116659309 askep presus cystitis

Download 116659309 Askep Presus Cystitis

If you can't read please download the document

Upload: roselii-firda-ratma-pratiwi

Post on 08-Dec-2014

80 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

askep cisitis

TRANSCRIPT

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN CYSTITIS DI RUANG KENANGA RSUD dr.R GOETENG TAROENADIBRATA

PURBALINGGA

Disusun Oleh: Kelompok II ANNISYA FATWA FERRA FEBRIANI LYNDA MAYTASARI AGUS SUMARNA NG1D008105 NG1D008036 NG2A007048 NG1D0080 ANGLIA RAKHMAWATI NG1D008018

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS PURWOKERTO 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Di antara ke empat organ tersebut, ginjal adalah organ yang paling penting. Ginjal berfungsi menyaring sampah dari saluran darah, mengatur keseimbangan cairan, dan memproduksi beberapa hormon. Ureter berfungsi mengalirkan cairan hasil penyaringan ginjal ke kandung kemih untuk disimpan semantara dan bila kandung kemih telah penuh maka akan dikeluarkan ke luar melalui uretra. Gangguan pada sistem urinaria yang umum terjadi yaitu sistitis (chystitis), hematuria, gromeluronefritis, batu ginjal, dan gagal ginjal. Chystitis merupakan inflamasi kandung kemih yang lebih sering timbul pada wanita dibandingkan pada pria, dan juga sering disertai dengan disuria, urgency atau demam ringan. Bagi kaum wanita, radang selaput lendir kandung kemih dapat terjadi satu atau dua hari sesudah bersenggama. Peradangan pada kandung kemih juga dapat terjadi karena terjadinya peradangan pada pada ginjal. Bagi kaum pria, jenis penyakit ini ada hubungannya dengan peradangan pada ginjal atau prostat. Sesuatu yang menghalangi mengalirnya air kencing sehingga menyebabkan tertinggalnya air kencing di dalam kandung kemih dapat mengakibatkan peradangan. Peradangan selaput lendir kandung kemih atau chystitis dapat juga disebabkan oleh sisa-sisa zat asam di dalam tubuh yang muncul karena makan daging, zat asam oxalat dari bayam, atau sisa-sisa makanan berkanji lainnya (Nainggolan, 2006). Kekambuhan meskipun penanganan infeksi saluran kamih khususnya chystitis selama 3 hari biasanya adekuat pada wanita, tetapi kambuhnya infeksi pada 20% wanita yang mendapat penanganan untuk infeksi saluran kemih non komplikasi (Suhartono dkk, 2008). Chystitis merupakan Infeksi Saluran Kemih (ISK) bawah. Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada wanita. Pada populasi wanita, infeksi ini terjadi sebesar

1-3% pada anak usia sekolah yang kemudian meningkat cukup signifikan seiring dengan peningkatan aktivitas seksual pada dewasa. ISK sering ditemukan pada wanita usia 20-50 tahun. Sedangkan pada populasi pria, ISK akut terjadi pada usia-usia pertama kehidupan dan ISK jarang ditemukan pada pasien di bawah usia 50 tahun. Wanita lebih sering mngalami sistitis dari pada pria dikarenakan uretra wanita lebih pendek dibandingkan dengan uretra pria. Selain itu juga getah pada cairan prostat pria mempunyai sifat bakterisidal sehingga relatif tahan terhadap infeksi saluran kemih. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah pada perempuan dapat berupa sistitis dan Sindrom Uretra Akut (SUA). Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna. Sindrom uretra akut adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis. Sedangkan ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis, epididimitis, dan uretriti (Benson & Pernoll, 2009). B. Tujuan a. Tujuan Umum Tujuannya adalah untuk mengetahui konsep teori chystitis dan asuhan keperawatan yang tepat. b. Tujuan Khusus 1) Mengetahui pengertian chystitis. 2) Mengetahui etiologi chystitis. 3) Mengetahui faktor presdisposisi chystitis. 4) Mengetahui patofisiologi chystitis. 5) Mengetahui tanda dan gejala chystitis. 6) Mengetahui pemeriksaan penunjang chystitis. 7) Mengetahui pathway chystitis. 8) Mengetahui pengkajian chystitis. 9) Mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan chystitis. 10) Mengetahui rencanan asuhan keperawatan pada pasien dengan chystitis.

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Chystitis adalah inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh infeksi bakteri (biasanya escherichia coli) yang menyebar dari uretra atau karena respon alergik atau akibat iritasi mekanis pada kandung kemih (Sloane, 2004). Chystitis juga merupakan inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra, dimana ada aliran balik urin dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks uretrovesikal), kontaminasi fekal, atau penggunaan kateter atau sistoskop (Baughman & Hackley, 2000). Menurut Tambayong (2000), chystitis atau radang kandung kemih lebih sering terdapat pada wanita daripada pria, karena dekatnya muara uretra dan vagina dengan daerah anal. Organisme gram negatif dapat sampai ke kandung kemih selama bersetubuh, trauma uretra, atau karena kurang higienis. Biasanya organisme ini cepat dikeluarkan sewaktu berkemih (miksi). Pada pria, sekret prostat memiliki sifat antibakterial. Chystitis adalah infeksi yang disebabkan bakteri pada kandung kemih, dimana akan terasa nyyeri ketika buang air kecil (disuria), kencing yang tidak tuntas, dan demam yang harus dicurigai (Gupte, 2004). Sistitis (chystitis) merupakan peradangan yangterjadi di kantung urinaria. Biasanya terjadi karena infeksi oleh bakteri yang masuk ke dalam tubuh (Ferdinand & Ariebowo, 2007). Chystitis virus dan kimiawi harus dibedakan dari chystitis bakterial berdasarkan atas riwayat penyakit dan hasil biakan urin. Secara radiografi, ginjal hipoplastik dan displastik, atau ginjal kecil akibat vaskuler, dapat tampak sama dengan pielonefritis kronis. Namun, pada yang terakhir ini biasanya terdapat refluks vesikureter. Chystitis heoragik akut sering kali disebabkan oleh E. Coli, telah dihubungkan juga dengan adenovirus tipe 11 dan 21. Chystitis adenovirus lebih sering terdapat pada laki-laki, sembuh dengan sendirinya, dan dengan hematuria yang berlangsung kira-kira selama 4 hari. Chystitis eosinofilik adalah bentuk jarang chystitis yang asalnya tidak jelas dan kadang-kadang

ditemukan pada anak. Gejala umumnya adalah chystitis dengan hematuria, dilatasi ureter, dan gagalnya pengisian kandung kemih yang disebabkan oleh masa yang secara histologis terdiri atas infiltrat radang dengan eosinofil (Behrman dkk, 2000). Chystitis interstisial adalah lesi yang dapat timbul dalam jenis kelamin mana pun, tetapi lebih lazim terjadi pada wanita. Etiologi tepat kelainan ini tidak jelas, walaupun dianggap suatu fenomena autoimun. Pasien dengan chystitis interstisial tampil dengan diuria, frekuensi dan berkemih yang nyeri. Secara endoskopi ada perdarahan diskrit kecil dengan distribusi bercak-bercak. Pemeriksaan histologi lesi ini menunjukkan perdarahan, edema, dan infiltrat limfositik (Sabiston, 1994). Sebagian besar terjadi pada wanita perimenopause. Dapat menggambarkan adanya defek pada epitel transisional (dengan sebab yang tidak pasti). Chystitis interstisial yang disertai dengan stress incontinence atau inkontinensia urgensi, harus dipastikan dengan pemeriksaan urodinamik. Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu cystitis primer dan cystitis sekunder. Cystitis primer merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lain, seperti batu pada kandung kemih, divertikel/ penonjolan mukosa buli, hipertropi prostat dan striktur uretra (penyempitan akibat dari adanya pembentukan jaringan fibrotik/jaringan parut pada uretra atau daerah urethra). Sedangkan cystitis sekunder merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis/peradangan yang terjadi pada uretra dan prostatitis/peradangan yang terjadi pada prostat (Benson & Pernoll, 2009). Menurut Taber (1994), cystitis dibedakan menjadi dua, yaitu tipe infeksi dan tipe non infeksi. Tipe infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Sedangkan tipe non infeksi disebabkan oleh bahan kimia, radiasi, dan interstisial (tidak diketahui penyebabnya/ideopatik). B. Etiologi Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita

tanpa kelainan urologis atau kalkuli. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksi tanpa komplikasi. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi. Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina ke arah uretra atau dari meatus terus naik ke kandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli. Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi di ginjal, prostat, atau oleh karena adanya urin sisa (misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau karena infeksi dari usus. Jalur infeksi : ? Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita. ? Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urin dapat masuk ke kandung kemih. ? Penyebaran infeksi secara lokal dari organ lain dapat mengenai kandung kemih misalnya appendiksitis. ? Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi. Jalur utama infeksi yang terjadi pada sistitis adalah ascending melalui periurethral/vaginal dan flora pada tinja. Mikroorganisme penyebab utama adalah E.coli, Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus aureus yang masuk ke dalam buli-buli melalui uretra. Selain akibat infeksi, inflamasi pada buli-buli juga disebabkan oleh bahan kimia, seperti deodorant, detergent, atau obat-obatan yangdimasukkan intravesika untuk terapi kanker buli-buli (siklofosfamid). Sistitis disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini disebabkan oleh aliran balik urin dari uretra ke dalam kandung kemih, kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sitoskopi (Sloane, 2004). Etiologi dari Etiologi dari cystitis berdasarkan jenisnya menurut Taber (1994), yaitu : a. Infeksi :

? Bakteri Kebanyakan berasal dari bakteri Escherichia coly yang secara normal terletak pada gastrointestinal. Pada beberapa kasus infeksi yang berasal dari retra dapat menuju ginjal. Bakteri lain yang bisa menyebabkan infeksi adalah Enterococcus, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, dan Staphylococcus. ? Jamur Infeksi jamur, penyebabnya misalnya Candida. ? Virus dan parasit Infeksi yang disebabkan olehvirus dan parasit jarang terjadi. Contohnya adalah trichomonas, parasit ini terdapat dalam vagina, juga dapat berada dalam urin. b. Non infeksi : ? Paparan bahan kimia, contohnya obat-obatan (misalnya cyclophosphamide/cytotaxan, Procycox). ? Radio terapi ? Reaksi imunologi, biasanya pada pasien SLE (Systemic Lupus Erytematous) C. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi untuk chystitis adalah bersetubuh, kehamilan, kandung kemih neurogenis, keadaan-keadaan obsdtruktif, dan diabetes mellitus (Tambayong, 2000). Pada umumnya faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan infeksi saluran kemih adalah : a. Wanita cenderung mudah terserang dibandingkan dengan laki-laki. Faktor-faktor postulasi dari tingkat infeksi yang tinggi terdiri dari urethra dekat kepada rektum dan kurang proteksi sekresi prostat dibandingkan dengn pria. b. Abnormalitas struktural dan fungsional mekanisme yang berhubungan termasuk stasis urin yang merupakan media untuk kultur bakteri, refluks urin yang infeksi lebih tinggi pada saluran kemih dan peningkatan

tekanan hidrostatik. Contoh : strikur, anomali ketidak sempurnaan hubungan uretero vesicalis. c. Obstruksi Contoh : tumor, hipertofi prostat, calculus, sebab-sebab iatrogenic. d. Gangguan inervasi kandung kemih Contoh : Malformasi sum-sum tulang belakang kongenital, multiple sklerosi. e. Penyakit kronis Contoh : Gout/asam urat, DM, hipertensi, Penyakit Sickle cell f. Instrumentasi Contoh : prosedur kateterisasi. g. Penggunaan fenasetin secara terus menerus dan tidak pada tempatnya. D. Patofisiologi Chystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral. Kemudian bakteri tersebut berekolonisasi pada suatu tempat misalkan pada vagina atau genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat dan berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan masuk ke kandung kemih. Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme gram negatif seperti E. Colli, Psedomonas, Klebsiela, Proteus yang berasal dari saluran intestinum orang itu sendiri dan turun melalui urethra ke kandung kencing. Pada waktu mikturisi, air kemih bisa mengalir kembali ke ureter (Vesicouretral refluks) dan membawa bakteri dari kandung kemih ke atas ke ureter dan ke pelvis renalis. Kapan saja terjadi urin statis seperti maka bakteri mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk bertumbuh dan menjadikan media yang lebih alkalis sehingga menyuburkan pertumbuhannya. Infeksi saluran kemih dapat terjadi jika resistensi dari orang itu terganggu. Faktor-faktor utama dalam pencegahan infeksi saluran

kemih adalah integritas jaringan dan suplai darah. Retak dari permukaan lapisan jaringan mukosa memungkinkan bakteri masuk menyerang jaringan dan menyebabkan infeksi. Pada kandung kemih suplai darah ke jaringan bisa berkompromi bila tekanan di dalam kandung kemih meningkat sangat tinggi (Tambayong, 2000). Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui : 1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang terinfeksi. 2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari suplai jantung ke ginjal. 3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui helium ginjal. 4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi. Menurut Tiber (1994), agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri E. coly. Tipikal ini berada pada saluran kencing dari uretra luar sampai ke ginjal melalui penyebaran hematogen, lymphogendan eksogen. Tiga faktor yang mempengaruhi terjadnya infeksi adalah virulensi (kemampuan untuk menimbukan penyakit) dari organisme, ukuran dari jumlah mikroorganisme yang masuk dalam tubuh, dan keadekuatan dari mekanisme pertahanan tubuh. Terlalu banyaknya bakteri yang menyebabkan infeksi dapat mempengaruhi pertahanan tubuh alami pasien. Mekanisme pertahanan tubuh merupakan penentu terjadinya infeksi, normalnya urin dan bakteri tidak dapat menembus dinding mukosa bladder. Lapisan mukosa bladder tersusun dari sel-sel urotenial yang memproduksi mucin yaitu unsur yang membantu mempertahankan integritas lapisan bladder dan mencegah kerusakan serta inflamasi bladder. Mucin juga mencegah bakteri melekat pada selurotelial. Selain itu pH urine yang asam dan penurunan/kenaikan cairan dari konstribusi urin dalam batas tetap, berfungsi untuk mempertahankan integritas mukosa, beberapa bakteri dapat masuk dan sistem urin akan mengeluarkannya.

Bentuk anatomi sluran kencing, keduanya mencegah dan merupakan konstribusi yang potensial untuk perkembangan UTI ( Urinary Tract Infection). Urin merupakan produk yang steril, dihasilkan dari ultrafiltrasi darah pada glumerolus dari nepron ginjal, dan dianggap sebagai sistem tubuh yang steril. Tapi uretra merupakan pintu masuk bagi pathogen yang terkontaminasi. Selain itu pada wanita 1/3 bagian distal uretra disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis banyak dihuni bakteri dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut. Kolonisasi basi pada wanita di daerah tersebut diduga karena perubahan flora normal dari daerah perineum, berkurangnya antibody normal, dan bertambahnya daya lekat oeganisme pada sel spitel pada wanita. Cystitis lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki, hal ini karena uretra wanita lebih pendek dan lebih dekat dengan anus. Mikroorganisme naik ke bledder pada waktu miksi karena tekanan urine. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah mengeluarkan urine. E. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis) adalah nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (disuria), spasame pada area kandung kemih dan suprapubis, hematuria (disertai darah dalam urin), urgensi (terdesak rasa ingin berkemih), nokturia (sering berkemih pada malam hari), piuria (adanya sel darah putih dalam urin), dan nyeri punggung (Sloane, 2004). Menurut Taber (1994), secara umum tandan dan gejala cystitis adalah : ? Disuria. ? Rasa panas seperti terbakar saat kencing. ? Ada nyeri pada tulang punggung bagian bawah. ? Urgensi (rasa terdesak saat kencing). ? Nokturia (cenderung sering kencing pada malam hari akibat penurunan kapasitas kandung kemih). ? Pengosongan kanding kemih yang tidak sempurna. ? Inkontinensia (keluarnya urin tanpa disengaja atau sulit ditahan).

? Retensi, yaitu suatu keadaan penumpukan urin di kandung kemih dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya. ? Nyeri suprapubik

F. Pathway Infeksi Bakteri jamnur virus dan parasit non infeksi paparan bahan kimia radio terapi reaksi imunologi

Pertahanan tubuh menurun Infeksi Urin dan bakter menembus dinding mukosa bladder Refluks ke dalam kandung kemih Infeksi saluran kemih bawah : cystitis Disuria inkontinensia pengosongan kandung kemih tidak sempurna Gangguan eliminasi urin retensi urin Risiko infeksi nyeri tulang punggung nyeri akut nyeri suprapubik

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Tanggal Jam 1. Identitas Klien Nama Pekerjaan Alamat Nomor RM Diagnosa Medis 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri ketika BAK. P = nyeri dirasakan ketika BAK. Q = nyeri dirasakan seperti disayat-sayat. R = nyeri dirasakan di saluran kemih bagian bawah dan menjalar ke pinggang. S = skala nyeri 5 (dari skala nyeri 0-10) T = nyeri dirasakan terus-menerus b. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke IGD pada tanggal 19 November 2012 dengan keluhan sejak 1 bulan nyeri ketika BAK, BAK sering, satu kali BAK ada darahnya, merasa masih tidak puas setelah BAK. 2 minggu yang lalu terasa nyeri pada perut bagian bawah, skrotum terasa panas dan pegal. Sampai IGD sadar. Kemudian pasien di bawa ke Ruang Kenanga : Tn. S Umur : SMP : Pekerja bangunan : Keponggok RT/RW. 02/03 : 509586 : Cystitis : 34 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pendidikan : 19 November 2012 : 12.00 WIB

dengan keluhan yang sama, ekspresi wajah pasien tampak meringis menahan nyeri. c. Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengatakan bahwa sekitar 2 bulan yang lalu pernah dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama.. d. Riwayat penyakit keluarga : Pasien mengatakan bahwa dari keluarga tidak ada penyakit keturunan (diabetes melitus, gagal ginjal, jantung, dan hipertensi) dan tidak ada keluarga yang mengalami sakit yang serupa. 3. Pola Kesehatan Fungsional a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan : DS : Pasien mengatakan bahwa bila ia dan keluarga sakit selalu dibawa ke dokter. Dan masih mempercayai obatobatan tradisional yang sudah turun temurun berupa air rebusan daun-daunan. Sebelum dibawa ke rumah sakit pasien mengkonsumsi rebusan daun nangka sabral, daun remujung, dan daun gizi beling. DO : Pasien dirawat di RS dr. Goeteng Taroenadibrata tepatnya di Ruang Kenanga. b. Pola nutrisi metabolik : Pasien mengatakan bahwa ia makan 3 kali/hari dan minum air putih 6-8 gelas/hari. c. Pola eliminasi : DS : Pasien mengatakan BAB 1 kali/hari dengan konsistensi cair tanpa darah, dan BAK 9 kali/hari dengan urin yang sedikit-sedikit, warna urin keruh dan ada darahnya. DO : Pasien tidak terpasang Dower Cateter (DC).

d. Pola aktivitas-latihan : Pasien mengatakan bahwa aktivitasnya masih dibantu keluarga. Kemampuan perawatan diri 0 1 2 Mandi Berpakaian Makan Eliminasi Mobilitas di tempat tidur Berpindah Ambulasi/ROM Keterangan : 0 : mandiri 1 : dengan alat bantu 2 : dibantu orang lain 3 : dibantu orang lain dan alat 4 : tergantung total e. Pola istirahat-tidur : DS : Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam tidur, tidurnya 8 jam/hari. DO : mata tidak merah dan pasien tampak tidak sering menguap. f. Pola kognitif-persepsi : Keadaan panca indera pasien semuanya masih baik, tidak memiliki gangguan pada memori jangka panjang dan pendek. g. Pola konsep diri-persepsi diri : Pasien mengatakan yakin akan sembuh. h. Pola peran hubungan : DS : Pasien mengatakan bahwa ia memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya/harmonis. DO : Keluarga selalu mendampingi selama perawatan di rumah sakit. i. Seksualitas : Pasien laki-laki dan sudah menikah. j. Pola toleransi stress-koping : * * * * * * * 3 4

Pasien mengatakan jika ada masalah dibicarakan dengan keluarga. k. Pola nilai-keyakinan : Pasien beragama islam. 4. Pemeriksaan Fisik : a. Keadaan umum : kesadaran Compos Mentis (CM), GCS 15 (E4M6V5), postur tubuh atletikus/proporsional, tidak ada fatique. b. Tanda vital : N = 90 kali/menit, TD = 130/70 mmHg, RR = 20 x/menit, S = 37,2oC c. TB : 184 BB : 76 d. Kepala : ? Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada luka dan tidak ada jejas. ? Mata : simetris, pupil isokor, diameter pupil 3 mm/3 mm, rekasi pupil terhadap cahaya baik/positif. ? Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, dan penciuman normal. ? Telinga : tidak ada luka, pendengaran normal. e. Thorak ? Paru : Inspeksi : simetris, Perkusi : sonor, Auskultasi : vesikuler, tidak ada bunyi ronchi dan tidak ada bunyi wheezing. ? Jantung : Inspeksi : ictus kordis tidak tampak, Perkusi : teraba ictus kordis di SIC V di sebelah madial linea midklavikularis sinistra, Auskultasi : redup, tidak ada bunyi gallops dan murmur, S1/S2 reguler. f. Abdomen : Inspeksi : tidak ada massa. Palpasi : distensi kandung kemih. Perkusi : timpani. Auskultasi : bising usus dalam batas normal 12 kali/menit. g. Ekstremitas : terpasang infus RL 20 tetes/menit di tangan kanan, akral hangat, ekstremitas atas dan bawah dapat digerakan, tidak ada edema. h. Genitalia : tidak terpasang Dower Cateter (DC), skrotum terasa panas.

5. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan labolatorium dilakukan pada tanggal 19 November 2012 jam 07.06 WIB, dengan hasil : Ukuran PEMERIKSAAN HEMATOLOGI PAKET DARAH LENGKAP + LED Hemoglobin (Hb) Leukosit (sel darah putih) Hematokrit Eritrosit (sel darah merah) Trombosit MCH MCHC (Mean (Mean Corpuscular Corpuscular Hemoglobin) 35 84 1 0 71 23 5 8 g/dL fl % % % % % mm/jam 32-36 80-100 1-3 0-1 50-70 25-40 2-8