kan ibu tau keadaan saya
dari facebook, disitu saya ngasih
tau keadaan saya aja di panti kaya
gimana. Kalau ibu lagi sempet
berkunjung ke panti ya ngobrol aja
sama nanya keadaan”
Adanya media sosial facebook sebagai
fasilitas dukungan informatif dalam penyediaan
media informasi sangat membantu dalam hal
penjalinan komunikasi antara WBS dengan
keluarga. facebook menjadi alat bagi WBS
bercerita tentang segala keadaannya di panti
sehingga kendala jarak tidak lagi menjadi masalah
65
dalam hal memberikan informasi terkait
perkembangan dan keadaan WBS di panti.
3) Email
Email juga bisa menjadi media komunikasi
lain antara PSBR Taruna Jaya II dan Keluarga.
Email PSBR Taruna Jaya II yaitu
4) Surat
PSBR Taruna Jaya II juga menyediakan
surat pengantar supaya keluarga tetap dapat
mengetahui perkembangan WBS selama
mengikuti proses pelayanan di panti. Berikut
merupakan contoh surat yang digunakan panti
untuk diberikan kepada keluarga WBS.
66
Gambar 4.7
Contoh surat pengantar
Sumber: Hasil Penelitian, 26 Februari 2018
Dari informasi diatas menerangkan bahwa
panti tetap menjamin jalannya komunikasi
antara WBS dan keluarganya melalui surat
pengantar sehingga keluarga dapat mengetahui
tentang keberadaan anggota keluarganya di
panti dan megetahui segala aktivitas yang
dilakukan WBS selama di Panti. Seperti
pemaparan dari Bapak Kurniawan selaku
pekerja sosial di PSBR Taruna Jaya II:[27]
“Kalau kita ingin tahu latar
belakang wbsnya maka
67
keluarganya kita hubungi lewat
telpon, kalau dia ga hafal
nomornya ya kita cari tahu
alamatnya, terus kita kirimin surat
pengantar ke alamatnya, ga lupa
juga kita taro foto WBS di suratnya
biar keluarganya yakin kalo
anaknya emang ada di panti”
Adanya surat pengantar sangat bermanfaat
bagi keluarga wbs yang tidak memiliki akses
telpon maupun facebook. surat pengantar
berfungsi supaya keluarga untuk tetap saling
berkomunikasi dengan WBS selama menjalani
proses rehabilitasi.
b. Pemberian Nasihat Bagi WBS
Bentuk dukungan sosial lain dalam aspek
informatif yaitu dengan pemberian nasihat kepada
WBS yang dilakukan oleh keluarga maupun pihak
panti. Hal ini disampaikan oleh Bapak Joko, selaku
pekerja sosial PSBR Taruna Jaya II:
“iya dalam memberikan pelayanan
kepada wbs selain memberikan motivasi,
disini kita juga memberikan nasihat-
68
nasihat, saran-saran untuk mengarahkan
wbs ke arah yang lebih baik.”[24]
Adapun dukungan sosial keluarga yang
senantiasaa memberikan nasihat terhadap WBS. Salah
satunya yang dilakukan Bapak S, selaku keluarga dari
WBS R di PSBR Taruna Jaya II:
“ya kita kasih nasihat ke anak ini,
supaya mengikuti semua kegiatan yang
diterapkan oleh panti agar disiplin dan
bersikap sopan” [29]
Dari kutipan diatas diketahui bahwa pemberian
dukungan informatif dari aspek pemberian nasehat
baik dari panti dan keluarga sangat penting dalam
memberikan dukungan terhadap WBS agar mereka
dapat memperbaiki perilaku dan sifat mereka menjadi
lebih baik dari kehidupan yang sebelumnya. Tidak
hanya itu, pemberian nasihat yang dilakukan oleh
oang tua membuat WBS merasa di anggap dan lebih
efektif dalam menjalakan kegiatan di Panti. Salah
satunya yaitu sesuai dengan observasi yang dilakukan
oleh Peneliti dalam melakukan penelitian di PSBR
Taruna Jaya II:
“Peneliti melihat seorang anak yang
sedang dikunjungi oleh Ibu nya di panti.
69
Didalam percakapannya, Ibunya
mengatakan : nak, jangan nakal, baik-baik
disini, ikutin kegiatan disini. Nanti kalau
kamu udah keluar dari sini kan bisa bantu
mamah, setidaknya kan punya keahlian nak
buat kamu nanti. (sambil merangkul
anaknya)”[31]
Dalam kejadian tersebut, dapat digambarkan
bahwa seorang Ibu tidak akan meninggalkan anaknya
dalam keadaan susah. Sehingga dukungan yang
seperti ini membuat WBS merasa dihargai dan masih
merasa dianggap di dalam keuarga. Pemberian
nasihat yang dilakukan oleh pihak keluarga seringkali
menumbuhkan rasa semangat untuk bisa hidup lebih
baik. Adapun hal yang disampaikan oleh Ibu R saat
melakukan kunjungan kepada WBS F di PSBR
Taruna Jaya II:
“ya kita sambil ngobrol aja mas seperti
biasa, terus nasihatin dia supaya pikirannya
tenang ga kepiran dunia yang dulu lagi,
supaya dia nya juga tenang dan serius di
panti. Supaya nanti dia keluarkan ga
ngulagin kaya dulu lagi mas.”[31]
70
Sesuai dengan pernyataan ibu R saat melakukan
kunjungan bahwa dirinya memberikan pengertian
terhadap anaknya untuk mengikuti proses pembinaan
di PSBR Taruna Jaya II ini dengan pikiran yang
tenang.
Berdasarkan informasi diatas penulis
menyimpulkan bahwa pemberian nasihat sangat
dibutuhkan dalam memberikan dukungan terhadap
WBS karena dengan pemberian nasihat maka WBS
dapat merasakan dukungan yang diberikan oleh
keluarganya. Hal ini berdampak pada rasa percaya
diri dan perubahan ke arah yang positif bagi WBS
seperti pemaparan dari WBS AS:[32]
“biasanya sih ngobrol-
ngobrol aja sama orangtua, dikasih
nasihat dibilangin jangan bandel
kaya dulu, terus disuruh belajar
yang bener, ambil ilmu disini
sebanyak-banyaknya.”
c. Melakukan Home Visit
Dalam memeberikan informasi terkait
dengan keadaan anak di Panti, maka pihak dari
PSBR Taruna Jaya II melakukan Home Visit ke
rumah WBS untuk menemui pihak keluarga dan
71
memberi informasi bahwa anak tersebut berada di
panti. Seperti yang disampaikan oleh Bapak
Kurniawan dan Bapak Joko, selaku pekerja sosial
di PSBR Taruna Jaya II:
“iya, ada kasus waktu itu. Anak ini
di razia waktu itu didaerah Jakarta Barat
di ketangkep sama DISHUB waktu anak itu
mau trek-trekan motor mas. Nah motornya
di bawa DISHUB buat diamanin, anak ini
di bawa ke Panti Kedoya waktu itu terus di
bawa ke sini untuk proses pembinaannya.
Nah, untuk ngehubungi atau ngasih kabar
ke orang tuanya waktu itu susah, karna
pas di tanya ada no telpon yang bisa di
hubungi ga? Jawabannya engga, yaudah
kita tanya alamatnya mas, nah disitu kita
melakukan home visit untuk ngasih tau
pihak keluarga kalau anaknya ada di panti
kami.”[27]
“Home visit dilakukan sesuai
kebutuhan dan tak menentu, dalam arti tak
menetu itu bahwa kiranya dari penilaian
para pendamping apakah perlu anak ini
dilakukan home visit, bila perlu ya kita
majuin kalo kiranya dia memiliki masalah
di panti atau ingin menyampaikan
72
perkembangan dan ingin mengetahui
keberadaan keluarganya ya pasti kita
home visit.”[24]
Dalam hal ini, PSBR Taruna Jaya II
melakukan home visit untuk menyampaikan
informasi terkait dengan kondisi WBS yang
berada di Panti, juga menerangkan terkait dengan
latar belakang WBS di tempatkan di panti untuk
melakukan proses pembinaan di panti PSBR
Taruna Jaya II tersebut. Hal tersebut sangat
penting bagi keberlangsungan dalam proses
pembinaan di Panti. Seperti yang di katakan oleh
Bapak Kurniawan, selaku Pekerja Sosial di PSBR
Taruna Jaya II:
“jadi gini mas, kenapa dukungan
keluarga ini penting banget buat WBS,
karena waktu itu ada seorang anak yang
terjaring sama petugas terus dia pengen di
jenguk keluarganya, terus kita tanya juga
kan ke WBS ini, dia ada nomor yang bisa
dihubungi atau engga, atau punya media
sosial gitu, terus dia bilang ga punya, tapi
dia ngasih alamatnya, minta tolong jemputin
mamahnya waktu itu. Yaudah kita sebagai
Peksos yang memang punya tugas itu
yaudah kita datang kerumahnya buat kasih
73
informasi terus kita kasih tau kalau anaknya
ada di panti dan pengen banget ketemu sama
ibu”[27]
Dari penjelasan diatas bahwa dalam proses
pembinaan dan juga rehabilitasi tidak semata-mata
menjadi tanggung jawab seorang Pekerja sosial di
panti melainkan semua pihak harus saling bekerja
sama untuk keberhasilan dalam proses pembinaan
tersebut. Dengan cara memberikan dukungan secara
langsung kepada WBS. Adapun dukungan langsung
yang diberikan kepada WBS oleh pihak keluarga
sebagai berikut:
“iya, waktu itu ada orang panti ngasih
tau kita, kalo anak kita ada di panti. Terus
mina kita buat dateng jenguk anak di panti.
Awalnya sih agak bingung kok bisa ada
dipanti, tapi pas dijelasin yah agak sedikit
kesel, sedih juga mas, kok bisa kaya gini.
Yaudah kita jenguk anak kita ke panti, waktu
itu kita langsung ikut bareng sama pihak
panti pergi ke panti.”[33]
Dalam hal ini, penyampaian informasi secara
langsung melalui kegiatan home visit terhadap
74
keluarga WBS lebih efektif untuk memberikan
dukungan bagi keluarga terhadap WBS. Home visit
dilakukan untuk mengetahui keberadaan keluarga
wbs, memberitahukan kepada keluarga jika salah satu
anggota keluarganya ini ada di panti, dan mengetahui
latar belakang si anak melalui kunjungan kerumah
keluarganya.
2. Dukungan Emosional
Dukungan Emosional di PSBR Taruna Jaya II
terhadap WBS terbagi menjadi 3 aspek, diantaranya:
a. Empati
Dukungan emosional merupakan suatu dukungan
yang memberikan dukungan dalam bentuk empati.[4]
Dalam memberikan pelayanan sosial terhadap WBS
tentu diperlukan rasa empati yang diberikan PSBR
Taruna Jaya II dan keluarga WBS selama proses
rehabilitasi. Seperti yang disampaikan oleh Bapak
Febriyan Joko Laksono selaku Pekerja Sosial di PSBR
Taruna Jaya II:
“Sebagai orang sosial tentu rasa
kepedulian dan empati menjadi dasar
dalam memberikan pelayanan untuk
masyarakat. Sedangkan dalam proses
rehab itu sendiri selain memberikan
75
motivasi kita juga harus memberikan
perhatian, ketulusan, supaya para wbs itu
memahami apa yang kita berikan. Jadi
mereka paham kalo apa yang kita lakukan
baik untuk mereka.”[24]
Dalam hal ini PSBR Taruna Jaya II memberikan
rasa empati dengan cara memberikan pendampingan
serta konseling. Pekerja sosial sebagai pendamping
WBS didalam kegiatan konseling mendengarkan dan
merasakan keluh kesah para WBS. Hal ini
disampaikan oleh Bapak Joko, selaku pekerja sosial di
PSBR Taruna Jaya II:
“dalam menjalin kedekatan dengan
WBS, para pendamping disini memberikan
konsultasi dan motivasi ketika si WBS ini
mengalami kesulitan dalam arti
permasalahan yang ada dari diri dia
sendiri selama mengikuti program
disini.”[24]
76
Gambar 4.8
Ruang Konseling
Sumber : Hasil Observasi, 25 Januari 2018
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh
Bapak Joko, bahwa pekerja sosial mendampingi para
WBS untuk mendapatkan hal yang lebih baik. Salah
satunya dengan memberikan konsultasi dan motivasi
bagi WBS dalam meyelesaikan permasalahan ataupun
kesulitan yang dialami oleh WBS selama mengikuti
program di PSBR Taruna Jaya II. Keluarga juga
merasakan dampak positif dengan adanya konseling
keluarga seperti yang diungkapkan oleh Ibu M selaku
keluarga dari WBS RR dan Ibu WW selaku keluarga
dari WBS AK:
“ngobrol-ngobrol ke pembimbing
juga gimana-gimananya dia, ya disitu
saling cerita lah, pembimbing juga
77
memberitahu perkembangan anak saya
selama di panti”[30]
“Kalo tiap kesini pasti dikasih
waktu dulu berdua sama dia (WBS), baru
nanti kita ngobrol sama bapak-bapak di
pantinya itu loh, mas.”[28]
Konseling bermanfaat untuk pemecahan masalah-
masalah yang ingin diselesaikan dan menemukan
jalan keluarnya secara bersama-sama. Didalam
konseling keluarga semua pihak dapat menyampaikan
segala keluh kesah yang dialami agar saling
mengetahui isi hati antara satu orang dengan orang
lainnya. Didalam konseling keluarga pihak panti
dapat menyampaikan perubahan-perubahan positif di
diri WBS. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dermi
selaku satuan pelaksana pelayanan sosial:[34]
“Ada juga konsultasi keluarga, kita
biasanya ga didepan anaknya (wbs),
anaknya kita suruh masuk ke dalem dulu
terus kita ngobrol-ngobrol, kalau ada
masalah yang ingin diselesaikan ya kita
selesaikan secara bersama-sama, kita cari
jalan keluarnya bersama. Kita juga suka
menyampaikan segala keluh kesah yang
dialami wbs ke keluarganya hal itu
78
dilakukan supaya keluarganya juga tahu
isi hati anaknya tuh ke keluarganya kaya
gimana, dalam konsultasi keluarga kita
juga ngasih tahu perubahan-perubahan
positif di diri wbs kaya misalnya dulu
gapernah sholat tapi disini mulai rajin
sholatnya.”
Berdasarkan pemaparan diatas terlihat bahwa
kegiatan konsultasi atau konseling keluarga dilakukan
sebagai bentuk pertemuan antara keluarga dengan
pihak panti dimana dalam pertemuan tersebut pihak
keluarga dengan panti dapat saling memberikan
masukan-masukan dengan tujuan agar WBS yang
dibina dapat diarahkan menjadi orang yang lebih baik
dari sebelumnya.
b. Perhatian
Salah satu kegiatan lain yang sering dilakukan di
PSBR Taruna Jaya II yaitu kegiatan Morning Meeting.
Dimana kegiatan tersebut kegiatan rutin yang
dilakukan oleh Panti dalam memberikan bentuk
perhatian kepada setiap WBS dengan cara berkumpul
bersama membicarakan permasalahan yang dihadapi
oleh setiap WBS di PSBR Taruna Jaya II.[31] Hal
tersebut pun dipertegas dengan penjelasan yang
79
disampaikan oleh Bapak Joko, selaku Pekerja Sosial
di PSBR Taruna Jaya II:
“ya, jadi kita punya program atau
kegiatan untuk memberikan WBS
kesempatan untuk megungkapkan
pendapat secara bersama-sama yaitu
kegiatan morning meeting. Jadi kegiatan
ini tuh, membuat wbs dengan pendamping
ataupun WBS dengan WBS lainnya dapat
beradaptasi dan juga bisa menjadi
pendengar bagi setiap permasalahan yang
dialami oleh WBS serta memberikan
kenyamanan bagi WBS untuk tinggal di
Panti.” [24]
Gambar 4.9
Kegiatan Morning Meeting
Sumber: Hasil Observasi, 12 Februari 2018
80
Upaya yang dilakukan PSBR Taruna Jaya II dalam
memberikan rasa nyaman kepada setiap WBS pun
ditanggapi dengan senang hati oleh setiap WBS. Hal
tersebut diperjelas dengan keterangan yang
disampaikan oleh RR, WBS di PSBR Taruna Jaya II:
“Awalnya merasa jenuh, dan mau
pulang mulu, tapi lama-lama jadi bisa
menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan
yang lain. Ya salah satunya ya itu waktu
ada kegiatan kumpul-kumpul itu. Jadi kita
saling kenal dan juga saling terbuka satu
sama lainnya”. [26]
Berdasarkan pernyataan tersebut perhatian dan
rasa nyaman yang diberikan para pendamping
terhadap WBS sangat memberikan dampak yang
positif. WBS dapat beadaptasi dan terbuka dalam
menjalin pertemanan dengan sesama WBS.
Rasa perhatian juga diberikan oleh keluarga
kepada anggota keluarganya di panti, rasa rindu
dengan anggota keluarga dapat ditumpahkan ketika
keluarga melakukan kunjungan ke panti. Rasa
perhatian tersebut dapat dilakukan dengan cara
memberikan sesuatu yang WBS suka dan selalu
memberikan dukungan terhadap setiap apa yang
dilakukan WBS di panti selagi itu memberikan
81
dampak yang positif bagi perubahan WBS. Seperti
yang diungkapkan oleh Ibu WW selaku keluarga dari
WBS AK:
“kalau dukungan palingan ya gitu
aja mas, saya kasih perhatian ya mas
namanya juga keluarga sendiri suka ga
tega liatnya, setiap dateng pasti suka sedih
karena kangen ya mas sama dia. Jadi ya
sama Cuma bisa ngedukung apa yang dia
lakuin disini, perhatian, bawain makan,
nasehatin agar dia ga gitu lagi. Pokoknya
saya mendukukung segala yang dia lakuin
disini selagi itu bisa buat dia berubah kan
ya, mas.”[28]
Melihat dari pernyataan diatas dapat dilihat bahwa
rasa perhatian yang diberikan keluarga sangat
dibutuhkan oleh WBS agar kelak WBS dapat fokus
dengan pembinaan yang diberikan oleh panti dan
bersungguh-sungguh menjalankan semua program
yang diberikan. Sehingga semua proses rehabilitasi
yang sudah dijalankan tidak sia-sia dan bahkan dapat
bermanfaat untuk kehidupan WBS kelak.
82
c. Cinta dan Kasih Sayang
Selain rasa empati dan rasa diperhatikan, aspek
lain yang sangat penting didalam dukungan emosional
bagi WBS yaitu cinta dan kasih sayang yang diberikan
oleh orang tua, keluarga yang lain, maupun orang-
orang yang disekitarnya. Hal ini membuat WBS
semakin merasakan rasa percaya diri, menumbuhkan
rasa aman didalam dirinya dan memiliki rasa
tanggung jawab terhadap diri sendiri dan keluarga.
Hal tesebut dijelaskan oleh WBS F ,WBS di PSBR
Taruna Jaya II:
“Suka ketika orang tua datang
kesini, bikin kita jadi percaya diri aja gitu
bang, kalo kita sebenernya masih
disayang, ada yang peduliin terus juga
ngerasa ga dibuang atau di titipin gitu aja.
Ya kaya ngerasa kalo mereka emang
sebenarnya sayang sama kita, ya gitu deh
bang.” [25]
Selain keinginan WBS itu sendiri untuk berubah,
cinta dan kasih sayang dari keluarga menjadi faktor
pendukung yang sangat penting bagi WBS. Hal ini
dikarenakan seorang WBS membutuhkan bentuk
kasih sayang lebih dan juga merasakan bahwa dirinya
83
dibutuhkan ataupun dipedulikan oleh orang-orang
terdekat mereka salah satunya yaitu orang tua mereka.
Hal tersebut di perjelas dengan keterangan yang
disampaikan oleh R, WBS di PSBR Taruna Jaya II:
“Nanti kalau udah keluar dari sini
mau kerja mencari uang bang, biar bisa
kasih uang nya sama orang tua buat
makan, bang. Kan dulu kayanya saya
gimana gitu ke orang tua, tapi sekarang
saya agak mikir bang kalo orang tua saya
sebernya sayang bang. Ya apa lagi kalau
mereka dateng jenguk kesini bang, ya
ngobrol-ngobrol aja gitu, kadang di kasih
uang buat jajan jadi seneng, bang”.[35]
Dari penjelasan di atas dapat penulis ketahui
bahwa rasa cinta dan kasih sayang yang diberikan
oleh orang tua kepada WBS membuat WBS
merasakan kepedulian kembali dari orang tuanya.
Sehingga, cinta dan kasih sayang dari keluarga sangat
berpengaruh untuk emosional WBS selama menjalani
pembinaan di PSBR Taruna Jaya II. Rasa cinta dan
kasih sayang dapat juga dikeluarkan dalam bentuk
rasa khawatir dan rasa ingin selalu tahu tentang
keberadaan anggota keluarganya di panti, seperti
84
yang diungkapkan oleh Bapak SU selaku keluarga
dari WBS AS:[36]
“yah itu kita kadang pengen tau
keadaan anak gimana disini, baik-baik aja
atau tidak. Kita sebagai orangtua kan
khawatir juga. Terus semoga ada
perubahan dari sikap dan jadi anak yang
sholeh ketika keluar dari panti”
Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa rasa cinta
dan kasih sayang orangtua akan terus melekat
terhadap anaknya sekalipun anaknya pernah berbuat
suatu hal yang mengakibatkan dia harus mengikuti
pembinaan di panti. Keluarga akan terus melakuakan
hal yang terbaik demi perubahan anggota keluarga,
keluarga akan selalu berharap bahwa anggota
keluarganya yang menjadi WBS di PSBR Taruna Jaya
II akan menjadi manusia yang berfungsi kembali di
ruang lingkup masyarakat dan dapat membawa
manfaat bagi dirinya sendiri dan orang-orang
disekitarnya.
3. Dukungan Instrumental
Dukungan Instrumental di PSBR Taruna Jaya II
terhadap WBS terbagi menjadi 3 aspek, diantaranya:
85
a. Peluang Waktu
PSBR Taruna Jaya II memberikan dukungan sosial
keluarga bagi WBS dengan cara memberikan waktu
luang bagi keluarga untuk bertemu dengan WBS
kapan saja. Hal ini dikarenakan dalam melakukan
proses rehabilitasi, waktu yang diluangkan keluarga
sangat berpengaruh penting tehadap perkembangan
WBS. Hal tersebut dipertegas dengan penyataan yang
disampaikan oleh Bapak Joko, selaku pekerja sosial
di PSBR Taruna Jaya II.
“inti dari dukungan sosial keluarga
disini sangat penting terutama untuk WBS
dalam melakukan proses rehabilitasi,
pentingnya keluarga sebagai teman
berbagi, memonitori WBS selama
mengikuti proses rehabilitasi. karena
setelah WBS sudah melaksanakan proses
rehabilitasi butuh kontrol dari keluarga,
terutama dukungan sosial itu sendiri
sangat berpengaruh penting”[24]
Maka dari itu sangat penting bagi keluarga
WBS dalam meluangkan waktu yang dimiliki
untuk menjenguk WBS di panti. Seperti yang
dilakukan oleh Ibu WW keluarga dari WBS AK
dan Ibu R keluarga dari WBS F :
86
“kalau ada waktu libur biasanya
saya sempetin dateng kesini. Bawain dia
makanan.”[28]
“saya biasanya dua minggu sekali
kesini karena kendalanya rumah saya
jaraknya jauh kesini harus naik angkot dua
kali.”[33]
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
waktu yang diluangkan keluarga sangat dibutuhkan
dan berpengaruh penting bagi WBS dalam proses
rehabilitasi. Salah satu pentingnya keluarga dalam
proses rehabilitasi tersebut yaitu, sebagai teman
berbagi, memonitoring WBS selama mengikuti proses
rehabilitasi dan juga sebagai kontrol keluarga dalam
memberikan dukungan terhadap WBS selama proses
rehabilitasi di PSBR Taruna Jaya II.
b. Bantuan Langsung
Didalam dukungan instrumental mencakup satu
aspek yaitu bantuan langsung yang diberikan ataupun
bantuan langsung yang bertujuan untuk meringankan
beban bagi WBS yang membutuhkan. [4] Bantuan
langsung yang diberikan oleh PSBR Taruna Jaya II
terhadap WBS yaitu sesuai dengan penjelasan yang
87
dijelaskan oleh Bapak Joko, selaku pekerja sosial di
PSBR Taruna Jaya II:
“Disini ada penyaluran minat dan
bakat untuk para WBS, kalau ke dunia
usaha ada empat keterampilan yang
diberikan seperti ngelas, service motor,
service mobil, elektro.”[24]
Gambar 4.10
Keterampilan Minat dan Bakat
Sumber : Hasil Observasi, 01 Februari 2018
Dari penjelasan diatas dijelaskan bahwa di PSBR
Taruna Jaya II terdapat empat keterampilan yang
dapat membantu skill WBS untuk mengembangkan
bakat dan minat sebagai bekal WBS setelah lepas dari
PSBR Taruna Jaya II. Keterampilan yang dapat
diperoleh oleh WBS diantaranya yaitu keterampilan
mengelas, memperbaiki sepeda motor dan mobil
(bengkel) dan juga elektro.
88
Selain itu, utuk menentukan bakat dan minat
WBS, PSBR Taruna Jaya II memberikan kebijakan
kepada setiap WBS untuk beradaptasi dan mencoba
setiap keterampilan yang ada di PSBR Taruna Jaya II.
“Disini kita juga menerapkan masa
orientasi, setelah WBS melakukan
pembinaan di primary kita turunkan di
bimbingan vokasional tapi kita ikut
sertakan sehari ikut mobil, sehari ikut
motor, dan yang lainnya sehingga WBS
bisa menentukan mana sih yang cocok
sesuai dengan minat dan bakat.”[24]
Dari kutipan diatas dijelaskan bahwa, dalam
penentuan minat dan bakat WBS pihak panti
memberikan peluang dan kesempatan untuk para
WBS mencoba semua keterampilan yang ada hingga
WBS merasakan nyaman dan mantap untuk memilih
keterampilan yang akan digelutinya. Setelah proses
orientasi dan mengikuti vokasional maka WBS dapat
disalurkan untuk bekerja diluar panti.
“setelah mereka mengikuti
kegiatan vokasional disini, kita sebagai
pendamping berkoordinasi dengan
bengkel-bengkel yang ada disekitar
89
tangerang selatan untuk menyalurkan si
anak yg notabennya untuk penyaluran ke
usaha kemandirian”.[24]
Dengan adanya kegiatan keterampilan minat dan
bakat yang disediakan panti membuat harapan
keluarga kepada masa depan WBS menjadi lebih
optimis. Keluarga yakin dengan ditempatkannya
anggota keluarganya di panti merupakan keputusan
yang benar sehingga keluarga tidak perlu khawatir
lagi bahwa anaknya akan terjerumus ke dunia
sebelum dia mendapatkan pembinaan di PSBR
Taruna Jaya II, seperti yang diungkapkan oleh Ibu M
selaku keluarga dari WBS RR:
“kalau saya sih ngebiarin
dia ada di panti, saya inginnya ya
dia bisa mengikuti kegiatan-
kegiatan disini, disini kan dia bisa
ikut segala macam kegiatan
daripada dijalanan gajelas
kegiatannya kan. Terus kalau saya
mikirnya positif-positif aja,
namanya disini juga dibina kan ada
pembimbingnya disini.”[30]
90
Selain dari itu, ada kegiatan lain selain penentuan
minat dan bakat. Panti memberikan pilihan bagi anak
yang ingin melanjutkan sekolah. Hal ini disampaikan
oleh Bapak Kurniawan, selaku Peksos di PSBR
Taruna Jaya II:
“iya, jadi nanti kalau anak ini ingin
sekolah atau lanjutin sekolahnya kita bisa
berkordinasi dengan pihak keluarga dan
juga pihak sekolahnya biasanya sekolah
paket ya.”[27]
Dari penjelasan diatas bahwa pihak Panti
mengoptimalkan semua kebutuhan yang dibutuhkan
oleh WBS untuk bisa menjadi lebih baik dan berguna.
Salah satunya yaitu dengan memberikan peluang bagi
WBS untuk melanjutkan sekolah selain terjun
kedunia pekerjaan.
c. Bantuan Materi
Dalam dukungan instrumental terdapat aspek
bantuan materi di PSBR Taruna Jaya II yaitu berupa
bantuan yang berhubungan dengan hal-hal yang
berkaitan dengan penunjang kegiatan proses
rehabilitasi atau disebut juga bantuan fasilitas WBS di
PSBR Taruna Jaya II. Bantuan fasilitas tersebut
digunakan WBS dalam melaksanakan pengembangan
91
bakat dan minat WBS seperti musik, olahraga, dan
praktek keterampilan.
Dalam menunjang kegiatan WBS dibidang
kesenian, pihak panti menyediakan waktu dan ruang
bermusik bagi WBS yang ingin mengembangkan
bakat dalam bermusik. Sedangkan dalam bidang
olahraga, pihak panti juga menyediakan waktu dan
ruang olahraga bagi WBS yang memiliki bakat
dibidang olahraga.
Seperti yang disampaikan oleh WBS RR dan WBS
R di PSBR Taruna Jaya II tentang pengembangan
bakat dan minat mereka:
“Disini selain kita dapat pembinaan
keterampilan, kita juga bisa menyalurkan
hobi, mau yang di olahraga apa di musik.
Kalo saya sih senengnya di musik, maen
gitar bareng temen-temen yang lain.”[26]
“Oh saya sih seneng maen bola
dilapangan di panti, kadang suka tanding
sama temen-temen, kadang main sama
pendamping juga.”[35]
92
Gambar 4.11
Fasilitas Terbuka Untuk Olahraga
Sumber : Hasil Observasi, 15 Februari 2018
Dari informasi diatas, bantuan materi yang
didapatkan WBS dari PSBR Taruna Jaya II yaitu
bantuan dalam pengembangan minat dan bakat WBS
diluar pelatihan keterampilan yaitu dalam bidang
kesenian atau olahraga.
4. Dukungan Penilaian/ Penghargaan
Dukungan penilaian/penghargaan yang diberikan
terbagi menjadi tiga aspek, yaitu:
a. Pekerjaan
Pekerjaan menjadi bentuk dukungan penghargaan
yang diberikan kepada WBS. Bentuk penghargaan
93
disini ialah bagi WBS yang sudah menjalani
pembinaan keterampilan dengan baik dan bekerja
keras untuk mengembangkan bakatnya maka dia akan
diberikan kesempatan untuk bekerja atau magang
didunia usaha.
WBS akan ditempatkan di perusahaan-perusahaan
yang telah bekerja sama dengan pihak panti, mereka
diberi kesempatan untuk mengembangkan bakatnya
di luar panti dan berkesempatan untuk bersosialisasi
kembali dengan masyarakat. Seperti yang
disampaikan oleh Bapak Kurniawan selaku pekerja
sosial PSBR Taruna Jaya II:
“iya jadi untuk WBS yang sudah
mendapatkan dan mengikuti pembinaan
keterampilan dengan baik entah di mobil,
motor, las atau elektro nanti mereka punya
kesempatan untuk menyalurkan bakatnya
ke dunia usaha yang sudah bekerja sama
sama kita, nanti juga otomatis kan mereka
juga kembali belajar untuk bermasyarakat
lagi.”[27]
Berdasarkan informasi diatas dapat disimpulkan
bahwa bentuk dukungan penghargaan terhadap WBS
yaitu pemberian kesempatan WBS untuk
bekerja/magang didunia usaha setelah mendapatkan
pelatihan keterampilan sesuai minat dan bakatnya.
94
Pemberian kesempatan untuk bekerja didunia
usaha tentu menjadi angin segar bagi keluarga.
keluarga berharap dengan adanya pemberian
kesempatan ini akan membuahkan masa depan yang
lebih baik lagi bagi anggota keluarganya yang
menjadi WBS di PSBR Taruna Jaya II, seperti yang
dipaparkan oleh Ibu WW selaku keluarga dari WBS
AK:
“harapannya sih pengen liat dia
sukses ya mas, ga gaul-gaul gajelas, kerja
biar bener, biar bisa bantuin saya cari
nafkah buat makan sehari-hari. Makanya
saya berdoa dia disini kan dapet pelatihan
gitu kan buat kerja, ya mudah-mudahan
aja keluar dari sini ilmunya bisa
bermanfaat buat dia, mas.”[28]
Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu M
selaku keluarga dari WBS RR:
“mudah-mudahan setelah dia rutin
mengikuti kegiatan disini pas keluar
membawa hasil, kalau dia emang minat di
bidang mengelas ya mudah-mudahan ada
ilmu mengelasnya lah buat dipake kerja
95
diluar soalnya kan siapa tau bermanfaat
buat dia sendiri.”[30]
Berdasarkan hasil dari kedua kutipan dari
keluarga WBS diatas dapat kita ketahui bahwa
keluarga berharap setelah WBS mendapatkan
pembinaan, pembelajaran, dan pelatihan selama di
PSBR Taruna Jaya II maka semua ilmu yang sudah
didapat mampu dimanfaatkan sebaik mugkin bagi
WBS sehingga WBS akan mendapatkan pengalaman
dan pembelajaran baru setelah keluar dari PSBR
Taruna Jaya II.
b. Afirmasi (Penghargaan Diri)
Aspek afirmasi ialah bentuk dukungan yang
diberikan dalam bentuk penghargaan terhadap diri
WBS. Dalam aspek ini WBS yang dapat menjalankan
tugas yang diberikan dengan baik akan mendapatkan
penghargaan. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak
Kurniawan selaku Pekerja Sosial PSBR Taruna Jaya
II:
“Bagi wbs yang mampu
menyelesaikan amanat tugas yg diberikan,
mentaati peraturan panti maka panti akan
96
memberikan makanan ringan dan kopi.
Terus bagi wbs yang berprestasi akan
diberikan reward dari yang sebelumnya di
asrama primary naik ke reentry 1 dimana
yang artinya wbs bisa sesuka hati berada
di luar asrama tapi masih dalam lingkup
panti dan masih diawasi oleh
pendamping.”
Hal ini juga disampaikan oleh WBS AS di PSBR
Taruna Jaya II:
“iya bang kalo udah naik dari
primary ke re-entry 1 udah enak soalnya
bisa jalan-jalan didalam panti jadi gak
bosen di asrama terus, kalo di primary kan
dipagerin jadi gak bisa kemana-
mana.”[32]
Selain dari panti, bentuk dukungan
penghargaan juga datang dari keluarga WBS
seperti Orangtua dari WBS berinisial R:
“iya saya biasanya ngasih dia
tugas kalo dia bisa mengubah sikapnya
yang lebih baik seperti dia mampu
membuat dirinya menjadi disiplin,
kebersihannya terjaga, dan yang
terpenting adalah dia tau cita-citanya
97
maka saya akan memberikan dia
hadiah.”[29]
Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan
dapat disimpulkan bahwa bentuk penghargaan diri
yang didapatkan WBS yaitu berupa pemberian
reward atau hadiah jika WBS dapat menjalankan
tugasnya dengan baik. Hal ini bertujuan agar WBS
memiliki semangat yang lebih dan tambahan motivasi
sehingga WBS akan terus melakukan banyak
perubahan-perubahan positif kedepannya.
c. Umpan Balik
Dalam hal ini bentuk dukungan penilaian berupa
umpan balik yaitu pemberian sanksi/hukuman
terhadap WBS yang tidak dapat menjalankan
tugasnya dengan baik. Dengan adanya
sanksi/hukuman diharapkan WBS bisa memperbaiki
kesalahannya dan mendapat pengalaman agar tidak
mengulangi kesalahan. Seperti yang disampaikan oleh
Bapak Kurniawan selaku pekerja sosial di PSBR
Taruna Jaya II
“WBS akan mendapatkan hukuman
seperti squad jump, push up, sesuai dengan
kesanggupan WBS atau disuruh bersih-
bersih lingkungan, nyuci piring, nyapu,
98
ngepel. Jika wbs ini tidak menjalankan
tugas-tugasnya dengan baik.”[27]
Hal ini juga disampaikan sesuai dengan
pengalaman WBS F dan WBS R di PSBR Taruna
Jaya II:
“saya waktu itu kepergok kamar saya
jorok dan bau, terus dihukum suruh bersih-
bersih kamar sampe bersih dan wangi.”[25]
“saya pernah habis makan siang lupa
cuci piring saya terus sama pak kur
ketahuan, jadinya pas makan malem saya
disuruh cuci piring bekas teman-teman
saya.”[35]
Berdasarkan informasi diatas penulis
simpulkan bahwa umpan balik yang didapatkan
WBS berupa sanksi apabila WBS tidak
menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak
mengikuti peraturan panti sebagaimana mestinya.
Dengan adanya sanksi/hukuman yang diberikan
maka diharapkan WBS dapat mengambil pelajaran
dan merubah dirinya menjadi pribadi yang lebih
disiplin serta membuat WBS tidak mengulangi
kesalahan-kesalahan yang dulu telah dibuatnya.
99
Dari pihak keluarga juga menyetujui dengan
adanya pemberian sanksi/hukuman di PSBR
Taruna Jaya II, karena semua prosedur di panti
harus ditaati dan diikuti untuk kebaikan WBS itu
sendiri, seperti yang diungkapkan oleh Bapak S
selaku keluarga dari WBS R:
“Saya senang, karena
setelah dia tinggal di panti ini,
hidupnya jadi teratur, kalau di
panti ini kan dia makan enak, terus
juga terlihat lebih rapih
penampilannya. Kalau dia betah,
dia harus ikutin aturan disini.”
Dari pemaparan dari keluarga WBS diatas
dapat disimpulkan bahwa perlunya
sanksi/hukuman diberikan agar WBS sadar dengan
kesalahan yang telah dibuatnya dan membuat
WBS tidak mengulangi kesalahannya kembali
dimasa mendatang.
100
101
BAB V
HASIL ANALISIS
A. Dukungan Sosial Keluarga di PSBR Taruna Jaya II
Dukungan sosial keluarga yang dilakukan oleh PSBR
Taruna Jaya II dan keluarga terhadap WBS merupakan
suatu bentuk kepedulian yang dibangun dalam membantu
meningkatkan rasa kepedulian seorang keluarga terhadap
anaknya, sehingga dapat menimbulkan rasa percaya diri
bagi WBS untuk bisa menjalani hidup menjadi lebih baik.
Dukungan sosial keluarga dapat menjadi aspek yang
penting terhadap kesembuhan setiap individu karena
setiap individu membutuhkan adanya kasih sayang dan
perhatian dari orang yang berada disekitarnya terutama
dari keluarga seperti yang dijelaskan pada bab 4 (h.79).
Hal ini dilakukan agar penerima dukungan sosial tidak
mengalami kegoncangan jiwa, seperti perasaan tidak
dihargai dan kesepian. Maka dalam hal ini, penulis
menggunakan teori menurut House seperti yang
menjelaskan bahwa dukungan sosial adalah kadar
keberfungsian dari hubungan yang dapat dikategorikan
dalam empat bentuk yaitu dukungan informatif, dukungan
emosional, dukungan instrumental, dan dukungan
penilaian seperti yang dijelaskan pada bab 2 (h.21). Dari
beberapa dukungan sosial keluarga terhadap warga binaan
sosial dapat dianalisa bahwa :
102
a. Dukungan Informatif
Dalam hal ini, PSBR Taruna Jaya II memfasilitasi
keluarga dan WBS untuk saling mendukung, hal ini
dikarenakan dukungan keluarga lebih penting dari
dukungan yang lain. Salah satunya dukungan yang
berbentuk informatif yaitu dukungan yang diberikan Panti
PSBR Taruna Jaya II kepada para orang tua yang meliputi
3 lingkup, yakni pihak panti menyediakan media
informasi bagi keluarga dan WBS, pemberian nasihat
terhadap WBS dan melakukan Home Visit.
Dukungan-dukungan informatif yang diberikan
oleh PSBR Taruna Jaya II kepada keluarga tentunya
bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi keluarga
agar dapat berkomunikasi serta memberi dukungan
terhadap WBS sehingga WBS merasa dihargai, tidak
kesepian, dan juga dianggap keberadaannya di lingkungan
keluarga. seperti yang dilakukan oleh WBS RR ketika dia
minta dijenguk oleh keluarganya lewat facebook karena
sakit. Keluarga WBS RR yang menerima informasi
seperti itu langsung datang ke panti untuk melakukan
kunjungan (dapat dilihat pada bab 4 h.60). Media
informasi yang disediakan oleh PSBR dapat
mempermudah keluarga dalam memberikan perhatian
terhadap WBS apabila keluarga jauh ataupun tidak dapat
berkunjung dikarenakan keterbatasan biaya. Segala upaya
dilakukan oleh pihak panti agar keluarga tetap
103
memberikan dukungan kepada WBS salah satunya dengan
cara melakukan Home Visit untuk mengetahui keberadaan
dari keluarga WBS, memberikan informasi terkait
keadaan WBS dan juga bisa memberikan dukungan
terhadap WBS seperti yang dialami oleh Ibu R selaku
keluarga dari WBS F yang pada saat itu panti sedang
melakukan Home Visit dengan tujuan memberikan
informasi bahwa salah satu anggota keluarganya terjaring
penertiban dan sedang dilakukan pembinaan di PSBR
Taruna Jaya II dukungan sosial keluarga dari bentuk
dukungan informatif diperlukan karena sebaik-baiknya
dukungan adalah dukungan dari orang terdekat yaitu
keluarga.
b. Dukungan Emosional
Berdasarkan hasil temuan lapangan, kegiatan dan
juga fasilitas yang diberikan oleh PSBR Taruna Jaya II
terhadap dukungan keluarga kepada WBS yaitu berupa
kegiatan morning meeting dan konseling yang dilakukan
oleh Pekerja sosial, WBS serta keluarga di ruang
konseling PSBR Taruna Jaya II. Hal tersebut dilakukan
untuk memberikan dukungan dan motivasi terhadap WBS
baik dari pihak panti maupun dari keluarga. Sedangkan
dalam kegiatan morning meeting yang dilakukan oleh
panti dalam memberikan bentuk perhatian kepada setiap
WBS dengan cara berkumpul bersama membicarakan
permasalahan yang dihadapi oleh setiap WBS di PSBR
104
Taruna Jaya II seperti yang terlihat pada gambar 4.9 (h.
76). Hal yang dialami oleh WBS RR ketika pertama kali
dia masuk panti dirinnya merasa jenuh dan selalu ingin
pulang ke rumah, namun dengan adanya kegiatan morning
meeting rasa jenuh tersebut seakan pudar karena saat
kegiatan tersebut bisa kumpul-kumpul dengan WBS yang
lain dan bisa saling kenal dan terdapat keterbukaan antara
yang satu dengan yag lainnya. Perhatian dan rasa nyaman
yang diberikan para pendamping terhadap WBS sangat
memberikan dampak yang positif. WBS dapat beadaptasi
dan terbuka dalam menjalin pertemanan dengan sesama
WBS.
Selain daripada itu, kegiatan konseling keluarga
yang dilakukan setiap kunjungan orangtua ke panti
menjadi salah satu rasa perhatian dan kasih sayang yang
diberikan oleh keluarga kepada anggota keluarganya di
panti, rasa rindu dengan anggota keluarga dapat
ditumpahkan ketika keluarga melakukan kunjungan ke
panti. Dalam hal tersebut Ibu WW selaku keluarga dari
WBS AK selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung
dan memberikan perhatian kepada anaknya. Ibu WW
selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, maka
dari itu selain berkunjung Ibu WW selalu meluangkan
waktu untuk bertemu dan membicarakan perkembangan
anaknya dengan pihak panti. Bentuk perhatian dapat
dilakukan dengan cara memberikan sesuatu yang WBS
105
suka dan selalu memberikan dukungan terhadap setiap
apa yang dilakukan WBS di panti selagi itu memberikan
dampak yang positif bagi perubahan WBS. Semua hal
yang dilakukan keluarga sangat dibutuhkan oleh WBS
agar kelak WBS dapat fokus dengan pembinaan yang
diberikan oleh panti dan bersungguh-sungguh
menjalankan semua program yang diberikan. Sehingga
semua proses rehabilitasi yang sudah dijalankan tidak sia-
sia dan bahkan dapat bermanfaat untuk kehidupan WBS
kelak.
Dari kedua kegiatan tersebut dapat penulis ketahui
bahwa rasa cinta dan kasih sayang yang diberikan oleh
orang tua kepada WBS membuat WBS merasakan
kepedulian kembali dari orang tuanya. Sehingga,
perhatian dan kasih sayang dari keluarga sangat
berpengaruh untuk emosional WBS selama menjalani
pembinaan di PSBR Taruna Jaya II. Untuk membantu
pembinaan WBS, amat diperlukan dukungan keluarga
seperti ayah, ibu, saudara dan keluarga dekat lainnya.
Nuansa emosional yang akrab harus mampu diciptakan
agar terjadi keterbukaan antara keluarga terhadap seperti
yang dijelaskan dalam teori konseling keluarga pada bab 2
(h.27).
c. Dukungan Instrumental
Selain dari pada itu, hasil temuan lapangan yang
diperoleh penulis dalam melakukan dukungan
106
instrumental yang di berikan keluarga terhadapa WBS
yaitu mendukung semua kegiatan dan juga keterampilan
yang diberikan di PSBR Taruna Jaya II. Kegiatan dan
juga keterampilan yang diberikan oleh panti sangat
didukukung oleh keluarga untuk mempersiapkan anak-
anaknya menjadi lebih baik dan dapat bersaing di dunia
kerja. Hal ini dikarenakan, anak-anak mereka dapat
memperoleh ilmu dan juga kemampuan untuk
meneruskan di dunia kerja. Seperti yang disampaikan oleh
ibu M selaku keluarga WBS RR bahwa beliau merasa
senang anaknya mendapatkan keterampilan dari panti
untuk bisa membantu kehidupan keluarganya kelak dan
juga bisa menentukan masa depan WBS setelah keluar
dari panti.
PSBR Taruna Jaya II memberikan dukungan sosial
keluarga bagi WBS dengan cara memberikan waktu luang
bagi keluarga untuk bertemu dengan WBS, waktu yang
diluangkan keluarga untuk menjenguk WBS sangat sangat
berpengaruh karena WBS perlu kontrol keluarga supaya
keluarga tahu sudah sejauh mana perkembangan WBS di
panti.
PSBR Taruna Jaya II memiliki pelatihan empat
keterampilan yaitu keterampilan mengelas, memperbaiki
sepeda motor dan mobil (bengkel) dan juga elektro
sebagaimana yang terlihat pada gambar 4.10 (h.84)
Kegiatan tersebut merupakan bentuk bantuan langsung
107
yang diberikan Panti terhadap WBS dan juga menjadi
solusi bagi keluarga dan WBS dalam menentukan
keahlian untuk menghadapi persaingan kerja di
lingkungan masyarakat dengan bermodalkan skill yang
telah diperoleh di PSBR Taruna Jaya II.
d. Dukungan Penilaian/Penghargaan
Dukungan terakhir yang dikemukanakan oleh
House sebagaimana yang dijelaskan dalam teori dukungan
sosial pada bab 2 (h.20) yaitu dukungan penilaian atau
dukungan penghargaan. Dukungan penghargan tersebut
merupakan suatu bentuk penghargaan yang diberikan
seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi
sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan
negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi
seseorang.
Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga maka
penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang
positif. Dalam hal ini, dukungan yang berbentuk
penghargaan atau reward yang diberikan keluarga kepada
WBS seperti yang dilakukan oleh salah satu keluarga
WBS R saat berkunjung ke panti yaitu Paman S
memberikan sebuah tugas kepada WBS R untuk bisa
mengubah sikapnya yang lebih baik seperti mampu
membuat dirinya menjadi disiplin, kebersihannya terjaga
dan yang terpenting adalah dia tau cita-citanya maka
WBS R akan mendapatkan hadiah. Hal tersebut membuat
108
WBS R merasa terpacu untuk menjadi lebih baik lagi dan
terus berusaha menjadi lebih baik, lebih disiplin dan juga
mentaati peraturan yang ada di panti.
Adapun penghargaan yang diberikan oleh PSBR
Taruna Jaya II kepada WBS berbentuk pekerjaan, dalam
arti WBS yang sudah menjalani pembinaan keterampilan
dengan baik dan bekerja keras untuk mengembangkan
bakatnya maka dia akan diberikan kesempatan untuk
bekerja atau magang didunia usaha, sebagaimana yang
terdapat pada bab 4 gambar 4.5 (h.54). WBS akan
ditempatkan di perusahaan-perusahaan yang telah bekerja
sama dengan pihak panti, mereka diberi kesempatan untuk
mengembangkan bakatnya di luar panti dan
berkesempatan untuk bersosialisasi kembali dengan
masyarakat.
Selain itu, ada juga bentuk penghargaan diri yang
dilakukan oleh PSBR Taruna Jaya II terhadap WBS.
Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dapat
disimpulkan bahwa bentuk penghargaan diri yang
didapatkan WBS yaitu berupa pemberian reward atau
hadiah jika WBS dapat menjalankan tugasnya dengan
baik. Dan juga adanya umpan balik yang menjadi
penilaian apabila WBS melakukan kesalahan salah
satunya diberikannya sanksi atau suatu bentuk hukuman.
Dari penjelasan diatas, semua penghargaan
ataupun penilaian yang diberikan pihak panti terhadap
109
WBS merupakan bentuk dari kepedulian terhadap sesama.
Saling tolong menolong, saling menghargai dan juga
saling mengasihi menjadi landasan bagi setiap manusia
untuk lebih baik di masa depan.
Maka dari itu, berdasarkan bentuk dukungan sosial
yang dikemukakan oleh House dijelaskan bahwa
dukungan yang diberikan keluarga terhadap WBS terdapat
empat bentuk dukungan sosial yaitu dukungan informatif,
dukungan emosional, dukungan instrumental, dan
dukungan penghargaan. Namun dari keempat bentuk
dukungan sosial yang diberikan, penulis melihat
dukungan sosial yang paling efektif dalam memberikan
dampak terhadap WBS selama proses rehabilitasi ialah
dukungan emosional.
Dalam dukungan emosional dukungan yang
diberikan berupa empati, perhatian, cinta dan kasih
sayang. Oleh karena itu, didalam keadaan yang normal,
maka dalam dukungan emosional, lingkungan pertama
yang berhubungan dengan anak adalah orangtuanya,
saudara-saudaranya yang lebih tua serta mungkin kerabat
dekatnya yang tinggal serumah. Melalui lingkungan itulah
si anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan
hidup yang berlaku sehari-hari. Melalui lingkungan itulah
anak mengalami proses sosialisasi awal. Orangtua,
saudara maupun kerabat terdekat lazimnya mencurahkan
perhatiannya untuk mendidik anak, supaya anak
110
memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar
dan baik, melalui penanaman disiplin dan kebebasan serta
penyerasiannya. Atas dasar kasih sayang itu anak dididik
untuk mengenal nilai-nilai yang berlaku dalam sosial
masyarakat.[37]
111
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
mengenai dukungan sosial keluarga terhadap warga bina
sosial penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja
Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta, maka terdapat
empat bentuk dukungan sosial keluarga yang diterapkan
PSBR Taruna Jaya II.
Pertama, dukungan informatif yang meliputi tiga
aspek: menyediakan media komunikasi antara keluarga
dan WBS salah satunya melalui fasilitas yang diberikan
panti untuk media komunikasi antara keluarga dengan
WBS yaitu melalui : Telpon, surat, e-mail dan facebook.
Keluarga mendapat kemudahan melalui fasilitas-fasilitas
tersebut karena dapat mengetahui kondisi terkini anggota
keluarga yang sedang melakukan pembinaan di PSBR
Taruna Jaya II.
Adapun aspek lain seperti pemberian nasihat dari
panti dan saat keluarga melakukan kunjungan sangat
penting dilakukan agar WBS dapat memperbaiki perilaku
dan sifat mereka menjadi lebih baik lagi dan terakhir
pemberian dukungan informatif melalui Home Visit yang
dilakukan panti kepada keluarga. Hal ini dilakukan untuk
memberikan informasi terhadap keluarga mengenai
112
perkembangan WBS selama proses pelayanan rehabilitasi
di PSBR Taruna Jaya II.
Kedua, dukungan emosional, dalam memberikan
dukungan emosional terdapat tiga aspek yang meliputi
seperti pemberian empati dengan cara pemberian
konseling dan pendampingan. Konseling bermanfaat agar
keluarga maupun anggota keluarganya yang menjadi
WBS di PSBR Taruna Jaya II dapat mengeluarkan segala
keluh kesah yang dialami sehingga saling mengetahui isi
hati antara satu orang dengan orang lainnya. Kemudian
pemberian perhatian, PSBR Taruna Jaya melakukan
kegiatan morning meeting dimana kegiatan tersebut
bertujuan membuat WBS cepat beradaptasi di panti dan
juga bisa menjadi pendengar bagi setiap permasalahan
yang dialami WBS lainnya.
Rasa perhatian juga diberikan keluarga dengan
cara memberikan dukungan terhadap segala yang
dilakukan WBS di panti selagi itu bisa memberikan
dampak positif bagi perubahan WBS. Dan aspek terakhir
dari dukungan emosional adalah pemberian kasih sayang
yang diberikan keluarga kepada WBS, hal ini membuat
WBS merasa bahwa dirinya dipedulikan dan dibutuhkan
oleh orang-orang terdekat mereka.
Ketiga, dukungan instrumental, didalam dukungan
instrumental terdapat tiga aspek yang meliputi pemberian
peluang waktu dari keluarga dalam menjenguk anggota
keluarganya di panti, hal ini diperlukan karena pentingnya
113
keluarga sebagai teman berbagi, memonitoring WBS
selama mengikuti proses rehabilitasi dan juga sebagai
kontrol keluarga dalam memberikan dukungan terhadap
WBS selama proses rehabilitasi di PSBR Taruna Jaya II.
Kemudian pemberian bantuan langsung berupa
keterampilan minat dan bakat seperti mengelas,
memperbaiki sepeda motor dan mobil dan juga elektro.
Keterampilan minat dan bakat yang disediakan
panti membuat keluarga memiliki harapan yang optimis
terhadap masa depan WBS. Aspek terakhir dari dukungan
instrumental yaitu pemberian bantuan materi yang
menunjang kegiatan WBS dibidang kesenian, pihak panti
menyediakan ruang bermusik bagi WBS yang ingin
mengembangkan bakat dalam bermusik. Sedangkan
dalam bidang olahraga, pihak panti juga menyediakan
ruang olahraga bagi WBS yang memiliki bakat dibidang
olahraga.
Keempat, dukungan penilaian/penghargaan yang
meliputi 3 aspek seperti pemberian dukungan pekerjaan,
dukungan pekerjaan menjadi bentuk dukungan
penghargaan yang diberikan kepada WBS, WBS diberi
kesempatan untuk mengembangkan bakatnya di luar panti
dan berkesempatan untuk bersosialisasi kembali dengan
masyarakat. Pemberian kesempatan untuk bekerja
menjadi harapan keluarga supaya WBS mampu
memanfaatkan pengalaman dan pembelajaran selama
114
menjalani proses rehabilitasi untuk menjadi bekal dalam
menjalani kehidupan dimasa mendatang.
Kemudian pemberian penghargaan diri (afirmasi),
dalam aspek ini bagi WBS yang dapat menjalankan tugas
yang diberikan dengan baik dan mentaati peraturan panti
akan diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan juga
datang dari Keluarga WBS, penghargaan dari keluarga
diberikan karena WBS mampu mengubah sikapnya
mejadi lebih baik dan disiplin. Dan yang terakhir terdapat
aspek umpan balik yaitu bentuk pemberian
sanksi/hukuman dengan tujuan WBS mengikuti semua
prosedur di panti dan harus ditaati dan diikuti untuk
kebaikan WBS itu sendiri.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
dukungan sosial keluaga di Panti Sosial Bina Remaja
Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta telah
memberikan dampak positif bagi keluarga dan WBS
penyalahguna NAPZA dimanapun berada. Namun
terdapat beberapa hal yang dapat dimaksimalkan lagi
menjadi lebih baik, diantaranya:
a. Dalam menjalakan program konseling
keluarga agar lebih optimal, PSBR Taruna
Jaya II dapat melakukan kegiatan konseling
keluarga ketika melakukan Home Visit.
115
DAFTAR PUSTAKA
[1] PSBR Taruna Jaya 2, “Studi Dokumentasi Panti Sosial Bina
Remaja Taruna Jaya 2.” 22-Jan-2018.
[2] A. Kristanto, “Bentuk Dukungan Sosial Keluarga Terhadap
Remaja Pengguna Narkoba.”
[3] D. Whiyati, “Hasil Wawancara dengan Ibu Dermi selaku
Satuan Pelayanan,” 27-Agu-2017.
[4] D. Widhiowati dan R. Murni, Teknologi Pengembangan
Masyarakat. Bandung: Jurusan Pengembangan Masyarakat
STKS, 2008, h. 62, 64.
[5] E. Woodman dan M. McArthur, “Young People‟s
Experiences of Family Connectedness: Supporting Social
Work Practice with Families and Young People,” Aust.
Cathol. Univ.
[6] Yayasan Penyelanggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur‟an,
ar-Risalah: al-Qura’an dan Terjemahan. Bandung: CV.
Gema Risalah Press, 2005, h. 448.
[7] L. . Maelong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007, h. 3.
[8] J. Noor, metodologi penelitian. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2012, h. 34.
[9] H. Herdiansyah, Metodoogi Penelitian Kualitatif untuk
Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2012, h.143.
[10] B. Sunyoto, metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung:
Refika Aditama, 2013, h. 21, 25.
116
[11] Sugiono, Statistik Untuk Penelitian Cetakan Kelima.
Bandung: Alfabeta, 2003, h. 317.
[12] M. Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama, 2009, h. 101.
[13] H. Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Ilmu - Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2012, 143.
[14] N. Martono, Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2016, h. 11-12.
[15] B. Bungin, Penelitian Kualitatif Ekonomi. Jakarta: Prenada
Media Group (Kencana), 2012, h. 158.
[16] N. Nurhidayati dan D. Nurdibyanandaru, “Hubungan antara
Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Esteem pada
Penyalahguna Narkoba yang Direhabilitasi,” J. Psikol. Klin.
Dan Kesehat. Ment., vol. 03, hlm. 55, 2014.
[17] Setiadi, Konsep & Proses Keperawatan Keluarga.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008, h. 21-22.
[18] H. Nurhaeni dan dkk, Hubungan dukungan sosial terhadap
depresi remaja mantan penyalahgunaan NAPZA di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pondok Bambu
Jakarta Timur Tahun 2009, 14 vol. Jakarta: Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan Kemenkes RI, 2011.
[19] M. A. Noor dan M. A. Djaliel, ilmu sosial dasar. Bandung:
CV. Pustaka Setia, 1997, h. 34.
[20] I. R. Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial,
Pembangunan Soial, dan Kajian Pembangunan). Jakarta:
Rajawali Press, 2013, h. 174-175
117
[21] S. S. Willis, Konseling Keluarga (Family Counseling).
Bandung: Alfabeta, 2011, h. 117-119.
[22] S. S. Willis, Konseling Keluarga (Family Counseling).
Bandung: Alfabeta, 2011, h. 163.
[23] S. S. Willis, Konseling Keluarga (Family Counseling).
Bandung: alfabeta, 2011, h. 182-183.
[24] F. J. Laksono, “Wawancara Pribadi dengan Bapak Febriyan
Joko Laksono selaku Pekerja Sosial PSBR Taruna Jaya 2,”
22-Jan-2018.
[25] Firmansyah, “Wawancara Pribadi dengan WBS F tanggal 1
Februari 2018,” 01-Feb-2018.
[26] R. Ramadan, “Wawancara pribadi dengan WBS RR,” 25-
Jan-2018.
[27] M. Kurniawan, “Wawancara Pribadi dengan Bapak
Muhammad Kurniawan selaku Pekerja Sosial PSBR
Tarunna Jaya II,” 12-Feb-2018.
[28] W. Wulandari, “Wawancara pribadi dengan Ibu Wulandari,”
30-Apr-2018.
[29] Simon, “Wawancara pribadi dengan bapak Simon keluarga
wbs R,” 30-Jan-2018.
[30] Melly, “Wawancara pribadi dengan Ibu melly,” 25-Jan-
2018.
[31] “Observasi lapangan,” Feb 2018.
[32] A. Sucipto, “Wawancara pribadi dengan WBS AS tgl 26
April 2018,” 26-Apr-2018.
[33] Rufi‟ah, “wawancaara pribadi dengan Ibu Rufi‟ah,” 28-Jan-
2018.
118
[34] D. Whiyati, “Wawancara Pribadi dengan Ibu Dermi selaku
Satuan Pelaksana PSBR Taruna Jaya 2,” 02-Apr-2018.
[35] Respal, “Wawancara Pribadi dengan WBS R,” 30-Jan-2018.
[36] Saparudin, “Wawancara pribadi dengan Bapak SU,” 26-
Apr-2018.
[37] Soerjono Soekanto, sosiologi suatu pengantar, 30 ed.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, h. 198.
Lampiran 3
Pedoman Wawancara
PSBR Taruna Jaya 2
1. Bagaimana pandangan Ibu/Bapak terkait dengan
dukungan sosial keluarga terhadap WBS disini?
2. Program apa saja yang ada di panti terkait dengan
dukungan sosial keluarga?
3. Apa saja kendala dalam memberikan dukungan sosial
keluarga?
4. Bagaimana dukungan informatif yang diberikan oleh
PSBR Taruna Jaya II?
5. Bagaimana pemberian dukungan emosional di PSBR
Taruna Jaya II?
6. Bagaimana bentuk dukungan instrumental di PSBR
Taruna Jaya II?
7. Bagaiman bentuk dukungan penilaian/penghargaan
utuk WBS di PSBR Taruna Jaya II?
Keluarga WBS PSBR Taruna Jaya II
1. Darimana pertama kali Ibu/Bapak mengetahui info
tentang keberadaan anggota keluarganya di PSBR
Taruna Jaya II?
2. Apa saja yang Ibu/Bapak lakukan saat melakukan
kunjungan?
3. Sebagai keluarga dari WBS, dukungan seperti apa
yang Ibu/Bapak berikan untuk WBS?
4. Selama WBS di PSBR Taruna Jaya II, apakah ada
kendala yang Ibu/Bapak alami?
5. Apa harapan Ibu/Bapak untuk WBS dimasa yang akan
datang?
WBS PSBR Taruna Jaya II
1. Kegiatan apa yang biasa dilakukan WBS selama di
PSBR Taruna Jaya II?
2. Selama berada di PSBR Taruna Jaya II,
pelajaran/pengalaman apa saja yang sudah
didapatkan?
3. Saat kunjungan keluarga, apa saja yang dilakukan
bersama keluarga?
4. Setelah keluar dari panti, apa rencana anda
selanjutnya?
Lampiran 4
Transkip Wawancara
Nama Informan : Bapak Joko Febriyan Laksono, S.T
Jabatan : Pekerja Sosial
Tanggal dan Waktu : 22 Januari 2018. Pukul 13.00-14.00 WIB
Tempat : PSBR Taruna Jaya II
Pertanyaan :
1. Bagaimana pandangan Ibu/Bapak terkait dengan
dukungan sosial keluarga terhadap WBS di PSBR
Taruna Jaya II?
Jawab : inti dari dukungan sosial keluarga disini
sangat penting terutama untuk WBS dalam
melakukan proses rehabilitasi, pentingnya
keluarga sebagai teman berbagi, memonitori WBS
selama mengikuti proses rehabilitasi. karena
setelah WBS sudah melaksanakan proses
rehabilitasi butuh kontrol dari keluarga, terutama
dukungan sosial itu sendiri sangat berpengaruh
penting.
2. Program apa saja yang ada di PSBR Taruna Jaya II
terkait dengan dukungan sosial keluarga?
Jawab : ya, jadi kita punya program atau kegiatan
untuk memberikan WBS kesempatan untuk
megungkapkan pendapat secara bersama-sama
yaitu kegiatan morning meeting. Jadi kegiatan ini
tuh, membuat wbs dengan pendamping ataupun
WBS dengan WBS lainnya dapat beradaptasi dan
juga bisa menjadi pendengar bagi setiap
permasalahan yang dialami oleh WBS serta
memberikan kenyamanan bagi WBS untuk tinggal
di Panti.
3. Apa saja kendala dalam memberikan dukungan sosial
keluarga?
Jawab : kendala sih tidak ada, ya namanya
sebagai orang sosial tentu rasa kepedulian dan
empati menjadi dasar dalam memberikan
pelayanan untuk masyarakat. Sedangkan dalam
proses rehab itu sendiri selain memberikan
motivasi kita juga harus memberikan perhatian,
ketulusan, supaya para wbs itu memahami apa
yang kita berikan. Jadi mereka paham kalo apa
yang kita lakukan baik untuk mereka.
4. Bagaimana dukungan informatif yang diberikan oleh
PSBR Taruna Jaya II?
Jawab : iya dalam memberikan pelayanan kepada
wbs selain memberikan motivasi, disini kita juga
memberikan nasihat-nasihat, saran-saran untuk
mengarahkan wbs ke arah yang lebih baik.
5. Bagaimana pemberian dukungan emosional di PSBR
Taruna Jaya II?
Jawab : Ada yang langsung dan tidak langsung,
yang langsungnya itu bentuk motivasi dan
konseling. Setiap WBS itu kan mendapatkan
pendamping, fungsi pendamping itu sendiri untuk
memberikan konsultasi kepada WBS ketika dia
mengalami kesulitan selama mengikuti program
disini. Dalam menjalin kedekatan dengan WBS,
para pendamping disini memberikan konsultasi
dan motivasi ketika si WBS ini mengalami
kesulitan dalam arti permasalahan yang ada dari
diri dia sendiri selama mengikuti program disini.
6. Bagaimana bentuk pemberian dukungan instrumental
di PSBR Taruna Jaya II?
Jawab : Disini ada penyaluran minat dan bakat
untuk para WBS, kalau ke dunia usaha ada empat
keterampilan yang diberikan seperti ngelas,
service motor, service mobil, elektro. Disini kita
juga menerapkan masa orientasi, setelah WBS
melakukan pembinaan di primary kita turunkan di
bimbingan vokasional tapi kita ikut sertakan sehari
ikut mobil, sehari ikut motor, dan yang lainnya
sehingga WBS bisa menentukan mana sih yang
cocok sesuai dengan minat dan bakat.
7. Bagaimana bentuk dukungan penilaian/penghargaan
utuk WBS di PSBR Taruna Jaya II?
Jawab : setelah mereka mengikuti kegiatan
vokasional disini, kita sebagai pendamping
berkoordinasi dengan bengkel-bengkel yang ada
disekitar tangerang selatan untuk menyalurkan si
anak yang notabennya untuk penyaluran ke usaha
kemandirian. Disini penyaluran ada 2, ke dunia
usaha dan keluarga.
Transkip Wawancara
Nama Informan : Bapak Muhammad Kurniawan, S.Sos
Jabatan : Pekerja Sosial
Tanggal dan Waktu : 12 Februari 2018. Pukul 10.00-11.00
WIB
Tempat : PSBR Taruna Jaya II
Pertanyaan :
1. Bagaimana pandangan Ibu/Bapak terkait dengan
dukungan sosial keluarga terhadap WBS disini?
Jawab : jadi gini mas, kenapa dukungan keluarga
ini penting banget buat WBS, karena waktu itu ada
seorang anak yang terjaring sama petugas terus dia
pengen di jenguk keluarganya, terus kita tanya
juga kan ke WBS ini, dia ada nomor yang bisa
dihubungi atau engga, atau punya media sosial
gitu, terus dia bilang ga punya, tapi dia ngasih
alamatnya, minta tolong jemputin mamahnya
waktu itu. Yaudah kita sebagai Peksos yang
memang punya tugas itu yaudah kita datang
kerumahnya buat kasih informasi terus kita kasih
tau kalau anaknya ada di panti dan pengen banget
ketemu sama ibu
2. Program apa saja yang ada di panti terkait dengan
dukungan sosial keluarga?
Jawab : Terdapat bimbingan sosial kelompok
untuk motivasi wbs, terus ada morning meeting
(pertemuan pagi) untuk mengetahui hal-hal apa
yang kurang dalam diri wbs lalu kita evaluasi
bareng-bareng supaya kedepannya lebih baik lagi
dari segi individu maupun kelompok.
3. Apa saja kendala dalam memberikan dukungan sosial
keluarga?
Jawab : tidak ada kendala ya tapi ada juga wbs
yang tidak peduli, dia maunya di panti aja terus
bilang gausah dihubungi keluarganya. Ada, ada
beberapa orang yang seperti itu yang akhirnya kita
ga hubungin karena maunya di panti aja dan betah
di panti. Mungkin ada masalah antara wbs dengan
keluarganya jadi gamau dihubungi dan gamau
pulang. Karena kita disini melakukan pembinaan
ya akhirnya kita bina.
4. Bagaimana dukungan informatif yang diberikan oleh
PSBR Taruna Jaya II?
Jawab : yang pertama kalau mereka punya telpon
kita hubungi, lalu kita check and recheck untuk
mengabari bahwa salah satu keluarganya di panti,
selain itu kalo anak-anak ada yang mau
menghubungi keluarganya, ya kita izinin pake
telepon kantor atau pengasuh. Bila wbs ingin
komunikasian dengan keluarga yang ada dirumah,
panti menyediakan telepon kantor dan akses ke
facebook untuk mempermudah komunikasi antara
wbs dan keluarganya. wbs tinggal bilang ke
pembimbing bila ingin menghubungi keluarganya,
nanti pembimbing dari panti akan
menyediakannyaa. para wbs disini bisa mengakses
facebook untuk terus berhubungan dengan
keluarga selain melalui telepon, mereka bisa
menggunakan facebook panti jika ingin minta
dikunjungi oleh keluarganya tetapi harus ikut
syarat yang saya tentukan misalnya baca iqra,
mengaji, atau hafalan surat-surat pendek, biar
itung-itung mereka sekalian belajar. Satu orang
dikasih waktu 5 menit soalnya ganti-gantian sama
yang lain. Ada juga kasus waktu itu. Anak ini di
razia waktu itu didaerah Jakarta Barat di
ketangkep sama DISHUB waktu anak itu mau
trek-trekan motor, mas. Nah motornya di bawa
DISHUB buat diamanin, anak ini di bawa ke Panti
Kedoya waktu itu terus di bawa ke sini untuk
proses pembinaannya. Nah, untuk ngehubungi
atau ngasih kabar ke orang tuanya waktu itu
susah, karna pas di tanya ada no. telpon yang bisa
di hubungi ga? Jawabannya engga, yaudah kita
tanya alamatnya mas, nah disitu kita melakukan
home visit untuk ngasih tau pihak keluarga kalau
anaknya ada di panti kami. Terus kalau kita ingin
tahu latar belakang wbsnya maka keluarganya kita
hubungi lewat telpon, kalau dia ga hafal nomornya
ya kita cari tahu alamatnya, terus kita kirimin surat
pengantar ke alamatnya, ga lupa juga kita taro foto
WBS di suratnya biar keluarganya yakin kalo
anaknya emang ada di panti.
5. Bagaimana pemberian dukungan emosional di PSBR
Taruna Jaya II?
Jawab : kita lihat waktu itu kok wbsnya diem aja
terus kita cari tahu kenapa dia diem aja, ternyata
dia cerita kalau belom dikunjungin keluarganya,
kalau dia ga dikunjungi dia tuh emosi mintanya
dihubungi terus sama keluarganya. Lalu kita
bilang sabar dulu sabar nanti juga keluarganya
ngurus kalo keluarganya udah kita hubungin.
6. Bagaimana pemberian dukungan instrumental di
PSBR Taruna Jaya II?
Jawab : iya jadi untuk WBS yang sudah
mendapatkan dan mengikuti pembinaan
keterampilan dengan baik entah di mobil, motor,
las atau elektro nanti mereka punya kesempatan
untuk menyalurkan bakatnya ke dunia usaha yang
sudah bekerja sama sama kita, nanti juga otomatis
kan mereka juga kembali belajar untuk
bermasyarakat lagi. Nanti kalau ada anak ingin
sekolah atau lanjutin sekolahnya kita bisa
berkordinasi dengan pihak keluarga dan juga pihak
sekolahnya biasanya sekolah paket ya.
7. Bagaiman Bentuk dukungan penilaian/penghargaan
utuk WBS di PSBR Taruna Jaya II?
Jawab : Bagi wbs yang mampu menyelesaikan
amanat tugas yang diberikan, mentaati peraturan
panti maka panti akan memberikan makanan
ringan dan kopi. Terus bagi wbs yang berprestasi
akan diberikan reward dari yang sebelumnya di
asrama primary naik ke re-entry 1 dimana yang
artinya wbs bisa sesuka hati berada di luar asrama
tapi masih dalam lingkup panti dan masih diawasi
oleh pendamping. Lalu jika ada WBS yang
melanggar peraturan, maka WBS akan
mendapatkan hukuman seperti squad jump, push
up, sesuai dengan kesanggupan WBS atau disuruh
bersih-bersih lingkungan, nyuci piring, nyapu,
ngepel jika wbs ini tidak menjalankan tugas-
tugasnya dengan baik. Lalu setelah mereka
mendapatkan pelatihan dan pembinaan maka panti
akan mempertimbangkan apakah sudah siap untuk
bekerja dimasyarakat kembali.
Transkip Wawancara
Nama Informan : Ibu Dra. Dermi Whiyati
Jabatan : Satuan Pelaksana Pelayanan Sosial
Tanggal dan Waktu : 2 April 2018. Pukul 12.00-13.00 WIB
Tempat : PSBR Taruna Jaya II
Pertanyaan :
1. Program apa saja yang ada di panti terkait dengan
dukungan sosial keluarga?
Jawab : Kita ada home visit, home visit ini untuk
mengetahui keberadaan keluarga wbs,
memberitahu anaknya (wbs) kalau anaknya ini ada
di panti, mengetahui latar belakang si anak,
kebiasaannya kalau anak-anak yang bermasalah
kita harus angkat maka kita lakukan home visit.
Kita siapin biasa semacam kaya surat tugas terus
sama form-form yang harus ditandatangani disana.
Kalo anak ini (wbs) perlu pembinaan lanjut harus
ada surat pertanggungjawaban orangtua. Ada juga
konsultasi keluarga, kita biasanya ga didepan
anaknya (wbs), anaknya kita suruh masuk ke
dalem dulu terus kita ngobrol-ngobrol, kalau ada
masalah yang ingin diselesaikan ya kita selesaikan
secara bersama-sama, kita cari jalan keluarnya
bersama. Kita juga suka menyampaikan segala
keluh kesah yang dialami wbs ke keluarganya hal
itu dilakukan supaya keluarganya juga tahu isi hati
anaknya tuh ke keluarganya kaya gimana, dalam
konsultasi keluarga kita juga ngasih tahu
perubahan-perubahan positif di diri wbs kaya
misalnya dulu gapernah sholat tapi disini mulai
rajin sholatnya
2. Apa saja kendala dalam memberikan dukungan sosial
keluarga?
Jawab : terkadang kita juga bingung soalnya udah
kita lakukan home visit jauh-jauh kesana tapi kok
keluarganya gak merespon, kita tanya kapan nih
anak (wbs) mau dibawa pulang, tapi sampai
sekarang ga diambil-ambil. Terus kalo konsultasi
keluarga kendalanya paling dikarenakan setiap
wbs rata-rata dikunjunginya cuma sebulan sekali,
jadi kita intensitas pertemuan ke keluarganya ga
banyak.
Transkip Wawancara
Nama Informan : Bapak S
Jabatan : Keluarga dari WBS R
Tanggal dan Waktu : 30 Januari 2018. Pukul 14.00-15.00 WIB
Tempat : PSBR Taruna Jaya II
Pertanyaan :
1. Darimana pertama kali Ibu/Bapak mengetahui info
tentang keberadaan anggota keluarganya di PSBR
Taruna Jaya II?
Jawab : Awalnya ibunya sudah tidak kuat untuk
menangani anaknya sendiri, setelah dikasih arahan
anak ini ditangkap polisi pada malam tahun baru,
setelah ditindak anak ini melawan, dan akhirnya
dia mengaku kalau dia punya teman maling.
Karena dia tidak mengaku terlibat dengan
temannya yang maling, maka dia dibawa ke PSBR
Taruna Jaya II, saat itu saya di telpon kalau anak
ini ada di panti ini, pada saat di panti saya tanya
kenapa dia ada disini, lalu dia baru jujur kalau
diberi obat eksimer. Dia juga ngga pernah pulang,
suka ngobat, mabuk, ngamen dapat duit 15.000,-
disetor ketemannya 10.000,- tapi dia tidak kenal
dengan temannya itu, ngumpulin duit untuk
membebaskan temannya di penjara, jadi temannya
dia abis merampok dan rumah yang dirampok
rumah polisi angkatan udara. Saya senang, karena
setelah dia tinggal di panti ini, hidupnya jadi
teratur, kalau di panti ini kan dia makan enak,
terus juga terlihat lebih rapih penampilannya.
Kalau dia betah, dia harus ikutin aturan disini.
2. Apa saja yang Ibu/Bapak lakukan saat melakukan
kunjungan?
Jawab : Mengecek kebersihan anak ini (wbs),
menanyakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan
anak ini, memberi nasihat kepada dia agar
mengikuti semua kegiatan yang diterapkan oleh
panti agar disiplin dan bersikap sopan.
3. Sebagai keluarga dari WBS, dukungan seperti apa
yang Ibu/Bapak berikan untuk WBS?
Jawab : Panti kan mempunyai prosedur tersendiri,
jadi kita mengikuti prosedur ini, dan saya memberi
dukungan berupa hadiah jika dia mampu membuat
dirinya menjadi disiplin, kebersihannya terjaga,
dan yang terpenting adalah dia tau cita-citanya.
Saya akan mengontrol setiap kegiatan yang dia
lakukan di panti ini.
4. Selama WBS di PSBR Taruna Jaya II, apakah ada
kendala yang Ibu/Bapak alami?
Jawab : Tidak ada, tapi saya punya target minimal
setengah tahun dia dibina disini.
5. Apa harapan Ibu/Bapak untuk WBS dimasa yang akan
datang?
Jawab : Saya ingin dia mengakui kesalahannya
dan meminta maaf kepada ibunya. Lalu saya mau
dia menjadi diri dia sendiri tanpa mengikuti
kemauan orang lain.
Transkip Wawancara
Nama Informan : Ibu R
Jabatan : Keluarga dari WBS F
Tanggal dan Waktu : 28 Januari 2018. Pukul 12.30-13.00 WIB
Tempat : PSBR Taruna Jaya II
Pertanyaan :
1. Darimana pertama kali Ibu/Bapak mengetahui info
tentang keberadaan anggota keluarganya di PSBR
Taruna Jaya II?
Jawab : iya waktu itu ada orang panti ngasih tau
kita, kalo anak kita ada di panti. Cerita ngamen di
Jakarta, terus kena penertiban, Terus mina kita
buat dateng jenguk anak di panti. Awalnya sih
agak bingung kok bisa ada dipanti, tapi pas
dijelasin yah agak sedikit kesel, sedih juga mas,
kok bisa kaya gini. Yaudah kita jenguk anak kita
ke panti, waktu itu kita langsung ikut bareng sama
pihak panti pergi ke panti. Sudah tiga mingguan
dia ada disini, mas.
2. Apa saja yang Ibu/Bapak lakukan saat melakukan
kunjungan?
Jawab : Ngobrol aja, terus nasihatin dia agar
pikirannya tenang ga kepiran dunia yang dulu lagi,
supaya dia nya juga tenang dan serius di panti.
Supaya nanti dia keluarkan ga ngulangin kaya
dulu lagi mas. Terus tadi barusan dia bilang ga
betah disini sambil nangis, saya juga sedih
dengernya.
3. Sebagai keluarga dari WBS, dukungan seperti apa
yang Ibu/Bapak berikan untuk WBS?
Jawab : saya ngasih uang dalam jangka waktu
sepuluh harian sebesar Rp. 100.000. saya titip ke
pengasuh di panti, nanti kata pengasuhnya dikasih
sepuluh ribu sehari
4. Selama WBS di PSBR Taruna Jaya II, apakah ada
kendala yang Ibu/Bapak alami?
Jawab : perasaan saya suka gaenak, kasian sama
dia. Terus biasanya saya kesini dua minggu sekali
karena dari rumah kesini kan lumayan jauh harus
naik angkot dua kali.
5. Apa harapan Ibu/Bapak untuk WBS dimasa yang akan
datang?
Jawab : saya sih pengennya dia dari sini udah
punya keahlian jadi bisa kerja apa aja gitu, mas.
Transkip Wawancara
Nama Informan : Ibu M
Jabatan : Keluarga dari WBS RR
Tanggal dan Waktu : 25 Januari 2018. Pukul 10.30-11.00 WIB
Tempat : PSBR Taruna Jaya II
Pertanyaan :
1. Darimana pertama kali Ibu/Bapak mengetahui info
tentang keberadaan anggota keluarganya di PSBR
Taruna Jaya II?
Jawab : dapet beritanya dari teman-temannya, lalu
saya kesini lah tengokin kebenarannya.
Alhamdulillah ternyata emang benar ada disini
sehat wal’afiat
2. Apa saja yang Ibu/Bapak lakukan saat melakukan
kunjungan?
Jawab : dia kan ngirim pesan lewat facebook ke
kakaknya, ngasih tau kalo dia lagi sakit, saya
datang deh kesini ngunjungin dia. Terus ngobrol-
ngobrol biasa ke dia, ngobrol-ngobrol ke
pembimbingnya juga gimana-gimananya dia, ya
disitu saling cerita lah
3. Sebagai keluarga dari WBS, dukungan seperti apa
yang Ibu/Bapak berikan untuk WBS?
Jawab : kalau saya sih ngebiarin dia ada di panti,
disini kan dia bisa ikut segala macam kegiatan
daripada dijalanan gajelas kegiatannya kan. Terus
kalau saya mikirnya positif-positif aja, namanya
disini juga dibina kan ada pembimbingnya disini
4. Selama WBS di PSBR Taruna Jaya II, apakah ada
kendala yang Ibu/Bapak alami?
Jawab : kendala sih ga ada, saya inginnya ya dia
bisa mengikuti kegiatan-kegiatan disini
5. Apa harapan Ibu/Bapak untuk WBS dimasa yang akan
datang?
Jawab : mudah-mudahan setelah dia rutin
mengikuti kegiatan disini pas keluar membawa
hasil, kalau dia emang minat di bidang mengelas
ya mudah-mudahan ada ilmu mengelasnya lah
buat dipake kerja diluar soalnya kan siapa tau
bermanfaat buat dia sendiri
Transkip Wawancara
Nama Informan : Bapak SU
Jabatan : Keluarga dari WBS AS
Tanggal dan Waktu : 26 April 2018. Pukul 12.30-13.00 WIB
Tempat : PSBR Taruna Jaya II
Pertanyaan :
1. Darimana pertama kali Ibu/Bapak mengetahui info
tentang keberadaan anggota keluarganya di PSBR
Taruna Jaya II?
Jawab : jadi waktu itu ada orang panti datang ke
rumah, ngasih tau anak saya ketangkep dalam
operasi penertiban. Terus dibawa ke panti
2. Apa saja yang Ibu/Bapak lakukan saat melakukan
kunjungan?
Jawab : ya ngeliat kondisi dia aja kaya gimana
disini terus bagaimana kabarnya selama di panti
3. Sebagai keluarga dari WBS, dukungan seperti apa
yang Ibu/Bapak berikan untuk WBS?
Jawab : yah saya mah hanya bisa ngasih semangat
aja untuk selalu kuat, terus selama disini jangan
buat hal yang macem-macem
4. Selama WBS di PSBR Taruna Jaya II, apakah ada
kendala yang Ibu/Bapak alami?
Jawab : yah itu kita kadang pengen tau keadaan
anak gimana disini, baik-baik aja atau tidak. Kita
sebagai orangtua kan khawatir juga.
5. Apa harapan Ibu/Bapak untuk WBS dimasa yang akan
datang?
Jawab : semoga ada perubahan dari sikap dan jadi
anak yang sholeh ketika keluar dari panti
Transkip Wawancara
Nama Informan : Ibu WW
Jabatan : Keluarga dari WBS AK
Tanggal dan Waktu : 30 April 2018. Pukul 14.00-14.30 WIB
Tempat : PSBR Taruna Jaya II
Pertanyaan :
1. Darimana pertama kali Ibu/Bapak mengetahui info
tentang keberadaan anggota keluarganya di PSBR
Taruna Jaya II?
Jawab : Iya saya dapat kabar dari orang panti,
waktu itu ada telpon ke saya, katanya dari pihak
panti. Waktu itu dikasih tau kalo dia ada di panti.
Dijelasin juga sama pihak pantinya buat datang ke
panti besokannya buat ada yang diobrolin gitu
terkait dengan penanganan warga bina sosial
disana. Gitu awalnya mas saya tau dia ada di panti,
kalo dia ada disini.
2. Apa saja yang Ibu/Bapak lakukan saat melakukan
kunjungan?
Jawab : kalo pertama-pertama sih kita di panti
ketemu gitu, diketemuin sama dianya, terus
dijelasin kenapa dia ada di panti, terus banyak
ngobrol sama dianya mas. Kalau udah kesini-
kesini sih kalau ada waktu libur biasanya saya
sempetin dateng kesini. Bawain dia makanan.
kalau kunjungan kadang ngobrol, nanya
perkembangannya, sehat apa ngga, kadang kalau
ada rezeki saya kasih buat jajan dia. Kalo tiap
kesini pasti dikasih waktu dulu berdua sama dia,
baru nanti kita ngobrol sama bapak-bapak di
pantinya itu loh, mas. Biasanya sih kalo saya gak
sempet jenguk atau dia minta dijenguk biasanya
sih nelpon pake hape pengasuh-pengasuh disini
3. Sebagai keluarga dari WBS, dukungan seperti apa
yang Ibu/Bapak berikan untuk WBS?
Jawab : kalau dukungan palingan ya gitu aja mas,
saya kasih perhatian ya mas namanya juga
keluarga sendiri suka ga tega liatnya, setiap dateng
pasti suka sedih karena kangen ya mas sama dia.
Jadi ya sama Cuma bisa ngedukung apa yang dia
lakuin disini, perhatian, bawain makan, nasehatin
agar dia ga gitu lagi. Pokoknya saya mendukukung
segala yang dia lakuin disini selagi itu bisa buat
dia berubah kan ya, mas.
4. Selama WBS di PSBR Taruna Jaya II, apakah ada
kendala yang Ibu/Bapak alami?
Jawab : kalo kendala sih palingan masalah waktu
aja sih mas. Kadang mau ketemu kan sayanya
kerja mas. Kalau ga kerja nanti saya ga ada ongkos
buat kesininya mas. Paling itu aja sih mas.
5. Apa harapan Ibu/Bapak untuk WBS dimasa yang akan
datang?
Jawab : harapannya sih pengen liat dia sukses ya
mas, ga gaul-gaul gajelas, kerja biar bener, biar
bisa bantuin saya cari nafkah buat makan sehari-
hari. Makanya saya berdoa dia disini kan dapet
pelatihan gitu kan buat kerja, ya mudah-mudahan
aja keluar dari sini ilmunya bisa bermanfaat buat
dia, mas.
Transkip Wawancara
Nama Informan : R
Jabatan : WBS PSBR Taruna Jaya II
Tanggal dan Waktu : 30 Januari 2018. Pukul 13.30-14.00 WIB
Tempat : PSBR Taruna Jaya II
Pertanyaan :
1. Kegiatan apa yang biasa dilakukan WBS selama di
PSBR Taruna Jaya II?
Jawab : oh saya sih seneng maen bola dilapangan
di panti, kadang suka tanding sama temen-temen,
kadang main sama pendamping juga.
2. Selama berada di PSBR Taruna Jaya II,
pelajaran/pengalaman apa saja yang sudah
didapatkan?
Jawab : selama saya disini sih saya banyak dapat
pelajaran, bang. Dari program yang ada disini saya
paling suka ngelas, jadi tau gimana caranya
mengelas besi, suka ngelas karena paling mudah
dipelajari dibandingkan (keterampilan minat &
bakat) yang lain. Terus saya pernah habis makan
siang lupa cuci piring saya terus sama pak kur
ketahuan, jadinya pas makan malem saya disuruh
cuci piring bekas teman-teman saya.
3. Saat kunjungan keluarga, apa saja yang dilakukan
bersama keluarga?
Jawab : cuma ngobrolin tentang kegiatan saya
selama di panti aja, ditanyain apakah saya suka
disini apa ngga, terus ditanya disini dapat apa saja
4. Setelah keluar dari panti, apa rencana anda
selanjutnya?
Jawab : Nanti kalau udah keluar dari sini mau
kerja mencari uang bang, biar bisa kasih uang nya
sama orang tua buat makan, bang. Kan dulu
kayanya saya gimana gitu ke orang tua, tapi
sekarang saya agak mikir bang kalo orang tua saya
sebenarnya sayang bang. Ya apa lagi kalau mereka
dateng jenguk kesini bang, ya ngobrol-ngobrol aja
gitu, kadang di kasih uang buat jajan jadi seneng,
bang.
Transkip Wawancara
Nama Informan : RR
Jabatan : WBS PSBR Taruna Jaya II
Tanggal dan Waktu : 25 Januari 2018. Pukul 11.00-11.25 WIB
Tempat : PSBR Taruna Jaya II
Pertanyaan :
1. Kegiatan apa yang biasa dilakukan WBS selama di
PSBR Taruna Jaya II?
Jawab : saya disini ikutnya kelas ngelas, selain
ngelas ada mobil, motor, sama elektro. Terus
selain itu kegiatannya kalo pagi beda-beda hari
senin morning meeting, kamis kadarkum, minggu
olahraga, terus shalat dhuha setiap pagi. Terus kan
disini Awalnya merasa jenuh, dan mau pulang
mulu, tapi lama-lama jadi bisa menyesuaikan diri
dan beradaptasi dengan yang lain karena ya salah
satunya ya itu waktu ada kegiatan kumpul-kumpul
itu. Jadi kita saling kenal dan juga saling terbuka
satu sama lainnya
2. Selama berada di PSBR Taruna Jaya II,
pelajaran/pengalaman apa saja yang sudah
didapatkan?
Jawab : Banyak yang didapat disini, jadi bisa
ngelas, lebih mandiri, dan bertanggung jawab.
Terus disini selain kita dapat pembinaan
keterampilan, kita juga bisa menyalurkan hobi,
mau yang di olahraga apa di musik. Kalo saya sih
senengnya di musik, maen gitar bareng temen-
temen yang lain. Terus yang wajib disini itu harus
selalu sholat lima waktu dan sholat duha.
3. Saat kunjungan keluarga, apa saja yang dilakukan
bersama keluarga?
Jawab : kan ibu tau keadaan saya dari facebook,
disitu saya ngasih tau keadaan saya aja di panti
kaya gimana. Kalau ibu lagi sempet berkunjung ke
panti ya ngobrol aja sama nanya keadaan
4. Setelah keluar dari panti, apa rencana anda
selanjutnya?
Jawab : langsung mau kerja, bang. Biar bisa
ngeringanin beban orangtua.
Transkip Wawancara
Nama Informan : F
Jabatan : WBS PSBR Taruna Jaya II
Tanggal dan Waktu : 1 Februari 2018. Pukul 10.15-10.45 WIB
Tempat : PSBR Taruna Jaya II
Pertanyaan :
1. Kegiatan apa yang biasa dilakukan WBS selama di
PSBR Taruna Jaya II?
Jawab : disini mah banyak kegiatannya, kalo pagi
ada morning meeting, kadarkum, terus siang kita
ada pelatihan, ada empat pelatihannya, motor,
mobil, ngelas, sama elektro. Cuma kalo saya mah
milihya ngelas, bang.
2. Selama berada di PSBR Taruna Jaya II,
pelajaran/pengalaman apa saja yang sudah
didapatkan?
Jawab : kalau disini suka main musik bareng
temen-temen, saya yang gitarin mereka pada
nyanyi-nyanyi. Terus karena saya minatnya di
keterampilan ngelas jadi punya ilmu ngelas bang
buat pelajaran nanti kalau udah keluar dari panti.
Terus saya pernah waktu itu kepergok kamar saya
jorok dan bau, terus dihukum suruh bersih-bersih
kamar sampe bersih dan wangi.
3. Saat kunjungan keluarga, apa saja yang dilakukan
bersama keluarga?
Jawab : saya suka ketika orang tua datang kesini,
bikin kita jadi percaya diri aja gitu bang, kalo kita
sebenernya masih disayang, ada yang peduliin
terus juga ngerasa ga dibuang atau di titipin gitu
aja. terus ngobrol aja sambil orangtua memberi
nasihat, kita ya kaya ngerasa kalo mereka emang
sebenarnya sayang sama kita, ya gitu deh bang.
4. Setelah keluar dari panti, apa rencana anda
selanjutnya?
Jawab : mau kerja mencari uang, bang. Pengen
berubah ga kaya dulu lagi perilakunya yang suka
ngamen dijalan, terus pernah ga pulang juga.
Pengen kerja sih bang maunya biar bisa bantu-
bantu orangtua.
Transkip Wawancara
Nama Informan : AS
Jabatan : WBS PSBR Taruna Jaya II
Tanggal dan Waktu : 26 April 2018. Pukul 13.00-13.20 WIB
Tempat : PSBR Taruna Jaya II
Pertanyaan :
1. Kegiatan apa yang biasa dilakukan WBS selama di
PSBR Taruna Jaya II?
Jawab : disini kegiatannya banyak bang, ada
morning meeting, latihan baris-berbaris,
kadarkum, ngelas sama bengkel. Kalo kegiatan
biasanya kita ada jadwal hariannya sih.
2. Selama berada di PSBR Taruna Jaya II,
pelajaran/pengalaman apa saja yang sudah
didapatkan?
Jawab : pelajarannya jadi lebih menghargai waktu
aja, inget orangtua dirumah, belajar yang bener,
kasian kan orangtua pengen ngebahagiain
orangtua lah, bang. Terus saya juga usahain
ngikutin semua peraturan disini biar naik dari sini,
kalo udah naik dari primary ke re-entry 1 udah
enak soalnya bisa jalan-jalan didalam panti jadi
gak bosen di asrama terus, kalo di primary kan
dipagerin jadi gak bisa kemana-mana.
3. Saat kunjungan keluarga, apa saja yang dilakukan
bersama keluarga?
Jawab : biasanya sih ngobrol-ngobrol aja sama
orangtua, dikasih nasihat dibilangin jangan bandel
kaya dulu, terus disuruh belajar yang bener, ambil
ilmu disini sebanyak-banyaknya.
4. Setelah keluar dari panti, apa rencana anda
selanjutnya?
Jawab : pengennya sih kerja, bantu orangtua cari
rezeki, gapengen nyusahin orangtua lagi, bang.
Transkip Wawancara
Nama Informan : AK
Jabatan : WBS PSBR Taruna Jaya II
Tanggal dan Waktu : 30 April 2018. Pukul 14.30-14.45 WIB
Tempat : PSBR Taruna Jaya II
Pertanyaan :
1. Kegiatan apa yang biasa dilakukan WBS selama di
PSBR Taruna Jaya II?
Jawab : kegiatan yang sering dilakukan sih ada
kadarkum dan pelatihan baris-berbaris sebagai
wadah untuk melatih kedisplinan diri. Lalu kita
kan ada kegiatan piket bersama sebagai bentuk
tanggung jawab terhadap lingkungan panti.
Kemudian ada keterampilan kaya bengkel motor
dan mobil. Terus tiap pagi ada sholat dhuha sama
hafalan doa-doa, bang.
2. Selama berada di PSBR Taruna Jaya II,
pelajaran/pengalaman apa saja yang sudah
didapatkan?
Jawab : saya disini dapat keterampilan-
keterampilan sesuai minta dan bakat kita, bang.
Dapat pembekalan keagamaan dan pembiasaan
diri melatih kedisplinan.
3. Saat kunjungan keluarga, apa saja yang dilakukan
bersama keluarga?
Jawab : ngobrol-ngobrol ngebahas perkembangan
saya disini, bang. Ngebahas apa saja yang sudah
berubah didiri saya dari pertama kali di panti
sampai sekarang.
4. Setelah keluar dari panti, apa rencana anda
selanjutnya?
Jawab : rencana selanjutnya sih bang pengen
bekerja, ngasah pembekalan-pembekalan dan
pembinaan yang udah diberikan selama ini di
panti.
Lampiran 5
Dokumentasi
Kegiatan rutin do’a pagi dan sholat dhuha
Kegiatan KADARKUM dipimpin oleh KORAMIL
Kegiatan morning meeting dipimpin oleh Pekerja Sosial PSBR
Taruna Jaya II
Kunjungan Bapak “S” keluarga dari WBS “R”
Keterampilan minat dan bakat elektro
Keterampilan minat dan bakat mengelas
Keterampilan minat dan bakat bengkel motor
Keterampilan minat dan bakat bengkel mobil