2007-3-00027-ak-bab 3

26
  39 BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1. Latar Belakang Perusahaan III.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. LJF adalah sebuah perusahaan swasta yang bergerak dalam industri  perfilman atau rumah produksi (  production house) yang banyak memproduksi film-film maupun sinetron-sinetron lepas. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 5 Februari 2004 dihadapan Notaris Rumondang Nauli Hutadjulu, S. H dengan SK. MENTERI HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN Nomor C- 315.HT.03.02-TH 2003. Kantor Pusat PT. LJF adalah di Gr aha Arteri Mas kav. 32 no. 68 Jl. Panjang Kebon Jeruk Jakarta Barat. Tujuan utama didirikannya PT. LJF ini adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hiburan berupa film atau sinetron-sinetron yang  bermutu dan memiliki nilai-nilai keagamaan sehingga dapat meningkatkan akhlak masyarakat. Hal ini disebabkan karena makin berkembangnya hiburan-hiburan  berupa film atau sinetron-sinetron yang tidak lagi memiliki nilai-nilai moral sehingga dapat merusak moral generasi muda Indonesia. Selain itu, PT. LJF ingin kembali mengingatkan masyarakat akan perlunya memiliki moral yang baik dengan lebih banyak memasukkan nilai-nilai keagamaan ( religi) dalam setiap hiburan yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Upload: agilbejo12

Post on 21-Jul-2015

56 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

III.1. Latar Belakang Perusahaan III.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. LJF adalah sebuah perusahaan swasta yang bergerak dalam industri perfilman atau rumah produksi (production house) yang banyak memproduksi film-film maupun sinetron-sinetron lepas. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 5 Februari 2004 dihadapan Notaris Rumondang Nauli Hutadjulu, S. H dengan SK. MENTERI HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN Nomor C-

315.HT.03.02-TH 2003. Kantor Pusat PT. LJF adalah di Graha Arteri Mas kav. 32 no. 68 Jl. Panjang Kebon Jeruk Jakarta Barat. Tujuan utama didirikannya PT. LJF ini adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hiburan berupa film atau sinetron-sinetron yang bermutu dan memiliki nilai-nilai keagamaan sehingga dapat meningkatkan akhlak masyarakat. Hal ini disebabkan karena makin berkembangnya hiburan-hiburan berupa film atau sinetron-sinetron yang tidak lagi memiliki nilai-nilai moral sehingga dapat merusak moral generasi muda Indonesia. Selain itu, PT. LJF ingin kembali mengingatkan masyarakat akan perlunya memiliki moral yang baik dengan lebih banyak memasukkan nilai-nilai keagamaan (religi) dalam setiap hiburan yang dikonsumsi oleh masyarakat.

39

III.1.2. Visi dan Misi Perusahaan III.1.2.1. Visi Visi dari PT. LJF adalah menjadi salah satu rumah produksi perfilman yang memproduksi film-film yang mempunyai nilai-nilai yang membangun dan dapat memenuhi salah satu kebutuhan masyarakat khususnya di dunia hiburan.

III.1.2.2. Misi Misi dari PT. LJF adalah untuk dapat menjaga kualitas filmfilm yang dihasilkannya sehingga tidak hanya memiliki nilai jual tetapi juga dapat memberikan suatu hiburan yang bermanfaat bagi seluruh kalangan masyarakat.

III.1.3. Operasional Perusahaan PT. LJF merupakan rumah produksi (production house) yang khusus memproduksi film dan sinetron-sinetron bertema misteri dan religi, serta ceritacerita dongeng. Dalam kegiatan operasionalnya, PT. LJF menggunakan banyak sekali sumber daya yang semuanya berasal dari Indonesia, baik pemain, latar (setting), hingga manajemen perusahaan. Film-film atau sinetron-sinetron yang diproduksi tidak mendapat pengaruh dari budaya barat, melainkan berdasarkan budaya Indonesia sehingga tentunya tidak bertentangan dengan nilai-nilai budaya bangsa.

40

Produk-produk yang dihasilkan antara lain film-film misteri dengan 2 3 episode, dan sinetron-sinetron lepas (1 episode) bertema keagamaan (religi), serta cerita-cerita dongeng. Film-film dan sinetron-sinetron produksi PT. LJF ini hanya dipasarkan di Indonesia dan ditayangkan di beberapa stasiun TV swasta di Indonesia. Perusahaan ini memberikan jaminan mutu produk yang berkualitas untuk semua film dan sinetron yang dihasilkannya sehingga masyarakat tidak perlu ragu akan pesan-pesan moral yang terkandung dalam setiap episodenya.

III.2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Oraganisasi merupakan sekumpulan orang yang mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda yang bekerja sama untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu proses pengorganisasian untuk mengatur dan mengalokasikan pekerjaan agar tujuan dari perusahaan dapat dicapai secara efisien. Untuk mewujudkan hal tersebut, terdapat beberapa hal pokok yang harus diperhatikan, yaitu adanya pembagian kerja dan pendelegasian wewenang yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan tujuan ynag telah ditetapkan oleh pemimpin perusahaan yang disebut sebagai struktur organsasi. Struktur organisasi setiap perusahaan tidaklah sama karena diciptakan untuk memenuhi kebutuhan yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan. Bagan struktur organisasi yang ada pada PT. LJF dapat dilihat pada gambar berikut:

41

Adapun penjelasan mengenai tugas dan tanggung jawab dari struktur organisasi PT. LJF adalah sebagai berikut :

1. RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)

Bertugas

untuk

membuat

anggaran

dasar

perusahaan,

mengangkat

dan

memberhentikan dewan komisaris dan direktur, mengadakan rapat tahunan untuk membahas kinerja perusahaan, menetapkan arah, sasaran, dan tujuan jangka panjang perusahaan.

2. Komisaris

Terdiri dari 2 (dua) orang yang diangkat yang berdasarkan RUPS (Rapat Pemegang Umum Saham). Bertugas melakukan pengawasan atas jalannya pengurusan organisasi, pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan ketentuan kebijaksanaan perusahaan maupun pemerintah.

3. Direktur

Bertugas mengkoordinasi manager dalam menjalankan kegiatan perusahaan, membuat rencana kerja perusahaan yang dapat digunakan sebagai dasar kegiatan operasional perusahaan sesuai dengan keputusan dewan komisaris, membuat keputusan akhir atas seluruh kegiatan yang telah dilakukan dengan kebijakankebijakan perusahaan.

43

4. Manager Operasional

Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional perusahaan, laporan-laporan yang dihasilkan oleh setiap bagian dan mengawasi apakah setiap bagian yang ada di perusahaan bekerja sesuai dengan target dan rencana yang ditetapkan. Dan memberikan kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan operasional produksi. Manajer operasional membawahi bagian-bagian dibawah ini, sebagai berikut :

a. Bagian Produksi

Bagian ini bertugas mengawasi tim tim dari pencari bakat & casting, produksi, dan editing. Dengan tugas dari masing masing tim sebagai berikut :

Tim Pencari Bakat dan Casting

Bertugas mencari bakat dari beberapa orang yang dapat dijadikan sebagai pemain ataupun figuran dengan melakukan casting.

Tim Produksi

Bertugas mulai dari mengatur para pemain dan figuran, mengarahkan suatu action-action dari para pemain sehingga dapat dijadikan suatu adegan dalam sebuah film.

Tim Editing

Bertugas mengedit adegan-adegan film yang telah diproduksi untuk mendapatkan suatu adegan film yang lebih baik.

44

b. Bagian Penjualan

Bagian ini bertugas melakukan pengawasan terhadap kegiatan promosi dan penjualan yang dilakukan oleh staf penjualan dan staf promosi.

Staf Penjualan

Bertugas melakukan penawaran dan penjualan film kepada stasiun-stasiun televisi serta melakukan negosiasi harga.

Staf Promosi

Bertugas melakukan promo film-film yang akan ditayangkan dan mengurus penayangan iklannya baik di media cetak maupun elektronik.

c. Bagian Keuangan

Bertugas mengelola segala hal yang berkaitan dengan masalah keuangan perusahaan, akuntansi dan pengelolaan informasi dengan sistem komputer. Bagian ini membawahi staf, sebagai berikut :

Staf Keuangan

Bertugas

melaksanakan

kegiatan

administrasi

keuangan,

menerima

pembayaran, melaksanakan pembayaran atas tagihan, dan lain-lain.

45

Staf Akuntansi dan Pajak

Bertugas membuat laporan keuangan tentang penghasilan yang telah diterima perusahaan dan membuat Surat Pemberitahuan Masa / Tahunan mengenai pajak-pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan ke kas Negara.

III.3. Gambaran Prosedur Operasional Berjalan Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data documentation dan analytical procedure. Dokumen-dokumen yang diteliti sehubungan dengan proses pemotongan, pemungutan, dan penyetoran PPh Pasal 23 sebagai berikut: 1. Kontrak kerja atau Surat Perjanjian Kerja sama dan akte sewa menyewa serta dokumen terkait Kontrak kerja ini merupakan surat pejanjian kerjasama antara perusahaan dengan pihak luar untuk pelaksanaan suatu pekerjaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Kontrak kerja ini berisi spesifikasi pekerjaan, harga dari pekerjaan tersebut, syarat-syarat pembayaran, dan lainsebagainya. Akte sewa berisi harga sewa, jangka waktu sewa, dan sebagainya. Kegunaan dari kontrak kerja dan akte sewa ini sebagai dokumen transaksi yang merupakan dokumen perpajakan untuk pemotongan PPh Pasal 23. 2. Surat Pemberitahuan Masa (SPM) PPh Pasal 23 Yaitu, formulir yang digunakan untuk melaporkan PPh Pasal 23 ke kantor pelayanan pajak. 3. Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 23 Yaitu, formulir yang digunakan untuk menyetorkan PPh Pasal 23 ke kas negara.

46

4. Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 Yaitu, bukti pemotongan PPh Pasal 23 oleh perusahaan atas penghasilan dari pihak lain. 5. Laporan Keuangan Yaitu, laporan laba rugi dan neraca tahun 2005 yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan proses evaluasi atas proses pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23 pada PT. LJF. 6. Buku Besar Yaitu digunakan untuk melihat perincian dari setiap pos-pos biaya untuk mengidentifikasikan obyek PPh Pasal 23.

III.3.1. Prosedur Pemotongan, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Pada PT. LJF Prosedur pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 23 pada perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Departemen produksi yang berhubungan langsung dengan pemakaian jasa-jasa yang berhubungan dengan biaya produksi harian melakukan negosiasi dengan pihak pemberi jasa (misal: untuk sewa genset, sewa kamera / alat shooting, truk pengangkut, dan lain-lain). 2. Pihak penyedia jasa memberikan surat penawaran kepada bagian keuangan perusahaan. Surat penawaran ini akan di ajukan kepada direksi dan apabila dsetujui, maka akan segera dibuat kontrak perjanjian kerjasama dan ditandatangani oleh kedua belah pihak (pihak perusahaan dan pihak penyedia jasa). Jika tidak disetujui, maka bagian keuangan akan memberitahukan 47

departemen produksi untuk mencari pihak penyedia jasa lain yang memberikan penawaran lebih baik. 3. Pihak penyedia jasa akan mengirimkan tagihannya sebelum atau setelah pelaksanaan pekerjaan (tergantung negosiasi), berupa: a. Kuitansi. b. Invoice. c. Faktur pajak standar lembar asli apabila perusahaan dipungut PPN. 4. Berdasarkan tagihan tersebut, departemen produksi mengisi formulir permintaan dana yang terdiri dari 2 rangkap, yaitu: a. Lembar asli untuk bagian keuangan. b. Lembar ke-2 untuk arsip departemen produksi. 5. Setelah diotorisasi oleh direksi, formulir permintaan dana lembar asli dan tagihan dari pihak penyedia jasa kemudian diserahkan ke bagian keuangan untuk dilakukan proses pembayaran. Proses pembayaran yang dilakukan oleh bagian keuangan sesuai dengan instruksi yang ada pada formulir permintaan dana. 6. Bagian keuangan akan membuat bukti pengeluaran kas. Bagian keuangan melakukan pembayaran sesuai dengan jumlah yang tertera di formulir permintaan dana tersebut tanpa mengidentifikasi apakah pembayaran tersebut merupakan obyek PPh yang harus dipotong PPh Pasal 23 atau tidak. Dalam hal ini, pemotongan PPh Pasal 23 sangat tergantung kepada departemen yang melakukan negosiasi transaksi tersebut, dalam hal ini bagian keuangan dan bagian produksi. Pemasalahannya, sebagian besar departemen yang melakukan

48

negosiasi tersebut tidak mengerti masalah perpajakan dan tidak mengikuti perkembangan peraturan perpajakan. 7. Setelah melakukan pembayaran, maka dokumen pembayaran yang terdiri dari formulir permintaan dana asli, dokumen penagihan dan bukti transfer atau pembayaran kemudian diserahkan ke bagian akuntansi untuk dilakukan proses klasifikasi atau pengelompokkan transaksi dan dilakukan pencatatan. Jurnal pencatatannya adalah: Biaya (Film dalam produksi) Hutang / Kas / Bank Hutang PPh Pasal 23 xxxx xxxx xxxx

8. Apabila dari tagihan tersebut terdapat pemotongan PPh Pasal 23, maka bagian akuntansi akan memasukkan ke dalam rekapan bulanan sebagai pajak yang akan dibayarkan. 9. Bulan berikutnya sebelum tanggal 10, maka bagian akuntansi akan mengisi formulir permintaan dana 2 rangkap untuk penyetoran PPh Pasal 23. 10. Setelah diotorisasi oleh kepala bagian akuntansi dan direksi, maka formulir permintaan dana lembar asli tersebut diserahkan ke bagian keuangan dan lembar ke-2 untuk arsip bagian akuntansi. 11. Berdasarkan permintaan dana tersebut, bagian keuangan akan mengisi cek atau bilyet giro dan meminta tanda tangan dari direksi. Setelah ditandatangani, maka diserahkan ke bagian akuntansi. 12. Bagian akuntansi setelah menerima cek / bilyet giro dari bagian keuangan, akan segera mengisi, menandatangani, dan mengstempel surat setoran pajak yang terdiri dari 5 rangkap yang fungsinya adalah sebagai berikut: 49

a. SSP lembar asli : untuk arsip wajib pajak (PT. LJF). b. SSP lembar ke-2: untuk KPP melalui KPKN. c. SSP lembar ke-3 : untuk dilaporkan wajib pajak ke KPP. d. SSP lembar ke-4 : untuk bank persepsi atau Kantor Pos&Giro. e. SSP lembar ke-5 : untuk arsip wajib pungut atau pihak lain. 13. Bagian akuntansi akan melakukan penyetoran PPh Pasal 23 ke bank persepsi atau kantor pos&giro paling lambat tanggal 10 setiap bulan setelah bulan saat terutang pajak dengan membawa Surat Setoran Pajak (SSP), cek/bilyet giro. Setelah itu, bank akan mengembalikan SSP lembar asli, lembar ke-3 dan lembar ke-5. Setelah pembayaran, bagian akuntansi akan melakukan pencatatan ke jurnal sebagai berikut: Hutang PPh Pasal 23 Bank xxxx xxxx

14. Setelah menyetorkan PPh Pasal 23 ke kas negara, bagian akuntansi akan membuat Surat Pemberitahuan Masa (SPM) PPh Pasal 23 2 rangkap untuk pelaporan pajak. Rangkap asli untuk dilaporkan ke kantor pelayanan pajak (KPP) dan lembar copy-nya untuk arsip perusahaan. Surat Pemberitahuan Masa (SPM) PPh Pasal 23 yang dibuat terdiri dari: a. Surat Setoran Masa (SPM) PPh Pasal 23 b. Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 c. Daftar bukti pemotongan Surat Pemberitahuan Masa (SPM) PPh Pasal 23 yang sudah diisi oleh bagian akuntansi kemudian diserahkan kepada direksi untuk ditandatangani. Setelah

50

ditandatangani, maka Surat Pemberitahuan Masa (SPM) tersebut harus di stempel dengan stempel perusahaan. 15. Melaporkan Surat Pemberitahuan Masa (SPM) PPh Pasal 23 ke KPP setempat dengan melampirkan SSP lembar ke-3 paling lambat tanggal 20 setiap bulan setelah masa pajak berakhir. KPP akan memberikan 1 (satu) lembar bukti penerimaan surat yang harus di arsip oleh wajib pajak. Bukti penerimaan surat ini membuktikan bahwa perusahaan telah melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan Masa (SPM) PPh Pasal 23.

III.3.2. Laporan Keuangan PT. LJF Berdasarkan hasil wawancara dan proses pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis, didapat beberapa data mengenai laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal, rekonsiliasi biaya komersial dan fiskal, perhitungan PPh Pasal 25/29 dan SPT Tahunan PT. LJF tahun 2005. Untuk SPT Tahunan PT. LJF dapat dilihat pada lampiran.

51

PT. LJF NERACA PER 31 DESEMBER 2005AKTIVA AKTIVA LANCAR KAS BANK PIUTANG USAHA UANG MUKA SEWA GEDUNG KANTOR UANG MUKA SEWA ALAT SHOTING FILM UANG MUKA PEMBELIAN AKTIVA TETAP UANG MUKA KENDARAAN PIUTANG KARYAWAN PERSEDIAAN PERLENGKAPAN PRODUKSI TOTAL AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP NILAI PEROLEHAN AKUMULASI PENYUSUTAN NILAI TERCATAT / NILAI BUKU AKTIA TETAP AKTIVA LAIN-LAIN FILM DALAM PRODUKSI TOTAL AKTIVA KEWAJIBAN DAN EKUITAS HUTANG LANCAR HUTANG PAJAK HUTANG PPh 21 HUTANG PPh 23 HUTANG PPh 25 HUTANG PPh 29 HUTANG PPN HUTANG BIAYA PRODUKSI HUTANG LEASING JANGKA PENDEK HUTANG LAIN-LAIN TOTAL HUTANG LANCAR HUTANG JANGKA PANJANG HUTANG BANK TOTAL KEWAJIBAN EKUITAS MODAL DISETOR LABA DITAHAN LABA TAHUN BERJALAN TOTAL EKUITAS TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS (Rp) 41.065.897 328.428.518 5.764.000.000 1.666.674 18.383.830 209.062.143 60.793.918 11.750.000 135.761.481 6.570.912.461 (Rp)

2.537.019.576 (377.353.594) 2.159.665.982

149.672.898

149.672.898 8.880.251.341

14.810.797 9.188.334 1.107.250 12.948.278 89.815.900 29.975.000 575.418.515 200.000.000 933.264.074

6.862.630.883

6.862.630.883 7.795.894.957

100.000.000 224.286.432 760.069.952 1.084.356.384 8.880.251.341

52

PT. LJF LAPORAN RUGI LABA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2005

KETERANGAN PENDAPATAN PENDAPATAN JASA PENJUALAN FILM TOTAL PENDAPATAN BERSIH HARGA POKOK PENJUALAN LABA KOTOR BIAYA USAHA LABA USAHA PENDAPATAN / BIAYA LAIN-LAIN PENDAPATAN BUNGA BANK PENDAPATAN SELISIH PELUNASAN BUNGA PINJAMAN BANK BIAYA LAIN-LAIN BERSIH LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN PAJAK PENGHASILAN LABA BERSIH

(Rp) 1.148.535.000 24.249.658.774 25.398.193.774 20.898.953.807 4.499.239.967 2.623.772.770 1.875.467.197

27.609.304 1.092.047 (792.621.096) (763.919.745) 1.111.547.452 351.477.500 760.069.952

53

PT. LJF REKONSILIASI RUGI LABA KOMERSIAL DENGAN FISKAL / PAJAK UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESMBER 2005KETERANGAN PENDAPATAN PENDAPATAN JASA PENJUALAN FILM TOTAL PENDAPATAN BERSIH HARGA POKOK PENJUALAN LABA KOTOR BIAYA USAHA LABA OPERASI PENDAPATAN/BIAYA LAIN-LAIN PENDAPATAN BUNGA BANK PENDAPATAN SELISIH PELUNASAN BUNGA PINJAMAN BANK BIAYA LAIN-LAIN BERSIH LAPORAN KOMERSIAL 1.148.535.000 24.249.658.774 25.398.193.774 20.898.953.807 4.499.239.967 2.623.772.770 1.875.467.197 (145.987.389) KOREKSI FISKAL LAPORAN FISKAL 1.148.535.000 24.249.658.774 25.398.193.774 20.898.953.807 4.499.239.967 2.477.785.381 2.021.454.586

27.609.304 1.092.047 (792.621.096) (763.919.745)

(27.609.304)

0 1.092.047 (792.621.096) (791.529.049)

LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN PAJAK PENGHASILAN LABA BERSIH

1.111.547.452 351.477.500 760.069.952 (118.378.085)

1.229.925.537 351.477.500 878.448.037

54

PT. LJF REKONSILIASI BIAYA OPERASIONAL KOMERSIAL DENGAN FISKAL/ PAJAK UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2005KETERANGAN BIAYA GAJI & THR BIAYA TRANSPORT BIAYA ENTERTAINMENT BIAYA IURAN,SUMBANGAN,RETRIBUSI BIAYA PERIZINAN BIAYA BAHAN BAKAR KENDARAAN BIAYA KONSULTAN BIAYA POS & MATERAI BIAYA LISTRIK BIAYA AIR BIAYA PENYUSUTAN BANGUNAN BIAYA PENYUSUTAN PERALATAN KANTOR BIAYA PENYUSUTAN KENDARAAN KANTOR BIAYA ALAT TULIS KANTOR BIAYA PERLENGKAPAN KANTOR BIAYA SPAREPART KENDARAAN BIAYA PERLENGKAPAN LISTRIK BIAYA PERLENGKAPAN KOMPUTER BIAYA LAIN-LAIN KANTOR BIAYA ADMINISTRASI BANK BIAYA RUMAH TANGGA BIAYA SEWA GEDUNG KANTOR BIAYA TELPON BIAYA FOTOCOPY BIAYA PERCETAKAN BIAYA PARKIR & TOL BIAYA PENGOBATAN BIAYA ASURANSI KENDARAAN BIAYA PERJALANAN DINAS BIAYA IKLAN BIAYA KEPERLUAN EDITING BIAYA PINJAMAN BANK LAPORAN KOMERSIAL 1.259.525.000 464.000 54.129.598 37.237.200 24.065.000 13.393.170 94.864.860 18.827.975 22.729.792 7.253.750 7.222.950 191.159.957 95.083.333 22.433.459 21.048.425 9.601.200 955000 8.581.800 980.000 120215.844 11.313.575 9.999.996 74.229.603 611.500 7844.000 4.497.800 5.347.850 17.381.332 11.265.800 64.350.000 2.696.500 404.462.501 KOREKSI FISKAL LAPORAN FISKAL/ PAJAK 1.259.525.000 464.000 24.065.000 13.393.170 94.864.860 18.827.975 22.729.792 7.253.750 7.222.950 191.159.957 58104.167 22.433.459 21.048.425 9.601.200 955000 8.581.800 120.215.844 9.999.996 74.229.603 611.500 7.844.000 4.497.800 17.381.332 11.265.800 64.350.000 2.696.500 404.462.501 2.477.785.381

(54.129.598) (37.237.200)

(36.979.166)

(980.000) (11.313.575)

(5.347.850)

TOTAL

2.623.772.770

(145.987.389)

55

PT. LJF REKONSILIASI HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN FISKAL/ PAJAK UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2005KETERANGAN Biaya Gaji, Upah, Bonus, Honor Kru & Artis Biaya Editing (Sewa Ruang Editing) Biaya Sewa Lighting Set Royalty Pemakaian Lagu Biaya Sewa Alat Shooting Biaya Sewa Audio, TV monitor Biaya Sewa Baby Pod, Floid Headtry Biaya Sewa Genset, Diesel Biaya Sewa Dedolight Biaya Sewa Kamera, filter kamera Biaya Sewa Kendaraan Biaya Sewa Kinoflo Biaya Sewa Lampu HMI Biaya Sewa Lensa & Lensa Super Wide Biaya Sewa Metbox, Wearless Biaya Hunting Lokasi Biaya Bensin/ Solar Biaya Fotocopy Skenario Biaya Telepon, Wartel, Handphone Biaya keperluan pembantu umum Biaya Obat-obatan / PPPK Biaya Sewa Lokasi Syuting Biaya Pembelian Kaset Betacam Biaya Snack, Kopi, Teh, Gula Biaya Sewa Sound System Biaya Pembelian Pita Film Biaya Pembelian Accu Light / Baterai Biaya Tol & Parkir Biaya Alat Tulis Sewa Kostum Pemain Biaya Promosi Jasa Catering Total LAPORAN KOMERSIAL 5.328.309.450 442.255.320 621.457.448 20.723.950 652.925.533 190.425.532 67.819.149 761.375.967 35.711.064 622.458.831 30.275.259 7.872.342 190.793.834 37.588.303 13.117.022 998.992.500 3.688.775.000 952.500 11.252.000 122.475.803 1.960.500 778.960.500 252.800.500 58.960.500 356.450.000 897.652.000 56.420.000 48.150.000 940.000 1.150.980.000 1.240.300.000 2.219.823.000 20.898.953.807 KOREKSI FISKAL LAPORAN FISKAL/ PAJAK 5.328.309.450 442.255.320 621.457.448 20.723.950 652.925.533 190.425.532 67.819.149 761.375.967 35.711.064 622.458.831 30.275.259 7.872.342 190.793.834 37.588.303 13.117.022 998.992.500 3.688.775.000 952.500 11.252.000 122.475.803 1.960.500 778.960.500 252.800.500 58.960.500 356.450.000 897.652.000 56.420.000 48.150.000 940.000 1.150.980.000 1.240.300.000 2.219.823.000 20.898.953.807

56

PT. LJF PERHITUNGAN PPh Psl. 25 & 29 UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2005PENGHASILAN KENA PAJAK PERHITUNGAN Pajak Penghasilan 10% X Rp. 50.000.000 15% X Rp. 50.000.000 30% X Rp. 1.129.925.000 TOTAL PPh Psl. 25 PAJAK YANG DIBAYAR PPh Psl. 23 YANG DIPOTONG PIHAK LAIN PPh Psl. 25 JUMLAH KREDIT PAJAK PPh Pasal 29 CICILAN PER BULAN TAHUN 2006 (Rp 24.020.778 : 12 BULAN) Rp 327.456.722 Rp 11.072.500 Rp 338.529.222 Rp Rp 12.948.278 2.001.732 Rp 1.229.925.537

Rp 5.000.000 Rp 7.500.000 Rp 338.977.500 Rp 351.477.500

III.3.3. Evaluasi Atas Pos-pos Dalam Laporan Keuangan Dalam laporan keuangan, terdapat pos-pos sebagai berikut: A. Pos-pos dalam Neraca 1. Aktiva a) Aktiva Lancar Kas Saldo kas sebesar Rp 41.065.897,00 adalah saldo kas yang dimiliki perusahaan per 31 Desember 2005. Saldo tersebut berfungsi sebagai petty cash yang digunakan untuk keperluan perusahaan dalam membayar biaya-biaya yang bersifat harian. Misalnya, untuk biaya

57

harian produksi film, biaya transport, belanja rumah tangga, dan lain-lain. Bank Saldo bank sebesar Rp 328.428.518.14 adalah saldo bank yang dimiliki perusahaan per 31 Desember 2005. Saldo tersebut sesuai dengan saldo akhir rekening koran perusahaan bulan Desember 2005. Piutang Usaha Saldo piutang usaha sebesar Rp 5.764.000.000,00 adalah jumlah piutang usaha perusahaan yang berasal dari penjualan film secara kredit kepada beberapa stasiun TV dimana film-film hasil produksi PT. LJF ditayangkan. Uang muka sewa gedung kantor Saldo uang muka sewa gedung kantor sebesar Rp 1.666.674,00 adalah jumlah pembayaran sewa gedung kantor yang dibayar dimuka untuk periode Januari 2006. Uang muka sewa alat shooting film Saldo uang muka sewa alat shooting film sebesar Rp 18.333.830,00 adalah jumlah pembayaran sewa alat-alat shooting untuk beberapa judul film yang belum diproduksi. Uang muka pembelian aktiva tetap Saldo uang muka pembelian aktiva tetap sebesar Rp 209.062.143,00 adalah jumlah uang muka yang telah dibayarkan perusahaan dalam rangka pembelian aktiva tetap. 58

Uang muka kendaraan Saldo uang muka kendaraan sebesar Rp 60.793.918,00 adalah jumlah uang muka yang telah dibayarkan perusahaan untuk pembelian kendaraan. Piutang karyawan Saldo piutang karyawan sebesar Rp 11.750.000,00 adalah jumlah piutang karyawan kepada perusahaan per 31 Desember 2005. Jumlah tersebut berasal dari rincian kas bon karyawan kepada perusahaan. Persediaan perlengkapan produksi Saldo persediaan perlengkapan produksi sebesar Rp 135.761.481,00 adalah nilai persediaan perlengkapan produksi yang dimiliki perusahaan dan belum terpakai. b) Aktiva Tetap Nilai perolehan aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan terdiri dari: Renovasi Bangunan Saldo renovasi bangunan sebesar Rp 72.229.500,00 adalah nilai bangunan yang dimiliki perusahaan per 31 Desember 2005. Dalam hal ini, perusahaan tidak memiliki gedung kantor sendiri, namun menyewa pada Graha Ateri Mas sehingga nilai bangunan yang dimiliki perusahaan bukanlah bangunan permanen, melainkan bangunan tidak permanen yang berupa: 1) Renovasi kantor sebesar Rp 18.000.000,00. 2) Pemasangan pintu dan kaca kantor sebesar Rp 6.494.000,00. 59

3) Pengerjaan renovasi dan desain lantai 3 yang digunakan sebagai ruangan operasional perusahaan (ruang direktur, ruang meeting, ruang bagian keuangan dan akuntansi, dan lain-lain) sebesar Rp 47.735.500,00. Peralatan Kantor Saldo peralatan kantor sebesar Rp 1.225.790.076,00 adalah peralatan kantor yang dimiliki perusahaan per 31 Desember 2005. Kendaraan Saldo kendaraan sebesar Rp 1.239.000.000,00 adalah nilai kendaraan yang dimiliki oleh perusahaan per 31 Desember 2005. Jumlah tersebut terdiri dari : 1) 1 mobil BMW seharga Rp 400.000.000,00 (tanggal perolehan Januari 2004). 2) 1 mobil Isuzu Panther Touring seharga Rp 169.000.000,00 (tanggal perolehan Mei 2004). 3) 1 mobil Honda Jazz seharga Rp 145.000.000,00 (tanggal perolehan Agustus 2005). 4) 1 mobil Toyota Harrier seharga Rp 525.000.000,00 (tanggal perolehan Oktober 2005). Sedangkan akumulasi penyusutannya terdiri dari: Akumulasi Penyusutan Renovasi Bangunan Akumulasi Penyusutan peralatan kantor Akumulasi penyusutan kendaraan Total Akumulasi Rp 9.228.980,00

Rp 208.957.945,00 Rp 159.166.669,00+ Rp 377.353.594,00 60

c) Aktiva Lain-lain Film dalam produksi Saldo film dalam produksi sebesar Rp 149.672.898,00 adalah nilai film dalam produksi yang dimiliki perusahaan per 31 Desember 2005. Jumlah tersebut merupakan kumpulan biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi film yang pengerjaannya belum selesai. 2. Pasiva a) Hutang Lancar Hutang PPh Pasal 21 Saldo hutang PPh Pasal 21 sebesar Rp 14.810.797,00 adalah jumlah PPh Pasal 21 untuk masa pajak Desember 2005 yang belum disetorkan ke kas negara. Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya (Januari 2006). Hutang PPh Pasal 23 Saldo hutang PPh Pasal 23 sebesar Rp 9.188.334,00 adalah jumlah PPh Pasal 23 untuk masa pajak Desember 2005 yang belum disetorkan ke kas negara. Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya (Januari 2006). Hutang PPh Pasal 25 Saldo hutang PPh Pasal 25 sebesar Rp 1.107.250,00 adalah jumlah PPh Pasal 25 untuk masa pajak Desember 2005 yang belum disetorkan ke kas negara. Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya (Januari 2006). Jumlah tersebut adalah 61

cicilan pajak untuk PPh Pasal 29 tahun 2004 (PPh Pasal 29 tahun 2004 sebesar Rp 13.287.000,00 : 12). Hutang PPh Pasal 29 Saldo hutang PPh Pasal 29 sebesar Rp 12.984.278,00 adalah jumlah PPh Pasal 29 tahun 2005 yang belum disetorkan ke kas negara. Jumlah tersebut akan disetorkan dan dilaporkan pada bualan Maret 2006. Hutang PPN Saldo hutang PPN sebesar Rp 89.815.900,00 adalah jumlah PPN untuk masa pajak Desember 2005 yang belum disetorkan ke kas negara. Hutang Biaya Produksi Saldo hutang biaya produksi sebesar Rp 29.975.000,00 adalah jumlah hutang biaya untuk produksi film yang sedang diproduksi perusahan per 31 Desember 2005. Hutang Leasing jangka pendek Saldo hutang leasing jangka pendek sebesar Rp 575.418.515,00 adalah jumlah hutang leasing kendaraan. Hutang Lain-lain Saldo hutang lain-lain sebesar Rp 200.000.000,00 adalah jumlah hutang yang dimiliki perusahaan kepada pemilik. b) Hutang Jangka Panjang Hutang Bank

62

Saldo hutang bank sebesar Rp 6.862.630.882.93 adalah jumlah hutang perusahaan kepada bank. Hutang tersebut digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan produksi film yang terus meningkat. c) Modal Modal disetor Saldo modal disetor sebesar Rp 100.000.000,00 adalah jumlah modal yang disetorkan oleh pemilik perusahaan. Laba Ditahan Saldo laba ditahan sebesar Rp 224.286.432.15 adalah jumlah laba ditahan yang dimiliki perusahaan dari hasil operasinya tahun 2004. Laba Tahun berjalan Saldo laba tahun berjalan sebesar Rp 760.069.952.06 adalah jumlah laba yang diperoleh perusahaan selama tahun 2005.

B. Pos-pos dalam Laporan Laba Rugi 1. Pendapatan a) Pendapatan Jasa Saldo pendapatan jasa sebesar Rp 1.148.535.000,00 adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan atas hak siar dari film-film yang ditayangkan. Pendapatan jasa ini merupakan manajemen fee bagi PT. LJF dan telah dipotong PPh Pasal 23

63

b) Pendapatan Film Saldo pendapatan film sebesar Rp 24.249.658.774,00 adalah

pendapatan perusahaan yang berasal dari penjualan film. c) Harga Pokok Penjualan Saldo harga pokok penjualan sebesar Rp 20.898.953.807,00 adalah jumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam kegiatan produksi film. 2. Biaya Usaha / Biaya Operasional Saldo biaya operasional perusahaan sebesar Rp 2.623.772.770,00 adalah jumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan kegiatan operasional perusahaan. 3. Pendapatan diluar usaha a) Pendapatan bunga bank Saldo pendapatan bunga bank sebesar Rp 27.609.303,87 adalah pendapatan yang perusahaan yang diperoleh dari bunga tabungan bank b) Pendapatan selisih pelunasan Saldo pendapatan selisih pelunasan sebesar Rp 1.092.047,00 adalah pendapatan perusahaan yang diperoleh dari selisih pelunasan piutang. 4. Biaya diluar usaha Saldo biaya diluar usaha sebesar Rp 792.621.095,81 adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar beban bunga pinjaman bank. 5. Laba sebelum pajak Saldo laba sebelum pajak sebesar Rp 1.111.547.452.06 adalah laba komersial perusahaan yang diperoleh dari pendapatan perusahaan baik 64

yang berasal dari kegiatan usaha maupun yang berasal dari kegiatan di luar usaha dikurangi dengan biaya usaha dan biaya diluar usaha. Pendapatan tersebut belum dikurangi dengan pajak penghasilan perusahaan. 6. Pajak Penghasilan Saldo pajak penghasilan sebesar Rp 351.477.500,00 adalah jumlah pajak penghasilan perusahaan tahun 2005 yang belum dipotong dengan uang muka pajak yang dimiliki oleh perusahaan. Uang muka tersebut diperhitungkan sebagai kredit pajak bagi perusahaan. 7. Laba setelah pajak Saldo laba setelah pajak sebesar Rp 760.069.952,06 adalah laba perusahaan tahun 2005 setelah dikurangi dengan pajak penghasilan sebesar Rp 351.477.500,00.

65