pap smear 5
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pap Smear
1. Pengertian
Pap smear adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah
dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kaelainan
yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Fitria, 2007).
Pap smear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang lepas dari
sistem alat kandungan wanita (Lestadi, 2009).
2. Tujuan tes pap smear menurut Sukaca 2009 adalah:
a. Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat
berkembang menjadi kanker serviks.
b. Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim bagi
seseorang yang belum menderita kanker.
c. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel
kanker leher rahim.
d. Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks.
3. Manfaat pap smear menurut Lestadi 2009 yaitu:
a. Evaluasi sitohormonal
Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui
pemeriksaan pap smear yang bahan pemeriksaanya adalah sekret
vagina yang berasal dari dinding lateral vagina sepertiga bagian
atas.
b. Mendiagnosis peradangan
Peradangan pada vagina dan servik pada umumnya dapat
didiagnosa dengan pemeriksaan pap smear . Baik peradangan akut
maupun kronis. Sebagian besar akan memberi gambaran
perubahan sel yang khas pada sediaan pap smear sesuai dengan
organisme penyebabnya. Walaupun kadang-kadang ada pula
organisme yang tidak menimbulkan reaksi yang khas pada sediaan
pap smear.
c. Identifikasi organisme penyebab peradangan
Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme/kuman yang
sebagian merupakan flora normal vagina yang bermanfaat bagi
organ tersebut. Pada umumnya organisme penyebab peradangan
pada vagina dan serviks, sulit diidentifikasi dengan pap smear,
sehingga berdasarkan perubahan yang ada pada sel tersebut, dapat
diperkirakan organisme penyebabnya.
d. Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan
kanker leher rahim dini atau lanjut (karsinoma/invasif)
pap smear paling banyak dikenal dan digunakan adalah sebagai
alat pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi prakanker atau kanker
leher rahim.Pap smaer yang semula dinyatakan hanya sebagai alat
skrining deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai alat
diagnostik prakanker dan kanker leher rahim yang ampuh dengan
ketepatan diagnostik yang tinggi, yaitu 96% terapi didiagnostik
sitologi tidak dapat mengantikan diagnostik histopatologik sebagai
alat pemasti diagnosis. Hal itu berarti setiap diagnosik sitologi
kanker leher rahim harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan
histopatologi jaringan biobsi leher rahim, sebelum dilakukan
tindakan sebelumya.
e. Memantau hasil terapi
Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas atau
gangguan endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasus
kanker leher rahim yang telah diobati dengan radiasi, memantau
adanya kekambuhan pada kasus kanker yang telah dioperasi,
memantau hasil terapi lesi prakanker atau kanker leher rahim yang
telah diobati dengan elekrokauter kriosurgeri, atau konisasi.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pap smear menurut Fitria (2007)
a. Umur
Perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim paling sering
ditemukan pada usia 35-55 tahun dan memiliki resiko 2-3 kali lipat
untuk menderita kanker leher rahim. Semakin tua umur seseorang
akan mengalami proses kemunduran, sebenarnya proses
kemunduran itu tidak terjadi pada suatu alat saja, tetapi pada
seluruh organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami kemunduran,
sehingga pada usia lebih lama kemungkinan jatuh sakit (Fitria,
2007).
b. Sosial ekonomi
Golongan sosial ekonomi yang rendah sering kali terjadi
keganasan pada sel-sel mulut rahim, hal ini karena ketidak
mampuan melakukan pap smear secara rutin (Fitria, 2007).
c. Paritas
Paritas adalah seseorang yang sudah pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup. Paritas dengan jumlah anak lebih dari 2 orang atau
jarak persalinan terlampau dekat mempunyai resiko terhadap
timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim. Jika
jumlah anak menyebabkan perubahan sel abnormal dari epitel pada
mulut rahim yang dapat berkembang pada keganasan (Fitria,
2007).
d. Usia wanita saat nikah
Usia menikah <20 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami
perubahan sel-sel mulut rahim. Hal ini karena pada saat usia muda
sel-sel rahim masih belum matang, maka sel-sel tersebut tidak
rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma dan segala
macam perubahanya, jika belum matang, bisa saja ketika ada
rangsangan sel yang tumbuh tidak seimbang dan sel yang mati,
sehingga kelebihan sel ini bisa merubah sifat menjadi sel kanker
(Fitria, 2007).
5. Wanita yang dianjurkan tes pap smear
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear
biasanya mereka yang tinggi aktifitas seksualnya. Namun tidak
menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas
seksualnya memeriksakan diri, berikut ini adalah wanita-wanita
sasaran tes pap smear (Sukaca, 2009) yaitu:
a. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah
atau belum menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
b. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti ganti pasangan
seksual atau pernah menderita infeksi HIV atau kutil kelamin.
c. Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun.
d. Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.
e. Pap tes setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun.
f. Sesudah 2 kali pap tes (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan
bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap
smear.
g. Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker
maupun kanker serviks.
6. Tempat pemeriksaan pap smear menurut Sukaca 2009 dapat
dilakukan di:
a. Rumah sakit pemerintah.
b. Rumah sakit swasta.
c. Laboratorium swasta, dengan harga yang cukup terjangkau.
d. Tempat-tempat yang menyediakan fasilitas pap smear.
Bila hasil pada pasien pap smear ternyata positif, maka harus
dilanjutkan dengan pemeriksaan biobsy terarah dan patologi. Pap
smear sudah dapat menemukan kanker leher rahim. Meskipun masih
ada tingkat pra kanker (stadium dini). Dengan pemeriksaan ini bisa
memberikan harapan kesembuhan 100%. Sebaliknya pada penderita
yang datang terlambat, harapan untuk sembuhpun terlampau sulit.
7. Syarat Pengambilan Bahan
Penggunaan pap smear untuk mendeteksi dan mendiagnosis
lesi prakanker dan kanker leher rahim, dapat menghasilkan
interprestasi sitologi yang akurat bila memenuhi syarat (Romauli dan
Vindari , 2011) yaitu:
a. Bahan pemeriksaan harus berasal dari porsio leher rahim.
b. Pengambilan pap smear dapat dilakukan setiap waktu diluar masa
haid, yaitu sesudah hari siklus haid ketujuh sampai dengan masa
pramenstruasi.
c. Apabila klien mengalami gejala perdarahan diluar masa haid dan
dicurigai penyebabnya kanker leher rahim, sediaan pap smear
harus dibuat saat itu walaupun ada perdarahan.
d. Pada peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda sampai
selesai pengobatan.
e. Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina
(pembersihan vagina dengan zat lain), memasukkan obat melalui
vagina atau melakukan hubungan seks sekurang-kurangnya 24
jam, sebaiknya 48 jam.
f. Klien yang sudah menopause, pap smear dapat dilakukan kapan
saja.
8. Kendala Pap Smear (Romauli dan Vindari. 2011)
Dilakukan diatas hanya 5% perempuan di Indonesia yang
bersedia melakukan pemeriksaan pap smear banyak kendala. hal
tersebut terjadi antara lain:
a. Kurangnya tenaga terlatih untuk pengambilan sediaan.
b. Tidak tersedianya peralatan dan bahan untuk pengambilan sediaan.
c. Tidak tersedianya sarana pengiriman sediaan.
d. Tidak tersedianya laboratorium pemprosesan sediaan serta tenaga
ahli sitologi.
9. Syarat Pendeteksian Pap Smear
Hal-hal yang penting yang harus diperhatikan saat melakukan
pap smear menurut (Sukaca, 2009) yaitu:
a. Pengambilan dimulai minimal dua minggu setelah dan sebelum
menstruasi sebelumnya.
b. Pasien harus memberikan sejujur-jujurnya kepada petugas
mengenai aktivitas seksualnya.
c. Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 1 hari sebelum
pengambialn bahan pemeriksaan.
d. Pembilasan vagina dengan bahan kimia tidak boleh dilakukan
dalam 24 jam sebelumnya.
e. Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang
pemeriksaan pap smear.
10. Langkah-langkah Pengambilan pap smear (Romauli dan Vindari,
2011) yaitu:
a. Persiapan pasien
1) Melakukan informent concent.
2) Menyiapkan lingkungan sekitar klien, tempat tidur ginekologi
dan lampu sorot.
3) Menganjurkan klien membuka pakaian bagian bawah.
4) Menganjurkan klien berbaring ditempat tidur ginekologi
dengan posisi litotomi.
b. Pesiapan alat
1) Menyiapkan perlengkapan/bahan yang diperlukan seperti
hanscun, speculum cocor bebek, spatula ayre yang telah
dimodifikasi, lidi kapas atau cytobrush, kaca objek glass, botol
khusus berisi alkohol 95%, cytocrep atau hair spray, tampon
tang, kasa steril pada tempatnya, formuler permintaan
pemeriksaan sitologi pap smear, lampu sorot, waskom berisi
larutan klorin 0,5%, tempat sampah, tempat tidur ginekologi,
sampiran.
2). Menyusun perlengkapa/bahan secara ergonomis.
c. Pelaksanaan
1) Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan
metode tujuh langkah dan mengeringkan dengan handuk
kering dan bersih.
2) Mengunakan hanscun steril.
3) Melakukan vulva higyene.
4) Memperhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda
infeksi.
5) Memasang speculum dalam vagina.
6) Masukkan spatula ayre kedalam mulut rahim, dengan ujung
spatula yang berbentuk lonjong, apus sekret dari seluruh
permukaan porsio serviks dengan sedikit tekanan dengan
mengerakkan spatel ayre searah jarum jam, diputar
melingkar 3600.
7) Ulaskan secret yang telah diperoleh pada kaca object glass
secukupnya, jangan terlalu tebal dan jangan terlalu tipis.
8) Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cara:
a) Fiksasi Basah
Fiksasi basah dibuat setelah sediaan diambil, sewaktu
secret masih segar dimasukkan kedalam alkohol 95%.
Setelah difiksasi selama 30 menit, sediaan dapat
diangkat dan dikeringkan serta dikirim dalam keadaan
keringterfiksasi atau dapat pula sediaan dikirim dalam
keadaan terendam cairan fiksasi didalam botol.
b) Fiksasi Kering
Fiksasi kering dibuat setelah sediaan selesai diambil,
sewaktu secret masih seger disemprotkan cytocrep atau
hair spray pada object glass yang mengandung asupan
secret tersebut dengan jarak 10-15 cm dari kaca object
glass, sebanyak 2-4 kali semprotkan. Kemudian
keringkan sediaan dengan membiarkannya diudara
terbuka selama 5-10 menit. Setelah kering sediaan siap
dikirimkan ke laboratorium sitologi untuk diperiksa
bersamaan dengan formulir permintaan.
9) Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kasa steril
dengan menggunakan tampon tang.
10) Keluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan.
11) Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan.
12) Rapikan ibu dan rendam alat-alat dan melepaskan sarung
tangan (merendam dalam larutan clorin 0,5%).
13) Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan
metode tujuh langkah.
14) Temui klien kembali.
15) Mencatat hasil tindakan dalam status.
10 Pengelompokan pap smear
Pengelompokan atau Pengklasifikasian pap smear (Sukaca, 2009)
yaitu:
a. Kelas I
Pada kelas I identik dengan normal smear, pemeriksaan ulang 1
tahun lagi.
b. Kelas II
Pada kasus II menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik,
terkadang disertai dengan kuman atau virus tertentu, disertai pula
dengan kariotik ringan.Pemeriksaan akan dilakukan 1 tahun lagi.
Pengobatanya disesuaikan dengan penyebabnya. Bila ada radang
bernanah maka akan dilakukan pemeriksaan ulang setelah
pengobatan.
c. Kelas III
Kelas III dapat ditemukan sel diaknostik sedang keradangan berat,
periksa ulang dilakukan setelah pengobatan.
d. Kelas IV
Dikelas IV telah ditemukan sel-sel yang telah mencurigakan dan
ganas.
e. Kelas V
Ditemukan sel-sel ganas.
11. Faktor-faktor yang mempengaruhi (Sukaca, 2009) antara lain:
a. Cara pengambilan cairan yang tepat
Pengambilan cairan dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
yaitu bisa terjadi kegagalan skrining (15%), interpretasi (23%), dan
angka positif palsu (3-15%).
b. Petugas kesehatan
Kadang kala petugas kesehatan dapat salah tafsir dalam
menginterprestasikan data. Kesalahan tersebut diantaranya:
1) Kadang kala petugas kesehatan tidak mampu memberikan
pelayanan dan memberikan jawaban yang baik.
2) Petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan tes abnormal
pap smear.
3) Petugas tidak dapat mengindikasikan sel abnormal.
c. Laboratorium
Di dalam laboratorium juga dapat terjadi kesalahan, kasalahan
yang lazim dilakukan dalam laboratorium adalah sebagai berikut:
1) Laboratorium gagal dalam mendeteksi sel abnormal.
2) Kegagalan dalam melaporkan kualitas cairan yang tidak
memuaskan.
3) Laboratoriun tidak mau melakukan pengulangan.
4) Cairan fiksasi tidak menggunakan alcohol 95%.
5) Cairan terlalu kering dan tipis.
d. Petugas Laboratorium
Terkadang petugas laboratorium juga melakukan suatu kesalahan
antara lain:
1) Cara petugas laboratoriunm tidak sesuai dengan prosedur.
2) Reagen yang dipakai sudah kadaluarsa.
3) Petugas tidak cakap dalam membacakan hasil pemeriksaan.
4) Ketrampilan dan ketelitian petugas diragukan
e. Waktu pengambilan yang tepat
Waktu pemeriksaan pap smear yang tepat adalah saat anda telah
menikah. Begitu halnya pada wanita yang memiliki tingkat
seksualitas yang tinggi. Tes ini dianjurkan agar wanita dapat
terbebas dari penyakit kanker leher rahim yang ganas.
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindaraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo,
2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yaitu menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.
b. Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut.
Di sini sikap objek mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik lagi.
d. Trial (percobaan), sikap dimana subjek mulai mencoba
melakukan sesuatu dengan apa yang dikehendaki dengan
stimulus.
e. Adoption (menerima) dimana subyek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap
stimulus.
2. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
meliputi 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003) adalah sebagai berikut:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengikat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
satu sruktur organisasi, dan masih ada kaitanya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat mengambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian tehadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian di dasarkan pada suatu kritiria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada. Misalya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi,
dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat
menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan
sebagainya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
a. Faktor internal
Meliputi :
a) Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah keadaan indera seseorang.
b) Rohani
Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi efektif dan konatif individu.
b. Faktor Eksternal
Meliputi:
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam
memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar.
Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang
lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir
sejauh mana keuntungan yang mungkin akan merasa peroleh
dari gagasan tersebut.
b) Paparan media massa
Melalui bermacam-macam media baik cetak maupun elektronik
berbagai informasi dapat diterima, sehingga seseorang yang
lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi
yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak
terpapar informasi, media massa mempengaruhi tingkat
pengetahuan yang dimiliki seseorang.
c) Status ekonomi
Tingkat status ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan.
Dimana dalam mempengaruhi kebutuhan primer maupun
sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih
mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi
rendah. Hal ini juga berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan
sekunder.
d) Hubungan sosial
Manusia adalah mahkluk sosial dimana dalam kehidupan saling
berinteraksi satu sama lain. Individu yang dapat berinteraksi
secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi. Sementara
faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan
individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut
model komunikasi media.
e) Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembanganya, misalnya
seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan mendidik, seperti
seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas
pengalaman karena dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut.
4. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur di subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut
(Notoadmodjo, 2003).
Cara pengukuran tingkat pengetahuan dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan, kemudian dilakukan penelitian. Kemudian
digolongkan menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang, dan kurang (Nursalam,
2000).
Untuk mengukur pengetahuan diperhitungkan dengan
menggunakan rumus segagai berikut:
Keterangan :
P : Prosentase
f : jumlah jawaban yang benar
n : jumlah skor maximal
Skor yang sering digunakan untuk mempermudah dalam
mengkategorikan jenjang atau peringkat dalam penelitian tentang
pengetahuan biasanya ditulis dalam prosentase:
X 100%
a. Baik, bila total skor benar dari kuesioner 76-100%.
b. Cukup, bila total skor benar dari kuesioner 56-75%.
c. Kurang, bila total skor benar dari kuesioner < 56% (Nursalam, 2001).
5. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan menurut (Notoatmojo, 2003)
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Cara tradisional
Cara tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum ditemukan metode penemuan secara sistematik
dan logis. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain:
1) Cara Coba-Salah (Trial and eror)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, apabila
menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahanya
dilakukan dengan coba-coba.
2) Cara kekuasaan atau Otoritas
Cara ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai
kebenaranya yang mutlak sumber pengetahuan tersebut dapat
berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun
informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan sebagainya.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dengan memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa lalu.
4) Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikiranya, baik melalui induksi maupun
deduksi.
b. Cara modern
Mengadakan pengalaman langsung terhadap gejala-gejala alam atau
kemasyarakatan. Kemudian hasil pengetahuanya tersebut
dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan
umum.
C. Sikap
1. Pengertian
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang tidak senang,setuju tidak setuju, baik tidak baik,
dan sebagainya) ( Notoatmodjo, 2005).
Sikap itu tidak langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial.Sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan
reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek.
2. Komponen Pokok Sikap
Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari tiga komponen
pokok (Notoatmodjo, 2005) yaitu:
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek,
artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran
seseorang terhadap objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya
bagaimana penilaian (tegandung didalamnya faktor emosi) orang
tersebut didalam objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) , artinya sikap
adalah merupakan komponen yang mandahului tindakan atau
perilaku terbuka.
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk
sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang
utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang
peranan penting.
3. Tingkat-tingkatan sikap
sikap berdasarkan intensitasnya (Notoatmodjo, 2005) sebagai
berikut:
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima
stimulus yang diberikan (objek).
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai
yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya
dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau
menganjurkan orang lain merespon.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatanya adalah bertanggung jawab
terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah
mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinanya, dia harus
berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohnya
atau adanya resiko lainya.
D. Wanita usia subur
1. Pengertian WUS
Wanita usia subur adalah wanita yang keadaan organ
reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun
(Ekasari, 2009).
WUS yang sudah pernah menikah atau memiliki pasangan yang
memungkinkan dirinya untuk terjadi kehamilan. Pada wanita usia
subur yang sudah menikah ini, puncak kesuburan ada pada rentang usia
20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk
hamil. Pada usia 30-an persentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan
memasuki usia 40, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%.
Setelah usia 40 wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk
hamil (Ekasari,2009).
E. Kerangka Teori
Sumber : Fitria (2007).
Bagan 2.1 Kerangka teori
F. Kerangka Konsep
Bagan 2.2 kerangka konsep penelitian
1. Pengetahuan wanita usia subur mengenai deteksi dini kanker leher rahim
degan pap smear
2. Sikap wanita usia subur mengenai deteksi dini kanker leher rahim dengan
pap smear
Umur
Sosial ekonomi
Paritas
Usia wanita saat nikah
Perilaku pap
smear