digilibadmin.unismuh.ac.id · 2020. 6. 17. · perbandingan model pembelajaran talking chips dan...
TRANSCRIPT
-
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS DAN
SNOWBALL THROWING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI SISTEM PENCERNAAN KELAS XI MIA SMA DATUK
RIBANDANG MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Asmi Amalia Akbar
NIM 105440013715
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
TAHUN 2020
-
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar. Email : [email protected] Web : biologi.fkip.unismuh.ac.id.
Telp : 0411-860837/860132 (Fax). Web : www.fkip.unismuh.ac.id
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Asmi Amalia Akbar
NIM : 105 4400 137 15
Jurusan : Pendidikan Biologi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Perbandingan Model Pembelajaran Talking Chips Dan
Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Sistem Pencernaan Kelas XI MIA SMA Datuk
Ribandang Makassar
Dengan ini menyatakan bahwan skripsi yang saya ajukan di depan Tim
Penguji adalah hasil Asli karya saya sendiri dan bukan hasil Jiblakan dari orang
lain atau dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Januari 2020
Yang Membuat Pernyataan,
Asmi Amalia Akbar
-
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar. Email : [email protected] Web : biologi.fkip.unismuh.ac.id.
Telp : 0411-860837/860132 (Fax). Web : www.fkip.unismuh.ac.id
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Asmi Amalia Akbar
NIM : 105 4400 137 15
Jurusan : Pendidikan Biologi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan Proposal sampai selesai penyusunan Skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri Skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun Skripsi, saya akan selalu melakukan Konsultasi dengan
Pembimbing yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan Skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2 dan, 3, saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Januari 2020
Yang Membuat Pernyataan,
Asmi Amalia Akbar
-
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Barang siapa menginginkan kebahagian di dunia maka haruslah dengan ilmu,
barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat haruslah dengan ilmu,
dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan pada keduanya maka haruslah
dengan ilmu”
(HR. Ibn Asakir)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya dedikasikan kepada kedua orangtua tercinta Muh. Akbar dan
Juariah yang menanti anaknya menjadi sarjana dan keluarga besar saya
Bontolabbua Bersaudara yang selalu ada buat saya baik suka maupun duka
Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka. Aamiin….
-
ABSTRAK
Asmi Amalia Akbar 2020. Perbandingan Model Pembelajaran Talking Chips dan
Snowball Throwing terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem
Pencernaan Kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang Makassar. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Ibu Irmawanty dan pembimbing II Ibu
Nurul Magfirah.
Jenis Penelitian ini adalah Quasy Experimental Design (eksperimental
semu). Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada perbedaan model
pembelajaran talking chips dan snowball throwing terhadap hasil belajar siswa
pada materi sistem pencernaan kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang Makassar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran
talking chips dan snowball throwing terhadap hasil belajar siswa pada materi
sistem pencernaan kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang Makassar. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang
Makassar dan sampel kelas XI MIA 1 sebagai kelas eksperimen I menggunakan
model pembelajaran talking chips dan kelas XI Mia 2 sebagai kelas eksperimen II
menggunaakan model pembelajaran snowball throwing. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah pengambilan secara random sampling. Data
yang dikumpulkan yaitu data mengenai hasil belajar siswa kemudian dianalisis
statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen I
menggunakan model pembelajaran talking chips adalah 78,22 dan rata-rata hasil
belajar siswa pada kelas eksperimen II menggunakan model pembelajaran
snowball throwing adalah 72,19. Hasil uji hipotesis dengan bantuan SPSS versi
25.0 for Windows menggunakan statistik uji Independent Sample t-test
menunjukkan nilai signifikasi 0,016 kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran talking chips pada kelas eksperimen I dan model pembelajaran
snowball throwing pada kelas eksperimen II materi sistem pencernaan pada kelas
XI SMA Datuk Ribandang Makassar.
Kata kunci: Hasil belajar siswa, talking chips, snowball throwing.
-
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Alhamduliilah rabbil alamin, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan
semesta alam. Hanya kepada-Nya penulis menyerahkan diri dan menumpahkan
harapan, semoga segala aktivitas dan praduktivitas penulis mendapatkan limpahan
rahmat dari Allah SWT. Rasa syukur juga dipanjatkan oleh penulis atas berkat
Rahmat, Hidayah serta Kasih Sayang Allah jugalah telah memberi banyak nikmat,
kesehatan, dan petunjuk serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan
kewajiban akademik dalam menyelesaikan skripsi dengan Judul “Perbandingan
Model Pembelajaran Talking Chips dan Snowball Throwing Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan Kelas XI MIA SMA Datuk
Ribandang Makassar”.
Penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Abdul Rahman
Rahim, SE. MM, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar atas dukungan
dalam proses perkuliahan. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D, sebagai Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
atas dukungan kebijakan proses perkuliahan maupun penyususunan skripsi.
Terima kasih terkhusus Ibu Irmawanty, S.Si., M.Si. sebagai Ketua Program
Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar dan dosen pembimbing 1, dan kepada Ibu Nurul
Magfirah, S.Pd., M.Pd. sebagai pembimbing 2 yang telah banyak melungkan
-
waktu dan membagi ilmu, memberi motivasi dan araha-arahan. Semoga beliau
selalu dalam keadaan yang sehat dan sukses.
Terima kasih kepada Bapak Jufri P, S.Sos, sebagai Kepala Sekolah SMA
Datuk Ribandang Makassar yang telah memberikan izin untuk melakukan sebuah
penelitian di sekolah. Ibu Sitti Rahmawati, S.Si. S.Pd sebagai guru mata pelajaran
Biologi di SMA Datuk Ribandang Makassar yang telah membimbing saya dalam
proses penelitian, staf dan pegawai SMA Datuk Ribandang Makassar serta siswa
(i) SMA Datuk Ribandang Makassar terkhususnya di kelas XI MIA I dan XI MIA
II penelitian ini berjalan dengan lancar.
Terima kasih kepada kedua Orang Tuaku tercinta Bapak Muh.Akbar dan
Ibu Juariah yang selama ini kalianlah pahlawan kutanpa jasa yang selalu
mendoakanku dalam sujudmu. Terima kasih kepada adik-adikku tercinta Annisa
Aulia Akbar dan Muh. Iqbal Al-Insa Akbar yang selalu ada buataku, terima kasih
kepada keluarga besarku Bontolabbua Bersaudara tanpa kalian saya bukan siapa-
siapa.
Terima kasih banyak kepada sahabat tercintaku terkhususnya Anna Kadir,
Nur indah Sari, dan Khairunnisah Al-Islamiah yang selama ini selalu menemaniku
dalam suka maupun duka selama perkuliahan. Terima kasih kepada Fadhilla
Cahyani Chaeruddin yang selalu menerorku untuk semangat kerja skripsiku,
Muhaena yang selalu tamping saya di kostnya. Terima kasih kepada rekan-rekan
mahasiswa (i) terkhususnya kelas berat Biologi D 15 yang telah menjadi teman
seperjuangan, pemberi motivasi, mengajarkan kami arti solidaritas, kalianlah
kelurga baruku.
-
Terima kasih kepada sahabat tercinta D’JR (Lala, Kiki, Najma, Riska, dan
Rahmania) yang selalu memberikan semangat. Terima kasih rekan-rekan P2K
terkhusus Posko Tokyo alias Tokka, selama 40 hari walaupun hanya singkat tapi
kisahnya sangat berkesan yang selalu saya rindukan.
Akhir kata, apa yang penulis sajikan dalam skripsi ini sesungguhnya masih
jauh dari kesempurnaan. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Makassar, Januari 2020
Penulis
Asmi Amalia Akbar
-
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN DAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……... ....... ii
SURAT PERNYATAAN ………………………………….…………………… iii
SURAT PERJANJIAN …………………………………………………………. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………………………….. . v
ABSTRAK ……………………………………………………………………... vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. LatarBelakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 7
A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 7
1. Hasil Belajar .................................................................................. 7
2. Model Pembelajaran Talking Chips .............................................. 10
-
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing .......... 11
4. Sintak Model pembelajaran........................................................... 16
5. Keterkaitan Model Pembelajaran dengan Materi .......................... 19
6. Materi Sistem Pencernaan ............................................................. 19
B. Penelitian yang Relevan ………………………………………….… 30
C. Kerangka Pikir .................................................................................... 31
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 34
A. Rancangan Penelitian .......................................................................... 34
1. Jenis Penelitian ……………………………………………….. ... 34
2. Desain Penelitian ………………………………………………. . 34
B. Waktu dan Tempat .............................................................................. 35
C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 35
D. Prosedur Penelitian …………………………………………………. 36
E. Definisi Operasional Variabel ............................................................. 40
F. Instumen Penelitian ............................................................................. 41
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 43
H. Teknik Analisis Data ........................................................................... 44
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 46
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 46
1. Analisis Statistik Deskriptif .......................................................... 46
2. Analisis Statistik Inferensial ......................................................... 52
B. Pembahasan ......................................................................................... 54
-
BAB V KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 57
A. Kesimpulan ......................................................................................... 57
B. Saran ................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 61
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................................
-
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Sintak Model Pembelajaran Talking Chips ………………………… ............ 16
2.2 Sintak Model Pembelajaran Snowball Throwing ............................................ 17
3.1 Desai Penelitian ............................................................................................... 34
3.2 Populasi Penelitian .......................................................................................... 35
3.3 Sampel siswa ................................................................................................... 36
3.4 Sintak Model Pembelajaran Talking Chips ………………………………… 37
3.5 Sintak Model Pembelajaran Snowball Throwing ………………………....... 38
3.7 Tingkat Penguasaan materi ................................................................................. 44
3.8 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).............................................................. 45
3.9 Kriteri Interprestasi Aktivitas Belajar Siswa .................................................. 45
4.1 Data Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa Pada Posttest Kelas Eksperimen
I (Talking Chips) dan Kelas Eksperimen II (Snowball Throwing) ................. 48
4.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar Siswa pada Posttest Kelas
Eksperimen I (Talking Chips) dan Kelas Eksperimen II (Snowball Throwing)
......................................................................................................................... 49
4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Ketuntasan Belajar Siswa pada
Posttest Kelas Eksperimen I (Talking Chips) dan Kelas Eksperimen II
(Snowball Throwing) ..................................................................................... 50
4.4 Deskriptif Hasil Persentase dan Kriteria Aktivitas Siswa .............................. 50
-
4.5 Hasil Uji Normalitas Posttest kelas eksperimen I (TalkingChips) Dan Kelas
Eksperimen II (Snowball Throwing) ............................................................. 52
4.6 Hasil Uji Homogenitas .................................................................................... 53
4.7 Hasil Uji Hipotesis .......................................................................................... 54
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bagan Kerangka Pikir ...................................................................................... 32
4.2 Diagram batang perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan Model
pembelajaran Talking Chips dan Snowball Throwing pada Materi Sistem
Pencernaan ............................................................................................................... 51
-
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A PERSURATAN ........................................................................... 61
A.1 Surat Pengantar Penelitian dari Dekan FKIP Makassar .......................... 62
A.2 Surat Permohonan Izin Penelitian dari LP3M Unismuh Makassar ......... 63
A.3 Surat Izin Penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan ........................................ 64
A.4 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari SMA Datuk Ribandang
Makassar .................................................................................................. 65
A.5 Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian ..................................... 66
LAMPIRAN B LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN ........................................ 67
B.1 Lembar Validator Instrumen Penelitian Validator I ................................. 68
B.2 Lembar Validator Instrumen Penelitian Validator II ................................ 84
LAMPIRAN C INSTRUMEN PENELITIAN ................................................... 100
C.1 Silabus Mata Pelajaran Biologi Kelas XI SMA ..................................... 101
C.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ....................................................... 116
C.3 Kisi-Kisi Soal posttest ............................................................................ 176
C.4 Soal posstest ........................................................................................... 187
LAMPIRAN D HASIL BELAJAR SISWA ....................................................... 194
D.1 Daftar Nilai Kegiatan Siswa Kelas XI MIA 1 (Eksperimen I) .............. 195
D.2 Daftar Nilai Kegiatan Siswa Kelas XI MIA 2 (Eksperimen II) ............... 19
-
D.3 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas XI MIA 1 ....................... 197
D.4 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas XI MIA 2 ....................... 198
LAMPIRAN E ANALISIS DATA ..................................................................... 199
E.1 Analisis Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa ................................... 200
E.2 Analisis Statistik Inferensial Hasil Belajar Siswa .................................. 202
LAMPIRAN F LEMBAR OBSERVASI ............................................................ 204
F.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ......................................................... 205
F.2 Lembar Observasi Aktivitas Guru .......................................................... 209
LAMPIRAN G KARTU KONTROL PELAKSANAAN PENELITIAN .......... 221
G.1 Kartu Kontrol Pelaksanaan Penelitian .................................................... 222
LAMPIRAN H DOKUMENTASI ...................................................................... 223
H.1 Dokumentasi penelitian .......................................................................... 224
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu kebutuhan manusia sebagai pedoman
kehidupan yang akan datang dalam jangka waktu yang panjang. Pendidikan di
Indonesia mempunyai fungsi untuk mencerdaskan anak bangsa hal inilah yang
menjadi daar bahwa pendidikan sebagai kebutuhan manusia sangatlah
bermanfaat kemajuannya bagi bangsa dan negara.Pendidikan terbagi atas dua
yaitu pendidikan nonformal dan formal.
Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang didapatkan
dilingkungan sekitar seperti dari orang tua, keluarga dan teman-teman melalui
interaksi antar sesama. Sedangkan, pendidikan formal adalah pendidikan yang
didapatkan di lingkungan sekolah dimana guru sebagai orang tua siswa
disekolah dan sebagai fasilisator ilmu pendidikan yang dilakukan di
lingkungan sekolah wajib 9 tahun sebagai salah satu proses pembelajaran
kepada siswa agar memiliki ilmu pengetahuan yang sangat luas, dimana siswa
akan mengasa dirinya sendiri mencari sesuatu yang belum di ketahui dengan
bimbingan dari guru disekolah.
Undang-Undang pada pasal 1 ayat (1) Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan menjelaskan bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagaamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
-
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara.
Proses pembelajaran yang berlangsung didalam kelas akan melibatkan
seorang guru dan siswa, dimana guru dan siswa akan berinteraksi dengan
keduanya. Guru akan menjelaskan materi yang akan dibawakan dengan
menggunakan model yang sesuai dengan materinya. Pada saat pembelajaran
berlangsung guru akan mengamati siswanya dalam proses belajar dan akan
menilai hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil wawancara guru biologi di SMA Datuk Ribandang
Makassar terdapat permasalahan dimana siswa kurang aktif dalam proses
belajar mengajar. Hal ini dilihat dari nilai ulangan harian pada mata pelajaran
biologi di kelas XI MIA di SMA Datuk Ribandang Makassar, hanya 30%
siswa yang dapat mencapai KKM dan 70% lainnya belum mencapai KKM,
dengan nilai KKM untuk mata pelajaran biologi adalah 70.
Hasil belajar siswa di SMA Datuk Ribandang Makassar yang rendah
disebabkan oleh pengelolan kelas. Hal ini dikarenakan kurangnya kreatifitas
guru dalam pengelolaan kelas pada proses pembelajaran terlihat dari
penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi dalam proses
pembelajaran. Rendahnya aktivitas belajar siswa yang masih sering berbicara
dengan teman sebangkunya dan siswa belum fokus pada proses pembelajaran
berlangsung di kelas.
Perbaikan masalah pendidikan diatas antara lain ditempuh melalui
perbaikan model pembelajaran yang digunakan guru. Terlihat di sekolah
masih banyak dijumpai gaya mengajar kurang bervariasi. Guru kurang
-
memperhatikan bahwa penggunaan model yang kurang tepat dapat
menyebabkan proses belajar mengajar.
Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dilakukan suatu perubahan
dalam menerapkan model pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai
dengan masalah tersebut sehingga siswa lebih aktif dibandingkan gurunya.
Salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif.
Beberapa model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi pembelajaran sistem penceraan adalah talking chips dan snowball
throwing. Beberapa penyebab yang melatarbelakangi peneliti sehingga
memilih model tersebut adalah karena kedua model tersebut sama-sama
memfokuskan keaktifan siswa dalam proses belajar. Kedua model
pembelajaran tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkreatifitas dan bertanya jawab kepada guru dan teman kelasnya, sehingga
kejenuhan dan kebosanan dalam belajar bisa lebih menyenangkan.
Model pembelajaran talking chips dan snowball throwing sesuai
apabila dilaksanakan pada materi sistem pencernaan, hal ini sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan Haeruddin Karmila (2017), dengan judul
penelitian “Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips
dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Biologi Kelas XI IPA MAN 1 Sinjai Utara” disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikansi antara hasil belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe talking chips dengan hasil belajar siswa
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing,
dimana nilai rata-rata kelompok yang diberi perlakuan model pembelajaran
-
kooperatif tipe talking chips lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang
diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing.
Talking chips adalah kartu untuk berbicara, talking chips dalam
pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok
kecil yang terdiri atas 4-5 orang, masing-masing anggota kelompok membawa
sejumlah kartu yang berfungsi untuk menandai apabila mereka telah
berpendapat dengan memasukkan kartu tersebut ke atas meja, diharapkan
semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk aktif dalam
mengemukakan pendapat sehingga terjadi pemerataan kesempatan dalam
pembagian tugas kelompok.
Penelitian yang dilakukan oleh Hasairin, A & Apriyanti, D (2018)
dalam jurnalnya disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas X MIA1 MAN 1
Medan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe talking chips pada
materi keanekaragaman hayati mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus
II. Pada pembelajaran siklus I, didapati persentase siswa yang tuntas pada saat
pretes adalah 20% dan postes sebesar 65,7%. Hal tersebut menunjukkan
adanya peningkatan hasil belajar kognitif setelah dilakukan pembelajaran
kooperatif tipe talking chips.
Snowball throwing merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran
dimana siswa dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen kemudian
masing-masing kelompok dipilih ketua kelompoknya untuk mendapat tugas
dari guru, lalu masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk
seperti bola (kertas pertanyaan) kemudian dilempar ke siswa lain lalu
-
menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.aktivitas lainnya adalah
membuat dan menjawab soal serta melakukan permainan antar kelompok
sehingga dapat menghilangkan kebosanan siswa di dalam belajar. Hal ini
dapat meningkatkan antusias siswa dalam belajar biologi.
Penelitian yang dilakukan oleh Anna, Muhammad Joko Susilo (2014)
dalam jurnalnya disimpulkan bahwa model snowball throwing pada
pembelajaran biologi materi sistem ekskresi di kelas XI IPA SMA
Muhammadiyah 1 Prambanan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi diatas, maka penulis
melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Model Pembelajaran
Talking Chips dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Sistem Pencernaan Kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang Makassar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka dapat diperoleh
permasalahan penelitian ini, yaitu: Apakah ada perbedaan model pembelajaran
talking chips dan snowball throwing terhadap hasil belajar siswa pada materi
sistem pencernaan kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini, yaitu: untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran talking
chips dan snowball throwing terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem
pencernaan kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang Makassar?
-
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan
memberikan masukan dalam pengembangan dunia pendidikan mengenai
perbandingan model pembelajaran talking chips dan snowball throwing
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Sekolah: Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang
baik bagi kepala sekolah dalam rangka perbaikan proses belajar
mengajar.
b. Bagi Guru: Memberikan masukan kepada guru biologi agar memilih
model pembelajaran yang lebih bervariasi agar siswanya tidak jenuh.
c. Bagi Siswa: Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi yang
diajarkan dan lebih aktif mengemukakan pendapat pada proses
pembelajaran.
d. Bagi Peneliti: Untuk menambah wawasan dalam pemahaman objek
yang diteliti guna menyempurnakan pemahaman konsep pembelajaran
Biologi.
-
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Hasil Belajar
Sunarto dalam Husamah (2018: 20), menyatakan bahwa hasil
belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
proses belajar. Perubahan ini berupa pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan sikap yang biasanya meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Menurut Susanto (2013: 5), hasil belajar merupakan perubahan-
perubahan yang terjadi pada siswa baik pada aspek kognitif, efektif dan
psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar juga
diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenai materi pelajaran tertentu. Keberhasilan anak-anak mencapai
tujuan pembelajaran dapat diketahui melalui evaluasi yang merupakan
penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan yang efektif terhadap
pemenuhan kebutuhan siswa. Prestasi belajar siswa tidak hanya diukur
dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan
keterampilan.
Sinar (2018: 20-21) Hasil belajar merupakan prestasi yang di capai
setelah siswa menyelesaikan sejumlah pelajaran. Prestasi belajar
merupakan hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah psikologis yang
-
berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Adapun
prestasi merupakan hasil yang di peroleh karena adanya aktivitas belajar
yang telah dilakukan. Dalam proses pembelajaran, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok, artinya bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana
proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
Hasil belajar yang optimal dapat dilihat dari ketuntasan belajarnya,
terampil dalam mengerjakan tugas, dan memiliki apresiasi yang baik
terhadap pelajaran. Hasil belajar yang optimal merupakan perolehan dari
proses belajar yang optimal pula. Untuk memperoleh proses dan hasil
belajar yang optimal, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip dan
tahap-tahap pembelajaran (Arifin, 2014).
Selain itu, hasil belajar adalah proses untuk melihat sejauh mana
siswa dapat menguasai pembelajaran setelah mengikuti kegiatan proses
belajar mengajar atau keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah
mengikuti pembelajaran yang ditandai dengan bentuk angka, huruf atau
simbol yang disepakati oleh pihak penyelenggara pendidikan. Dengan itu,
prestasi digambarkan dari hasil yang diperoleh oleh siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dengan pencapaian yang diraihnya atau
siswa telah mendapatkan prestasi apabila telah mengikuti dan
menyelesaikan serangkaian proses belajar-mengajar sesuai pedoman yang
ada dan akan diberikan hasil dari aktivitas serta dievaluasi (Rosyid, 2019:
12).
-
Menurut Benyamin S Bloom, dalam Sudjana (2011: 22-23) Hasil
belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif,
efektif, dan psikomotor.
a. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil beelajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
kognitif tingkat rendah dan keepat aspek berikutnya termasuk kognitif
tinggkat tinggi.
b. Ranak efektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek
yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi dan
internalisasi.
c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam ranah psikomotor yakni gerak reflex,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif
dan interpretative.
Utama (2008: 134) Hasil belajar berasal dari kata hasil yang dapat
diartikan sebagai sebuah prestasi. Hasil belajar merupakan bagian
terpenting dalam pembelajaran mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Dan hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tidak belajar. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran puncak proses belajar.
Berdasarkan pengertian hasil belajar yang diuraikan sebelumnya bahwa
hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
-
setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemanpuan
tersebut mencangkup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar
dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan
data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.Di
antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh
para guru di sekolah karena keterkaitan dengan kemampuan para siswa
dalam menguasai isi bahan pelajar (Sudjana, 2011: 22-23).
2. Model Pembelajaran Talking Chips
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Model pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing kali pertama dikembangkan oleh
Spencer Kagan. Tipe kancing gemerincing merupakan salah satu dari jenis
metode struktural, yaitu metode yang menekankan pada struktur-struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa
(Muhammad, 2017: 93).
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model kooperatif
tipe kancing gemerincing atau talking chips adalah salah satu tipe model
pembelajaran kooperatif yang masing-masing anggota kelompoknya
mendapat kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi mereka
dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota kelompok lain
(Hariyanto, 2015: 999-1005).
-
Pada proses belajar mengajar siswa biasa memberikan pendapat
atau sanggahan dengan cara menyodorkan tiket yang dipegang oleh setiap
siswa dalam suatu kelompok. Satu tiket berfungsi untuk satu pendapat atau
sanggahan (Hariyanto, 2015:999-1005).
Talking chips dapat diterapkan semua mata pelajaran dan tingkatan
kelas. Dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan
kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.kebanyakan kelompok,
sering kali ada satu anak/anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara.
Sebaliknya, ada anak yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih
dominan.Situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok
bisa jadi tidak tercapai karena anak yang pasif terlalu menggantungkan diri
pada rekannya dominan (Huda, 2017: 142).
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips
diharapakan mampu mendorong siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Pembelajaran
kooperatif tipe talking chips mampu membuat siswa berperan aktif dalam
belajar kelompok. Setiap anggota di dalam kelompok belajar akan
mendapatkan kesempatan yang sama untuk memberikan pendapat dan
mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota kelompok yang lain
(Hasairin. 2018: 254).
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
Snowball throwing terdiri dari dua kata snowball dan throwing
dalam bahasa Inggris snowball artinya “bola salju”, sedangkan throwing
“melempar”, sehingga secara keseluruhan artinya melempar bola salju.
-
Disebut melempar bola salju karena dalam pembelajaran siswa diajak
menuliskan pertanyaan di kertas kemudian dibuat menjadi bola. Kertas
berbentuk bola inilah yang dianggap sebagai bola salju dan dilempar ke
siswa lain. Siswa yang mendapat bola lalu membuka dan menjawab
pertanyaan yang tertulis pada kertas tersebut. Snowball throwing
merupakan model pembalajaran yang menggali potensi kepemimpinan
siswa dalam kelompok. Siswa dilatih untuk terampil membuat, menjawab
pertanyaan yang dipadukan melalui permainan imajinatif membentuk dan
melempar bola salju (Hikmat, 2011: 67).
Menurut Fathurrohman (2017: 61), model pembelajaran snowball
throwing bagaiamana siswa dilatih untuk lebih tanggap menerima pesan
dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam
satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti
model pembelajaran talking stick, tetapi menggunakan kertas yang berisi
pertanyaan kemudian diremas menjadi sebuah bola kertas lalu
dilemparkan kepada siswa lain.
Menurut Hanum (2015: 174), model pembelajaran snowball
throwing (ST) atau yang juga sering dikenal dengan snowball fight
merupakan pembelajaran yang diadopsi pertama kali dari game fisik, yaitu
segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul orang lain. Snowball
throwing diterapkan dengan melempar segumpalan kertas untuk menunjuk
peserta didik yang ditugasi untuk menjawab soal.
Menurut Shoimin (2017: 174-177), model pembelajaran snowball
throwing merupakan pengembangan dari model pembelajaran diskusi dan
-
merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Hanya saja, pada
model ini, kegiatan belajar diatur sedemikian rupa sehingga proses belajar
mengajar dapat berlangsung dengan lebih menyenangkan.
Menurut Anna (2014: 9), model pembelajaran snowball throwing
adalah suatu pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok
yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian
masing masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola
(kertas pertanyaan) lalu dilempar kesiswa lain yang masing-masing siswa
menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Model pembelajaran snowball throwing merupakan pembelajaran
mengelompokkan siswa dimana siswa di bagi menjadi beberapa kelompok
kemudian siswa mengunakan alat yang berupa selembar kertas yang
digunakan untuk membuat bola salju, tujuan dari penggunaan model
pembelajaran snowball throwing ini di harapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa (Munawaroh, 2014:171).
Menurut Shoimin (2017: 175-176), dengan model pembelajaran
snowball throwing guru dapat melatih kesiapan siswa dalam menanggapi
dan menyelesaikan masalah. Guru menggunakan struktur empat fase
sebagai sintaks snowball throwing.
Menurut Khosim (2019: 120) model pembelajaran snowball
throwing siswa dibagi beberapa kelompok heterogen, tiap anggota
kelompok membuat bola yang berisi pertanyaan, penerapan model
snowball throwing yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan
kemampuan siswa dalam menangkap materi yang telah di ajarkan, dapat
-
melatih jiwa kepemimpinan dan keterampilan dalam membuat
pertanyaan.
Menurut Komalasari (2017: 67), adapun langkah-langkah model
pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-
masing kemudian menjelaskan materi yang di sampaikan oleh guru
kepada temannya.
d. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja
untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi
yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
e. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola
dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.
f. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan lalu diberikan
kesempatan kepada sisswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis
dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
g. Evaluasi
h. Penutup
Menurut Shoimin (2017: 174-177), adapun kelebihan model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing:
a. Suasana pembelajaran meenjadi menyenangkan karena siswa seperti
bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
-
b. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan
pada siswa lain.
c. Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak
tau soal yang dibuat temannya seperti apa.
d. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
e. Pendidikan tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun
langsung dalam praktik.
f. Pembelajaran menjadi lebih efektif.
g. Ketiga aspek kognitif, efekif, dan psikomotor dapat tercapai.
Menurut Shoimin (2017:174-177), adapun kekurangan model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing :
a. Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi
sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat
dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah
dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.
b. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu
menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi
sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa
mendiskusikan materi pelajaran.
c. Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga
siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. Akan
tetapi, tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan
pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok.
-
d. Memerlukan waktu yang panjang
e. Murid yang nakal cenderung berbuat onar
f. Kelas sering kali gaduh karena kelomppok dibuat oleh siswa.
4. Sintak Model pembelajaran
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Talking Chips
Fase Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa
Fase 1
Menyampaikan tujuan
dan memotifasi siswa
- Menyampaikan
tujuan (atau
indikator hasil
belajar),guru
memotivasi siswa,
guru mengaitkan
pelajaran sekarang
dengan yang
terdahulu.
- Siswa mencatat
tujuan
pembelajaran yang
disampaikan
Fase 2
Menyajikan informasi
- Guru
menyajikaninformas
i kepada siswa
dengan jalan
demonstrasi atau
lewat bacaan.
- Siswa
mendengarkan
informasi tentang
materi
pembelajaaran
Fase 3
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-kelompok
belajar
- Guru menjelaskan
kepada siswa cara
membentuk
kelompok belajar,
guru
mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-kelompok
belajar (setiap
kelompok
beranggotakan 4-6
orang dan harus
heterogen)terutama
jenis kelamin dan
kemampuan siswa,
dan setiap anggota
- Siswa membentuk
kelompok-
kelompok belajar.
-
diberi tanggung
jawab untuk
mepelajari atau
mengerjakan tugas)
- Guru menjelaskan
tentang penggunaan
media kancing
sebagai salah satu
tiket untuk
berpendapat di
dalam kelompoknya
masing-masing
- Siswa
mendengarkan
informasi tentang
prosedur
pelaksanaan
pembelajaran
Fase 4
Membimbing
kelompok bekerja dan
belajar
- Guru membimbing
kelompok-
kelompok belajar
pada saat siswa
mengerjakan tugas
- Siswa mengerjakan
tugas yang
diberikan guru.
Fase 5
Evaluasi
- Guru mengevaluasi
hasil belajar tentang
materi yang telah
dipelajari atau
meminta siswa
mempresentasikan
hasil kerjanya,
kemudian
dilanjutkan dengan
diskusi.
- Perwakilan
kelompok
membacakan
jawaban yang telah
didiskusikan.
Fase 6
Memberi
penilaian/penghargaan
- Guru memberikan
penghargaan kepada
siswa yang
berprestasi untuk
menghargai upaya
dan hasil belajar
siswa baik secara
individu maupun
kelompok.
- Siswa
mendapatkan nilai
dari hasil kerja
kelompok.
(Sumber: Warsono, 2013:235-236)
Tabel 2.2 Sintak Model Pembelajaran Snowball Throwing
-
Fase Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa
Fase 1
Menyampaikan tujuan
dan memotifasi siswa
- Menyampaikan
seluruh tujuan dalam
pembelajaran dan
memotivasi siswa
- Siswa mencatat
tujuan
pembelajaran yang
disampaikan
Fase 2
Menyajikan informasi
- Menyajikan
informasi tentang
materi pembelajaran
siswa
- Siswa
mendengarkan
informasi tentang
materi
pembelajaaran
Fase 3
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-kelompok
belajar
- Memberikan
informasi kepada
siswa tentang
prosedur
- Siswa
mendengarkan
informasi tentang
prosedur
pelaksanaan
pembelajaran
snowball throwing
- Membagi siswa ke
dalam kelompok-
kelompok belajar
yang terdiri dari 7
orang siswa.
- Siswa membentuk
kelompok-
kelompok belajar
Fase 4
Membimbing
kelompok bekerja dan
belajar
- Memanggil ketua
kelompok dan
menjelaskan materi
serta pembagian
tugas kelompok.
- Masing-masing
ketua kelompok
maju ke depan dan
mendengarkan
penjelasan materi
dari guru serta
pembagian tugas
kelompok.
- Meminta ketua
kelompok kembali
ke kelompok
masing-masing
untuk
mendiskusikan tugas
yang diberikan guru
dengan anggota
kelompok.
- Ketua kelompok
kembali ke
kelompoknya
untuk
mendiskusikan
tugas yang
diberikan oleh
guru.
-
- Memberikan
selembar kertas
kepada setiap
kelompok dan
meminta kelompok
tersebut menulis
pertanyaan sesuai
dengan materi yang
dijelaskan guru.
- Setiap kelompok
mendapatkan
selembar kertas dan
menulis pertanyaan
sesuai materi yang
dijelaskan.
- Meminta setiap
kelompok untuk
menggulung dan
melemparkan
pertanyaan yang
telas ditulis pada
kertas kepada
kelompok lain.
- Setiap kelompok
mendapatkan
gulungan
pertanyaan yang
telah ditulis dari
kelompok lain.
- Meminta setiap
kelomppok
menuliskan jawaban
atas pertanyaan yang
didapatkan dari
kelompok lain pada
kertas tersebut.
- Setiap kelompok
menulis jawaban
dari pertanyaan
yang di dapatkan.
Fase 5
Evaluasi
- Guru meminta setiap
kelompok untuk
membacakan
jawaban atas
pertanyaan yang
diterima dari
kelompok lain.
- Perwakilan
kelompok
membacakan
jawaban yang telah
didiskusikan.
Fase 6
Memberi
penilaian/penghargaan
- Memberikan
penilaian terhadap
hasil kerja
kelompok.
- Siswa
mendapatkan nilai
dari hasil kerja
kelompok.
(Sumber: Shoimin, 2017: 175-176)
5. Keterkaitan Model Pembelajaran dengan Materi
-
Mempelajari Biologi dibutuhkan suatu model pembelajaran yang
menarik sehingga materi yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran
dapat tersampaikan dengan baik. Materi sistem pencernaan sering
dianggap sulit oleh siswa hal ini dikarenakan pada materi ini mencangkup
tentang hal-hal mengenai alat pencernaan manusia, sistem pencernaan
ruminansia, kelainan sistem pencernaaan makanan, untuk itu dengan
menggunakan model pembelajaran talking chips dan snowball throwing
diharapkan siswa bisa memahami materi yang dipelajari, dan siswa harus
lebih aktif didalam kelas.
6. Materi Sistem Pencernaan
` Menurut Lestari (2009: 180), alat-alat pencernaan manusia terdiri
atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan
terdiri dari mulut, tekak, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar
dan berakhir pada anus. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari
kelenjar ludah, kelenjar lambung, kelenjar usus, hati, dan pankreas.
Urutan masing-masing alat pencernaan manusia adalah sebagai berikut:
a. Mulut
Mulut merupakan satu-satunya bagian saluran pencernaan yang
berada di luar dan dapat dilihat, sehingga Anda dapat menunjukkan
dan mengamatinya secara langsung. Di dalam mulut terdapat gigi,
lidah, dan kelenjar ludah.
a) Gigi merupakan alat pencernaan makanan yang sangat penting
karena dapat membantu alat-alat pencernaan dalam yang lain untuk
-
melumatkan makanan. Gigi yang baik dan sehat berwarna putih
dan tidak berlubang.
b) Lidah sebagian besar terdiri atas otot. Pada permukaan atas lidah
banyak terdapat ribuan tonjolan kecil yang disebut dengan papilla,
yang banyak terdapat rangkaian kompleks saraf yang membentuk
alat indra pengecap dan peraba. Pada permukaan atas papilla
terdapat selaput lendir. Lidah seseorang berbentuk bulat
memanjang. Dalam keadaan tertentu, lidah dapat dijulurkan
memanjang.
c) Kelenjar ludah, rongga mulut terdapat kelenjar ludah yang
berfungsi menghasilkan air ludah. Jika melihat makanan yang
lezat, maka ada rangsangan di otak kita dan impuls itu dikirim ke
saraf di sekitar kelenjar ludah, sehingga kelenjar ludah akan
mensekresikan ludah untuk membasahi mulut. Komponen ludah
terdiri atas 98% air dan 2% lendir, garam, dan enzim ptialin.
b. Kerongkongan (Esofagus)
Setelah makanan diperlakukan secara mekanik dan kimiawi di
dalammulut, selanjutnya makanan akan didorong oleh lidah menuju
salurankerongkongan, yang panjangnya kurang lebih 20 cm dan lebar
2 cm. Didalam kerongkongan ini makanan hanya lewat selama kurang
lebih 6 detik. Setelah itu makanan akan didorong ke dalam lambung.
Dinding kerongkongan terdiri dari empat lapisan. Lapisan
mukosa yang terletak di bagian dalam dibentuk oleh epitel berlapis
-
(pipih) yang diteruskan ke faring di bagian atas dan mengalami
perubahan yang menyolok pada perbatasan kerongkongan-lambung,
menjadi epitel selapis toraks pada lambung. Mukosa kerongkongan
dalam keadaan normal bersifat alkali (basa) dan tidak tahan terhadap
isi lambung yang sangat asam.
Lapisan submukosa mengandung sel-sel sekretori yang
menghasilkan mukus. Mukus mempermudah jalannya makanan waktu
menelan dan melindungi mukosa dari “cedera” akibat zat kimia.
Lapisan otot di luar tersusun longitudinal dan di dalam tersusun
sirkular. Sepertiga atas kerongkongan adalah otot rangka. Sedangkan
sepertiga bawah adalah otot polos. Daerah peralihan terdapat di tengah
dan mengandung otot rangka dan otot polos
c. Lambung (Ventrikulus)
Makanan dari kerongkongan terdorong ke dalam lambung,
akibat gerakan peristaltik seperti yang sudah dijelaskan di
atas.Lambung diibaratkan seperti lumbung yang bertugas untuk
menyimpan makanan yang telah ditelan untuk sementara waktu.
Lambung berukuran sekepal tangan dan terletak di dalam rongga perut
sebelah kiri, di bawah sekat rongga badan.Dinding lambung sifatnya
lentur, dapat mengembang apabila berisi makanan dan mengempis
apabila kosong. Muatan di dalam lambung dapat menampung hingga
1,5 liter makanan. Dinding lambung tersebut berwarna merah muda
dan mengkilap.
-
Waktu mencerna berbeda-beda untuk setiap makanan atau
minuman. Makanan yang padat akan membutuhkan waktu yang lebih
lama dari pada zat cair (minuman) sehingga menurut ilmu kesehatan
dianjurkan mengunyah makanan 32 kali agar makanan menjadi lebih
lembut, sehingga akan meringankan beban lambung untuk melumatkan
makanan tersebut. Semakin lumat makanan yang masuk lambung,
maka semakin cepat melintasi lambung. Jenis makanan lemak dan
sayuran hijau akan lebih lama berada di dalam lambung sehingga
orang akan merasa kenyang lebih lama. Makanan yang masuk pada
lambung bertahan selama 2-5 jam.
d. Hati
Hati terletak di sebelah kanan atas rongga perut di bawah
diagfragma. Beratnya kira-kira 1,5 kg atau 2,5% berat badan pada
orang dewasa normal. Hati dibagi menjadi dua bagian oleh ligamen
falsiformis, yaitu bagian lobus kanan dan lobus kiri.Pada lobus kanan
terdapat juga lobus kaudatus dan lobus kuadratus.
Hati memegang peranan penting pada metabolisme tiga bahan
makanan yang dikirimkan oleh vena porta setelah diabsorpsi dari usus.
Bahan makanan tersebut adalah karbohidrat, protein dan lemak.
Monosakarida dari usus halus diubah menjadi glikogen dan disimpan
dalam hati (glikogenesis). Dari depot glikogen, disuplai glukosa secara
konstan ke darah (glikogenolisis) untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Sebagian glukosa di metabolisme dalam jaringan untuk menghasilkan
-
panas dan disimpan dalam otot atau menjadi lemak dan disimpan
dalam jaringan subkutan.
Hati juga mampu mensintesis glukosa dari protein dan lemak
(glukogeogenesis). Peranan hati pada metabolisme protein penting
untuk hidup. Protein plasma, kecuali gama globulin, disintesis oleh
hati.
e. Usus Halus
Saluran pencernaan makanan yang paling panjang dengan
panjang kurang lebih 6,5 meter dan lebar kurang lebih 25 milimeter
adalah usus halus. Permukaan dindingnya berjonjot sehingga terlihat
seperti lekukan-lekukan. Hal inilah yang menyebabkan permukaannya
menjadi luas.
a) Usus Dua Belas Jari (Duodeunum)
Usus dua belas jari berukuran panjang kurang lebih 25
sentimeter. Makanan dari lambung bersifat asam, kemudian masuk
ke usus dua belas jari.
b) Usus Kosong (Jejenum)
Disebut usus kosong karena pada orang yang sudah
meninggal, usus ini tidak ada isinya atau kosong,. Dinding usus ini
mempunyai kelenjar liberkuhn yang dapat mengeluarkan getah
usus.
c) Usus Penyerapan (ileum)
Didalam usus ini, makanan tidak dilakukan pemecahan
lagi, melainkan diserap oleh dinding usus masuk peredaran darah
-
yang kemudian dapat digunakan untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan tubuh.
f. Usus Besar
Usus besar berisi kuman dengan jumlah mencapai triliunan.
Mikroba ini berfungsi dalam proses pembusukan. Ada beberapa
bakteri yang dapat menghasilkan vitamin B dan K. Di dalam usus
besar, makanan hanya kan mengalami penyerapan air dan beberapa
garam mineral. Di dalam usus ini makanan sudah berwujud dalam
bentuk ampas. Adanya bakteri saprofit, yaitu Eschericia coli
menyebabkan ampas makanan akan membusuk yang selanjutnya akan
dikeluarkan dalam bentuk feses.
Jika dalam dinding usus besar seseorang terinfeksi, akibatnya
penyerapan air akan terganggu, sehingga wujud feses dalam keadaan
cair yang disebut dengan gejala diare. Apabila seseorang menahan
buang air besar, maka akan menyebabkan penyerapan air yang
berlebihan sehingga feses menjadi keras yang disebut dengan
konstipasi (sembelit) yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh
darah vena sekitar anus yang gejalanya disebut dengan hemoroid
(ambeien).
g. Anus
Feses akan didorong oleh otot-otot polos di sekitarnya menuju
ke anus dan tertimbun di situ dan akhirnya menyebabkan seseorang
merasa ingin buang air besar. Proses buang air besar ini disebut
-
defekasi. Otot-otot di sekitar anus berkontraksi sehingga anus
membuka dan mengeluarkan feses dari anus.
Feses yang dihasilkan dari organ pembuangan dipengaruhi oleh
jenis makanan. Makanan yang banyak mengandung serat tumbuhan
lebih banyak menghasilkan feses, karena sulit dicerna. Makanan yang
lain umumnya 95% dapat diserap oleh usus halus dan 5% menjadi
kotoran dalam bentuk feses. Sekitar 75% kandungan feses terdiri dari
air. Sisanya adalah berupa zat
Menurut Suwarno (2019: 97), zat makanan merupakan bahan-
bahan yang diperlukan oleh tubuh supaya dapat tetap hidup. Ada 2 jenis
zat makanan, yaitu zat makanan makro (karbohidrat, lemak, protein, air)
dan zat makanan mikro (vitamin,mineral).
a. Zat makanan
a) Karbohidrat
Karbohidrat atau hidrat arang merupakan senyawa yang
mengandung C, H, dan O dengan perbandingan H dan O = 2 : 1
dan dinyatakan denganrumus umum Cn(H2O)n. Secara kimiawi,
karbohidrat dapat didefinisikansebagai turunan aldehida
(polihidroksi aldehid) atau turunan keton (polihidroksi keton) dari
alkohol, atau juga karbohidrat berarti senyawa yang dapat
dihidrolisis (bereaksi dengan air) menghasilkan aldehida atau
keton.
Fungsi Karbohidrat:
1) Sebagai sumber energi utama.
-
2) Berperan penting dalam metabolisme.
3) Menjaga keseimbangan asam dan basa.
4) Pembentukan struktur sel, jaringan, dan organ tubuh.
5) Membantu proses pencernaan makanan dalam saluran
pencernaan, misalnya selulosa.
b) Lemak
Persenyawaan antara asam lemak dan gliserol disebut
"lemak", tersusun atas unsur C, H, dan O, serta terkadang P dan N.
Lemak tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik,
seperti eter, kloroform, dan minyak tanah.
Fungsi Lemak:
1) Sumber energi.
2) Pelarut vitamin A, D, E, dan K.
3) Sumber asam lemak esensial.
4) Pelindung organ tubuh.
5) Penyebab lamanya pengosongan lambung sehingga memberi
rasa kenyang lebih lama
c) Protein
Protein didefinisikan sebagai senyawa majemuk yang
terdiri atas unsur-unsur C, H, O, N, dan kadang-kadang
mengandung pula unsur P dan S. Protein terdiri atas senyawa-
senyawa sederhana yang disebut asam amino. Jenis asam amino
amat banyak, namun secara sederhana dapat dibedakan menjadi
asam amino esensial dan asam amino non esensial.
-
Fungsi Protein:
1) Sintesis zat-zat penting tubuh, seperti hormon, enzim, dan
antibodi.
2) Pertumbuhan, perbaikan, dan pemeliharaan jaringan tubuh.
3) Pelaksanaan metabolisme tubuh.
4) Penyeimbangan asam dan basa cairan tubuh karena berperan
sebagai buffer.
5) Pemeliharaan tekanan cairan dalam sekat rongga tubuh.
6) Penyediaan sumber energi, di mana 1 gramnya terkandung 4,1
kalori.
7) Penetralan (detoksifikasi) racun di dalam tubuh.
d) Air
Fungsi Air pelarut senyawa-senyawa lainnya, mengangkut
zat lain dari sel ke sel atau dari jaringan ke jaringan lainnya.
Menjaga stabilitas suhu tubuh. Pengaturan air di dalam tubuh
dikendalikan oleh berbagai kelenjar buntu, seperti hipofisis, tiroid,
anak ginjal, dan alat pengeluaran seperti kulit melalui kelenjar
keringat.
Fungsi Air:
1) Pelarut senyawa-senyawa lainnya.
2) Mengangkut zat lain dari sel ke sel atau dari jaringan ke
jaringan lainnya.
3) Menjaga stabilitas suhu tubuh. Pengaturan air di dalam tubuh
dikendalikan oleh berbagai kelenjar buntu, seperti hipofisis,
-
tiroid, anak ginjal, dan alat pengeluaran seperti kulit melalui
kelenjar keringat
e) Mineral
Mineral-mineral yang dibutuhkan oleh tubuh di
kelompokkan menjadi makroelemen dan mikroelemen.
f) Vitamin
Senyawa organik yang terdapat dalam makanan dan
dibutuhkan untuk pertumbuhan yang normal dinamakan vitamin.
Senyawa organik yang terdapat dalam makanan dan dibutuhkan
untuk pertumbuhan yang normal dinamakan vitamin. Menurut
kelarutannya vitamin dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu:
1) Vitamin yang larut dalam air: vitamin B dan C.
2) Vitamin yang larut dalam lemak: vitamin A, D, E, dan K
Menurut Suwarno (2019: 107), Beberapa struktur khusus sistem
pencernaan ruminansia yang membedakannya dengan hewan-hewan
pemakan hewan dan pemakan segala antara lain:
a. Gigi serinya mempunyai bentuk yang sesuai untuk menjepit
makanannya yang berupa rumput atau tumbuhan.
b. Geraham belakang besar berbentuk datar dan lebar.
c. Rahangnya bergerak menyamping untuk menggiling dan menggilas
makanan.
d. Struktur lambungnya kompleks dengan empat ruangan yang berbeda,
yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum.
e. Ukuran panjang ususnya, dibanding hewan karnivora atau omnivore
-
f. yang ukuran tubuhnya sama, usus ruminansia jauh lebih panjang.
g. Pada ususnya hidup koloni bakteri yang merupakan simbiosis
mutualisme dengan ruminansia.
Menurut Suwarno (2019: 107), kelainan atau penyakit pada sistem
pencernaan makanan
a. Gangguan pada Mulut
a) Parotis atau gondong, yaitu infeksi pada kelenjar parotis.
b) Xerostomia, yaitu produksi air liur yang amat sedikit.
b. Gangguan pada Lambung
a) Gastritis: radang akut pada dinding lambung karena makanan yang
kotor.
b) Kolik: salah cerna akibat makanan yang masuk terlalu banyak.
c. Gangguan pada Usus
a) Diare: injeksi kuman pada kolon yang mengakibatkan feses terlalu
cepat keluar.
b) Sembelit: keadaan sulit buang air besar akibat penyerapan air khim
pada ileum berlebihan.
c) Apendisitis: keadaan apendiks yang meradang.
d) Hemoroid: keadaan membengkaknya vena pada anus
Menurut Suwarno (2019: 107), Gangguan pada alat pencernaan
bisa pula akibat keracunan makanan. Keracunan ini umumnya disebabkan
oleh bakteri, seperti Salmonella yang dapat menyebabkan penyakit tifus
dan Clostridium yang dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian.
-
Bakteri Clostridium umumnya terdapat pada makanan kaleng yang
kadaluwarsa.
B. Penelitian yang Relevan
Kedudukan penelitian yang akan peneliti lakukan merupakan
pengembangan dari hasil riset sebelumnya. Untuk menghindari adanya
temuan-temuan yang sama, penulis memberikan beberapa contoh penelitian
yang berkaitan dengan model pembelajaran kooperatiftipe talking chips
dengan snowball throwing.
1. Haeruddin Karmila (2017) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikansi antara hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips dengan
hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing, dimana nilai rata-rata kelompok yang diberi perlakuan
model pembelajaran kooperatif tipe talking chips lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok yang diberi perlakuan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.
2. Amirta Acep (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
talking chips memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar.
3. Sari Gusliana (2017) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terjadi
peningkatan pada materi asam basa setelah model pembelajaran talking
chips.
4. Hanum, dkk (2015) dalam peelitiannya menyimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil
-
belajar peserta didik di SMAN 1 Karangtengah Demak. Hal ini
ditunjukkan hasil belajar (pengetahuan) kelas eksperimen lebih baik
dibanding kelas kontrol. Hasil belajar (keterampilan dan sikap) kelas
eksperimen lebih baik dibanding kelas kontrol meskipun tidak berbeda
secara signifikan.
Kedudukan penelitian yang peneliti lakukan merupakan
pengembangan dari riset yang sebelumnya, tentang model pembelajaran
kooperatif tipe talking chips dan snowball throwing. Oleh karena itu, kajian
penelitian yang relevan dijadikan bahan rujukan untuk melakukan penelitian
yang lebih baik. Salah satu contoh skripsi tersebut berbeda dengan penelitian
yang akan peneliti lakukan dengan judul “Perbandingan Model Pembelajaran
Talking Chips dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Sistem Pencernaan Kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang Makassar”
C. Kerangka Pikir
SMA Datuk Ribandang Makassar merupakan salah satu sekolah yang
terletak di Kota Makassar. Permasalahan proses belajar mengajar yang
terdapat di kelas XI MIA di SMA Datuk Ribandang Makassar mengakibatkan
penurunan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran biologi, ada
beberapa faktor yang mengakibatkan penurunan hasil belajar siswa, salah
satunya yaitu aktivitas belajar yang rendah, kurangnya kreatifitas guru dalam
mengelolah kelas pada proses pembelajaran sehingga mengakibatkan
rendahnya hasil belajar siswa.
Adapun model pembelajaran yang dianggap mampu meningkatkan
hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran kooperatif tipe talking chips
-
(kancing gemerincing) dan model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing, kedua model pembelajaran tersebut merupakan model pembelajaran
yang dilakukan berkelompok agar siswa bisa aktif dalam proses belajar
pembelajaran, siswa termotivasi untuk bersemangat dalam belajar, sehingga
meningksatkan hasil belajar siswa.
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis
penelitian yang di ajukan dalam penelitian ini, yaitu: ada perbedaan model
pembelajaran talking chips dan snowball throwing terhadap hasil belajar siswa
Proses belajar mengajar di
SMA Datuk Ribandang Makassar
Model pembelajaran yang digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa
1. Aktivitas belajar yang rendah
2. Kurangnya kreatifitas guru dalam mengelolah kelas
3. Rendahnya hasil belajar siswa
Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips
dengan Snowball Throwing
1. Siswa bisa aktif dalam proses belajar pembelajaran
2. Siswa termotivasi untuk bersemangat dalam belajar
3. Meningkatkan hasil belajar
Hasil belajar siswa mencapai KKM
-
pada materi sistem pencernaan kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang
Makassar.
-
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu Quasy
Experimental Design (eksperimental semu).
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Posttest Only Control Penelitian ini menggunakan dua kelompok
eksperimen yaitu kelompok A yang diukur dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe talking chips dan kelompok B yang diukur
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Posttest
A X1 O1
B X2 O2
(Sumber: Sugiyono, 2015:116)
Keterangan :
A = Kelompok Eksperimen Talking Chips
B = Kelompok Eksperimen Snowball Throwing
X1 = Perlakuan modelTalking Chips
X2 = Perlakuan model Snowball Throwing
O1 = Posttest Talking Chips
O2 = Posttest Snowball Throwing
-
B. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 November 2019 sampai 2
Desember 2019, di SMA Datuk Ribandang Makassar.Sekolah ini terletak di
Jl Gatot Subroto IV Kecamatan Tallo Kota Makassar Provinsi Sulawesi
Selatan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Datuk
Ribandang Makassar Tahun Ajaran 2019/2020 yang terdiri dari 3 rombel
XI dengan jumlah siswa 108 orang.
Tabel 3.2 PopulasiPenelitian
Kelas Jumlah Siswa
XI MIA1 36 siswa
XI MIA2 36 siswa
XI MIA3 36 siswa
Jumlah Populasi 108 siswa
(Sumber: Tata Usaha SMA Datuk Ribandang Makassar, 2019)
2. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pengambilan
secara random sampling. Random sampling yaitu pengambilan unit
sampel secara acak. Maka diperoleh 2 kelas yang terbentuk berupa kelas
Eksperimen I dan kelas Eksperimen II.
-
Tabel 3.3 Sampel Siswa
No Kelompok Kelas Jumlah Siswa
1 Eksperimen I: XI MIA 1 36
2 Eksperimen II: XI MIA 2 36
Jumlah 72
(Sumber: SMA Datuk Ribandang Makassar, 2019)
D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap Observasi
a. Bertemu dengan kepala sekolah untuk meminta izin melakukan
wawancara terhadap guru mata pelajaran biologi.
b. Wawancara guru mata pelajaran biologi.
2. Tahap Persiapan
a. Mengurus surat izin penelitian di dekan FKIP yang ditujukan kepada
kantor DIKNAS Makassar dan kepala sekolah SMA Datuk Ribandang
Makassar.
b. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti RPP dan silabus serta
instrumen penelitian lainnya.
c. menentukan jadwal penelitian dan mengkondisikan kelas serta materi
pembelajaran.
3. Tahap Pelaksanaan
Setelah tahap persiapan dilakukan maka tahapan selanjutnya yaitu
pelaksanaan penelitian, dengan kegiatan sebagai berikut :
-
a. Melakukan proses belajar mengajar selama 3 kali pertemuan dengan
menggunakan model pembelajaran Talking Chips yaitu model
pembelajaran menggunakan kartu berbicara pada kelas XI MIA 1.
b. Melakukan proses belajar mengajar selama 3 kali pertemuan dengan
menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing yaitu model
pembelajaran yang menggunakan bola salju yang berisikan pertanyaan
pada kelas XI MIA 2.
Adapun Sintak atau fase-fase model pembelajaran Talking Chips
dan Snowball Throwing sebagai berikut:
Tabel 3.4 Sintak Model Pembelajaran Talking Chips
Fase Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa
Fase 1
Menyampaikan tujuan
dan memotifasi siswa
- Menyampaikan
tujuan (atau
indikator hasil
belajar),guru
memotivasi siswa,
guru mengaitkan
pelajaran sekarang
dengan yang
terdahulu.
- Siswa mencatat
tujuan
pembelajaran yang
disampaikan
Fase 2
Menyajikan informasi
- Guru
menyajikaninformas
i kepada siswa
dengan jalan
demonstrasi atau
lewat bacaan.
- Siswa
mendengarkan
informasi tentang
materi
pembelajaaran
Fase 3
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-kelompok
belajar
- Guru menjelaskan
kepada siswa cara
membentuk
kelompok belajar,
guru
mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-kelompok
belajar (setiap
- Siswa membentuk
kelompok-
kelompok belajar.
-
kelompok
beranggotakan 4-6
orang dan harus
heterogen)terutama
jenis kelamin dan
kemampuan siswa,
dan setiap anggota
diberi tanggung
jawab untuk
mepelajari atau
mengerjakan tugas)
- Guru menjelaskan
tentang penggunaan
media kancing
sebagai salah satu
tiket untuk
berpendapat di
dalam kelompoknya
masing-masing
- Siswa
mendengarkan
informasi tentang
prosedur
pelaksanaan
pembelajaran
Fase 4
Membimbing
kelompok bekerja dan
belajar
- Guru membimbing
kelompok-
kelompok belajar
pada saat siswa
mengerjakan tugas
- Siswa mengerjakan
tugas yang
diberikan guru.
Fase 5
Evaluasi
- Guru mengevaluasi
hasil belajar tentang
materi yang telah
dipelajari atau
meminta siswa
mempresentasikan
hasil kerjanya,
kemudian
dilanjutkan dengan
diskusi.
- Perwakilan
kelompok
membacakan
jawaban yang telah
didiskusikan.
Fase 6
Memberi
penilaian/penghargaan
- Guru memberikan
penghargaan kepada
siswa yang
berprestasi untuk
menghargai upaya
- Siswa
mendapatkan nilai
dari hasil kerja
kelompok.
-
dan hasil belajar
siswa baik secara
individu maupun
kelompok.
(Sumber: Warsono, 2013:235-236)
Tabel 3.5 Sintak Model Pembelajaran Snowball Throwing
Fase Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa
Fase 1
Menyampaikan tujuan
dan memotifasi siswa
- Menyampaikan
seluruh tujuan dalam
pembelajaran dan
memotivasi siswa
- Siswa mencatat
tujuan
pembelajaran yang
disampaikan
Fase 2
Menyajikan informasi
- Menyajikan
informasi tentang
materi pembelajaran
siswa
- Siswa
mendengarkan
informasi tentang
materi
pembelajaaran
Fase 3
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-kelompok
belajar
- Memberikan
informasi kepada
siswa tentang
prosedur
- Siswa
mendengarkan
informasi tentang
prosedur
pelaksanaan
pembelajaran
snowball throwing
- Membagi siswa ke
dalam kelompok-
kelompok belajar
yang terdiri dari 7
orang siswa.
- Siswa membentuk
kelompok-
kelompok belajar
Fase 4
Membimbing
kelompok bekerja dan
belajar
- Memanggil ketua
kelompok dan
menjelaskan materi
serta pembagian
tugas kelompok.
- Masing-masing
ketua kelompok
maju ke depan dan
mendengarkan
penjelasan materi
dari guru serta
pembagian tugas
kelompok.
- Meminta ketua
kelompok kembali
- Ketua kelompok
kembali ke
-
ke kelompok
masing-masing
untuk
mendiskusikan tugas
yang diberikan guru
dengan anggota
kelompok.
kelompoknya
untuk
mendiskusikan
tugas yang
diberikan oleh
guru.
- Memberikan
selembar kertas
kepada setiap
kelompok dan
meminta kelompok
tersebut menulis
pertanyaan sesuai
dengan materi yang
dijelaskan guru.
- Setiap kelompok
mendapatkan
selembar kertas dan
menulis pertanyaan
sesuai materi yang
dijelaskan.
- Meminta setiap
kelompok untuk
menggulung dan
melemparkan
pertanyaan yang
telas ditulis pada
kertas kepada
kelompok lain.
- Setiap kelompok
mendapatkan
gulungan
pertanyaan yang
telah ditulis dari
kelompok lain.
- Meminta setiap
kelomppok
menuliskan jawaban
atas pertanyaan yang
didapatkan dari
kelompok lain pada
kertas tersebut.
- Setiap kelompok
menulis jawaban
dari pertanyaan
yang di dapatkan.
Fase 5
Evaluasi
- Guru meminta setiap
kelompok untuk
membacakan
jawaban atas
pertanyaan yang
diterima dari
kelompok lain.
- Perwakilan
kelompok
membacakan
jawaban yang telah
didiskusikan.
Fase 6
Memberi
- Memberikan
penilaian terhadap
hasil kerja
kelompok.
- Siswa
mendapatkan nilai
dari hasil kerja
-
penilaian/penghargaan
kelompok.
(Sumber: Shoimin, 2017: 175-176)
4. Tahap Evaluasi
memberikan posttest pada dua kelas eksperimen dengan soal dan
alokasi waktu yang sama, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan
ranah kognitif setelah diberikan perlakuan.
E. Definisi Operasional Variabel
Penafsiran variabel yang akan diteliti, maka perlu adanya batasan atau
definisi operasional tentang variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini
terdapat 2 variabel bebas, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe talking
chipsdan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing, variabel
terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar.
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Dalam penelitian terdapat 2 variabel bebas, yaitu penggunaan model
pembelajaran talking chips dalam proses belajar mengajar dan snowball
throwing dalam proses belajar mengajar. Talking chips merupakan kartu
berbicara yang akan digunakan siswa untuk mengeluarkan pendapat atau
sanggahan sehingga semua siswa lebih aktif dalam proses belajar
mengajar. Sedangkan snowball throwing merupakan melempar bola salju
yang bertujuan untuk memancing siswa membuat soal sekaligus menguji
daya serap materi yang disampaikan dalam proses belajar mengajar..
-
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa materi
sistem pencernaan. Berhasil tidaknya pencapaian hasil belajar siswa
tergantung dari proses belajar yang di alami oleh siswa. Hasil belajar yang
diamati pada penelitian ini difokuskan pada ranah kognitif peserta didik
kelas XI. Terdapat enam jenis ranah kognitif yang dimaksud mulai dari
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evalusasi.
F. Instrument Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengukur melalui hasil belajar siswa
materi sistem pencernaan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
yaitu dengan jenis tes posttest. Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah
tes pilihan ganda untuk megukur kemampuan kognitif siswa dengan jumlah
soal sebanyak 30 soal. Tes yang diberikan mengukur ranah kognitif yang
meliputi C1 (ingatan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis).
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perangkat Pembelajaran
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat berdasarkan
panduan Kurikulum 2013. RPP yang dibuat menggunakan model
pembelajaran kooperatif dan telah melalui proses validasi yang
dilakukan oleh tim validator, instrument validasi RPP terdiri dari 28
indikator penilaian dan terdiri dari 4 skala penilaian yaitu skla
penilaian 1,2,3, dan 4. Untuk validator satu memberikan skor sebesar 4
dari 28 indikator pnilaian, kemudian validator kedua memberikan skor
-
sebesar 3,75 dari 28 indikator. Berdasarkan skor yang telah diberikan
dari kedua tim validator dapat dikatakan bahwa RPP yang dibuat layak
diterapkan dan digunakan pada proses pembelajaran, selengkapnya
dapat dilihat (Lampiran B).
2. Tes
Pada penelitian ini, tes yang digunakan untuk mengukur hasil
belajar siswa pada materi sistem pencernaan kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II yaitu dengan jenis tes postest. Tes yang akan digunakan
oleh peneliti di sini berisikan tes hasil belajar siswa. Bentuk tesnya adalah
tes tertulis berupa 30 soal pilihan ganda.yang dilakukan untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi. Sebelum menggunakan soal tes
tersebut peneliti terlebih dahulu melakukan proses validasi pada tim
validator dimana instrument validasi tes hasil belajar terdiri dari 12
indikator dan 4 skala penilaian yaitu skala penilaian 1,2,3, dan 4. Untuk
validator satu memberikan skor sebesar 3,92 dari 12 indikator pnilaian,
kemudian validator kedua memberikan skor sebesar 3,58 dari 12 indikator
(Lampiran B).
3. Observasi
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan
observasi di sekolah untuk mengetahui perbandingan sebelum dan sesudah
melakukan penelitian, mengetahui kondisi atau keadaan didalam kelas
serta kendala yang ada didalam kelas. Lembar observasi yang diterapkan
pada saat siswa telah melalui proses validasi yang dilakukan oleh tim
validator. Pada instrument observasi siswa terdiri 11 indikator penilaian
-
dengan 4 skala penilaian yaitu skala penilaian 1,2,3, dan 4. Adapun skor
yang diberikan oleh kedua tim validator sebesar 4 dari 11 indikator
penilaian (Lampiran B).
G. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat beberapa teknik mengumpulkan data dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Observasi
Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati secara
langsung objek penelitian.
2. Tes
Tes merupkan cara yang ditempuh untuk mengetahui kemampuan
siswa. Data dikumpulkan melalui pemberian tes yang disediakan dan
diberikan kepada siswa sebanyak 30 soal posttest.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh
data-data siswa menjadi sampel penelitian, dimana dokumentasi dalam
bentuk buku nilai siswa, buku absen, jumlah siswa, foto-foto.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan seluruh kegiatan setelah seluruh data dari
seluruh responden terkumpul pada penelitian kuantitatif.Teknik analisis data
yang diperoleh bertujuan untuk menguji hipotesis dan menjawab rumusan
masalah.Pengolahan data hasil penelitian yang digunakan yaitu :
1. Analisis statistik deskriptif
-
Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan menggunakan
bantuan SPSS versi 25.0. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk
mengetahui nilai rata-rata hasil belajar siswa, interval kelas, standar
deviasi ,nilai maksimum dan nilai minimum.
Untuk mengelompokkan tingkat hasil belajar yang diperoleh siswa,
menggunakan pedoman yang telah ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan tahun 2017 yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.7 Tingkat Penguasan Materi
Nilai Hasil Belajar Kategori
93-100 Sangat baik
84-92 Baik
75-83 Cukup
0-74 Kurang
(Sumber: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017)
Kriteria keberhasilan siswa dikatakan tuntas belajar jika
memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70. Dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3.8 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Nilai Hasil Belajar Kategori
< 70 Tidak tuntas
≥ 70 Tuntas
(Sumber: SMA Datuk Ribandang Makassar, 2019)
Tabel 3.9 Kriteria Interprestasi Aktivitas Belajar Siswa
Rentang Skor Kriteria
81% - 100% Sangat Aktif
-
61% - 80% Aktif
41% - 60% Cukup Aktif
21% - 40% Kurang Aktif
0% - 20% Tidak Aktif
(Sumber: Masyhud, 2018)
2. Analisis Statistik Inferensial
Statistik inferensial adalah analisis data yang digunakan untuk
menentukan sejauh mana kesamaan antara hasil yang diperoleh dari suatu
sampel dengan hasil yang akan didapat pada populasi secara keseluruhan.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas yang digunakan untuk mengetahui distribusi
normal atau tidak. Cara yang digunakan untuk menguji normalitas data
pada penelitian ini dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.
pada program statistik SPSS versi 25.0. Adapun analisis program SPSS
memiliki taraf sig α = 0,05 yaitu jika nilai analisis data uji normalitas ˃
α maka data tersebut dapat dikatakan normal sedangkan jika nilai
analisis data uji normalitas ˂ α maka data tersebut dikatakan tidak
normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh homogen atau tidak.Uji homogenitas disebut juga dengan uji
kesamaan varians. Untuk mengetahui homogenitas data peneliti
menggunakan uji Homogenity of Variancetest pada One-way Anova
program statistik SPSS versi 25.0. Adapun analisis program SPSS
-
memiliki taraf sig α = 0,05 yaitu jika nilai analisis data uji homogenitas
˃ α maka data tersebut dapat dikatakan homogen sedangkan jika nilai
analisis data uji homogenitas ˂ α maka data tersebut dikatakan tidak
homogen.
c. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui uji hipotesis data peneliti menggunakan uji
Independent sample t-test pada program statistik SPSS versi 25.0.
Adapun analisis program SPSS memiliki taraf sig α = 0,05 yaitu jika
nilai analisis data uji hipotesis dimana ˃ α maka data tersebut dapat
dikatakan tidak ada perbedaan dua model pembelajaran tersebut
sedangkan jika nilai analisis data uji homogenitas ˂ α maka data
tersebut dikatakan terdapat perbedaan du