1. vaginal smear

25
VAGINAL SMEAR Oleh : Nama : Insan Maulina NIM : B1J009057 Rombongan : VI Kelompok : 2 Asisten : Andri Prajaka Santo LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

Upload: ariani-sukma-dewi

Post on 06-Dec-2014

121 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1. Vaginal Smear

VAGINAL SMEAR

Oleh :

Nama : Insan Maulina NIM : B1J009057Rombongan : VIKelompok : 2Asisten : Andri Prajaka Santo

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2010

Page 2: 1. Vaginal Smear

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mamalia mempunyai aktivitas seksual yang menyertai sepanjang hidupnya.

Aktivitas seksual tersebut selalu berubah-ubah, kadang tinggi dan kadang rendah.

Periode yang menunjukkan bahwa hewan betina sedang mengalami aktivitas seksual

tinggi yang ditunjukkan dengan tanda-tanda seperti gelisah dan berteriak-teriak

memanggil pejantan disebut dengan istilah estrus. Istilah estrus semula hanya

menunjukkan kehadiran periode keinginan seksual yang tinggi, yang diwujudkan

melalui tingkah laku hewan tersebut. Data melalui percobaan yang diperoleh,

diketahui bahwa pada saat terjadi estrus juga terjadi perubahan-perubahan yang

penting dalam hewan tersebut, yang sangat erat kaitannya dengan saat ovulasi, yang

bisanya bersamaan dengan fase estrus.

Siklus estrus merupakan jarak antara estrus yang satu sampai pada estrus

yang berikutnya. Setiap hewan mempunyai siklus estrus yang berbeda-beda, ada

golongan hewan monoestrus (estrus sekali dalam satu tahun), golongan hewan

poliestrus (estrus beberapa kali dalam satu tahun), dan golongan hewan poliestrus

bermusim (estrus hanya selama musim tertentu dalam setahun). Daur atau siklus

estrus terdiri dari empat fase, yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Fase-

fase ini mudah dikenali dengan mengamati sel-sel penyusun vagina, yaitu mukosa

vagina. Kejadian yang penting dari daur estrus adalah ovulasi, yaitu pelepasan

sebuah telur yang matang dari folikel ovarium.

Vaginal smear merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi

fase siklus estrus yang sedang dialami oleh individu betina. Tipe sel pada suatu fase

berbeda dengan fase yang lain. Perbedaan tipe sel merupakan salah satu cara untuk

Page 3: 1. Vaginal Smear

mengetahui suatu fase estrus yang dialami oleh individu betina. Metode ini

menggunakan tipe sel epithel dan leukosit yang diambil dari vagina dari hewan uji

untuk mengidentifikasi fase dalam siklus estrus.

Marmut (Cavia porcellus) digunakan sebagai hewan uji di karenakan marmut

termasuk hewan rodentia yang mempunyai fase-fase yang mudah dikenal, yaitu

dengan cara mengamati sel-sel yang menyusun vagina atau lapisan mukosanya

melalui pembuatan preparat apus. Alasan yang lainnya yaitu marmut mudah didapat.

Hewan uji yang dapat diamati siklus estrusnya adalah hewan yang telah masak

kelaminnya dan tidak sedang hamil.

B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah melakukan prosedur pembuatan preparat

apus vagina, mengidentifikasi tipe-tipe sel dalam preparat tersebut dan menentukan

fase estrus dari hewan uji yaitu marmut betina (Cavia porcellus ♀).

Page 4: 1. Vaginal Smear

II. TINJAUAN PUSTAKA

Estrus terjadi pada hewan betina tidak hamil menurut suatu siklus ritmik

yang khas. Interval antara timbulnya satu periode birahi ke permulaan birahi

berikutnya dikenal dengan suatu siklus birahi. Interval-interval ini disertai oleh suatu

seri perubahan-perubahan fisiologik di dalam saluran kelamin betina (Toelihere,

1985).

Hewan betina dari sebagian besar spesies mamalia mempunyai nafsu birahi

dan keinginan untuk kawin pada waktu-waktu tertentu. Fase ini disebut dengan masa

estrus atau masa “birahi”, yaitu keadaan optimal bagian penyatuan telur dengan

sperma. Hewan liar mempunyai masa estrus sekali setahun, kelompok hewan ini

menunjukkan daur pembiakkan yang disebut daur estrus. Daur estrus adalah suatu

peristiwa antara dua kejadian estrus. Hewan yang memiliki daur estrus sekali dalam

setahun disebut monoestrus, sedangkan hewan yang memiliki daur estrus beberapa

kali dalam setahun disebut poliestrus (Vilee et al., 1988).

Hampir semua hewan betina mengalami siklus estrus. Hewan-hewan betina

tersebut dapat mengalami kehamilan selama siklus estrus, ketika suhu tubuhnya

meningkat tajam dan tidak menolak jika didekati oleh pejantan. Siklus ini hanya

terjadi pada waktu tertentu dalam setahun, ketika oosit matang dan hormon bereaksi

agar endometrium siap untuk menerima telur yang telah dibuahi (Star, 1995).

Hormon tidak disekresikan dalam jumlah konstan sepanjang daur seksual,

tetapi dengan kecepatan yang sangat berbeda dalam berbagai bagian dari daur

tersebut. Sistem hormon yang berperan dalam daur pembiakkan adalah hormon yang

dikeluarkan oleh hipotalamus yaitu GnRh, hormon yang dikeluarkan oleh hipofisis

anterior yaitu FSH dan LH, dan hormon yang dikeluarkan oleh ovarium yaitu

estrogen dan progesteron (Guyton, 1997).

Page 5: 1. Vaginal Smear

III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum vaginal smear adalah cotton bud,

gelas objek, cover gelas, pipet tetes, tissue, bak preparat, dan mikroskop cahaya.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum vaginal smear adalah marmut

betina masak kelamin dan tidak sedang hamil (Cavia porcellus ♀), larutan alkohol

70%, larutan NaCl 0,9%, dan pewarna methylen blue 1% akuosa.

B. Metode

1. Marmut betina yang akan diperiksa (hewan uji) dipegang dengan tangan

kanan. Tengkuk hewan uji dijepit dengan jari jempol dan jari telunjuk,

sedangkan ekor dijepit diantara telapak tangan dan jari kelingking.

2. Ujung cotton bud dibasahi dengan larutan NaCl 0,9% dan di masukkan

perlahan-lahan ke dalam vagina hewan uji sedalam ± 5 mm dan diputar

searah dengan jarum jam sebanyak dua atau tiga kali.

3. Gelas objek dibersihkan dengan alkohol 70% dan dikering anginkan. Ujung

cotton bud yang sudah dibasahi oleh larutan NaCl dioleskan dua sampai tiga

baris dengan arah yang sama (sejajar).

4. Olesan vagina hewan uji tersebut ditetesi dengan larutan methylen blue

sambil sesekali dimiringkan agar pewarna merata pada permukaan ulasan dan

dibiarkan selama ± 5 menit. Pewarna yang berlebihan dibersihkan dengan

dibilas menggunakan akuades atau air mengalir kemudian ditutup dengan

cover gelas.

Page 6: 1. Vaginal Smear

5. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah baru

kemudian dengan perbesaran kuat. Diperhatikan tipe dan proporsi sel dalam

preparat apusan.

Page 7: 1. Vaginal Smear

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gb. 1a. Mikroskopis Siklus Estrus Fase estrus Gb. 1b. Skematis Siklus Estrus Fase

Perbesaran 40 x 10 Estrus

Keterangan :

1. Sel epitel

2. Sel leukosit

2

1

Page 8: 1. Vaginal Smear

B. Pembahasan

Berdasarkan pengamatan terhadap sediaan apus vagina marmut betina,

didapatkan bahwa marmut tersebut sedang mengalami fase estrus yaitu diketahui

dengan melihat bentuk dan tipe sel yang diambil dari vagina. Sel yang ada adalah sel

epitel yang terkornifikasi karena meningkatnya kadar estrogen (Hafez, 1968).

Vaginal smear menggunakan daerah vagina sebagai daerah identifikasi. Mukosa

vagina diambil untuk bahan identifikasi. Sel epitel dan leukosit terdapat dalam

mukosa vagina. Identifikasi bentuk sel epitel dan leukosit dapat menunjukkan fase

dalam siklus estrus (Gilbert, 1994).

Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium yaitu

esterogen dan progesteron. Marmut betina diperlukan sedikit progesteron sebelum

esterogen dapat menyebabkan betina secara penuh menunjukkan respon kawin.

Epithelium vagina secara siklik rusak dan dibangun kembali, bervariasi dari bentuk

squamata berlapis sampai kuboid rendah. Ovum memiliki karakter epithel yaitu sel

granulosa (Guyton and Hall, 1997).

Daur estrus terutama pada poliestrus dapat dibedakan atas: proestrus, estrus,

metestrus, dan diestrus. Periode-periode tersebut terjadi dalam satu siklus dan

serangkaian, kecuali pada saat fase anestrus yang terjadi pada saat musim kawin

(Nongae, 2008).

Fase proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan berhentinya

progesteron dan memperluas untuk memulai estrus. Terjadi pertumbuhan folikel

yang sangat cepat dalam fase ini. Akhir periode ini adalah efek estrogen pada sistem

saluran dan gejala perilaku perkembangan estrus yang dapat diamati (Nongae, 2008).

Fase Metestrus memiliki karakteristik yaitu, histologi dari smear vagina

menampakkan suatu fenomena kehadiran sel-sel yang bergeser dari sel-sel parabasal

Page 9: 1. Vaginal Smear

ke sel-sel superfisial, selain itu sel darah merah dan neutrofil juga dapat diamati. Sel-

sel parabasal adalah sel-sel termuda yang terdapat pada siklus estrus. Karakteristik

dari sel-sel parabasal adalah bentuknya bundar atau oval, mempunyai bagian nukleus

yang lebih besar daripada sitoplasma, sitoplasmanya biasanya tampak tebal, dan

secara umum berwarna gelap (Widyawati, 2007). Proses perubahan sel-sel parabasal

menuju sel intermediet kemudian sel-sel superfisial dan sel-sel anucleate dapat

dijelaskan sebagai berikut: bentuk bundar atau oval perlahan-perlahan akan berubah

menjadi bentuk poligonal atau bentuk tidak beraturan. Ukuran nuklei yang besar

secara perlahan-lahan akan mengecil, pada beberapa kasus nuklei mengalami

kematian atau rusak secara bersamaan. Ukuran sitoplasma akan lebih tipis dari pada

semula, maka sel-sel parabasal yang berwarna gelap akibat pewarnaan akan berubah

menjadi sel-sel yang bewarna lebih cerah akibat pewarnaan yang sama. Proses

perubahan di atas dapat ditengarai sebagai salah satu proses pada siklus estrus (Taw,

2008).

Fase estrus memiliki karakteristik yaitu, penampakan histologi dari smear

vagina didominasi oleh sel-sel superfisial, tetapi terdapat kornifikasi pada hasil

preparat, pengamatan yang berulang menampakkan sel-sel superfisialnya ada yang

bersifat anucleate.

Sel-sel parabasal dan superfisial mudah untuk dibedakan, sedangkan sel-sel

intermediet adalah sel yang terletak diantara sel parabasal dan sel superfisial.

Nukleus mengecil, membentuk pyknotic maka sel ini dapat diklasifikasikan pada sel

superfisial (Karaca dan Uslu, 2008).

Fase diestrus memiliki karakteristik yaitu, terjadi pengurangan jumlah sel

superfisial dari kira-kira 100% pada fase sebelumnya menjadi 20% pada fase

diestrus. Jumlah sel parabasal dalam apusan preparat vagina menjadi meningkat,

Page 10: 1. Vaginal Smear

hasil ini diperkuat dengan pengujian yang dilakukan pada hari berikutnya. Menurut

Karaca dan Uslu (2008), ciri siklus estrus tidak dapat dipisahkan dari proses

perubahan yang terjadi pada sel-sel epitelnya, untuk itu berikut adalah penjelasan

mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan histologi sel epitel vagina: sel

kornifikasi adalah tipe sel vagina yang paling tua dari sel parabasal, sel intermediate,

sel superfisial, dan mempunyai ciri nukleus yang tidak lengkap. Sel epitel adalah sel

yang menyusun jaringan epitelium, biasanya terletak pada bagian tubu yang

mempunyai lumen dan kantong misal vagina. Sel intermediet adalah tipe sel epitel

vagina yang lebih tua dari parabasal tetapi lebih muda dari sel superfisial dan sel

squamous tanpa nucleus. Inti sel pyknotic adalah nukleus yang telah degeneratif dan

merupakan ciri dari sel superficial.

Menurut Taw (2008), Pengurutan proses pertumbuhan sel dari epitel sel

vagina berkaitan dengan siklus estrus dapat diurutkan sebagai berikut; Sel-sel

parabasal (dijumpai pada fase proestrus, serta pada fase akhir diestrus). Sel-sel

intermediet (dijumpai pada fase proestrus akhir dan metestrus awal). Sel-sel

superfisial (fase metestrus akhir dan fase estrus). Sel-sel squamous tanpa nukleus

(fase estrus).

Perbedaan siklus menstruasi dan siklus estrus adalah siklus menstruasi terjadi

pada manusia dan primata, sedang pada mamalia lain terjadi siklus estrus.

Perbedaanya adalah, pada siklus menstruasi, jika tidak terjadi pembuahan maka

lapisan endometrium pada uterus akan luruh keluar tubuh, sedangkan pada siklus

estrus, jika tidak terjadi pembuahan, endomentrium akan direabsorbsi oleh tubuh.

Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada pula setiap 21

hari dan 30 hari) yaitu sebagai berikut : Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi

pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh hormon FSH.

Page 11: 1. Vaginal Smear

Sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Folikel

berkembang menjadi folikel Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan

hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang

keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang habis

terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan

memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel Graaf

yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar

terjadinya ovulasi disebut fase estrus. LH merangsang folikel yang telah kosong

untuk berubah menjadi badan kuning (Corpus Luteum). Badan kuning menghasilkan

hormon progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya

dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut

fase luteal, selain itu progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan

LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan progesteron

berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometriam terhenti, endometrium

menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan

(menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi.

Progesteron yang tidak ada, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan proses

oogenesis kembali (Dhayu, 2000).

Manusia dan beberapa primata lainnya mempunyai siklus menstruasi,

mamalia lain dikenal adanya siklus estrus (estrous cycle). Perbedaannya dengan

menstruasi adalah pada siklus estrus lapisan endometrium yang telah dipersiapkan

untuk menerima konsepsi, akan diserap kembali oleh uterus bila tak terjadi

pembuahan, sehingga tidak banyak terjadi pendarahan. Hewan betina periode seputar

ovulasi; vagina mengalami perubahan yang memungkinkan terjadinya perkawinan,

periode ini disebut estrus. Kopulasi hanya terjadi pada periode estrus. Peternak sapi

Page 12: 1. Vaginal Smear

pada insemenasi buatan dilakukan saat sapi betina mengalami estrus yang ditandai:

vagina mengalami 3A dalam bahasa Jawa (Abuh = ukuran lebih besar, Abang =

warna merah, Anget = hangat). Jangka siklus estrus berbeda-beda; pada tikus hanya

5 hari, anjing dan beruang hanya mengalami satu siklus pertahun, tetapi pada gajah

mengalami beberapa kali siklus estrus pertahun (Widyawati, 2007). Perbedaan siklus

estrus dan menstruasi, diantaranya terletak pada fase-fase yang tejadi, yaitu pada

siklus estrus faseyang terjadi, yaitu:

1. Proestrus, folikel mengalami pemasakan akhir.

2. Estrus, terjad ovulasi (mirip periodesexual receptivity pada sebagian besar hewan)

3. Metestrus, terjadi pembentukan corpus luteum

4. Diestrus, corpus luteum berfungsi optimal.

Monoestrus dalam 1 tahun hanya mengalami 1x siklus estrus (anjing,

serigala,beruang). Poliestrus dlm 1 th mengalami lebih dari 1x siklus estrus (babi,

manusia, sapi). Poliestrus musiman, siklus estrus terjad lebih dari 1x tetapi hy pada

musim tertentu saja, misal pd musim gugur (kambing, domba & rusa), pd musim

semi (kuda & hamster) Siklus menstruasi (Primata)

1. Fase mentruasi (destruktif), endometrium hancur & pembuluh2 darah pecah.

Darah menstruasi mengandung mucus, cell debris (jaringan yang hancur) dan

cairan lain.

2. Fase proliferatif (follicular), endometrium mengalami pertumbuhan (proliferasi)

sehingga menjadi tebal.

3. Fase ovulasi, pembuluh-pembuluh darah pada endometrium tumbuh membesar

dan terbentuk kelenjar-kelenjar pada endometrium.

4. Fase secretory (luteal), terjadi aktivitas sekresi dari kelenjar-kelenjar pada

endometrium.

Page 13: 1. Vaginal Smear

Fase proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan berhentinya progesteron

dan memperluas untuk memulai estrus. Terjadi pertumbuhan folikel yang sangat

cepat dalam fase ini. Akhir periode ini adalah efek estrogen pada sistem saluran

dan gejala perilaku perkembangan estrus yang dapat diamati (Nongae, 2008).

Estrus dan siklus haid dapat ditemukan pada suatu variasi ovulasi yang lebar

atau luas. Biasanya ovulasi ditandai binatang menyusui polycyclic (1, 2) dan lebih

dulu dari irama hormonally terkait uraian (3). Secara khas, interval antara saat

ovulasi berurutan, daya penerima tingkah laku (estrus), atau pelepasan/release

pituitary hormone ovulasi secara relatif tetap dan jenis spesifik (Fitzgerald, 2007).

Mamalia, misalnya tikus atau marmut mempunyai siklus estrus 10, 14 dan 16

jam. Sampel darah dari mereka dikumpulkan untuk mengukur kadar estradiol,

progesteron dan LH. Kadar estradiol diamati pada saat proestrus dan ketika jumlah

α-estradiol reseptor in the preoptic area (POA) neurons dideteksi. Meningkatnya α-

estradiol reseptor diamati pada 16 jam proestrus dan estrus (Helena et al., 2006)

Metode vaginal smear menggunakan sel epithel dan sel leukosit sebagai

bahan identifikasi. Sel epithel merupakan sel yang terletak di permukaan vagina,

sehingga apabila terjadi perubahan kadar estrogen maka sel epithel merupakan sel

yang paling awal terkena akibat dari perubahan tersebut. Sel leukosit di vagina

berfungsi membunuh bakteri dan kuman yang dapat merusak ovum. Sel epithel

berbentuk oval atau poligonal, sedangkan sel leukosit berbentuk bulat berinti

(Nalbandov, 1976). Pembuatan apus mukosa vagina (vaginal smear) dilakukan

untuk mengamati tipe sel dari masing-masing fase dalam siklus estrus. Hewan yang

dapat diamati siklus estrusnya adalah hewan yang telah masak kelaminnya dan tidak

sedang hamil (Soeminto, 2008).

Page 14: 1. Vaginal Smear

Pemakaian metode vaginal smear untuk pengujian fase estrus pada marmut

dinilai sangat tepat. Sensitivitas dari uji vaginal smear jauh lebih akurat dari pada

pengujian lewat mulut atau oral. Vaginal smear didisain untuk sensitivitas yang

akurat dan membutuhkan jumlah yang sedikit untuk pengujian (Sietsema et

al.,2009).

Page 15: 1. Vaginal Smear

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tipe sel yang yang terdapat dalam sediaan apus vagina hewan uji marmut adalah

sel epithel berinti dan leukosit.

2. Daur atau siklus estrus pada marmut adalah estrus yang ditandai adanya sel

leucocyte dan sel epithel berinti terkornifikasi yang bentuknya tidak rata pada

tepinya.

Page 16: 1. Vaginal Smear

DAFTAR REFERENSI

Dhayu. 2000. Siklus Menstruasi Pada Wanita. http://dhayubiologi.wordpress.com/. Tanggal akses 14 Oktober 2009.

Fitzgerald. K and Zucker I. 2007. Circadian organization of the estrous cycle of the golden hamster. Department of Psychology, University of California, Berkeley, Calif.

Gilbert, S.F. 1994. Developmental Biology 4th ed. Sianuer Associates inc Publisher, Massachusetts.

Guyton, A. C and Hall, J. E. 1997. Textbook Medical Physiologi. Wb Saunders Company, Philadelphia

Hafez, E. 1968. Reproduction in Farm Animals. Philadelphia, Lea & Febinger.

Helena, C. V. V, M. de Oliveira Poletini, G. L. Sanvitto, Shinji Hayashi, C. R. Franci and J. A. Anselmo Franci. 2006. Change in α-estradiol receptor and progesterone receptor expression in the locus coeruleus and preoptic area troughout the rat estrous cycle. Journal of Endocrinology. (188) : 155-165.

Nalbandov, A. V. 1976. Reproductive Physiology of Mammals and Birds: The comparative Physiology OF Domestic and Laboratory Animals and Man. W. H. Freeman and Company, San Fransisco.

Nongae. 2008. Estrus Cycle. http://nongae.gsnu.ac.kr/~cspark/teaching/chap5.html. Tanggal akses 14 Oktober 2009.

Sitesema,W.K.,Hector F.D. 2009. A New Vaginal Smear Assay for Vitamin A in Rats. Department of Biochemistry. Madison.

Soeminto. 2008. Buku dan Petunjuk Praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan II. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Widyawati. P. 2007. Struktur Reproduksi Wanita. http://cyber-biology.blogspot.com/2008/08/estrus-laporan-praktikum-biologi.html. Tanggal akses 14 Oktober 2009.

Taw. 2008. Oviduct and Uterus Histology. http://www.siu.edu/~tw3a/utest.jpg. Tanggal akses 14 Oktober 2009.

Karaca, T. and M.Y. Uslu. 2008. Distribution and Quantitative Patterns of Mast Cells in Ovary and Uterus of Rat. http://www.scielo.cl/scielo.php?pid=S0301-732X2007000200006&script=sci_arttext. Tanggal akses 14 Oktober 2009.