115462442-47600009-obstruksi-saluran-nafas

Upload: lady-kwee

Post on 08-Aug-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    1/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    Mendengkur ringan umumnya terjadi pada keadaan tidur stadium empat.

    Tetapi dengkur menghebat pada beberapa sindrom apnea suaranya keras dan

    mengganggu orang lain, bersifat faringeal bukan nasal, dengan titik puncak

    mendengus dan terdapat periode diam (apnea). Dengkur keras yang disertai

    gangguan tidur , dengan sendirinya menimbulkan pertanyaan mengenai sindrom

    apnea-tidur. Pada umumnya berhubungan dengan PO2 yang menurun, PO2

    meninggi dan pH menurun (asidosis) dalam sirkulasi arteri.

    Saluran Napas Bagian Atas

    Bagi kebanyakan orang, hidung merupakan saluran napas utama untuk

    masuk ke paru. Bayi baru lahir, hanya dapat bernapas melalui hidung dan dapat

    menyebabkan mati lemas bila hidung tersumbat (atresia koana). Pada orang

    dewasa, dipakai pernapasan melalui mulut jika kebutuhan ventilasi melebihi

    kapasitas aliran melalui hidung.Selama bernapas melalui hidung, kecepatan aliran udara inspirasi

    meningkat cepat dan segera kemudian mengalami perubahan arah di daerah katup

    hidung, yang diikuti oleh penurunan kecepatan aliran udara yang masuk. Hal ini

    terjadi saat melalui konka dan septum nasi (lihat Bab 1).

    Biasanya, kecepatan maksimum aliran udara inspirasi rata-rata 1,5 sampai

    2,1 liter per detik. Dapat mengempisnya hidung bagian depan pada inspirasi cepat,

    membatasi daya efektivitas hidung dan mempertinggi tahanan udara yang masuk

    pada saat kecepatan tinggi ventilasi paru diperlukan. Pada orang normal tahanan

    sirkulasi udara hidung berkisar antara 0,5 sampai 2,5 cm H2O pada kecepatan 0,5

    liter per detik.

    Efisiensi pengaturan suhu dan pertukaran uap air di hidung, tergantung

    dari melambatnya lairan udara, luas seluruh permukaan mukosa, sirkulasi yang

    dapat diatur, dan sistem sekresi. Secara normal fugnsi mukosilia mengalirkan

    1

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    2/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    cairan permukaan dan partikel-partikel ke nasofaring. Kecepatan aliran mukosilia

    pada orang sehat kira-kira 6 mm/menit.

    Fungsi mukosilia dan menghembus melalui lubang hidung (membuang

    ingus) akan membersihkan rongga hidung dari partikel-partikel. Setiap menelan

    akan diikuti oleh suatu gerakan palatum mole ke atas untuk membersihkan

    nasofaring dan membawa material ke mulut atau faring. Pada dasarnya nasofaring

    merupakan pipa dengan lumen yang berdiameter besar.

    Laring merupakan katup dalam saluran napas untuk mencegah aspirasi.

    Dalam keadaan terbuka tahanan terhadap aliran udara kecil dan dalam keadaan

    tertutup dapat dipakai untuk meninggikan tekanan intratorakal atau intra-

    abdominal. Pada fonasi, pita suara menempel secukupnya untuk menaikkan

    tekanan di subglotis. Berpisahnya pita suara secara berirama menghasilkan suara

    panjang, keetgangan dan massa pada pita suara menentukan tinggi rendahnya

    nada (lihat bab 38). Kualitas suara seluruhnya ditentukan oleh rongga resonansi di

    atasnya. Tekanan subglotis saat fonasi biasanya hanya 6-10 cm H2O, bahkan

    selama menyanyi dengan keras jarang melebihi 40 cm H2O. Kecepatan aliran

    udara selama fonasi sampai kira-kira 3000 ml/detik. Selama berbicara, inspirasi

    terjadi melalui hidung dan lorong orofaring yang sempit, tetapi pernapasan cepat

    dan dalam pada waktu menyanyi membutuhkan orofaring yang terbuka lebar

    selama inspirasi.

    Karena bernapas melalui hidung, paru menerima udara yang mendekati

    suhu tubuh, jenuh dengan uap air dan relatif bebas dari benda hidup atau mati.

    Aliran udara setelah melalui nasofaring terjadi tanpa turbulensi, dengan sedikit

    perubahan komposisi udara. Pengaturan terakhir untuk suhu, uap air dan

    pengeluaran partikel-partikel berlangsung dalam saluran napas yang kecil

    (bronkiolus terminal dan alveolus).

    Obstruksi Saluran Napas Atas

    Obstruksi jalan napas yang jelas di laringotrakea sangat berbeda dengan

    penyakit paru obstruktif menahun. Obstruksi laringotrakea ditandai dengan

    meningkatkan usaha ventilasi untuk mempertahankan batas normal ventilasi

    2

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    3/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    alveolus sampai terjadi kelelahan. Hal ini terjadi pada obstruksi akut atau kronis.

    Pada pasien yang lelah, kematian terjadi dalam beberapa menit atau jam setelah

    usaha ventialsi maksimal tidak dapat mempertahankan ventilasi alveolus yang

    normal.

    Tabel Klasifikasi Lesi Obstruktif Laring dan Trakea

    A. Perkembangan

    1. Anomali vaskuler

    Kompersi arkus aorta atau cabang-cabangnya

    Hemangioma subglotis

    Angioma trakea

    2. Malformsi kongenital

    Stenosis glotis dan subglotis

    Selaput hipoplasia

    Kista dan tumor

    B. Infeksi

    1. Bayi dan anak

    Croup

    Epigotis

    Trakeobronkitis

    Edem laring

    Spasme laring

    Difteri

    2. Dewasa

    Laringitis akut

    Epiglotitis

    Tuberkulosis

    Jamur

    mediastinitis

    C. Trauma

    Striktur pasca intubasi

    Polip

    3

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    4/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    Fraktur laring

    Pemisahan laringotrakea

    Trauma tumpul dari luar

    Benda asing

    D. Paralisis pita suara bilateral neurogenik

    1. Pasca bedah

    Pascabedah tiroid dan paratiroid

    Pascabedah ekstensif fosa S.S.P.

    Bedah ekstensif mediastinum

    2. Pasca trauma

    Intubasi lama

    Subluksasi aritenoid

    3. Pasca inflamasi

    Difteri

    Tuberkulosis

    4. Idiopatik (tersering)

    E. Neoplasma

    1. Jinak

    Papilomatosis skuamosa

    Fibroma

    Polip inflamasi

    2. Ganas

    Karsinoma sel skuamosa laring dan trakea (tersering)

    Adenokarsinoma

    Karsinoma mukoepidermoid

    Limfoma

    Sarkoma leiomiosarkoma, kondroma

    Karsinoma tiroid invasif

    Metastasis karsinoma

    F. Mekanik

    Obesitas

    4

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    5/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    Sindrom pickwickian

    Sindrom apnea saat tidur

    Makrognatia

    1. Kompresi eksterna

    Lesi leher goiter, limfoma

    Lesi mediastinum goiter substernal

    Timoma

    Penyakit limfoproliferatif

    Metastasis karsinoma

    Tuberkulosis

    2. Obstruksi sekret

    Sekresi laring dan trakea

    Trakeitis sika

    Bronkiolitis

    Bronkitis

    Bronkiektasis

    Sindrom silia tak bergerak (sindrom Kartagener)

    G. Etiologi tidak diketahui

    Trakeopati osteoplastik

    Polikondritis berulang

    Amiloid

    Trakeomalasi

    Laringomalasi

    Jadi obstruksi saluran napas bagian atas harus dipikirkan, jika pemakaian

    bronkodilator tidak dapat mengatasi obstruksi jalan napas. Dalam keadaan

    demikian gambaran lengkung aliran penting sebagai diagnostik. (Gambar 27-2).

    Mengi jangan disalah duga sebagai asma. Keterbatasan aliran udara pada inspirasi

    dan ekspirasi menandakan ada obstruksi yang menetap. Keterbatasan ekspirasi

    menandakan adanya resistensi subglotis atau trakea. Keterbatasan inspirasi

    menunjukkan resistensi supraglotis dan glotis. Gejala-gejala ikutan obstruksi

    5

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    6/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    saluran napas bagian atas, antara lain bertambahnya retraksi sela iga, daerah

    epigastrum, supra klavikula dan denyut jantung bertambah disertai kelelahan.

    Secara klinis, ciri utama obstruksi saluran napas bagian atas adalah

    dispnea yang disertai napas berbunyi (stridor, mengi, mendengkur). Secara

    patofisiologi, keadaan ini diperiksa dengan laringoskopi langsung atau

    trakeoskopi dan tes fungsi paru terutama volume lengkung aliran. Tes fungsi paru

    berguna untuk deteksi dini dan mengklasifikasikan pola obstruksi yang dapat

    menggambarkan perubahan dinamis diameter laring dan trakea. (Gambar 27-2).

    Sebagai contoh, obstruksi laring dan trakea bagian servikal akan menunjukkan

    penurunan kecepatan pada puncak aliran, baik pada ekspirasi maupun inspirasi,

    sehingga membuat bentuk rata pada puncak aliran. Pola lengkung aliran dapat

    membedakan lesi melingkar atau lateral, demikian juga lesi yang menetap atau

    berubah-ubah. Pada umumnya, lesi melingkar yang menetap atau lesi ekstratoraks

    yang berubah-ubah cenderung jinak, seperti stenosis atau paralisis pita suara.

    Secara fungsional lesi intratoraks yang berubah-ubah kemungkinan merupakan

    keganasan. Maka tindakan laringoskopi dan bronkoskopi perlu untuk diagnosis

    klinis dan histopatologis.

    Patofisiologi Obstruksi Saluran Napas Atas

    Obstruksi saluran napas atas mengakibatkan hipoventilasi alveolus dan

    menimbulkan tiga perubahan biokimiawi: hipoksi arterial (hipoksemi), retensi

    CO2 (hiperkapni) dan asidosis respirasi dan metabolik (penurunan pH serum).

    Asidosis metabolik disebabkan oleh terbentuknya asam laktat dan penimbunan

    asam karbonat. Ketiga faktor tersebut dapat menyebabkan asfiksia. Jika obstruksi

    timbul akut dan berat, akibatnya akan lebih jelas dan berbahaya. Pada proses

    penyakit yang lambat dan progresif terdapat kemungkinan terjadi kompensasi dan

    gejala-gejala dapat dibiarkan lebih lama.

    Hipoksi menyebabkan gangguan fungsi seluler, terutama pada SSP. Badan

    karotis dan aorta merupakan reseptor kimiawi terpenting yang mendeteksi

    perubahan O2. Penurunan PO2 arteri (kurang dari 70%), akan merangsang reseptor

    6

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    7/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    kimiawi ini. Harus diingat, bahwa penurunan PO2 sebanyak 40 mmHg akan

    menyebabkan penurunan 70% kejenuhan O2 dalam hemoglobin.

    Hipoksemi pada tingkat tertentu akan meningkatkan usaha pernaafsan,

    takikardi, vasokonstriksi perifer dan hipertensi, peningkatan resistensi pembuluh

    darah paru, peningkatan aktivitas adrenal, dan peningkatan aktivitas korteks

    serebri akibat rangsangan reseptor kimia dan sistem saraf simpatis. Efek ini

    diperkuat oleh asidosis dan hiperkapni, yang biasanya menyertai hipoksemi

    sebagai akibat hipoventilasi alveolus.

    Reaksi klinis terhadap hipoksemia dapat dibagi dalam tiga jenis,

    berdasarkan kecepatan timbul dan lama hipoksia. Hipoksia penuh atau anoksia

    disebabkan oleh obstruksi jalan napas mendadak, diikuti anoksemia yang cepat

    terjadi, menyebabkan penurunan kesadaran, serta kolaps jalan napas dan sirkulasi

    darah. Kematian terjadi dalam beberapa menit. Hipoksia dan hipoksemia akut

    terjadi jika kekurangan oksigen sedang sampai berat timbul dalam beberapa menit

    atau ham. Hal ini dapat menyebabkan dispnea, hiperpnea, takikardi, hipertensi dan

    gejala neurologik seperti sakit kepala, gelisah, kekacauan mental, disorientasi,

    depresi, tidak rasional, kelelahan otot, gangguan koordinasi, mual dan muntah.

    Hipoksemia kronis biasanya menimbulkan gejala yang sama, tetapi lebih ringan.

    Dalam banyak kasus, terjadi kompensasi dengan perkembangan penyakit yang

    lambat.

    Jika hipoksia berlangsung beberapa hari, terjadi penyesuaian fisiologik

    dan perbaikan gejala. Peningkatan aliran darah dan polisitemia memperbaiki

    oksigenisasi jaringan, walaupun hiperpnea biasanya menetap pada derajat tertentu

    untuk mempertahankan PO2 alveolus yang adekuat. Asidosis akan berkurang

    akibat kompensasi ginjal, sehingga memperbaiki disosiasi oksigen dan penyaluran

    oksigen ke jaringan. Dengan demikian hipoksemia tidak merupakan masalah yang

    serius pada hipoventilasi alveolus kronis, karena tubuh menyesuaikan diri

    terhadap kekurangan oksigen.

    Hiperkapni dapat merangsang langsung SSP (merangsang pernapasan).

    Umumnya dapat meninggikan frekuensi pernapasan, dengan akibat lainnya berupa

    sakit kepala, peka terhadap rangsangan, bingung, gatal, lemah dan lesu.

    7

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    8/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    Hiperkapnia berat menyebabkan pasien tidak sadar, refleks menurun, kaku, tremor

    dan kejang. Akhirnya terdapat narkosis CO2 dan koma.

    Ion H+ merupakan stimulan pernapasan spesifik untuk pusat pernapasan di

    medula. Tetapi H+ dalam cairan serebrospinal tidak dapat menembus sawar darah-

    otak dengan baik, sedangkan CO2 dapat dengan cepat memasukinya. Kadar CO2

    yang meningkat, menyebabkan asidosis cairan serebrospinal (LCS) dan stimulasi

    pernapasan. Oleh karena CO2 harus berdifusi dalam cairan serebrospinal yang

    tidak mempunyai sistem bufer, maka kadar ion H+ abnormal dalam cairan

    serebrospinal akan timbul secara bertahap, tetapi berlangsung lebih lama dan lebih

    hebat dari pada kelainan dalam perifer.

    Penyesuaian kadar H+ dalam cairan serebrospinal secara bertahap terjadi

    oleh adanya pertukaran HCO3dan Cl- melalui dinding kapiler, sehingga akhirnya

    reseptor kimiawi pusat tidak lagi terangsang oleh kadar CO2 yang meningkat.

    Karena itu, berbagai tingkat hiperkapni kronis mungkin dapat ditolerir tanpa

    gejala-gejala berat, karena pH normal dipertahanka dalam cairan serebrospinal.

    Bila keadaan ini terjadi pada hipoventilasi alveolus kronis, satu-satunya

    rangsangan pernafasan diperoleh dari reseptor kimia perifer akibat rangsangan

    hipolsemia. Tetapi O2pada kasus seperti ini akan memutuskan rangsangan saraf

    terhadap organ secara fisiologis, dengan akibat hilangnya seluruh stimulus

    pernafasan, sehingga timbul apnea dan narkosis CO2. Reseptor kimiawi pusat

    peka terhadap efek depresif dari obat sedatif, narkotika, peninggian tekanan

    intrakranial, dan hipoksia, yang semuanya merupakan predisposisi untuk narkosis

    CO2. Efek CO2pada kardiovaskular dihasilkan oleh rangsanagan reseptor kimiawi

    perifer dan rangsangan simpatetik, dan juga oleh efek vaskuler langsung.

    Hiperkapnia ringan akan disertai oleh bertambahnya denyut jantung dan

    vasokonstriksi seluruh tubuh, akibat meningkatnya aktivitas simpatetik.

    Hiperkapnia yang lebih berat ditandai oleh vasodilatasi akibat langsung dari CO 2

    yang berlebihan. CO2 merupakan satu-satunya dilator pembuluh darah otak,

    karena itu kelebihan CO2 dapat menyebabkan peninggian tekanan intrakranial dan

    oedem yang menyebabkan sakit kepala. Asidosis yang retensi CO2, disebabkan

    oleh akumulasi asam karbonat, dan pada fase akut, menyebabkan pH darah

    8

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    9/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    menurun, kadar P CO2 dan HCO3 tinggi. Kompensasi ginjal akan terjadi setelah

    beberapa jam, dengan akibat nilai pH kembali mendekati normal, PCO2tetap

    tinggi, HCO3 bertambah tinggi dan CL menurun.

    bila pasien dengan hipoventilasi alveolus kronik diberi terapi O2, harus dilakukan

    persiapan untuk mempertahankan dan membantu pernapasan.

    DIAGNOSIS

    Penyebab hipoventilasi alveolus biasanya diketahui dengan jelas, akan

    tetapi pada beberapa kasus pemeriksaan laboratorium akan sangat membantu.

    Penentuan pH darah, kadar pCO2, saturasi O2, PO2 dan kadar klorida perlu untuk

    menentukan derajat hipoksemia, hiperkapnia, dan besarnya kompensasi ginjal

    yang terjadi. Faktor-faktor ini penting untuk menentukan terapi terbaik pada kasus

    hipoventilasi alveolus kronik.

    PENATALAKSANAAN SALURAN NAPAS PADA INSUFISIENSI

    PERNAPASAN

    Gangguan fungsi pernapasan menjadi lebih penting pada penatalaksanaan

    pasien karena meningkatkan perhatian dan perbaikan dalam perawatan jalan

    napas. Misalnya sumbatan pernapasan akut sudah dipahami dengan baik masih

    selalu ada, tetapi sekarang jarang memerlukan bantuan pernapasan. Insufisiensi

    dan kegagalan pernapasan pada pembedahan yang besar, trauma, penyakit paru

    dan penyakit sistemik berat merupakan indikasi utama untuk mempertahankan

    ventilasi buatan.

    Bertambahnya pemakaian ventilasi bantuan dan perhatian terhadap

    pentingnya perawatan jalan napas yang intensif telah mendorong kemajuan bagian

    perawatan inhalasi atau pernapasan di kebanyakan rumah sakit. Karena itu, para

    klinisi yang terlibat dalam perawatan pasien gangguan napas, tidak dapat lagi

    membatasi pengetahuannya hanya pada aspek sempit perawatan jalan napas, dan

    harus menempatkan diri menjadi anggota tim yang menanggulangi gangguan

    9

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    10/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    pernapasan. Peranan ahli THT dalam tim tersebut, dengan sendirinya banyak

    berhubungan dengan mempertahankan dan penatalaksanaan saluran napas, baik

    melalui cara endolaring atau dengan trakeostomi. Bagaimana pun sebagai bagian

    dari tim harus menguasai seluruh aspek perawatan jalan napas.

    Sebagai dasar dari seluruh perawatan insufisiensi pernapasan adalah

    mengawasi jalan napas untuk menyiapkan oksigenisasi dan menjaga kebersihan

    traktus trakeobronkial dan/atau mempertahankan serta membantu pernapasan. Hal

    ini dapat dicapai dengan intubasi atau trakeostomi. Ada perbedaan pendapat

    mengenai keuntungan relatif dari masing-masing teknik. (Gambar 27-4).

    Intubasi Endotrakea

    Intubasi endotrakea merupakan cara yang paling cepat untuk memperbaiki

    jalan napas. Dapat dilakukan secara transnasal atau transoral. Intubasi dilakukan

    sebelum trakeostomi atau untuk mempertahankan jalan napas jika dianggap

    gangguan pernapasan bersifat sementara. Bila mungkin, tindakan ini dilakukan

    seeblum trakeostomi, terutama pada bayi dan anak. Keuntungan intubasi adalah :

    1. Dapat segera mengontrol saluran napas.

    2. Menghindari trauma trakeostomi yang tergesa-gesa.

    3. Anestesi umum dapat diberikan pada waktu melakukan trakeostomi.

    4. Menghindari komplikasi pneumotoraks yang dapat terjadi sewaktu

    trakeostomi dilakukan pada pasien yang sedang berusaha keras untuk

    bernapas.

    Ada beberapa kerugian tertentu pada intubasi lama yang akan dibicarakan

    kemudian.

    Teknik

    Laring dilihat dengan laringoskop, kemudian dimasukkan pipa endotrakea

    dengan balon atau bronkoskop. Dalam keadaan darurat, pipa harus dimasukkan

    melalui mulut. Banyak pasien yang memerlukan intubasi dalam keadaan tidak

    sadar atau semikoma sehingga tidak diperlukan anestesi. Meskipun belum terbukti

    bahwa tanpa anestesi akan meningkatkan terjadinya refleks vasovagal dan henti

    10

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    11/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    jantung, maka bila mungkin, sebaiknya dicoba memperbaiki oksigenisasi sebelum

    melakukan intubasi.

    Pada pasien yang sadar, anestesi dapat diberikan dengan aplikasi topikal

    melalui faring dan sinus piriformis atau suntikan pada n. laringius interna.

    Komplikasi

    Pipa yang terpasang di laring untuk waktu lama dapat menimbulkan

    ulserasi mukosa, pembentukan jaringan granulasi, edem subglotis dan akhirnya

    stenosis laring dan trakea. Komplikasi ini lebih sering pada pasien sadar atau

    hiperaktif dengan refleks menelan yang aktif. Pada umumnya, bila diperkirakan

    perlu intubasi lebih lama dari 48 sampai 72 jam, sebaiknya dilakukan trakeostomi,

    oleh karena pembersihan sekret dari traktus trakeobronkial lebih sukar dan lebih

    mudah timbul sumbatan pada pipa endotrakea.

    Pada endotrakea mungkin lebih menguntungkan pada bayi dan anak kecil,

    karena lebih sering timbul komplikasi akut akibat trakeostomi, yang lebih buruk

    dari pada kerugian akibat intubasi. Akan tetapi, obstruksi pipa merupakan masalah

    besar dan pipa nasotrakea mungkin perlu sering diganti.

    Krikotirotomi (Koniotomi)

    Dalam keadaan tertentu, jalan napas dapat diperbaiki dengan membuka

    trakea melalui membran kortikotiroid. Teknik ini diterangkan oleh Vicq dAzur

    pada tahun 1805. keuntungan teknik ini bahwa membran krikotiroid berada

    langsung di bawah kulit dan jaringan subkutan, dan hanya memerlukan alat dan

    teknik yang sederhana untuk memperoleh udara pernapasan dengan cepat.

    Kerugian teknik ini banyak, sehingga terbatas penggunaannya. Ruang

    kortikotiroid relatif sempit dan sering tidak cukup untuk memasukkan pipa

    trakeostomi dengan ukuran adekuat tanpa merusak kartilagi krikoid. Tiap luka

    pada krikoid dapat diikuti dengan perikondritis dan stenosis laring. Insisi pada

    membran krikotiroid dapat merusak konus elastikus, menimbulkan perubahan

    suara yang permanen. Arteri krikotiroid masuk ke dalam ruang krikotiroid dekat

    11

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    12/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    garis tengah yang mungkin menjadi sumber perdarahan yang cukup banyak

    selama melakukan teknik ini.

    Komplikasi utama krikotirotomi ialah stenosis laring. Makin lama pipa

    terpasang pada membran krikotiroid, makin besar kemungkinan terjadi

    perikondritis, pembentukan jaringan granulasi, dan akhirnya stenosis laring.

    Indikasi

    Bila intubasi endotrakea tidak mungkin dilakukan trakeostomi atau

    krikotirotomi mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi jalan napas. Pada

    umumnya, trakeostomi merupakan teknik yang lebih baik, tetapi dalam keadaan

    darurat tertentu, krikotirotomi merupakan cara terbaik untuk mempertahankan

    jalan napas, menghindari asfiksi dan kematian. Indikasi krikotirotomi antara lain

    ialah :

    1. Perlengkapan dan alat-alat intubasi endotrakea atau trakeostomi tidak

    memadai untuk mengatasi obstruksi jalan napas yang berat.

    2. Kebutuhan untuk mempertahankan jalan napas dilakukan oleh tenaga yang

    tidak terlatih medis.

    3. Keperluan untuk mempertahankan jalan napas pada obstruksi laring karena

    tumor, sehingga seluruh bagian krikotiroid akan ikut dikeluarkan pada saat

    operasi definitif.

    Teknik

    Ruang krikotiroid ditentukan dengan melakukan ekstensi kepala dan

    meraba penonjolan arkus kartilago krikoid yang terdapat 2-3 cm di bawah lekuk

    V yang menonjol dari tulang rawan tiroid pada orang dewasa. Insisi horisontal

    yang kecil dibuat dengan benda tajam apa saja, tepat di atas batas atas tulang

    rawan krikoid, sehingga tampak membran krikotiroid, dan kemudian ditembus

    pada garis tengah. Luka tembus diperluas ke lateral dengan alat yang tipis dan

    tumpul tanpa menggunakan tenaga untuk menghindari perdarahan dari arteri

    krikotiroid. Bila pipa tidak tersedia, jalan napas dipertahankan dengan

    memisahkan kartilago krikoid dan tiroid, menggunakan tangkai pisatu atau alat

    12

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    13/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    lain yang tipis. Dengan membuat insisi melalui membran krikotiroid lebih dekat

    ke kartilago krikoid, perdarahan dari arteri krikotiroid biasanya dapat dihindari.

    Melakukan punksi rongga krikotiroid dengan jarum suntik yang besar (No.

    15) dapat dicoba pada keadaan darurat, akan tetapi udara pernapasan tidak

    adekuat, kecuali bila digunakan lebih dari satu jarum.

    Perawatan Pasca Bedah

    Kanul trakeostomi harus segera dimasukkan melalui krikotirotomi segera

    setelah alat tersebut tersedia. Krikotirotomi harus diganti dengan trakeostomi

    melalui insisi terpisah yang lebih rendah setelah alat tersebut tersedia.

    Krikotirotomi harus diganti dengan trakeostomi melalui insisi terpisah yang lebih

    rendah segera setelah keadaan pasien stabil. Bila mungkin dilakukan 24 jam atau

    paling lama 48 jam setelah krikotirotomi.

    Trakeostomi

    Trakeostomi ialah pembuatan lubang di dinding anterior trakea, untuk

    mempertahankan jalan napas. Pertama kali dikemukakan oleh Aretaeus dan Galen

    pada abad pertama dan kedua Sesudah Masehi. Walaupun teknik ini dikemukakan

    berulang kali setelah itu, tetapi orang pertama yang diketahui secara pasti

    melakukan tindakan ini ialah Antonio Brasavola pada tahun 1546. Prosedur ini

    disebut dengan berbagai istilah, antara lain laringotomi dan bronkotomi sampai

    istilah trakeotomi diperkenalkan oleh Heister pada tahun 1718. Pada tahun-tahun

    terakhir, digunakan istilah trakeostomi, yang lebih tepat. Pipa trakeostomi yang

    pertama dengan kanul dalam diperkenalkan oleh George Martine di Inggris kira-

    kira tahun 1730 untuk menghindari sumbatan pipa pasca bedah.

    Indikasi

    Trakeostomi dapat dilakukan untuk tujuan terapi atau sebagai suatu

    prosedur berencana. Trakeostomi berencana mungkin diperlukan bila diramalkan

    akan terjadi problema pernapasan pada pasien pasca bedah daerah kepala, leher

    atau toraks atau pasien dengan insufisiensi paru kronik. Indikasi yang jarang ialah

    pada pasien, yang intubasi orotrakea sukar dilakukan atau tak mungkin dilakukan

    13

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    14/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    untuk tujuan anestesi umum. Trakeostomi juga harus dilakukan sebelum

    pembedahan tumor-tumor orofaring atau laring untuk menghindari manipulasi

    tumor yang tidak perlu.

    Trakeostomi untuk terapi perlu dilakukan pada tiap kasus insufisiensi

    pernapasan yang disebabkan oleh hipoventilasi alveolus untuk memintas

    sumbatan, mengeluarkan sekret atau untuk tujuan penggunaan pernapasan buatan

    secara mekanis.

    Bila mungkin, trakeostomi terapi harus didahului oleh intubasi endotrakea.

    Walaupun intubasi endotrakea dapat segera memperbaiki gangguan jalan napas,

    trakeostomi harus dilakukan bila diperhitungkan perlu perawatan jalan napas lebih

    dari 48 jam, karena :

    1. Mengeluarkan sekret jauh lebih mudah lewat suatu pipa trakeostomi, dan

    kemungkinan terjadinya obstruksi pipa lebih kecil.

    2. Pasien sangat sulit menelan dengan adanya pipa endotrakea.

    3. Membersihkan pipa endotrakea pada posisinya sulit dan untuk mengganti pipa

    diperlukan laringoskopi berulang.

    4. Intubasi lama endolaring menimbulkan ulserasi mukosa yang akhirnya dapat

    menjadi granuloma, adhesi dan stenosis laring.

    5. Trakeostomi kurang menyebabkan rangsangan refleks batuk, yang mungkin

    penting pada pasien dengan kelainan saraf dan pasca bedah.

    6. Dengan trakeostomi pasien yang sadar dapat berbicara.

    14

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    15/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    Satu-satunya kontra indikasi trakeostomi ialah pasien dengan obstruksi

    laring oleh tumor ganas, karena pada beberapa kasus, trakeostomi yang dilakukan

    lebih dari 48 jam sebelum pembedahan definitif, menyebabkan insidens

    kekambuhan pada stoma bertambah. Pada awktu laringektomi sangat sulit

    melakukan eksisi luas pada trakeostomi rendah. Oleh karena itu jalan napas

    sementara dapat diadakan dengan mengangkat sebagian tumor secara endoskopi

    atau melakukan krikotirotomi.

    Penentuan Saat Trakeostomi

    Pasien yang sadar dan menderita obstruksi saluran napas bagian atas,

    biasanya menunjukkan tanda hipoksemi akut, antara lain, denyut nadidan

    frekuensi napas bertambah, gelisah, bingung dan udara yang masuk berkurang.

    Pada keadaan demikian pasien akan kelelahan untuk mempertahankan kadar gas

    darah yang adekuat sebelum terjadi desaturasi oksigen dalam arteri, yaitu pO2

    turun sampai 40 mmHg. Bila terjadi desaturasi, timbul dekompensasi sirkulasi dan

    pernapasan dengan cepat dan kematian segera terjadi. Oleh karena itu, tanda-tanda

    desaturasi seperti sianosis, koma dan hipotensi merupakan tanda insufisiensi

    lanjut, dan mungkin mendahului resusitasi. Pada umumnya, pasien yang

    15

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    16/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    menderita sumbatan jalan napas dengan tanda hipoksemia yang meningkat, harus

    dilakukan trakeostomi.

    Pada pasien tak sadar dengan insufisiensi pernapasan, tanda klinis

    hipoksemia mungkin kurang jelas, tetapi karena kehilangan mekanisme proteksi,

    maka perlu trakeostomi lebih dini.

    Bila timbulnya insufisiensi pernapasan lambat maka tanda-tanda

    hipoksemia minimal, dan manifestasi hiperkapnia lebih jelas. Sakit kepala,

    pusing, berkeringat, dan muka kemerahan merupakan tanda permulaan. Kemudian

    timbul kedutan, bingung, dan koma. Pada pemberian oksigen, terjadi perbaikan

    sementara, tetapi memperburuk retensi CO2. Oleh karena itu, dalam keadaan ini

    pemeriksaan gas darah berulang sangat membantu menentukan perlunya bantuan

    ventilasi. Pada umumnya, bila pasien tidak dapat mempertahankan suturasi O2

    sebanyak 85% atau mengurangi pCO2 di bawah 50 mmHg sewaktu menghirup

    50% O2, trakeostomi harus dilakukan. (Gambar 27-5).

    Fungsi Trakeostomi

    Selain memintas obstruksi saluran napas atas, trakeostomi mempunyai

    beberapa fungsi fisiologi lain yaitu :

    1. Mengurangi jumlah ruang hampa dalam traktus trakeobronkial, 70 sampai 100

    ml. Penurunan ruang hampa dapat berubah-ubah dari 10 sampai 50%,

    tergantung pada ruang hampa fisiologik tiap individu.

    2. Mengurangi tahanan aliran udara pernapasan, yang selanjutnya mengurangi

    kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara, sehingga

    mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih

    efektif, asal lubang trakeostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7).

    3. Proteksi terhadap aspirasi.

    4. Meungkinkan pasien menelan tanpa refleks apnea, yang sangat penting pada

    pasien dengan gangguan pernapasan.

    5. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trakea untuk pembersihan.

    6. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus

    trakeobronkial, dengan atau tanpa tekanan positif intermiten.

    16

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    17/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    7. Mengurangi kekuatan batuk, sehingga mencegah pemindahan sekret ke perifer

    oleh tekanan negatif intratoraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang

    normal.

    Teknik

    Teknik trakeostomi ditentukan sampai batas tertentu oleh keadaan yang

    memerlukan tindakan tersebut. Yang terpenting adalah memperoleh udara

    pernapasan secepat dan seefisiensi mungkin dengan menghindari trauma pada

    laring, trakea dan struktur yang berdekatan.

    Bila mungkin, dilakukan intubasi endotrakea sebelum trakeostomi terapi,

    terutama pada anak. Intubasi bila perlu, dapat dilakukan tanpa anestesi. Jika tidak

    mungkin melakukan intubasi, ventilasi dan oksigenasi melalui kantong dan

    masker sangat membantu. Jika udara pernapasan telah terkontrol, dapat dilakukan

    trakeostomi dengan lebih cermat dan trauma minimal.

    Pasien tidur telentang dengan bantal di bawah bahu, untuk memperoleh

    ekstensi leher yang maksimal. Posisi ini sulit dipertahankan pada pasien yang

    sadar dengan gangguan pernapasan, sehingga mungkin perlu dipegangi pada

    posisi tersebut.

    Anestesi tidak diperlukan pda pasien yang tidak sadar. Anestesi lokal pada

    umumnya sudah cukup untuk pasien sadar, termasuk anak. Anestesi umum

    diberikan bila terpasang pipa endotrakea, tetapi merupakan kontraindikasi, jika

    intubasi belum dilakukan. Anestesi lokal diberikan dengan infiltrasi kulit pada

    garis insisi dan bahan disuntikan ke jaringan yang lebih dalam di garis tengah

    sampai pada dinding trakea anterior. Lidocaine (Xylocaine) 1% dengan epinefrin

    1:150.000 merupakan obat yang memuaskan.

    Insisi kulit ditentukan berdasarkan situasi dan kondisi. Jika trakeostomi

    dilakukan bersamaan dengan bedah kepala dan leher, insisi disesuaikan dengan

    rencana operasi yang akan dilakukan. Jika trakeostomi tersendiri, bila mungkin

    dibuat insisi kulit horisontal. Insisi dibuat sepanjang 5 cm, kira-kira dua jari di

    atas fosa suprasternal. Tak ada sedikitpun keraguan bahwa hasil kosmetik insisi

    horisontal lebih baik dibandingkan insisi vertikal. Dalam keadaan gawat dan

    17

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    18/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    bantuan tidak tersedia, dilakukan insisi vertikal di garis tengah sepanjang 4 cm

    supaya cepat dan perdarahan minimal.

    Insisi kulit diperdalam sampai terlihat otot penggantung (Gambar 27-6).

    Pada titik ini, untuk menentukan letak trakea perlu dilakukan palpasi untuk

    menghindari diseksi terlalu lateral. Otot penggantung dipisahkan secara vertikal di

    garis tengah, dan disingkirkan ke lateral, maka tampak fasia pretrakea yang

    menutupi trakea dan ismus tiroid. Tampak banyak vena turun ke fasia dari tiroid,

    tetapi dengan tetap bekerja di garis tengah pada bidang vertikal, sebagian besar

    vena dapat dihindari. Ismus tiroid hampir selalu berada di atas cincin trakea ke III

    dan biasanya dapat disingkirkan ke atas dengan retraktor kecil dan tumpul untuk

    membebaskan trakea. Ismus tiroid tidak perlu dipotong, sehingga perdarahan

    dapat dihindari, kecuali pada ismus yang luar biasa lebar, harus dipotong di antara

    dua klem, dan diikat pada pinggiran potongan. Dengan menyuntikan beberapa

    tetes kokain 10% ke trakea pada titik ini akan membantu mengurangi refleks

    batuk pada saat memasukkan pipa trakeostomi.

    Trakea harus difiksasi dengan memasukkan pengait pada dinding anterior

    antara cincin ke-1 dan ke-2, kemudian ditarik ke arah atas dan luar. Dinding

    anterior trakea diinsisi secara vertikal, sebanyak 2 sampai 3 cincin. Insisi trakea

    jangan lebih tinggi dari cincin ke-2, untuk mencegah rangsangan pipa trakeostomi

    pada kartilago krikoid yang dapat menyebabkan perikondritis. Jangan membuang

    tulang rawan dari dinding anterior trakea, karena dapat menimbulkan defek besar

    pada trakea yang tidak perlu pasca ekstubasi, sehingga terjadi granulasi yang

    mengganggu dan memperlambat penyembuhan. Pada pasien andi kecil, stenosis

    trakea dapat terjadi akibat eksisi tulang rawan. Telah dibuktikan bahwa insisi

    vertikal akan sembuh lebih cepat dari pada eksisi tulangrawan, atau insisi

    horisontal pada trakea. Insisi trakea diperlebar dengan dilator Truosseau atau klem

    yang besar, kemudian pipa dimasukkan, dijaga agar tidak mengenai dinding

    posterior trakea. Balon dikontrol dengan cara inflamasi untuk mengetahui ada

    tidaknya kerusakan pada balon pada waktu memasukkan pipa.

    Segera setelah pipa masuk, sering timbul batuk-batuk hebat, dan beberapa

    pasien dapat timbul apnea karena kehilangan rangsangan hipoksia untuk bernapas.

    18

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    19/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    Hal ini harus diperhitungkan sebelumnya, dan bila perlu dilakukan bantuan

    pernapasan.

    Pipa trakeostomi harus dipilih dengan hati-hati. Akhir-akhir ini pemakaian

    pipa perak ukuran standar tipe Holinger dan Jackson telah ditinggalkan dan

    diganti dengan pipa jenis silikon atau Portex. Alasannya untuk mengurangi

    trauma pada dinding trakea, mengurangi kanul dalam, dan ekonomis. Panjang

    pipa trakeostomi juga penting, dan seringkali perlu disesuaikan panjangnya untuk

    tiap individu. Hal ini lebih mudah dilakukan dengan memotong pipa silikon tetapi

    tidak mungkin dilakukan pada pipa logam. Diameter pipa dipilih yang terbesar,

    kira-kira sesuai denga tiga perempat diameter trakea. Ukuran rata-rata No. 6 (30

    Perancis) untuk wanita dewasa atau untuk pria No. 7 (33 Perancis) atau No. 8 (36

    Perancis). Pipa dengan balon mungkin perlu bila ada masalah aspirasi, atau jika

    diperlukan respirator dengan tekanan positif. Pipa dengan balon bertekanan

    rendah saat ini telah tersedia dan harus dipakai, tetapi balon harus dikempiskan

    secara perkasa.

    Insisi kulit tidak dijahit dan tidak diperban dengan tekanan karena dapat

    menimbulkan emfisem subkutan, pnemomediastinum dan pnemotoraks. Kasa

    kecil dapat diletakkan antara pinggir pipa dan kulit leher.

    Trakeostomi Pada Bayi dan Anak Kecil

    Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan usuran dan

    konsistensi trakea pada bayi dan anak. Pada semua kasus trakeostomi seharusnya

    hanya dilakukan estela bronkoskop, pipa endotrakea atau catter dimasukkan

    untuk memperbaiki saluran udara pernafasan dan memberi kekakuan pada trakea,

    sehingga memudahkan diseksi dan identifikasi trakea. Pada anak kecil, Sangat

    mudah melakukan diseksi yang terlalu dalam dan lateral dari trakea, sehingga

    merusak nervus laringius rekuren, arteri karotis kommunis atau aspeks pleura.

    Saat melakukan insisi pada dinding trakea, harus hati-hati agar pisau tidak masuk

    terlalu dalam dan merobek dinding posterior. Dengan bronkoskop dalam trakea

    dapat membantu untuk terhindar dari komplikasi ini.

    19

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    20/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    Kesulitan lain pada anak hdala pipa trakeostomi sering keluar dari trakea,

    karena leher bayi yang pendek dan sering gemuk, terutama bila leher dalam

    keadaan fleksi. Dapat juga dilakukan jahitan dengan benang sutra pada tepi insisi

    trakea untuk menandai dan benang ini dilekatkan ke leher untuk mencegah

    hilangnya lumen trakea jira pipa bergeser. Trakea harus diperiksa setelah pipa

    dimasukkan, untuk menjaga agar tidak terjadi lipatan ke dalam dari tepi cincin

    trakea yang dipotong, yang dapat menyebabkan pergeseran pipa dan obstruksi

    pada saat dekanulasi (Gambar 27-7).

    Sering terjadi kesulitan untuk mendapatkan ukuran pipa trakeostomi yang

    sesuai. Pipa yang terlalu panjang dapat masuk ke karina atau salah satu bronkus,

    menyebabkan atelektasis paru sisi lain. Jika lengkung pipa terlalu tajam, akan

    menekan trakea pada batas atas insisi trakea, sedangkan ujung bawah pipa

    menempel pada dinding anterior trakea, dan lengkung yang terlalu tumpul dapat

    menyebabkan ulserasi dinding posterior trakea dan esofagus. Oleh karena itu,

    harus dibuat foto Rontgen leher dan dada pasca bedah pada bayi.

    Pipa silastik rancangan Aberdeen ialah yang terbaik digunakan pada bayi

    dan anak. Alat ini fleksibel, dapat dipotong untuk menyesuaikan panjang, dan

    memungkinkan aliran udara yang lebih baik, karena tidak ada kanul dalam. Pipa

    trakeostomi yang dianjurkan untuk berbagai umur anak tampak pada Tabel 27-3.

    Tabel 27-3. Ukuran Pipa Trakeostomi

    Umur Diameter Luar Diameter Kanul Respirator

    Prematur

    Bayi sampai 3 bulan3 6 bulan

    6 12 bulan

    1 2 tahun

    3 tahun

    4,5 mm

    4,5 5,0 mm5,0 5,5 mm

    5,0 5,5 mm

    5,5 6,0 mm

    5,5 6,0 mm

    4,5 5,0 mm

    5,0 5,5 mm5,5 mm

    5,5 6,0 mm

    5,5 6,0 mm

    6,0 6,5 mm

    Perawatan Pasca Bedah

    20

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    21/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    Bagian terpenting dari trakeostomi adalah perawatan pasca bedah, yang

    membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Banyak pasien, terutama anak, masih

    tidak tertolong akibat perawatan pasca bedah yang tidak adekuat.

    Anak-anak yang memerlukan trakeostomi lama dapat dirawat di rumah,

    dengan memberikan pendidikan yang cermat pada orang tua dalam cara

    penggunaan alat penyedot yang steril, pengaturan kelembaban dan penggantian

    pipa trakeostomi. Perawat trakeostomi yang terdidik sangat membantu, dengan

    selalu mengadakan hubungan dengan orang tua pasien dan kunjungan rumah

    secara teratur. Kematian trakeostomi lama pada bayi dapat mencapai 20%

    walaupun telah dilakukan perawatan yang terbaik.

    Pipa trakeostomi pada trakeostomi yang baru harus dipertahankan 2

    sampai 3 hari sebelum diganti. Pada saat itu telah terbentuk saluran yang

    permanen, dan sedikit sekali kemungkinan tidak dapat memasukkan pipa kembali.

    Mengganti pipa sebelum 2 3 hari dapat menyebabkan bahaya hilangnya lumen

    trakea dengan akibat timbulnya bencana. Mengganti pipa trakeostomi pada bayi

    untuk pertama kali harus tersedia sebuah bronkoskop.

    Kelembaban khusus udara inspirasi diperlukan untuk mencegah trakeitis

    dan pembentukan krusta, yaitu ruangan dengan alat humidifikasi Walton atau

    sebuah kerah trakea dengan uap basah, akan memberikan kelembaban atmosfir

    perlu diteteskan 3 atau 4 tetes larutan garam hipotonik atau larutan laktat Ringer

    ke dalam pipa setiap 3 atau 4 jam. Setelah beberapa hari, kebutuhan tambahan

    humidifikasi berkurang dan akhirnya dapat dihentikan. Pasien dengan sekret yang

    kental, dan banyak perlu pemberian mukolitik intratrakea seperti acetylcysteine

    (Mukomyst) untuk mencairkan sekret, sehingga mudah dihisap keluar.

    Mesin penghisap merupakan kebutuhan mutlak pada perawatan

    trakeostomi. Kateter karet steril dengan lubang di kedua ujungnya dan konektor

    bentuk Y harus tersedia, dan hanya dipakai khusus untuk trakea. Perlu ada dua

    lobang agar keteter tidak terhisap dan menempel pada dinding trakea. Konektor Y

    memungkinkan kateter dimasukkan ke trakea tanpa alat penghisap bekerja, dan

    hanya selama penarikan, ujung sambungan Y yang terbuka akan tersumbat, dan

    alat penghisap akan bekerja. Penghisap hanya selama 15 detik atau kurang karena

    21

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    22/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    pada penghisapan lama dapat terjadi hipoksia dan henti jantung. Penghisapan

    harus sering dilakukan, terutama pada hari-hari pertama sesudah trakeostomi,

    karena sekret traktus trakeobronkial bertambah akibat iritasi trakea.

    Dekanulasi

    Pipa trakeostomi jangan dibiarkan lebih lama dari waktu yang diperlukan,

    terutama pada anak. Harus diangkat secepat mungkin untuk mengurangi

    timbulnya trakeobronkitis, ulserasi trakea, stenosis trakea, trakeomalasi dan fistula

    trakeokutan menetap. Segera setelah keadaan pasien membaik, ukuran pipa

    trakeostomi diperkecil sampai ukuran yang memungkinkan udara dapat memintas

    pipa menuju saluran napas bagian atas. Hal ini menolong menghindari

    ketergantungan fisiologik pada pipa yang besar akibat menurunnya resistensi

    pernapasan. Kemudian pipa ditutup dan dinilai apakah jalan napas adekuat,

    kemampuan menelan dan mengeluarkan sekret. Jika pipa dapat ditutup selama 8

    sampai 12 jam, pipa dikeluarkan dan fistel trakeokutan ditutup. Segera setelah

    dekanulasi, pasien harus diamati dengan ketat dan alat yang diperlukan untuk

    mendapatkan jalan napas kembali, selalu harus tersedia.

    Komplikasi

    Segera

    1. Apnea akibat hilangnya rangsangan hipoksia pernapasan.

    2. Perdarahan.

    3. Trauma bedah pada struktur sekitar, antara lain : esofagus, n. laringius

    rekuren, dan kupula pleura.

    4. Pneumotoraks dan pneumomediastinum.

    5. Trauma kartilago krikoid (trakeostomi tinggi).

    Menengah

    1. Trakeitis dan trakeobronkitis.

    2. Erosi trakea dan perdarahan.

    3. Hiperkapnia.

    22

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    23/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    4. Atelektasis.

    5. Pergeseran pipa trakeostomi.

    6. Obstruksi pipa trakeostomi.

    7. Emfisema subkutan.

    8. Aspirasi dan abses paru.

    Lanjut

    1. Fistel trakeokutan menetap.

    2. Stenosis laring atau trakea.

    3. Granulasi trakea.

    4. Trakeomalasia.

    5. Kesukaran dekanulasi.

    6. Fistel trakeoesofagus.

    7. Masalah jaringan parut trakeostomi.

    23

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    24/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT, Prof. Dr. H. Nurbaidi Iskandar,

    Sp.THT, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

    Leher, Edisi Kelima, hal. 195-200; 201-212, Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia, Jakarta, 2003.

    2. K.J. Lee, Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery, Eighth Edition,

    International Edition, p 724-726, 1999.

    3. Byron J. Bailey, Head & Neck Surgery Otolaryngology, Third Edition,

    Lippincott Williams & Wilkins.

    4. http://kurniawandwijayanto.blogspot.com/2008/05/laringitis.html

    5. John Jacob Ballenger, Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan

    Leher, Edisi XIII Jilid I, 1994, Bina Rupa Aksara, p. 417-423; 424-434.

    6. Sobotta.

    7. http://www.pdrhealth.com/disease/disease-mono.aspx?contentFileName=

    BHG01ID28.xml&contentName=Laryngitis&contentId=90.

    8. Scott Browns Otolaryngology, General Editor, Alan G. Kerr, Sixth Edition, p.

    526-537.

    9. http://www.rch.org.au/emplibrary/ward8west/trache_3.jpg

    10. Kumpulan Naskah Ilmiah Kongres Nasional XII, Perhimpunan Dokter

    Spesialis Telinga, Hidung dan Tenggorok Indonesia (PERHATI), Penerbit

    Universitas Diponegoro, Semarang, 28-30 Oktober 1999, h. 100-108.

    24

    http://kurniawandwijayanto.blogspot.com/2008/05/laringitis.htmlhttp://www.pdrhealth.com/disease/disease-mono.aspx?contentFileNamehttp://kurniawandwijayanto.blogspot.com/2008/05/laringitis.htmlhttp://www.pdrhealth.com/disease/disease-mono.aspx?contentFileName
  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    25/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ...................................................................... i

    DAFTAR ISI ................................................................................... ii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

    BAB IIOBSTRUKSI SALURAN NAFAS ........................................ 2

    Laringitis Akut .................................................................. 8

    Laringitis Kronis ............................................................... 17

    BAB III KESIMPULAN .................................................................. 25

    DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 26

    25

    ii

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    26/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    KATA PENGANTAR

    Atas berkat rahmat Tuhan YME, akhirnya saya dapat

    menyelesaikan penyusunan referat mengenai OBSTRUKSI SALURAN

    NAFAS. Referat ini dibuat untuk memenuhi tugas saya dalam

    menjalankan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT di Rumah Sakit

    Umum Daerah Budhi Asih Periode 21 Juli 23 Agustus 2008.

    Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Dr. Reni N.Z, Sp.THT2. Dr. Djoko Sridjono, Sp.THT

    3. Dr. Muchtar Yusuf, Sp.THT

    4. Dr. Wahjoe, Sp.THT

    5. Dr. Fauzan, Sp.THT

    Juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan referat

    ini baik dalam segi teknik, moral, maupun materi. Semoga referat ini dapat

    bermanfaat bagi pembaca semua.

    Demikianlah kata pengantar dari penulis, sebelumnya mohon maafyang sebesar-besarnya kepada seluruh pembaca atas kesalahan yang

    disengaja maupun yang tidak disengaja dalam pembuatan referat ini dan

    saya mengharapkan kritik dan sarannya supaya saya dapat membuat

    yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

    Penulis

    26

    i

    i

  • 8/22/2019 115462442-47600009-Obstruksi-Saluran-Nafas

    27/27

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

    Pembimbing :

    Dr. Renie NZ, Sp.THTDr. Djoko Sridjono, Sp.THTDr. Muchtar Yusuf, Sp.THT

    Dr. Wahjoe, Sp.THTDr. Fauzan, Sp.THT

    Disusun Oleh :

    Nyimas Farida

    030.02.175

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU THT

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

    PERIODE 23 AGUSTUS 2008

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

    JAKARTA

    2008