2013, no -...
TRANSCRIPT
2013, No.675 9
LAMPIRAN I RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
NASKAH PERENCANAAN PENYUSUNAN PERATURAN
KEPALA BPKP TENTANG … (judul rancangan peraturan kepala)
e. LATAR BELAKANG
………………………………………………………………………………………………
……….. (berisi tentang uraian singkat mengenai latar belakang penyusunan
Peraturan Kepala BPKP ini yang dapat berisi pendahuluan, maksud dan
tujuan, serta dasar hukum yang dituangkan dalam bentuk narasi)
f. POKOK PIKIRAN, RUANG LINGKUP, DAN OBYEK
………………………………………………………………………………………………
……….. (berisi tentang uraian singkat mengenai pokok pikiran utama, ruang
lingkup berlakunya dan obyek yang akan diatur dalam Peraturan Kepala BPKP
ini yang dituangkan dalam bentuk narasi)
g. SASARAN
………………………………………………………………………………………………
……….. (berisi tentang uraian singkat mengenai sasaran utama atau subyek
dari Peraturan Kepala BPKP ini ditujukan, yang dituangkan dalam bentuk
narasi)
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 10
h. TARGET WAKTU PENYELESAIAN
………………………………………………………………………………………………
……….. (berisi tentang uraian singkat mengenai target waktu penyelesaian
Peraturan Kepala BPKP ini dari awal pengusulan sampai dengan diterbitkan,
yang dituangkan dalam bentuk narasi)
KEPALA BADAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAN PEMBANGANAN
REPUBLIK INDONESIA,
MARDIASMO
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 12
LAMPIRAN III
RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013
TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN KEPALA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
SISTEMATIKA
BAB I KERANGKA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN
DAN PEMBANGUNAN
A. JUDUL
B. PEMBUKAAN
1. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
2. Jabatan Pembentuk Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan
3. Konsiderans
4. Dasar Hukum
5. Diktum
C. BATANG TUBUH
1. Ketentuan Umum
2. Materi Pokok yang Diatur
3. Sanksi Administratif (jika diperlukan)
3. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)
4. Ketentuan Penutup
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 13
D. PENUTUP
E. LAMPIRAN (jika diperlukan)
BAB II HAL–HAL KHUSUS
A. PENDELEGASIAN KEWENANGAN
B. PENCABUTAN
C. PERUBAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN
PEMBANGUNAN
D. SALINAN
BAB III TATA BAHASA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
A. BAHASA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN
PEMBANGUNAN
B. PILIHAN KATA ATAU ISTILAH
C. TEKNIK PENGACUAN
BAB IV BENTUK RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
A. BENTUK RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
B. BENTUK RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERUBAHAN PERATURAN KEPALA BADAN
PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
C. BENTUK RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PENCABUTAN PERATURAN KEPALA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
D. BENTUK RANCANGAN PERATURAN UNIT KERJA ESELON I BADAN
PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (jika ada delegasi)
E. FORMAT PENGETIKAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 14
BAB I
KERANGKA PERATURAN KEPALA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
1. Kerangka peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) terdiri atas:
A. Judul;
B. Pembukaan;
C. Batang Tubuh;
D. Penutup;
E. Penjelasan (jika diperlukan);
F. Lampiran (jika diperlukan).
A. Judul
2. Judul Peraturan Kepala BPKP memuat keterangan mengenai jenis, nomor,
tahun pengundangan atau penetapan, dan nama Peraturan Kepala BPKP.
3. Nama Peraturan Kepala BPKP dibuat secara singkat dengan hanya
menggunakan 1 (satu) kata atau frasa tetapi secara esensial maknanya telah
dan mencerminkan isi Peraturan Kepala BPKP.
Sampai saat ini belum ada contoh nama Peraturan Kepala BPKP yang
menggunakan 1 (satu) kata:
Contoh nama Peraturan Kepala BPKP yang menggunakan frasa:
− Pengangkatan ke dalam Jabatan Fungsional Auditor melalui Perpindahan
Jabatan dengan Perlakuan Khusus;
4. Judul Peraturan Kepala BPKP ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang
diletakkan di tengah marjin tanpa diakhiri tanda baca.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 15
Contoh:
PERATURAN
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2013
TENTANG
PEDOMAN TATA NASKAH DINAS
5. Judul Peraturan Kepala BPKP tidak boleh ditambah dengan singkatan atau
akronim.
Contoh yang TIDAK TEPAT dengan menambah singkatan:
PERATURAN
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … TAHUN ….
TENTANG
PEDOMAN EVALUASI ATAS PENILAIAN DAN PENETAPAN
ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DI LINGKUNGAN APARAT
PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP)
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 16
Contoh yang TIDAK TEPAT dengan menggunakan akronim:
PERATURAN
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … TAHUN ….
TENTANG
PEDOMAN EVALUASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAERAH (SIMDA)
6. Pada nama Peraturan Kepala BPKP perubahan ditambahkan frasa perubahan
atas di depan judul Peraturan Kepala BPKP yang diubah.
Contoh:
PERATURAN
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … TAHUN ….
TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP- ……/K/…..
TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERWAKILAN BADAN
PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
7. Jika Peraturan Perundang–undangan telah diubah lebih dari 1 (satu) kali, di
antara kata perubahan dan kata atas disisipkan keterangan yang
menunjukkan berapa kali perubahan tersebut telah dilakukan, tanpa merinci
perubahan sebelumnya.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 17
Contoh:
PERATURAN
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … TAHUN ….
TENTANG
PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP- ……/K/…..
TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERWAKILAN BADAN
PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
8. Jika Peraturan Kepala BPKP yang diubah mempunyai nama singkat,
Peraturan Kepala BPKP perubahan dapat menggunakan nama singkat
Peraturan Kepala BPKP yang diubah.
9. Pada nama Peraturan Kepala BPKP pencabutan ditambahkan kata
pencabutan di depan judul Peraturan Kepala BPKP yang dicabut.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 18
Contoh:
PERATURAN
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
PENCABUTAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN
PEMBANGUNAN NOMOR … TAHUN … TENTANG …
B. Pembukaan
10. Pembukaan peraturan memuat:
a. Frase “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”;
b. Jabatan pembentuk peraturan;
c. Konsiderans;
d. Dasar hukum; dan
e. Diktum.
B.1. Frase “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”
11. Pada pembukaan setiap jenis peraturan sebelum nama jabatan pembentuk
peraturan, dicantumkan frase “DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA”
yang diletakkan di tengah marjin tanpa diakhiri tanda baca.
B.2. Jabatan pembentuk peraturan
12. Jabatan pembentuk peraturan ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang
diletakkan di tengah marjin dan diakhiri dengan tanda baca koma.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 19
Contoh:
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK
INDONESIA,
B.3. Konsiderans
13. Konsiderans diawali dengan kata Menimbang yang dicantumkan setelah
jabatan pembentuk Peraturan Kepala BPKP, yang diletakkan di sebelah kiri
marjin, huruf awal ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
baca titik dua (:).
14. Konsiderans memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang
menjadi latar belakang dan alasan pembuatan Peraturan Kepala BPKP.
15. Pokok pikiran pada konsiderans Peraturan Kepala BPKP memuat unsur
filosofis, sosiologis, dan yuridis yang menjadi pertimbangan dan alasan
pembentukan yang penulisannya ditempatkan secara berurutan dari filosofis,
sosiologis, dan yuridis.
16. Jika konsideran memuat lebih dari satu pokok pikiran, setiap pokok pikiran
dirumuskan dalam rangkaian kalimat yang merupakan kesatuan pengertian.
17. Jika konsideran Menimbang pada pembentukan Peraturan Kepala BPKP
dalam rangka:
a. menjalankan kewenangan pejabat pembentuk Peraturan Kepala BPKP;
atau
b. perubahan atau pencabutan Peraturan Kepala BPKP;
seyogyanya memuat unsur sosiologis dan yuridis yang menjadi pertimbangan
dan alasan pembentukannya.
18. Tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf abjad dan dirumuskan dalam
satu kalimat yang diawali dengan kata bahwa dan diakhir dengan tanda baca
titik koma (;).
Contoh:
Menimbang : a. bahwa ……;
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 20
b. bahwa ……;
19. Jika Konsideran Menimbang memuat lebih dari satu pertimbangan, rumusan
butir pertimbangan terakhir pada umumnya berbunyi sebagai berikut “bahwa
berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf …. perlu
menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan tentang …” dan diakhiri dengan tanda baca titik koma (;).
Contoh:
Menimbang : a. bahwa ……;
b. bahwa ……;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan tentang …;
20. Pokok-pokok pikiran yang hanya menyatakan bahwa Peraturan Kepala BPKP
dianggap perlu untuk dibuat adalah kurang tepat karena tidak mencerminkan
tentang latar belakang dan alasan dibuatnya Peraturan Kepala BPKP tersebut.
21. Konsiderans Peraturan Kepala BPKP cukup memuat satu pertimbangan
apabila Peraturan Kepala BPKP tersebut merupakan delegasi dari peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi yang memuat satu pertimbangan yang
berisi uraian ringkas mengenai perlunya melaksanakan ketentuan pasal atau
beberapa pasal dari Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden tersebut
dengan menunjuk pasal atau beberapa pasal dari Peraturan Pemerintah atau
Peraturan Presiden yang memerintahkan pembentukannya.
Contoh:
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor
PER-12/K/JF/2010 tentang Penyesuaian Angka Kredit Auditor.
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 dan
Lampiran V, VI, VII, dan VIII Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/220/M.PAN/7/2008 serta Pasal 4 dan Lampiran VIII,
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 21
IX, X, XI, XII, XIII, dan XIV Peraturan Bersama Kepala
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor PER-
1310/K/JF/2008 dan Nomor 24 Tahun 2008 perlu
menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan tentang Penyesuaian Angka
Kredit Auditor;
B.4. Dasar Hukum
22. Dasar hukum diawali dengan kata Mengingat yang dicantumkan setelah
konsideran Menimbang yang diletakkan di sebelah kiri marjin, huruf awal
ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik dua (:).
23. Dasar hukum memuat:
a. Dasar kewenangan pembentukan Peraturan Kepala BPKP; dan
b. Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang memerintahkan
pembentukan Peraturan Kepala BPKP.
24. Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum
Peraturan Kepala BPKP hanya peraturan perundang-undangan yang
tingkatnya lebih tinggi atau setingkat sesuai dengan tugas dan fungsi BPKP.
25. Peraturan Kepala BPKP yang akan dicabut dengan Peraturan Kepala BPKP
yang akan dibentuk atau peraturan perundang-undangan yang sudah
diundangkan tetapi belum resmi berlaku, tidak dicantumkan sebagai dasar
hukum.
26. Jika jumlah peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar hukum
lebih dari satu, urutan pencantuman perlu memperhatikan tata urutan
peraturan perundang-undangan dan jika tingkatannya sama, disusun secara
kronologis berdasarkan saat pengundangan atau penetapannya.
27. Jika dasar hukum memuat lebih dari satu peraturan perundang-undangan,
tiap dasar hukum diawali dengan angka Arab 1,2,3, dan seterusnya, dan
diakhiri dengan tanda baca titik koma (;).
28. Penulisan judul peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar
hukum, diawali dengan huruf kapital, kecuali kata tentang.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 22
29. Jika terdapat dasar hukum berupa Undang-Undang, kedua huruf u ditulis
dengan huruf kapital.
30. Penulisan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden
yang dijadikan dasar hukum, dilengkapi dengan pencantuman Lembaran
Negara Republik Indonesia dan Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia yang diletakkan di antara tanda baca kurung ( (…) ).
Contoh:
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5223);
2. ……..;
31. Penulisan Peraturan Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian,
yang dijadikan dasar hukum dilengkapi dengan pencantuman Berita Negara
Republik Indonesia dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia yang
diletakkan di antara tanda baca kurung ( (…) ).
Contoh:
Mengingat : 1. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi tentang … (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun … Nomor … , Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia Nomor …);
B.5. Diktum
32. Diktum terdiri atas:
a. kata Memutuskan;
b. kata Menetapkan; dan
c. jenis dan nama Peraturan Kepala BPKP.
33. Kata MEMUTUSKAN ditulis tanpa spasi, diakhiri dengan tanda baca titik dua
(:) tanpa spasi, dan diletakkan ditengah marjin.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 23
Contoh:
MEMUTUSKAN:
34. Kata Menetapkan dicantumkan setelah kata MEMUTUSKAN yang disejajarkan
ke bawah dengan kata Menimbang dan kata Mengingat. Huruf awal kata
Menetapkan ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik
dua (:).
35. Jenis dan nama yang tercantum dalam judul Peraturan Kepala BPKP
dicantumkan kembali setelah kata Menetapkan, tanpa frasa Republik
Indonesia serta ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda baca titik (.).
Contoh:
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN
DAN PEMBANGUNAN TENTANG PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN.
C. Batang Tubuh
36. Batang tubuh memuat semua materi muatan Peraturan Kepala BPKP.
37. Pada umumnya materi muatan dalam batang tubuh Peraturan Kepala BPKP
dikelompokkan ke dalam:
a. ketentuan umum;
b. materi pokok yang diatur;
c. ketentuan peralihan (jika diperlukan); dan
d. ketentuan penutup.
38. Batang tubuh Peraturan Kepala BPKP terdiri atas beberapa pasal.
39. Pengelompokan materi muatan dirumuskan secara lengkap sesuai dengan
kesamaan materi yang bersangkutan dan jika terdapat materi muatan yang
diperlukan tetapi tidak dapat dikelompokkan dalam ruang lingkup
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 24
pengaturan yang sudah ada, materi tersebut dimuat dalam bab ketentuan
lain-lain.
40. Substansi yang berupa sanksi administratif atas pelanggaran terhadap suatu
norma, dirumuskan menjadi satu bagian (pasal) dengan norma yang
memberikan sanksi administratif. Namun demikian jika norma yang dikenai
sanksi administratif cukup banyak dapat dilakukan pengelompokkan dalam
bab atau pasal tersendiri.
41. Pengelompokkan materi Peraturan Kepala BPKP dapat disusun secara
sistematis dalam bab, bagian, dan paragraf.
42. Jika Peraturan Kepala BPKP mempunyai materi muatan yang ruang
lingkupnya sangat luas dan mempunyai banyak pasal, pasal-pasal tersebut
dapat dikelompokkan menjadi bab, bagian dan paragraf.
43. Pengelompokkan materi muatan Peraturan Kepala BPKP dalam bab, bagian
dan paragraf dilakukan atas dasar kesamaan materi.
44. Urutan pengelompokkan materi muatan Peraturan Kepala BPKP adalah
sebagai berikut:
a. pasal-pasal (tanpa bab, bagian, dan paragraf);
b. bab dengan pasal-pasal, tanpa bagian dan paragraf;
c. bab dengan bagian dan pasal-pasal, tanpa paragraf; atau
d. bab dengan bagian dan paragraf yang berisi pasal-pasal.
45. Bab
Bab diberi nomor urut dengan angka Romawi dan judul bab yang seluruhnya
ditulis dengan huruf kapital, diakhiri tanpa tanda baca.
Contoh:
BAB I
KETENTUAN UMUM
46. Bagian
a. Bagian diberi nomor urut dengan bilangan tingkat yang ditulis dengan
huruf dan diberi judul.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 25
b. Huruf awal kata bagian, urutan bilangan, dan setiap kata pada judul
bagian ditulis dengan huruf kapital, kecuali huruf awal partikel yang tidak
terletak pada awal frasa.
Contoh:
Bagian Kesatu
Jabatan Fungsional dan Angka Kredit
47. Paragraf
a. Paragraf diberi nomor urut dengan angka Arab dan diberi judul.
b. Huruf awal dari kata paragraf dan setiap kata pada judul paragraf ditulis
dengan huruf kapital, kecuali huruf awal partikel yang tidak terletak pada
awal frasa
Contoh:
Paragraf 1
SKI di Lingkungan Sekretariat Utama
48. Pasal
a. Pasal merupakan satuan aturan dalam Peraturan Kepala BPKP yang
memuat satu norma dan dirumuskan dalam satu kalimat yang disusun
secara singkat, jelas dan lugas.
b. Materi muatan Peraturan Kepala BPKP lebih baik dirumuskan ke dalam
banyak pasal yang singkat dan jelas daripada ke dalam beberapa pasal
yang masing-masing pasal memuat beberapa ayat, kecuali jika materi
muatan yang menjadi isi pasal itu merupakan satu rangkaian yang tidak
dapat dipisahkan.
c. Pasal diberi nomor urut dengan angka Arab dan huruf awal kata pasal
ditulis dengan huruf kapital
d. Huruf awal kata pasal yang digunakan sebagai acuan ditulis dengan huruf
kapital.
contoh:
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 26
Pasal 9
Dalam hal penelaahan sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (1)
mengakibatkan perubahan materi maupun penyesuaian teknik
penyusunan peraturan perundang-undangan, Kepala Biro Hukum dan
Hubungan Masyarakat meminta kepada Pimpinan Unit Kerja Eselon I atau
Eselon II mandiri untuk membubuhi paraf kembali sebagai bentuk
persetujuan atas perubahan.
e. Pasal dapat dirinci ke dalam beberapa ayat.
f. Ayat diberi nomor urut dengan angka Arab di antara tanda baca kurung (
(…) ) tanpa diakhiri tanda baca titik (.).
g. Satu ayat hanya memuat satu norma yang dirumuskan dalam satu
kalimat.
h. Huruf awal kata ayat yang digunakan sebagai acuan ditulis dengan huruf
kecil.
Contoh:
Pasal 3
(3) Daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Keputusan Kepala BPKP untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
i. Jika satu pasal atau ayat memuat rincian unsur, selain dirumuskan dalam
bentuk kalimat dengan rincian, dapat dirumuskan dalam bentuk tabulasi.
Contoh:
Pasal 6
(1) ….
a. …;
b. …; dan
c. …
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 27
Pasal 9
(1) ….
a. …;
b. …; atau
c. …
Pasal 11
(1) ….
a. …;
b. …; dan/atau
c. …
j. Penulisan bilangan dalam pasal atau ayat selain menggunakan angka arab
diikuti dengan kata atau frasa yang ditulis di antara tanda baca kurung (
(…) ).
k. Jika rumusan pasal atau ayat dengan bentuk tabulasi, memperhatikan
ketentuan sebagai berikut:
1) setiap rincian harus dapat dibaca sebagai satu rangkaian kesatuan
dengan frasa pembuka;
2) setiap rincian menggunakan huruf abjad kecil dan diberi tanda baca
titik (.);
3) setiap frasa dalam rincian diawali dengan huruf kecil;
4) setiap rincian diakhiri dengan tanda baca titik koma (;);
5) Jika suatu rincian dibagi lagi ke dalam unsur yang lebih kecil, unsur
tersebut dituliskan masuk ke dalam;
6) di belakang rincian yang masih mempunyai rincian lebih lanjut diberi
tanda baca titik dua (:);
7) Pembagian rincian (dengan urutan makin kecil) ditulis dengan huruf
abjad kecil yang diikuti dengan tanda baca titik (.), angka Arab diikuti
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 28
dengan tanda baca titik (.), abjad kecil dengan tanda baca kurung tutup
( ) ), angka Arab dengan tanda baca kurung tutup ( ) ); dan
8) pembagian rincian tidak melebihi 4 (empat) tingkatan. Jika rincian
melebihi 4 (empat) tingkatan, pasal yang bersangkutan dibagi ke dalam
pasal atau ayat lain.
l. Jika unsur atau rincian dan dalam tabulasi dimaksudkan sebagai rincian
kumulatif, ditambahkan kata dan yang diletakkan dibelakang rincian
kedua dari rincian terakhir;
m. Jika rincian dalam tabulasi dimaksudkan sebagai rincian alternatif,
ditambahkan kata atau yang diletakkan di belakang rincian kedua dari
rincian terakhir;
n. Jika rincian dalam tabulasi dimaksudkan sebagai kumulatif dan alternatif,
ditambahkan kata dan/atau yang diletakkan di belakang rincian kedua
dari rincian terakhir;
o. Kata dan, atau, dan/atau tidak perlu diulang pada akhir setiap unsur atau
rincian.
Contoh:
(5) …….;
a. ……………; (dan, atau, dan/atau)
b. ……………;
1. …………….; (dan, atau, dan/atau)
2. …………….;
a) …………; (dan, atau, dan/atau)
b) ………….;
1) ………; (dan,atau, dan/atau)
2) ……….;
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 29
C.1. Ketentuan Umum
49. Ketentuan umum diletakkan dalam bab satu. Jika dalam Peraturan Kepala
BPKP tidak dilakukan pengelompokkan bab, ketentuan umum diletakkan
dalam pasal atau beberapa pasal awal.
Contoh:
BAB I
KETENTUAN UMUM
50. Ketentuan umum dapat memuat lebih dari satu pasal. Ketentuan umum
berisi:
a. batasan pengertian atau definisi;
b. singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan pengertian atau
definisi; dan/atau
c. hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau beberapa
pasal berikutnya antara lain ketentuan yang mencerminkan asas,
maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan tersendiri dalam pasal atau bab.
Contoh batasan pengertian:
1. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang selanjutnya
disingkat Kepala BPKP adalah Kepala yang menyelenggarakan tugas dan
fungsi pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan.
2. …. dan seterusnya.
Contoh definisi:
1. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam
rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi keahlian dan atau
keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi.
2. … dan seterusnya.
Contoh singkatan:
1. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, selanjutnya disebut APIP adalah
instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 30
pengawasan intern di lingkungan pemerintah pusat dan/atau pemerintah
daerah, yang terdiri dari BPKP, Inspektorat Jenderal Kementerian,
Inspektorat/Unit Pengawasan Intern pada Kementerian Negara,
Inspektorat Utama/Inspektorat Lembaga Pemerintah Non Kementerian,
Inspektorat/Unit Pengawasan Intern pada Kesekretariatan Lembaga Tinggi
Negara dan Lembaga Negara, Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, dan
Unit Pengawasan Intern pada Badan Hukum Pemerintah lainnya sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan.
2. … dan seterusnya.
Contoh akronim:
1. Sistem Informasi Manajemen Daerah yang selanjutnya disebut Simda
adalah Pengembangan Sistem Informasi yang direalisasikan melalui
komputerisasi (computerized information system) dilakukan melalui suatu
tahapan yang disebut sistem analisis dan desain.
2. ... dan seterusnya.
51. Frasa pembuka dalam ketentuan umum pada Peraturan Kepala BPKP
berbunyi sebagai berikut:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan ini,
yang dimaksud dengan:
1. Aparat Pengawasan Fungsional Intern Pemerintah adalah……..
2. …………….
52. Dalam hal ketentuan umum memuat batasan pengertian atau definisi,
singkatan atau akronim lebih dari satu, masing-masing uraiannya diberi
nomor urut dengan angka Arab dan diawali dengan huruf kapital serta
diakhiri dengan tanda baca titik (.).
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 31
53. Kata atau istilah yang dimuat dalam ketentuan umum hanyalah kata atau
istilah yang digunakan berulang-ulang di dalam pasal atau beberapa pasal
selanjutnya.
54. Dalam hal rumusan definisi dari suatu Peraturan Perundang-undangan
dirumuskan kembali dalam Peraturan Kepala BPKP yang akan dibentuk,
rumusan definisi tersebut harus sama dengan rumusan definisi dalam
Peraturan Kepala BPKP yang mengatur permasalahan sejenis dan telah
berlaku.
55. Rumusan batasan pengertian suatu Peraturan Kepala BPKP dapat berbeda
dengan rumusan Peraturan Perundang-undangan yang lain karena
disesuaikan dengan kebutuhan terkait dengan materi muatan yang akan
diatur.
56. Dalam hal suatu kata atau istilah hanya digunakan satu kali, namun kata
atau istilah itu diperlukan pengertiannya untuk suatu bab, bagian, atau
paragraf tertentu, kata atau istilah itu diberi definisi.
57. Dalam hal suatu batasan pengertian atau definisi perlu dikutip kembali di
dalam ketentuan umum suatu peraturan pelaksanaan, rumusan batasan
pengertian atau definisi di dalam peraturan pelaksanaan harus sama dengan
rumusan batasan pengertian atau definisi yang terdapat di dalam peraturan
lebih tinggi yang dilaksanakan tersebut.
58. Karena batasan pengertian atau definisi, singkatan, atau akronim berfungsi
untuk menjelaskan makna suatu kata atau istilah maka batasan pengertian
atau definisi, singkatan, atau akronim tidak perlu diberi penjelasan, dan
karena itu harus dirumuskan dengan lengkap dan jelas sehingga tidak
menimbulkan pengertian ganda.
59. Penulisan huruf awal tiap kata atau istilah yang sudah didefinisikan atau
diberi batasan pengertian dalam ketentuan umum ditulis dengan huruf
kapital baik digunakan dalam norma yang diatur, penjelasan maupun dalam
lampiran.
60. Urutan penempatan kata atau istilah dalam ketentuan umum hendaknya
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 32
a. pengertian yang mengatur tentang lingkup umum ditempatkan lebih
dahulu dari yang lingkup khusus;
b. pengertian yang terdapat lebih dahulu di dalam materi pokok yang diatur
ditempatkan dalam urutan yang lebih dahulu; dan
c. pengertian yang mempunyai kaitan dengan pengertian di atasnya
diletakkan berdekatan secara berurutan.
C.2 Materi Pokok yang Diatur
61. Materi yang diatur ditempatkan langsung setelah bab ketentuan umum dan
jika tidak ada pengelompokan bab, materi pokok yang diatur diletakkan
setelah pasal atau beberapa pasal ketentuan umum.
62. Pembagian materi pokok ke dalam kelompok yang lebih kecil dilakukan
menurut kriteria yang dijadikan dasar pembagian.
Contoh:
Pembagian berdasarkan tujuan, seperti ……………….
C.3. Ketentuan Sanksi Administratif
63. Sanksi dalam Peraturan Kepala BPKP pada prinsipnya hanya dimungkinkan
dalam bentuk sanksi administratif dan/atau sanksi keperdataan berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan.
64. Substansi yang berupa sanksi administratif atas pelanggaran suatu norma,
dirumuskan menjadi satu bagian (pasal) dengan norma yang memberikan
sanksi administratif.
65. Jika norma yang memberikan sanksi administratif terdapat lebih dari satu
pasal, sanksi administratif dirumuskan dalam pasal terakhir dari bagian
(pasal) tersebut.
66. Sanksi administratif dapat berupa antara lain pencabutan izin, pengawasan,
pemberhentian sementara, atau denda administratif.
67. Sanksi keperdataan dapat berupa antara lain ganti kerugian sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan.
C.4. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 33
68. Ketentuan Peralihan memuat penyesuaian pengaturan tindakan hukum atau
hubungan hukum yang sudah ada berdasarkan Peraturan Kepala BPKP yang
lama terhadap Peraturan Kepala BPKP yang baru, yang bertujuan untuk:
a. menghindari terjadinya kekosongan hukum;
b. menjamin kepastian hukum;
c. memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang terkena dampak
perubahan ketentuan Peraturan Kepala BPKP; dan
d. mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat sementara.
69. Ketentuan Peralihan dimuat dalam Bab Ketentuan Peralihan dan ditempatkan
sebelum Bab Ketentuan Penutup. Jika dalam Peraturan Kepala BPKP tidak
diadakan pengelompokkan bab, pasal atau beberapa pasal yang memuat
Ketentuan Peralihan ditempatkan sebelum pasal atau beberapa pasal yang
memuat ketentuan penutup.
70. Di dalam Peraturan Kepala BPKP yang baru, dapat dimuat ketentuan
mengenai penyimpangan sementara atau penundaan sementara bagi
tindakan hukum atau hubungan hukum tertentu.
71. Penyimpangan sementara terhadap ketentuan Peraturan Kepala BPKP
berlaku juga bagi ketentuan yang diberlakusurutkan.
72. Jika suatu Peraturan Kepala BPKP diberlakukan surut, Peraturan Kepala
BPKP tersebut hendaknya memuat ketentuan mengenai status dari tindakan
hukum yang terjadi, atau hubungan hukum yang ada di dalam tenggang
waktu antara tanggal mulai berlaku surut dan tanggal mulai berlaku
pengundangannya.
73. Jika penerapan suatu ketentuan Peraturan Kepala BPKP dinyatakan ditunda
sementara bagi tindakan hukum atau hubungan hukum tertentu, ketentuan
Peraturan Kepala BPKP tersebut harus memuat secara tegas dan rinci
tindakan hukum atau hubungan hukum yang dimaksud, serta jangka waktu
atau persyaratan berakhirnya penundaan sementara tersebut.
74. Rumusan dalam Ketentuan Peralihan tidak memuat perubahan terselubung
atas ketentuan Peraturan Kepala BPKP lain. Perubahan ini hendaknya
dilakukan dengan membuat batasan pengertian baru di dalam Ketentuan
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 34
Umum Peraturan Kepala BPKP atau dilakukan dengan membuat Peraturan
Kepala BPKP perubahan.
C.5. Ketentuan Penutup
75. Ketentuan Penutup ditempatkan dalam bab terakhir. Jika tidak diadakan
pengelompokkan bab, Ketentuan Penutup ditempatkan dalam pasal atau
beberapa pasal terakhir. Pada umumnya Ketentuan Penutup memuat
ketentuan mengenai:
a. penunjukan organ atau alat kelengkapan yang melaksanakan Peraturan
Kepala BPKP;
b. nama singkat Peraturan Kepala BPKP;
c. status Peraturan Kepala BPKP yang sudah ada; dan
d. saat mulai berlaku Peraturan Kepala BPKP.
76. Penunjukan organ atau alat kelengkapan yang melaksanakan Peraturan
Kepala BPKP yang bersifat:
a. menjalankan, misalnya penunjukan pejabat tertentu yang diberi
kewenangan untuk memberikan ijin, pengangkat pegawai, dan lain-lain.
b. mengatur, misalnya memberikan kewenangan untuk membuat peraturan.
c. menetapkan, misalnya memberikan kewenangan untuk menetapkan
keputusan sebagai pelaksanaan Peraturan Kepala BPKP atau Keputusan
Kepala BPKP.
Contoh:
Pasal 10
Ketentuan mengenai petunjuk teknis dan tindak lanjut Pedoman Pengelolaan
Bidang Investigasi ditetapkan dengan Peraturan Deputi Kepala BPKP Bidang
Investigasi.
77. Bagi nama Peraturan Kepala BPKP yang panjang dapat dimuat ketentuan
mengenai nama singkat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. nomor dan tahun pengeluaran peraturan yang bersangkutan tidak
dicantumkan;
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 35
b. nama singkat bukan berupa singkatan atau akronim, kecuali jika
singkatan atau akronim itu sudah sangat dikenal dan tidak menimbulkan
salah pengertian.
78. Nama singkat tidak memuat pengertian yang menyimpang dari isi dan nama
peraturan.
79. Nama Peraturan Kepala BPKP yang sudah singkat tidak perlu diberikan nama
singkat.
80. Sinonim tidak dapat digunakan untuk nama singkat.
81. Jika materi muatan dalam Peraturan Kepala BPKP yang baru menyebabkan
perubahan atau penggantian seluruh atau sebagian materi muatan dalam
Peraturan Kepala BPKP yang lama, dalam Peraturan Kepala BPKP yang baru
harus secara tegas diatur mengenai pencabutan seluruh atau sebagian materi
muatan Peraturan Kepala BPKP yang lama.
82. Rumusan pencabutan Peraturan Kepala BPKP diawali dengan frasa “Pada
saat …(jenis Peraturan Kepala BPKP) ini mulai berlaku,……” kecuali untuk
pencabutan yang dilakukan dengan Peraturan Kepala BPKP pencabutan
tersendiri.
83. Demi kepastian hukum, pencabutan Peraturan Kepala BPKP tidak
dirumuskan secara umum tetapi menyebutkan dengan tegas Peraturan
Kepala BPKP yang dicabut.
84. Untuk mencabut Peraturan Kepala BPKP yang telah diundangkan dan telah
mulai berlaku, gunakan frasa dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Contoh:
Pasal 14
Pada saat Peraturan Kepala BPKP ini mulai berlaku, Keputusan Kepala BPKP
Nomor … tentang …, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
85. Jika jumlah Peraturan Kepala BPKP yang dicabut lebih dari 1 (satu), cara
penulisan dilakukan dengan rincian dalam bentuk tabulasi.
Contoh:
Pada saat Peraturan Kepala ini mulai berlaku:
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 36
a. Peraturan Kepala Nomor … Tahun … tentang …;
b. Peraturan Kepala Nomor … Tahun … tentang …;
c. Peraturan Kepala …; dan
d. … dan seterusnya,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
86. Pencabutan Peraturan Kepala BPKP disertai dengan keterangan mengenai
status hukum dari peraturan pelaksanaan atau keputusan yang telah
dikeluarkan berdasarkan Peraturan Kepala BPKP yang dicabut.
87. Untuk mencabut Peraturan Kepala BPKP yang telah diundangkan tetapi
belum mulai berlaku, gunakan frasa ditarik kembali dan dinyatakan tidak
berlaku.
Contoh:
Pada saat Peraturan Kepala ini mulai berlaku, Peraturan Kepala Nomor ...
Tahun... tentang ... (Berita Negara Republik Indonesia Tahun ... Nomor...,
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor ...) ditarik kembali dan
dinyatakan tidak berlaku.
88. Pada dasarnya Peraturan Kepala BPKP mulai berlaku pada saat Peraturan
Kepala BPKP tersebut diundangkan.
Contoh:
Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
89. Jika ada penyimpangan terhadap saat mulai berlakunya Peraturan Kepala
BPKP tersebut pada saat diundangkan, hal ini dinyatakan secara tegas di
dalam Peraturan Kepala BPKP tersebut dengan:
a. menentukan tanggal tertentu saat peraturan akan berlaku;
Contoh:
Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal 28 Agustus 2012.
b. menyerahkan penetapan saat mulai berlakunya kepada Peraturan Kepala
BPKP lain yang tingkatannya sama
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 37
Contoh:
Saat mulai berlakunya Peraturan Kepala ini akan ditetapkan dengan
Peraturan Kepala BPKP.
c. dengan menentukan lewatnya tenggang waktu tertentu sejak saat
pengundangan atau penetapan. Agar tidak menimbulkan kekeliruan
penafsiran gunakan frasa setelah ... (tenggang waktu) terhitung sejak
tanggal diundangkan.
Contoh:
Peraturan Kepala ini mulai berlaku setelah 1 (satu) tahun terhitung sejak
tanggal diundangkan.
90. Tidak menggunakan frasa “... mulai berlaku efektif pada tanggal ... “ atau
yang sejenisnya, karena frasa ini menimbulkan ketidakpastian mengenai saat
berlakunya suatu Peraturan Kepala BPKP yaitu saat diundangkan atau saat
berlaku efektif.
91. Pada dasarnya saat mulai berlaku Peraturan Kepala BPKP adalah sama bagi
seluruh bagian Peraturan Kepala BPKP dan seluruh wilayah negara Republik
Indonesia.
92. Penyimpangan terhadap saat mulai berlaku Peraturan Kepala BPKP
dinyatakan secara tegas dengan:
a. menetapkan ketentuan dalam Peraturan Kepala BPKP itu yang berbeda
saat mulai berlakunya;
Contoh:
Pasal 45
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4) mulai berlaku pada tanggal… .
b. menetapkan saat mulai berlaku yang berbeda bagi unit kerja tertentu.
Contoh:
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 38
Pasal 40
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) mulai berlaku
untuk Perwakilan BPKP Provinsi Gorontalo pada Tahun ...
93. Pada dasarnya mulai berlakunya Peraturan Kepala BPKP tidak dapat
ditentukan lebih awal daripada saat pengundangannya.
94. Jika ada alasan yang kuat untuk memberlakukan Peraturan Kepala BPKP
lebih awal daripada saat pengundangannya (berlaku surut), diperhatikan hal
sebagai berikut:
a. rincian mengenai pengaruh ketentuan berlaku surut itu terhadap
tindakan hukum, hubungan hukum, dan akibat hukum tertentu yang
sudah ada, dimuat dalam ketentuan peralihan;
b. awal dari saat mulai berlaku Peraturan Kepala BPKP ditetapkan tidak
lebih dahulu daripada saat rancangan Peraturan Kepala BPKP tersebut
mulai diketahui oleh masyarakat, misalnya, saat rancangan Peraturan
Kepala BPKP tersebut tercantum dalam program perencanaan
penyusunan Peraturan Kepala BPKP.
95. Saat mulai berlaku Peraturan Kepala BPKP, pelaksanaannya tidak boleh
ditetapkan lebih awal daripada saat mulai berlaku Peraturan Kepala BPKP
yang mendasarinya.
96. Saat mulai berlakunya Peraturan Kepala BPKP yang merupakan pelaksanaan
dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau setingkat tidak
boleh ditetapkan lebih awal daripada saat mulai berlakunya Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi atau setingkat yang mendasarinya.
97. Peraturan Kepala BPKP hanya dicabut dengan Peraturan Kepala BPKP atau
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
D. PENUTUP
98. Penutup merupakan bagian akhir Peraturan Kepala BPKP yang memuat:
a. rumusan perintah pengundangan dan penempatan Peraturan Kepala BPKP
dalam Berita Negara Republik Indonesia;
b. penandatanganan penetapan Peraturan Kepala BPKP;
c. pengundangan Peraturan Kepala BPKP; dan
d. akhir bagian penutup.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 39
99. Rumusan perintah pengundangan dan penempatan Peraturan Kepala BPKP
dalam Berita Negara Republik Indonesia hanya terdapat pada Peraturan
Kepala BPKP, yang bukan merupakan bagian dari pasal di atasnya dan
tidak perlu ditempatkan dalam pasal tersendiri.
100. Rumusan perintah pengundangan dan penempatan dalam Berita Negara
Republik Indonesia berbunyi sebagai berikut:
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Kepala ini dengan menempatkannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
101. Penandatanganan dan penetapan Peraturan Kepala BPKP memuat:
a. tempat dan tanggal penetapan;
b. nama jabatan;
c. tanda tangan pejabat; dan
d. nama lengkap pejabat yang menandatangani, tanpa gelar, pangkat,
golongan, dan nomor induk pegawai.
102. Rumusan tempat dan tanggal penetapan diletakkan di sebelah kanan.
103. Nama jabatan dan nama pejabat ditulis dengan huruf kapital. Pada akhir
nama jabatan diberi tanda baca koma (,).
Contoh:
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal …
KEPALA BADAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
REPUBLIK INDONESIA,
MARDIASMO
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 40
104. Pengundangan Peraturan Kepala BPKP memuat:
a. tempat dan tanggal pengundangan;
b. nama jabatan yang berwenang mengundangkan;
c. tanda tangan; dan
d. nama lengkap pejabat yang menandatangani, tanpa gelar, pangkat
golongan dan nomor induk pegawai.
105. Tempat dan tanggal pengundangan Peraturan Kepala BPKP diletakkan
sebelah kiri (di bawah penandatanganan penetapan).
106. Nama jabatan dan nama pejabat ditulis dengan huruf kapital. Pada akhir
nama jabatan diberi tanda baca koma (,).
Contoh:
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal …
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
107. Pada akhir bagian penutup dicantumkan Berita Negara Republik Indonesia
beserta tahun dan nomor Berita Negara tersebut.
108. Penulisan frasa Berita Negara Republik Indonesia ditulis seluruhnya dengan
huruf capital dan diletakkan di kiri margins (alignment: left).
Contoh:
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN … NOMOR …
109. Peraturan Kepala BPKP dapat diberi penjelasan jika diperlukan.
E. LAMPIRAN
110. Dalam hal Peraturan Kepala BPKP memerlukan lampiran, hal tersebut
harus dinyatakan secara tegas dalam batang tubuh, dan pernyataan bahwa
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 41
lampiran dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Kepala BPKP yang bersangkutan.
Contoh I:
… sebagaimana tercantum dalam Lampiran … yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala BPKP ini.
111. Dalam hal Peraturan Kepala BPKP memerlukan lampiran, formatnya adalah
sebagai berikut:
a. Lampiran diletakkan di halaman berikut sesudah penutup;
b. kata “Lampiran” ditempatkan di bagian kanan marjin, semuanya ditulis
dengan huruf kapital. Bila Lampiran lebih dari satu, maka pada kata
Lampiran ditambahkan angka Romawi I, II, dan seterusnya;
c. di bawah kata “Lampiran” ditempatkan judul Peraturan Kepala BPKP
yang semuanya ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda baca;
Contoh:
LAMPIRAN I
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR TAHUN 2013
TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN KEPALA BPKP DI
LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN
DAN PEMBANGUNAN
d. di bawah nama Peraturan Kepala BPKP ditempatkan judul/nama
Lampiran yang diletakkan di bagian tengah marjin dengan huruf kapital,
tanpa tanda baca;
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 42
Contoh:
PEDOMAN PENJAMINAN KUALITAS PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
e. di bawah judul/nama Lampiran ditempatkan materil/isi Lampiran;
Contoh:
PEDOMAN PENJAMINAN KUALITAS PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
SISTEMATIKA
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. DASAR HUKUM
C. dan seterusnya ..
BAB II PEDOMAN PENJAMINAN KUALITAS
A. METODE PENJAMINAN KUALITAS
B. MEKANISME PENJAMINAN KUALITAS
C. dan seterusnya …
f. dalam hal Lampiran lebih dari satu halaman, kata “Lampiran” cukup
diletakkan pada halaman pertama;
g. setiap halaman Lampiran diberi nomor halaman yang diletakkan di
bagian tengah atas marjin dengan angka Arab, kecuali pada halaman
pertama tidak diberi nomor; dan
h. pada akhir Lampiran harus dicantumkan nama dan tandatangan pejabat
yang menetapkan Peraturan Kepala BPKP.
112. Peraturan Pimpinan Unit Kerja Eselon I berlaku secara mutatis mutandis
dalam Lampiran ini.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 43
BAB II
HAL-HAL KHUSUS
A. PENDELEGASIAN KEWENANGAN
113. Pendelegasian kewenangan pengaturan kepada Peraturan Pimpinan Unit
Kerja Eselon I hanya dimungkinkan untuk hal-hal yang sifatnya teknis
administratif.
114. Pendelegasian kewenangan harus menyebutkan secara tegas mengenai
ruang lingkup materi dan jenis peraturan pelaksanaan.
Contoh:
Ketentuan lebih lanjut mengenai Audit Investigatif diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi
a. Dalam pendelegasian kewenangan sedapat mungkin dihindari adanya
delegasi blanko.
Contoh delegasi blanko:
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Kepala BPKP ini, diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Deputi Kepala BPKP Bidang …………..
b. Peraturan pelaksanaan hendaknya tidak mengulangi ketentuan norma
yang telah diatur di dalam peraturan yang mendelegasikan, kecuali jika
hal tersebut memang tidak dapat dihindari.
c. Di dalam peraturan pelaksanaan tidak mengutip kembali rumusan
norma atau ketentuan yang terdapat dalam peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi yang mendelegasikan. Pengutipan kembali
dapat dilakukan sepanjang rumusan norma atau ketentuan tersebut
diperlukan sebagai pengantar (aanloop) untuk merumuskan norma atau
ketentuan lebih lanjut di dalam pasal atau beberapa pasal atau ayat
atau beberapa ayat selanjutnya.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 44
B. PENCABUTAN
115. Pencabutan dilakukan apabila terjadi hal-hal:
a. Jika ada Peraturan Kepala BPKP yang tidak diperlukan lagi dan diganti
dengan Peraturan Kepala BPKP baru, Peraturan Kepala BPKP yang baru
harus secara tegas mencabut Peraturan Kepala BPKP yang lama,
Peraturan Kepala BPKP yang baru harus secara tegas mencabut
Peraturan Kepala BPKP yang tidak diperlukan itu.
b. Jika materi dalam Peraturan Kepala BPKP yang baru menyebabkan
perlu penggantian sebagian atau seluruh materi dalam Peraturan Kepala
BPKP yang lama, di dalam Peraturan Kepala BPKP yang baru harus
secara tegas diatur mengenai pencabutan sebagian atau seluruh
Peraturan Kepala BPKP yang lama.
c. Peraturan Kepala BPKP hanya dapat dicabut melalui peraturan
perundang-undangan yang setingkat atau lebih tinggi.
d. Pencabutan melalui Peraturan Perundang-undangan yang tingkatannya
lebih tinggi dilakukan jika Peraturan Perundang-undangan lebih tinggi
tersebut dimaksudkan untuk menampung kembali seluruh atau
sebagian dari materi Peraturan Kepala BPKP yang dicabut itu.
e. Jika Peraturan Kepala BPKP baru mengatur kembali suatu materi yang
sudah diatur dan sudah diberlakukan, pencabutan Peraturan Kepala
BPKP itu dinyatakan dalam salah satu pasal dalam ketentuan penutup
dari Peraturan Kepala BPKP yang baru, dengan menggunakan rumusan
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
f. Pencabutan Peraturan Kepala BPKP yang sudah diundangkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia tetapi belum mulai berlaku, dapat
dilakukan dengan peraturan tersendiri dengan menggunakan rumusan
ditarik kembali dan dinyatakan tidak berlaku.
g. Jika pencabutan Peraturan Kepala BPKP dilakukan dengan peraturan
pencabutan tersendiri, peraturan pencabutan tersebut pada dasarnya
memuat 2 (dua) pasal yang tertulis dengan angka arab, yaitu sebagai
berikut:
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 45
1) Pasal 1 memuat ketentuan yang menyatakan tidak berlakunya
Peraturan Kepala BPKP yang sudah diundangkan/ditetapkan.
2) Pasal 2 memuat ketentuan tentang saat mulai berlakunya Peraturan
Kepala BPKP pencabutan yang bersangkutan.
Contoh:
Pasal 1
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Nomor … Tahun … tentang … (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
…Nomor …) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 2
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan ini
mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
116. Pencabutan Peraturan Kepala BPKP yang menimbulkan perubahan dalam
Peraturan Perundang-undangan lain yang terkait, tidak mengubah
Peraturan Perundang-undangan lain yang terkait tersebut, kecuali
ditentukan lain secara tegas.
117. Peraturan Kepala BPKP atau ketentuan yang telah dicabut tetap tidak
berlaku, meskipun Peraturan Kepala BPKP yang mencabut di kemudian hari
dicabut pula.
C. PERUBAHAN
118. Perubahan dilakukan dengan:
a. menyisipkan atau menambah materi ke dalam Peraturan Kepala BPKP;
b. menghapus atau mengganti sebagian materi Peraturan Kepala BPKP.
119. Untuk perubahan Peraturan Kepala BPKP, batang tubuh terdiri atas 2 (dua)
pasal yang ditulis dengan angka Romawi yaitu:
a. Pasal I yang memuat judul peraturan yang diubah atau pasal yang
diubah dan memuat seluruh materi perubahan; dan
b. Pasal II yang memuat ketentuan tentang saat mulai berlaku.
120. Jika materi perubahan lebih dari satu pasal, setiap urutan perubahan
dirinci dengan angka Arab (1,2,3, dan seterusnya).
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 46
Contoh:
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Kepala BPKP Nomor … Tahun …
tentang …, diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 10
………………………………………………………
2. Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 17
………………………………………………………
3. dan seterusnya……………
Pasal II
Peraturan Kepala BPKP ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
121. Jika hanya ditambah atau disisipkan pasal baru, pasal baru dicantumkan
di tempat sesuai dengan materi yang bersangkutan.
122. Pasal baru yang disisipkan di antara keduanya, ditambah huruf kapital
(A,B,C dan seterusnya) pada nomor pasal baru.
Contoh:
4. Di antara Pasal 5 dan Pasal 6 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 5A
dan Pasal 5B sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 5A
…………………………………………………………
Pasal 5B
…………………………………………………………
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 47
123. Jika dalam Peraturan Kepala BPKP disisipkan ayat baru yang tidak
merupakan pengganti ayat yang dihapus, ayat baru itu hendaknya
dicantumkan pada tempat yang sesuai dengan materinya. Ayat baru
tersebut disisipkan diantara keduanya dengan tambahan huruf/abjad kecil
a,b,c dan seterusnya yang diletakan diantara tanda baca kurung (()).
Contoh:
5. Di antara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 20 disisipkan 2 (dua) ayat, yakni
ayat (1a) dan ayat (1b) sehingga Pasal 20 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 20
a. …
(1a) …
(1b) …
b. …
124. Perubahan Peraturan Kepala BPKP hendaknya tidak mengubah sistimatika
yang ada dalam Peraturan Kepala BPKP.
125. Jika sistimatika berubah atau materi berubah lebih dari 50% (lima puluh
persen) atau esensinya berubah, Peraturan Kepala BPKP tersebut lebih baik
dicabut dan disusun kembali dalam Peraturan Kepala BPKP yang baru.
126. Jika yang diubah Lampiran Peraturan Kepala BPKP, nama Peraturan Kepala
BPKP ditulis Perubahan Atas Peraturan Kepala BPKP yang diubah.
Selanjutnya, redaksional untuk mengubah lampiran dituangkan dalam
Pasal.
Contoh:
Pasal I
Mengubah Lampiran I dan Lampiran IV Peraturan Kepala BPKP Nomor …
Tahun … sehingga menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan
Lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Kepala BPKP ini.
Pasal II
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 48
Peraturan Kepala BPKP ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
127. Jika dalam suatu Peraturan Kepala BPKP dilakukan penghapusan atas
suatu bab, bagian, paragraf, pasal, atau ayat, maka urutan bab, bagian,
paragraf, pasal atau ayat tersebut tetap dicantumkan dengan diberi
keterangan dihapus.
Contoh:
a. Pasal 20 dihapus.
b. Pasal 25 ayat (3) dihapus, sehingga Pasal 25 berbunyi sebagai berikut:
(1) …..
(2) …..
(3) Dihapus
D. SALINAN
128. Peraturan Kepala BPKP hanya boleh beredar jika salinannya telah disahkan
oleh Kepala Biro Hukum dan Humas atau pejabat yang diberi wewenang
untuk mengesahkan dan diberi cap dinas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Contoh:
Salinan sesuai dengan aslinya,
Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat
tanda tangan
NAMA (tanpa gelar dan/atau pangkat)
NIP…….
129. Setiap Peraturan Kepala BPKP diberi nomor halaman pada setiap lembar
halaman dengan menggunakan angka Arab diletakkan pada tengah atas,
kecuali halaman pertama tidak diberi nomor.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 49
BAB III
TATA BAHASA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN
PEMBANGUNAN
A. BAHASA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN
PEMBANGUNAN
130. Bahasa Peraturan Kepala BPKP pada dasarnya tunduk pada kaidah tata
Bahasa Indonesia, baik pembentukan kata, penyusunan kalimat, teknik
penulisan, maupun pengejaannya. Namun bahasa Peraturan Kepala BPKP
mempunyai corak tersendiri yang bercirikan kejernihan atau kejelasan
pengertian, kelugasan, kebakuan, keserasian, dan ketaatan asas sesuai
dengan kebutuhan hukum baik dalam perumusan maupun cara penulisan
serta sesuai dengan kaidah ketentuan peraturan perundang-undangan.
131. Ciri-ciri bahasa Peraturan Perundang-undangan yang digunakan untuk
Peraturan Kepala BPKP antara lain:
a. lugas dan pasti untuk menghindari kesamaan arti atau kerancuan;
b. bercorak hemat hanya kata yang diperlukan yang dipakai;
c. objektif dan menekan rasa subjektif (tidak emosi dalam mengungkapkan
tujuan atau maksud);
d. membakukan makna kata, ungkapan atau istilah yang digunakan
secara konsisten;
e. memberikan definisi atau batasan pengertian secara cermat;
f. penulisan kata yang bermakna tunggal atau jamak selalu dirumuskan
dalam bentuk tunggal; dan
g. penulisan huruf awal dari kata, frasa atau istilah yang sudah
didefinisikan atau diberikan batasan pengertian, nama jabatan, nama
profesi, nama institusi/lembaga pemerintah/ketatanegaraan, dan jenis
Peraturan Perundang-undangan dan rancangan Peraturan Perundang-
undangan dalam rumusan norma ditulis dengan huruf kapital.
BAB III…
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 50
Contoh: . . .
- Pemerintah
- Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
- Rancangan Peraturan Presiden
132. Dalam merumuskan ketentuan Peraturan Kepala BPKP digunakan kalimat
yang tegas, jelas, singkat, dan mudah dimengerti.
133. Tidak menggunakan kata atau frasa yang artinya tidak menentu atau
konteksnya dalam kalimat tidak jelas.
Contoh:
Istilah minuman keras mempunyai makna yang kurang jelas dibandingkan
dengan istilah minuman beralkohol.
134. Dalam merumuskan ketentuan Peraturan Kepala BPKP, gunakan kaidah
tata bahasa Indonesia yang baku.
Contoh kalimat yang tidak baku:
Kenaikan pangkat pegawai yang melanggar aturan perilaku sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dapat ditunda.
Contoh kalimat yang baku:
Pegawai yang melanggar kewajiban aturan perilaku dimaksud dalam Pasal 6
dapat ditunda kenaikan pangkatnya.
135. Untuk memberikan perluasan pengertian kata atau istilah yang sudah
diketahui umum tanpa membuat definisi baru, gunakan kata meliputi.
Contoh:
(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. laporan posisi keuangan (neraca);
b. laporan akitivitas;
c. laporan arus kas; dan
d. catatan atas laporan keuangan
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 51
136. Untuk mempersempit pengertian kata atau isilah yang sudah diketahui
umum tanpa membuat definisi baru, gunakan kata tidak meliputi.
Contoh:
Laporan arus kas tidak meliputi …
137. Tidak memberikan arti kepada kata atau frasa yang maknanya terlalu
menyimpang dari makna yang biasa digunakan dalam penggunaan bahasa
sehari-hari.
138. Di dalam Peraturan Kepala BPKP yang sama, tidak menggunakan:
a. beberapa istilah yang berbeda untuk menyatakan satu pengertian yang
sama. Istilah gaji, upah, atau pendapatan dapat menyatakan pengertian
penghasilan. Jika untuk menyatakan penghasilan, dalam suatu pasal
telah digunakan kata gaji maka dalam pasal-pasal selanjutnya jangan
menggunakan kata upah atau pendapatan untuk menyatakan
pengertian penghasilan.
b. satu istilah untuk beberapa pengertian yang berbeda.
Contoh:
Istilah penangkapan tidak digunakan untuk meliputi pengertian penahanan
atau pengamanan karena pengertian penahanan tidak sama dengan
pengertian pengamanan.
139. Jika membuat pengacuan ke pasal atau ayat lain, tidak boleh menggunakan
frasa tanpa mengurangi, dengan tidak mengurangi, atau tanpa menyimpang
dari.
140. Untuk menghindari perubahan nama kementerian/lembaga, penyebutan
menteri/kepala LPNK sebaiknya menggunakan penyebutan yang didasarkan
pada urusan pemerintahan dimaksud.
Contoh:
Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang keuangan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 52
141. Penyerapan kata, frasa, atau istilah bahasa asing yang banyak dipakai dan
telah disesuaikan ejaannya dengan kaidah Bahasa Indonesia dapat
digunakan jika:
a. mempunyai konotasi yang cocok;
b. lebih singkat bila dibandingkan dengan padanannya dalam Bahasa
Indonesia;
c. mempunyai corak internasional;
d. lebih mempermudah tercapainya kesepakatan; atau
e. lebih mudah dipahami daripada terjemahannya dalam Bahasa
Indonesia.
Contoh:
1. Pilot Project
2. Grand Design
142. Penggunaan kata, frasa, atau istilah bahasa asing hanya digunakan di
dalam lampiran Peraturan Kepala BPKP. Kata, frasa, atau istilah bahasa
asing itu didahului oleh padanannya dalam Bahasa Indonesia, ditulis
miring, dan diletakkan diantara tanda baca kurung ( ).
Contoh:
1. Penjaminan Kualitas (Quality Assurance)
2. Konsultasi (Consulting)
B. PILIHAN KATA ATAU ISTILAH
143. Untuk menyatakan maksimum dan minimum bagi satuan:
a. waktu, gunakan frasa paling singkat atau paling lama untuk
menyatakan jangka waktu;
Contoh 1:
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 53
Peraturan pelaksanaan Peraturan Kepala BPKP ini harus ditetapkan
paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan Kepala BPKP ini
diundangkan.
Contoh 2:
Kepala BPKP … dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung
sejak ...
b. waktu, gunakan frasa paling lambat atau paling cepat untuk
menyatakan batas waktu.
Contoh:
Aturan perilaku pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 wajib
diterapkan oleh setiap pegawai paling lambat tanggal 22 Juli 2011.
c. jumlah uang, gunakan frasa paling sedikit atau paling banyak;
d. jumlah non-uang, gunakan frasa paling rendah dan paling tinggi.
144. Untuk menyatakan makna tidak termasuk, gunakan kata kecuali. Kata
kecuali ditempatkan di awal kalimat, jika yang dikecualikan adalah seluruh
kalimat.
145. Kata kecuali ditempatkan langsung di belakang suatu kata, jika yang akan
dibatasi hanya kata yang bersangkutan.
146. Untuk menyatakan makna termasuk, gunakan kata selain.
147. Untuk menyatakan makna pengandaian atau kemungkinan, digunakan
kata jika, apabila, atau frasa dalam hal.
a. Kata jika digunakan untuk menyatakan suatu hubungan kausal (pola
karena-maka).
Contoh:
Jika pegawai melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6, kenaikan pangkat tersebut dapat ditunda.
b. Kata apabila digunakan untuk menyatakan hubungan kausal yang
mengandung waktu.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 54
Contoh:
Apabila Pejabat Struktural berhenti dalam masa jabatannya karena
alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4), yang
bersangkutan digantikan oleh ...
c. Frasa dalam hal digunakan untuk menyatakan suatu kemungkinan,
keadaan atau kondisi yang mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi
(pola kemungkinan-maka).
Contoh:
Dalam hal penelaahan sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (1)
mengakibatkan perubahan materi …,
148. Frasa pada saat digunakan untuk menyatakan suatu keadaan yang pasti
akan terjadi di masa depan.
Contoh:
Pada saat Peraturan Kepala ini mulai berlaku, semua peraturan atau
ketentuan mengenai penyelenggaraan SPIP disesuaikan dengan ketentuan
dalam Peraturan Kepala ini paling lambat 2 (dua) tahun.
149. Untuk menyatakan sifat kumulatif, gunakan kata dan.
150. Untuk menyatakan sifat alternatif, gunakan kata atau.
151. Untuk menyatakan sifat kumulatif sekaligus alternatif, gunakan frasa
dan/atau.
152. Untuk menyatakan adanya suatu hak, gunakan kata berhak.
153. Untuk menyatakan pemberian kewenangan kepada seseorang atau lembaga
gunakan kata berwenang.
154. Untuk menyatakan sifat diskresioner dari suatu kewenangan yang diberikan
kepada seorang atau lembaga, gunakan kata dapat.
155. Untuk menyatakan adanya suatu kewajiban yang telah ditetapkan, gunakan
kata wajib. Jika kewajiban tersebut tidak dipenuhi, yang bersangkutan
dijatuhi sanksi.
156. Untuk menyatakan pemenuhan suatu kondisi atau persyaratan tertentu,
gunakan kata harus. Jika keharusan tersebut tidak dipenuhi, yang
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 55
bersangkutan tidak memperoleh sesuatu yang seharusnya akan didapat
seandainya ia memenuhi kondisi atau persyaratan tersebut.
157. Untuk menyatakan adanya larangan, gunakan kata dilarang.
C. TEKNIK PENGACUAN
158. Pada dasarnya setiap pasal merupakan suatu kebulatan pengertian tanpa
mengacu ke pasal atau ayat lain. Namun, untuk menghindari pengulangan
rumusan digunakan teknik pengacuan.
159. Teknik pengacuan dilakukan dengan menunjuk pasal atau ayat dari
Peraturan Kepala BPKP yang bersangkutan atau Peraturan Perundang–
undangan yang lain dengan menggunakan frasa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal … atau sebagaimana dimaksud pada ayat … .
Contoh:
Pasal 8
(1) …
(2) Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) berlaku untuk
seluruh pegawai BPKP.
160. Pengacuan lebih dari dua terhadap pasal, ayat, atau huruf yang berurutan
tidak perlu menyebutkan pasal demi pasal, ayat demi ayat, atau huruf demi
huruf yang diacu tetapi cukup dengan menggunakan frasa sampai dengan.
Contoh:
Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyelenggaran SPIP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 9 diatur dengan
Peraturan Deputi.
161. Pengacuan lebih dari dua terhadap pasal atau ayat yang berurutan, tetapi
ada ayat dalam salah satu pasal yang dikecualikan, pasal atau ayat yang
tidak ikut diacu dinyatakan dengan kata kecuali.
Contoh:
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 12
berlaku juga bagi calon auditor, kecuali Pasal 7 ayat (1).
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 56
162. Kata pasal ini tidak perlu digunakan jika ayat yang diacu merupakan salah
satu ayat dalam pasal yang bersangkutan.
Contoh Rumusan yang TIDAK TEPAT:
Pasal 8
(1) …
(2) Pedoman sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (1) Pasal ini berlaku
untuk seluruh pegawai BPKP.
Contoh Rumusan yang TEPAT:
Pasal 8
(1) …
(2) Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk seluruh
pegawai BPKP.
163. Jika ada dua atau lebih pengacuan, urutan dari pengacuan dimulai dari
ayat dalam pasal yang bersangkutan (jika ada), kemudian diikuti dengan
pasal atau ayat yang angkanya lebih kecil.
Contoh:
(3) Pemberian subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pasal 7 ayat (2)
dan ayat (4), Pasal 12, dan Pasal 13 ayat (3) diajukan kepada Menteri
Keuangan.
164. Pengacuan dilakukan dengan mencantumkan secara singkat materi pokok
yang diacu.
Contoh:
Izin cuti untuk Pejabat Struktural setingkat Eselon I sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 diberikan oleh … .
165. Pengacuan hanya dapat dilakukan ke Peraturan Perundang–undangan yang
tingkatannya sama atau lebih tinggi.
166. Hindari pengacuan ke pasal atau ayat yang terletak setelah pasal atau ayat
bersangkutan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 57
Contoh:
Pasal 5
Pejabat atau pegawai yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (4) diberikan hukuman disiplin ringan berupa teguran
secara tertulis
167. Pengacuan dilakukan dengan menyebutkan secara tegas nomor dari pasal
atau ayat yang diacu dan tidak menggunakan frasa pasal yang terdahulu
atau pasal tersebut di atas.
168. Pengacuan untuk menyatakan berlakunya berbagai ketentuan Peraturan
Perundang–undangan yang tidak disebutkan secara rinci, menggunakan
frasa sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
169. Untuk menyatakan peraturan pelaksanaan dari suatu Peraturan
Perundang–undangan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Perundang–undangan, gunakan frasa
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam … (Peraturan Kepala BPKP) ini.
Contoh:
Pada saat Peraturan Kepala ini mulai berlaku, semua Peraturan Deputi yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Kepala Nomor … Tahun
… tentang … dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
170. Jika Peraturan Kepala BPKP yang dinyatakan masih tetap berlaku hanya
sebagian dari ketentuan Peraturan Kepala BPKP tersebut, gunakan frasa
dinyatakan tetap berlaku, kecuali.
Contoh:
Pada saat Peraturan Kepala ini mulai berlaku, Peraturan Kepala BPKP
Nomor 4 Tahun 2013 tentang Tata Naskah Dinas dinyatakan tetap berlaku,
kecuali ketentuan yang mengatur mengenai penyusunan Peraturan Kepala
BPKP.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 58
171. Naskah Peraturan Perundang-undangan diketik dengan jenis huruf
Bookman Old Style, dengan huruf 12, di atas kertas F4, jarak spasi (line
spacing) adalah 1,5.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 59
BAB IV
BENTUK RANCANGAN PERATURAN KEPALA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
A. BENTUK RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
PERATURAN
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
(Judul Peraturan Kepala)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK
INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa …;
b. bahwa …;
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 60
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan tentang …;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun
1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3890);
2. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun
2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan
Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 10);
3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor PER/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan
Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 51 Tahun 2012 tentang Perubahan
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 61
Atas Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor PER/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan
Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 863a);
4. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Nomor KEP-06.00.00-286/K/2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Nomor 11 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas
Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Nomor KEP-06.00.00-286/K/2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 332);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN
DAN PEMBANGUNAN TENTANG … (Judul Peraturan Kepala)
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan ini yang dimaksud dengan:
1. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
yang selanjutnya disingkat Kepala BPKP adalah …
2. ….
3. dan seterusnya …
BAB ... (nomor urut bab)
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 62
… (Judul Bab)
Bagian … (nomor urut bagian)
… (judul bagian)
Paragraf … (nomor urut paragraf)
Pasal … (urutan pasal)
(1) …
a. …:
1. …; (dan, atau, dan/atau)
2. …:
a) …; (dan, atau, dan/atau)
b) dan seterusnya …
3. dan seterusnya …
b. dan seterusnya …
(2) dan seterusnya ….
Pasal …
Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 63
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Kepala ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2013
KEPALA BADAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,
MARDIASMO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 64
B. BENTUK RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERUBAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
PERATURAN
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
PERUBAHAN … (Judul Peraturan Kepala)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK
INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa …;
b. bahwa …;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan tentang Perubahan …;
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 65
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun
1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3890);
2. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun
2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan
Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 10);
3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor PER/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan
Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 51 Tahun 2012 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor PER/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan
Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 863a);
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 66
4. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Nomor KEP-06.00.00-286/K/2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Nomor 11 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas
Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Nomor KEP-06.00.00-286/K/2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 332);
5. dan seterusnya …;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN TENTANG PERUBAHAN
… (Judul Peraturan Kepala)
Pasal I
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Nomor … Tahun … tentang … yang telah
beberapa kali diubah dengan:
a. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Nomor … Tahun … tentang …
b. dan seterusnya …
diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut
5. dan seterusnya …;
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 67
Pasal 10
…………………………………………………………………………
………..
2. Di antara Pasal 15 dan Pasal 16 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 15A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 15A
…………………………………………………………………………
………..
3. dan seterusnya …
Pasal II
Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Kepala ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2013
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,
MARDIASMO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 68
C. BENTUK RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PENCABUTAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
PERATURAN
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
PENCABUTAN … (Judul Peraturan Kepala)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK
INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa …;
b. bahwa …;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan tentang Pencabutan…;
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 69
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun
1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3890);
2. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun
2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan
Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 10);
3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor PER/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan
Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 51 Tahun 2012 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor PER/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan
Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 863a);
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 70
4. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor KEP-06.00.00-286/K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 11 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor KEP-06.00.00-286/K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 332);
5. dan seterusnya …;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN TENTANG PENCABUTAN … (Judul Peraturan Kepala)
Pasal 1
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor … Tahun … tentang … dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 2
Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2013 KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,
MARDIASMO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR
5. dan seterusnya…
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 71
D. BENTUK RANCANGAN PERATURAN UNIT KERJA ESELON I BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (jika ada delegasi)
SEKRETARIS UTAMA/DEPUTI KEPALA
PERATURAN
SEKRETARIS UTAMA/DEPUTI KEPALA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
… (Judul Peraturan)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SEKRETARIS UTAMA/DEPUTI KEPALA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal … ayat (…)
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Nomor … Tahun …, perlu menetapkan
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan tentang …;
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 72
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun
1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3890);
2. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun
2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan
Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 10);
3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor PER/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan
Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 51 Tahun 2012 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor PER/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan
Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 863a);
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 73
4. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Nomor KEP-06.00.00-286/K/2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Nomor 11 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas
Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Nomor KEP-06.00.00-286/K/2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 332);
5. dan seterusnya …;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN SEKRETARIS UTAMA/DEPUTI KEPALA BADAN
PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN TENTANG
… (Judul Peraturan)
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Sekretaris Utama/Deputi Kepala Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan ini yang
dimaksud dengan:
1. Sekretaris Utama/Deputi Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan Bidang … yang
selanjutnya disingkat Sesma/Deputi Kepala BPKP
Bidang … adalah …
2. ….
3. dan seterusnya …
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 74
BAB ... (nomor urut bab)
… (Judul Bab)
Bagian … (nomor urut bagian)
… (judul bagian)
Paragraf … (nomor urut paragraf)
Pasal … (urutan pasal)
(1) …
a. …:
1. …; (dan, atau, dan/atau)
2. …:
c) …; (dan, atau, dan/atau)
d) dan seterusnya …
3. dan seterusnya …
b. dan seterusnya …
(2) dan seterusnya ….
Pasal 2
Peraturan Sekretaris Utama/Deputi Kepala ini mulai berlaku
pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2013
SEKRETARIS UTAMA/DEPUTI KEPALA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN
PEMBANGUNAN,
… (nama pejabat eselon I yang
menandatangani peraturan ini)
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.675 77
STANDAR PENGETIKAN PERATURAN KEPALA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DANPEMBANGUNAN
1. Ukuran Kertas (Paper Size) Folio (F4)
2. Spasi dalam satu paragraf (Line Spacing) untuk keseluruhan Peraturan Kepala BPKP
1,5
3. Spasi antar paragraf satu dengan yang lain (Spacing Before and After) untuk keseluruhan Peraturan Kepala BPKP
Before: 0
After: 0
4. Margins Top: 1.18"/3 cm Left: 1.18"/3 cm Bottom: 0.98"/2,5 cm Right: 0.98"/2,5 cm
5. Jenis huruf dan ukuran Peraturan Kepala BPKP Bookman Old Style, Ukuran 12
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGANAN
REPUBLIK INDONESIA,
MARDIASMO
www.djpp.kemenkumham.go.id