12. bab iii dasar teori

25
RESUME SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN RENCANA CROSS CUT ACCESS 10 S CIURUG DI UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR, PT. ANEKA TAMBANG TBK BOGOR, JAWA BARAT 1.1 Parameter Geomekanik Batuan Sifat-sifat batuan yang penting dalam melakukan pengamatan terhadap lubang bukaan antara lain : 1. Sifat fisik material : kekerasan terhadap goresan, kekerasan terhadap pukulan/tekanan, kekerasan terhadap kikisan/abrasi, densitas atau kerapatan massa (bobot isi batuan ( )), porositas, permeabilitas, cepat rambat gelombang dan lain-lain. 2. Sifat mekanis material :kuat tekan (compressive strength), kuat tarik (tensile strength), kuat geser (shear strength), sudut geser dalam (internal friction angle = Ф), kohesi (cohesion = c) dan lain-lain. 1.2 Metode Penanganan Stabilitas Lubang Bukaan pada Penambangan Bawah Tanah Metode rancangan yang tersedia untuk memperkirakan stabilitas medan kerja penambangan dan lubang bukaan dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Metode Analitik (Analytical Method) Metode analitik digunakan untuk menganalisis tegangan dan deformasi di sekitar lubang bukaan. 2. Metode Observasi/Pengamatan (Observational Method) 42

Upload: wanda-arianto

Post on 03-Jan-2016

540 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 12. Bab III Dasar Teori

RESUME SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN RENCANA CROSS CUT ACCESS 10 S CIURUG DI UNIT BISNIS

PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR, PT. ANEKA TAMBANG TBK BOGOR, JAWA BARAT

1.1 Parameter Geomekanik Batuan

Sifat-sifat batuan yang penting dalam melakukan pengamatan terhadap

lubang bukaan antara lain :

1. Sifat fisik material : kekerasan terhadap goresan, kekerasan terhadap

pukulan/tekanan, kekerasan terhadap kikisan/abrasi, densitas atau

kerapatan massa (bobot isi batuan ( )), porositas, permeabilitas, cepat

rambat gelombang dan lain-lain.

2. Sifat mekanis material : kuat tekan (compressive strength), kuat tarik

(tensile strength), kuat geser (shear strength), sudut geser dalam (internal

friction angle = Ф), kohesi (cohesion = c) dan lain-lain.

1.2 Metode Penanganan Stabilitas Lubang Bukaan pada Penambangan

Bawah Tanah

Metode rancangan yang tersedia untuk memperkirakan stabilitas medan

kerja penambangan dan lubang bukaan dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Metode Analitik (Analytical Method)

Metode analitik digunakan untuk menganalisis tegangan dan deformasi

di sekitar lubang bukaan.

2. Metode Observasi/Pengamatan (Observational Method)

Metode pengamatan adalah mengadakan analisis berdasarkan pada

data pemantauan pergerakan massa batuan sewaktu penggalian untuk

mengamati ketidakmantapan dan analisis interaksi penyanggaan

terhadap massa batuan.

3. Metode Empirik (Empirical Method)

Metode empirik memperkirakan stabilitas sebuah tambang bawah tanah

dan lubang bukaan dengan menggunakan analisis statistik pengamatan

bawah tanah.

42

Page 2: 12. Bab III Dasar Teori

1.3 Karakteristik Umum Klasifikasi Massa Batuan

Klasifikasi massa batuan digunakan sebagai alat dalam perancangan

model lubang bukaan (terowongan). Pada hakekatnya suatu klasifikasi massa

batuan dibuat untuk memenuhi hal-hal berikut ini (Bieniawski, 1989) :

1. mengelompokkan massa batuan tertentu pada kelompok yang mempunyai

perilaku yang sama tetapi memiliki kelas massa batuan dengan kualitas

yang berbeda.

2. lebih mudah dalam memahami karakteristik dari masing-masing kelompok

massa batuan

3. melengkapi cara dalam berkomunikasi tentang klasifikasi massa batuan

(Rock Mass Rating; lihat Lampiran B) dengan para ilmuwan terutama para

ahli geoteknik dan geologi.

4. menghasilkan data kuantitatif sebagai pedoman dalam melakukan

rancangan lubang bukaan.

1.4 Pemantauan (Monitoring)

Tujuannya adalah untuk memperoleh data yang nyata dari perilaku

lubang bukaan dalam skala yang luas akibat dari kegiatan penambangan dan

upaya mencatat kondisi lingkungan. Jadi kegiatan pemantauan adalah memeriksa

kemungkinan lubang bukaan dari ketidakstabilan, kemudian mengambil suatu

tindakan perbaikan yang tujuannya adalah untuk melindungi manusia dan

peralatan serta mengamati kondisi lingkungan.

Beberapa ahli mekanika batuan (Selmer & Olsen, Nicholas March)

mengemukakan beberapa faktor dasar yang mempengaruhi kestabilan pada

lubang bukaan tambang dan terowongan:

a) Keadaan tegangan di sekitar lubang bukaan.

b) Interaksi tegangan dan regangan antara lubang bukaan yang berdekatan.

c) Sifat mekanik dari massa batuan dan sifat lain dari perlapisan batuan

dimana penggalian dilakukan.

56

Page 3: 12. Bab III Dasar Teori

d) Keadaan air tanah; bila air tanah dalam jumlah besar sebaiknya perlu

dilakukan sistem penyaliran yang baik untuk kestabilan lubang bukaan.

e) Macam-macam metode penggalian lubang bukaan.

f) Tipe dan jenis peyangga yang dipakai.

1.5 Kriteria Evaluasi Data Pemantauan Konvergensi

Menurut Cording (Bieniawski, 1984) untuk mengevaluasi kestabilan suatu

lubang bukaan terdapat sejumlah kriteria yang dapat digunakan, bila hanya

memakai kriteria tunggal tentu saja tidak akan cukup untuk dijadikan sebagai

patokan lebih jauh lagi. Perpindahan yang menunjukkan ketidakstabilan lokal

harus dibedakan dengan perpindahan yang menunjukkan ketidakstabilan yang

meliputi suatu daerah yang luas.

Brandy dan Brown (1999) mengatakan bahwa agar sebuah sistem

pemantauan dapat memenuhi persyaratan ekonomis yang handal, sistem tersebut

harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :

a) Pemasangan harus mudah dilakukan bahkan untuk kondisi lapangan yang

sulit.

b) Memiliki sensitivitas, keakuratan dan kemampuulangan yang memadai.

c) Dilengkapi dengan penahan dan pelindung yang baik selama digunakan.

d) Disertai kemudahan pembacaan, sehingga dapat menghasilkan data

seketika.

e) Mempunyai kaitan yang sesuai dengan pelaksanaan operasi

penambangan.

1.6 Perhitungan Data Konvergensi

Pengukuran konvergensi pada tiap titik dilakukan dengan urutan

pengukuran pertama yang dilakukan setelah 24 jam pemasangan baut

convergence (anchor). Pengukuran selanjutnya dilakukan dua kali sehari.

Demikian seterusnya selama pengukuran masih dilakukan. Sedangkan

perhitungan data konvergensi adalah sebagai berikut :

a. Perhitungan perpindahan

Perpindahan = diameter penggalian awal - diameter penggalian yang

berikutnya.

57

Page 4: 12. Bab III Dasar Teori

Dirumuskan sebagai:

L = L0 - Li

Keterangan :

L = perpindahan dari dua titik pantau pada waktu ke-to, mm.

L0 = jarak dua titik pantau awal (pengukuran hasil M – E), mm.

Li = jarak dua titik pantau setelah waktu ke-t0 (pengukuran hasil M – E),

mm.

M = pembacaan pita ukur rata-rata dan dial gauge, mm

E = pembacaan rata-rata kalibrasi awal dan akhir, mm

Perhitungan perpindahan yang menghasilkan L dengan cara di atas

dapat menghasilkan dua kemungkinan, yaitu:

i. Nilai L bertanda positif, artinya dinding dan atap lubang bukaan yang

diukur makin mengecil.

ii. Nilai L bertanda negatif, artinya dinding dan atap lubang bukaan yang

diukur makin membesar.

b. Perhitungan waktu

t = t1- to

Keterangan :

t = perubahan waktu, jam

t1 = waktu pengukuran perpindahan berikutnya, jam

to = waktu pengukuran perpindahan awal, jam

c. Laju perpindahan atau kecepatan perpindahan (rate of convergence)

Rate of Convergence (RC) = Laju Perpindahan

RC =[|diameter penggalian awal - diameter penggalian yang berikutnya|] /

waktu

Laju konvergensi atau laju perpindahan dapat dihitung dengan

persamaan sebagai berikut:

Keterangan : v = laju konvergensi (mm/hari)

ln = angka pengukuran perpindahan (mm)

ln-1 = angka pengukuran perpindahan sebelumnya (mm)

58

Page 5: 12. Bab III Dasar Teori

tn = waktu pengukuran perpindahan (jam)

tn-1 = waktu pengukuran perpindahan sebelumnya (jam)

24 = faktor pengali; 24 jam/hari

d. Percepatan perpindahan (acceleration of convergence) :

Percepatan perpindahan dapat dihitung dengan persamaan :

[|kecepatan perpindahan awal-kecepatan perpindahan yang berikutnya|]/

waktu.

1.7Kriteria Analisis Kestabilan Lubang Bukaan

Untuk mengetahui analisis kestabilan lubang bukaan diperlukan sejumlah

kriteria, antara lain sebagai berikut :

a) Perpindahan/Konvergensi

Zhenxiang (1984) melakukan hal serupa dengan Cording dengan

mengadakan pengamatan kecepatan perpindahan pada lubang bukaan di Xiaken

dan Lingqian (Cina). Kedua terowongan tersebut mempunyai lebar sekitar 6,00 m

dengan tebal overburden 20,00 m sampai 24,00 m, dan massa batuan pembentuk

lubang bukaan dengan nilai Q yang berkisar antara 0,067 sampai 0,208, artinya

massa batuan masuk dalam kategori sangat buruk sekali sampai sangat buruk.

Penyanggaan setelah penggalian dilakukan dengan memberi lapisan shotcrete

setebal 5,00 cm pada dinding lubang bukaan, kemudian dikombinasi dengan

memasang baut batuan panjang 2,00 m setiap spasi 1,00 m. Dari hasil

pengamatan diketahui bahwa dinding lubang bukaan dikategorikan stabil jika

mengalami perpindahan dengan kecepatan 0,20 mm/hari. Menurut hasil

pengujian, bila kecepatan perpindahan telah mencapai 10,00 mm/hari, maka

dinding lubang bukaan dikategorikan berbahaya. Perpindahan dinding lubang

bukaan dengan kecepatan 3,00 mm/hari dikategorikan belum cukup aman,

sehingga kecepatan perpindahan sebesar itu perlu diperkecil dengan

menambahkan sistem penyangga yang ada. Bila kecepatan perpindahan turun

hingga mencapai 1,00 mm/hari, berarti merupakan pertanda bahwa dinding

lubang bukaan sedang mencapai tahap awal untuk mencapai kondisi stabil.

59

Page 6: 12. Bab III Dasar Teori

Kriteria analisis kestabilan lubang bukaan diterapkan dengan kriteria

klasifikasi perpindahan (lihat Tabel 3.1) dan penafsiran dalam bentuk grafik

berdasarkan klasifikasi perpindahan juga dapat di buat walaupun kurang akurat.

Tabel 3.1Accumulative Convergence

Accumulative Convergence (mm) Classification of Accumulative Convergence

Less than 10,00 Very small

More than 10,00 , less than 20,00 Small

More than 20,00 less than 30,00 Moderate

More than 30,00 less than 50,00 High

More than 50,00 Very high

b) Laju Perpindahan atau Kecepatan Perpindahan (Rate of

Convergence)

Kriteria analisis kestabilan lubang bukaan diterapkan dengan kriteria

Cording (Bieniawski, 1984). Cara terbaik menurut Cording adalah

membandingkan laju konvergensi pada titik pengukuran mula-mula dengan laju

konvergensi pada suatu titik pengukuran berikutnya pada lubang bukaan tersebut

yang telah disangga dengan baik. Cording mengungkapkan bahwa laju

konvergensi (rate of displacement) dapat dipakai sebagai kriteria evaluasi

kestabilan suatu lubang bukaan dengan melihat besarnya laju konvergensi (rate of

displacement) dan membandingkannya dengan batasan kestabilan yang telah

ditentukan, maka Cording berdasarkan pengalamannya menemukan hal-hal

sebagai berikut :

Bila laju konvergensi 0,001 mm per hari menunjukkan kondisi stabil.

Jika laju konvergensi 0,050 mm per hari menunjukkan kondisi yang tidak stabil

untuk lubang bukaan berdimensi besar.

Kalau laju konvergensi 1,000 mm per hari menunjukkan kondisi yang sangat

tidak stabil atau membahayakan dan lubang bukaan tersebut memerlukan

penyanggaan dengan segera.

Resume kriteria kecepatan perpindahan menurut Cording (1974) berbeda

dari pengalaman Zhenxiang (1984; lihat Tabel 3.2). Adapun klasifikasi modifikasi

kriteria kestabilan lubang bukaan menurut Cording tergantung dari kecepatan

perpindahan dan kondisi perpindahan lubang bukaan, sedangkan acuan klasifikasi

60

Page 7: 12. Bab III Dasar Teori

yang lain didasarkan pada kecepatan perpindahan, kondisi perpindahan dan

kondisi lubang bukaan (lihat Tabel 3.3).

Tabel 3.2Kriteria Kecepatan Perpindahan

Kriteria

Kecepatan Perpindahan (mm/hari)

Cording, 1974 Zhenxiang, 1984

Kelas Massa Batuan

Tidak Dijelaskan

Kelas Massa Batuan

Q = 0,067 - 0,208

Aman < 0,001 < 0,20

Besar 0,05 3,00

Berbahaya > 1,00 > 10,00

Tabel 3.3Modifikasi Kriteria Kestabilan Lubang Bukaan Berdasarkan Kecepatan Perpindahan

Cording (1974) Modifikasi dari Kriteria Cording (1974)

Kecepatan

Perpindahan

Kondisi

Perpindahan

Lubang Bukaan

Kecepatan

Perpindahan Kondisi Perpindahan

Kondisi

Lubang

Bukaanmm/hari mm/hari

> 1,00 sangat besar> 2,00 sangat besar

tidak stabil1,00 – 2,00 besar

0,05 cukup besar 0,10 – 0,99 sedang relatif stabil

< 0,001 stabil0,01 – 0,09 kecil

stabil< 0,01 sangat kecil

Untuk menganalisis kestabilan lubang bukaan lebih lanjut digunakan

kriteria Ghosh dan Ghose (Ruby Hermawan, 2003). Ghosh dan Ghose

memperkenalkan istilah laju konvergensi (convergency velocity) sebagai kriteria

untuk menganalisis kestabilan suatu lubang bukaan. Laju konvergensi ditentukan

dari hubungan antara laju kritis, laju konvergensi maksimum dan nilai RMR

sebagai berikut :

Keterangan : vr = laju kritis, mm/hari

61

Page 8: 12. Bab III Dasar Teori

vr max = laju konvergensi maksimum, mm/hari

B = lebar lubang bukaan, m

γ = bobot isi kering, kg/m3

R = Rock Mass Rating (RMR)

Laju kristis atau kecepatan kritis dapat dianggap sebagai peringatan awal

ketidakmantapan suatu lubang bukaan. Apabila laju konvergensi mencapai nilai di

atas nilai laju kritis, maka lubang bukaan (atap) perlu disangga untuk mencegah

atap runtuh. Jika laju konvergensi lebih kecil daripada nilai laju kritis, maka lubang

bukaan (atap) dapat dianggap dalam kondisi stabil (aman). Jadi laju kritis adalah

batas bawah dimana ketidakmantapan mulai terjadi, sedangkan batas atasnya

adalah laju maksimum yang jika laju konvergensi telah mencapai batas ini, maka

lubang bukaan (atap) akan segera runtuh.

Kriteria lain di lihat dari klasifikasi laju perpindahan (lihat Tabel 3.4) dan

penafsiran dalam bentuk grafik berdasarkan klasifikasi kecepatan perpindahan.

Tabel 3.4Rate of Convergence

Rate of Convergence Rate of Convergence Classification

< 1,00 mm/day Negligible

> 1,00 mm/day < 2,00 mm/day Moderate

> 2,00 mm/day < 3,00 mm/day Severe

> 3,00 mm/day < 5,00 mm/day Very severe

> 5,00 mm/day Extremely severe

c) Percepatan Perpindahan (Acceleration of Convergence)

Kriteria analisis kestabilan lubang bukaan berdasarkan percepatan

perpindahan (lihat Tabel 3.5) dan penafsiran dalam bentuk grafik dibuat

berdasarkan klasifikasi percepatan perpindahan (lihat Gambar 3.11).

Tabel 3.5Changes in Rate of Convergence

Acceleration of Convergence Classification Acceleration of Convergence

< 0,00 mm/day2 Stable

> 0,00 mm/day2 < 0,50 mm/day2 Slightly progressive

> 0,50 mm/day2 < 1,00 mm/day2 Progressive

> 1,00 mm/day2 < 3,00 mm/day2 Advancing

> 3,00 mm/day2 Severe

62

Page 9: 12. Bab III Dasar Teori

d) Rock Mass Rating (RMR) dan Span Design

Kriteria analisis kestabilan lubang bukaan dapat dinyatakan dalam bentuk

grafik hubungan antara Rock Mass Rating (RMR) terhadap span design (lihat

Gambar 3.1).

Gambar 3.1Grafik Hubungan antara Rock Mass Rating (RMR) Terhadap Span Design

e. Perhitungan Faktor Keamanan

Faktor keamanan = FK (safety factor = SF) ditentukan dengan

menggunakan perhitungan numerik berupa metode elemen hingga (finite

elements methods), software phase2 versi 5.0. Kriteria analisis kestabilan lubang

bukaan berdasarkan faktor keamanan (FK) yang digunakan dapat dinyatakan

bahwa, bila :

1. FK > 1,00, artinya lubang bukaan stabil

2. FK = 1,00, artinya lubang bukaan kritis

3. FK < 1,00, artinya lubang bukaan tidak stabil (ambruk)

63

Page 10: 12. Bab III Dasar Teori

1.8Teori Dasar Pemodelan dengan Metode Elemen Hingga

Prinsip dasar pemodelan adalah memilah dan membagi-bagi suatu

masalah yang kompleks menjadi sejumlah aspek yang lebih kecil dan sederhana

yang disebut dengan elemen. Permasalahan kemudian di analisis pada masing-

masing bagian yang sederhana ini, lalu bagian-bagian ini dirangkai kembali

menjadi kompleks seperti awalnya. Dalam pemodelan proses ini dikenal dengan

istilah discretize (diskretisasi).

Metode elemen hingga (finite elements method) merupakan salah satu

metode analisis numerik yang menggunakan pendekatan diferensial. Metode ini

dapat dipakai untuk menganalisis kondisi tegangan dan regangan pada suatu

struktur batuan.

1.9Data Lapangan

a. Data Rock Mass Rating (RMR)

Tujuan dari pengumpulan data RMR adalah untuk mengelompokkan

massa batuan tertentu pada kelompok yang mempunyai perilaku yang sama,

sehingga dapat memudahkan dalam memahami karakteristik dari masing-masing

kelompok batuan.

Adapun parameter yang diperlukan dalam analisis Rock Mass Rating

(RMR) terdiri atas 6 (enam) parameter sebagai input data, yaitu :

a) Kuat Tekan Batuan Utuh (c)

Kekuatan batuan utuh (intact rock) pada analisis RMR ini didasarkan pada

hasil uji Point Load Strength Index terhadap percontoh yang diambil secara

acak untuk memperoleh nilai kuat tekan batuan utuh. Hasil uji Point Load

Strength Index terdapat pada Tabel 1.6.

b) Rock Quality Designation (RQD)

Perhitungan RQD pada analisis RMR ini menggunakan prinsip perhitungan

Priest & Hudson (1976). Rock Quality Designation (RQD) diperoleh

berdasarkan hubungan eksponensial negatif antara frekuensi

kekar/meter (λ) dan jarak kekar. Formulanya adalah sebagai berikut :

64

Page 11: 12. Bab III Dasar Teori

Hasil perhitungan nilai RQD memperlihatkan nilai

sedang sampai sangat baik, sehingga bobot (rating) RQDnya 13 dan 20 (lihat

Tabel 1.8).

Tabel 1.6Nilai Kuat Tekan Batuan Utuh (Hasil Uji Point Load Strength Index)

Lokasi Pengambilan Percontoh : Cross Cut 10 S, Blok II Selatan Ciurug Level 500 Dinding Sebelah Kanan

PercontohD

(cm)P

(kN)D²

(cm²)Is

(kN/cm²)F

Is(50) (MPa)

σc (MPa)

Keterangan

A 5,10 20,20 26,01 0,78 0,99 7,70 177,04 Breksi AndesitB 6,80 18,20 46,24 0,39 0,87 3,43 78,83 AndesitC 3,80 6,50 14,44 0,45 1,13 5,09 117,14 TufaD 6,70 35,00 44,89 0,78 0,88 6,83 157,20 Breksi AndesitE 4,20 0,30 17,64 0,02 1,08 0,18 4,23 Breksi AndesitF 4,20 0,20 17,64 0,01 1,08 0,12 2,82 Tufa

Tabel 1.7Perhitungan Rock Quality Designation (RQD) pada Cross Cut 10 S Blok II Selatan, Ciurug

Level 500 Dinding Sebelah Kanan Panjang Pengukuran 0,00 – 9,02 m

s scan line : N 69° E

s scan line : 81°

Dari (m)

Ke (m)

Jarak (m)

d

(˚)d

(˚)n

(˚)n Φ

(teta)j i-m

(m)d i-m dxw

(m)(˚) (m)0,00 2,30 2,30 263,00 57,00 83,00 33,00 48,30      2,30 2,58 0,28 213,00 88,00 33,00 2,00 80,74 0,28 0,12  2,58 2,81 0,23 228,00 76,00 48,00 14,00 67,63 0,23 0,06  2,81 2,97 0,16 226,00 55,00 46,00 35,00 46,81 0,16 0,09  2,97 5,45 2,48 292,00 88,00 112,00 2,00 81,44 2,48 1,08  5,45 7,14 1,69 119,00 64,00 299,00 26,00 69,96 1,69 0,42  7,14 8,14 1,00 255,00 72,00 75,00 18,00 63,05 1,00 0,40  8,14 9,02 0,88 232,00 46,00 52,00 44,00 37,47 0,87 0,56 0,39

0,96 dsw 0,39 meter

1,04Frek. Kekar 2,57 per meter

RQD = 100e-0,1(0,1 + 1)

= frek. kekar permeter = 2,57 per meter

LN (100) = 4,61

x = -0,26

LN (0,1 + 1) = 0,23

Jumlah = 4,58

RQD = 97,22 %

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 1.8Nilai Rock Quality Designation (RQD)

LokasiPanjang

PengukuranRQD (%)

Deskripsi Rating

Cross Cut 10 S Blok II Selatan Dinding Kanan 0,00 - 9,02 m 97,22 sangat baik 20Cross Cut 10 S Blok II Selatan Dinding Kanan 0,00 - 12,23 m 99,72 sangat baik 20Cross Cut 10 S Blok II Selatan Dinding Kiri 0,00 – 21,44 m 93,33 sangat baik 20Cross Cut 10 S Blok II Selatan Dinding Kiri 21,44 – 23,44 m 56,53 sedang 13Ramp Up Blok II Selatan Dinding Sebelah Kanan 0,00 – 32,14 m 98,57 sangat baik 20Ramp Up Blok II Selatan Dinding Sebelah Kiri 0,00 – 17,80 m 91,46 sangat baik 20Cross Cut Access 10 S Blok II Selatan Dinding Sebelah Kanan 0,00 – 27,78 m 98,25 sangat baik 20Cross Cut Access 10 S Blok II Selatan Dinding Sebelah Kiri 0,00 – 22,58 m 97,06 sangat baik 20

Sumber : Hasil Pengolahan Data

65

Page 12: 12. Bab III Dasar Teori

c) Jarak/Spasi Kekar (Spacing of Discountinous)

Jarak kekar yang diperoleh dari pengukuran lapangan adalah jarak semu. Hal

ini disebabkan karena kekar-kekar yang memotong scan line tidak selalu tegak

lurus. Untuk memperoleh jarak/spasi sebenarnya dari kekar digunakan formula

sebagai berikut : . Data yang diperoleh menunjukkan

rating antara 8 – 15.

d) Kondisi Bidang Discontinue

Kondisi bidang discontinue meliputi : panjang kekar (persistence), lebar

bukaan (separation), kekasaran (roughness), tebal isian (infilling), dan tingkat

pelapukan (weathered). Pembobotan (rating) dari masing-masing pengamatan

di ambil dari kondisi bidang discontinue secara umum atau di rata-ratakan.

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa ratingnya berkisar antara 1 – 6.

e) Kondisi Air Tanah (Ground Water Condition)

Kondisi air tanah yang digunakan untuk analisis RMR pada penelitian tugas

akhir ini adalah kondisi secara umum. Kondisi kandungan air tanah umumnya

kering dan lembab dengan bobot antara 10 dan 15.

f) Orientasi Bidang Discontinue (Kekar)

Orientasi bidang discontinue (kekar) terdiri atas dip (kemiringan) dan dip

direction dari kekar. Dari hasil pengukuran yang dilakukan arah bidang

discontinue cukup bervariasi, maka diambil arah umum bidang

ketidakmenerusannya.

1.10 Klasifikasi Massa Batuan (Rock Mass Rating)

Klasifikasi massa batuan yang dihitung dengan menggunakan sistem

Rock Mass Rating, diperoleh hasil bahwa kelas massa batuan yang ada di lokasi

penelitian adalah kelas II (good rock) dan kelas III (fair rock).

a. Batuan Kelas II (Good Rock)

Berdasarkan hasil perhitungan Rock Mass Rating terhadap jenis batuan

breksi tufa yang diklasifikasikan pada kelas ini terlihat di lokasi pengamatan Ramp

Up Blok II Selatan, Cross Cut 10 S Blok II Selatan dan Cross Cut Access 10 S

Blok II Selatan.

66

Page 13: 12. Bab III Dasar Teori

Karakteristik massa batuan kelas II (good rock) antara lain :

Secara umum kondisi batuan adalah agak fresh dan agak kompak (massive),

pelapukan terdapat pada rekahan-rekahan yang terbuka, tetapi batuan yang

utuh (intack rock) hanya terlihat sedikit lapuk dengan adanya perubahan warna

batuan pada rekahan.

Pada massa batuan mempunyai kualitas batuan (RQD) antara sedang sampai

baik dengan intensitas dan frekuensi joint yang agak renggang, sedikit tidak

beraturan dengan nilai antara 75,00 % - 90,00 %.

Kerapatan kekar pada massa batuan cukup rapat dengan jarak antar kekar

dalam satu garis pengukuran antara 0,60 – 2,00 meter.

Kondisi kekar dapat dijelaskan sebagai berikut:

bidang kekar agak kasar sampai kasar.

dapat ditemukan celah dengan lebar < 0,10 mm

mempunyai bahan pengisi yang keras pada bidang kekar

batuan sedikit terlapukkan

kekar tidak menerus dengan panjang kekar antara 1,00 – 3,00 meter.

Secara umum kandungan air pada kelas ini adalah dalam kondisi lembab atau

kering.

b. Batuan Kelas III (Fair Rock)

Berdasarkan hasil perhitungan Rock Mass Rating batu tufa breksian yang

diklasifikasikan pada kelas III terlihat di lokasi pengamatan Cross Cut 10 Selatan.

Sedangkan untuk batuan tufa dapat dikenali dengan warnanya yang terang agak

kecoklatan dengan kondisi batuan agak lapuk tetapi masih bersifat massive

(padat).

Karakteristik kelas massa batuan kelas III (fair rock) antara lain :

Secara umum kondisi batuan tidak terlalu kompak (sedang) pelapukan batuan

sudah mulai terjadi pada sebagian massa batuan, yaitu dengan sudah

terjadinya perubahan warna yang cukup luas pada massa batuan, specimen

batuan bisa lepas dan pada rekahan terdapat bahan material sisa pelapukan.

Pada massa batuan mempunyai kualitas batuan (RQD) menengah, ditandai

dengan intensitas serta frekuensi kekar yang sedang, mulai rapat dan mulai

tidak beraturan dengan nilai antara 50,00 % - 75,00 %.

67

Page 14: 12. Bab III Dasar Teori

Kerapatan kekar pada massa batuan sedang dengan jarak antar kekar dalam

satu garis pengukuran kekar antara 0,20 – 0,60 meter.

Kondisi kekar dapat dijelaskan sebagai berikut :

bidang kekar rata sampai agak kasar.

dapat ditemukan celah atau pemisah antar bidang kekar dengan lebar

antara 1,00 – 5,00 mm.

mempunyai bahan pengisi yang keras sampai sedang pada bidang kekar.

batuan agak lapuk.

kekar pada umumnya menerus dengan panjang kekar antara 3,00 – 10,00

meter.

Secara umum kandungan air pada kelas ini adalah dalam kondisi yang basah.

Setelah diketahui kelas massa batuan di lokasi pengamatan di atas, maka

dapat diartikan bahwa seluruh lubang bukaan yang batuannya kelas III lubang

bukaan berada dalam kondisi stabil.

2 Klasifikasi Massa Batuan (Rock Mass Rating)

Klasifikasi massa batuan yang dihitung dengan menggunakan sistem

Rock Mass Rating, diperoleh hasil bahwa kelas massa batuan yang ada di lokasi

penelitian adalah kelas II (good rock) dan kelas III (fair rock).

a. Batuan Kelas II (Good Rock)

Berdasarkan hasil perhitungan Rock Mass Rating terhadap jenis batuan

breksi tufa yang diklasifikasikan pada kelas ini terlihat di lokasi pengamatan Ramp

Up Blok II Selatan, Cross Cut 10 S Blok II Selatan dan Cross Cut Access 10 S

Blok II Selatan. Sifat batuan breksi tufa dapat dilihat dari kondisi batuannya,

seperti kekerasan (kekuatan) batuan, yaitu ketika dilakukan percobaan seperti

dipukul dengan palu geologi, warna, komposisi mineral yang dikandungnya dan

lain-lain.

Karakteristik massa batuan kelas II (good rock) antara lain :

Secara umum kondisi batuan adalah agak fresh dan agak kompak (massive),

pelapukan terdapat pada rekahan-rekahan yang terbuka, tetapi batuan yang

utuh (intack rock) hanya terlihat sedikit lapuk dengan adanya perubahan warna

batuan pada rekahan.

Pada massa batuan mempunyai kualitas batuan (RQD) antara sedang sampai

baik dengan intensitas dan frekuensi joint yang agak renggang, sedikit tidak

68

Page 15: 12. Bab III Dasar Teori

beraturan dengan nilai antara 75,00 % - 90,00 %.

Kerapatan kekar pada massa batuan cukup rapat dengan jarak antar kekar

dalam satu garis pengukuran antara 0,60 – 2,00 meter.

Kondisi kekar dapat dijelaskan sebagai berikut:

bidang kekar agak kasar sampai kasar.

dapat ditemukan celah dengan lebar < 0,10 mm

mempunyai bahan pengisi yang keras pada bidang kekar

batuan sedikit terlapukkan

kekar tidak menerus dengan panjang kekar antara 1,00 – 3,00 meter.

Secara umum kandungan air pada kelas ini adalah dalam kondisi lembab atau

kering.

b. Batuan Kelas III (Fair Rock)

Berdasarkan hasil perhitungan Rock Mass Rating batu tufa breksian yang

diklasifikasikan pada kelas III terlihat di lokasi pengamatan Cross Cut 10 Selatan.

Sedangkan untuk batuan tufa dapat dikenali dengan warnanya yang terang agak

kecoklatan dengan kondisi batuan agak lapuk tetapi masih bersifat massive

(padat).

Karakteristik kelas massa batuan kelas III (fair rock) antara lain :

Secara umum kondisi batuan tidak terlalu kompak (sedang) pelapukan batuan

sudah mulai terjadi pada sebagian massa batuan, yaitu dengan sudah

terjadinya perubahan warna yang cukup luas pada massa batuan, specimen

batuan bisa lepas dan pada rekahan terdapat bahan material sisa pelapukan.

Pada massa batuan mempunyai kualitas batuan (RQD) menengah, ditandai

dengan intensitas serta frekuensi kekar yang sedang, mulai rapat dan mulai

tidak beraturan dengan nilai antara 50,00 % - 75,00 %.

Kerapatan kekar pada massa batuan sedang dengan jarak antar kekar dalam

satu garis pengukuran kekar antara 0,20 – 0,60 meter.

Kondisi kekar dapat dijelaskan sebagai berikut :

bidang kekar rata sampai agak kasar.

dapat ditemukan celah atau pemisah antar bidang kekar dengan lebar

antara 1,00 – 5,00 mm.

mempunyai bahan pengisi yang keras sampai sedang pada bidang kekar.

batuan agak lapuk.

69

Page 16: 12. Bab III Dasar Teori

kekar pada umumnya menerus dengan panjang kekar antara 3,00 – 10,00

meter.

Secara umum kandungan air pada kelas ini adalah dalam kondisi yang basah.

1.11 Stabilitas Lubang Bukaan

1. Stabilitas Lubang Bukaan Berdasarkan Data Rock Mass Rating

(RMR)

Stabilitas lubang bukaan dengan menggunakan data Rock Mass Rating

(RMR) diperlihatkan dari grafik hubungan antara Rock Mass Rating (RMR)

terhadap span design. Dengan panjang span 4,00 m dan nilai RMR untuk masing-

masing lubang lubang bukaan secara umum kelas II dan kelas III, maka kondisi

lubang bukaan stabil.

2. Stabilitas Lubang Bukaan Berdasarkan Alat Convergencemeter

Pemantauan (monitoring) pada lubang bukaan Tambang Ciurug Level

500 dilakukan pada lokasi Ramp Up Blok II Selatan stasiun pemantauan ST1,

Cross Cut 10 S Blok II Selatan stasiun pemantauan ST2, Cross Cut Access 10 S

Blok II Selatan stasiun pemantauan ST3 sampai ST7. Dilakukannya pemantauan

pada ST1 dan ST2 sebagai titik pemantauan tambahan, karena jaraknya tidak

jauh dari lokasi pengamatan utama yakni pada ST3 – ST7. Dari evaluasi statistik

dan grafik yang diperoleh, dapat di lihat bahwa terjadi pergerakan yang sangat

berfluktuasi dengan nilai konvergensi naik (gradient positive). Hal ini menunjukkan

adanya pergerakan ke arah dalam atau lubang bukaan mengecil, sedangkan nilai

konvergensi turun (gradient negative) menunjukkan pergerakkan ke arah luar atau

lubang bukaan membesar. Pada saat dilakukan peledakan untuk pembongkaran

batuan, akan terjadi guncangan keras yang dapat menyebabkan bergetarnya titik

konvergensi. Hal ini menyebabkan kurva monitoring tidak smooth, ditunjukkan

dengan banyak loncatan nilai, walau kecenderungan kurva tetap terarah.

3. Stabilitas Lubang Bukaan Berdasarkan Alat Total Station

Pemantauan (monitoring) pada lubang bukaan di Cross Cut Access 10 S,

Blok II Selatan Ciurug Level 500. Dalam pembahasan ini nilai perpindahan akan

dilakukan berdasarkan segmen-segmen stasiun titik pengamatan pemantauan.

Secara umum lubang bukaan untuk titik monitoring STA–STF dengan

menggunakan alat ukur Leica TPS 1200 type TCR 1203 memiliki konvergensi

70

Page 17: 12. Bab III Dasar Teori

harian sangat kecil (verry small) berkisar antara –73,97 mm/hari sampai 7,54

mm/hari dan konvergensi kecil (small) dengan pergerakkan 10,36 mm/hari.

4. Stabilitas Lubang Bukaan dengan Meggunakan Metode Elemen

Hingga (Finite Elements Method)

Kestabilan lubang bukaan Tambang Ciurug Level 500 Cross Cut Access

10 S dipantau dengan menggunakan program aplikasi Phase2 versi 5.0 untuk

menghitung perpindahan dan faktor keamanan (safety factor). Hasil pemodelan

pada tahap ketika lubang bukaan belum di buka (stage 1), tahap ketika lubang

bukaan pada lokasi pemantauan sudah dibuka (stage 2) dan tahap ketika lubang

bukaan yang telah dibuka diberi perkuatan rockbolt (stage 3) pada dinding dan

atap lubang bukaan ternyata di dapat nilai perpindahan yang termasuk dalam

kategori sangat kecil (verry small) dengan nilai berkisar antara 0,0000 – 0,0015 m

untuk konvergensi horizontal, untuk konvergensi vertikal antara 0,005 – 0,020 m

dan untuk konvergensi total antara 0,005 – 0,020 m, sedangkan faktor

keamanannya (safety factor) adalah FK > 1,00, yaitu berkisar antara 1,30 – 5,48.

71