12. bab 2
DESCRIPTION
u-turnTRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN U-TURN
U-turn (putaran balik) merupakan bukaan pada median untuk pelayanan
ganda (median opening for double service u-turn), yaitu suatu bukaan yang
terdapat pada median, yang peruntukkan arus lalulintas berputar balik terdiri dua
arah, baik yang dilengkapi dengan pulau jalan atau sejenis kreb pembatas maupun
tidak, antara kedua jalur putar balik tersebut (Bina Marga, 1992), sebagaimana
ditunjukkan Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Fasilitas Putaran Balik Sumber : Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan (1992)
2.2 GAP ACCEPTANCE
Gap Acceptance adalah salah satu komponen yang paling penting dalam
karakteristik lalulintas mikroskopik. Teori Gap Acceptances umum digunakan
5
berdasarkan pada konsep mendefinisikan batas pengemudi yang dapat
memanfaatkan gap dari ukuran atau durasi tertentu ( Mathew,2013)
Gap berarti ruang dan waktu subjek kendaraan subjek yang diperlukan
untuk bergabung secara memadai dengan aman antara dua kendaraan. Gap
Acceptance adalah kesenjangan minimum yang diperlukan untuk menyelesaikan
perubahan/perpindahan jalur dengan aman. Oleh karena itu, model Gap
Acceptance dapat membantu menjelaskan apakah keputusan pengemudi dapat
diterima atau tidak. ( Mathew,2013)
2.3 CRITICAL GAP (tc)
Critical gap (gap kritis) didefinisikan sebagai panjang interval waktu
minimum yang membolehkan suatu kendaraan jalan minor masuk ke
persimpangan (HCM 1994). Kyte et al dalam Gattis & Low (1998)
mendefinisikan critical gap (tc) sebagai gap minimum dalam aliran lalulintas jalan
mayor yang dibutuhkan kendaraan jalan minor untuk bergabung ke dalam atau
bergerak melewati gap aliran lalulintas jalan mayor. Critical gap sebagai selang
waktu (gap) minimum antara dua kendaraan yang berurutan pada arus jalan utama
yang memungkinkan pengemudi kendaraan untuk dapat memasuki dan bergabung
dengan arus jalan utama (Hewitt, 1985). Semua definisi ini menggunakan kalimat
yang berbeda, tetapi mempunyai maksud yang sama.
6
Critical Gap
Gambar 2.2 Ilustrasi Critical Gap
2.4 FOLLOW UP TIME ATAU MOVE UP TIME (tf)
Faktor lain yang membatasi untuk kendaraan jalan kecil adalah fakta
bahwa mereka tidak bisa masuk ke daerah konflik selama beberapa saat setelah
minor kendaraan jalan sebelumnya telah masuk. Hal ini karena panjang fisik
kendaraan dan headways diperlukan. Dengan demikian, sebagai variabel kedua
untuk karakterisasi perilaku minor jalan pengemudi kita menggunakan follow up
time.
Follow up time (tf) adalah rentang waktu antara kedatangan satu kendaraan
dan kedatangan kendaraan lainnya dalam kondisi antrean yang kontinu (Brilon,
Troutbeck, Koenig, 1997)
Gambar 2.3 Ilustrasi Follow Up Time
7
Follow Up Time
2.5 KAPASITAS (C)
Kapasitas jalan adalah volume kendaran maksimum yang dapat melewati
jalan per satuan waktu dalam kondisi tertentu. Besarnya kapasitas jalan tergantung
khususnya pada lebar jalan dan gangguan terhadap arus lalulintas yang melalui
jalan tersebut. Kapasitas didefinisikan sebagai tingkat arus maksimum dimana
kendaraan dapat diharapkan untuk melalui suatu potongan jalan pada periode
waktu tertentu untuk kondisi lajur atau jalan, lalulintas, pengendalian lalulintas
dan kondisi cuaca yang berlaku. (Edward K. Morlok, 1998)
2.6 KONDISI JENUH
Derajat kejenuhan (DS) menurut MKJI 1997, didefinisikan sebagai rasio
arus terhadap kapasitas yang digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan
tingkat kinerja segmen jalan. Nilai derajat kejenuhan menunjukan bahwa segmen
jalan yang ditinjau mengalami permasalahan atau tidak. Derajat kejenuhan
dihitung menggunakan arus lalulintas dan kapasitas jalan yang dinyatakan dalam
satuan smp/jam. Untuk menghitung Derajat Kejenuhan (degree of saturation),
menggunakan rumus :
D s=QC
Dimana :
Ds = Derajat Kejenuhan
Q = Arus Lalulintas (smp/jam)
C = Kapasitas Jalan (smp/jam)
8
2.7 PENGOLAHAN DATA
Berdasarkan data-data yang didapat, untuk mendapatkan nilai critical gap dan
follow up time yang mewakili, dilakukan uji pencilan data (outlier) dengan chauvenet’s
criterion. Chauvenet’s criterion digunakan untuk mengetahui apakah data yang
didapatkan dapat digunakan semua atau harus ada yang disingkirkan.
Chauvenet’s criterion membuktikan dengan pendekatan statistik untuk
menghapus data yang salah dari satu set “n” data. Dalam pendekatan ini, semua
pengamatan (data poin) dari satu set “n” pengamatan yang berada di dalam jangkauan
“maximum deviation” berarti data dapat diterima. Data yang berada di luar jangkauan
“maximum deviation” berarti data ditolak.
Tabel 2.1 Chauvenet’s Criterion Untuk Penolakan Data
9
Jumlah Data
Rasio Deviasi Maksimum Diterima dan Standar Deviasi max/d
n c 3 1.38 4 1.54 5 1.65 6 1.73 7 1.8 10 1.96 15 2.13 25 2.33 50 2.57 100 2.81 300 3.14 500 3.29 1000 3.48
c = 0,99969 + 0,4040*ln(n)
Persamaan pertama adalah rasio deviasi maksimum diterima dan standar deviasi
berdasarkan jumlah sampel data.
a. Rasio deviasi standar maksimum dan standar deviasi
c = 0,99969 + 0,4040*ln(n) .....................................................................(2.1)
Keterangan :
n = jumlah sampel
Persamaan kedua, untuk menentukan data ke-n dapat diterima atau ditolak.
a. Data ke-n x1 , .. .. . xn
Rasio deviasi standar maksimum dan standar deviasi
t sus=|xn−x|
σ ............................................................................................(2.2)
Keterangan :
t sus = rasio deviasi standar maksimum dan standar deviasi
xn = data ke-n
x = rata-rata
σ = standar deviasi
b. Persentase probabilitas
prob(outside σ )=1−prob(within σ ) ......................................................(2.3)
dimana prob(within σ )didapatkan dari persamaan =∫x̄−tσ
x̄+tσGX , σ ( x )dx
Keterangan :
prob(outside σ ) = probabilitas di luar perbandingan standar deviasi
10
prob(within σ ) = probabilitas di dalam perbandingan standar deviasi
c. Menyimpulkan hasil n yang diperoleh
n=N×prob(outside σ ) ............................................................................(2.4)
Jika n> 1
2 maka data diterima, dan jikan< 1
2 , maka data ditolak.
Keterangan :
N = Jumlah data
2.8 MODEL PERHITUNGAN
2.8.1 Model Siegloch
Model kapasitas Siegloch (1973) yang digunakan dalam pedoman Jerman
(1988 Brilon, Brilon dan Grossman 1991), mengasumsikan model eksponensial
negatif untuk kedatangan headways dengan persamaan :
C = (3600 / tf) e-qm t0 ...........................................................................(2.5)
Keterangan:
C = Kapasitas
tf = follow up time
qm = arus lalulintas
t0 = zero gap parameter
Dimana t0 adalah zero gap parameter dengan persamaan :
t0 = tc - 0.5 tf. .....................................................................................(2.6)
Keterangan:
t0 = zero gap parameter
11
tc = critical gap
tf = follow up time
Menggunakan model Siegloch sebagai model gap acceptance antrean,
jalan minornya harus jenuh dengan antrean lalulintas kendaraan (Gattis & Low,
1998). Pada metode ini panjangnya antrean yang kontinu harus sedikit-sedikitnya
satu kendaraan dalam satu periode observasi. Proses selanjutnya adalah:
a). Mencatat jumlah kendaraan, n, setiap memasuki gap arus utama (headway)
dari durasi t (termasuk n = 0 kasus).
b). Untuk setiap gap acceptance oleh kendaraan n, kita menghitung rata-rata gap
acceptance t (bagian yang dilingkari di grafik)
c). Mencari regresi linier gap rata-rata (headway) nilai sebagai fungsi dari
jumlah kendaraan:
t = t0 + tf .n ..............................................................................................(2.7a)
dimana
t0 = tc - 0.5 tf ............................................................................................(2.7b)
Maka
tc = t0+ 0.5 tf ............................................................................................(2.7c)
dan nilai tf dapat diketahui dari hasil regresi linear
12