1 arthritis reumatoid
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 1 Arthritis Reumatoid
1/10
1 Arthritis Reumatoid
Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang menyebabkan degenerasi
jaringan ikat, peradangan (inflamasi) yang terjadisecara terus-menerus terutama pada organ
sinovium dan menyebar ke struktur sendi di sekitarnya, seperti tulang rawan, kapsul fibrosa
sendi, ligamen dan tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifankomplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan granular. Inflamasi kronik
menyebabkan hipertropi dan penebalan membran pada sinovium, terjadi hambatan aliran darah
dan nekrosis sel dan inflamasi berlanjut (Fonnie 2007).
Epidemiologi
Arthritis rheumatoid masih menjadi masalah kesehatan dunia,diperkirakan 0,5-1 % dari populasi
global menderita AR. Peluang terjadinya penyakit hati pada penderita AR dua kali lebih besar dari
yang tidak menderita.America Arthritis Fondation melaporkan, penderita AR berisiko dua kali lebih
besar terkena penyakit jantung sehingga meningkatkan angka kematianpenderita Cardiovascular dan infeksi. Lima puluh persen pasien AR mengalami kecacatan
fungsional sementara setelah 20 tahun, 80 % cacat dan dapat mengurangi usia harapan hidup 3-18
tahun (Holm 2001).
Studi epidemiologi melaporkan berbagai faktor risiko yang dihubungkan dengan terjadinya penyakit
AR, seperti faktor kerentanan terhadap penyakit dan faktor inisiasi yaitu faktor yang diduga
meningkatkan risiko berkembangnya penyakit (DCD 2005).
Faktor kerentanan seperti :1) jenis kelamin; 2) Usia : Dapat terjadi pada usia muda 30-50 tahun, usia
lanjut terutama pada wanita kasus AR meningkat; 3) Obesitas : memacu meningkatnya oksidan
melalui berbagai mekanisme; 4) Genetik, keluarga yang memiliki anggota keluarga terkena AR
memiliki risiko lebih tinggi, dan dihubungkan dengan gen HLA-DR4. Faktor inisiasi adalah perokok ,
infeksi bakteri atau virus menjadi inisiasi dari AR, pil kontrasepsi, gaya hidup : stres dan diet
mengawali inflamasi sendi
Fisiologi dan Anatomi
Secara anatomi sendi berada pada pertemuan tulang yang memberikan sifat mudah bergerak.
Struktur sendi terdiri dari hialin kartilago yang menutupi kapsul. Bagian terluar kapsul terdiri dari
fibrous suatu jaringan lunak, periosteum dan bagian dalam terdapat lapisan sinovial. Sinovial adalah
suatu kapsul, yang menutup ligamen dan tulang. Lapisan luar kapsul membentukmembran fibrousdan sisi kapsul terdapat membran sinovium yang tipis terisi oleh cairan yang
mengisi kapsul dan berfungsi sebagai lumbrikasi pada ujung tulang yang menutup kapsul dan
melenturkan kartilago. Kartilago dan cairan sinovial memberi sifat mampu bergerak pada sendi.
Membran sinovial AR mengandung sel serupa fibroblas (sinoviosit, tipe sel B) dan makrofag.
Sinoviosit bersifat imunoreaktif, disekresi oleh kolagen dan proteoglikan termasuk ekspresi vascular
sel adhesi molekul 1 (VCAM-1) dan antigen (Jose 2003).
Patofisiologi
Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke struktur-struktur sendi dan sekitarnyatermasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi. Ligamentum dan tendon meradang.
-
7/30/2019 1 Arthritis Reumatoid
2/10
Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah putih, pengaktivan komplemen, fagositosis
ekstensif dan pembentukan jaringan parut. Peradangan kronik akan menyebabkan membran
sinovium hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan
nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal kemudian dilapisi oleh
jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga semakin
merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara lambat merusak sendi
dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.
Etiologi
Arthritis rheumatoid merupakan penyakit autoimun kompleks, yang menyebabkan terjadinya
gangguan fungsi normal sistem imun. Penyebab pasti dari kerusakan sistem imun belum dapat
dijelaskan (Bratawijaya 2004). Penyakit autoimun AR dihubungkan dengan berbagai faktor seperti
infeksi virus, bakteri, kemiripan molekuler (sel antigen), pembentukan oksidan yang berlebih oleh
hormon, usia, obes dan obat yang diduga menyebabkan kegagalan autoregulasi aktivitas sel B dan
sel limfosit T. Break-down sistem imun diduga dapat terjadi oleh kepekaan genetik (Husney 2004).
Patogenesis
Arthritis rheumatoid adalah penyakit peradangan kronik yang menyebabkan degenerasi jaringan
ikat. Peradangan (inflamasi) pada AR terjadi secara terus-menerus terutama pada organ sinovium
dan menyebar ke struktur sendi di sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi, ligamen dan
tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan komplemen, fagositosis
ekstensif dan pembentukan jaringan granular. Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan
penebalan pada membran sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi
berlanjut (Wiralis 2008).
Inflamasi menyebabkan pelepasan berbagai protein sitokin. Sitokin memiliki fungsi antara lain
memelihara keseimbangan tubuh selama terjadi respon imun, infeksi, kerusakan, perbaikan jaringan,
membersihkan jaringan mati, darah yang membeku dan proses penyembuhan. Jika produksi sitokin
meningkat, kelebihan sitokin dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada sendi saat inflamasi
AR. Sitokin yang berperan penting pada AR antara lain adalah IL-1, IL-6, TNF- dan NO. Nitrit oksida,
diketahui dapat menyebabkan kerusakan sendi dan berbagai manifestasi sistemik (Rahmat 2006).
Leukosit adalah bagian sistem imun tubuh yang secara normal dibawa ke sinovium dan
menyebabkan reaksi inflamasi atau sinoviositis saat antigen berkenalan dengan sistem imun.
Elemen-elemen sistem imun (gambar 1) dibawa ke tempat antigen, melalui peningkatan suplai darah
(hiperemi) dan permeabilias kapiler endotel, sehingga aliran darah yang menuju ke lokasi antigen
lebih banyak membawa makrofag dan sel imun lain (Fonnie 2007).
-
7/30/2019 1 Arthritis Reumatoid
3/10
Saat inflamasi leukosit berfungsi
menstimulasi produksi molekul leukotriens, prostaglandin (membuka pembuluh darah dan
meningkatkan aliran darah) dan NO (gas yang berperan dalam fleksibilitas dan dilatasi pembuluh
darah, dalam jumlah yang tinggi merupakan substansi yang berperan besar pada berbagai kerusakan
AR) (Visioli 2002).
Peningkatan permeabilitas vaskular lokal menyebabkan anafilatoksin (C3, C5). Local vascular pada
endotel melepas NO dengan vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas vaskular, ekspresi molekuladhesi pada endothel, pembuluh darah, ekspresi molekul MHC kelas II dan infiltrasi sel neutrofil dan
makrofag (Anonim 2010).
(Sumber: Arthritis research & therapy,2007)
http://1.bp.blogspot.com/_yGEdNWYu23c/TMWZkXqwSAI/AAAAAAAABO4/dHsE_hx1XwY/s1600/tujtyu.JPGhttp://2.bp.blogspot.com/_yGEdNWYu23c/TMWZk1_j6sI/AAAAAAAABPA/B_iRUMSGB7g/s1600/gjgh.JPGhttp://1.bp.blogspot.com/_yGEdNWYu23c/TMWZkXqwSAI/AAAAAAAABO4/dHsE_hx1XwY/s1600/tujtyu.JPGhttp://2.bp.blogspot.com/_yGEdNWYu23c/TMWZk1_j6sI/AAAAAAAABPA/B_iRUMSGB7g/s1600/gjgh.JPG -
7/30/2019 1 Arthritis Reumatoid
4/10
Gambar 1. Mekanisme inflamasi yang terlibat dalam proses AR
Inflamasi sinovial dapat terjadi pada pembuluh darah, yang menyebabkan hiperplasia sel endotel
pembuluh darah kecil, fibrin, platelet dan inflamasi sel yang dapat menurunkan aktivitas vaskuler
pada jaringan sinovial. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah dan berakibat pada
peningkatan metabolisme yang memacu terjadinya hipertropi (bengkak) dan hiperplasia (membesar)dan sel dalam keadaan hipoksia (gambar 2). Sel yang hipoksia dalam sinovium berkembang menjadi
edema dan menyebabkan multiplikasi sel sinovial. Sel pada sinovium tumbuh dan membelah secara
abnormal, membuat lapisan sinovium menebal, sehingga sendi membesar dan bengkak (Ackerman
and Rosai 2005).
(Sumber: Arthritis research & therapy,2007)
Gambar 2. Perbandingan sel normal dan kondisi hipoksia
Berkembangnya fase penyakit, ditunjukkan dengan penebalan synovial membentuk jaringan yang
disebut panus. Panus adalah lembaran/lapisan yang menebal membentuk granulasi. Panus dapat
menyebar ke dalam sinovium sendi dan bersifat destrukstif terhadap elemen sendi (Bresnihan et
al 1998).
Interaksi antara antibodi dan antigen menyebabkan perubahan komposisi cairan sinovial, cairan
sinovial kurang mampu mempertahankan fungsi normal dan bersifat agresif-destruktif. Respons dari
perubahan dalam sinovium dan cairan sinovial, menyebabkan kerusakan sejumlah besar sendi dan
jaringan lunak secara bertahap berdasarkan fase perkembangan penyakit (tabel 1) (Ackerman and
Rosai 2004).
http://2.bp.blogspot.com/_yGEdNWYu23c/TMWZkFRWTDI/AAAAAAAABOw/QkEZOdOFZVs/s1600/hfdhgh.JPG -
7/30/2019 1 Arthritis Reumatoid
5/10
Destruksi yang terjadi pada tulang menyebabkan kelemahan tendon dan ligamen, perubahan
struktur tulang dan deformitas sendi sehingga mempengaruhi aktivitas harian dan menghilangkan
fungsi normal sendi. Destruksi dapat terjadi oleh serangan panus (proliferasi sel pada lining sinovial)
ke subkodral tulang. Destruksi tulang menyebabkan area hialin kartilago dan lining synovial tidak
dapat menutupi tulang, sendi dan jaringan lunak (Hellman 2004 & Ackerman 2004).
Tahap lebih lanjut, terjadi kehilangan struktur artikular kartilago dan menghasilkan instabilitas
terhadap fungsi penekanan sendi, menyebabkan aktivitas otot tertekan oleh destruksi tulang, lebihjauh menyebabkan perubahan struktur dan fungsi sendi yang bersifat ireversibel dan dapat terjadi
perubahan degeneratif terutama pada densitas sendi. Destruksi dapat menyebabkan terbatasnya
pergerakan sendi secara signifikan, ditandai dengan ketidak stabilan sendi (Hellman 2004 &
Ackerman 2004).
Manifestasi Klinik
Karateristik dari AR adalah munculnya gambaran tertentu pada sendi kecil seperti jari tangan dan
kaki kaku pada pagi hari dan ada yang kondisinya memburuk sepanjang hari; disertai dengan gejala
lain seperti menghilangnya nafsu makan, lesu, demam, anemi dan bengkak pada jaringan di bawahkulit (nodul rheumatoid); bengkak dan nyeri pada sendi jari kaki, tangan, pergelangan, siku dan lutut.
Pada fase lanjut terjadi hancurnya jaringan artikular dan deformitas. Pada kondisi yang lebih berat
dapat menyerang mata, paru atau pembuluh darah. Arthritis rheumatoid memiliki ciri khusus seperti
adanya nodul-nodul rheumatoid, konsentrasi RFs yang abnomal dan perubahan radiografi yang
meliputi erosi tulang (Tsou 2007).
Herbal dan Jus Buah
Herbal yang digunakann untuk mengatasi arthritis rheumatoid adalah bawang putih, beluntas, daun
sendok, gandarusa, jahe merah, kunyit, sambiloto, sembung, temulawak, dan sidaguri. Herbal-herbal
tersebut mengandung berbagai macam antioksidan yang mencegah penyakit yang disebabkan oleh
http://2.bp.blogspot.com/_yGEdNWYu23c/TMWZj1wbfcI/AAAAAAAABOo/plNnw1H-iUk/s1600/mnbmb.JPG -
7/30/2019 1 Arthritis Reumatoid
6/10
asam urat. Bawang putih mengandung alilin yang akan terpecah menjadi alisin dan berguna untuk
menghancurkan endapan darah arteri menghilangkan nyeri (anti-inflamasi) dan diuretik. Beluntas
mengandung flavonoid yang berfungsi menghilangkan nyeri akibat rematik, nyeri tulang, dan sakit
pinggang. plantagin, aukubin, asam ursolik pada daun sendok berkhasiat menurunkan kadar asam
urat dalam darah, diuretic, melarutkan endapan garam kalsium yang terdapat dalam ginjal dan
kandung kencing. Justicin pada gandarusa berfungsi antirematik. Jahe merah, temulawak dan kunyit
memiliki minyak atsiri, gingerol, kurkumin, berkhasiat untuk melancarkan peredaran darah, anti
inflamasi, dan menghilangkan nyeri rematik (Agromedia 2008). Berikut tabel bermacam-macam
buah yang berguna untuk mengatasi rematik:
http://1.bp.blogspot.com/_yGEdNWYu23c/TMWZjpmTlwI/AAAAAAAABOg/J4KcOsveA_0/s1600/fhgjnc.JPG -
7/30/2019 1 Arthritis Reumatoid
7/10
A. DEFINISI
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis
rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya.
Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.Rheumatoid Artritis
A. DEFINISI
Rheumatoid Arthritis berasal dari dua kata Artitis yang artinya radang sendi dan Rematoid yang
berasal dari kata "rheumatos" yang artinya mengalir. Dari kata rheumatos ini kemudian terciptalah
istilah "demam rematik", yaitu dimulai dengan infeksi tenggorokan dan disertai dengan radang
sendi. Suku kata "oid" berasal dari kata rematiod yang berarti "mirip", maka dapat
diartikan sebagai penyakit yang mirip demam rematik. Tapi bedanya Rheumatoid Arthritis bersifat
progresif.
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif,
cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin,
Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis
rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya.
Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
Penyakit Rhemaotid Arthritis sebenarnya merupakan salah satu bentuk penyakit sendi, yang
biasanya disebut sebagai salah satu jenis penyakit rematik oleh masyarakat umum. Rematik memiliki
lebih dari 100 jenis dimana gejalanya mirip satu dengan yang lain. Oleh karena itu, banyak
masyarakat awam bahkan dokter sekalipun sering kurang tepat menentukan jenis penyakit
yang diderita.
Rhemaotid Arthritis atau RA harus segera ditangani dan diobati secara tepat karena dapat
menyebabkan kecacatan, penurunan kualitas hidup, bahkan kematian jika sudah mencapai tingkat
keparahan yang bersifat lanjut. Sering kali RA terlambat ditangani karena banyaknya anggapan
dimaasyarakat bahwa keluhan nyari sendi akibat asam urat. Ini yang
perlu untuk selalu diingat bahwa tidak semua nyeri sendi adalah karena asam urat.
RA merupakan suatu penyakit otoimun. Otoimun yaitu kondisi dimana sistem kekebalan tubuh yang
seharusnya melawan benda asing yang membahayakan tubuh tapi menyerang tubuh itu sendiri.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa RA disebabkan oleh kesalahan sistem kekebalantubuh yang justru menyerang tubuh sendiri, terutama menyerang sendi-sendi dan menyebabkan
http://1.bp.blogspot.com/_4Xq-qtMihHw/S0GFPGClNJI/AAAAAAAAAC8/XG7t7iXzc1M/s1600-h/ra.jpg -
7/30/2019 1 Arthritis Reumatoid
8/10
peradangan.
RA menyerang sinovium yaitu lapisan dalam bungkus sendi. Peradangan pada sinovium ini disebut
dengan sinovitis. RA adalah penyakit sendi menahun dimana terkadang gejala penyakitnya tidak
muncul dalam selang waktu beberapa lama namun kemudian dapat muncul lagi, menyerang
berbagai sendi, dan biasanya simetris (bila menyerang bagian tubuh kanan
maka bagian kiri juga ikut terkena).
Keadaan penyakit RA semakin lama akan semakin parah, dan dapat sampai merusak sendi secara
total, sehingga sendi tidak dapat digerakkan lagim dan mengakibatkan kecacatan. Pnderita RA tidak
dapat bebas bergerak karena merasakan kakudan nyeri di persendian dan pada umumnya tidak
mampu melakukan kegiatan fisik sehingga menyebabkan penderitaan
berkepanjangan dan menurunnya kualitas hidup.
Peradangan sendi pada RA mengakibatkan sendi menjadi bengkak, sakit, kaku, dan merah
meradang.....
B. ETIOLOGI
Penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui secara pasti. Ada beberapa teori yang
dikemukakan sebagai penyebab Artritis Reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimmun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini Artritis rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini
bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan
organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang
rawan sendi penderita.
C. PATOFISIOLOGI
Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses fagositosis yang menghasilkan
enzim enzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi membran
sinovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi.
Membran syinovial pada pasien rheumatoid arthritis mengalami hiperplasia, peningkatan
vaskulariasi, dan ilfiltrasi sel-sel pencetus inflamasi, terutama sel T CD4+. Sel T CD4+ ini sangat
berperan dalam respon immun. Pada penelitian terbaru di bidang genetik, rheumatoid arthritis
sangat berhubungan dengan major-histocompatibility-complex class II antigen HLA-DRB1*0404 dan
DRB1*0401. Fungsi utama dari molekul HLA class II adalah untuk mempresentasikan antigenic
peptide kepada CD4+ sel T yang menujukkan bahwa rheumatoid arthritis disebabkan oleh
arthritogenic yang belim teridentifikasi. Antigen ini bisa berupa antigen eksogen, seperti protein
virus atau protein antigen endogen. Baru-baru ini sejumlah antigen endogen telah teridentifikasi,
seperti citrullinated protein dan human cartilage glycoprotein 39.
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan syinovial fibroblas untuk
-
7/30/2019 1 Arthritis Reumatoid
9/10
memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF- untuk mensekresikan matrik metaloproteinase
melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator
pelarut seperti interferon- dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF- merupakan
kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.
Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung dan ikatan dengan
12 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid
faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis rheumatoid arthritis
tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar rheumatoid faktor mengaktiflkan berbagai
komplemen melalui pembentukan immun kompleks. Aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan
osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi makrofag,
limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi peninkatan vaskularisasi yang
ditemukan pada synovial penderita rheumatoid arthritis.
D. TANDA DAN GEJALA
Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang lazim ditemukan pada penderita Reumatik.Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini
memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan
demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi perifer,
termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan
dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat
terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama menyerang
sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan
sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang .
5. Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran
ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere
dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. . Pada kaki
terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi
yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama
dalam melakukan gerakan ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang
dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon
(sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini
dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan
petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang organ-organ lain diluar
sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis siccs yang merupakan sindrom Sjgren, sistem
cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai
nodul rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan
disfungsi katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.
-
7/30/2019 1 Arthritis Reumatoid
10/10
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
2. Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
3. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
4. LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala
meningkat
5. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
6. SDP: Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
7. JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
8. Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab AR.
9. Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan
osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara
bersamaan.
10. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
11. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang
pada sendi
12. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram,
berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif );
elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
13. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.