260110120033 devi rahmawati kolorimetri

Upload: devi-rahmawati

Post on 02-Jun-2018

231 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 260110120033 Devi Rahmawati Kolorimetri

    1/5

    ANALISIS KADAR BESI (Fe) PADA AIR KERAN DI DAERAH HEGARMANAH, JATINANGOR

    DENGAN METODE KOLORIMETRI MENGGUNAKAN

    SPEKTROSFOTOMETRI UV-VISIBLE

    Devi Rahmawati

    Laboratorium Analisis Fisikokimia Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjarane-mail: [email protected]

    Fakultas Farmasi UNPAD, Kampus Jatinangor 45363

    PENDAHULUAN

    Air merupakan salah satu hal yang

    penting dalam keberlangsungan hidup

    manusia. Komponen penyusun tubuh manusia

    sendiri terdiri dari ~70% air dari total massa

    tubuh manusia. Air merupakan komponen

    krusial dalam proses metabolisme danbertindak sebagai pelarut untuk banyak zat-

    zat dalam tubuh. Air juga komponen yang

    penting dalam pertumbuhan dan menjaga

    tubuh manusia karena air terlibat dalam

    banyak proses biologis dalam tubuh. Jumlah

    air yang dibutuhkan oleh individu bervariasi

    tergantung pada kondisi, jumlah aktivitas fisik,

    serta suhu lingkungan dan kelembaban

    (Gyamfi, et.al., 2012).

    Air memiliki kandungan logam

    tertentu yang diakibatkan oleh berbagai

    faktor. Dalam hal ini kandungan logam di

    dalam air juga menjadi suatu penentu

    kelayakan air untuk di konsumsi. (Rahmayani,

    2009).

    Besi merupakan komponen yang

    mampu mempengaruhi proses enzimatik di

    dalam tubuh. Selain itu, besi juga merupakan

    komponen dari haemoglobin sehingga

    memungkinkan sel darah merah membawa

    oksigen dan mengantarkannya ke jaringantubuh. Oleh karena itu, kekurangan zat besi

    mampu menimbulkan penyakit anemia

    dengan gejala seperti lemas, pucat, dan

    perubahan dalam tingkah laku kognitif. Akan

    tetapi, kelebihan zat besi juga mampu

    menyebabkan keracunan, muntah, diare,

    kerusakan usus, serta penyakit hemokromatis.

    Oleh karena itu, diperlukan suatu standar

    yang mengatur batas-batas kadar setiap

    senyawa yang diperbolehkan terkandung

    dalam air untuk dikonsumsi. Standar yang

    mengatur mengenai air minum terdapat di

    dalam Permenkes No.492/MENKES/IV/2010,

    dimana di dalamnya disebutkan bahwastandar normal kadar besi untuk air minum

    manusia sebesar 0,3 ppm (Widowati, 2008).

    Metode analisis besi yang sering

    digunakan saat ini adalah dengan

    spektrofotometri sinar tampak, karena

    kemapuannya dapat mengukur konsentrasi

    besi yang rendah. Analisis kuantitatif besi

    dengan spektrofotomteri dikenal dua metode,

    yaitu metode orto-fenantrolin dan metode

    tiosianat. Besi bervalensi dua maupun besi

    bervalensi tiga dapat membentuk kompleks

    berwarna dengan suatu reagen pembentuk

    kompleks dimana intensitas warna yang

    dibentuk dapat diukur dengan

    spektrofotometer sinar tampak (Kartasasmita,

    2008).

    Kolorimetri merupakan suatu teknik

    analisis kuantitatif untuk sampel berwarna,

    yang digunakan untuk menentukan

    konsentrasi suatu zat berdasarkan intensitas

    cahaya warna larutan. Dalam kolorimetrivisual, cahaya putih ala-miah ataupun buatan

    umumnya digunakan sebagai sumber cahaya,

    dan penetapan bi-asanya dilakukan dengan

    suatu instrument sederhana yang disebut

    olorimeter atau pembanding (comparator)

    warna (Bassett et al., 1994).

  • 8/10/2019 260110120033 Devi Rahmawati Kolorimetri

    2/5

    Penelitian ini bertujuan untuk

    menganalisis dan menentukan kadar besi

    yang terkandung dalam air keran yang didapat

    dari daerah Hegarmanah, Jatinangor yang

    berkoordinat 655'54.2"S 10746'40.4"

    dengan metode kolorimetri menggunakan

    spektrofotometer Uv-Vis.

    METODE PENELITIAN

    Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan pada percobaan

    ini adalah beaker glass 100 mL, bulb pipet,

    gelas ukur 10 mL, instrumen

    spektrofotometer UV-Visible, labu ukur 20

    mL, pipet tetes, pipet volume, dan spatel.

    Bahan yang digunakan yaitu aquadest,

    etanol 96%, larutan 1,10 fenantrolin, larutanFerri ammonium sulfat

    [Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O], larutan

    hidroksilammonium klorida, larutan sodium

    asetat, dan sampel yang berupa air keran dari

    desa hegarmanah, Jatinangor dengan

    koordinat 655'54.2"S 10746'40.4"E.

    Pembuatan Kurva Kalibrasi

    Larutan standar Fe (III) dibuat dengan

    berbagai variasi konsentrasi yaitu 0,1 ppm, 0,2

    ppm, 0,5 ppm, 1 ppm, 2,5 ppm, dari larutan

    stock standard Fe 10 ppm. Sebanyak 0,2 mL,

    0,4 mL, 1 mL, 2 mL, dan 5 mL larutan standard

    besi dimasukkan ke dalam labu ukur 20 mL

    kemudian masing-masing ditambahkan

    dengan 0,2 mL hidroksilammonium klorida, 1

    mL 1,10-fenantrolin dan 1,6 mL larutan

    sodium asetat. Aquadest ditambahkan ke

    dalam masing-masing labu ukur hingga tanda

    batas, lalu dikocok hingga homogen. Larutan

    blanko dibuat dari campuran 0,2 ml larutan

    hidroksilammonium klorida, 1 mL 1,10-

    fenantrolin, dan larutan sodium asetat

    sebanyak 1,6 mL yang ditambahkan aquadest

    hingga tanda batas dan dikocok homogen.

    Absorbansi larutan standar besi diukur

    dengan spektrofotometer pada 400-650 nm,

    kemudian ditentukan panjang gelombang

    maksimumnya. Nilai absorbansi larutan

    standar Fe (III) diplotkan terhadap konsentrasi

    larutan standar Fe (III) sehingga didapatkan

    kurva kalibrasi.

    Pembuatan Larutan Sampel

    Sebanyak 0,2 mL larutan

    hidroksilammonium klorida dimasukkan ke

    dalam labu ukur 20 mL, ditambahkan dengan

    1 mL larutan 1,10-fenantrolin dan 1,6 mL

    larutan sodium asetat. Sampel air keran yang

    akan dianalisis dimasukkan ke dalam labu

    ukur tersebut hingga tanda batas. Labu ukur

    kemudian dikocok hingga homogen. Larutan

    sampel siap untuk dianalisis menggunakan

    instrumen spektrofotometer UV-Vis

    Penentuan Kadar Besi dalam Sampel

    Kadar besi dalam sampel diukur

    menggunakan spektrofotometer UV-Visible.

    Larutan sampel diukur absorbansinya dengan

    spektrofotometer pada max = 510 nm. Nilai

    absorbansi yang didapatkan dimasukkan ke

    dalam persamaan kurva kalibrasi larutan

    standar sehingga kadar besi dalam sampel

    dapat diketahui.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada penelitian kali ini dilakukan

    analisis kadar besi dalam air keran yang

    didapat dari desa Hegarmanah, Jatinangor

    dengan koordinat 655'54.2"S 10746'40.4"E

    dengan metode kolorimetri menggunakan

    spektrofotometer UV-Visibel. Analisis cara

    kolorimetri berdasarkan kepada perbandingan

    warna larutan yang konsentrasinya tidak

    diketahui, dengan larutan standar yaitularutan yang diketahui konsentrasinya.

    Prinsip dasar dari metode kolorimetri

    adalah tercapainya kesamaan warna bila

    jumlah molekul penyerap yang dilewati sinar

    pada kedua sisi larutan persis sama. Metode

    ini dapat diterapkan untuk penentuan

    komponen zat warna ataupun komponen

  • 8/10/2019 260110120033 Devi Rahmawati Kolorimetri

    3/5

    yang belum berwarna namun dengan

    menggunakan reagen pewarna yang sesuai

    dapat menghasilkan senyawa berwarna yang

    merupakan fungsi dari kandungan

    komponennya. Jika telah tercapai kesamaan

    warna berarti jumlah molekul zat penyerap

    yang dilewati sinar pada kedua sisi tersebut

    telah sama dan hal tersebut dijadikan dasar

    perhitungan.

    Proses analisis diawali dengan

    pembuatan larutan standar dari besi (Fe)

    dengan mengunakan larutan ferri ammonium

    sulfat ((NH4)2Fe(SO4).6H2O) yang dibuat pada

    variasi konsentrasi 0,1 ppm, 0,2 ppm, 0,5

    ppm, 1 ppm, dan 2,5 ppm. Garam rangkap

    Mohr atau ferri ammonium sulfat

    NH4Fe(SO4)2.6H2O digunakan sebagai bahan

    untuk membuat larutan baku besi(III) karena

    garam rangkap ini merupakan garam yang

    paling stabil dibandingkan garam rangkap

    lainnya seperti FeCl3, dan Fe(NO3)3. Tujuan

    pembuatan larutan standar adalah untuk

    membuat kurva kalibrasi yang nantinya akan

    digunakan untuk menghitung kadar besi

    dalam sampel. Sebanyak 0,2 mL, 0,4 mL, 1 mL,

    2 mL, dan 5 mL larutan standard besi

    dimasukkan ke dalam labu ukur 20 mL

    kemudian masing-masing ditambahkan

    dengan 0,2 mL hidroksilammonium klorida, 1

    mL 1,10-fenantrolin dan 1,6 mL larutan

    sodium asetat. Aquadest ditambahkan ke

    dalam masing-masing labu ukur hingga tanda

    batas, lalu dikocok hingga homogen.

    Syarat analisis dengan menggunakan

    spektrofotometer visible adalah cuplikan yang

    dianalisis bersifat stabil membentuk kompleks

    dan larutan berwarna. Oleh karena itu dalam

    penetuan kadar besi pada sampel air, perluditambahakan hidroksilamin-HCl 5% untuk

    mereduksi Fe3+

    menjadi Fe2+

    karena besi

    dalam keadaan Fe2+

    akan lebih stabil

    dibandingkan besi Fe3+.

    . Berikut adalah reaksi

    reduksi Fe2+

    menjadi Fe3+

    :

    4 Fe3+

    +2 NH2OH 4 Fe2+

    +N2O + 4H++H2O

    Karena dalam keadaan dasar larutan besi

    tidak berwarna maka ditambahkan larutan

    orto-fenantrolin agar membentuk kompleks

    larutan berwarna. Senyawa ini memiliki warna

    sangat kuat dan kestabilan relatife lama,

    dapat menyerap sinar tampak secara

    maksimal pada panjang gelombang tertentu.

    Berikut ini merupakan reaksinya:

    (Svehla, 1990)

    Setiap satu molekul Fe2+

    diikat oleh 3

    molekul fenantrolin. Reaksi ini akan

    menghasilkan larutan berwarna merah yang

    disebabkan karena terbentuknya kompleks

    besi (II) fenantrolin [Fe(C18H8N2)3]2+

    dalam

    larutan sedikit asam (Svehla, 1990). Reaksi

    antara besi dengan orto-fenantrolin ini

    merupakan reaksi kesetimbangan yang

    berlangsung pada pH 6-8. Larutan sodium

    asetat ditambahkan untuk menetralisasi

    kehadiran asam dan mempertahankan pH

    pembentukkan kompleks besi (II) fenantrolin.

    Selain itu dibuat juga larutan blanko yang

    berisi 0,2 mL hidroksilammonium klorida, 1

    mL 1,10-fenantrolin dan 1,6 mL larutan

    sodium asetat yang kemudian ditambahkan

    dengan aquades sampai tanda batas labu ukur

    20 mL. Larutan blanko dibuat dengan tujuan

    untuk mengoreksi serapan yang disebabkan

    pelarut pereaksi, sel ataupun pengaturan alat

    dan mengukur serapan pereaksi yang

    digunakan untuk analisis kadar Fe.

    Selanjutnya absorbansi larutan standar

    diukur pada 400-650 nm untuk mengetahui

    panjang gelombang maksimum yang

    digunakan dalam analisis kadar Fe.

    Pengukuran serapan atau absorbansi

    dilakukan pada suatu panjang gelombang

    yang sesuai dengan serapan maksimum

    karena konsentrasi besar terletak pada titik

    ini, artinya serapan larutan encer masih

  • 8/10/2019 260110120033 Devi Rahmawati Kolorimetri

    4/5

    terdeteksi. Panjang gelombang yang

    maksimum memiliki kepekaan maksimal

    karena terjadi perubahan absorbansi yang

    paling besar serta pada panjang gelombang

    maksimum bentuk kurva absorbansi

    memenuhi hukum Lambert-Beer. Panjang

    gelombang maksimum pada pengukuran nilai

    absorbansi ini adalah 510 nm. Hasil

    pengukuran absorbansi dari larutan standar

    besi tercantum dalam tabel 1.

    Tabel 1. Hasil Pengukuran Absorbansi

    Larutan Standard dengan Berbagai

    Konsentrasi pada 510 nm

    Konsentrasi Absorbansi Rata-rata

    0,1 ppm 0,0008 0,0007 0,0008 0,000767

    0,2 ppm 0,0038 0,0037 0,0037 0,003733

    0,5 ppm 0,0076 0,0077 0,0076 0,007633

    1 ppm 0,0120 0,0117 0,0121 0,011933

    2,5 ppm 0,0429 0,0427 0,0427 0,042767

    Data absorbansi tersebut kemudian

    diplotkan terhadap konsentrasi sehingga

    terbentuk kurva kalibrasi dan persamaan

    linear. Berikut merupakan kurva kalibrasi

    larutan besi (III) standar.

    Gambar 1. Kurva kalibrasi larutan standar Fe

    Dari hasil pengkuran nilai absorbansi

    terlihat adanya peningkatan nilai absorbansi

    seiring bertambahnya konsentrasi larutan

    standar besi(III). Hal ini sesuai dengan hukum

    Lambert beer, A = b c, dimana absorbansi

    berbanding lurus dengan konsentrasi artinya

    semakin besar nilai konsentrasi larutan maka

    warna yang dihasilkan akan semakin tajam

    dan intensitas cahaya yang diserap oleh

    larutan berwarna akan semakin besar

    sehingga nilai serapannya (absorbansi)

    menjadi bertambah besar.

    Pengukuran selanjutnya dilakukan

    untuk sampel air keran dari desa hegarmanah

    yang telah ditambahkan dengan 0,2 mL

    hidroksilammonium klorida, 1 mL 1,10-

    fenantrolin dan 1,6 mL larutan sodium asetat.

    Pengukuran dilakukan dengana menggunakan

    spektrofotometer UV-Visibel pada panjang

    gelombang maksimum yang telah ditentukan

    sebelumnya, yaitu 510 nm. Hasil absorbansi

    yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 2.

    Tabel 2. Hasil Pengukuran Absorbansi LarutanSampel pada 510 nm.

    Absorbansi Rata-rata

    0,0013 0,0013 0,0013 0,0013

    Kadar besi dalam sampel dapat

    dihitung dengan menggunakan persamaan

    garis regresi dari kurva kalibrasi

    y= ax+b, x=

    dimana:

    x : Konsentrasi Fe pada sampel

    y : Absorbansi rata-rata

    a : 0,017

    b : -0,001

    Berdasarkan perhitungan, diperoleh

    kadar besi dalam sampel adalah 0,135 ppm.

    Kandungan kadar besi(III) yang terukur masih

    dalam batas aman untuk dikonsumsi. Suatu

    air minum dapat dipastikan keamanannya jika

    kadar besi dalam air minum tersebut berada

    dibawah konsentrasi 0,3 ppm sesuai dengan

    standar dalam Permenkes

    No.492/MENKES/PES/IV/2010.

    KESIMPULAN

    Kadar besi dalam sampel air keran yang

    terdapat di desa Hegarmanah, Jatinangor

    dengan koordinat 655'54.2"S 10746'40.4"E.

  • 8/10/2019 260110120033 Devi Rahmawati Kolorimetri

    5/5

    dapat ditentukan dengan menggunakan

    spektrosfotometer Uv-visible pada panjang

    gelombang 510 nm. Dari persamaan garis

    regresi linier kurva kalibrasi larutan standar

    y=0,017x - 0,001 , dengan r2=0,983 didapat

    kadar besi dalam sampel sebesar 0,135 ppm,

    di mana kandungan tersebut masih dalam

    batas aman untuk dikonsumsi sesuai dengan

    standar dalam Permenkes

    No.492/MENKES/PES/IV/2010, yaitu di bawah

    0,3 ppm.

    DAFTAR PUSTAKA

    Basset, J. 1994. Buku Ajaran Vogel Kimia

    Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi keempat.

    Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

    Gyamfi, E.T., et.al., 2012. Chemical Analysis of

    Potable Water Samples from Selected

    Suburbs of Accra, Ghana. International

    Academy of Ecology and Environmental

    Sciences, 2(2) : 118-127

    Kartasasmita RE, Lilis Tuslinah dan Majid

    Fawaz. Penentuan Kadar Besi (II) Dalam

    Sediaan Tablet Besi (II) Sulfat Menggunakan

    Metode Orto Fenantrolin. Jurnal Kesehatan

    BTH, Volume 1 No. 1 Agustus 2008. STIKes

    BTH Tasikmalaya.

    Rahmayani, Fatimah. 2009. ANALISA KADAR

    BESI (Fe) DAN TEMBAGA (Cu) DALAM AIR

    ZAMZAM SECARA SPEKTROFOTOMETRI

    SERAPAN ATOM (SSA). Medan: Universitas

    Sumatera Utara.

    Svehla, G. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif

    Makro dan Semimikro edisi ke-5. Jakarta. PT.Kalman Media Pustaka.

    Widowati, W. 2008. Efek Toksik Logam

    Pencegahan dan Penanggulangan

    Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit Andi.