208196940-bedah-anak

126
BEDAH ANAK * Klasifikasi banyak * Acuan: klasifikasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1. Bedah anak kongenital&wkt optimum operasi(oprx) 2. Aspek bedah saluran cerna anak

Upload: cruss3101

Post on 25-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Slide 1

BEDAH ANAK* Klasifikasi banyak* Acuan: klasifikasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia1. Bedah anak kongenital&wkt optimum operasi(oprx)2. Aspek bedah saluran cerna anak

PENENTUAN WAKTU OPERASI ELEKTIF* Tergantung: 1. Umur optimal 2. Keadaan anak optimal

* Percepatan rencana operasi:1. Kapasitas penyembuhan2. Ruang untuk tumbuh3. Hindari kelainan psikologi anak4. Hindari trauma psikis orang tua

1. BIBIR SUMBING(BS)/ CLEFT LIP: Labioplasty -Rule of ten: a. BB >10 pon b. Umur >10 minggu c. Hb >10 gr% d. Leukosit 5 thn daun telinga tidak tumbuh lagi

6. DUKTUS/ KISTA THYROGLOSSUS: Ekstirpasi - Sisa embriologik pembentukan kelenjar thyroid dari foramen caecum pada pangkal lidah menembus os.hyoid- Ekstirpasi sebelum ada infeksi

7. TORTIKOLIS: Insisi & fisioterapi - Tumor M.sternocleidomastoideus saat persalinan- Kelihatan: 1-2 bulan sesudah fibrosis - Gejala: a. Pemendekan otot karena fibrosisdx b. Kedudukan mata berubah c. Hemihypoplasia bentuk kepala d. Skapula lebih tinggikarena tertarik fibrosis- Tx: a. Bayi: fisioterapi b. Insisi atas tumor/ putus muskulus pada insersio

88. HERNIA UMBILIKALIS: Regresi spontan

- Pemasangan plester percepat penutupan-Lubang besar & >2 thn tetap menonjol: Herniorrhaphy- DD:Hernia paraumbilikalis/ Hernia supraumbilikal= celah di linea alba terletak kranial lubang umbilikus tidak menutup spontan

9. HEMANGIOMA (HM): Regresi spontan, Regresi dipercepat, Eksisi

- Kelainan bawaan perluasan jaringan pembuluh darah- Regresi spontan pada 18-48 bulan - Regresi dipercepat: a. HM luas: radiasi 5 mm sinar 3 kali 300 rad HM di kepala & mammae bisa ganggu perkembangan b. HM dalam: suntik NaCl 3%di dasar benjolan 1x/bln

c. HM kecil & cukup dalam: CO2 beku 1x/bln d. HM luas & dalam: Kortikosteroid dosis tinggi 5-7 minggu bed rest 5 mingguevaluasi:1. HM tetap/mengecil: diamkan 2. HM membesar: ulangi e. HM tidak dapat regresi sendiri eksisi

10. LIMFANGIOMA (LM): Insisi & fisioterapi

- Beda dg HM: a. LM tidak teregresi spontan, b. LM radio-resisten- Radang jaringan sekitar tumor cepat membesar- Terdiri mikro & makro kistik sulit diangkat sekaligus

11. GRANULOMA UMBILIKUS: Non-bedah & eksisi - Umbilikus banyak sekret & bau dikeluhkan orang tua- Tx: a. Non bedah: 1. AgNO3 3%, 2. Mercorochom 3. Salep antibiotika b. Bedah: eksisi

12. TERATOMA SACRO-COCCYGEUS: Eksisi urgent - Tampak sejak lahir- Letak: antara sakrum dan rektum- Eksisi urgent ( umur 2 minggu): bahaya keganasan

13. HYPOSPADIA: Kordektomi uretroplasty-Kelainan letak meatus urinary di bawah penis/perineum- Tx: 1. Kordektomi (umur 1 thn): luruskan bentuk penis 2. Dilanjutkan urethroplasty (umur 2-5 thn)

14. GANGGUAN PENURUNAN TESTIS: Operasi- Berupa arrest atau ektopia testis- Operasi pada umur 2,6 thn: sesuai pematangan testis- > 2,6 thn: testis tidak berkembang lagi 1. Sel spermatogenesis terganggu2. Fungsi hormonal testis tidak terganggu 15. SYNDACTILIA/ CONGENITAL WEBBING:- Pada jari tangan pada umur 5 thn- Pada jari kaki pada umur 1 thn

16. POLYDACTILIA: Ekstripasi sesuai permintaan- Pada jari tangan pada umur 3 bulan- Pada jari kaki pada umur 1 thn

II. ASPEK GANGGUAN SALURAN CERNA ANAK 1. Muntah 2. Nyeri perut berulang

3. Perdarahan Saluran cerna

I. MUNTAH (1)* Gx paling sering dlm Pediatri* Hampir semua kelainan saluran cerna:1. Diawali muntah: misalnya (msl): apendisitis Akut 2. Diakhiri muntah: msl: gangguan pasase - Atresi/Stenosis Duodenum- Malrotasi + Volvulus- Invaginasi muntah hijau

* MUNTAH Kelainan bedah saluran cerna KETENTUAN:1. Ketentuan umum: a. Muntah Hijau (bercampur empedu)b. Proyektilc. Persistend. Darahe. Penurunan BB/ Kegagalan BB2. Ketentuan khususa. Gangguan evakuasi/ kelainan mekoniumb. Distensi abdominalc. Serangan rasa sakit I. MUNTAH (2) 2.2 KETENTUAN KHUSUS1. Gangguan Evakuasi / Kelainan Mekoniuma. Mekonium tidak keluar/terlambat Hirschprung Disease, Prematuritasb. Mekonium tidak normal Gangguan Pasase Intra-uterin (Atresia Ileum)c. Mekonium keluar spontan/colok dubur Stagnasi (Hirschprung Disease) I. MUNTAH (3)2. Distensi Abdominala. Gg. Pasase - Menyeluruh + Gambaran Usus Sumbatan di Ileum Terminal/Distal - Atas Sumbatan proximal jejunum - Menyeluruh+Tanda Radang Radang Intra-peritonealb. Gambaran Usus tidak ada, perabaan lembek, pekak hati menghilang Perforasi Usus

I. MUNTAH (4)3. Serangan Rasa Sakit Intermiten/ persisten Gg. Pasase Sederhana/ Strangulasi - Px menangis (menahan sakit) - Muntah keluar susu - Muntah berwarna kuning hijau fekal

I. MUNTAH (5)II. SAKIT PERUT BERULANG (1)* GANGGUAN ORGAN INTRA-ABDOMINAL YG SBBKAN SAKIT PERUT:1. Gangguan pasase saluran organ (KOLIK):- Timbul akibat TIL di proximal sumbatankompensasi: peristaltik saluran di proximal - Sumbatan bisa parsial/ total2. Peradangan organ di rongga peritoneum: Radang kena peritoneum parietalis disalurkan saraf somatik = Nyeri jika ada gerakan peritoneum3. Gangguan aliran darah organ di rongga peritoneum (ISKEMI JARINGAN)4. Kombinasi di atasII. SAKIT PERUT BERULANG (2)

* ETIOLOGI1. Gangguan intra-abdominal 2. Gangguan organ sekitar abdomen3. Gangguan sistem persarafan4. Gangguan umumII. SAKIT PERUT BERULANG (3)* DIAGNOSIS (1)1. Penilaian rasa sakit+gejala penyerta2. Pmx fisik:a. Tanda rangsangan peritonealb. Deteksi tumor & asal organ tumorc. Deteksi penyakit primerII. SAKIT PERUT BERULANG (3)* DIAGNOSIS (2)3. Pmx radiologi: a. Foto polos abdomen: radang, obstruksi, kalsifikasib. Foto barium meal/ follow through: kelainan lumen (kontur & letak) gaster-kolonc. Foto enema barium: kontur & letak, adanya massa di kolon & apendiksd. Foto pielografi IV: membedakan kelainan intra & extra renal, deteksi kelainan saluran urine.4. USG: tentukan letak & jenis kelainan5. Endoskopi (AKURAT!) : kelainan lumen gaster, duodenum, kolonIII PERDARAHAN SALURAN CERNA (1)* PERMUDAH PENEGAKAN DIAGNOSIS:1. Perkirakan sumber lokasi perdarahana. Perdarahan sal. cerna atas: melena, hematemesisb. Perdarahan sal. cerna tengah: hematokhesiac. Perdarahan sal. cerna bawah: darah segar&menetes2. Gejala & tanda yang menyertai3. Umur penderita4. Fungsi mekanisme pembekuan darah

III PERDARAHAN SALURAN CERNA (2)* PERDARAHAN NEONATUS Kemungkinan:1. Darah ibu tertelan2. Defisiensi faktor pembekuan intrinsik3. Perdarahan persisten 4. Perdarahan per-anal* ETIOLOGI pasti belum tau Sementara: kegagalan perkembangan/ degenerasi ganglion dan serabut saraf.* Herediter* 1 diantara 300-900 kelahiran 1>4

1. STENOSIS PILORIK HIPERTROFIK (1)1. STENOSIS PILORIK HIPERTROFIK (2)* GEJALA: 1. 3 Gejala pokok: a. Muntah proyektilb. Gagal pertumbuhan & kehilangan BBc. Obstipasi2. Gejala lain: a. Rewel & terkesan laparb. Muntah + darahc. STAD. LANJUT: -dehidrasi malnutrisi-hipokalemi -alkalosis hipokloremikd. Hipoalbuminemia * PEMERIKSAAN FISIK:1. Darm contour & Darm steifung di abdomen atas2. Teraba tumor di epigastrium/ hipokondrium dextra

1. STENOSIS PILORIK HIPERTROFIK (3)1 STENOSIS PILORIK HIPERTROFIK (4)

* PEMERIKSAAN RADIOLOGI:1. Foto barium meal:- Bila pada palpasi tidak teraba tumor- Terlihat: string sign saluran pilorus kecil & memanjang2. Fluoroskopi: Terlihat= - Pengosongan gaster terlambat- Gaster tampak besar & peristaltik jelas

1. STENOSIS PILORIK HIPERTROFIK (5)* TERAPI:1. Perbaikan keadaan umum (KU):- Bilas gaster dg NaCl: keluarkan sisa barium- Koreksi dehidrasi2. Pembedahan: - Persiapan pra-bedah 24-48 jam- Laparatomi piloromiotomi FREDET-RAMSTEDT

2. ATRESIA DUODENUM (1)* Terjadi pada 1 dari 5.000-10.000 kelahiran* Suspect pada: 1. Sindroma Down2. Kehamilan polihidramnion

* ETIOLOGI: 1. Oklusi vaskuler di duodenum dalam perkembangan fetal2. Kx perkembangan pankreas

2. ATRESIA DUODENUM (2)* MANIFESTASI KLINIK: 1. Obstruksi usus letak tinggi2. Beberapa jam setelah lahir bayi muntah hijau3. Perut sedikit kembung bagian atas kempes setelah muntah* PEMERIKSAAN RADIOLOGI: Foto polos abdomen posisi tegak: 1. Terlihat: gambaran double bubble+ air fluid level2. Terlihat single bubble: duodenum proximal atresi terisi penuh cairan

362. ATRESIA DUODENUM (3)* TX: 1. Persiapan pra-bedah:- Penghisapan cairan & udara- Koreksi cairan & elektrolit2. Laparatomi a. Anastomosis duodeno- duodenostomi ujung ke ujungb. Duodeno-yeyunostomi2. ATRESIA DUODENUM (4)* KOMPLIKASI: 1. Aspirasi2. Dehidrasi3. Hiponatremi4. Hipokalemi3. STENOSIS DUODENUM (1)

* MANIFESTASI= KALIBER LUMEN YG STENOSIS* GEJALA: 1. Gangguan makan/ minum 2. Muntah 3. Infeksi sal. nafas berulang* PMX FISIK: Darm contour & Darm steifung di daerah epigastrium3. STENOSIS DUODENUM (2)* PMX RADIOLOGI:1. Foto polos abdomen posisi tegak: double bubble + gelembung udara kecil-kecil di bagian distal2. Foto kontras barium meal: penyempitan di daerah duodenum3. Barium enema: singkirkan dx malrotasi

*DD: Malrotasi

4. MALROTASI & VOLVULUS (1)* MANIFESTASI KLINIS: - Gangguan pasase setinggi duodenum- 75% gejala & tanda = obstruksi total saluran cerna neonatal

4. MALROTASI & VOLVULUS (2)MUNTAH HIJAU NEONATUS ANGGAP MALROTASI & VOLVULUS!!Karena bahaya iskemi & nekrosis seluruh intestinum tenue

NORMAL

EMBRIOLOGI* ETIOLOGI: 1. Mgg ke-10 Kehidupan intrauterin: Sekum & intestinum tenue kembali ke rongga abdomen2. Sekum rotasi ke kuadran dextra bawah3. Intestinum tenue rotasi dengan aksis a.mesenterika superior terfiksasi dinding posterior abdomen4. PENGHENTIAN GERAKAN ROTASI = pembentukan pita (Ladds band): a. Menyilang duodenumb. Mesenterium intesninum tenue tidak terfiksasi pada dinding posterior abdomen intestinum tenue bebas VOLVULUS bergerak4. MALROTASI & VOLVULUS (3)* DX: 1. Gejala & tanda gangguan pasase saluran cerna setinggi duodenum2. Muntah hijau +/- kembung3. Gejala & tanda obstruksi parsial setinggi duodenum (bila tanpa volvulus sempurna) : a. Gangguan makanb. Hambatan pertumbuhan

4. MALROTASI & VOLVULUS (4)

*PMX RADIOLOGI:1. Foto polos abdomen posisi tegak: double bubble + gelembung udara kecil minim di distal2. Foto barium enema: sekum di kuadran dextra atas dibawah hepar.*TX:1. Pra-bedah: segera bahaya nekrosis2. Bedah: a. pemotongan pita yang menyilang duodenum b. Pembebasan duodenum c. Duodenum diletakkan di vertikal dextra d. Sekum & kolon diletakkan di sebelah sinistra e. Appendektomi: prosedur Ladd4. MALROTASI & VOLVULUS (5)

5. ATRESIA YEYUNAL (1)* ETIOLOGI: Oklusi vasa mesenterikamsl. Akibat: 1. Volvulus intrauterin 2. Invaginasi intrauterin Steril atresia* Klinis mirip atresia duodenal* GEJALA: 1. Muntah hijau beberapa jam post-persalinan 2. Distensi abdomen bagian atas hilang setelah muntah

5. ATRESIA YEYUNAL (2)* PMX RADIOLOGIS:Foto polos abdomen posisi tegak: >3 gelembung udara + air fluid level

* TX:1. Pra-bedah: sama2. Bedah: laparatomi anastomosis ujung ke ujung

6. ATRESIA ILEUM (1) * KLINIS mirip obstruksi sal. Cerna bawah* GEJALA: 1. Muntah hijau lebih lambat terjadi 2. Buncit abdomen menyeluruh 3. a.Mekonium tidak keluar/ b.Mekonium keluar: sedikit, berbutir-butir, kering, warna terang/ hijau muda c.Mekonium tidak normal

6. ATRESIA ILEUM (2) *PMX RADIOLOGI: 1.Foto polos abdomen posisi tegak: a. Obstruksi sal. Cerna letak rendah b. Gelembung udara tersebar seluruh abdomen + air fluid level2. Foto barium enema: Micro colon lumen kolon tampak kecil

6. ATRESIA ILEUM (3) *DD: 1. Penyakit Hirschsprung2. Sindrom sumbatan mekonium

* TX: sama atresia yeyunal

TERAPI ATRESIA YEYUNAL DAN ATRESIA ILEUM7. PERITONITIS (1) * Radang peritoneal + radang sebagian/seluruh organ abdomen keadaan serius

7. PERITONITIS (2) * KLASIFIKASI: 1. Peritonitis primer: tidak berhubungan dg disrupsi viskus abdominal/ dinding abdomen2. Peritonitis sekunder: disebabkan disrupsi viskus abdominal/ dinding abdomen3. Peritonitis mekonium: terjadi sebelum kelahiran (peritonitis intrauterin), disebabkan perforasi usus4. Peritonitis kontaminasi luar: Msl. Omfalokel lebih yang pecah, gastrokisis5. Peritonitis steril/ kimia: Msl. Akibat pecahnya sal. Empedu, adanya darah di rongga peritonium7. PERITONITIS (3) * PATOFISIOLOGI (1): 1. Permeabilitas kapiler organ dalam peritonium Edema organ dalam peritonium2. Sekuestrasi cairan ke dalam rongga peritoneal & lumen usus3. Pengumpulan cairan di rongga peritonium & lumen usus4. Edema dinding abdomen, termasuk jar.retroperitoneal hipovolemia5. suhu, masukan makanan (-), muntah, diare hipovolemia7. PERITONITIS (4) * PATOFISIOLOGI (2): 6. Paralisis usus tanda obstruksi paralitik usus7. Abdomen buncit tanpa terdengar suara peristaltik8. Hipotermi (pada neonatus), hipertermi(bayi/ anak-anak)

* KOMPLIKASI: 1. Invasi kuman ke seluruh jar. Intra-peritoneal darah2. DIC3. Syok4.

7. PERITONITIS (5) * DIAGNOSIS: 1. Penderita tampak septik, letargi, nadi kecil tidak teraba, hipotermi2. Abdomen buncit, mengkilat, venektasi, kemerahan di sekitar umbilikus, khususnya di punggung & genitalia.3. Perubahan bekuan darah: bercak kemerahan seluruh tubuh

7. PERITONITIS (6) * PMX RADIOLOGI: Foto polos abdomen, terlihat:1. Udara kabur & tersebar tidak rata2. Penebalan dinding usus3. Perselubungan menyeluruh/ di bagian tertentu4. Air fluid level di usus/ intraperitoneal fluid level5. Perforasi: udara bebas di bawah diafragma7. PERITONITIS (7) * TX:1. Terapi suportif: Untuk hilangkan hipovolemi, hipo/hipertermi2. Antibiotik spektrum luas IV pra-bedah sensitif kuman gram negatif, gram positif, aerob, anaerob.3. Bedah: hentikan sumber infeksi bersihkan rongga peritoneal dg NaCl steril4. Drain intraperitoneal8. PERITONITIS INTRAUTERIN (1) * NAMA LAIN: PERITONITIS MEKONIUM* Kontaminasi mekonium intraperitoneal semasa intrauterin* Perforasi dapat terjadi awal kehamilan sesudah kelahiran

* PATOFISIOLOGI:1. Gangguan aliran mekonium di saluran gastrointestinal2. Kausa sumbatan3. Perforasi: mekonium keluar lumen gastrointestinal

8. PERITONITIS INTRAUTERIN (2) *KEMUNGKINAN PENYEMBUHAN:1. Perforasi kecil (tak ada gangguan pasase gastrointestinal) : kontinuitas sal.gastrointestinal tidak terganggu2. Perforasi kecil-sedang: penyembuhan oklusi sal.gastrointestinal (mirip atresia)3. Perforasi sedang-besar (tanpa peritonitis umum): penyembuhan tak sempurna lubang perforasi masih terbuka & mekonium terkumpul di suatu ruangan seperti kista8. PERITONITIS INTRAUTERIN (3) *PMX RADIOLOGI: Foto polos abdomen, terlihat:1. Normal dg kalsifikasi2. Tanda obstruksi sal. Intestinal dg kalsifikasi + Bayangan udara di distal atresi/ oklusi perforasi tak terlihat

3. Bayangan udara tersebar rata dg kalsifikasi + Bayangan udara bebas di kista terkalsifikasi/ dibawah diafragma , *Lumen usus proksimal distensi sedang di distal perforasi mengecil/tak tampak 8.PERITONITIS INTRAUTERIN (4) *TX:1. Terapi pra-bedah: a. Dekompresi b. Cairan elektrolit c. Antibiotika IV spektrum luas dosis 2. Bedah: a. Laparatomi pembersihan kontaminasi mekonium dari rongga intraperitonealb. Kolostomi/ ileostomi sementara= pengembalian kontinuitas usus.9. APENDISITIS AKUTA (1) *EPID: >, 9-11 thn> 2-3 thn> bayi-2 thn.*PATOFISIOLOGI (1): 1. Hiperplasi jar.limfoid submukosapenyempitan lumen+ - Penyerapan air feses yang terperangkap di lumen - Terbentuk fekolit kausa sumbatan2. Sumbatan nyeri umbilikus-epigastrium, mual-muntah3. Invasi kuman (e.coli & bakteroides) ke lap. Mukosa Peritonitis lokal peritoneum parietalis submukosa dextra bawah suhu tubuh naik4. Distensi lumen apendiks oklusi pembuluh darah gangren dinding apendiks dinding apendiks9. APENDISITIS AKUTA (2) *PATOFISIOLOGI (2): 5. Bila tek.intra lumen terus perforasi suhu tubuh persisten * DX= 1. Bayi/ anak sering tak bisa menunjuk letak nyeri2. Terlihat sakit3. suhu tubuh 37,5 / > 37,5 jika perforasi4. Dehidrasi ringan5. Tanda rangsangan peritoneal= jelas jika perforasi: ada defans muskuler, nyeri ketok, nyeri tekan6. Tanda obstruksi paralitikkarena peritonitis lokal/umum9. APENDISITIS AKUTA (3) * PMX RADIOLOGI: foto polos abdomen1. Gambaran perselubungan ileal/ caecal ileus2. Patognomonik fekolit

Pada apendisitis perforasi:1. Perselubungan lebih jelas2. Penebalan dinding usus sekitar apendiks3. Garis lemak pra-peritoneal menghilang4. Skoliosis ke dextra5. Tanda obstruksi usus

9. APENDISITIS AKUTA (4) * PMX LAB: 1. Pemeriksaan darah: a. Lekositosis >13.000/mm3 b. Hitung jenis: bergeser ke kiri2. Pemeriksaan urine: Sedimen N/ Eritrosit (+) & Leukosit (+)* TX Apendisitis perforasi: Pra-bedah: a. Sonde gaster b. Dekompresi c. Rehidrasi d. suhu tubuh e. Antibiotik IV spektrum luas dosis cukup9. APENDISITIS AKUTA (5) * TX Apendisitis Peritonitis Umum:Pasien kondisi buruk= septik+ hipovolemik+hipertensi 1. Pra-bedah: a. Sonde gaster & kateter urine b. Rehidrasi c. suhu tubuh d. Antibiotik IV spektrum luas dosis tinggi e. Ox febris, phenergan, largatil2. Bedah: sayatan Fowler Weier9. APENDISITIS AKUTA (6) * INFILTRAT APENDIKS/ APPENDICEAL MASS- Penyebaran radang apendiks yang dibatasi omentum, usus-usus & peritoneum = membentuk massa- Terbentuk: hari ke-4 setelah peradangan mulai- Tidak ada peritonitis umum- Sering pada anak 5 thn/ lebih daya tahan tubuh- Dibagi:RADANG AKTIFRADANG MEREDA1. Tampak lemah, suhu tubuh 2. Ada tanda peritonitis lokal3. Lab: leukositosis, hitung jenis bergeser ke kiri4. Terapi pembedahan1. Membaik, normal2. Tidak ada3. Normal

4. Antibitika+bed rest10. ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS NEONATUS (1) * ETIOLOGI: Iskemi intestinal pada bayi rentan stress (Koloske)Iskemi intestinal:a. Ulserasi mukosa ke lap.muskularis perforasi peritonitisb. Pertumbuhan kuman penetrasi kuman ke lapisan ke aliran darah muskularis

* PREDISPOSISI:1. Prematuritas2. Ketuban pecah dini3. Plasenta previa4. Sepsis puerperalis5. Sindroma distress pernafasan*INSIDENS: 80,4% umur 24 jam hari ke5 (ONeil)

* MANIFESTASI KLINIS:1. Tanda sepsis2. Gangguan pasase usus3. Tanda peritonitis

10. ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS NEONATUS (1) *GEJALA: 1. Retensi sekresi gaster 2. Muntah cairan jernih hijau 3. Diare berdarah/ tidak bisa defekasi * PMX KLINIS:1. Abdomen buncit2. Edema dan kemerahan di punggung & genitalia3. Tampak memburuk cepat: sepsis letargi hipotermi, DIC ikterik asidosis metabolik

10.ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS NEONATUS (2) *PMX RADIOLOGI: - Tidak adanya udara bebas pada foto tidak perforasi- 12-50% kasus tidak ada udara ada perforasi

10. ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS NEONATUS (3)

Penjelasan 12-50% kasus tidak ada udara ada perforasi :1. Perforasi di ilium/ yeyunum yang tidak mgd udara2. Penutupan perforasi usus secara dini oleh jar. Sekitar3. Perforasi di usus retroperitoneal4. Usus tidak/ kurang mgd udara5. Radiografi yang kurang optimal6. Perforasi terjadi setelah foto sebelum pembedahan10. ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS NEONATUS (4) *TX (1): 1. TX MEDIK (1): a. Bayi dipuasakanb. Dekompresi lambung c. Tx cairan & elektrolitd. Antibiotika sistemike. Koreksi Asidosisf. Alat bantu nafas & pemeriksaan gas darahg. Alimentasi parenteralh. Foto polos abdomen tiap 6 jam10. ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS NEONATUS (5) *TX (2): 2. TX BEDAH (1):a. Indikasi Klinis: 1. Keadaan umum (KU) memburuk2. Kelainan dinding abdomen (peritonitis)3. Massa infiltrat yang terfiksasi di dinding abdomenb. Indikasi Radiologi: 1. Pneumoperitoneum 2. Dilatasi usus persisten

10. ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS NEONATUS (6) *TX (3): 2. TX BEDAH (2):c. Indikasi lab.: parasintesis (+) biakan/ sediaan hapusd. Indikasi mutlak: Diagnosis (+) dengan tanda peritonitis msl.: 1. Edema dan kemerahan abdomen2. Infiltrat terfiksasi pada dinding abdomen10. ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS NEONATUS (7) *TX (4): 2. TX BEDAH (3):e.Prosedur pembedahan:1. Laparatomi bagian usus nekrosis direseksi enterostomi/ kolostomi2. Laparatomi bagian usus nekrosis direseksi anastomosis langsung3. Neonatus BB , bayi =.PATOFISIOLOGI: bayi menangis TIA isi rongga perut masuk melalui cincin umbilicusGEJALA: tidak nyeri, jarang inkaserasi.TERAPI: cincin hernia kurang dari 2 cm regresi spontan sebelum bayi berumur 6 bulan - Dekatkan tepi kiri dan kanan pancangkan dengan plester untuk 2-3 mgg

13. OMFALOKEL/ EXOMPHALOS (1)* DEFINISI: 1. Kegagalan intestin kembali ke rongga abdomen (mgg ke10 intrauterin)2. Defek dinding abdomen sekitar umbilikus3. Ditutup lapisan transparan tdd lapisan amnion di luar dan peritoneum di dalam.4. Tali pusat dipuncak kantong5. Lapisan transparan punya vaskularisasi minim cepat nekrosis & rawan infeksi

Sering muncul dengan kelainan:13. OMFALOKEL/ EXOMPHALOS (2)

* YG PERLU DIPERHATIKAN:1. Omfalokel pecah punya prognosis buruk2. Omfalokel diameter 5 cm pada bayi aterm ditutup primer & prognosis baik

13. OMFALOKEL/ EXOMPHALOS (3)* PMX RADIOLOGI: foto thorax 1. Aspirasi pneumoni 2. Malformasi jantung* PEMBEDAHAN 2 CARA:1. Dengan penutupan primer2. Penutupan defek dg bantuan lembar teflon/ silastik

13. OMFALOKEL/ EXOMPHALOS (4)

* ETIOLOGI: 1. Kegagalan fusi somit dalam pembentukan dinding abdomen dinding abdomen sebagian tetap terbuka2. Pengendapan & iritasi cairan amnion dalam kehidupan intrauterin usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin (usus jadi tebal & kaku )3. Usus tampak pendek4. Rongga abdomen janin sempit

14. GASTROSKISIS (1)

*DX: 1. Defek dinding abdomen terbuka tanpa tertutup peritoneum2. Umbilikus tampak normal3. Usus tebal dan pendek

*MASALAH SETELAH KELAHIRAN1. Penguapan & pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung dehidrasi & hipotermi2. Kontaminasi usus dg kuman cepat sepsis3. Aerofagi usus distensi persulit koreksi pemasukan intestin ke rongga abdomen waktu pembedahan* TX: bedah segera

14. GASTROSKISIS (2)

15. HERNIA INGUINALIS (1)

*EMBRIOLOGI: - Mgg ke12 intrauterin= penonjolan mll annulus inguinalis internus kanalis inguinalis skrotum- Penonjolan peritoneum (proc.vaginalis) pada kanal Nuck-Proc. Vaginalis gagal obliterasi & tetap lebar terbuka isi hernia masuk ke kantong hernia

*DIAGNOSIS: Benjolan saat TIA pada anak, pada bayi ada benjolan di lipat paha* HERNIA REPONIBILIS: isi hernia yang bisa masuk kembali* HERNIA INKASERATA:- Isi hernia tidak bisa masuk lagi karena terjepit anulus inguinalis- Terjadi gangguan aliran darah & gangguan pasase segmen usus yang terjepit Hernia strangulasi* HERNIA STRANGULASI:- gangguan pasase usus menangis TIA

15. HERNIA INGUINALIS (2)* TX:1. Hernia inguinalis reponibilis: herniotomi hernioplasty2. Hernia inguinalis inkaserasi: tx konservatif 6 jam:a. Sonde gasterb. Infus maintenancec. Suntikan sedativa Tx konservatif gagal herniotomi

15. HERNIA INGUINALIS (3)

* Obliterasi tidak sempurna proc.vaginalis diameter lumen kecil.* Cairan rongga peritoneal sisa proc.vaginalis diameter HIDROKEL terkumpul di tunika vaginalis kecil* TX: 1. Regresi spontan (1-1,5 thn) 2. Tidak regresi spontan: ligasi proc. Vaginalis seproksimal mungkin16. HIDROKEL

* DEFINISI: skrotum tidak ada testis* NAMA LAIN: Undescended testis: testis tidak turun, masih di intra-abdominal* DX: 1. Palpasi 2-3 jari: teraba testis dorong testis ke skrotum2. Skrotum kosong & tonjolan di inguinal= testis tidak turun + hernia

17. KRIPTORKISME (1)

* EMBRIOLOGI NORMAL:1. 6-7 bln intrauterin= testis di intra-abdominal2. Descensus testiculorum: bergerak retroperitoneal turun ke skrotum 3. Testis dibelakang proc.vaginalis turun melewati anulus inguinalis interna kanalis inguinalis keluar mll skrotum anulus inguinalis eksterna

* Defek penurunan testis:1. Arrested testis : Tertahan masih di intra-abdominal2. Ektopic testis: terletak diluar jalur penurunan 3. Retractile testis: mudah tertarik oleh m.kremaster

17. KRIPTORKISME (2)17. KRIPTORKISME (3)

* BEDAH: orkidopeksi1. Memfiksasi testis2. Proc. Vaginalis dibebaskan dari vasa spermatika, duktus spermatikus ligasi di proximal

* PENYULIT: 1. Sterilitas2. Torsio testis

* PENGGOLONGAN ANATOMI UNTUK TX & PROGNOSIS MODIFIKASI WINGSPREAD:I. LAKI-LAKI

* Invertogram: teknik foto menilai jarak puntung distal rektum terhadap marka anus di kulit peritoneum.

18.MALFORMASI ANOREKTAL(1)GOLONGAN ITiNDAKANFistel urineAtresia rektiPerineum datarTanpa fistel: udara >1 cm dr kulit pada invertogramKolostomi neonatusOperasi definitifUsia 4-6 bln* TEKNIK BAYI: 1. Posisi erek terbalik/ prone 2. Sinar horizontal ke trochanter mayor

.

18.MALFORMASI ANOREKTAL(2)GOLONGAN IITiNDAKANFistel perineumMembran anal mekoneum tract.Stenosis aniBucket handleTanpa fistel: udara 1 cm dr kulit pada invertogramKolostomi neonatusUsia 4-6 blnGOLONGAN IITiNDAKANFistel perineumStenosis Tanpa fistel: udara 1 cm dr kulit pd invertogram kolostomib. Golongan II1. Fistel perineum= lubang antara vulva & anus normal2. Stenosis ani= lubang anus normal tapi sempit tx definitif3. Tanpa fistel= udara 1cm dr kulit pd invertogramkolostomi

18.MALFORMASI ANOREKTAL(10)* KLINIS/ DX (5):A. PMX KLINIS (5)2. Pmx khusus kelainan ano-rektal (5):II. Laki-laki (2)a. Golongan II1. Fistel perineum= sama dg wanita2. Membran anal= anus tertutup selaput tipis & sering tampak bayangan jalan mekonium di bawah kulit terapi definitif3. Stenosis ani= sama dg wanita4. Bucket handle (gagang ember)= daerah lokasi anus normal tertutup kulit berbentuk gagang ember terapi definitif5. Tanpa fistel:Udara >Rektosigmoid (70-80%), Seluruh Colon (10%),Seluruh Usus + Pilorus (5%)

19. PENYAKIT HIRSCHSPRUNG NEONATUS (1)* PATOFISIOLOGI:- Peristaltik tidak punya daya dorong & tidak propulsif tidak ikut evakuasi feses/udara-Trias Pasase Usus : 1.Evakuasi Mekonium terlambat 2. Muntah Hijau 3. Distensi AbdomenBiopsi Hisap Gangglion Meissner (Submukosa) Penebalan Serabut SarafHirschsprung Disease Gangglion Penebalan Serabut Saraf

19. PENYAKIT HIRSCHSPRUNG NEONATUS (2)* TX: 1. Konservatif: - Sonde Lambung - Pipa Rektal (Hati2 !!) - Biopsi Hisap2. Kolostomi:- Stoma dibuat di kolon bergangglion paling distal- Menjamin pasase usus & mencegah penyulitBedah: 1. Reseksi usus agangglionik 2. Mengembalikan kontinuitas usus 3. Prosedur: - Swenson - Duhamel - Endorectal Pull Through

19. PENYAKIT HIRSCHSPRUNG NEONATUS (3)* Definisi : Robekan Dubur* Kadang2 tidak terdiagnosis sembuh* Insiden : - Umur beberapa bulan tahun- Laki-laki = Perempuan* DX: 1.Kesulitan Defekasi2. Keadaan Umum Baik terlihat lincah3. Gizi Baik3. Perut tidak kembung Flatus tidak terganggu

20. FISSURA ANI (1)

*PATOGENESISFESES BESAR & KERASDARAH MERAH SEGARDEFEKASILUKA SEMBUH & ROBEK KEMBALI SAAT DEFEKASI2-3 HARIMENAHAN DEFEKASISFINGTER ANIKAKUFIBROSISFISURA ANIMENGEDAN >>20. FISSURA ANI (2)* TX: 1. Anoskopi2. Forceful stretching sfingter anus3. Terapi lokal: vaselin4. Terapi tambahan: obat pelunak feses

20. FISSURA ANI (3)HIRSCHSPRUNGFISSURA ANIMulai sejak lahirGizi kurang, tidak lincahPerut kembung, tak pernah mengedanFeses cair, berbau tak pernah keras----*FISSURA ANI VS HIRSCHSPRUNG= Keluhan sulit defekasi

REFERENSI1.Jong WD, Sjamsuhidajat R. Buku ajar ilmu bedah. 2nd Ed. Jakarta: EGC; 2005.2.Sabiston DC. Buku ajar bedah. 1st Volume. Jakarta: EGC; ____ .3.Sabiston DC. Buku ajar bedah. 2st Volume. Jakarta: EGC; ____ .4.Staf Pengajar Bagian ILmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Tangerang: Binarupa Aksara; ____5.Snell RS. Anatomi klinik. 6th Ed. Jakarta: EGC; 2006.6.Schwart , Seymour I. Intisari prinsip-prinsip Ilmu Bedah. EGC : Jakarta; 2000

SEKIANTERIMA KASIHde vries-DeS2010