22387382 pendugaan erosi dalam suatu sistem das

16
 PENDUGAAN EROSI DALAM SUATU SISTEM DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) Oleh: Muh. Ansar, SP., M.Si. A. ANALISIS SISTEM Sistem adalah proses yang kompleks dan ditandai oleh adanya hubungan timbal  balik yang saling mempengaruhi (Mise and Cox 1968). Menurut Hillel (1977), suatu  bentuk kompo sisi inter aksi yang dapat dibedaka n dari lingkung an sekita rnya melalu i  batasa n fisik a tau konse ptual di sebut si stem. Sistem dib edakan berda sarkan bentuk interaks inya. Jika inte rkasi yang ter jadi dalam suatu sistem mempunyai hubungan dengan lingkungan sekitarnya, maka sistem terse but digolongkan pada sis tem yang terbuk a. Sebalik nya pada sistem yang ter tutup hanya terjadi interaksi di dalam sistem itu sendiri (Hal and Dracup 1970). Se suai de nga n pe nge rt ian tersebut, ma nur ut Hi ll el (1977), analisis si st em merupakan bentuk terapan dalam pengorganisasi data dan teori secara logis ke dalam model dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dari sistem-sistem yang ada. Selanjutnya model tersebut diuji kesahihannya sebagai dasar dalam memperbaiki atau menyesuaikan model untuk menduga perilaku dari sistem. B. MODEL SIMULASI HIDROLOGI Model merupakan representasi atau gambaran tentang sistem (  systems), obyek atau benda ( objects) dan kejadian (events). Representasi terse but diny atakan dalam  bentuk sederha na yang dapat diperg unakan untuk berbaga i macam tujuan peneli tian. Penyederhanaan dilakukan secara representatif terhadap perilaku proses yang relevan dari keadaan sebenarnya. Pe mbe ntu ka n mo de l dan me nerapka n model dal am perc oba an me ru pa kan  bentukan dari simul asi (Dent and Anders on 1971). Menuru t Hille l (1977), model simula si mer upak an tek nik nume rik dar i per coba an hip ote tik dari suat u gej ala ata u sistem dinamis dan dinyatakan secara kuantitatif. Peng guna an mod el seb aga i usa ha unt uk memaham i sua tu sis tem yang rumit merupakan teknik pengkajian yang lebih sederhana dibandingkan jika melalui keadaan sebenar nya. Model ini dapat digu nakan untuk menduga dan mener angkan gejala-g ejala dala m suat u sis tem secara tep at (Nasut ion dan Bar izi 1980 ). Mod el yang dibe ntuk  berdasa rkan peramalan terhada p siste m belum dapat dipast ikan akan menghas ilkan  peamal an yang te pat ter hadap perilaku sistem yang sej enis. Model simulasi hid rologi dap at di kl asifikasi ka n be rdasa rkan luas kisaran kara kte rist ikny a. Unt uk anal isi s DAS , mod el hidr olo gi dik las ifi kasi kan ke dala m lumped parameter versus distri buted parameter , event versus continous, dan stochas tic versus deterministic. 1

Upload: ramdhani-pratama-hakim

Post on 20-Jul-2015

297 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/17/2018 22387382 Pendugaan Erosi Dalam Suatu Sistem DAS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/22387382-pendugaan-erosi-dalam-suatu-sistem-das 1/16

 

PENDUGAAN EROSI DALAM SUATU SISTEM

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

Oleh: Muh. Ansar, SP., M.Si.

A. ANALISIS SISTEM

Sistem adalah proses yang kompleks dan ditandai oleh adanya hubungan timbal

 balik yang saling mempengaruhi (Mise and Cox 1968). Menurut Hillel (1977), suatu

 bentuk komposisi interaksi yang dapat dibedakan dari lingkungan sekitarnya melalui batasan fisik atau konseptual di sebut sistem.

Sistem dibedakan berdasarkan bentuk interaksinya. Jika interkasi yang terjadi

dalam suatu sistem mempunyai hubungan dengan lingkungan sekitarnya, maka sistem

tersebut digolongkan pada sistem yang terbuka. Sebaliknya pada sistem yang tertutuphanya terjadi interaksi di dalam sistem itu sendiri (Hal and Dracup 1970).

Sesuai dengan pengertian tersebut, manurut Hillel (1977), analisis sistemmerupakan bentuk terapan dalam pengorganisasi data dan teori secara logis ke dalam

model dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dari sistem-sistem yang ada.Selanjutnya model tersebut diuji kesahihannya sebagai dasar dalam memperbaiki atau

menyesuaikan model untuk menduga perilaku dari sistem.

B. MODEL SIMULASI HIDROLOGI

Model merupakan representasi atau gambaran tentang sistem ( systems), obyek 

atau benda (objects) dan kejadian (events). Representasi tersebut dinyatakan dalam

 bentuk sederhana yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam tujuan penelitian.Penyederhanaan dilakukan secara representatif terhadap perilaku proses yang relevan

dari keadaan sebenarnya.

Pembentukan model dan menerapkan model dalam percobaan merupakan bentukan dari simulasi (Dent and Anderson 1971). Menurut Hillel (1977), model

simulasi merupakan teknik numerik dari percobaan hipotetik dari suatu gejala atau

sistem dinamis dan dinyatakan secara kuantitatif.

Penggunaan model sebagai usaha untuk memahami suatu sistem yang rumitmerupakan teknik pengkajian yang lebih sederhana dibandingkan jika melalui keadaan

sebenarnya. Model ini dapat digunakan untuk menduga dan menerangkan gejala-gejala

dalam suatu sistem secara tepat (Nasution dan Barizi 1980). Model yang dibentuk  berdasarkan peramalan terhadap sistem belum dapat dipastikan akan menghasilkan

 peamalan yang tepat terhadap perilaku sistem yang sejenis.

Model simulasi hidrologi dapat diklasifikasikan berdasarkan luas kisaran

karakteristiknya. Untuk analisis DAS, model hidrologi diklasifikasikan ke dalamlumped parameter versus distributed parameter , event versus continous, dan stochastic

versus deterministic.

1

5/17/2018 22387382 Pendugaan Erosi Dalam Suatu Sistem DAS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/22387382-pendugaan-erosi-dalam-suatu-sistem-das 2/16

 

C. MODEL HIDROLOGI DAS

Brooks et al . (1987), Model hidrologi merupakan gambaran sederhana dari suatusistem hidrologi yang aktual. Model hidrologi biasanya dibuat untuk mempelajari

fungsi dan respon suatu DAS dari berbagai masukan DAS. Melalui model hidrologi

dapat dipelajari kejadian-kejadian hidrologi yang pada gilirannya dapat digunakan untuk 

memprediksi kejadian hidrologi yang akan terjadi. Harto (1993), model hidrologi adalahsebuah sajian sederhana (simple representation) dari sebuah sistem hidrologi yang

kompleks.

Pendekatan sistem dalam dalam analisis hidrologi merupakan suatu teknik 

 penyederhanaan dari sistem prototipe ke dalam suatu sistem model, sehingga perilaku

sistem yang kompleks dapat ditelusuri secara kuantitatif. Hal ini menyangkut sistem

dengan mengidentifikasikan adanya aliran massa/energi berupa masukan dan keluaranserta suatu sistem simpanan (Pawitan 1995).

Harto (1993) mengemukakan bahwa konsep dasar yang digunakan dalam setiap

sistem hidrologi adalah siklus hidrologi. Persamaan dasar yang menjadi landasan bagisemua analisis hidrologi adalah persamaan neraca air (water balanced equation).

Persamaan neraca air dari suatu DAS untuk suatu periode dapat dinyatakan dengan

 persamaan berikut :

∆ S = Input – Output 

Di mana : ∆S = perubahan tampungan ( storage change), Input = masukan(inflow), dan Output = keluaran (outflow).

Harto (1993) mengemukakan bahwa tujuan penggunaan suatu model dalam

hidrologi, antara lain sebagai berikut : a) peramalan ( forecasting ) menunjukkan besaranmaupun waktu kejadian yang dianalisis berdasar cara probabilistik; b) perkiraan

( predicting ) yang mengandung pengertian besaran kejadian dan waktu hipotetik 

(hipotetical future time); c) sebagai alat deteksi dalam masalah pengendalian; d) sebagaialat pengenal (identification) dalam masalah perencanaan; e) ekstrapolasi data/informasi;

f) perkiraan lingkungan akibat tingkat perilaku manusia yang berubah/meningkat; dan g)

 penelitian dasar dalam proses hidrologi.

1. Klasifikasi Model Hidrologi

Harto (1993) mengemukakan bahwa secara umum model dapat dibagi dalam tiga

kategori, yaitu : 1) model fisik yang menerangkan model dengan skala tertentu untuk 

menirukan prototipenya; 2) model analog yang disusun dengan menggunakan rangkaianresistor-kapasitor untuk memecah persamaan-persamaan diferensial yang mewakili

 proses hidrologi; 3) model matematik yang menyajikan sistem dalam rangkaian persamaan dan kadang-kadang dengan ungkapan-ungkapan yang menyajikan hubunganantar variabel dan parameter.

Model juga dapat diklasifikasikan menjadi: 1) model stokastik, di mana hubungan

antara masukan dan keluarannya didasarkan atas kesempatan kejadian dan probabilitas;2) model deterministik, di mana setiap masukan dengan sifat-sifat tertentu, selalu akan

menghasilkan keluaran yang tertentu pula.

2

5/17/2018 22387382 Pendugaan Erosi Dalam Suatu Sistem DAS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/22387382-pendugaan-erosi-dalam-suatu-sistem-das 3/16

 

Di samping itu, model dapat digolongkan menjadi : 1) model empirik, yaitu model

yang semata-mata mendasarkan pada percobaan dan pengamatan; 2) model konseptual,

yaitu model yang menyajikan proses-proses hidrologi dalam persamaan matematik danmembedakan antara fungsi produksi ( production) dan fungsi penelusuran (routing ).

2. Jenis Model Erosi

Sinukaban (1995) mengemukakan bahwa sebagai suatu sistem hidrologi, DAS

meliputi jasad hidup, lingkungan fisik dan kimia yang berinteraksi secara dinamik, yangdi dalamnya terjadi kesetimbangan dinamik antara energi dan material yang masuk 

dengan energi dan material yang keluar. Dalam keadaan alami, energi matahari, iklim di

atas DAS dan unsur-unsur endogenik di bawah permukaan DAS merupakan masukan(input ). Sedangkan air dan sedimen yang keluar dari muara DAS serta air yang kembali

ke udara melalui evapotranspirasi adalah keluaran (output ) DAS.

Model USLE (universal soil loss equation), MUSLE (modified  USLE), RUSLE

(revised USLE), CREAMS (chemical runoff and erosion from agricultural management 

 system) dan GLEAMS ( groundwater loading effect of agricultural management system),tergolong dalam lumped parameter , yaitu model yang mentransformasi curah hujan

(input ) ke dalam aliran permukaan (output ) dengan konsep bahwa semua proses dalam

DAS terjadi pada satu titik spasial.

WEPP (water erosion predicting project ), KINEROS (kinematic erosion

 simulation), EUROSEM (european soils erosion model ), TOP MODEL (topograficallyand physically based, variable contributing area model of basin hidrology) dan

ANSWERS (areal nonpoint source watershed environmental response simulation)

tergolong distributed parameter, yaitu model yang berusaha menggambarkan proses danmekanisme fisik dan keruangan, memperlakukan masing komponen DAS atau proses

sebagai komponen mandiri dengan sifatnya masing-masing. Model tersebut secara teori

sangat memuaskan, tetapi data lapangan sering terbatas untuk mengkalibrasi danmemverifikasi hasil simulasi.

Model HEC-1 adalah event model  yang mensimulasikan respon hujan tunggalsebagai input data. Sedangkan SWM-IV ( stanford watershed model ) dan SWMM

( storm water management model ) merupakan continous model  yang didasarkan pada

 persamaan kesetimbangan air dalam jangka yang lebih panjang. Model tersebut cocok untuk digunakan pada DAS yang memiliki ukuran yang lebih luas.

Model AGNPS (agricultural non point source pollution model ) merupakangabungan antara model distribusi dan model sekuensial. Sebagai model distribusi,

 penyelesaian persamaan keseimbangan massa dilakukan serempak untuk semua sel.

Sedangkan sebagai model sekuensial, air dan cemaran ditelusuri dalam rangkaian alirandipermukaan lahan dan di saluran secara berurutan (Pawitan 1999).

Model SWAT ( soil and water assessment toll ) adalah model yang dikembangkanuntuk memprediksi dampak pengelolaan lahan (land management practices) terhadap

air, sedimen dan bahan kimia pertanian yang masuk ke sungai atau badan air pada suatu

DAS yang kompleks, dengan tanah, penggunaan tanah dan pengelolaannya yang bermacam-macam sepanjang waktu yang lama (Arsyad 2006).

3

5/17/2018 22387382 Pendugaan Erosi Dalam Suatu Sistem DAS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/22387382-pendugaan-erosi-dalam-suatu-sistem-das 4/16

 

D. MODEL EROSI

1. Model USLE

Model penduga erosi USLE (universal soil loss equation) merupakan modelempiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional,

Dinas Penelitian Pertanian, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) bekerja

sama dengan Universitas Purdue pada tahun 1954 (Kurnia 1997). Model tersebutdikembangkan berdasarkan hasil penelitian erosi pada petak kecil (Wischmeier plot )

dalam jangka panjang yang dikumpulkan dari 49 lokasi penelitian. Berdasarkan data

dan informasi yang diperoleh dibuat model penduga erosi dengan menggunakan data

curah hujan, tanah, topografi dan pengelolaan lahan. Secara deskriptif model tersebutdiformulasikan sebagai (Arsyad 2006) :

 A = R K L S C P

Di mana: A : jumlah tanah yang tererosi (ton/ha/tahun)R : faktor erosivitas hujan

K : faktor erodibilitas tanah

L : faktor panjang lerengS : faktor kemiringan lereng

C : faktor penutupan dan pengelolaan tanaman

P : faktor tindakan konservasi tanah

Pada awalnya model penduga erosi USLE dikembangkan sebagai alat bantu paraahli konservasi tanah untuk merencanakan kegiatan usahatani pada suatu landscape

(skala usahatani). Akan tetapi mulai tahun 1970, model ini menjadi sangat populer 

sebagai model penduga erosi lembar ( sheet erosion) dan erosi alur (rill erosion) dalam

rangka mengaplikasikan kebijakan konservasi tanah. Model ini juga pada awalnyadigunakan untuk menduga erosi dari lahan-lahan pertanian, tetapi kemudian digunakan

 pada daerah-daerah penggembalaan, hutan, pemukiman, tempat rekreasi, erosi tebing

 jalan tol, daerah pertambangan dan lain-lain (Wischmeier 1976).

Model penduga erosi USLE juga telah secara luas digunakan di Indonesia.

Disamping digunakan sebagai model penduga erosi wilayah (DAS), model tersebut

 juga digunakan sebagai landasan pengambilan kebijakan pemilihan teknik konservasi

tanah dan air yang akan diterapkan, walaupun ketepatan penggunaan model tersebutdalam memprediksi erosi DAS masih diragukan (Kurnia 1997). Hal ini disebabkan

karena model USLE hanya dapat memprediksi rata-rata kehilangan tanah dari erosi

lembar dan erosi alur, tidak mampu memprediksi pengendapan sedimen pada suatulandscape dan tidak menghitung hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar 

sungai (Wischmeier 1976).

Berdasarkan hasil pembandingan besaran erosi hasil pengukuran pada petak 

erosi standar (Wischmeier plot ) dan erosi hasil pendugaan diketahui bahwa modelUSLE memberikan dugaan yang lebih tinggi untuk tanah dengan laju erosi rendah,

dan erosi dugaan yang lebih rendah untuk tanah dengan laju erosi tinggi. Dengan kata

lain kekurang-akuratan hasil pendugaan erosi pada skala plot, mencerminkan hasil

4

5/17/2018 22387382 Pendugaan Erosi Dalam Suatu Sistem DAS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/22387382-pendugaan-erosi-dalam-suatu-sistem-das 5/16

 

dugaan model ini pada skala DAS akan mempunyai keakuratan yang kurang baik.

Disamping itu, model USLE tidak menggambarkan proses-proses penting dalam

 proses hidrologi (Risse et al.1993). Berdasarkan beberapa kelemahan tersebut, modelerosi USLE disempurnakan menjadi RUSLE ( Revised USLE) dan MUSLE ( Modified 

USLE) dengan menggunakan teori erosi modern dan data-data terbaru (Renard 1992

dalam Risse et al. 1993), tetapi masih tetap berbasis plot.

Hasil-hasil penelitian pengujian model penduga erosi USLE baik yangdilakukan di Indonesia maupun di luar negeri seperti Afrika, Eropa, negara-negara

Asia dan di Amerika Serikat itu sendiri, menunjukkan bahwa model penduga erosi

USLE tidak dapat digunakan secara universal (Kurnia 1997) dan memberikan hasil

 pendugaan yang bias jika digunakan untuk memprediksi erosi DAS. Hal tersebutdisebabkan karena ekstrapolasi hasil penelitian dari areal yang sempit ke areal yang

lebih luas (DAS) akan memberikan hasil yang keliru (Lal 1988).

2. Model ANSWERS

Model ANSWERS (areal nonpoint source watershed environmental response simulation) merupakan sebuah model hidrologi dengan parameter terdistribusi yang

mensimulasikan hubungan hujan-limpasan dan memberikan dugaan hasil sedimen.

Model hidrologi ANSWERS dikembangkan dari US-EPA (United States Environment 

 Protection Agency) oleh Purdue Agricultural Enviroment Station (Beasley and Huggins1991).

Salah satu sifat mendasar dari model ANSWERS adalah termasuk kategori model

deterministik dengan pendekatan parameter distribusi. Model distribusi parameter DAS

dipengaruhi oleh variabel keruangan ( spatial ), sedangkan parameter-parameter  pengendalinya, antara lain : topografi, tanah, penggunaan lahan dan sifat hujan.

Struktur Model ANSWERS

Model ANSWERS adalah model deterministik yang didasarkan pada hipotesis bahwa setiap titik di dalam DAS mempunyai hubungan fungsional antara laju aliran

 permukaan dan beberapa parameter hidrologi yang mempengaruhi aliran, seperti

intensitas hujan, infiltrasi, topografi, jenis tanah dan beberapa faktor lainnya. Laju aliran

yang terjadi dapat digunakan untuk memodelkan fenomena pindah massa, seperti erosidan polusi dalam wilayah DAS.

Dalam model ini suatu DAS yang akan dianalisis responnya dibagi menjadi satuan

elemen yang berukuran bujursangkar, sehingga derajat variabilitas spasial dalam DAS

dapat terakomodasi. Konsep distribusi disefinisikan melalui hubungan matematikauntuk semua proses simulasi, model ini mengasumsikan bahwa suatu DAS merupakan

gabungan dari banyak elemen yang diartikan sebagai suatu areal yang memiliki

 paramater hidrologi yang sama. Setiap elemen akan memberikan kontribusi sesuaidengan karakteristik yang dimiliki. Model ini juga mengikut sertakan semua parameter 

kontrol secara spasial. Oleh karena itu model ANSWERS melakukan analisis pada

setiap satuan elemen.

Parameter Masukan Model ANSWERS

5

5/17/2018 22387382 Pendugaan Erosi Dalam Suatu Sistem DAS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/22387382-pendugaan-erosi-dalam-suatu-sistem-das 6/16

 

Data masukan model ANSWERS dikelompokkan dalam lima bagian (de Roo

1993), yaitu :

1) Data curah hujan, yaitu : jumlah dan intensitas hujan pada suatu kejadian hujan.

2) Data tanah, yaitu : porositas total (TP), kapasitas lapang (FP), laju infiltrasi

konstan (FC), selisih laju infiltrasi maksimum dengan laju infiltrasi konstan (A),eksponen infiltrasi (P), kedalaman zona kontrol iniltrasi (DF), kandungan air tanah

awal (ASM), dan erodibilitas tanah (K).

3) Data penggunaan dan kondisi permukaan lahan, meliputi : volume intersepsi

 potensial (PIT), persentase penutupan lahan (PER), koefisien kekasaran permukaan (RC), tinggi kekasaran maksimum (HU), nilai koefisien manning

untuk permukaan lahan (N), faktor tanaman dan pengelolaannya (C).

4) Data karakteristik saluran, yaitu lebar saluran (CW) dan koefisien manning (N).

5) Data satuan individu elemen, yaitu : kemiringan lereng, arah lereng, jenis tanah,

 jenis penggunaan lahan, liputan penakar hujan, kemiringan saluran, dan elevasielemen rata-rata.

Mekanisme model ANSWERS

Mekanisme model ANSWERS dapat dijelaskan sebagai berikut (de Roo 1993) :

1) Hujan yang jatuh pada suatu DAS dengan vegetasi tertentu, sebagian akan

diintersepsi oleh tajuk vegetasi (PER) sampai potensial simpanan intersepsi (PIT)tercapai.

2) Apabila laju hujan lebih kecil dari laju intersepsi, maka air hujan tidak akan

mencapai permukaan tanah. Sebaliknya jika laju hujan lebih besar dari laju

intersepsi, maka terjadi infiltrasi.

3) Laju infiltrasi awal tersebut dipengaruhi oleh kandungan air tanah awal (ASM =anticedent soil moisture), porositas tanah total (TP), kandungan air tanah pada

kapasitas lapang (FP), laju infiltrasi pada saat konstan (FC), laju infiltrasi

maksimum (FC+A), dan kedalaman zona kontrol infiltrasi (DF). Laju infiltrasiakan menurun secara eksponensial dengan bertambahnya kelembaban tanah.

4) Jika hujan terus berlanjut, maka laju hujan menjadi lebih besar dari laju infiltrasi

dan intersepsi. Pada kondisi ini air mulai mengumpul dipermukaan tanah dalam

depresi mikro (retention storage) yang dipengaruhi oleh kekasaran permukaantanah, yaitu RC dan HU.

5) Jika retensi permukaan melebihi kapasitas depresi mikro, maka akan terjadilimpasan permukaan, di mana besarnya limpasan permukaan tersebut dipengaruhi

oleh kekasaran permukaan (N), kelerengan dan arah aliran.

6) Bila hujan terus berlanjut, maka akan tercapai laju infiltrasi konstan (FC).

7) Pada saat hujan reda, proses infiltrasi masih terus berlangsung sampai simpanan

depresi sudah tidak tersedia lagi.

Parameter Keluaran Model ANSWERS

6

5/17/2018 22387382 Pendugaan Erosi Dalam Suatu Sistem DAS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/22387382-pendugaan-erosi-dalam-suatu-sistem-das 7/16

 

Keluaran model berupa hasil prediksi, yaitu : ketebalan aliran permukaan, debit

 puncak, waktu puncak, rata-rata kehilangan tanah, laju erosi maksimum tiap elemen, laju

deposisi maksimum tiap elemen dan pengurangan jumlah sedimen akibat tindakankonservasi tanah.

Model ANSWERS juga menampilkan grafik yang berisi hyetograf hujan terpilih,hidrograf aliran permukaan, dan sedimentasi. Dari setiap kajadian hujan dapat dianalisis

debit puncak dan waktu puncak. Debit puncak adalah nilai puncak (tertinggi) dari suatuhidrograf aliran, dan waktu puncak adalah selang waktu mulai dari awal terjadinya aliran

 permukaan sampai terjadinya debit puncak (Beasley and Huggin 1991).

Asumsi yang digunakan untuk memprediksi erosi dengan model ini adalah : 1)

erosi tidak terjadi di lapisan bawah permukaan; 2) sedimen dari suatu elemen ke elemenlain akan meningkatkan lapisan permukaan elemen tempat pengendapan; dan 3) pada

segmen saluran tidak terjadi erosi akibat hempasan butir hujan (Beasley and Huggin

1991).

Penghancuran dan pengangkutan partikel tanah disebabkan oleh pukulan butir hujan (DTR) dan energi limpasan permukaan. Jumlah partikel tanah yang dapat

dipindahkan tergantung dari besarnya sedimen yang dihasilkan dan kapasitas

transpornya (TC). Air limpasan dan sedimen yang dapat mencapai elemen yang

memiliki saluran, akan bergerak menuju outlet DAS, di mana sedimentasi yang terjadidalam saluran akan terjadi ketika besarnya kapasitas transpor telah terlewati (de Roo

1993).

Kelebihan dan Kelemahan Model ANSWERS

Beasley dan Huggins (1991) menyebutkan bahwa model ANSWERS dapat

digunakan untuk DAS yang luasnya kurang dari 10.0000 ha. Kelebihan dan model

ANSWERS adalah : a) analisis parameter distribusi yang dipergunakan dapatmemberikan hasil simulasi yang akurat terhadap sifat daerah tangkapan; b) dapat

mensimulasi secara bersamaan dari berbagai kondisi dalam DAS; c) memberikan

keluaran berupa limpasan dan sedimen dari suatu DAS yang dianalisis.

Beasley dan Huggins (1991), mengemukakan bahwa model ANSWERS sebagaisebuah model hidrologi mempunyai kelebihan, antara lain :

1) Dapat mendeteksi sumber-sumber erosi di dalam DAS serta memiliki kemampuan

sebagai alat untuk strategi perencanaan dan evaluasi kegiatan RLKT DAS.

2) Dapat mengetahui tanggapan DAS terhadap mekanisme pengangkutan sedimen ke

 jaringan aliran yang ditimbulkan oleh kejadian hujan.

3) Sebagai suatu paket program komputer yang ditulis dalam bahasa  fortran,mempunyai kemampuan untuk melakukan simulasi hujan-limpasan dari berbagai

 perubahan kondisi penggunaan lahan dalam DAS.

4) Untuk melakukan inputing data base (topografi, tanah, penggunaan lahan, sistem

saluran) ke dalam model dapat diintegrasikan dengan data dari remote sensing maupun SIG.

7

5/17/2018 22387382 Pendugaan Erosi Dalam Suatu Sistem DAS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/22387382-pendugaan-erosi-dalam-suatu-sistem-das 8/16

 

5) Adanya variasi pemilihan parameter  input  dan output  dari model disesuaikan

dengan kebutuhan pengguna.

6) Sesuai untuk diterapkan pada lahan pertanian, hutan, maupun perkotaan.

7) Satuan pengukuran dapat berupa metrik ataupun British unit.

8) Dapat diterapkan pada DAS dengan ukuran lebih kecil dari 10.000 ha.

Sedangkan kekurangan nodel ANSWERS antara lain :

1) Semakin kompleks, terutama pada data perlukan dan waktu penghitungan,dimana besarnya tergantung dari berbagai faktor, seperti luas DAS dan jumlah

grid.

2) Model terdistribusi relatif masih bari dibanding lumped parameter, sehingga

masih perlu pengembangan dan penyesuaian.

3) Karena hanya untuk tiap kejadian hujan (individual event), maka model initidak memiliki sub model untuk evapotranspirasi.

4) Erosi dari saluran belum diperhitungkan ke dalam model.

5) Batas grid kemugkinan tidak menggambarkan batas yang sebenarnya.

6) Untuk sebuah grid dalam kenyataan dapat lebih besar dari luas sub-sub DAS.

Aplikasi Model ANSWERS

Hipotesis yang dikembangkan dalam model ini adalah bahwa setiap bagian dalam

DAS terjadi hubungan antara laju aliran dan parameter-parameter hidrologi, serta tipe

tanah, topografi, infiltrasi, penggunaan lahan dan sifat hujan. Laju aliran yang terjadidapat digunakan untuk mengkaji hubungan antara komponen hidrologi yang menjadi

dasar dalam pemodelan fenomena transport, seperti erosi tanah dan pengangkutan serta pergerakan bahan kimia tanah.

Model ANSWERS ini telah diaplikasikan penggunaannya pada beberapa DAS di

Indonesia melalui beberapa riset, di antaranya :

1) Irianto (1993) mempelajari model ANSWERS untuk memprediksi erosi dan aliran

 permukaan pada areal waduk Batujai Nusa Tenggara Timur agar dapatmemanfaatkan sumberdaya air dan lahan secara lestari. Kesimpulan: Model

ANSWERS cukup informatif dalam menampilkan arah lereng, kelas lereng dan

areal penyuplai sedimen. Di samping itu, dapat menampilkan hasil prediksi aliran permukaan per satuan waktu pada tiap elemen. Informasi yang diberikan berupa:

hasil sedimen maksimum, hasil sedimen rata-rata, hasil sedimen tiap elemen, total

hasil sedimen; dan aliran permukaan dari suatu DAS, sehingga akan meningkatkanakurasi penanganannya.

2) Rauf (1994) melakukan penelitian di DAS Palu Timur dengan tujuan: a)memprediksi limpasan dan sedimen di DAS Palu Timur dengan menggunakan

model ANSWERS; b) menentukan kawasan yang memiliki potensi erosi tinggi

melalui simulasi; dan c) mempelajari pengaruh penggunaan lahan terhadap responhidrologi DAS. Kesimpulan: Penggunaan model ANSWERS dalam analisis

respon Hidrologi DAS, dapat diperoleh informasi berupa limpasan dan sedimen

8

5/17/2018 22387382 Pendugaan Erosi Dalam Suatu Sistem DAS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/22387382-pendugaan-erosi-dalam-suatu-sistem-das 9/16

 

rata-rata, pengurangan sedimen akibat tindakan konservasi tanah, serta dapat

diidentifikasi daerah pemasok sedimen. Akan tetapi model ini lebih sesuai untuk 

DAS yang berukuran kecil karena model ini hanya mampu mensimulasi satuliputan penakar hujan.

3) Rompas (1996) melakukan penelitian di daerah tangkapan Citere, DAS Citarik,Pangalengan, Jawa Barat. Tujuan penelitian adalah memprediksi aliran

 permukaan dan sedimen dengan model ANSWERS, serta melakukan simulasi

dengan model ANSWERS untuk digunakan dalam perencanaan pengelolaandaerah tangkapan Citere pangalengan. Kesimpulan: Uji statistik menunjukkan

 bahwa aliran permukaan dan sedimen hasil prediksi model ANSWERS tidak 

 berbeda dengan hasil observasi. Model ANSWERS cukup baik digunakan untuk memprediksi aliran permukaan dan sedimen di dalam DAS.

4) Tikno (1996) melakukan penelitian di DAS Cibarengkok, Cimuntur, Jawa Barat.Tujuan penelitian adalah: a) memprediksi aliran permukaan dan hasil sedimen di

DAS Cibarengkok dengan menggunakan model ANSWERS; b) membandingkan

hasil prediksi model dengan hasil pengukuran (pengujian model); dan c) aplikasimodel untuk perencanaan pengelolaan DAS. Kesimpulan: Model ANSWERS

cukup peka terhadap perubahan nilai parameter kekasaran permukaan lahan (N)

dalam memprediksi aliran langsung, khususnya pada debit puncak (Qp). Selain

itu model ANSWERS juga sangat peka terhadap parameter faktor tanaman dan pengelolaan tanah (C) dalam memprediksi kehilangan tanah (Sy).

5) Aswandi (1996) melakukan penelitian di DAS Cikapundung, Jawa Barat. Tujuan

 penelitian ini adalah mengevaluasi dan menentukan perencanaan pengelolaan

DAS dengan menggunakan model ANSWERS. Kesimpulan: Perubahan vegetasi(hutan) paling berpengaruh terhadap fluktuasi debit aliran dan penambahan kebun

campuran menimbulkan ersoi paling besar dalam DAS.

6) Ramdan (1999) melakukan penelitian di DTA Cikumutuk DAS Cimanuk Hulu.

Tujuan penelitian ini adalah: a) memprediksi besarnya erosi dan aliran permukaan

yang terjadi di DAS Cimanuk menggunakan model ANSWERS; dan b)menentukan alternatif penggunaan lahan yang dapat mengendalikan erosi dan

aliran permukaan yang terjadi di DAS Cimanuk. Hasil simulasi model

ANSWERS menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang seluruhnya berupa hutan

 paling efektif menurunkan erosi, yaitu sebesar 91,8%. Sedangkan penggunaanlahan yang paling besar meningkatkan erosi adalah penggunaan lahan yang

seluruhnya berupa tegalan dengan kenaikan erosi mencapai 328% dari erosi pada

saat penelitian.

7) Hidayat (2002) melakukan penelitian di DTA Bodong Jaya dan DAS Way BesayHulu, Lampung Barat. Penelitian bertujuan untuk memprediksi erosi dan aliran

 permukaan di DTA Bodong Jaya dan DAS Way Besay Hulu, Lampung Barat

dengan menggunakan model ANSWERS dan menentukan alternatif pengelolaan

lahan yang efektif mengendalikan erosi dan aliran permukaan di DTA BodongJaya dan DAS Way Besay Hulu. Kesimpulan: Model ANSWERS memprediksi

erosi dan aliran permukaan secara baik pada curah hujan dengan jumlah dan

intensitas yang cukup tinggi. Pada curah hujan yang rendah, hasil prediksi model

9

5/17/2018 22387382 Pendugaan Erosi Dalam Suatu Sistem DAS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/22387382-pendugaan-erosi-dalam-suatu-sistem-das 10/16

 

mengalami deviasi yang cukup besar, walaupun secara keseluruhan hasil prediksi

model tersebut tidak berbeda nyata dengan hasil pengukuran.

8) Utami (2002) melakukan penelitian di DAS Padas. Tujuan penelitian ini adalah:

a) memprediksi aliran permukaan dan eosi menggunakan model ANSWERS; dan

2) mengkaji pengaruh teknik RLKT terhadap hidrologi DAS Padas. Kesimpulan:Parameter hidrologi-erosi hasil pengukuran dan keluaran model ANSWERS tidak 

 berbeda nyata dengan nilai koefisien korelasi yang cukup tinggi. Dengan

demikian model ANSWERS cukup baik untuk memprediksi erosi tanah rata-rata, jumlah aliran permukaan, dan debit puncak aliran permukaan di daerah penelitian.

3. Model AGNPS

Model AGNPS (agricultural non point source pollution model ) dikembangkan

oleh USDA-ARS,  North Central Soil Consrvation Service, Morris, Minnesota yang

 bekerjasama dengan USDA-SCS, MPCA ( Minnesota Pollution Control Agency), LCMR ( Legeslative Commission in Minnesota Resources) dan EPA ( Environmental Protection

 Agency) (Young et al . 1994). Model ini terus berkembang dan telah diterapkan di

 beberapa negara untuk menentukan langkah-langkah kebijakan dan evaluasi dalamkegiatan konservasi, seperti di Amerika, Canada dan negara-negara di Eropa (Yoon

1996).

Struktur Model AGNPS

Model AGNPS bekerja pada basis sel geografis (dirichlet tesselation) yangdigunakan untuk menggambarkan kondisi daratan (upland ) dan saluran (channel ).

 Dirichlet tesselation adalah proses pembagian dan pengelompokan DAS menjadi sel

(tiles) yang juga dikenal dengan nama  polygon Thiessen atau Voronoi. Setiap sel berbentuk bujur sangkar seragam yang membagi DAS secara merata, di mana

memungkinkan analisis pada titik dalam suatu DAS.

Polutan potensial ditelusuri melalui sel-sel dari awal hingga outlet secara bertahap,

sehingga aliran pada setiap titik antar sel dapat diperhitungkan. Seluruh karakteristik DAS dan masukan digambarkan pada tingkatan sel. Setiap sel mempunyai resolusi 2,5

akre (1,01 ha) hingga 40 akre (16,19 ha). Ukuran sel yang lebih kecil dari 10 akre

direkomendasikan untuk DAS dengan luas kurang dari 2000 akre (809,36 ha). Untuk DAS yang luasnya lebih dari 2000 akre, maka ukuran seladapat berukuran 40 akre

(Yoon 1996).

Setiap sel utama dapat dibagi lagi menjadi sel-sel yang lebih kecil untuk 

memperoleh resolusi yang lebih rinci dari kondisi topografi yang komplek. Ketelitian

hasil dapat ditingkatkan dengan mengurangi ukuran sel, tetapi hal ini akanmembutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak untuk menjalankan model.

 Nilai-nilai parameter model untuk skala sel ditetapkan berdasarkan kondisi

 biofisik aktual pada masing-masing sel. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan satu nilai parameter yang seragam pada masing-masing sel, perlu ditetapkan nilai tunggal

 parameter sel dengan menghitung nilai rata-rata tertimbang dari berbagai kondisi bergam

yang ada (Yoon 1996).

10

5/17/2018 22387382 Pendugaan Erosi Dalam Suatu Sistem DAS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/22387382-pendugaan-erosi-dalam-suatu-sistem-das 11/16

 

Parameter Masukan Model AGNPS

Ada dua parameter masukan dalam model AGNPS, yaitu inisial data dan data per 

sel ( spreadseheet data entry) (Yoon 1996). Parameter masukan inisial data, meliputi : 1)identifikasi DAS; 2) deskripsi DAS; 3) luas sel (akre); 4) jumlah sel; 5) curah hujan

(inci); 6) konsentrasi N dalam curah hujan (ppm); 7) energi intensitas hujan maksimum30 menit (EI30); 8) durasi hujan (jam); 9) perhitungan debit puncak aliran; 10) perhitungan geomorfik; dan 11) faktor bentuk hidrograf.

Sedangkan parameter masukan per sel dalam model AGNPS terdiri dari 22

 parameter, yaitu : 1) nomor sel; 2) nomor sel penerima; 3) divisi sel; 4) divisi sel

 penerima; 5) arah aliran; 6) bilangan kurva aliran permukaan; 7) kemiringan lereng (%);8) faktor bentuk lereng; 9) panjang lereng; 10) koefisien aliran Manning; 11) faktor 

erosibilitas tanah; 12) faktor pengelolaan tanaman; 13) faktor pengelolaan tanah; 14)

konstanta kondisi permukaan; 15) faktor COD; 16) tekstur tanah; 17) indikator  pemupukan; 18) indikator pestisida; 19) indikator  point source; 20 ) indikator tambahan

erosi; 21) faktor genangan; dan 22) indikator saluran.

Parameter Keluaran Model AGNPS

Young et al . (1989), hasil keluaran (output ) dari model AGNPS dapat berupagrafik dan tabular dengan informasi yang sangat lengkap, baik keluaran DAS

(watershed summary) maupun keluaran per sel. Keluaran DAS, meliputi : 1) volume

aliran permukaan; 2) laju puncak aliran permukaan; 3) total hasil sedimen; 4) total Ndalam sedimen; 5) total N terlarut dalam aliran permukaan; 6) konsentrasi N terlarut

dalam aliran permukaan; 7) total P dalam sedimen; 8) total p terlarut dalam aliran

 permukaan; 9) konsentrasi P terlarut dalam aliran permukaan; 10) total COD terlarut dankonsentrasi COD terlarut dalam aliran permukaan.

Sedangkan keluaran per sel dari masing-masing sel yang terdapat dalam DASdapat berupa :

1) Hidrologi, meliputi : a) volume aliran permukaan; b) laju puncak aliran permukaan; dan c) bagian aliran permukaan yang dihasilkan di dalam sel.

2) Sedimen, meliputi : a) hasil sedimen; b) konsentrasi sedimen; c) distribusi ukuran

 partikel sedimen; d) erosi yang dipasok dari sel sebelah atasnya; e) jumlah

deposisi; f) sedimen di dalam sel; g) rasio pengkayaan oleh ukuran partikel; dan h)rasio pengangkutan oleh ukuran partikel.

3) Kimiawi, meliputi : a) nitrogen (massa N per satuan luas di dalam sedimen,konsentrasi material terlarut, dan massa dari material terlarut); b) fosfor (massa P

 per satuan luas di dalam sedimen, konsentrasi dari material terlarut, dan massa dari

material terlarut); dan c) COD (konsentrasi COD dan massa COD terlarut per satuan luas).

Kelebihan Model AGNPS

Kelebihan model ini terletak pada parameter-parameter model yang terdistribusi di

seluruh areal DAS, sehingga nilai-nilai parameter model benar-benar mencerminkankondisi biofisik DAS pada setiap satuan luas di dalam DAS. Selain erosi, model ini

11

5/17/2018 22387382 Pendugaan Erosi Dalam Suatu Sistem DAS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/22387382-pendugaan-erosi-dalam-suatu-sistem-das 12/16

 

mampu menghasilkan keluaran-keluaran seperti : volume dan laju puncak aliran

 permukaan, hasil sedimen, kehilangan N, P dan COD (Young et al . 1994).

Aplikasi Model AGNPS

Model AGNPS ini juga telah diaplikasikan penggunaannya pada beberapa DAS di

Indonesia melalui beberapa penelitian, di antaranya :

1) Muhlis (1999) melakukan penelitian integrasi parsial penginderaan jauh dan

sistem informasi geografi dalam pembangkitan masukan model AGNPS. Tujuan

 penelitian ini adalah : a) mengekstraksi bilangan kurva SCS (SCS curve number )sebagai salah satu masukan dalam model dari data penginderaan jauh; b)

mengintegrasikan SIG ke dalam model, baik sebagai pre-prosesor (masukan data)

maupun sebagai sarana tampilan grafis dan tabel keluaran model; dan c) menilai

sensitivitas parameter masukan model yang berhubungan dengan aliran permukaan. Kesimpulan : Data penginderaan jauh dapat menurunkan beberapa

 parameter masukan AGNPS, meliputi faktor pengelolaan tanaman, koefisien

kekasaran permukaan Manning, koefisien kondisi permukaan, dan bilangan kurvaaliran permukaan.

2) Rahayu (2000) melakukan studi ancaman erosi DAS Kelara di Sulawesi Selatan.DAS seluas 37.175 ha dibagi dalam 1.487 sel dengan luas masing-masing 25 ha.

Prediksi erosi setiap sel menggunakan metode MUSLE. Kesimpulan : Laju erosi

DAS Kelara berkisar antara 0 – 577 ton/ha/bulan, dengan rata-rata 12,65ton/ha/bulan pada musim hujan.

3) Nugroho (2000) melakukan penelitian di DAS Dumpul yang bertujuan : a)

melakukan analisis aliran permukaan, sedimen dan kehilangan hara nitrogen,

fosfor dan kebutuhan oksigen kimiawi dengan menggunakan model AGNPS; dan

 b) melakukan simulasi model sesuai dengan kondisi biogeofisik DAS untuk 

 perencanaan pengelolaan DAS. Kesimpulan : Volume dan laju aliran permukaan,hasil sedimen, dan kehilangan hara nitrogen, fosfor dan konsentrasi COD terlarut

tidak berbeda antara hasil pengamatan dan model. Hal ini menunjukkan bahwanilai-nilai parameter yang digunakan dalam model AGNPS cukup akurat untuk 

memprediksi aliran permukaan, hasil sedimen, dan kehilangan hara nitrogen,

fosfor dan konsentrasi COD terlarut, sehingga dapat digunakan sebagai alat bantudalam perencanaan pengelolaan DAS.

4) Tarigan (2000) melakukan studi perencanaan pengelolaan daerah tangkapan untuk  pelestarian situ Cibuntu Cibinong menggunakan model AGNPS. Tujuannya

adalah membuat perencanaan pengelolaan daerah tangkapan tersebut

menggunakan model AGNPS. Kesimpulan yang diperoleh adalah pengelolaanlahan di daerah tangkapan Cibuntu dengan cara menanam tanaman campuran di

lereng agak curam dan landai dengan membuat guludan searah kontur harus

diterapkan.

5) Salwati (2004) mengkaji dampak perubahan penggunaan lahan terhadap respons

hidrologi di DAS Cilalawi Sub DAS Citarum Jawa Barat menggunakan modelAGNPS. Hasil analisis menggambarkan bahwa perubahan penggunaan lahan

mengakibatkan perubahan respons hidrologi, di mana pada tahun 2003 volume

12

5/17/2018 22387382 Pendugaan Erosi Dalam Suatu Sistem DAS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/22387382-pendugaan-erosi-dalam-suatu-sistem-das 13/16

 

aliran permukaan meningkat 6,1 %, debit puncak aliran permukaan meningkat 6,8

%, hal ini mengakibatkan hasil sedimen meningkat sampai 45,6 % dibanding

tahun 1997.

E. PENUTUP

Penggunaan model erosi skala DAS dengan parameter terdistribusi masih

terbatas pada skala penelitian. Disamping memerlukan input parameter yang relatif 

 banyak dan kompleks, input parameter model tersebut juga sering tidak tersedia dilapangan. Penggunaan model ANSWERS mulai dirintis pada beberapa DAS seperti

DAS Solo bagian hulu dan Brantas bagian hulu di bawah pengelolaan Balai Teknologi

Pengelolaan DAS (Priyono dan Mulyadi, 2000). Penggunaannya pada DAS-DAS

yang lain dihadapkan pada kendala penyediaan parameter input yang tidak dapatdipenuhi, karena instrumentasi pengukur debit aliran air dan sedimen biasanya tidak 

tersedia di sebagian besar DAS di Indonesia.

Model ANSWERS (areal non-point source watershed environmental response

 simulation) dan model AGNPS (agricultural non point source  pollutioan model)merupakan model penduga erosi skala DAS yang telah mulai banyak digunakan diIndonesia. Walaupun masih mempunyai beberapa kelemahan, model tersebut

memberikan hasil pendugaan erosi yang cukup baik. Sinukaban (1997) telah

menggunakan model AGNPS untuk memprediksi aliran permukaan, erosi, kehilangannitrogen dan fosfor dan COD dari DAS seluas 10,4 hektar di wilayah perbukitan.

Hasilnya menunjukkan bahwa hasil prediksi model tidak berbeda secara stastistik 

dengan hasil pengukuran. Sedangkan Ginting dan Ilyas (1997) yang melakukansimulasi berbagai penggunaan lahan dengan menggunakan model ANSWERS di DAS

Siluak, menyimpulkan bahwa model ANSWERS memerlukan validasi lebih lanjut.

Disamping disebabkan adanya perbedaan ukuran raster sel dan DAS yang

digunakan, bervariasinya hasil dugaan model ANSWERS diduga terkait dengan

dinamika proses erosi pada suatu bentang lahan. Dinamika erosi terjadi akibat bervariasinya jumlah dan intensitas hujan serta karakteristik permukaan lahan yang

mempengaruhi proses deposisi sedimen (barrier/filter). Sinukaban et al. (2000) dan

Susswein et al . (2001) menunjukkan bahwa jenis dan konfigurasi barier/filter  sangatmempengaruhi jumlah erosi dan volume aliran permukaan yang dihasilkan dari suatu

 bentang lahan dan wilayah DAS.

13

5/17/2018 22387382 Pendugaan Erosi Dalam Suatu Sistem DAS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/22387382-pendugaan-erosi-dalam-suatu-sistem-das 14/16

 

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press.

Asdak C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

Aswandi. 1996. Aplikasi Model ANSWERS Dalam Perencanaan Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Cikapundung Jawa Barat. Tesis Magister. Program Pascasarjana,

IPB. Bogor.

Beasley DB and Huggins LF. 1991. ANSWERS. User’s Manual. Agricultural

Engineering Department, Purdue University, West Laffayete, Indiana.

Brooks KN, Folliot PF, Gregesen HM, and Thames JL. 1987. Hydrology and The

Management of Watershed. USA.

Chow VT, Maidment DR, and Mays LW. 1988. Applied Hydrology. Singapore :

McGraw-Hill Book Company.

de Roo. 1993. Modelling Surface Runoff and Soil Erosion in Catchment Using

Geographical Information System. Utrecht. Utrecht University.

Dent FJ and Anderson EA. 1971. System Analysis in Agricultural Management. John

Willey & Sons. Sidney.

Ginting AN, dan Ilyas MA. 1997. Pendugaan Erosi pada Sub DAS Siulak diKabupaten Kerinci dengan Menggunakan Model ANSWERS. Makalah Lokakarya

Penetapan Model Erosi Tanah. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor. 7

Maret 1997.

Hal WA and Dracup JA. 1970. Water Resources System Engineering. Mc Graw-HillBook Co., New York.

Harto SBr. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hidayat Y. 2002. Aplikasi Model ANSWERS dalam Mempredikasi Erosi dan Aliran

Permukaan di DTA Bodong Jaya dan DAS Way Besay Hulu, Lampung Barat.Tesis Magister. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.

Hillel D. 1977. Computer Simulation of Soil Water Dynamics : A Compendium of 

Recent Work. IDRC. Ottawa

Irianto G. 1993. Prediksi Aliran Permukaan, Laju Erosi dan Kualitasnya Dengan

Model ANWERS Untuk Mendukung Usaha Pemanfaatan Sumberdaya Air dan

Tanah pada Areal Waduk Batujai, NTB. Tesis Magister. Program Pascasarjana,IPB. Bogor.

Kurnia U. 1997. Pendugaan Erosi dengan Metoda USLE : Kelemahan dan

Keunggulan. Lokakarya Penetapan Model Pendugaan Erosi Tanah, Bogor, 7Maret.

14

5/17/2018 22387382 Pendugaan Erosi Dalam Suatu Sistem DAS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/22387382-pendugaan-erosi-dalam-suatu-sistem-das 15/16

 

Lal R. 1988. Soil Erosion by Wind and Water : Problems and Prospects. Pp 1 –6. In R.

Lal (ed). Soil Erosion Research Methods. Soil and Water Conservation Society,

Ankeny. Iowa.

Mise JH and Cox JG. 1968. Essential of Simulation. Prentice Hall Inc. Englewood

Cliffs, New Jersey.

Muhlis M. 1999. Integrasi Parsial Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi

Dalam Pembangkitan Masukan Model AGNPS. Tesis Magister. Program

Pascasarjana, IPB. Bogor.

 Nasution AH dan Barizi. 1980. Metode Statistik untuk Penarikan Kesimpulan.Gramedia. Jakarta.

 Nugroho SP. 2000. Analisis Aliran Permukaan, Sedimen dan Hara Nitrogen, Fosfor 

dan Kebutuhan Oksigen Kimiawi dengan Menggunakan Model AGNPS Di Sub

DAS Dumpul. Tesis Magister. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.

Pawitan H. 1995. Metode Analisis Sistem Hidrologi Dalam Pendugaan Erosi danSedimen Daerah Aliran Sungai. Diskusi Penelitian Erosi dan Sedimentasi Di

Puslitbang PU Di Bandung.

Pawitan H. 1999. Hidrologi Daerah Aliran Sungai : Terapan Teknik Modeling.Makalah Pelatihan Dosen-Dosen PTN Indonesia Bagian Barat dalam Bidang

Agroklimatologi. Bogor.

Priyono CNS dan Mulyadi D. 2000. Penyempurnaan Perencanaan Pengelolaan DAS di

Indonesia. Disampaikan pada Seminar Hasil-Hasil Penelitian BTPDAS, 15 Januari2000. Surakarta.

Ramdan H. 1999. Aplikasi Model ANSWERS Dalam Pendugaan Erosi dan Aliran

Permukaan Di DTA Cikumutuk Sub DAS Cimanuk Hulu. Tesis Magister. ProgramPascasarjana, IPB. Bogor.

Rauf A. 1994. Aplikasi Model ANSWERS Untuk Analisis Respon Hidrologi Sub DASPalu Timur Sulwesi Tengah. Tesis Magister. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.

Risse, L.M., M.A. Nearing, A.D. Nicks, and J.M. Laflen. 1993. Error Assessment in

the Universal Soil Loss Equation. Soil. Sci. Soc. Am. J. Vol. 57 : 825-833.

Rompas JJ. 1996. Penerapan Model ANWERS Dalam Memprediksi Aliran Permukaan

dan Erosi Di Daerah Tangkapan Citere Sub DAS Citarik Pengalengan Jawa Barat.Tesis Magister. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.

Salwati. 2004. Kajian Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap ResponHidrologi Sub DAS Cilalawi DAS Citarum Jawa Barat Menggunakan Model

ANSWERS. Tesis Magister. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.

Schwab GO, Frevert RK, Edminster TV, and Barnes KK. 1981. Soil and Water Conservation Engineering. John Willey and Sons, Inc. New York.

Sinukaban N. 1995. Manajemen/Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Diskusi

Penelitian Erosi dan Sedimentasi Di Puslitbang PU Di Bandung.

15

5/17/2018 22387382 Pendugaan Erosi Dalam Suatu Sistem DAS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/22387382-pendugaan-erosi-dalam-suatu-sistem-das 16/16

 

Sinukaban N, Tarigan SD, Purwakusuma W, Baskoro DPT dan Wahyunie ED. 2000.

Analysis of watershed Function (Sediment Transfer Across Various Type of Filter 

Strips). Lab. of Soil Physics and Soil & Water Conservation, Dept. of SoilScience, IPB-ICRAF. Bogor.

Sosrodarsono S dan Takeda K. 1987. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta : PT. PradnyaParamita.

Susswein PM, Noordwijk MV, and Verbist B. 2001. Forest Watershed Function and

Tropical Land Use Change. ASB Lecture Note 7. International Centre for Research in Agroforestry. Bogor.

Tarigan T. 2000. Perencanaan Pengelolaan Daerah Tangkapan Untuk Pelestarian Situ

Cibuntu Cibinong Menggunakan Model AGNPS. Tesis Magister. Program

Pascasarjana, IPB. Bogor.

Tikno S. 1996. Penggunaan Model ANSWERS Untuk Mempredikasi AliranPermukaan dan Sedimen di Sub DAS Cibarengkok-Cimuntur, Jawa Barat. Tesis

Magister. Tesis Magister. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.

Utami Y. 2000. Kajian Hidrologi Sebagai Pengaruh Dari Teknik Rehabilitasi Lahan

dan Konservasi Tanah Menggunakan Model ANSWERS Di Sub DAS Padas.Tesis Magister. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.

Wishmeier WH. 1976. Use and Misuse of the Universal Soil Loss Equation. Journal

of Soil and Water Conservation. Vol. 31(1) : 5 – 9.

Yoon J. 1996. AGNPS ( Agricultural Non Point Source Pollution Model ). Departmentof Agricultural Engineering Purdue University. Purdue.

Young RA, Onstad CA, Bosch DD and Anderson WP. 1994.  Agricultural Non-Point 

Source Pollution Model, Version 5.00. AGNPS User’s Guide. North Central SoilConservation Research Laboratory. Morris. Minnesota.

16