2012 osnk fisika (tkunci)

14
OSN Fisika Bedah soal 2012(kab/kota) 161 http://ibnu2003.blogspot.com 1. Pembahasan kecepatan gelombang mekanik () tergantung pada a. gaya tegangan kawat (F) b. massa persatuan panjang (/ ) ditanyakan : () dan ( 1 ) yang dinyatakan dengan fungsi F, m dan () tinjau satuan dan dimensi gaya tegangan kawat ( = βˆ’2 = βˆ’2 ) kecepatan ( = βˆ’1 = βˆ’1 ) massa persatuan panjang ( = βˆ’1 = βˆ’1 ) maka persamaan kecepatan gelombang mekanik = ( ) dimana (, ) merupakan konstanta yang tidak berdimensi, maka : βˆ’1 = [ βˆ’2 ] ( βˆ’1 ) βˆ’1 = [ + βˆ’ βˆ’2 ] maka diperoleh hubungan persamaan kanan dan kiri ( ⇋+=0 β‡‹βˆ’=1 ⇋ βˆ’2 = βˆ’1 ∴ = 1 2 ) ⇋ = βˆ’ = 1 2 sehingga : = 1/2 ( ) βˆ’1/2 = √ jika ( 1 = 2 ; 1 =4 1 2 ), maka kecepatannya menjadi 1 =√ 9 4 = 3 2 √ = 3 2

Upload: sma-negeri-9-kerinci

Post on 21-Jan-2018

167 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2012 osnk fisika (tkunci)

OSN Fisika Bedah soal

2012(kab/kota)

161 http://ibnu2003.blogspot.com

1. Pembahasan

kecepatan gelombang mekanik (𝑣) tergantung pada

a. gaya tegangan kawat (F)

b. massa persatuan panjang (π‘š/𝑙) ditanyakan : (𝑣) dan (𝑣1) yang dinyatakan dengan fungsi F, m

dan (𝑙) tinjau satuan dan dimensi

gaya tegangan kawat (𝐹 = π‘˜π‘”π‘šπ‘ βˆ’2 = π‘€πΏπ‘‡βˆ’2)

kecepatan (𝑣 = π‘šπ‘ βˆ’1 = πΏπ‘‡βˆ’1)

massa persatuan panjang (π‘š

𝑙= π‘˜π‘”π‘šβˆ’1 = π‘€πΏβˆ’1)

maka persamaan kecepatan gelombang mekanik

𝑣 = π‘˜πΉπ‘₯ (π‘š

𝑙)𝑦

dimana (π‘˜, π‘₯ π‘‘π‘Žπ‘› 𝑦) merupakan konstanta yang tidak

berdimensi, maka :

πΏπ‘‡βˆ’1 = π‘˜[π‘€πΏπ‘‡βˆ’2]π‘₯(π‘€πΏβˆ’1)𝑦

πΏπ‘‡βˆ’1 = π‘˜[𝑀π‘₯+𝑦𝐿π‘₯βˆ’π‘¦π‘‡βˆ’2π‘₯] maka diperoleh hubungan persamaan kanan dan kiri

(

𝑀 ⇋ π‘₯ + 𝑦 = 0𝐿 ⇋ π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 1

𝑇 ⇋ βˆ’2π‘₯ = βˆ’1 ∴ π‘₯ =1

2

)⇋ 𝑦 = βˆ’π‘₯ =1

2

sehingga :

𝑣 = π‘˜πΉ1/2 (π‘š

𝑙)βˆ’1/2

= π‘˜βˆšπΉπ‘™

π‘š

jika (𝐹1 =𝐹

2; 𝑙1 = 4

1

2𝑙), maka kecepatannya menjadi

𝑣1 = √9𝐹𝑙

4π‘š=3

2βˆšπΉπ‘™

π‘š=3

2𝑣

Page 2: 2012 osnk fisika (tkunci)

OSN Fisika Bedah soal

2012(kab/kota)

162 http://ibnu2003.blogspot.com

2. Pembahasan

perhatikan gambar di bawah ini !

momen inersia bola relatif terhadap titik O

𝐼 =2

5π‘šπ‘Ÿ2 +π‘šπ‘™2

momen torsi di titik O adalah :

Σ𝜏 = 0

βˆ’π‘šπ‘”π‘™π‘ π‘–π‘›πœƒ = 𝐼𝛼

(𝛼) merupakan fungsi turunan kedua dari posisi sudut (πœƒ)

𝛼 =π‘‘πœƒ

𝑑𝑑= �̈�

maka :

βˆ’π‘šπ‘”π‘™π‘ π‘–π‘›πœƒ = 𝐼�̈�

βˆ’π‘šπ‘”π‘™π‘ π‘–π‘›πœƒ = [2

5π‘šπ‘Ÿ2 +π‘šπ‘™2]�̈�

βˆ’π‘”π‘™π‘ π‘–π‘›πœƒ = [2

5π‘Ÿ2 + 𝑙2]�̈�

simpangan sudut kecil (π‘ π‘–π‘›πœƒ = πœƒ), maka :

βˆ’π‘”π‘™πœƒ = [2

5π‘Ÿ2 + 𝑙2] �̈�

�̈� + [𝑔𝑙

25π‘Ÿ2 + 𝑙2

]πœƒ = 0

�̈� + πœ”2πœƒ = 0

πœ” = βˆšπ‘”π‘™

25π‘Ÿ2 + 𝑙2

𝑂 πœƒ

π‘Ÿ

𝑙

Page 3: 2012 osnk fisika (tkunci)

OSN Fisika Bedah soal

2012(kab/kota)

163 http://ibnu2003.blogspot.com

𝑇2 = 2πœ‹βˆš25π‘Ÿ2 + 𝑙2

𝑔𝑙

(𝑇2 ) disebut periode osilasi fisis

periode bandul matematis

𝑇1 = 2πœ‹βˆšπ‘™

𝑔

maka perbandingan (𝑇2/𝑇1) adalah :

𝑇2𝑇1

=

2πœ‹βˆš25π‘Ÿ2 + 𝑙2

𝑔𝑙

2πœ‹βˆšπ‘™π‘”

𝑇2𝑇1

= √25π‘Ÿ2 + 𝑙2

𝑙2

βˆ΄π‘‡2𝑇1

= √2

5(π‘Ÿ

𝑙)2

+ 1

3. Pembahasan penentuan jarak total yang ditempuh mobil selama pengereman sampai berhenti.

mobil bergerak lurus beraturan sesaat sebelum pengereman,

maka : jarak hang ditempuh adalah (𝑆1) ∴ 𝑆1 = 𝑣0 . βˆ†π‘‘ mobil bergerak bergerak lurus berubah beraturan sejak

pengereman sampai berhenti, maka :

𝑣 = 𝑣0 βˆ’ π‘Žπ‘‘ = 0

𝑑 =𝑣0π‘Ž

jarak yang ditempuh selama pengereman sampai berhenti di

sebut (𝑆2) sebesar :

𝑆2 = 𝑣0𝑑 βˆ’1

2π‘Žπ‘‘2

Page 4: 2012 osnk fisika (tkunci)

OSN Fisika Bedah soal

2012(kab/kota)

164 http://ibnu2003.blogspot.com

∴ 𝑆2 =1

2π‘Ž [𝑣0π‘Ž]2

=𝑣0

2

2π‘Ž

maka jarak total yang ditempuh mobil adalah :

𝑆 = 𝑆1 + 𝑆2

∴ 𝑆 = 𝑣0 . βˆ†π‘‘ +𝑣0

2

2π‘Ž

4. Pembahasan perhatikan gambar gaya-gaya pada sistem berikut

a. syarat (πœƒ) agar tetap bergerak di ujung bidang miring

benda akan tetap bergerak gaya berat searah sumbu x lebih besar dari gaya gesek

π‘šπ‘”π‘ π‘–π‘›πœƒ > 𝑓

π‘šπ‘”π‘ π‘–π‘›πœƒ > πœ‡π‘šπ‘”π‘π‘œπ‘ πœƒ

π‘ π‘–π‘›πœƒ > πœ‡π‘π‘œπ‘ πœƒ

∴ πœ‡ <π‘ π‘–π‘›πœƒ

π‘π‘œπ‘ πœƒβ‡‹ πœ‡ < π‘‘π‘Žπ‘›πœƒ

metode lain jarak yang ditempuh balok dari puncak sampai dasar bidang

miring adalah : (𝑠 =β„Ž

π‘ π‘–π‘›πœƒ), sehingga

persamaan hukum kekekalan energi energi kinetik awal sama dengan nol

𝑅

πœƒ

β„Ž

𝐻 𝐿

𝑁

π‘šπ‘”

𝑓

π‘₯

𝑦

Page 5: 2012 osnk fisika (tkunci)

OSN Fisika Bedah soal

2012(kab/kota)

165 http://ibnu2003.blogspot.com

energi kinetik akhir berbanding dengan perubahan yang

dilakukan benda

πΈπ‘˜(π‘Žπ‘˜β„Žπ‘–π‘Ÿ) = π‘Š βˆ’π‘Šπ‘“

πΈπ‘˜(π‘Žπ‘˜β„Žπ‘–π‘Ÿ) = π‘šπ‘”β„Žβˆ’ πœ‡π‘šπ‘”π‘π‘œπ‘ πœƒ. 𝑠

πΈπ‘˜(π‘Žπ‘˜β„Žπ‘–π‘Ÿ) = π‘šπ‘”β„Žβˆ’ πœ‡π‘šπ‘”π‘π‘œπ‘ πœƒ.β„Ž

π‘ π‘–π‘›πœƒ> 0

1 > πœ‡1

π‘‘π‘Žπ‘›πœƒβ‡‹βˆ΄ πœ‡ < π‘‘π‘Žπ‘›πœƒ

b. besar kecepatan balok di dasar lantai percepatan balok yang harus dipenuhi sebesar :

π‘šπ‘Ž = π‘šπ‘”π‘ π‘–π‘›πœƒβˆ’ πœ‡π‘šπ‘”π‘π‘œπ‘ πœƒ π‘Ž = π‘”π‘ π‘–π‘›πœƒβˆ’ πœ‡π‘”π‘π‘œπ‘ πœƒ panjang lintasan bidang miring adalah S, maka kecepatan

balok pada ujung bidang miring adalah (𝑣𝑑) sebesar :

𝑣𝑑2 = 𝑣0

2 + 2π‘Žπ‘† = 2π‘Žπ‘†

𝑣𝑑2 = 2π‘Žπ‘† = 2𝑔(π‘ π‘–π‘›πœƒβˆ’ πœ‡π‘π‘œπ‘ πœƒ)

β„Ž

π‘ π‘–π‘›πœƒ

𝑣𝑑2 = 2π‘”β„Ž(1βˆ’ πœ‡

π‘π‘œπ‘ πœƒ

π‘ π‘–π‘›πœƒ)

𝑣𝑑2 = 2π‘”β„Ž(1βˆ’ πœ‡π‘π‘œπ‘‘πœƒ)

∴ 𝑣𝑑 = √2π‘”β„Ž(1βˆ’ πœ‡π‘π‘œπ‘‘πœƒ) titik ujung dasar bidang miring sebagai asal penentuan

kecepatan balok di dasar lantai yang sejajar sumbu x bidang horizontal

𝑅

πœƒ

β„Ž

𝐻

π‘₯

𝑦

πœƒ

π‘£π‘‘π‘π‘œπ‘ πœƒ

𝑣𝑑

π‘£π‘‘π‘ π‘–π‘›πœƒ

Page 6: 2012 osnk fisika (tkunci)

OSN Fisika Bedah soal

2012(kab/kota)

166 http://ibnu2003.blogspot.com

pada komponen y

𝑦 = βˆ’π‘£π‘‘π‘ π‘–π‘›πœƒπ‘‘ βˆ’1

2𝑔𝑑2

βˆ’2𝐻 = βˆ’2π‘£π‘‘π‘ π‘–π‘›πœƒπ‘‘ βˆ’ 𝑔𝑑2 𝑔𝑑2 + 2π‘£π‘‘π‘ π‘–π‘›πœƒπ‘‘ βˆ’ 2𝐻 = 0 menggunakan rumus abc, maka t yang diperoleh adalah :

𝑑12 =βˆ’2π‘£π‘‘π‘ π‘–π‘›πœƒ ±√(2π‘£π‘‘π‘ π‘–π‘›πœƒ)

2 + 4𝑔(2𝐻)

2𝑔

𝑑12 =βˆ’2π‘£π‘‘π‘ π‘–π‘›πœƒ ±√4𝑣𝑑

2𝑠𝑖𝑛2πœƒ+ 8𝑔𝐻

2𝑔

𝑑12 =βˆ’π‘£π‘‘π‘ π‘–π‘›πœƒΒ±βˆšπ‘£π‘‘

2𝑠𝑖𝑛2πœƒ+ 2𝑔𝐻

𝑔

waktu yang terpenuhi yang bernilai positif

∴ 𝑑 =βˆ’π‘£π‘‘π‘ π‘–π‘›πœƒ+βˆšπ‘£π‘‘

2𝑠𝑖𝑛2πœƒ+ 2𝑔𝐻

𝑔

komponen kecepatan pada sumbu y

𝑣𝑦 = βˆ’π‘£π‘‘π‘ π‘–π‘›πœƒβˆ’ 𝑔𝑑

𝑣𝑦 = βˆ’π‘£π‘‘π‘ π‘–π‘›πœƒβˆ’ 𝑔 [βˆ’π‘£π‘‘π‘ π‘–π‘›πœƒ+βˆšπ‘£π‘‘

2𝑠𝑖𝑛2πœƒ + 2𝑔𝐻

𝑔]

𝑣𝑦 = βˆ’π‘£π‘‘π‘ π‘–π‘›πœƒ+ π‘£π‘‘π‘ π‘–π‘›πœƒ +βˆšπ‘£π‘‘2𝑠𝑖𝑛2πœƒ+ 2𝑔𝐻

∴ 𝑣𝑦 = βˆšπ‘£π‘‘2𝑠𝑖𝑛2πœƒ+ 2𝑔𝐻

pada komponen x

∴ 𝑣π‘₯ = π‘£π‘‘π‘π‘œπ‘ πœƒ 𝑣π‘₯

2 = 𝑣𝑑2π‘π‘œπ‘ 2πœƒ

kecepatan balok di dasar lantai merupakan resultan

kecepatan komponen x dan komponen y, maka :

𝑣2 = 𝑣π‘₯2 + 𝑣𝑦

2

𝑣2 = 𝑣𝑑2π‘π‘œπ‘ 2πœƒ+ 𝑣𝑑

2𝑠𝑖𝑛2πœƒ+ 2𝑔𝐻

𝑣2 = 𝑣𝑑2(π‘π‘œπ‘ 2πœƒ+ 𝑠𝑖𝑛2πœƒ) + 2𝑔𝐻

ingat bahwa (π‘π‘œπ‘ 2πœƒ+ 𝑠𝑖𝑛2πœƒ = 1)

𝑣2 = 𝑣𝑑2 + 2𝑔𝐻

persamaan sebelumnya :

𝑣𝑑2 = 2π‘”β„Ž(1βˆ’ πœ‡π‘π‘œπ‘‘πœƒ

maka : 𝑣2 = 2π‘”β„Ž(1βˆ’ πœ‡π‘π‘œπ‘‘πœƒ) + 2𝑔𝐻

Page 7: 2012 osnk fisika (tkunci)

OSN Fisika Bedah soal

2012(kab/kota)

167 http://ibnu2003.blogspot.com

𝑣2 = (2π‘”β„Žβˆ’ 2π‘”β„Žπœ‡π‘π‘œπ‘‘πœƒ)+ 2𝑔𝐻 𝑣2 = 2𝑔(𝐻+ β„Ž) βˆ’ 2π‘”β„Žπœ‡π‘π‘œπ‘‘πœƒ

∴ 𝑣 = √2𝑔(𝐻 + β„Ž)βˆ’ 2π‘”β„Žπœ‡π‘π‘œπ‘‘πœƒ dengan menggunakan hukum kekekalan energi, bahwa energi pada posisi awal yaitu di puncak bidang miring dengan

energi benda setelah sampai di dasar lantai, maka :

𝐸(π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™) = 𝐸𝑝(𝐻+β„Ž) +πΈπ‘˜ = 𝐸𝑝(𝐻+β„Ž) + 0 = 𝐸𝑝(𝐻+β„Ž)

𝐸(π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™) = 𝐸𝑝(𝐻+β„Ž) = π‘šπ‘”π» +π‘šπ‘”β„Ž

𝐸(π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™) = π‘šπ‘”(𝐻+ β„Ž) energi akhir benda merupakan usaha yang dilakukan gaya

gesek dan kecepatan balok di dasar lantai

𝐸(π‘Žπ‘˜β„Žπ‘–π‘Ÿ) = 𝐸𝑝(0) +π‘Šπ‘“ +πΈπ‘˜ = π‘Šπ‘“ +πΈπ‘˜

𝐸(π‘Žπ‘˜β„Žπ‘–π‘Ÿ) = πœ‡π‘šπ‘”β„Ž

π‘‘π‘Žπ‘›πœƒ+1

2π‘šπ‘£2

π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž ∢

πœ‡π‘šπ‘”β„Žπ‘π‘œπ‘‘πœƒ +1

2π‘šπ‘£2 = π‘šπ‘”(𝐻 + β„Ž)

2πœ‡π‘”β„Žπ‘π‘œπ‘‘πœƒ+ 𝑣2 = 2𝑔(𝐻+ β„Ž) 𝑣2 = 2𝑔(𝐻+ β„Ž) βˆ’ 2πœ‡π‘”β„Žπ‘π‘œπ‘‘πœƒ

∴ 𝑣 = √2𝑔(𝐻 + β„Ž)βˆ’ 2πœ‡π‘”β„Žπ‘π‘œπ‘‘πœƒ

5. Pembahasan a. besar usaha yang dilakukan oleh gaya kontak pada sistem

yang dinyatakan sebagai fungsi sudut (πœƒ)

𝑑/2

𝑀

βˆ†β„Ž = 𝑑𝑠𝑖𝑛/2 πœƒ

𝑑/2

π‘šπ‘”

πΉβ„Ž

𝐹𝑣

Page 8: 2012 osnk fisika (tkunci)

OSN Fisika Bedah soal

2012(kab/kota)

168 http://ibnu2003.blogspot.com

usaha yang dilakukan oleh gaya kontak sama dengan nol

karena titik kontaknya tidak mengalami perpindahan b. besar kelajuan sudut tongkat yang dinyatakan sebagai fungsi

sudut (πœƒ)

perpindahan tongkat pada pusat massa adalah

βˆ†β„Ž =𝑑

2π‘ π‘–π‘›πœƒ

hukum kekekalan energi mekanik menjadi

π‘€π‘”βˆ†β„Ž =1

2πΌπœ”2

percepatan sudut merupakan fungsi turunan pertama dari fungsi kecepatan

πœ” =π‘‘πœƒ

𝑑𝑑= οΏ½Μ‡οΏ½

sehingga (𝐼 =1

3𝑀𝑑2), maka :

𝑀𝑔𝑑

2π‘ π‘–π‘›πœƒ =

1

2(1

3𝑀𝑑2)οΏ½Μ‡οΏ½2

3π‘”π‘ π‘–π‘›πœƒ = 𝑑�̇�2

∴ οΏ½Μ‡οΏ½2 =3π‘”π‘ π‘–π‘›πœƒ

𝑑

c. Besar percepatan sudut tongkat yang dinyatakan sebagai

fungsi sudut (πœƒ)

Σ𝜏 = 𝐼�̈�

𝑀𝑔𝑑

2π‘π‘œπ‘ πœƒ = (

1

3𝑀𝑑2) �̈�

∴ �̈� =3π‘”π‘π‘œπ‘ πœƒ

2𝑑

d. Komponen vertikal dan horizontal gaya yang dikenakan oleh tongkat pada titik gantung yang dinyatakan sebagai fungsi

sudut (πœƒ)

koordinat di titik gantung batang adalah :

π‘₯ =𝑑

2π‘π‘œπ‘ πœƒ π‘‘π‘Žπ‘› 𝑦 = βˆ’

𝑑

2π‘ π‘–π‘›πœƒ

komponen gaya horizontal batang pada batang

πΉβ„Ž = π‘€οΏ½ΜˆοΏ½ = 𝑀𝑑2π‘₯

𝑑𝑑2= 𝑀

𝑑

2

𝑑2

𝑑𝑑2(π‘π‘œπ‘ πœƒ)

Page 9: 2012 osnk fisika (tkunci)

OSN Fisika Bedah soal

2012(kab/kota)

169 http://ibnu2003.blogspot.com

πΉβ„Ž = βˆ’π‘€π‘‘

2

𝑑

𝑑𝑑(π‘ π‘–π‘›πœƒ. οΏ½Μ‡οΏ½)

πΉβ„Ž = βˆ’π‘€π‘‘

2(π‘π‘œπ‘ πœƒοΏ½Μ‡οΏ½2 + π‘ π‘–π‘›πœƒοΏ½ΜˆοΏ½)

πΉβ„Ž = βˆ’π‘€π‘‘

2(3π‘”π‘ π‘–π‘›πœƒπ‘π‘œπ‘ πœƒ

𝑑+3π‘”π‘ π‘–π‘›πœƒπ‘π‘œπ‘ πœƒ

2𝑑)

∴ πΉβ„Ž = βˆ’9

4π‘€π‘”π‘ π‘–π‘›πœƒπ‘π‘œπ‘ πœƒ

gaya horizontal yang dialami titik gantung batang adalah

πΉβ„Ž =9

4π‘€π‘”π‘ π‘–π‘›πœƒπ‘π‘œπ‘ πœƒ

komponen vertikal yang bekerja pada batang

𝐹𝑣 βˆ’π‘€π‘” = π‘€οΏ½ΜˆοΏ½ = 𝑀𝑑2π‘₯

𝑑𝑑2=𝑀𝑑

2

𝑑2

𝑑𝑑2(βˆ’π‘ π‘–π‘›πœƒ)

𝐹𝑣 βˆ’π‘€π‘” =𝑀𝑑

2

𝑑

𝑑𝑑(βˆ’π‘π‘œπ‘ πœƒοΏ½Μ‡οΏ½)

𝐹𝑣 = 𝑀𝑔+𝑀𝑑

2(π‘ π‘–π‘›πœƒοΏ½Μ‡οΏ½2 βˆ’ π‘π‘œπ‘ πœƒοΏ½ΜˆοΏ½)

𝐹𝑣 = 𝑀𝑔+𝑀𝑑

2(3𝑔𝑠𝑖𝑛2πœƒ

π‘‘βˆ’3π‘”π‘π‘œπ‘ 2πœƒ

2𝑑)

∴ 𝐹𝑣 = 𝑀𝑔(3

2𝑠𝑖𝑛2πœƒβˆ’

3

4π‘π‘œπ‘ 2πœƒ+ 1)

6. Pembahasan

a. besar frekuensi dan periode osilasi (𝑇1; 𝑓1 )

momen inersia benda pada titik A dengan teorema sumbu sejajar menghasilkan :

𝐼𝐴 = 𝐼𝑧.π‘π‘š +𝑀𝑑2

𝐼𝐴 = 𝑀𝑅2 +𝑀𝑅2 = 2𝑀𝑅2

𝐴

𝑧 πœƒ

Page 10: 2012 osnk fisika (tkunci)

OSN Fisika Bedah soal

2012(kab/kota)

170 http://ibnu2003.blogspot.com

periode di titik A sebagai periode osilasi (𝑇1) diperoleh dari

torsi dititik A

Σ𝜏 = 0

βˆ’π‘€π‘”π‘…π‘ π‘–π‘›πœƒ = 𝐼𝛼

(𝛼) merupakan fungsi turunan kedua dari posisi sudut (πœƒ)

𝛼 =π‘‘πœƒ

𝑑𝑑= �̈�

maka :

βˆ’π‘€π‘”π‘…π‘ π‘–π‘›πœƒ = 2𝑀𝑅2�̈�

�̈� +𝑔

2π‘…π‘ π‘–π‘›πœƒ = 0

�̈� + πœ”2πœƒ = 0

maka :

πœ”2 =𝑔

2𝑅

πœ” = βˆšπ‘”

2𝑅

sehingga periode osilasi (𝑇1)

∴ 𝑇1 = 2πœ‹βˆš2𝑅

𝑔⇋ 𝑓1 =

1

2πœ‹βˆšπ‘”

2𝑅

b. pesar periode (𝑇2 ) dengan keadaan untuk poros pada garis

singgung cincin menggunakan prinsip dari teorema paralel, maka momen

inersia pada garis singgung lingkaran dengan kesimetriannya, menjadi :

𝐼π‘₯ = 𝐼𝑦 ⇋ 𝐼𝑧 = 𝐼π‘₯ + 𝐼π‘₯ = 2𝐼π‘₯

dengan (𝐼𝑧 = 𝑀𝑅2)

𝐼π‘₯ =1

2𝐼𝑧 =

1

2𝑀𝑅2

maka momen inersia pada titik A, menjadi

𝐼𝐴 = 𝐼π‘₯.π‘π‘š +𝑀𝑅2

𝐼𝐴 =1

2𝑀𝑅2 +𝑀𝑅2 =

3

2𝑀𝑅2

torsi dititik A adalah

Σ𝜏𝐴 = 0

βˆ’π‘€π‘”π‘…π‘ π‘–π‘›πœƒ =3

2𝑀𝑅2�̈�

Page 11: 2012 osnk fisika (tkunci)

OSN Fisika Bedah soal

2012(kab/kota)

171 http://ibnu2003.blogspot.com

βˆ’π‘”π‘ π‘–π‘›πœƒ =3

2π‘…οΏ½ΜˆοΏ½

�̈� +2𝑔

3π‘…πœƒ = 0

πœ”2 =2𝑔

3π‘…β‡‹πœ” = √

2𝑔

3𝑅

sehingga periode (𝑇2 )

∴ 𝑇2 = 2πœ‹βˆš3𝑅

2𝑔⇋ 𝑓1 =

1

2πœ‹βˆš2𝑔

3𝑅

c. nilai perbandingan (𝑇1/𝑇2)

𝑇1𝑇2

=2πœ‹βˆš

2𝑅𝑔

2πœ‹βˆš3𝑅2𝑔

= √4

3βˆ΄π‘“1𝑓2=2πœ‹βˆš

𝑔2𝑅

2πœ‹βˆš2𝑔3𝑅

= √3

4

7. Pembahasan

diketahui :

πœƒ1 = 530;πœƒ2 = 300;𝑣0 = 0,9π‘šπ‘ βˆ’1;πœ‡ = 0,3

perhatikan diagram gaya-gaya pada sistem berikut :

a. panjang lintasan yang ditempuh sebelum kedua balok

berhenti

untuk benda (π‘š1 = π‘š)

sumbu y

𝑁1 = π‘š1π‘”π‘π‘œπ‘ πœƒ2 = π‘šπ‘”π‘π‘œπ‘ πœƒ2 𝑓1 = πœ‡π‘1 = πœ‡π‘šπ‘”π‘π‘œπ‘ πœƒ2…1)

πœƒ1

π‘₯ 𝑦

π‘š2𝑔 𝑓2

𝑁2 𝑇

πœƒ2

π‘₯

𝑦 𝑇

𝑓1

𝑁1

π‘š1𝑔

π‘Ž

Page 12: 2012 osnk fisika (tkunci)

OSN Fisika Bedah soal

2012(kab/kota)

172 http://ibnu2003.blogspot.com

sumbu x

π‘š1π‘”π‘ π‘–π‘›πœƒ2 βˆ’π‘‡ βˆ’ 𝑓1 = π‘š1π‘Ž 𝑇 = π‘š1π‘”π‘ π‘–π‘›πœƒ2 βˆ’ 𝑓1 βˆ’ π‘š1π‘Ž

𝑇 = π‘šπ‘”π‘ π‘–π‘›πœƒ2 βˆ’ πœ‡π‘šπ‘”π‘π‘œπ‘ πœƒ2 βˆ’π‘šπ‘Žβ€¦2) untuk benda (π‘š2 = π‘š)

sumbu y

𝑁2 = π‘š2π‘”π‘π‘œπ‘ πœƒ1 = π‘šπ‘”π‘π‘œπ‘ πœƒ1 𝑓1 = πœ‡π‘1 = πœ‡π‘šπ‘”π‘π‘œπ‘ πœƒ1…3) sumbu x π‘‡βˆ’ π‘š2π‘”π‘ π‘–π‘›πœƒ1 βˆ’ 𝑓2 = π‘š2π‘Ž 𝑇 = π‘š2π‘”π‘ π‘–π‘›πœƒ1 + 𝑓2 +π‘š2π‘Ž

𝑇 = π‘šπ‘”π‘ π‘–π‘›πœƒ1+ πœ‡π‘šπ‘”π‘π‘œπ‘ πœƒ1+π‘šπ‘Žβ€¦4) gabungkan kedua persamaan yaitu 2) dan 4) (𝑇 = π‘šπ‘”π‘ π‘–π‘›πœƒ1 + πœ‡π‘šπ‘”π‘π‘œπ‘ πœƒ1 +π‘šπ‘Ž)π‘₯1/π‘š(𝑇 = π‘šπ‘”π‘ π‘–π‘›πœƒ2 βˆ’ πœ‡π‘šπ‘”π‘π‘œπ‘ πœƒ2 βˆ’π‘šπ‘Ž)π‘₯1/π‘š

∴ π‘Ž = βˆ’π‘”2(π‘ π‘–π‘›πœƒ1 βˆ’ π‘ π‘–π‘›πœƒ2 + πœ‡π‘π‘œπ‘ πœƒ1 + πœ‡π‘π‘œπ‘ πœƒ2)

βˆ’β‹―5)

ingat (𝑠𝑖𝑛370 = 0,6; π‘π‘œπ‘ 370 = 0,8)(𝑠𝑖𝑛530 = 0,8; π‘π‘œπ‘ 530 = 0,6)

besar percepatan adalah :

π‘Ž = βˆ’π‘”

2(π‘ π‘–π‘›πœƒ1βˆ’ π‘ π‘–π‘›πœƒ2 + πœ‡π‘π‘œπ‘ πœƒ1 + πœ‡π‘π‘œπ‘ πœƒ2)

π‘Ž = βˆ’0,3675𝑔

kedua balok mengalami perlambatan karena gaya gesek, maka panjang lintasan yang ditempuh balok saat akan

berhenti adalah :

𝑣2 = 𝑣02 βˆ’ 2π‘Žπ‘† = 0

untuk (𝑔 = 10π‘šπ‘ βˆ’2)

𝑆 =𝑣0

2

2π‘Ž=

(0,9)2

2.3,675= 11,02π‘π‘š

b. koefisien gesek minimum, untuk mempertahankan balok dalam keadaan diam pada posisi akhir

untuk mementukan koefisien gesek minimum kita pers. 5)

π‘Ž = βˆ’π‘”

2(π‘ π‘–π‘›πœƒ1βˆ’ π‘ π‘–π‘›πœƒ2 + πœ‡π‘π‘œπ‘ πœƒ1 + πœ‡π‘π‘œπ‘ πœƒ2) = 0

+πœ‡(π‘π‘œπ‘ πœƒ1 + π‘π‘œπ‘ πœƒ2) = 0

∴ πœ‡ = π‘ π‘–π‘›πœƒ1βˆ’ π‘ π‘–π‘›πœƒ2π‘π‘œπ‘ πœƒ1+ π‘π‘œπ‘ πœƒ2

= 0,028

Page 13: 2012 osnk fisika (tkunci)

OSN Fisika Bedah soal

2012(kab/kota)

173 http://ibnu2003.blogspot.com

8. pembahasan

piringan (𝑀 = 200π‘˜π‘”;𝑅 = 6π‘š;πœ”0 = 0,2 𝑝𝑒𝑑/𝑑𝑑) orang (π‘š = 100π‘˜π‘”;π‘Ÿ = 3π‘š)

a. besar kecepatan rotasi piringan keadaan pertama orang duduk ditepi piringan, maka momen

inersia (𝐼0) :

𝐼0 =1

2𝑀𝑅2 + π‘šπ‘…2

keadaan kedua, orang tersebut mendekati (π‘Ÿ = 3π‘š) menuju

pusat piringan

𝐼 =1

2𝑀𝑅2 +π‘šπ‘Ÿ2

karena tidak ada momen gaya luar yang bekerja, maka momentum sudutnya bersifat tetap (sistem kekal) 𝐿(π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™) = 𝐿(π‘Žπ‘˜β„Žπ‘–π‘Ÿ) 𝐼0πœ”0 = πΌπœ”

(1

2𝑀𝑅2 +π‘šπ‘…2)πœ”0 = (

1

2𝑀𝑅2 +π‘šπ‘Ÿ2)πœ”

(𝑀𝑅2 + 2π‘šπ‘…2)πœ”0 = (𝑀𝑅2 + 2π‘šπ‘Ÿ2)πœ”

∴ πœ” = [𝑀𝑅2 + 2π‘šπ‘…2

𝑀𝑅2 + 2π‘šπ‘Ÿ2]πœ”0

masukkan nilai masing-masing besaran, maka :

πœ” = [200.62 + 2.100.62

200.62 + 2.100.32]0,2

πœ” = 0,32π‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘›/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜ b. besar kecepatan sudut sesaat setelah orang tersebut

melompat keluar piringan.

kecepatan akhir piringan berotasi tergantung dengan cara orang tersebut keluar dari piringan. menjatuhkan diri dan

melompat dengan arah yang berbeda akan beda kejadiannya. keadaan pertama sebelum orang melompat

πΏπ‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ = (1

2𝑀𝑅2 +π‘šπ‘…2)πœ”0

keadaan kedua setelah orang tersebut melompat keluar

maka momen inersia adalah momen inersia pada pusat piringan dengan momentum sudut akhir menjadi

πΏπ‘Žπ‘˜β„Žπ‘–π‘Ÿ =1

2𝑀𝑅2πœ”

Page 14: 2012 osnk fisika (tkunci)

OSN Fisika Bedah soal

2012(kab/kota)

174 http://ibnu2003.blogspot.com

seperti pada soal a, maka : 1

2𝑀𝑅2πœ” = (

1

2𝑀𝑅2 +π‘šπ‘…2)πœ”0

πœ” = (𝑀𝑅2 + 2π‘šπ‘…2

𝑀𝑅2)πœ”0

∴ πœ” = (1 +2π‘š

𝑀)πœ”0

masukkan nilai besarannya, maka :

πœ” = (1 +2.100

200)πœ”0 = 2πœ”0

c. beser kecepatan sudut piringan saat orang tersebut duduk ditepi piringan keadaan 1 : momen inersia piringan pada poros dengan

kecepatan rotasi awal (πœ”0)

𝐼𝑝 =1

2𝑀𝑅2

besar momentum sudut (𝐿0 = πΌπ‘πœ”0)

𝐿0 =1

2𝑀𝑅2πœ”0

Keadaan 2 : orang di tepi piringan (R=6m)

𝐼 =1

2𝑀𝑅2 +π‘šπ‘…2

besar momentum sudut menjadi :

𝐿 = (1

2𝑀𝑅2 +π‘šπ‘…2)πœ”

maka dengan torsi sama dengan nol, kekekalan momentum

sudut bersifat kekal (tetap)

πœ” = [

12𝑀𝑅2

12𝑀𝑅2 +π‘šπ‘…2

]πœ”0

∴ πœ” = [𝑀

𝑀 + 2π‘š]πœ”0

maka :

πœ” =πœ”0

2= 0,1 π‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘›/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜