107397846-referat-fraktur-di-bedah.pdf

19
REFLEKSI KASUS FRAKTUR HUMERUS Disusun Oleh: Subur Widiyanto Pembimbing: dr. Rudiansyah, Sp.B BAGIAN ILMU BEDAH PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2012

Upload: rosdiana-elizabeth-siburian

Post on 11-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

TRANSCRIPT

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    1/19

    REFLEKSI KASUS

    FRAKTUR HUMERUS

    Disusun Oleh:

    Subur Widiyanto

    Pembimbing:

    dr. Rudiansyah, Sp.B

    BAGIAN ILMU BEDAH

    PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

    2012

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    2/19

    ii

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di

    pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini

    (2000-2010) menjadi dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah

    karenan kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur,

    menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana

    sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda.

    Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis,

    baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur tidak selalu disebabkan oleh trauma berat;

    kadang-kadang trauma ringan saja dapat menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri terkena

    penyakit tertentu. Juga trauma ringan yang terus menerus dapat menimbulkan fraktur. Fraktur

    patologik adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami proses

    paotologik, misalnya tumor tulang primer atau sekunder, mieloma multipel, kista tulang,

    osteomielitis, dan sebagainya. Trauma ringan saja sudah dapat menimbulakan fraktur. Fraktur

    stress disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus menerus, misalnya fraktur fibula pada pelari

    jarak jauh, frkatur tibia pada penari balet, dan sebagainya.

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    3/19

    iii

    BAB II

    PEMBAHASAN

    1. FRAKTUR

    A. Anatomi

    Ujung atas humerus mempunyai caput yang membentuk sekitar duapertiga kepala

    sendi dan bersendi dengan cavitas glenoidalis scapula. Tepat dibawah caput humeri

    terdapat collum anatomicum. Dibawah collum terdapat sulcus bicipitalis. Pada

    pertemuan ujung atas humerus dan corpus humeri terdapat penyempitan collum

    chirurgicum. Sekitar pertengahan permukaan lateral corpus humeri terdapat peninggian

    kasar yang dinamakan tuberositas deltoidea. Dibelakang dan bawah tuberositas terdapat

    sulcus spiralis yang ditempati n.radialis.

    Ujung bawah humerus mempunyai epicondylus medialis dan lateralis untuk

    perlekatan otot dan ligamentum: capitulum humeri yang bulat bersendi dengan caput

    radii: dan trochlear yang berbentuk katrol bersendi dengan incisura trochlearis ulnae.

    Diatas capitulum terdapat fossa radii yang menerima caput radii waktu siku fleksio.

    Diatas trochlear, dianterior terdapat fossa coronoidea yang selama pergerakan yang sama

    menerima processus coronoideus ulna. Diatas trochlear, diposterior terdapat fossa

    olecranii, yang menerima olecranon tulang ulna sewaktu art.cubiti dalam keadaan

    ekstensio.

    Pada lengan bawah terdapat dua tulang yaitu radius dan ulna. Kedua tulang

    lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamentum

    anulare yang melingkari kapitulum radius di proksimal, dan di distal oleh sendi

    radioulnar yang mengandung fibrokartilago triangularis (triangular fibro cartilage

    complex = TFCC).Membrana interossea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan

    ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu patahan yang hanya mengenai

    satu tulang agak jarang terjadi atau jika patahnya hanya mengenai satu tulang hampir

    selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang dekat dengan patahan tersebut.

    B. Definisi

    Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis dan

    atau tulang rawan sendi. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan

    yang berulang-ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik).

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    4/19

    iv

    C. Etiologi

    Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita

    harus mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan

    tulang patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan

    tekanan memuntir (shearing).

    Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan

    membengkok, memutar dan tarikan. Trauma dapat bersifat :

    1) Trauma langsung : Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang

    dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat

    komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

    2) Trauma tidak langsung : Disebut trauma tidak langsung apabila trauma

    dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan

    tangan extensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini

    biasanya jaringan lunak tetap utuh.

    3)

    Tekanan pada tulang dapat berupa :

    a) Tekanan berputar yang dapat menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik

    b) Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal

    c)

    Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi,

    dislokasi, atau fraktur dislokasi

    d) Kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur komunitif atau memecah

    misalnya pada bahan vertebra.

    e) Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan

    menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z

    f)

    Fraktur oleh karena remuk

    g) Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian tulang.

    D. Patofisiologi

    Fraktur traumatik yaitu yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba. Fraktur

    patologis dapat terjadi hanya tekanan yang relatif kecil apabila tulang telah melemah

    akibat osteoporosis atau penyakit lainnya. Fraktur stres yang terjadi karena adanya

    trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    5/19

    v

    E. Klasifikasi Fraktur

    1) Klasifikasi etiologis

    a)

    Fraktur traumatik

    Yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba

    b) Fraktur patologis

    Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam

    tulang

    c) Fraktur stres

    Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.

    2) Klasifikasi klinis

    a) Fraktur tertutup (simple fracture)

    Adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.

    b) Fraktur terbuka (compound fracture)

    Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui lika pada

    kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from

    without (dari luar)

    c) Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)

    Adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya malunion, delayed

    union, nonunion, infeksi tulang.

    3) Klasifikasi radiologis

    Klasifikasi ini berdasarkan atas :

    a) Lokalisasi (gambar 2.1)

    - Diafisial

    -

    Metafisial

    - Intra-artikuler

    -

    Fraktur dengan dislokasi

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    6/19

    vi

    Gambar 2.1. klasifikasi fraktur menurut lokalisasi

    a. Fraktur diafisis c. Dislokasi dan fraktur

    b. Fraktur metafisis d. Fraktur intra-artikule

    b) Konfigurasi (gambar 2.2)

    o Fraktur fisura

    o Faktur oblik

    o Fraktur transversal

    o Fraktur komunitif

    o

    Fraktur segmentalo Fraktur green stick

    o Fraktur kompresi

    o Fraktur impaksi

    o Fraktur impresi

    o Fraktur patologis

    Gambar 2.2. klasifikasi fraktur sesuai konfigurasi.

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    7/19

    vii

    c) Menurut ekstensi (gambar 2.3)

    o Fraktur total

    o Fraktur tidak total (fraktur crack)

    o Fraktur buckle atau torus

    o Fraktur garis rambut

    o Fraktur green stick

    d) Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya (gambar 2.4)

    1) Tidak bergeser (undisplaced)

    2) Bergeser (displaced)

    Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara :

    a)

    Bersampingan

    b) Angulasi

    c) Rotasi

    d)

    Distraksi

    e) Over-riding

    f) Impaksi

    Gambar 2.4 Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

    e) Terbuka-tertutup

    1) Fraktur tertutup : bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur

    dengan udara luar atau permukaan kulit.

    2)

    Fraktur terbuka : bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang frakturdengan udara luar atau permukaan kulit.

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    8/19

    viii

    Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya

    luka dan berat ringannya patah tulang.

    Grade I : luka biasanya kecil, luka tusuk yang bersih pada tempat

    tulang menonjol keluar. Terdapat sedikit kerusakan pada jaringan lunak,tanpa penghancuran dan fraktur tidak kominutif.

    Grade II : luka > 1 cm, tetapi tidak ada penutup kulit. Tidak banyak

    terdapat kerusakan jaringan lunak, dan tidak lebih dari kehancuran atau

    kominusi fraktur tingkat sedang.

    Grade III : terdapat kerusakan yang luas pada kulit, jaringan lunak

    dan struktur neurovaskuler, disertai banyak kontaminasi luka.

    III A : tulang yang mengalami fraktur mungkin dapat ditutupi

    secara memadai oleh jaringan lunak.

    III B : terdapat pelepasan periosteum dan fraktur kominutif yang

    berat.

    III C : terdapat cedera arteri yang perlu diperbaiki, tidak peduli

    berapa banyak kerusakan jaringan lunak yang lain.

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    9/19

    ix

    F. Fraktur Humerus

    Fraktur humerus dapat terjadi pada:

    1.

    Fraktur Epifisis Humerus

    Fraktur epifisis humerus merupakan fraktur lempeng epifisis tipe II (Salter-

    Harris).Biasanya terjadi pada anak-anak yang jath dalam posisi hiperekstensi,

    misalnya jatuh pada saat mengendarai sepeda/kuda.

    Klasifikasi: (Menurut Neer-Horowitz)

    Grade I : pergeseran fraktur kurangdari 5 mm

    Grade II : pergeseran epifisis 1/3 terhadapfragmen distal

    Grade III : pergeseran 2/3

    GradeIV : pergeseran melebihi 2/3

    Tujuh puluh persen fraktur epifisis adalah grade I dan II.

    2. Fraktur Metafisis Humerus

    Biasanya tidak mengalami pergeseran,terapi konservatif merupakan pilihan

    pengobatan. Fraktur metafisis dengan pergeseran yang jauh biasanya bagian distal

    menembus ke arah muskulus deltoid sampai subkutan. Pada keadaan ini biasanya

    memerlukan operasi untuk melepaskan fragmen.

    3.

    Fraktur Diafisis Humerus

    Fraktur diafisis humerus terjadi karena trauma langsung atau trauma putar

    pada daerah humerus. Gambaran klinis fraktur ini adalah terdapat pembengkakan

    dan nyeri pada daerah humerus. Harus diperhatikan apakah fraktur humerus ini

    disertai kelumpuhan saraf nervus radialis yang jarang ditemukan pada anak-anak.

    4. Fraktur Supracondyler Humerus

    Fraktur ini biasanya ditemukan pada anak-anak. Paling sering ditemukan

    setelah fraktur antebraki. Fragmen distal dapat tertarik ke posterior atau anterior.

    Pergeseran posterior (tipe ekstensi) menunjukkan cedera yang luas, biasanya

    jatuh pada tangan yang terentang. Humerus patah tepat di atas kondilus. Fragmen

    distal terdesak ke belakang. Ujung fragmen proksimal yang bergerigi menyodok

    jaringan lunak ke bagian anterior, kadang-kadang mencederai arteri brachialis atau

    nervus medianus.

    Pergeseran anterior (tipe fleksi) jarang terjadi, diperkirakan akibat benturan

    langsung saat siku dalam keadaan fleksi.

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    10/19

    x

    Fraktur terlihat paling jelas dalam foto lateral.pada fraktur yang bergeser ke

    posterior, garis fraktur berjalan secara oblik ke bawah dan ke depan dan fragmen

    distal bergeser ke belakang dan miring ke belakang.

    Klasifikasi

    o Tipe 1 : Terdapat fraktur tanpa adanya pergeseran dan hanya retak berupa garis.

    o Tipe 2 : Tidak ada pergeseran fragmen, hanya terjadi perubahan sudut antara

    humerus dan kondilus lateralis.

    o Tipe 3 : Terdapat pergeseran fragmen tetapi segmen posterior masih utiuh serta

    masih kontak antara dua fragmen.

    Tipe 4 : Pergeseran kedua fragmen dan tidak ada kontak sama sekali.

    G. Pathways

    H. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan Radiologis

    Dilakukan foto rontgen sinar X pada posisi AP, ataupun lateral. Untuk melihat

    adanya fraktur naviculare dilakukan foto oblik khusus 45 dan 135 atau foto ulang 1minggu setelah kejadian karena mungkin retak tidak terlihat pada cedera baru.

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    11/19

    xi

    Untuk fraktur-fraktur dengan tanda-tanda klasik, diagnosis dapat dibuat secara

    klinis sedangkan pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk melengkapi deskripsi

    fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya.

    Untuk fraktur-fraktur yang tidak memberikan tanda-tanda klasik memang

    diagnosanya harus dibantu pemeriksaan radiologis baik rontgen biasa ataupun

    pemeriksaan canggih seperti MRI, misalnya untuk fraktur tulang belakang dengan

    komplikasi neurologis. Foto rontgen minimal harus 2 proyeksi yaitu AP dan lateral. AP

    dan lateral harus benar-benar AP dan lateral. Posisi yang salah akan memberikan

    interpretasi yang salah. Untuk pergelangan tangan atau sendi panggul diperlukan posisi

    axial pengganti lateral. Untuk acetabulum diperlukan proyeksi khusus alar dan

    obturator.

    Pada investigasi fraktur humerus distal dengan foto rontgen x-ray dilihat adakah

    soft tissue swelling, kemudian dicari adakah fraktur pada os humerus dimanakah

    tempatnya, apakah di diafisis, metafisis, atau epifisis, apakah komplit atau inkomplit,

    bagaimana konfigurasinya, apakah transversal, oblik, spiral, atau kominutif, apakah

    hubungan antar fragmennya displaced atau undisplaced, lalu adakah dislokasi pada

    pertautan tulang-tulang tersebut

    Pada pemeriksaaan sendi siku dapat dilakukan dengan foto polos dan foto lateral.

    a)

    Foto polos

    Sudut Baumann

    Pada tulang immatur, kondilus humerus lateral mengalami angulasi ke arah

    metafisis. Sudut antara garis epifiseal dan garis yang tegak lurus terhadap aksis

    longitudinal humerus disebut sudut baumann, yang normalnya 8-20 derajat. Biasanya

    sudut ini dibandingkan antara siku kiri dan siku kanan apabila ada kecurigaan fraktur

    di daerah itu.

    Sudut angkat

    Merupakan sudut yang dibentuk antara aksis longitudinal humerus dan lengan

    bawah pada proyeksi AP. Normalnya 15 derajat pada anak-anak dibawah atau sama

    dengan 4 tahun dan pada orang dewasa 17,8 derajat.

    b)Foto lateral

    Sudut kondilohumeral lateral

    Digunakan pada tulang immatur, dibentuk antara aksis longitudinal humerus

    dan aksis kondilus lateralis. Normalnya 40 derajat dan simetris kanan dan kiri.

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    12/19

    xii

    Garis anterior humeral

    Adalah garis lurus yang dibuat dari bagian depan korteks diafisis humerus ke

    kondilus lateralis.

    Pada foto rontgen fraktur epifisis humerus, ditemukan adanya pemisahan

    epifisis dan metafisis, dimana epifisis bersama-sama dengan sebagian metafisis yang

    tetap terletak dalam ruang sendi, sedang bagian distal tertarik ke proksimal.

    I. Diagnosis

    Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis lengkap

    dan melakukan pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat penting untuk

    dikonfirmasikan dengan melakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen untuk

    membantu mengarahkan dan menilai secara objektif keadaan yang sebenarnya.

    1.

    Anamnesa : ada trauma

    Bilamana tidak ada riwayat trauma berarti fraktur patologis. Trauma harus

    diperinci jenisnya, besar-ringannya trauma, arah trauma dan posisi penderita atau

    ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma).

    Dari anamnesa saja dapat diduga :

    o Kemungkinan politrauma

    o Kemungkinan fraktur multipel

    o

    Kemungkinan fraktur-fraktur tertentu, misalnya : fraktur colles,

    fraktur supracondylair humerus, fraktur collum femur.

    o Pada anamnesa ada nyeri tetapi tidak jelas pada fraktur inkomplit

    o Ada gangguan fungsi, misalnya : fraktur femur, penderita tidak dapat

    berjalan. Kadang-kadang fungsi masih dapat bertahan pada fraktur

    inkomplit dan fraktur impacted ( impaksi tulang kortikal ke dalam tulang

    spongiosa).

    2.

    Pemeriksaan umum

    Dicari kemungkinan kompikasi umum, misalnya : shock pada fraktur

    multipel, fraktur pelvis atau fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka

    terinfeksi.

    3. Pemeriksaan status lokalis

    Tanda-tanda fraktur yang klasik adalah untuk tulang panjang. Fraktur tulang-

    tulang kecil misalnya: naviculare manus, fraktur avulsi, fraktur intraartikuler, fraktur

    epifisis. Fraktur tulang-tulang yang dalam misalnya odontoid-cervical, cervical, dan

    acetabulum mempunyai tanda-tanda tersendiri.

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    13/19

    xiii

    J. Penatalaksanaan

    Secara umum prinsip pengobatan fraktur ada 4:

    1.

    Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur

    Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan

    anamnesis, pemeriksan klinis dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu

    diperhatikan:

    Lokalisasi fraktur

    Bentuk fraktur

    Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan

    Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan

    2. Reduction; reduksi fraktur apabila perlu

    Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat

    diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat

    mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan,

    deformitas, serta perubahan osteoartritis di kemudian hari.

    Posisi yang baik adalah :

    alignment yang sempurna

    aposisi yang sempurna

    3. Retention; imobilisasi fraktur

    4. Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

    Pilihan Terapi

    Ada 2 terapi, pilihan berdasarkan banyak faktor seperti bentuk fraktur, usia penderita,

    level aktivitas, dan pilihan dokter sendiri.

    1. Pilihan terapi pada fraktur tertutup adalah terapi konservatif atau operatif.

    a) Terapi konservatif

    1. Proteksi saja

    Untuk penanganan fraktur dengan dislokasi fragen yang minimal

    atau dengan dislokasi yang tidak akan menyebabkan cacat di kemudian

    hari.

    2. Immobilisasi saja tanpa reposisi

    Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan

    fraktur dengan kedudukan yang baik.

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    14/19

    xiv

    3. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

    Ini dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang

    berarti. Fragen distal dikembalikan ke kedudukan semula terhadap

    fragen proksimal dan dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam

    gips.

    4. Traksi

    Ini dilakukan pada fraktur yang akan terdislokasi kembali di

    dalam gips. Cara ini dilakukan pada fraktur dengan otot yang kuat. Traksi

    dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau

    dipasang gips estela tidak sakit lagi. Pada anak-anak dipakai kulit (traksi

    Hamilton Russel/traksi Bryant). Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan

    beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu dan beban tersebut mencukupi

    untuk dipakai sebagai traksi definitif, bilamana tidak maka diteruskan

    dengan immobilisasi gips. Untuk orang dewasa traksi definitif harus traksi

    skeletal berupa balanced traction.

    b) Terapi operatif

    1) Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan

    radiologis.

    1. Reposisi tertutup fiksasi externa

    Setelah reposisi berdasarkan control radiologis intraoperatif

    maka dipasang fiksasi externa. Untuk fiksasi fragmen patahan tulang,

    digunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang, kemudian

    pin baja tadi disatukan secara kokoh dengan batangan logam di luar

    kulit.

    2. Reposisi tertutup dengan control radiologis diikuti fiksasi interna.

    Fragmen direposisi secara non operatif dengan meja traksi.

    Setelah tereposisi dilakukan pemasangan pen secara operatif.

    2) Terapi operatif dengan membuka frakturnya

    1. Reposisi terbuka dan fikasasi interna /ORIF (Open Reduction and

    Internal Fixation)

    Fiksasi interna yang dipakai bisa berupa pen di dalam sumsum

    tulang panjang, bisa juga berupa plat dengan skrup di permukaan

    tulang. Keuntungan ORIF adalah bisa dicapai reposisi sempurna dan

    bila dipasang fiksasi interna yang kokoh, sesudah operasi tidak perlu

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    15/19

    xv

    lagi dipasang gips dan segera bisa dilakukan immobilisasi.

    Kerugiannya adalah reposisi secara operatif ini mengundang resiko

    infeksi tulang.

    Indikasi ORIF:

    a. Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis

    tinggi.

    b. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup

    c. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan.

    d. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih

    baik dengan operasi, misalnya fraktur femur.

    2. Excisional arthroplasty

    Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi.

    3. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis dilakukan pada

    fraktur kolum femur.

    2.

    Terapi pada fraktur terbuka

    Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan

    segera. Tindakan harus sudah dimulai dari fase pra rumah sakit:

    - pembidaian

    - menghentikan perdarahan dengan perban tekan

    - menghentikan perdarahan dengan perban klem.

    Tiba di UGD rumah sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh karena

    40% dari fraktur terbuka merupakan polytrauma. Tindakan life-saving harus selalu

    di dahulukan dalam kerangka kerja terpadu.

    Tindakan terhadap fraktur terbuka:

    1. Nilai derajat luka, kemudian tutup luka dengan kassa steril serta pembidaian

    anggota gerak, kemudian anggota gerak ditinggikan.

    2. Kirim ke radiologi untuk menilai jenis dan kedudukan fraktur serta tindakan

    reposisi terbuka, usahakan agar dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 6

    jam (golden period 4 jam)

    3. Penderita diberi toksoid, ATS atau tetanus human globulin.

    Tindakan reposisi terbuka:

    1. Pemasangan torniquet di kamar operasi dalam pembiusan yang baik.

    2. Ambil swab untuk pemeriksaan mikroorganisme dan kultur/ sensitifity test.

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    16/19

    xvi

    3. Dalam keadaan narkose, seluruh ekstremitas dicuci selama 5-10 menit dan

    dicukur.

    4. Luka diirigasi dengan cairan Naci steril atau air matang 5-10 liter. Luka

    derajat 3 harus disemprot hingga bebas dari kontaminasi.

    5. Tutup luka dengan doek steril

    6. Ahli bedah cuci tangan dan seterusnya

    7. Desinfeksi anggota gerak

    8. Drapping

    9. Debridement luka (semua kotoran dan jaringan nekrosis kecuali neirovascular

    vital termasuk fragmen tulang lepas dan kecil) dan diikuti reposisi terbuka,

    kalau perlu perpanjang luka dan membuat incisi baru untuk reposisi tebuka

    dengan baik.

    10. Fiksasi:

    a. Fiksasi interna untuk fraktur yang sudah dipertahankan reposisinya

    (unstable fracture) minimal dengan Kischner wire

    b. Intra medular nailing atau plate screw sesuai dengan indikasinya seperti

    pada operasi elektif, terutama yang dapat dilakukan dalam masa golden

    period untuk fraktur terbuka grade 1-2

    c.

    Tes stabilitas pada tiap tindakan. Apabila fiksasi interna tidak memadai

    (karena sifatnya hanya adaptasi) buat fiksasi luar (dengan gips spalk atau

    sirkular)

    d. Setiap luka yang tidak bisa dijahit, karena akan menimbulkan ketegangan,

    biarkan terbuka dan luka ditutup dengan dressing biasa atau dibuat

    sayatan kontra lateral.

    Untuk grade 3 kalau perlu:

    Pasang fikasasi externa dengan fixator externa (pin/screw dengan K

    nail/wire dan acrylic cement). Usahakan agar alignment dan panjang

    anggota gerak sebaik-baiknya. Apabila hanya dipasang gips, pasanglah

    gips sirkuler dan kemudian gips dibelah langsung (split) setelah selesai

    operasi.

    e. Buat x-ray setelah tindakan

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    17/19

    xvii

    K. Prognosis

    Prognosis dari fraktur humerus, radius dan ulna untuk kehidupan adalah bonam.

    Pada sisi fungsi dari lengan yang cedera, kebanyakan pasien kembali ke performa

    semula, namun hal ini sangat tergantung dari gambaran frakturnya, macam terapi yang

    dipilih, dan bagaimana respon tubuh terhadap pengobatan. Hampir semua penderita akan

    merasakan kaku dan nyeri di pergelangan tangan pada satu atau dua bulan setelah gips

    dilepas atau pembedahan, hal ini dapat berlanjut sampai dua tahun bahkan lebih terutama

    pada trauma kecepatan tinggi, pasien di atas 50 tahun, atau pasien yang memiliki

    osteoartritis. Namun kekakuan yang terjadi hanya ringan dan tidak mempengaruhi

    keseluruhan fungsi lengan.

    Bahaya besar pada fraktur suprakondilus adalah cedera pada arteri brachialis,

    iskemia perifer dapat terjadi dengan segera dan hebat. Sering disertai edema lengan

    bawah dan kompartemen sindrom yang makin menghebat yang mengakibatkan nekrosis

    otot dan saraf tanpamenyebabkan gangren perifer. Nyeri hebat ditambah satu tanda

    positif (nyari saat ekstensi jarisecar pasif, lengan bawah yang nyeri tekan dan tegang, tak

    ada nadi dan tumpulnya sensasi) membutuhkan tindakan yang cepat. Jika tidak tertangani

    dengan cepat dan baik maka prognosisnya dapat menjadi jelek.

    Lesi saraf jarang terjadi pada fraktur tertutup. Apabila terjadi, bisa mengenai

    saraf radialis, ulnaris, maupun medianus atau cabangnya. Cedera saraf radialis ditemukan

    pada fraktur Monteggia, sedangkan cedera saraf medianus sering terjadi pada fraktur

    radius distal.

    Malunion sering terjadi, humerus tumbuh lurus miring ke belakang atau ke

    samping.Kemiringan ke arah depan atau belakang akan membatasi fleksi dan ekstensi.

    Kemiringan ke arah samping atau rotasi tidak dikoreksi akan mengarah terjadinya

    deformitas varus, yang tampak buruk dan kadang membutuhkan osterotomi. Jika

    mengarah ke deformitas valgus dapat menyebabkan kelumpuhan nervus ulnaris.

    Komplikasi infeksi yang menyebabkan osteomielitis biasanya merupakan akibat

    dari fraktur terbuka meskipun tidak jarang terjadi setelah reposisi terbuka.

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    18/19

    xviii

    BAB III

    KESIMPULAN

    Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis dan atau

    tulang rawan sendi. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan yang

    berulang-ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik).

    Pada investigasi fraktur humerus distal dengan foto rontgen x-ray dilihat adakah soft

    tissue swelling, kemudian dicari adakah fraktur pada os humerus dimanakah tempatnya,

    apakah di diafisis, metafisis, atau epifisis, apakah komplit atau inkomplit, bagaimana

    konfigurasinya, apakah transversal, oblik, spiral, atau kominutif, apakah hubungan antar

    fragmennya displaced atau undisplaced, lalu adakah dislokasi pada pertautan tulang-tulang

    tersebut.

    Prognosis dari fraktur humerus, radius dan ulna untuk kehidupan adalah bonam. Pada

    sisi fungsi dari lengan yang cedera, kebanyakan pasien kembali ke performa semula, namun

    hal ini sangat tergantung dari gambaran frakturnya, macam terapi yang dipilih, dan

    bagaimana respon tubuh terhadap pengobatan. Hampir semua penderita akan merasakan kaku

    dan nyeri di pergelangan tangan pada satu atau dua bulan setelah gips dilepas atau

    pembedahan, hal ini dapat berlanjut sampai dua tahun bahkan lebih terutama pada trauma

    kecepatan tinggi, pasien di atas 50 tahun, atau pasien yang memiliki osteoartritis. Namun

    kekakuan yang terjadi hanya ringan dan tidak mempengaruhi keseluruhan fungsi lengan.

  • 5/21/2018 107397846-Referat-Fraktur-Di-Bedah.pdf

    19/19

    xix

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Fakultas Kedoktran

    Universitas Indonesia. Jakarta: Binarupa Aksara. 1995

    2. Apley AG, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta:

    Widya Medika. 1995.

    3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang

    Lamumpatue. 2003.

    4. Bergman, Ronald, Ph.D. Anatomy of First Aid: A Case Study Approach. Available

    from:http://www.anatomyatlases.org/firstaid/ThighInjury.shtml

    5. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC. 2004.

    6.

    John L. Triplane fracture. Available from:http://www.emedicine.com/sports-

    /TOPIC38.HTM

    7. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ketiga. Jakarta: Media

    Aesculapius. 2000.

    8. Snell, Anatomi Klinik. Bagian 2. Edisi ketiga. Jakarta: EGC. 1998

    http://www.anatomyatlases.org/firstaid/ThighInjury.shtmlhttp://www.anatomyatlases.org/firstaid/ThighInjury.shtmlhttp://www.anatomyatlases.org/firstaid/ThighInjury.shtmlhttp://www.emedicine.com/sports-/TOPIC38.HTMhttp://www.emedicine.com/sports-/TOPIC38.HTMhttp://www.emedicine.com/sports-/TOPIC38.HTMhttp://www.emedicine.com/sports-/TOPIC38.HTMhttp://www.emedicine.com/sports-/TOPIC38.HTMhttp://www.emedicine.com/sports-/TOPIC38.HTMhttp://www.anatomyatlases.org/firstaid/ThighInjury.shtml