6 5 30

55

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN NGADA

TAHUN 2020

KLHS RPJMDRINGKASAN EKSEKUTIF

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2021-2026KABUPATEN NGADA

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

A. Aspek Geografis Dan Demografi

Aspek Geografis daerah berkaitan dengan letak geografis suatu wilayah. Letak

geografis merupakan letak suatu wilayah yang dilihat dari keberadaan nyatanya di

permukaan bumi. Analisis pada aspek geografi kabupaten perlu dilakukan untuk memperoleh

gambaran mengenai karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah dan

kerentanan wilayah terhadap bencana. Aspek geografi ini lebih kepada fisik bumi seperti

lokasi suatu wilayah, bentuk permukaan bumi, unsur – unsur di permukaan bumi sehingga

dapat diketahui batas – batas wilayah dengan ciri – ciri tertentu. Fisik bumi dapat dilihat dari

unsur di kulit bumi, tanah, air, cuaca/iklim, flora dan fauna. Sedangkan aspek Kependudukan

atau demografi suatu daerah diukur berdasarkan dinamika kependudukan manusia.

Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk serta bagaimana jumlah

penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi serta penuaan. Analisis

kependudukan dapat merujuk pada masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu

yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama atau etnisitas tertentu.

Dalam pembangunan suatu daerah, penduduk merupakan modal atau aset penting dalam

menggerakan pembangunan. Diharapkan bukan hanya saja jumlah yang besar tetapi kualitas

penduduknya juga baik.

B. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Luas Wilayah Kabupaten Ngada dapat digambarkan sebagai berikut: luas daratan

1.620,92 km² dan luas perairan 708,64 km² dengan panjang pantai 102,318 km. Kabupaten

Ngada terdiri dari 12 kecamatan dengan luas daratan terbesar ada di Kecamatan Riung yang

mencapai 327,94 km2 atau 20,23% dari keseluruhan luas wilayah daratan Kabupaten Ngada

dan luas daratan terkecil ada di wilayah Kecamatan Jerebuu yakni seluas 64.90 km2 atau

hanya 4%.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

2

Sumber: Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 66 Tahun 2011 tanggal 28 Desember 2011

Gambar 1. Prosentase Luas Wilayah per Kecamatan

Sedangkan untuk perairan terbagi atas perairan sebelah Utara dan Selatan dengan

rincian: luas perairan pantai Utara 381,58 km2 dengan panjang pantai 58,17 km, sedangkan

luas perairan pantai Selatan 327,06 km2 dengan panjang pantai 44,15 km.

Secara administratif Kabupaten Ngada berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores;

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Sawu;

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Nagekeo; dan

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Manggarai Timur.

155,18

51,23

79,83

93,05

68,22

92,94

86,86

149,14

85,3

405,71

277,98

0 100 200 300 400 500

Aimere

Jerebuu

Inerie

Bajawa

Golewa Barat

Golewa Selatan

Golewa

Bajawa Utara

Soa

Riung

Riung Barat

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

3

Gambar 2. Peta Administrasi Kabupaten Ngada

Geomorfologi Kabupaten Ngada hampir sebagian besar (2/3 bagian) di bagian

selatan berupa bentang alam pegunungan vulkanik Kwarter (gunung api Kwarter), dengan

morfologinya berupa pegunungan dengan beberapa kawah seperti di Gunung Inerie (2130

m), Gunung Wolomeze (1494 m) dan beberapa bekas kawah diantaranya di Menge. Bentang

alam pegunungan vulkanik Kwarter ini banyak dipengaruhi oleh letak kawah gunung api

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

4

sebagai pusat erupsi yang menghasilkan endapan gunung api yang bersifat stratovulkanik

yang pola penyebarannya radier dan pola penyaluran sungainya juga bersifat radier.

Diantara pegunungan vulkanik tersebut terdapat cekungan yang merupakan cekungan air

tanah Bajawa. Di bagian utara (1/3 bagian) merupakan bentang alam sedimen Tersier yang

morfologinya berupa perbukitan dengan beberapa bukitnya antara lain G. Kebedaring (1070

m) dan G. Sawe (561 m). Bentang alam perbukitan sedimen Tersier ini sangat dikontrol oleh

persebaran batuan Tersier dan kontrol struktur geologi yang berupa lipatan dan beberapa

sesar geser. Pola penyaluran sungai di daerah bentang alam perbukitan sedimen Tersier ini

adalah trelis, dimana terlihat adanya arah aliran sungai yang searah dengan kemiringan

lapisan batuan (konsekwen), dan arah aliran sungai yang searah dengan jurus lapisan batuan

(subsekwen). Disamping itu terdapat bentang alam dataran aluvial yang mempunyai

kelerengan 0-< 2% yang penyebarannya di sekitar pesisir dan muara sungai.

Sebagian besar wilayah Ngada ditempati oleh batuan vulkanik yang berumur Miosen

Bawah hingga Miosen Atas yang berassosiasi dengan terbentuknya busur dalam Banda,

sebagian besar terdiri dari lava andesit dan breksi dari Formasi Kiro dan sedikit batuan

vulkanik muda. Satuan batuan di atas ditutupi oleh suatu paket batuan sedimen berumur

Miosen Tengah yang terbentuk pada cekungan busur belakang, terdiri dari batupasir,

batugamping, batuan vulkanik dan breksi atau tufa dari Formasi-Formasi Nangapanda dan

Bari. Tanda-tanda adanya mineralisasi juga dijumpai pada satuan ini, yaitu pada batuan induk

volkanik klastik (contoh mineralisasi pada daerah Rawangkalo dan Wangka).

Secara umum, curah hujan di Kabupaten Ngada termasuk tinggi dengan interval curah

hujan 1500 – 2000 mm/tahun. Hal tersebut dapat dikarenakan wilayah Kabupaten Ngada

di kelilingi lautan dan sebagian besar topografi Kabupaten Ngada berupa pegunungan

sehingga perbedaan tekanan dan suhu udara membuat curah hujan cenderung tinggi.

Wilayah yang meliputi curah hujan tinggi ialah Kecamatan Bajawa, Kecamatan Bajawa Utara,

Kecamatan Wolomeze, Kecamatan Soa, Kecamatan Aimere, Kecamatan Inerie, Kecamatan

Jerebuu, Kecamatan Golewa, Kecamatan Golewa Barat, dan Kecamatan Golewa Selatan.

Curah hujan sangat tinggi menurut hasil interpolasi hanya meliputi sebagian kecil dari

Kecamatan Bajawa Utara sisi Barat. Intensitas curah hujan sedang hingga cukup rendah

dengan interval antara 1500 – 1000 mm/tahun terdapat di sebagian Kecamatan Riung Barat

dan di seluruh wilayah Kecamatan Riung. Hal tersebut dikarenakan Kabupaten Ngada sisi

Utara memiliki ketinggian wilayah yang cenderung lebih rendah dari ketinggian wilayah di

Kabupaten Ngada pada sisi Selatan. Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui bahwa

Kabupaten Ngada sisi Selatan dengan curah hujan yang cukup tinggi hingga tinggi berpotensi

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

5

terhadap ancaman bencana alam seperti cuaca ekstrim, tanah longsor dan juga banjir, di sisi

lain dengan curah hujan yang tinggi tersebut dapat memberikan ketersediaan air yang cukup

untuk lahan pertanian dan perkebunan.

Wilayah Kabupaten Ngada pada umumnya terdiri dari 3 jenis tanah yakni Grumosol,

Latosol dan Mediteran. Jika dihitung, tanah mediteran mempunyai luasan terbesar sekitar

69.549 ha pada seluruh wilayah kabupaten. Tanah ini mempunyai lapisan solum yang tebal,

kadar unsur basa yang dikandung umumnya tinggi, daya menahan airnya sedang dan sifat-

sifat fisik dan kimianya baik sehingga nilai produksinya cukup tinggi dan apabila persediaan

air cukup untuk pengolahan/tumbuh tanam, maka jenis tanah ini dapat dimanfaatkan untuk

persawahan.

Tabel 1. Jenis Tanah Wilayah Kabupaten Ngada Dirinci Per Kecamatan

Sumber: Peta Hidrogeologi Lembar Ruteng Nusa Tenggara skala 1 : 250.000

Kondisi kebencanaan di Kabupaten Ngada dapat ditinjau melalui gambaran umum

wilayah dari Kabupaten Ngada. Posisi Kabupaten Ngada yang berhadapan langsung dengan

dua perairan laut dan berdekatan dengan lempeng tektonik aktif membuat Kabupaten Ngada

rentan terhadap bencana alam tsunami, gempa bumi serta abrasi laut akibat pasang surut air

laut. Secara umum topografi dari Kabupaten Ngada merupakan pegunungan dan perbukitan,

sehingga dengan topografi yang sangat bervariasi ketinggiannya dapat mempengaruhi

karakterisatik bencana yang ada di Kabupaten Ngada terutama pada kondisi lahan dan

kondisi cuaca. Terdapat 3 gunung api aktif yang memberikan kesuburan tanah tetapi juga

memberikan potensi ancaman bencana letusan gunung api. Iklim di Kabupaten Ngada

cenderung kering pada tempat yang relatif datar sehingga memunculkan potensi ancaman

bencana kekeringan dan kebakaran lahan, sedangkan pada tempat yang relatif tinggi

No Kecamatan

Jenis Tanah (ha)

Grumosol Latosol Mediteran Jumlah

1 Aimere 4.842 0 10.408 15.25

2 Jerebuu 0 0 8.226 8.226

3 Bajawa 16.738 0 0 16.738

4 Golewa 5.935 0 19.137 25.072

5 Bajawa Utara 13.33 0 0 13.33

6 Soa 9.114 0 0 9.114

7 Riung 0 28.725 4.069 32.794

8 Riung Barat 2.228 11.634 27.706 41.568

9 Wolomeze 0 0 0 0

Jumlah 52.187 40.359 69.546 162.092

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

6

memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan berpotensi terjadinya bencana banjir. Sebagai

gambaran umum, jumlah penduduk Kabupaten Ngada mencapai 163.217 jiwa dan

kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ialah Kecamatan Bajawa. Jumlah

penduduk tersebut tentu menjadi pertimbangan untuk potensi ancaman bencana.

C. Kondisi Demografi

Penduduk merupakan salah satu faktor penting dalam perencanaan pembangunan

daerah. Karena penduduk merupakan sumber daya manusia yang partisipasinya sangat

diperlukan agar perencanaan dapat berjalan dengan baik. Penduduk juga merupakan motor

penggerak pembangungan sehingga tidak dapat dilepaskan peranannya dalam pembangunan

daerah. Selain sebagai subjek dalam proses pembangunan, penduduk dapat juga bertindak

sebagai objek, dimana akan menjadi target dalam setiap proses pembangunan. Oleh karena

itu analisis kependudukan sangat dibutuhkan agar efesiensi dan efektivitas perencanaan

pembangunan dapat berhasil sebagaimana diharapkan.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Per Kecamatan

No Kecamatan Penduduk

2010 2018 2019

1 Aimere 8.863 10.287 10.452

2 Jerebuu 6.435 6.955 7.003

3 Inerie 6.887 6.999 6.994

4 Bajawa 36.237 40.806 41.305

5 Golewa 17.438 20.672 21.058

6 Golewa Selatan 9.416 9.805 9.828

7 Golewa Barat 9.312 10.281 10.380

8 Bajawa Utara 8.537 10.964 11.281

9 Soa 12.798 14.188 14.333

10 Riung 13.926 14.764 14.832

11 Riung Barat 7.792 8.959 9.092

12 Wolomeze 5.366 6.516 6.659

Kabupaten Ngada 143.997 161.196 163.217

Sumber: Kabupaten Ngada Dalam Angka, 2020

Jumlah penduduk Kabupaten berdasarkan data dari BPS Kabupaten Ngada dalam

angka 2020 keadaan Desember 2020 berjumlah 163.217 jiwa, dengan kepadatan penduduk

sebesar 100,69 jiwa/km. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Bajawa dengan

proporsi sebesar 25,31%, menyusul Golewa 12,90%. Sedangkan kecamatan dengan proporsi

jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Wolomeze sebesar 4,08% dari total penduduk

Ngada.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

7

D. Kondisi Ekonomi

Analisis kinerja atas Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi dilakukan

terhadap indikator yang mempengaruhi antara lain Pertumbuhan PDRB, Pertumbuhan

ekonomi, Laju Inflasi, PDRB Per Kapita dan Kemiskinan.

Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) di Kabupaten Ngada dari

tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 menunjukan perkembangan yang positif yaitu pada

tahun 2016 sebesar Rp. 2.788,92 miliar rupiah terus meningkat hingga tahun 2019 menjadi

sebesar Rp. 3.473,92 miliar rupiah. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.

* Angka sementara

** Angka sangat sementara

Sumber: BPS Kabupaten Ngada, 2020

Gambar 3. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Ngada

Tahun 2016-2019

Peranan terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Ngada pada Tahun 2019

dihasilkan oleh lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mencapai 34,15 persen

menurun dari tahun 2018 sebesar 34,77 persen. Selanjutnya lapangan usaha Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial wajib sebesar 19,88 persen meningkat dari

19.62 tahun 2018 dan disusul oleh lapangan usaha konstruksi sebesar 13,27 persen naik dari

12,90 persen di tahun 2018. Dari ketiga Lapangan Usaha tersebut, Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan adalah kategori yang mengalami penurunan peranan. Hal ini disebabkan karena

berkurangnya luas lahan pada lapangan usaha tersebut dan lambatnya kenaikan harga

produksi dibandingkan dengan produk lapangan usaha lainnya.

2.788,923.014,62

3.232,983.473,92

0,00

500,00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

3.000,00

3.500,00

4.000,00

2016 2017 2018* 2019**

Mili

ar R

up

iah

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

8

Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten Ngada dari

tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu

pada tahun 2016 sebesar Rp. 1.991,67 miliar terus meningkat hingga tahun 2019 menjadi

sebesar Rp. 2.309,89 miliar, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.

* Angka sementara

** Angka sangat sementara

Sumber: BPS Kabupaten Ngada, 2020

Gambar 4. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Ngada

Tahun 2016-2019

Sektor penyumbang terbesar PDRB ADHK tahun 2019 di Kabupaten Ngada

mencakup empat sektor, yaitu sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sebesar 33,31%,

Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial sebesar 18,80%, Sektor

Konstruksi sebesar 14,23% serta Perdagangan Besar, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

sebesar 8,54%.

Pertumbuhan ekonomi diperoleh dengan menghitung rata-rata tertimbang dari 17

kategori lapangan usaha pada PDRB atas dasar harga konstan. Apabila sebuah lapangan

usaha memiliki peranan penting namun pertumbuhannya rendah maka dapat berdampak

pada terhambatnya tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebaliknya, apabila

sebuah lapangan usaha memiliki perananan penting dan pertumbuhannya tinggi maka

lapangan usaha tersebut dapat menjadi roda penggerak dalam pertumbuhan ekonomi suatu

daerah. Berdasarkan harga konstan 2010, nilai PDRB Kabupaten Ngada pada Tahun 2019

meningkat. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya produksi di pertumbuhan

ekonomi, lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2018 yang

mencapai 5,17 persen.

1.991,66

2.094,64

2.199,31

2.309,89

1.800,00

1.900,00

2.000,00

2.100,00

2.200,00

2.300,00

2.400,00

2016 2017 2018* 2019**

Mili

ar R

up

iah

PDRB…

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

9

Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha pengadaan listrik dan

gas yaitu sebesar 12,63 persen. Dari 17 lapangan usaha ekonomi yang ada, seluruhnya

mengalami pertumbuhan yang positif. Delapan lapangan mengalamim pertumbuhan positif

di atas lima persen sedangkan Sembilan lapangan usaha lainnya mengalami pertumbuhan

positif dibawah lima persen. Delapan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan positif

lebih dari lima persen terdiri dari: lapangan usaha listrik dan gas sebesar 12,63 persen;

Konstruksi sebesar 8,98 persen; perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda

motor sebesar 5,30 persen; Penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 8,52 persen;

Informasi dan Komunikasi sebesar 5,54 persen; Jasa Perusahaan sebesar 6,45 persen; Jasa

Pendidikan sebesar 5,82 persen dan jasa lainnya sebesar 7,36 persen.

Sementara lima lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan positif paling rendah

adalah lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 3,66 persen; Industri

Pengolahan sebesar 4,22 persen; Pertambangan dan Penggalian sebesar 4,35 persen; Jasa

Keuangan dan Asuransi 4,53 persen serta lapangan usaha Administrasi Pemerintahan,

Pertanahan, dan jaminan Sosial Wajib sebesar 4,54 persen. seluruh lapangan usaha yang besas

dari inflasi. Nilai PDRB Kabupaten Ngada atas dasar harga konstan 2010, mencapai 2,20

triliun rupiah. Angka ini naik dari 2,09 triliun rupiah pada tahun 2017. Secara umum laju

pertumbuhan PDRB Kabupaten Ngada Tahun 2014 - 2018 dapat dirinci sesuai Gambar 5.

Sumber: NTT Dalam Angka 2020

Gambar 5. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ngada, Provinsi NTT dan

Nasional Tahun 2016-2019 (%)

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

10

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngada pada tahun 2016 hingga 2019 terjadi

peningkatan, yaitu pada tahun 2016 sebesar 5,14% dan tahun 2019 sebesar 5,50%.

Berdasarkan harga konstan 2010, perekonomian NTT pada tahun 2019 mengalami

pertumbuhan sebesar 5,20 persen, sedikit mengalami percepatan dibandingkan dengan

tahun 2018 yaitu sebesar 5,13 persen. Seluruh lapangan usaha pada tahun 2019 mencatat

pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2019 dicapai oleh

lapangan usaha Industri Pengolahan.

E. Kajian Enam (6) Muatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

1) Kajian Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup

Perhitungan daya dukung lahan pertanian (DDLp) dihitung dari ketersediaan lahan,

kebutuhan lahan, dan daya dukung lahan. Total ketersediaan lahan di Kabupaten Ngada

sebesar 16.4101.301 hektar yang didapatkan dari total produksi komoditi dibagi dengan harga

satuan beras di tingkat produsen dan produktivitas besar di daerah. Bahwa tingkat

produktivitas beras di Kabupaten Ngada mencapai 6.5 ton dalam setiap hektar. Total

kebutuhan lahan hidup layak di Kabupaten Ngada untuk mendukung kegiatan penduduknya

pada tahun 2019 adalah 25.166,15 ha. Dari hasil perhitungan nilai daya dukung lahan

pertanian (DDLp) adalah 6,52 dan disimpulkan bahwa Kabupaten Ngada memiliki daya

dukung lahan pertanian yang >1 dan tergolong kategori surplus.

Secara umum nilai daya dukung lingkungan hidup bahan pangan (DDLb) Kabupaten

Ngada adalah 0,18. nilai ini menandakan Kabupaten Ngada berada dibawah ambang batas

sehingga dapat dikatakan defisit bahan pangan (beras). Jumlah penduduk Kabupaten Ngada

pada Tahun 2018 adalah 161.196 jiwa dan kebutuhan pangan beras perkapita Kabupaten

Ngada mencapai lebih dari 8 juta kg/tahun, dengan kondisi ekosistem penyedia bahan

pangan (sawah) yang luas, Kabupaten Ngada memiliki ketersediaan pangan beras lebih dari

32 juta Kg/tahun.

Sementara itu, jika diamati lebih detil lagi. Meskipun status daya dukung pangan

Kabupaten Ngada adalah surplus, namun tidak setiap kecamatan di Kabupaten Ngada

memiliki status yang sama. Kecamatan yang memiliki status defisit adalah Kecamatan Aimere.

Selain itu, jumlah penduduk yang cukup banyak menyebabkan kecamatan ini memiliki nilai

daya dukung pangan yang yang rendah (<1) sehingga di kategorikan sebagai Defisit bahan

pangan. Kecamatan yang memiliki status defisit daya dukung pangannya menunjukkan

bahwa ketersediaan bahan pangan di kecamatan tersebut tidak mampu mendukung

kebutuhan penduduknya atas bahan pangan. Artinya, lokasi yang direpresentasikan oleh grid

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

11

tersebut mendapatkan bahan pangan dari daerah lain untuk dapat memenuhi kebutuhan

pangan penduduknya.

Daya dukung lahan bangungan dihitung berdasarkan hasil analisis luas lahan

terbangun di Kabupaten Ngada seluas 3092 Ha, dengan asumsi 50% koefisien luas lahan

terbangun maksimal pada pedesaan, maka hasil perhitungan DDLB bernilai 28,65. Nilai ini

melebihi 1 sehingga daya dukung lahan permukiman di Kabupaten Ngada tergolong masih

baik.

Total kebutuhan air di Kabupaten Ngada untuk mendukung kegiatan penduduknya

pada tahun 2019 yakni 245,37 juta m3/tahun. Berdasarkan hal tersebut, daya dukung air

Kabupaten Ngada memiliki nilai 3,4 sehingga masuk dalam kategori baik/surplus.

2) Kajian Perkiraan Mengenai Dampak Risiko Lingkungan Hidup

Tabel 3. Nilai hasil Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kabupaten Ngada tahun 2019

IPA IPU ITH IKLH Keterangan

50 85,07 69,32 68,25 Cukup

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti yang tersaji diatas nilai indeks kualitas

lingkungan hidup (IKLH) di Kabupaten Ngada terbagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu

waspada (<50), sangat kurang (50<x≤58) dan kurang (58<x≤66). Berdasarkan Indeks

Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) 2019 yang memiliki angka 68,25 ini, dapat disimpulkan

bahwa status lingkungan hidup Kabupaten Ngada pada tahun 2019 berada dalam posisi

“Cukup”. Kondisi ini memiliki makna bahwa lingkungan hidup di Kabupaten Ngada masih

belum memenuhi kriteria lingkungan yang baik dan sehat sebagaimana yang tertuang dalam

UUD 45 pasal 28 H ayat (1). Apabila dilihat per media, kualitas air di Kabupaten Ngada

memiliki angka 50, yang berarti berada dalam keadaan cemar ringan. Kondisi tutupan

vegetasi juga mempunyai nilai yang kurang, yaitu 69,32. Kualitas udara Kabupaten Ngada

mempunyai kategori baik, dengan nilai 85,07.

Tingkat risiko bencana merupakan gabungan dari tingkat bahaya, tingkat kerentanan

dan tingkat kapasitas. Berdasarkan analisis dari Dokumen Risiko Bencana Kabupaten Ngada

Tahun 2017 maka diperoleh hasil rangkuman tingkat risiko untuk potensi bencana di

Kabupaten Ngada. Tingkat risiko bencana tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

12

Tabel 4. Tingkat Risiko Bencana di Kabupaten Ngada

JENIS BENCANA TINGKAT

BAHAYA

TINGKAT

KERENTANAN

TINGKAT

KAPASITAS

TINGKAT

RISIKO

1) BANJIR TINGGI SEDANG RENDAH TINGGI

2) BANJIR BANDANG TINGGI SEDANG RENDAH TINGGI

3) CUACA EKSTRIM TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI

4) GELOMBANAG

EKSTRIM DAN ABRASI TINGGI

SEDANG RENDAH

TINGGI

5) GEMPABUMI TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI

6) KEKERINGAN TINGGI SEDANG RENDAH TINGGI

7) KEBAKARAN HUTAN

DAN LAHAN TINGGI

SEDANG RENDAH

SEDANG

8) LETUSAN GUNUNGAPI

EBULOBO RENDAH

RENDAH RENDAH

RENDAH

9) LETUSAN GUNUNGAPI

INIELIKA SEDANG

SEDANG RENDAH

SEDANG

10) LETUSAN GUNUNGAPI

INIERIE TINGGI

SEDANG RENDAH

SEDANG

11) TANAH LONGSOR TINGGI TINGGI RENDAH SEDANG

12) TSUNAMI TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI

Sumber: Dokumen Risiko Bencana Kabupaten Ngada Tahun 2017

3) Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Berbasis Jasa Ekosistem

Lingkup layanan atau jasa lingkungan dikelompokkan berdasarkan fungsinya menjadi

4 (empat) yaitu Jasa Penyedia, Jasa Pengatur, Jasa Sosial Budaya dan Jasa Pendukung. Jasa

ekosistem yang digunakan dalam dokumen ini terdiri atas 13 jenis jasa ekosistem yang

merupakan bagian dari empat kelompok besar jasa ekosistem yang sudah meliputi unsur yang

menjelaskan kondisi D3TLH di Kabupaten Ngada, Ke-tigabelas jenis jasa ekosistem dalam

empat kelompok besar ini akan dikelompokkan kedalam lima klasfikasi kelas yaitu sangat

tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah sebagaimana dideskripsikan berikut ini.

a) Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Pangan (P1)

Jasa ekosistem penyedia bahan pangan yang memiliki luasan terendah adalah kelas

sangat rendah dengan luas 1.045,89 ha atau 0,65% dari luas wilayah kabupaten. Kelas

tersebut cenderung terdapat hampir di setiap jenis ekoregion terutama di lereng gunungapi

dengan jenis tutupan lahan berupa permukiman dan tempat kegiatan. Jenis tutupan lahan

tersebut tentunya memiliki potensi penyediaan bahan pangan yang rendah karena

didominasi oleh bangunan dan terbatasnya vegetasi dengan tingkat kerapatan tinggi.

Kecamatan yang memiliki luasan dominan pada kelas tersebut adalah Bajawa dengan luas

sebesar 455,76 ha atau 3,42% dari luas wilayah kecamatan. Dan Kecamatan Golewa dengan

luasan sebesar 208,63 ha atau 2,67% dari luas wilayah kecamatan.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

13

Tabel 5. Luasan Jasa Ekosistem Penyedia Pangan (Ha) Di Kabupaten Ngada

Luasan Jasa Ekosistem Penyedia Pangan (Ha)

Kecamatan Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Total

Aimere 1,71 715,25 5.254,07 2.137,25 1.141,72 9.250,00

Bajawa 455,76 2.779,80 9.636,28 73,36 384,80 13.330,00

Bajawa Utara 77,17 5.999,23 9.381,48 896,40 383,71 16.738,00

Golewa 208,63 1.097,15 5.043,78 892,55 570,88 7.813,00

Golewa Barat 121,37 2.112,20 3.948,13 878,04 399,26 7.459,00

Golewa Selatan 53,08 138,43 2.409,33 2.651,61 4.547,55 9.800,00

Inerie 12,09 139,19 3.285,48 3.291,89 1.007,35 7.736,00

Jerebuu 66,12 946,36 3.778,83 271,55 1.427,13 6.490,00

Riung 120,24 6.046,85 22.262,23 3.993,75 370,94 32.794,00

Riung Barat 19,39 4.708,72 16.419,98 1.611,32 8.489,58 31.249,00

Soa 65,64 375,27 3.767,14 4.905,68 0,27 9.114,00

Wolomeze 19,05 3.003,22 5.218,37 1.243,91 834,44 10.319,00

Kab. Ngada 1.045,89 28.397,43 89.979,04 23.483,15 19.186,50 162.092,00

Gambar 6. Persentase Luasan Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Pangan (P1) di

Kabupaten Ngada

b) Jasa Ekosistem Penyedia Air Bersih (P2)

Daya dukung daya tampung lingkungan hidup berbasis jasa ekosistem penyedia air

bersih (P2) berhubungan dengan segala jenis sumber air yang dapat berasal dari air

permukaan, air tanah, maupun air hujan yang dapat digunakan manusia untuk menjaga

kelangsungan hidupnya.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

AimereBajawa

Bajawa UtaraGolewa

Golewa BaratGolewa Selatan

InerieJerebuu

RiungRiung Barat

SoaWolomeze

Kabupaten Ngada

Grafik Persentase Jasa Ekosistem Penyedia Pangan (P1)

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

14

Tabel 6. Luasan Jasa Ekosistem Penyedia Air Bersih (P2) di Kabupaten Ngada

Gambar 7. Persentase Luasan Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih (P2) di

Kabupaten Ngada

Persebaran kelas tinggi pada jasa ekosistem penyediaan air bersih di Kabupaten Ngada

cenderung menyebar secara sporadis dan dominan terdapat di wilayah bagian utara dan

selatan kabupaten. Kecamatan yang memiliki dominasi kelas tinggi pada jasa ekosistem

penyediaan air di Kabupaten Ngada diantaranya adalah Kecamatan Aimere dan Inerie. Luas

wilayah Kecamatan Aimere dan Inerie yang termasuk dalam kelas tinggi secara berturut-turut

adalah sebesar 6.247,29 ha atau 67,54% dari luas wilayah kecamatan serta 120,21 ha atau

85,93% dari luas wilayah kecamatan.

Luas Jasa Ekosistem Penyedia Air Bersih (Ha)

Kecamatan Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Total

Aimere 25,47 1.776,75 33,30 6.247,29 1.167,19 9.250,00

Bajawa 330,29 2.450,33 3.470,33 6.810,55 268,50 13.330,00

Bajawa Utara 287,50 5.927,16 1.206,96 8.441,38 875,00 16.738,00

Golewa 428,68 747,11 1.679,86 4.347,14 610,21 7.813,00

Golewa Barat 237,29 1.939,91 2.987,80 1.924,43 369,58 7.459,00

Golewa Selatan 1,69 148,43 235,22 4.202,26 5.212,39 9.800,00

Inerie 31,66 245,95 120,21 6.647,66 690,52 7.736,00

Jerebuu 295,27 654,09 670,12 3.755,90 1.114,63 6.490,00

Riung 300,84 9.316,55 287,17 21.085,15 1.804,30 32.794,00

Riung Barat 0,05 13.345,46 347,78 8.377,78 9.177,94 31.249,00

Soa 0,00 2.871,39 65,64 4.266,55 1.910,42 9.114,00

Wolomeze 36,55 5.111,24 43,10 4.140,25 987,86 10.319,00

Kabupaten Ngada 1.816,76 46.371,08 9.469,72 80.740,80 23.693,63 162.092,00

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

AimereBajawa

Bajawa UtaraGolewa

Golewa BaratGolewa Selatan

InerieJerebuu

RiungRiung Barat

SoaWolomeze

Kabupaten Ngada

Grafik Persentase Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih (P2)

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

15

c) Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim (R1)

Jasa ekosistem pengaturan iklim (R1) merupakan jasa yang dimiliki oleh ekosistem

secara alamiah untuk mengatur suhu, kelmbaban dan hujan, angin, pengendalian gas rumah

kaca, dan penyerapan karbon.

Tabel 7. Luas Kelas Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim di Kabupaten Ngada

Luasan Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim (ha)

Kecamatan Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

Tinggi Total

Aimere 273,78 1.744,55 732,74 1.461,44 5.037,48 9.250,00

Bajawa 866,45 3.873,39 2.709,30 1.805,85 4.075,00 13.330,00

Bajawa Utara 262,50 5.354,49 3.514,17 2.321,61 5.285,22 16.738,00

Golewa 943,58 3.165,17 1.234,65 786,25 1.683,35 7.813,00

Golewa Barat 687,48 3.028,40 1.909,99 1.077,29 755,84 7.459,00

Golewa Selatan 153,10 1.221,03 987,08 2.249,80 5.188,99 9.800,00

Inerie 187,80 1.761,25 1.283,66 1.209,87 3.293,42 7.736,00

Jerebuu 185,88 1.690,17 620,91 532,69 3.460,34 6.490,00

Riung 362,73 5.124,19 6.105,60 4.974,51 16.226,97 32.794,00

Riung Barat 84,80 8.233,03 5.917,02 1.672,98 15.341,17 31.249,00

Soa 541,33 5.399,13 2.156,46 718,27 298,81 9.114,00

Wolomeze 43,05 2.546,66 3.377,48 956,54 3.395,26 10.319,00

Kabupaten

Ngada

4.325,34 42.246,82 31.001,26 19.703,68 64.814,91 162.092,00

Gambar 8. Persentase Luasan Kelas Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim di Kabupaten Ngada

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Aimere

Bajawa

Bajawa Utara

Golewa

Golewa Barat

Golewa Selatan

Inerie

Jerebuu

Riung

Riung Barat

Soa

Wolomeze

Kabupaten Ngada

Grafik Persentase Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim (R1)

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

16

Kelas rendah pada jasa ekosistem pengaturan iklim di Kabupaten Ngada cenderung

dominan dengan luasan mencapai 42.246,82 ha atau 26,06% dari luas wilayah Kabupaten

Ngada. Sebaran kelas rendah tersebut cenderung acak namun dominan di wilayah tengah

Kabupaten Ngada. Wilayah yang memiliki potensi rendah pada jasa ekosistem pengaturan

iklim dominan berada pada ekoregion dataran kaki gunungapi dan perbukitan karst material

batugamping tua. Jenis tutupan lahan yang paling berkontribusi terhadap rendahnya potensi

jasa ekosistem di wilayah tersebut adalah padang rumput dan tegalan/ladang. Kedua jenis

tutupan lahan tersebut cenderung memiliki kontribusi yang rendah terhadap kemampuan

ekosistem dalam melakukan pengaturan iklim akibat tingkat kerapatan yang juga rendah jika

dibandingkan dengan tutupan lahan lainnya seperti hutan rimba maupun kawasan

perkebunan. Kecamatan-kecamatan yang memiliki dominasi daam kelas rendah pada jasa

ekosistem pengaturan iklim diantaranya adalah Kecamatan Soa (59,24% dari luas wilayah),

Golewa Barat (40,60% dari luas wilayah), dan Golewa (40,51% dari luas wilayah).

d) Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air dan Banjir (R2)

Siklus hidrologi (hydrology cycle) adalah pergerakan air dalam hidrosfer yang

meliputi proses penguapan (evaporasi), pendinginan massa udara (kondensasi), hujan

(presipitasi), dan pengaliran (flow). Siklus hidrologi yang normal akan berdampak pada

pengaturan tata air yang baik untuk berbagai macam kepentingan, seperti: penyimpanan air,

pengendalian banjir, dan pemeliharaan ketersediaan air.

Tabel 8. Luasan Kelas Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air dan Banjir di

Kabupaten Ngada

Luasan Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air dan Banjir (ha)

Kecamatan Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

Tinggi Total

Aimere 74,62 1.779,19 4.958,10 1.240,70 1.197,39 9.250,00

Bajawa 78,83 1.887,23 4.284,56 4.432,53 2.646,85 13.330,00

Bajawa Utara 44,22 1.201,70 9.737,61 5.547,03 207,44 16.738,00

Golewa 117,50 2.061,71 2.953,84 1.789,14 890,81 7.813,00

Golewa Barat 125,28 3.177,03 1.617,97 2.173,86 364,88 7.459,00

Golewa Selatan 48,96 1.790,67 1.966,73 1.309,12 4.684,52 9.800,00

Inerie 79,80 1.897,51 2.438,19 1.943,21 1.377,29 7.736,00

Jerebuu 1,18 779,74 2.849,98 1.135,78 1.723,32 6.490,00

Riung 207,19 3.035,48 6.846,57 21.885,17 819,60 32.794,00

Riung Barat 17,31 18,61 11.125,70 11.084,79 9.002,58 31.249,00

Soa 148,13 5.179,04 3.293,60 352,99 140,23 9.114,00

Wolomeze 28,85 2.587,71 2.616,26 4.338,91 747,28 10.319,00

Kabupaten

Ngada

965,89 26.432,38 55.134,32 57.062,07 22.497,34 162.092,00

Sumber: Analisis, 2019

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

17

Data dalam Tabel 8. menunjukkan bahwa mayoritas luasan wilayah di Kabupaten

Ngada didominasi oleh jasa ekosistem pengaturan tata aliran air dan banjir dalam kelas tinggi

dan sedang. Hal ini juga terlihat melalui Gambar 9. dimana warna hijau muda (kelas tinggi)

dan kuning (kelas sedang) cenderung dominan dibandingkan dengan warna lainnya. Luasan

wilayah yang termasuk dalam kategori kelas tinggi dan sedang masing-masing sebesar

57.062,07 ha atau 35,20% dari luas wiayah dan 55.134,32 ha atau 34,01% dari luas

wilayah.

Gambar 9. Persentase Luasan Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air dan Banjir di

Kabupaten Ngada

Kelas jasa ekosistem pengaturan tata aliran air dan banjir yang memiliki luasan

terendah di Kabupaten Ngada adalah kelas rendah dan sangat rendah. Luas wilayah yang

termasuk dalam kelas rendah dan sangat rendah masing-masing sebesar 26.432,38 ha atau

16,31 % dari luas wilayah kabuaten serta 965,89 ha atau 0,60% dari luas wilayah kabupaten.

Persebaran kelas rendah dan sangat rendah tersebut cenderung merata di wilayah Kabupaten

Ngada terutama dominan di wilayah bagian tengah dan selatan. Kelas rendah dan sangat

rendah pada jasa ekosistem R2 tersebut dominan berada dalam ekoregion dataran kaki

gunungapi dengan jenis tutupan lahan utama berupa semak belukar dan permukiman.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

AimereBajawa

Bajawa UtaraGolewa

Golewa BaratGolewa Selatan

InerieJerebuu

RiungRiung Barat

SoaWolomeze

Kabupaten Ngada

Grafik Persentase Luasan Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air dan Banjir (R2)

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

18

e) Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana (R3)

Ekosistem juga berfungsi untuk pencegahan dan perlindungan bencana alam, seperti

kebakaran lahan, erosi, longsor, badai, dan tsunami. Bentangalam secara spesifik memiliki

hubungan erat dengan kejadian bencana alam, sebagai contoh bencana erosi dan longsor

umumnya terjadi pada bentangalam struktural dan denudasional dengan topografi

perbukitan atau pegunungan.

Tabel 9. Luasan Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan Bencana di

Kabupaten Ngada

Luasan Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan Bencana (ha)

Kecamatan Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Total

Aimere 250,63 577,06 1.564,94 1.841,14 5.016,23 9.250,00

Bajawa 455,76 4.032,58 866,04 5.533,76 2.441,86 13.330,00

Bajawa Utara 99,37 2.080,82 3.749,85 3.260,63 7.547,33 16.738,00

Golewa 722,49 3.158,73 614,88 1.333,81 1.983,09 7.813,00

Golewa Barat 241,87 2.875,61 393,10 2.740,24 1.208,18 7.459,00

Golewa Selatan 153,10 1.895,91 601,79 2.693,15 4.456,05 9.800,00

Inerie 187,80 1.520,30 1.743,46 1.315,29 2.969,16 7.736,00

Jerebuu 66,12 1.463,41 282,70 1.647,34 3.030,42 6.490,00

Riung 314,77 1.530,14 5.212,75 6.556,67 19.179,67 32.794,00

Riung Barat 36,33 344,78 10.284,03 6.241,84 14.342,02 31.249,00

Soa 516,47 4.737,10 1.676,49 1.788,92 395,02 9.114,00

Wolomeze 65,08 1.630,96 1.065,57 3.977,20 3.580,19 10.319,00

Kabupaten Ngada 3.065,26 24.582,83 27.663,94 39.274,82 67.505,15 162.092,00

Sumber: Analisis, 2019

Data dalam Tabel 9. menunjukkan bahwa mayoritas wilayah di Kabupaten Ngada

didominasi oleh kelas sangat tinggi dan tinggi pada jasa ekosistem pengaturan pencegahan

dan perlindungan bencana. Hal ini juga terlihat melalui Gambar 10. dimana warna hijau tua

(kelas sangat tinggi) dan hijau muda (kelas tinggi) lebih dominan dibandingkan dengan warna

lainnya. Luasan wilayah Kabupaten Ngada yang termasuk dalam kelas sangat tinggi dan tinggi

adalah 67.505,15 ha atau 41,65% dari luas wilayah serta 39.274,82 ha atau 24,23% dari

luas wilayah kabupaten. Persebaran kelas sangat tinggi dan tinggi pada jasa ekosistem R3 di

kabupaten Ngada cenderung merata baik di wilayah utara, tengah, maupun selatan. Di

wilayah yang memiliki potensi sangat tinggi dan tinggi terhadap jasa ekosistem R3 cenderung

disusun oleh ekoregion perbukitan struktural lipatan material gunungapi tua dan lereng kaki

gunungapi. Jenis utupan lahan yang dominan dan memberikan kontribusi terhadap tingginya

kemampuan ekosistem dalam melakukan pengaturan terhadap perlindungan dan

pencegahan bencana di wilayah ini adalah berupa semak belukar, padang rumput dan hutan

rimba. Ketiga jenis tutupan lahan tersebut berpotensi dalam melakukan perlindungan

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

19

terhadap bencana terutama banjir dan erosi. Kecamatan yang memiliki potensi sangat baik

dan dominan pada kelas sangat tinggi dan tinggi jasa ekosistem R3 diantaranya adalah Riung

(58,49% luas wilayah termasuk kelas sangat tinggi), Aimere (54,23% luas wilayah termasuk

kelas sanga tinggi), dan Bajawa (41,51% wilayah termasuk kelas tinggi).

Gambar 10. Persentase Luasan Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan

Bencana di Kabupaten Ngada

f) Jasa Ekosistem Fungsi Budaya untuk Rekreasi dan Ekowisata

Ekosistem menyediakan fitur lansekap, keunikan alam, atau nilai tertentu yang

menjadi daya tarik wisata. Berbagai macam bentuk bentangalam dan keunikan flora dan

fauna serta keanekaragaman hayati yang terdapat dalam ekosistem memberi ciri dan

keindahan bagi para wisatawan. Hasil analisis penyusunan daya dukung daya tampung

lingkungan hidup berbasis jasa ekosistem fungsi budaya untuk rekreasi dan ekowisata

ditampilkan pada Tabel 10. hasil analisis menunjukkan kelas sedang merupakan kelas dengan

luasan terbesar yaitu 61.019,46 Ha atau memiliki proporsi sebesar 37,64% dari luas total

wilayah Kabupaten Ngada. Disusul oleh kelas sangat tinggi dengan luasan mencapai

50.849,53 Ha atau menempati proporsi sebesar 31,37%. Kecamatan Soa tidak memiliki kelas

sangat tinggi, sedangkan untuk Kecamatn Riung Barat tidak teridentifikasi memiliki kelas

sangat rendah. Namun demikian Kecamatan Riung Barat memiliki kelas sangat tinggi paling

besar luasannya dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya yaitu sebesar 22.249,91

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

AimereBajawa

Bajawa UtaraGolewa

Golewa BaratGolewa Selatan

InerieJerebuu

RiungRiung Barat

SoaWolomeze

Kabupaten Ngada

Grafik Persentase Luasan Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan Bencana (R3)

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

20

Ha atau 71,20% dari luas wilayahnya. Lebih lengkap hasil analisis luasan masing-masing kelas

dalam jasa ekosistem budaya untuk rekreasi dan ekowisata disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Luas Kelas Jasa Ekosistem Fungsi Budaya untuk Rekreasi dan Ekowisata

Kabupaten Ngada

Jasa Ekosistem Fungsi Budaya Rekreasi Dan Eko Wisata

Kecamatan Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

Tinggi Total

Aimere 1,243.65 4,196.08 1,989.49 606.31 1,214.47 9,250.00

Bajawa 291.96 1,432.14 3,979.02 4,563.89 3,062.99 13,330.00

Bajawa

Utara

187.62 5,947.00 3,286.13 5,744.71 1,572.53 16,738.00

Golewa 372.66 1,318.87 3,319.96 1,388.22 1,413.29 7,813.00

Golewa

Barat

310.37 978.44 2,973.40 1,997.46 1,199.33 7,459.00

Golewa

Selatan

1,467.76 976.30 1,910.27 1,011.79 4,433.87 9,800.00

Inerie 671.76 2,987.26 2,302.65 735.33 1,039.01 7,736.00

Jerebuu 151.28 1,560.41 1,851.17 1,121.80 1,805.34 6,490.00

Riung 1,614.97 1,073.97 19,549.95 922.37 9,632.74 32,794.00

Riung

Barat

0.00 79.88 8,165.56 753.65 22,249.91 31,249.00

Soa 1,746.76 1,727.09 5,275.25 364.89 0.00 9,114.00

Wolomeze 1,062.05 43.65 5,306.32 155.28 3,751.71 10,319.00

Kabupaten

Ngada

10,180.04 22,985.93 61,019.46 17,057.05 50,849.53 162,092.00

Sumber: Hasil Analisis Studio 2019

Hasil luasan masing-masing kelas seperti tersaji pada Tabel 10. persentasenya dalam

bentuk grafik yang ditampilkan pada Gambar 11. dari gambar grafik dapat dilihat Kecamatan

Bajawa, Kecamatan Riung Barat dan Kecamatan Golewa Selatan adalah merupakan tiga

kecamatan yang persentase kelas tinggi dan sangat tingginya lebih dari 50% dari luas total

wilayahnya. Kecamatan Aimere menjadi satu-satunya kecamatan yang gabungan kelas sangat

rendah dan rendahnya hampir mencapai 60% dari luas total wilayahnya. Kecamatan Soa

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

21

merupakan daerah dataran yang tidak memiliki variasi bentang bahan unik dan penggunaaan

lahan yang beragam sehingga relatif tidak memiliki banyak potensi wisata.

Gambar 11. Persentase Kelas Jasa Ekosistem Fungsi Budaya Rekreasi dan Eko wisata

Kabupaten Ngada

Untuk membandingkan nilai jasa ekosistem antar kecamatan dapat dilihat pada nilai

index seperti pada Gambar 11. Nilai index tertinggi dimiliki oleh Kecamatan Riung Barat

dengan nilai 0,82. Sedangkan nilai index terendah terdapat pada Kecamatan Soa (0,57).

Secara umum nilai rerata Kabupaten Ngada untuk jasa ekosistem fungsi budaya rekreasi dan

ekowisata cukup tinggi yaitu berada pada nilai 0,70. Nilai index pada masing-masing

kecamatan relatif bisa dikatakan cukup tinggi. Hal ini menyatakan bahwa potensi wisata

secara alami telah dimiliki dan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk masing-masing

kecamatan.

g) Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas

Ekosistem mampu memberikan jasa yang mendukung keanekaragaman hayati

(biodiversity), seperti: perbukitan atau pegunungan berhutan, wilayah kepesisiran

bermangrove atau berterumbu karang, menjadi habitat perkembangbiakan flora fauna.

Tabel 11. Luas Kelas Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas Kabupaten Ngada

Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas

Kecamatan Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

Tinggi Total

Aimere 99.75 1,916.18 4,805.08 1,241.88 1,187.12 9,250.00

Bajawa 820.31 1,360.21 4,408.72 4,174.91 2,565.84 13,330.00

Bajawa Utara 581.46 1,005.96 11,362.62 3,593.81 194.15 16,738.00

Golewa 430.16 1,546.40 3,982.30 1,100.71 753.42 7,813.00

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

AimereBajawa

Bajawa UtaraGolewa

Golewa BaratGolewa Selatan

InerieJerebuu

RiungRiung Barat

SoaWolomeze

JASA EKOSISTEM FUNGSI BUDAYA REKREASI DAN EKOWISATA

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

22

Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas

Kecamatan Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

Tinggi Total

Golewa Barat 614.19 2,908.08 1,447.39 2,141.41 347.92 7,459.00

Golewa

Selatan

80.15 1,768.58 2,096.89 1,180.60 4,673.77 9,800.00

Inerie 91.26 2,053.28 2,282.95 2,121.02 1,187.49 7,736.00

Jerebuu 203.96 787.74 2,686.10 1,088.88 1,723.32 6,490.00

Riung 468.34 4,833.98 18,857.21 7,765.77 868.70 32,794.00

Riung Barat 83.72 1,569.80 15,019.83 5,650.88 8,924.77 31,249.00

Soa 235.56 6,422.15 1,961.76 354.30 140.23 9,114.00

Wolomeze 42.60 3,189.42 3,303.72 3,041.06 742.20 10,319.00

Kab. Ngada 3,369.88 30,840.27 72,460.46 33,365.74 22,055.65 162,092.00

Sumber: Hasil Analisis Studio 2019

Kelas sedang menjadi kelas yang paling besar luasannya yang mencapai 72.460,46

Ha atau memiliki proporsi sebesar 44,70%. Kecamatan Riung, Kecamatan Riung Barat dan

Kecamatan Bajawa Utara menjadi tiga kecamatn yang memiliki luasan paling besar pada

kelas sedang. Klasifikasi kelas tinggi menjadi kelas dengan luasan terbesar kedua yaitu

mencapai luasan 33.365,74 Ha atau memiliki proporsi sebesar 20,58%. Kecamatan Riung

dengan luasan 7.765,77 Ha menjadi kecamatn yang memiliki luasan paling besar pada kelas

tinggi. Sementara untuk kelas sangat tinggi, kecamatan yang teridentifikasi memiliki luasan

paling besar yaitu Kecamatan Riung Barat dengan luasan mencapai 8.924,77 Ha.

Hasil persentase luasan disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 12. yang

menunjukkan sebaran kelas yang cukup merata di masing-masing wilayah. dari warna merah

tua yang mewakili kelas sangat rendah hingga kelas sangat tinggi yang diwakili warna hijau

tua terdapat di masing-masing kecamatan. Nilai persentase yang menonjol terlihat pada

Kecamatan Golewa Selatan untuk gabungan kelas tinggi dan sangat tinggi yang mencapai

persentase hampir 60% dari wilayahnya. Sedangkan Kecamatan Soa mewnonjol pada

gabungan kelas sangat rendah dan rendah yang mencapai lebih dari 70% dari luas

wilayahnya.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

23

Gambar 12. Persentase Kelas Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas Kabupaten Ngada

Untuk membandingkan nilai jasa ekosistem dan potensi antar kecamatan dapat dilihat

pada nilai index seperti pada Gambar 12. Nilai index tertinggi dimiliki oleh Kecamatan

Golewa Selatan dengan nilai 0,80. Sedangkan nilai index terendah terdapat pada Kecamatan

Soa (0,61). Secara umum nilai rerata Kabupaten Ngada untuk jasa ekosistem pendukung

biodiversitas berada pada kisaran nilai sedang yaitu berada pada nilai 0,69. Pegunungan

atau perbukitan berhutan memiliki potensi sangat tinggi sebagai pendukung biodiversitas.

4) Kajian Potensi dan Efisiensi Sumber Daya Alam

Kabupaten Ngada memiliki Sumber Daya Alam yang sangat melimpah, mulai dari

sektor pertambangan maupun dari hasil alamnya. Dari sektor pertambangan, terdapat

beberapa potensi yang dapat dimanfaatkan seperti bijih besi, tembaga, timah, emas, dan

panas bumi. Panas bumi merupakan sumberdaya yang sangat penting, karena dapat

dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik yang ramah lingkungan dibandingkan dengan

pembangkit listrik tenaga uap yang memanfaatkan batu bara. Kabupaten Ngada yang

sebagian besar merupakan pegunungan bekas gunungapi aktif dan dikeliling beberapa

gunungapi aktif, sehingga memungkinkan adanya potensi panas bumi yang dapat

dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik. Potensi panas bumi diketahui berada di

Desa Todabelu, Kecamatan Golewa. Berdasarkan Data Badan Geologi Kementerian ESDM,

potensi energi listrik yang dapat dihasilkan dari panas bumi tersebut mencapai 65 MW. Lokasi

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Aimere

Bajawa

Bajawa Utara

Golewa

Golewa Barat

Golewa Selatan

Inerie

Jerebuu

Riung

Riung Barat

Soa

Wolomeze

JASA EKOSISTEM PENDUKUNG BIODIVERSITAS

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

24

potensi panas bumi terklasifikasi cadangan terbukti sebesar 1,6 MW yang sekarang digunakan

sebagai penyedia listrik bantuan. Sumberdaya ini perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin

dengan penelitian atau pemuktakhiran teknologi, sehingga potensi yang ada dapat optimal

dimanfaatkan.

Gambar 13. Peta Sumberdaya Mineral Kabupaten Ngada

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

25

5) Kajian Kerentanan Terhadap Perubahan Iklim

Pengkajian kerentanan dilakukan dengan menganalisa kondisi dan karakteristik suatu

masyarakat dan lokasi penghidupan mereka untuk menentukan faktor-faktor yang dapat

mengurangi kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana. Pengkajian kerentanan

ditentukan berdasarkan komponen sosial budaya, ekonomi, fisik dan lingkungan. Komponen

tersebut dikelompokkan dalam 2 (dua) indeks kerentanan yaitu indeks penduduk terpapar

dan indeks kerugian. Dalam pembahasan kerentanan terhadap perubahan iklim ini, jenis

kerentanan yang dianalisis adalah kerentanan yang berkaitan langsung dengan kondisi iklim,

seperti banjir, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrim, tanah longsor, kebakaran hutan

dan lahan, serta gelombang ekstrim dan abrasi.

Tabel 12. Potensi Penduduk Terpapar Bencana di Kabupaten Ngada

JENIS BENCANA

PENDUDUK

TERPAPAR

(Jiwa)

KELOMPOK RENTAN (Jiwa)

KELAS UMUR

RENTAN

PENDUDUK

MISKIN

PENDUDUK

CACAT

1. BANJIR 60.682 22.927 19.880 507 TINGGI

2. BANJIR

BANDANG

5.584 2.270 1.827 37 TINGGI

3. CUACA EKSTRIM 101.714 38.046 33.195 906 TINGGI

4. GELOMBANG

EKSTRIM DAN

ABRASI

6.525 2.698 3.447 77 TINGGI

5. GEMPABUMI 164.372 62.779 56.603 1.518 TINGGI

6. KEKERINGAN 164.372 62.779 56.603 1.518 TINGGI

7. KEBAKARAN

HUTAN DAN

LAHAN

8. LETUSAN

GUNUNGAPI

EBULOBO

8 1 2 SEDANG

9. LETUSAN

GUNUNGAPI

INIELIKA

3.601 3.816 2.257 83 TINGGI

10. LETUSAN

GUNUNGAPI

INIERIE

12.283 62 4.649 91 TINGGI

11. TANAH

LONGSOR

46.892 18.551 17.057 455 TINGGI

12. TSUNAMI 6.177 2.459 3.046 70 TINGGI

Sumber: Hasil Analisa Tahun 2017

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

26

Pada Tabel 12. menunjukkan potensi penduduk terpapar seluruh potensi bencana di

Kabupaten Ngada berada pada kelas Tinggi. Potensi penduduk terpapar berbeda-beda untuk

setiap potensi bencana di suatu wilayah, hal tersebut dilihat berdasarkan luasan bahaya dan

jumlah penduduk di wilayah tersebut. Untuk bencana kebakaran hutan dan lahan tidak

menimbulkan dampak terhadap penduduk, karena kejadian bencana kebakaran hutan dan

lahan berada diluar wilayah pemukiman penduduk. Sementara itu, hasil kajian kerentanan

terkait potensi kerugian (fisik, ekonomi dan lingkungan) untuk seluruh bencana di Kabupaten

Ngada dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Potensi Kerugian Bencana di Kabupaten Ngada

JENIS BENCANA

KERUGIAN (Juta Rupiah)

KERUSAKAN

LINGKUNGAN

(Ha)

KERUGIAN

FISIK

KERUGIAN

EKONOMI

TOTAL

KERUGIAN KELAS LUAS KELAS

1. BANJIR 139.858 24.333 164.193 TINGGI 4.118 TINGGI

2. BANJIR BANDANG 28.426 13.597 42.023 TINGGI 2.925 TINGGI

3. CUACA EKSTRIM 798.265 134.798 933.063 TINGGI

4. GELOMBANG

EKSTRIM DAN

ABRASI

34.268 1.256 35.525 TINGGI 243 TINGGI

5. GEMPABUMI 1.184.828 244.866 1.429.694 TINGGI

6. KEKERINGAN 227.348 227.348 TINGGI 74.113 TINGGI

7. KEBAKARAN

HUTAN DAN

LAHAN

65.366 65.366 TINGGI 49..901 TINGGI

8. LETUSAN

GUNUNGAPI

EBULOBO

SEDANG RENDAH

9. LETUSAN

GUNUNGAPI

INIELIKA

10.954 619 11.573 TINGGI 913 TINGGI

10. LETUSAN

GUNUNGAPI

INIERIE

23.117 2.328 25.446 TINGGI 2.688 TINGGI

11. TANAH LONGSOR 161.200 60.214 221.414 TINGGI 51.931 TINGGI

12. TSUNAMI 109.766 3.281 113.047 TINGGI 630 TINGGI

KABUPATEN NGADA 2.490.684 778.007 3.268.691 TINGGI 187.461 TINGGI

Sumber: Hasil Analisa Tahun 2017

Berdasarkan Tabel 13. terlihat bahwa potensi kerugian baik itu kerugian rupiah

maupun kerusakan lingkungan di Kabupaten Ngada berbeda-beda tiap potensi bencana. Hal

tersebut dilihat berdasarkan kerentanan fisik, ekonomi dan lingkungan yang ada. Berdasarkan

tabel tersebut terlihat bahwa potensi kerugian rupiah berada pada kelas Tinggi dengan

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

27

kerugian sebesar 3 Triliun rupiah. Sementara itu, potensi kerusakan lingkungan untuk bencana

tersebut berada pada kelas Tinggi dengan luasan sebesar 187.461 Ha, kecuali bencana Cuaca

Ekstrim dan Gempabumi yang tidak berdampak pada kerusakan lingkungan.

6) Kajian Keanekaragaman Hayati/Biodiversitas

Berdasarkan arahan dari RTRW Kabupaten Ngada, terdapat beberapa rencana

pengelolaan yang mendukung keberlanjutan flora dan fauna. Arahan tersebut diantaranya

adalah kawasan suaka alam dan kawasan margasatwa.

a) Kawasan Suaka Alam

Kawasan suaka alam dan pelestarian alam yang dapat diidentifikasi di Kabupaten

Ngada merupakan kawasan Hutan Konservasi (HK) yang di dalamnya juga termasuk

kawasan suaka margasatwa, diantaranya:

• Kawasan Cagar Alam Watu Ata di Kecamatan Bajawa, Kecamatan Bajawa Utara, dan

Kecamatan Aimere dengan luasan 4070.1 ha

• Kawasan Cagar Alam Wolo Tadho di Kecamatan Riung dengan luasan 4732.11 ha.

b) Kawasan Suaka Marga Satwa

Suaka Margasatwa adalah Kawasan Suaka Alam yang mempunyai kekhasan/keunikan

jenis satwa liar dan/atau keanekaragaman satwa liar yang untuk kelangsungan hidupnya

memerlukan upaya perlindungan dan pembinaan terhadap populasi dan habitatnya.

Kawasan suaka margasatwa yang teridentifikasi di Kabupaten Ngada adalah Kawasan Suaka

Marga Satwa Mbou. Mbou merupakan satwa langka dan dilindungi yang berhabitat disalah

satu pulau Riung.

c) Kawasan Taman Hutan Raya Wolobobo

Taman Hutan Raya merupakan sebuah kawasan pelestarian hutan alam untuk tujuan

koleksi tumbuhan dan atau hewan yang alami maupun bukan alami, baik jenis asli maupun

tidak asli, yang dimanfaatkan untuk kepentingan. Kepentingan umum yang dilakukan di

taman hutan raya ini antara lain adalah penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan

bidang pendidikan, serta perlindungan bagi flora dan fauna. Selain itu taman hutan raya ini

juga digunakan sebagai fasilitas yang menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan juga

rekreasi.

Perencanaan Taman Hutan Raya di Kabupaten Ngada berada di Kecamatan Bajawa

dan Kecamatan Golewa Barat yang disebut dengan Tahura Wolobobo. Luas lahan

perencanaan ini sebesar 189 ha.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

28

d) Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di Kabupaten Ngada berupa situs-situs

masa lalu yang terdapat di Kecamatan Bajawa, Jerebuu, Golewa, Aimere, dan Kecamatan

Inerie. Situs-situs cagar budaya tersebut diantaranya:

• Kawasan Kampung Tradisional Bela di Kecamatan Bajawa dengan luasan 2 Ha;

• Kawasan Kampung Tradisional Nage di Kecamatan Jerebuu dengan luasan 2 Ha;

• Kawasan Kampung Tradisional Bena di Kecamatan Jerebuu dengan luasan 2 Ha;

• Kawasan Kampung Tradisional Gurusina di Kecamatan Jerebuu dengan luasan 3 Ha;

• Kawasan Kampung Tradisional Wogo di Kecamatan Golewa dengan luasan 3 Ha;

• Kawasan Kampung Tradisional Belaraghi di Kecamatan Aimere dengan luasan 2 Ha;

• Kawasan Kampung Tradisional Watu di Kecamatan Inerie dengan luasan 2 Ha; dan

• Kawasan Kampung Tradisional Tololela di Kecamatan Inerie dengan luasan 2 Ha.

F. Peran Para Pihak

Para pihak yang berperan dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) di

Kabupaten Ngada masih sangat rendah, hal tersebut dapat dilihat dari belum adanya data yang

tersedia terkait peran dari dunia usaha dalam kontribusinya untuk pembangunan berkelanjutan di

Kabupaten Ngada. Padahal peran dari dunia usaha sangat dibutuhkan dalam pembangunan

berkelanjutab di Kabupaten Ngada melihat banyaknya permasalah yang ditemukan di Kabupaten

Ngada diantaranya masalah kemiskinan, pengangguran, kurangnya peningkatan ekonomi masyarakat

dan rendahnya tingkat Pendidikan. Maka kedepannya diharapkan peran dari dunia usaha di bidang

pemberdayaan dan pendidikan dapat membantu permasalah-permasalahan yang dihadapi oleh

Kabupaten Ngada.

Untuk peran dari ormas, LSM ataupun Forum yang ada di Kabupaten Ngada cukup baik

dilihat dari peran serta dalam program-program yang sudah dilakukan diharapkan sedikit banyak

dapat berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan sehingga dapat memajukan perekonomian

dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Ngada. Hadirnya perguruan tinggi di

Kabupaten Ngada juga sangat dibutuhkan demi memajukan Pendidikan dan meningkatkan kualitas

sumber daya manusia yang ada, namun hingga saat ini perguruan tinggi masih dalam tahap

perencanaan yang diharapkan dapat segera direalisasikan.

Dengan banyaknya permasalahan mengenai kurangnya partisipasi peran para pihak di

Kabupaten Ngada ini menjadi catatan tersendiri bagi pemerintah Kabupaten Ngada untuk bisa

memberdayakan para pihak yang ada untuk lebih aktif dan berkontribusi lebih dalam pembangunan

berkelanjutan demi kesejahteraan dan kemajuan Kabupaten Ngada. Selain itu pemerintah juga dapat

memberikan arahan program dan kegiatan agar kontribusi para pihak tersebut dapat tepat sasaran

dan berdampak baik untuk Kabupaten Ngada.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

29

G. Analisis Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)

Penilaian dan analisis capaian indikator TPB di Kabupaten Ngada akan dijelaskan

dalam Bab 4 ini. Terlebih dahulu akan dibahas capaian indikator TPB secara keseluruhan di

Kabupaten Ngada. Kategori capaian indikator TPB Kabupaten Ngada berdasarkan hasil

analisis data terbagi atas 4 (empat) kategori yaitu: (1) sudah dilaksanakan dan sudah mencapai

indikator nasional. (2) sudah dilaksanakan namun belum mencapai indikator nasional, (3)

belum dilaksanakan dan belum mencapai indikator nasional, dan (4) belum ada data.

Pencapaian TPB di Kabupaten Ngada dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Pencapaian TPB di Kabupaten Ngada

NO TPB

Sudah

dilaksanakan,

sudah

mencapai

target

Sudah

dilaksanakan,

belum

mencapai

target

Belum

dilaksanakan,

belum

mencapai

target

Tidak

ada

data

TPB 1. Tanpa Kemiskinan 9 11 0 4

TPB 2. Tanpa Kelaparan 7 1 0 3

TPB 3. Kehidupan Sehat dan

Sejahtera 14 10 0 10

TPB 4. Pendidikan Berkualitas 6 5 0 2

TPB 5. Kesetaraan Gender 7 4 0 3

TPB. 6 Air Bersih 2 2 7 7

TPB 7. Akses Energi 0 0 0 2

TPB 8. Pertumbuhan Ekonomi 7 9 0 3

TPB 9. Inovasi Industri

Infrastruktur 5 1 0 7

TPB 10. Berkurangnya

Kesenjangan 2 3 0 6

TPB 11. Kota dan Permukiman

Berkelanjutan 5 3 0 5

TPB 12. Produksi Berkelanjutan 0 0 0 5

TPB 13. Perubahan Iklim 1 1 0 0

TPB 15. Ekosistem Daratan 1 1 1 1

TPB 16. Perdamaian dan

Keadilan 5 5 0 11

TPB 17. Kemitraan

Berkelanjutan 8 5 3 0

Jumlah 79 61 11 69

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

30

Rincian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan berdasarkan pencapaian terhadap

indikator nasional dapat dilihat pada Tabel 15. dan Gambar 14.

Tabel 15. Persentase Pencapaian TPB di Kabupaten Ngada

No Indikator Jumlah Capaian %

1 Indikator Ekonomi 61 27%

2 Indikator Hukum & Tata Kelola 21 9%

3 Indikator Sosial 96 46%

4 Indikator Lingkungan 42 18%

Jumlah 220 100%

Gambar 14. Persentase Capaian Indikator TPB

Secara umum Kabupaten Ngada belum cukup baik dalam pencapaian target TPB

dimana berdasarkan perhitungan untuk capaian sudah dilaksanakan dan sudah mencapai

target memiliki presentase sebanyak 36%, hal tersebut menandakan bahwa indikator yang

sudah dilaksanakan dan sudah mencapai target belum cukup banyak. Tantangan utama yang

dihadapi oleh Kabupaten Ngada untuk tahun-tahun mendatang yaitu untuk indikator yang

belum mencapai target, harapannya dalam kurun waktu 5 tahun ke depan 28% indikator

tersebut sudah dapat mencapai target nasional.

36%

28%

5%

31%

Capaian TPB Kab. Ngada

Sudah dilaksanakan, sudahmencapai target

Sudah dilaksanakan, belummencapai target

Belum dilaksanakan, belummencapai target

Tidak ada data

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

31

H. Analisis Pencapaian TPB Berdasarkan Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Ngada

Berdasarkan analisis pencapaian indikator TPB Kabupaten Ngada per SOPD dapat

diketahui bahwa pelaksanaan TPB sudah dilakukan pada masing-masing SOPD selama 5 tahun

terakhir. Berdasarkan jumlah indikator TPB, Dinas Kesehatan mempunyai tanggung jawab

paling banyak dalam pelaksanaan indikator TPB, yaitu 40 indikator. Dari 40 indikator tersebut

terdapat 20 indikator yang sudah dilaksanakan dan sudah mencapai target nasional, 10

indikator sudah dilaksanakan namun belum mencapai target nasional, 0 indikator belum

dilaksanakan sehngga belum mencapai target nasional dan 10 indikator TPB belum ada data.

Ada beberapa SOPD yang paling sedikit bertanggung jawab dalam melaksanakan indikator

TPB, namun untuk yang memiliki tanggung jawab paling sedikit dan belum terdapat capaian

yang sudah mencapai target adalah Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan dan Dinas

Pertanian yang keduanya memiliki 2 indikator. Capaian indikator TPB tiap SOPD di

Kabupaten Ngada dapat dilihat pada Tabel 16. Bahasan Capaian Indikator TPB tiap SOPD

secara lebih rinci dapat dilihat pada Bab 5.

Tabel 16. Capaian TPB per SOPD di Kabupaten Ngada

Nama OPD

Sudah

dilaksanakan,

sudah mencapai

target

Sudah

dilaksanakan,

belum mencapai

target

Belum

dilaksanakan,

belum mencapai

target

Tidak

ada

data

Dinas Kesehatan 20 10 0 1

Dinas Lingkungan Hidup 3 1 1 2

Badan Pusat Statistik 5 4 0 6

Dinas Pendidikan 7 5 0 3

Dinas Tenaga Kerja 4 5 0 2

Dinas PMDP3A 5 5 0 3

BPBD 5 6 0 1

Dinas Sosial 4 4 0 3

Dinas Perumahan, Kawasan

Perkim & Pertanahan

1 3 7 0

Dinas Pengendalian Penduduk

& KB

3 5 0 3

Dinas Komunikasi & Informasi 6 2 0 1

BKAD 1 2 0 3

Dinas PUPR 1 0 0 6

BKD 2 0 0 0

Ketahanan Pangan 1 1 0 2

Dinas Pariwisata 2 0 0 2

Dinas Perhubungan 2 0 0 2

Dinas Perindustrian 0 1 0 3

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

32

Nama OPD

Sudah

dilaksanakan,

sudah mencapai

target

Sudah

dilaksanakan,

belum mencapai

target

Belum

dilaksanakan,

belum mencapai

target

Tidak

ada

data

Dinas Kependudukan Dan

Capil

0 4 0 0

BP LITBANG 0 0 3 0

Dinas Koperasi UKM

Perdagangan

0 2 0 0

Dinas Penanaman Modal &

PTSP

2 0 0 0

SETWAN 2 0 0 0

Bagian Organisasi 1 1 0 0

Dinas Pertanian 0 1 0 1

POL PP 0 0 0 5

Inspektorat 1 0 0 1

Jumlah 78 62 11 69

Gambar 15. Capaian TPB per OPD

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

DINAS KESEHATANDINAS LINGKUNGAN HIDUP

BADAN PUSAT STATISTIKDINAS PENDIDIKAN

DINAS TENAGA KERJADINAS PMDP3A

BPBDDINAS SOSIAL

DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERKIM &…DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK & KB

DINAS KOMUNIKASI & INFORMASIBKAD

DINAS PUPRBKD

KETAHANAN PANGANDINAS PARIWISATA

DINAS PERHUBUNGANDINAS PERINDUSTRIAN

DINAS KEPENDUDUKAN DAN CAPILBP LITBANG

DINAS KOPERASI UKM PERDAGANGANDINAS PENANAMAN MODAL & PTSP

SETWANBAGIAN ORGANISASI

DINAS PERTANIANPOL PP

INSPEKTORAT

Capaian TPB per OPD

Sudah dilaksanakan, sudah mencapai target Sudah dilaksanakan, belum mencapai target

Belum dilaksanakan, belum mencapai target Tidak ada data

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

33

I. Isu Utama/Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan

Pada pasal 16 Permendagri No. 07 Tahun 2018 menyatakan bahwa laporan KLHS

RPJMD yang dimanfaatkan dalam penyusunan dokumen RPJMD digunakan untuk: a.

gambaran umum kondisi daerah; b. permasalahan dan isu strategis daerah; c. tujuan; dan d.

sasaran strategis. Pasal 18 Permendagri 07 Tahun 2018 menyatakan bahwa Permasalahan dan

isu Strategis daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b berupa identifikasi isu

Pembangunan Berkelanjutan. Karena di dalam Permendagri 07 Tahun 2018 tidak dijelaskan

tentang bagaimana melakukan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan, maka identifikasi

isu pembangunan berkelanjutan mengacu pada pasal 7 s/d 9 PP 46 tahun 2016. Berdasarkan

penilaian dan kesepakatan seluruh peserta Uji Publik – 1, disepakati 8 prioritas utama isu

pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Ngada menurut urutan penilian tertinggi. Isu

pembangunan berkelanjutan prioritas tersebut adalah :

1. Rawan bencana (longsor, banjir, kekeringan, dll)

2. Alih Fungsi lahan

3. Pencemaran dan Kerusakan lingkungan

4. Kualitas SDM masih rendah

5. Ketimpangan sosial

6. Kemiskinan dan Pengangguran

7. Sarana dan prasarana yang belum memadai

J. Permasalahan

Permasalahan dalam pencapaian TPB, apabila dilihat dari kacamata isu utama terbagi

menjadi enam permasalahan utama. Salah satu isu utama yaitu alih fungsi lahan tidak

tercakup dalam indikator TPB, namun lebih mengarah pada permasalahan dalam profil

kajian muatan yang secara umum perlu dipertimbangkan dalam penyusunan RPJMD.

Permasalahan dalam pencapaian TPB berdasarkan isu utama/isu strategis pembangunan

berkelanjutan dengan urutan sesuai dengan jumlah indikator TPB yang terkait adalah sebagai

berikut:

1) Keterbatasan infrastruktur pendidikan dan wilayah

2) Kesadaran masyarakat terkait kesehatan masih rendah

3) Keterbatasan anggaran Kesehatan

4) Infrastruktur jaringan PLN masih terkendala untuk daerah pedalaman

5) Ketertarikan generasi muda terkait dengan tenaga kerja sektor pertanian cenderung

menurun

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

34

6) Terbatasnya peluang kerja sektor formal

7) Terbatasnya peluang kerja/peluang berusaha

8) Peluang kerja pada industri pariwisata stagnan

9) Pengajuan kredit/pinjaman dari industri kecil masih relatif rendah

10) Menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah

11) Kesadaran wajib pajak masih belum optimal

12) Kesiapsiaggan bencana belum optimal

13) Kesadaran PUS terkait dengan penggunaan alat kontrasepsi modern masih belum

optimal

14) Masih terbatasnya infrastruktur mobile broadband

15) Masih banyak konversi lahan secara ilegal

16) Rata-rata dalam perencanaan pembangunan di desa masih berfokus pada kegiatan -

kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat tanpa mempertimbangkan

indikator tingkat perkembangan desa.

K. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang dapat dihasilkan dalam KLHS RPJMD Kabupaten Ngada

2021 - 2024 ini adalah :

1. Memasukkan Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup dan Kajian 6

muatan KLHS ke dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Ngada Tahun 2021 - 2024.

2. Memasukkan Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan/Isu Utama ke dalam Isu

Pembangunan Daerah dalam Dokumen RPJMD Kabupaten Ngada tahun 2021 - 2024.

3. Untuk indikator yang sudah mencapai target nasional (RPJMN 2019) rekomendasi

terkait dengan rumusan isu strategis, permasalahan, sasaran strategis, program dan

kegiatan yang akan dilaksanakan pada RPJMD Kabupaten Ngada Tahun 2021 - 2024

dapat mengacu pada rumusan isu strategis, permasalahan, sasaran strategis serta program

dan kegiatan yang sudah dilaksanakan pada RPJMD Kabupaten Ngada 2015-2020.

4. Mengintegrasikan indikator TPB hasil perumusan skenario dengan upaya tambahan

berupa rumusan isu strategis/isu utama, permasalahan, sasaran strategis, program,

kegiatan dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Ngada serta RAD TPB sesuai dengan

ketentuan pasal 21 Permendagri 07 tahun 2018.

5. Untuk Indikator TPB yang belum ada, terutama yang terkait dengan isu utama

direkomendasikan untuk dapat dilaksanakan dalam RPJMD Kabupaten Ngada sesuai

dengan kondisi daerah.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

35

Hasil rekomendasi dari perumusan skenario pembangunan berkelanjutan di

Kabupaten Ngada berdasarkan keterkaitan antara isu strategis, kajian muatan KLHS dan

indokator TPB menghasilkan kesimpulan berupa perlunya upaya tambahan atau bisa

dilaksanakan tanpa upaya tambahan/bussiness of usual (BAU). Indikator yang memerlukan

upaya tambahan kemudian dikaitkan dengan permasalahan, sasaran strategis, usulan

program dan kegiatan, pembagian peran dan rencana pendanaan seperti tertuang dalam

Tabel 17.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

36

Tabel 17. Rekomendasi tekait Isu Strategis, Permasalahan, Sasaran Strategis, Program dan Kegiatan serta Kerangka Pendanaan terhadap

Indikator TPB yang Memerlukan Upaya Tambahan

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

Kualitas

SDM Masih

Rendah

4.1.1.(a) Persentase

SD/MI

berakreditasi

minimal B.

Meningkat

menjadi

84,2%

51,23 Keterbatasan

infrastruktur

pendidikan

1.

Meningkatkan

kualitas dan

kuantitas

sarana dan

prasarana

pendidikan 9

tahun sesuai

standar jumlah

siswa

2.

Meningkatkan

kualitas/mutu

pendidik dan

tenaga

kependidikan

yang

terakreditasi

3.

Meningkatkan

pengawasan

pelaksanaan

kurikulum

pendidikan 9

tahun

1. Program

Wajib

Belajar 9

Tahun

1.1

Pembangunan

sarana dan

prasarana

pendidikan

yang

disesuaikan

akreditasi

sekolah

1.2.

Rehabilitasi

sarana dan

prasaran

pendidkan 9

tahun

1.3.

Pembangunan

Rumah Dinas

Kepala

Sekolah, Guru,

Penjaga

Sekolah

Tingkat SD

1.4. Pelatihan

Penyusunan

kurikulum

1.5. Pengadaan

alat praktik

dan peraga

siswa

1.6.

Pembinaan

minat, bakat

dan kreativitas

Dinas

Pendidikan

Yayasan

Sanjaya

35.0

00

40

.00

0

45.0

00

50

.00

0

55.00

0

60

.00

0

Kualitas

SDM Masih

Rendah

4.1.1.(b) Persentase

SMP/MTs

berakreditasi

minimal B.

Meningkat

menjadi

81%

54,85 Keterbatasan

infrastruktur

pendidikan

Kualitas

SDM Masih

Rendah

4.1.1.(d) Angka

Partisipasi

Kasar (APK)

SD/MI/seder

ajat.

Meningkat

menjadi

114,09%

10,05 Keterbatasan

infrastruktur

pendidikan

dan

infratruktur

wilayah

Kualitas

SDM Masih

Rendah

4.1.1.(e) Angka

Partisipasi

Kasar (APK)

SMP/MTs/se

derajat.

Meningkat

menjadi

106,94%

10,34 Keterbatasan

infrastruktur

pendidikan

dan

infratruktur

wilayah

Kualitas

SDM Masih

Rendah

4.2.2.(a) Angka

Partisipasi

Kasar (APK)

Pendidikan

Anak Usia

Dini

(PAUD).

Meningkat

menjadi

77,2%

27,13 Keterbatasan

infrastruktur

pendidikan

dan

infratruktur

wilayah

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

37

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

siswa melalui

kurikulum

1.7. Pengadaan

mebeluer

sekolah,

kantor kepala

sekolah,

Sekretariat,

Rumah Dinas

1.8.

Penyelenggara

an Ujian

Nasional/Daer

ah

1.9. Pengadan

buku-buku,

literatur, buku

paket dan

alat tulis siswa

1.10. Pelatihan

kompetensi

tenaga

pendidik

1.11. Pelatihan

kompetensi

siswa

berprestasi

1.12.

Pembinaan

kelembagaan

dan

manajemen

sekolah

dengan

penerapan

manajemen

berbasis

sekolah (MBS)

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

38

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

di satuan

pendidikan

dasar

1.13.

Pengembangan

materi belajar

mengajar dan

metode

pembelajaran

dengan

menggunakan

teknologi

informasi dan

komunikasi

1.14.

Penyediaan

Dukungan

Penyelenggara

an Pelayanan

Pendidikan di

SMPN dan SD

Kualitas

SDM Masih

Rendah

1.3.1.(a) Proporsi

peserta

jaminan

kesehatan

melalui SJSN

Bidang

Kesehatan.

Meningkat

menjadi

98%

19,48 Strategi :

1.

Meningkatkan

pelayanan

kesehatan

yang merata,

terjangkau,

bermutu

dengan

pengutamaan

pada upaya

promotif-

preventif. Arah

Kebijakan:

Peningkatan

kualitas

pelayanan

1. Program

Pemenuhan

Upaya

Kesehatan

Perorangan

dan Upaya

Kesehatan

Masyarakat

2. program

pemberdayaa

n fakir miskin,

komunitas

adat terpencil

dan

penyandang

masalah

kesejahteraan

1. Penyediaan

Fasilitas

Pelayanan

Kesehatan untuk

UKM dan UKP

Kewenangan

Daerah

Kabupaten Kota

2. Penyediaan

Layanan

Kesehatan untuk

UKM dan UKP

Rujukan Tingkat

Daerah

Kabupaten/Kota

3. pendataan

masalah

Dinas

Kesehatan

25.0

00

25.50

0

20

.0

00

17.50

0

15.0

00

12.50

0

Kualitas

SDM Masih

Rendah

3.8.2.(a) Cakupan

Jaminan

Kesehatan

Nasional

(JKN).

Meningkat

menjadi

minimal

95%

32,33

Kualitas

SDM Masih

Rendah

3.8.2* Jumlah

penduduk

yang

dicakup

Meningkat Menurun Kesadaran

masyarakat

terkait dengan

asuransi

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

39

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

asuransi

kesehatan

atau sistem

kesehatan

masyarakat

per 1000

penduduk.

kesehatan

masih rendah

pada setiap

strata

pelayanan dan

fasilitas

kesehatan

dasar

2.

menurunnya

presentase

penduduk

miskin

sosial (PMKS)

lainnya

kesejahteraan

sosial dan

potensi sumber

kesejahteraan

sosial

Kualitas

SDM Masih

Rendah

1.4.1.(b) Persentase

anak umur

12-23 bulan

yang

menerima

imunisasi

dasar

lengkap.

Meningkat

menjadi

90%

4,6 Keterbatasn

anggaran dan

kesadaran

akan

pentingnya

imunisasi

masih rendah

Strategi 1:

Meningkatkan

pemberdayaan

masyarakat

dan swasta

dalam

pembangunan

kesehatan

melalui

kerjasama

lintas sektor;

Arah Kebijakan

1: Peningkatan

aksesibilitas

dan layanan

kesehatan bagi

masyarakat;

Program

Pemberdaya

an

Masyarakat

Bidang

Kesehatan

1. Pelaksanan

Sehat dalam

Rangka

Promotif

Preventif

Tingkat Daerah

Kabupaten/

Kota,

2. Advokasi,

Pemberdayaan,

Kemitraan,

Peningkatan

Peran serta

Masyarakat dan

Lintas Sektor

Tingkat Daerah

Kabupaten/

Kota

Dinas

Kesehatan

LSM

2.250

2.50

0

2.450

2.30

0

2.150

2.0

00

Kualitas

SDM Masih

Rendah

3.2.2.(b) Persentase

kabupaten/

kota yang

mencapai

80%

imunisasi

dasar

lengkap

pada bayi.

Meningkat

menjadi

95%

9,6 Kesadaran

akan

pentingnya

imunisasi

masih rendah

Kualitas SDM

Masih Rendah

3.3.5* Jumlah orang

yang

memerlukan

intervensi

terhadap

penyakit tropis

yang terabaikan

(Filariasis dan

Kusta).

Menurun Meningkat Keterbatasan

infratrusktur dan

suprastruktur

kesehatan

Program

Pemenuhan

Upaya

Kesehatan

Perorangan

dan Upaya

Kesehatan

Masyarakat

1. Penyediaan

Fasilitas

Pelayanan

Kesehatan untuk

UKM dan UKP

Kewenangan

Daerah

Kabupaten Kota

2. Penyediaan

Dinas

Kesehatan

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

40

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

Kualitas SDM

Masih Rendah

3.4.1.(b) Prevalensi

tekanan darah

tinggi.

Menurun

menjadi

24,3%

13,56 Kesadaran akan

PHBS

Layanan

Kesehatan untuk

UKM dan UKP

Rujukan Tingkat

Daerah

Kabupaten/Kota

3. pendataan

masalah

kesejahteraan

sosial dan potensi

sumber

kesejahteraan

sosial

Kualitas SDM

Masih Rendah

3.a.1* Persentase

merokok pada

penduduk umur

≥15 tahun.

8,7 21,36 Kesadaran akan

PHBS dan tradisi

merokok yang

masih tinggi di

masyarakat

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

41

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

Sarana dan

Prasarana yang

Belum

Memadai

3.c.1* Kepadatan dan

distribusi tenaga

kesehatan.

Meningkat Stagnan Keterbatasan

anggaran

kesehatan

1. Meningkatkan

pengembangan

dan

pemberdayaan

SDM kesehatan

yang merata dan

bermutu,

2: Peningkatan

kualitas, kuantitas

dan

pendayagunaan

tenaga kesehatan

Program

Peningkatan

Kapasitas

Sumber Daya

Manusia

Kesehatan

1. Pengembangan

Mutu dan

Peningkatan

Kompetensi

Teknis Sumber

Daya Manusia

Kesehatan

Tingkat Daerah

Kabupaten/Kota,

2. Perencanaan

Kebutuhan dan

Pendayagunaan

Sumberdaya

Manusia

Kesehatan untuk

UKP dan UKM

Manusia di

Wilayah

Kabupaten/Kota,

3. Pembinaan dan

Pengawasan

Sumber Daya

Manusia

Kesehatan untuk

UKM dan UKP

Tingkat Daerah

Kabupaten/Kota

Dinas

Kesehatan

CSR PT Bank

BNI & BRI

2.0

00

2.0

00

1.70

0

1.80

0

1.90

0

2.0

00

20

0

Sarana dan

Prasarana

yang Belum

Memadai

6.2.1.(a) Proporsi

populasi yang

memiliki

fasilitas cuci

tangan

dengan sabun

dan air.

Meningkat Menurun 1. Terciptanya

pengembangan

perumahan

yang sehat dan

layak

2.

Meningkatnya

akses layanan

air bersih dan

sanitasi yang

layak serta

1. Program

Pengemban

gan

Perumahan

2 program

pengelolaan

dan

pengemban

gan sistem

penyediaan

air minum

1. Fasilitasi dan

stimulasi

pembangunan

perumahan

masyarakat

kurang mampu

2. pengelolaan

dan

pengembangan

sistem

penyediaan air

Dinas

Kesehatan,

DPKPP, DLH

PDAM, PLN

25.0

00

30

.0

00

35.0

00

40

.0

00

45.0

00

50

.0

00

10

0

Sarana dan

Prasarana

yang Belum

Memadai

1.4.1.(d) Persentase

rumah tangga

yang memiliki

akses terhadap

Meningkat

menjadi

100%

23,91 Kesadaran akan

pentingnya

PHBS masih

rendah

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

42

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

layanan

sumber air

minum layak

dan

berkelanjutan.

perumahan bagi

masyarakat

minum (SPAM)

di daerah

kabupaten/kota

Sarana dan

Prasarana

yang Belum

Memadai

1.4.1.(e) Persentase

rumah tangga

yang memiliki

akses terhadap

layanan

sanitasi layak

dan

berkelanjutan.

(jumlah KK)

Meningkat

menjadi

100%

Menurun Keterbatasan

infrastruktur

sanitasi

Sarana dan

Prasarana

yang Belum

Memadai

1.4.1.(k) Persentase

rumah tangga

miskin dan

rentan yang

sumber

penerangan

utamanya

listrik baik

dari PLN dan

bukan PLN.

Meningkat

menjadi

100%

39,05 Infrastruktur

jaringan PLN

masih

terkendala

untuk daerah

pedalaman

Sarana dan

Prasarana

yang Belum

Memadai

6.1.1.(a) Persentase

rumah tangga

yang memiliki

akses terhadap

layanan

sumber air

minum layak.

Meningkat

menjadi

100%

23,91 Infratruktur air

bersih masih

terbatas

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

43

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

Kualitas SDM

Masih Rendah

2.2.2.(c) Kualitas

konsumsi

pangan yang

diindikasikan

oleh skor Pola

Pangan

Harapan (PPH)

mencapai; dan

tingkat

konsumsi ikan.

Meningkat

menjadi: skor

PPH 95,2;

tingkat

konsumsi ikan

54,5

kg/kapita/

tahun

62 kg/kapita/

tahun

12,2 Pola pangan

masih tergantung

dengan beras

Meningkatkan

kuantitas kualitas

pangan

masyarakat

Peningkatan

Ketahanan

Pangan

1. Laporan

berkala kondisi

ketahanan

pangan, 2.

Pemanfaatan

pekarangan untuk

Pemberdayaan

pangan, 3.

Peningkatan mutu

dan keamanan

pangan

Dinas

Ketahanan

Pangan

LSM, PKK

750

90

0

950

90

0

850

80

0

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

44

Kemiskinan dan

Pengangguran

8.3.1.(b) Persentase

tenaga kerja

informal sektor

pertanian.

Meningkat Menurun Ketertarikan

generasi muda

terkait dengan

tenaga kerja

sektor pertanian

cenderung

menurun

1. Penguatan

Jaringan

Kerjasama dan

Kemitraan Usaha

Pertanian

2. Meningkatkan

Kemampuan

Teknis dan

Manajemen

Pengelolaan

Kelembagaan

Petani

3. Memperkuat

kelembagaan dan

pembiayaan

pelaku sektor

pertanian

4. Menfasilitasi

Usaha

Peningkatan

Produksi dan

Prduktifitas

Komoditi

Pertanian yang

berorientasi pada

Permintaan Pasar

5. Memfasilitasi

Usaha

Peningkatan

Produksi Melalui

Penyediaan dan

Pengembangan

Sarana Pertanian

6. Meningkatnya

penyediaan

Komoditi

Pertanian yang

ramah lingkungan

dan berkelanjutan

7.

Mengembangkan

teknologi

budidaya

pertanian untuk

meningkatkan

produksi dan

produktivitas

1.PROGRAM

PERIZINAN

USAHA

PERTANIAN

2.PROGRAM

PENYEDIAAN

DAN

PENGEMBAN

GAN

SARANA

PERTANIAN

3.PROGRAM

PENGENDALI

AN DAN

PENANGGUL

ANGAN

BENCANA

PERTANIAN

4.PROGRAM

PENYEDIAAN

DAN

PENGEMBAN

GAN

PRASARANA

PERTANIAN

5.PROGRAM

PENYULUHA

N

PERTANIAN

1. Pelatihan

petani dan pelaku

agribisnis, 2.

Peningkatan

kemampuan

lembaga petani;

3. Bantuan

bibit/benih

pertanian; 4.

Kegiatan

pemanfaatan

insektisida alami;

5. Kegiatan

pemanfaatan

pupuk organik; 6.

Kegiatan

peningkatan

mutu hasil

pertanian; 7.

Pelatihan

pengelolaan hasil

pertanian pasca

panen; 8.

Pemasaran hasil

pertanian melalui

unit usaha tani

Dinas

Pertanian,

Dinas Tenaker

Instiper Ngada 1.750

1.80

0

1.850

1.90

0

1.950

2.0

00

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

45

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

8. Memfasilitasi

Usaha

Peningkatan

Produksi Melalui

Penyediaan dan

Pengembangan

Prasarana

Pertanian

9. Peningkatan

Kemampuan

Petani Dalam

Rangka

penyediaan

Perbenihan dan

Pembibitan

10. Meningkatnya

Kapasitas dan

Kesejahteraan

Penyuluh

Pertanian

Kemiskinan

dan

Pengangguran

8.3.1.(a) Persentase

tenaga kerja

formal.

51% 20 Terbatasnya

peluang kerja

sektor formal

Meningkatkan

lapangan kerja

dan

keterampilan

tenaga kerja

Program

Pelatihan

Kerja dan

Produktivita

s Tenaga

Kerja

1. Pelaksanaan

Pelatihan

berdasarkan

Unit

Kompetensi

2. Pembinaan

Lembaga

Pelatihan Kerja

Swasta

3. Pengukuran

Kompetensi dan

Produktivitas

Tenaga Kerja

Dinas Tenaga

Kerja

850

90

0

950

90

0

850

80

0

Kemiskinan

dan

Pengangguran

8.5.2.(a) Tingkat

setengah

pengangguran

.

Menurun Stagnan Terbatasnya

peluang

kerja/peluang

berusaha

Kemiskinan

dan

Pengangguran

8.6.1* Persentase

usia muda (15-

24 tahun)

yang sedang

tidak sekolah,

bekerja atau

mengikuti

pelatihan

(NEET).

(Jumlah org)

Menurun Stagnan Keterbatasn

anggaran untuk

melanjutkan

pendidikan

tinggi

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

46

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

Kemiskinan

dan

Pengangguran

8.9.2* Jumlah

pekerja pada

industri

pariwisata

dalam

proporsi

terhadap total

pekerja.

Meningkat stagnan Peluang kerja

pada industri

pariwisata

stagnan

Program

Penempatan

Tenaker

1. Penyuluhan

dan Bimbingan

Jabatan bagi

Pencari

Kerja

2.Pengelolaan

Informasi Pasar

Kerja

3.Job Fair/Bursa

Kerja

Dinas Tenaga

Kerja, Dinas

Pariwisata

550

50

0

550

60

0

650

70

0

Kualitas SDM

Masih Rendah

10.4.1.(b) Proporsi

peserta

Program

Jaminan Sosial

Bidang

Ketenagakerja

an.

Meningkat

menjadi: TK

formal 62,4

juta; TK

informal 3,5

juta

Stagnan Jumlah tenaga

kerja juga

stagnan

Jaminan Sosial

Bagi Tenaga

Kerja

PROGRAM

HUBUNGAN

INDUSTRIAL

Penyelenggaraa

n Pendataan

dan Informasi

Sarana

Hubungan

Industrial dan

Jaminan Sosial

Tenaga Kerja

Dinas Tenaga

Kerja

Jamsostek

250

275

30

0

325

350

375

50

Rendahnya

Pertumbuhan

Ekonomi

Daerah

9.3.2* Proporsi

industri kecil

dengan

pinjaman atau

kredit.

Meningkat

Tahun 2020

= 2,4%

Tahun 2024

= 5%

4 Pengajuan

kredit/pinjaman

dari industri

kecil masih

relatif rendah

Pembinaan

terhadap pelaku

usaha UMKM.

Pemberdaya

an Usaha

Menengah,

Usaha Kecil

dan Usaha

Mikro.

Pemberdayaan

Kelembagaan

Potensi dan

Pengembangan

Usaha Mikro.

Dinas

Perindustrian

Dinas

Koperasi

UKM &

Perdagangan

CSR PT Bank

BNI & BRI

2.450

3.550

3.650

3.750

3.850

3.950

150

Rendahnya

Pertumbuhan

Ekonomi

Daerah

8.3.1.(c) Persentase

akses UMKM

(Usaha Mikro,

Kecil, dan

Menengah) ke

layanan

keuangan.

(Akses KUR

untuk UMKM

non BPR)

25% 9 Pengajuan

kredit/pinjaman

dari UMKM

masih relatif

rendah

Rendahnya

Pertumbuhan

8.10.1.(b) Proporsi

kredit UMKM

Meningkat menurun Pengajuan

kredit/pinjaman

dari UMKM

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

47

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

Ekonomi

Daerah

terhadap total

kredit.

masih relatif

rendah

Rendahnya

Pertumbuhan

Ekonomi

Daerah

17.1.1* Total

pendapatan

pemerintah

sebagai

proporsi

terhadap PDB

menurut

sumbernya.

Meningkat menurun Menurunnya

tingkat

pertumbuhan

ekonomi

wilayah

Meningkatkan

manajemen tata

kelola

pemugutan dan

penerimaan

pendapatan

daerah sesuai

dengan

mekanisme dan

standar baku

serta

memanfaatkan

teknologi terkini

Pengelolaan

Pendapatan

Daerah

1. Penyusunan

Kebijakan

Teknis

Perencanaan

danPengembang

an Pendapatan

Daerah

2.Perumusan

Standarisasi

Kebijakan

OperasionalPros

edur Pajak

Daerah dan

Retribusi Daerah

3.Penyusunan

Kebijakan

Teknis

Perencanaan

danPengembang

an Pendapatan

Daerah

4.Penyusunan

Kebijakan

Tentang

IntensifikasiPaja

k Daerah dan

Retribusi Daerah

5.Perumusan

Kebijakan

Strategi

Penyuluhan dan

Penyebarluasan

Informasi Pajak

Daerah

danRetribusi

Daerah Kepada

BKAD, Dinas

Sosial

3.0

00

3.250

3.50

0

3.550

3.60

0

3.650

Rendahnya

Pertumbuhan

Ekonomi

Daerah

17.1.1.(a) Rasio

penerimaan

pajak

terhadap PDB.

Di atas 12% 11 Kesadaran wajib

pajak masih

belum optimal

Rendahnya

Pertumbuhan

Ekonomi

Daerah

1.a.2* Pengeluaran

untuk layanan

pokok

(pendidikan,

kesehatan dan

perlindungan

sosial) sebagai

persentase

dari total

belanja

pemerintah.

Meningkat Menurun Masih prioritas

untuk

pembiayaan

infrastruktur

Rendahnya

Pertumbuhan

Ekonomi

Daerah

8.1.1* Laju

pertumbuhan

PDB per

kapita.

Meningkat Menurun Menurunnya

tingkat

pertumbuhan

ekonomi

wilayah

Rendahnya

Pertumbuhan

Ekonomi

Daerah

8.1.1.(a) PDB per

kapita.

Meningkat

menjadi

lebih dari

Rp 50 juta

30 Menurunnya

tingkat

pertumbuhan

ekonomi

wilayah

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

48

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

Masyarakat

6.Pemeriksanaa

n Pajak Daerah

7.Monitoring

dan Evaluasi

Pemungutan

PajakDaerah

dan Retribusi

Daerah

Rawan bencana

(longsor, banjir,

kekeringan, dll)

1.5.1* Jumlah korban

meninggal,

hilang, dan

terkena

dampak

bencana per

100.000 orang.

Menurun Meningkat Kesiapsiaggan

bencana belum

optimal

Mengurangi risiko

bencana daerah

dan

meningkatkan

ketangguhan

pemerintah

daerah dan

masyarakat dalam

menghadapi

bencana

Program

Penanggulang

an Bencana

Pelayanan

Informasi Rawan

Bencana

Kabupaten/Kota

BPBD

750

1.375

250

250

250

250

Rawan bencana

(longsor, banjir,

kekeringan, dll)

1.5.2.(a) Jumlah

kerugian

ekonomi

langsung akibat

bencana.

Menurun Stagnan Kesiapsiaggan

bencana belum

optimal

Pelayanan

Pencegahan dan

Kesiapsiagaan

Terhadap

bencana

BPBD

50

0

750

80

0

650

50

0

350

Rawan bencana

(longsor, banjir,

kekeringan, dll)

11.5.1* Jumlah korban

meninggal,

hilang dan

terkena

dampak

bencana per

100.000 orang.

Menurun Meningkat Kesiapsiaggan

bencana belum

optimal

Pelayanan

Penyelamatan

dan Evakuasi

Korban Bencana

BPBD

3.50

0

5.0

00

7.50

0

8.0

00

8.50

0

9.0

00

Rawan bencana

(longsor, banjir,

kekeringan, dll)

11.5.1.(a) Indeks Risiko

Bencana

Indonesia

(IRBI).

Menurun

menjadi 30%

30 Kesiapsiaggan

bencana belum

optimal

Penataan Sistem

Dasar

Penanggulangan

Bencana

BPBD

60

0

70

0

80

0

90

0

1.0

00

1.10

0

Rawan

bencana

(longsor,

11.5.2.(a) Jumlah

kerugian

ekonomi

Menurun stagnan Kesiapsiaggan

bencana belum

optimal

Mengurangi

risiko bencana

daerah dan

Penyusunan

Kajian Risiko

Bencana

BPBD

350

850

250

250

250

250

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

49

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

banjir,

kekeringan,

dll)

langsung

akibat

bencana.

meningkatkan

ketangguhan

pemerintah

daerah dan

masyarakat

dalam

menghadapi

bencana

Kabupaten /

Kota

Rawan bencana

(longsor, banjir,

kekeringan, dll)

13.1.2* Jumlah korban

meninggal,

hilang dan

terkena

dampak

bencana per

100.000 orang.

Menurun meningkat Kesiapsiaggan

bencana belum

optimal

Kemiskinan dan

Pengangguran

1.2.1* Persentase

penduduk yang

hidup di bawah

garis

kemiskinan

nasional,

menurut jenis

kelamin dan

kelompok

umur.

Menurun

menjadi 6-

7%

3,7 Belum

optimalnya

tingkat

pertumbuhan

ekonomi wilayah

serta keterbatasan

lapangan kerja

dan peluang

berusaha

Menurunkan

angka kemiskinan

Program

Pemberdaya-

an Sosial,

Pengembangan

potensi sumber

kesejahteraan

sosial daerah

kabupaten/kota,

Dinas Sosial

2.50

0

3.0

00

4.50

0

5.0

00

5.50

0

6.0

00

Kemiskinan dan

Pengangguran

1.3.1.(c) Persentase

penyandang

disabilitas yang

miskin dan

rentan yang

terpenuhi hak

dasarnya dan

inklusivitas.

Meningkat

menjadi

17,12%

8,7 Banyak

penyandang

disablitas yang

tempat tinggalnya

jauh dari pusat

kesehatan

Program

Perlindungan

dan Jaminan

Sosial

Pengelolaan data

fakir miskin

cakupan daerah

kabupaten/kota

Dinas Sosial

250

30

0

350

40

0

450

50

0

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

50

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

Kemiskinan dan

Pengangguran

10.1.1.(a) Persentase

penduduk yang

hidup di bawah

garis

kemiskinan

nasional,

menurut jenis

kelamin dan

kelompok

umur.

Menurun

menjadi 6-

7%

3,7 Belum

optimalnya

tingkat

pertumbuhan

ekonomi wilayah

serta keterbatasan

lapangan kerja

dan peluang

berusaha

Program

Pelatihan

Kerja dan

Produktivitas

Tenaga Kerja

Pelaksanaan

Pendidikan dan

Pelatihan

Keterampilan bagi

Pencari Kerja

Berdasarkan

Klaster

Kompetensi

Dinas Sosial,

Disnaker

80

0

850

950

850

750

650

Sarana dan

Prasarana

yang Belum

Memadai

17.6.2.(b) Tingkat

penetrasi

akses tetap

pitalebar

(fixed

broadband) di

Perkotaan dan

di Perdesaan.

Meningkat

menjadi:

Perkotaan

(20 Mbps)

71% rumah

tangga dan

30%

populasi;

Perdesaan

(10 Mbps)

49% rumah

tangga dan

6%

populasi

46,4 Masih

terbatasnya

infrastruktur

fixed broadband

Meningkatkan

proporsi

individu yang

menguasai/

memiliki telpon

genggam

Program

Pengemban

gan Data/

Informasi/

Statistik,

Program

Pengemban

gan

Komunikasi,

Informasi

dan Media

Massa

Meningkatkan

kelompok

informasi

masyarakat

untuk sosialisasi

penggunaan

internet,

melakukan

kajian dan

penelitian

bidang

informasi dan

komunikasi

Diskominfo

150

175

20

0

225

250

275

Sarana dan

Prasarana

yang Belum

Memadai

17.6.2.(c) Proporsi

penduduk

terlayani

mobile

broadband

Meningkat

menjadi:

Perkotaan

100%

populasi;

Perdesaan

52%

populasi.

39,83 Masih

terbatasnya

infrastruktur

mobile

broadband

Pembangunan

dan

pengembangan

jaringan internet

di area yang

blank spot &

Pembangunan

tower/BTS

penguat sinyal

telekomunikasi

Diskominfo PT Telkomsel,

PT Indosat

2.50

0

3.550

5.60

0

5.650

5.70

0

5.750

25.0

00

.0

00

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

51

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

Pencemaran

dan Kerusakan

Lingkungan

15.1.1.(a) Proporsi

tutupan hutan

terhadap luas

lahan

keseluruhan.

(Indeks

Tutupan

Hutan)

Meningkat stagnan Masih banyak

konversi lahan

secara ilegal

Meningkatkan

kualitas dan

kuantitas

tutupan hutan

Program

penghijauan

Reboisasi,

Penanggulangan

kerusakan

lingkungan

DLH

2.50

0

5.0

00

8.50

0

7.0

00

5.50

0

4.0

00

Kualitas SDM

Masih Rendah

3.7.1* Proporsi

perempuan

usia

reproduksi

(15-49 tahun)

atau

pasangannya

yang memiliki

kebutuhan

keluarga

berencana

dan

menggunakan

alat

kontrasepsi

metode

modern.

Meningkat

menjadi

66%

1,92 Kesadaran

Pasangan Usia

Subur (PUS)

terkait dengan

penggunaan alat

kontrasepsi

modern masih

belum optimal

Meningkatnya

penggunaan

metode

kontrasepsi

jangka panjang

(MKJP) cara

modern &

meningkatkan

pengetahuan

PUS

Strategi :

1. Pelatihan KIE

dan Konseling

kepada PLKB

Non PNS.

2. Pengadaan

PLKB PNS atau

P3K.

3. Pelatihan KE

dan konseling

kepada Kader

KB.

Arah dan

Kebijakan :

1. Melibatkan

OPD lain seperti

DINKES dan BP

LITBANG serta

Balai Pelatihan

Kerja.

1.

Peningkatan

Pengetahua

n dan SDM

Penyuluh

KB

2.

Pengadaan

PNS / P3K

Bidang KB.

3.

Meningkatk

an

pengetahua

n Keder KB

di Desa

1. Melakukan

Pelatihan

kepada PLKB

Non PNS dan

Kader KB di

Tingkat Desa/

Dusun untuk

membantu PLKB

dalam

penyuluhan dan

data.

2. Perekrutan

Calon Pegawai

Negeri / P3K di

Daerah

DP2KB :

1.

3.Berkoordinasi

dan bersinergi

untuk melatih /

peningkatan

kapasitas PLKB

dan Kader KB di

Desa.

4. Pemetaan

kebutuhan

Pegawai di

Daerah.

P2KB NON OPD :

1. Ikut

berpartisipasi

sesuai visi misi

lembaga

swadaya yang

sesuai dengan

visi mis OPD

(DP2KB).

2. Bersama -

sama

meningkatkan

SDM dan

keterampilan

PLKB dan

Kader KB di

Desa / Dusun

50

0

60

0

70

0

80

0

90

0

1.0

00

Kualitas SDM

Masih Rendah

3.7.1.(a) Angka

prevalensi

penggunaan

metode

kontrasepsi

(CPR) semua

cara pada

Pasangan Usia

Subur (PUS)

usia 15-49

tahun yang

berstatus

kawin.

Meningkat

menjadi

65%

0,92 Kesadaran PUS

terkait dengan

penggunaan alat

kontrasepsi

modern masih

belum optimal

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

52

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

Kualitas

SDM Masih

Rendah

3.7.2.(a) Total

Fertility Rate

(TFR).

Menurun

menjadi

2,28

1 Kesadaran PUS

terkait dengan

penggunaan

alat

kontrasepsi

modern masih

belum optimal

2. Melibatkan

Bagian

Organisasi dan

Kepegawean

Daerah untuk

pemetaan

Kebutuhan PLKB

Sarana dan

Prasarana

yang Belum

Memadai

5.6.1.(a) Unmet need

KB

(Kebutuhan

Keluarga

Berencana/

KB yang

tidak

terpenuhi).

Menurun

menjadi

7,4%

10,55 Kesadaran PUS

terkait dengan

penggunaan

alat

kontrasepsi

modern masih

belum optimal

Kualitas

SDM Masih

Rendah

5.6.1.(b) Pengetahuan

dan

pemahaman

Pasangan

Usia Subur

(PUS)

tentang

metode

kontrasepsi

modern.

Meningkat

menjadi

85%

20,92 Kesadaran PUS

terkait dengan

penggunaan

alat

kontrasepsi

modern masih

belum optimal

Ketimpangan

Sosial

5.1.1* Jumlah

kebijakan yang

responsif

gender

mendukung

pemberdayaan

perempuan.

bertambah

sebanyak 16

Menurun Gender focal

point sering

berganti karena

adanya mutasi

jabatan.

Setiap tahun

harus

melaksanakan

pelatihan bagi

Gender focal

point

1. Program

Peningkatan

Kualitas

Hidup dan

Perlindungan

Perempuan

2. Program

Penguatan

Kelembagaan

Pengarusutam

aan Gender

dan Anak

1. Pencegahan

dan Perlindungan

Perempuan

terhadap tindak

kekerasan

2. Pelatihan TOT

(SDM) Tindak

Pidana Perdangan

Orang (TPPO)

3. Pengembangan

Pusat Layanan

Masyarakat,

PMDP3A

750

850

950

1.0

50

1.150

1.250

Ketimpangan

Sosial

5.2.2* Proporsi

perempuan

dewasa dan

anak

perempuan

Menurun Meningkat #NAME?

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

53

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

(umur 15-64

tahun)

mengalami

kekerasan

seksual oleh

orang lain

selain pasangan

dalam 12 bulan

terakhir.

pemberdayaan

perempuan dan

perlindungan

anak

Ketimpangan

Sosial

16.2.1.(b) Prevalensi

kekerasan

terhadap anak

laki-laki dan

anak

perempuan.

Menurun meningkat Belum semua

desa menjadi

desa Layak

anak

- Kesadaran

masyarakat

yang masih

rendah

- Kurangnya

pengawasan

orang tua

- Kesadaran

masyarakat

yang masih

rendah

- Kurangnya

pengawasan

orang tua

1.

Mewujudkan

Ngada tanpa

kejahatan dan

kekerasan

2.

Mewujudkan

Daerah Layak

& Ramah Anak

3. Melalui

Dana Desa

diharapkan

mengangarkan

kegiatan

pelindungan

peempuan dan

anak

1. Kegiatan

Koordinasi dan

singkronisasi

pelaksanaan

kebijakan,

program dan

kegiatan

pencegahan

kekerasan

terhadap

perempuan

lingkup daerah

Kab/Kota

2. Pencegahan

Kekerasan

Terhadap Anak

yang

Melibatkan Para

Pihak Lingkup

Daerah

Kab/Kota

Sebagai

Mediator,

Fasilitator dan

pelaksana

kegiatan;

pencegahan

kekearasan

terhadap

PMDP3A

350

40

0

450

50

0

550

60

0

Ketimpangan

Sosial

16.2.3.(a) Proporsi

perempuan

dan laki-laki

muda umur

18-24 tahun

yang

mengalami

kekerasan

seksual

sebelum umur

18 tahun.

Menurun meningkat

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN NGADA TAHUN 2021 – 2026

54

Isu Utama No.

Indikator

Indikator

TPB

Target

Nasional

Gap

dengan

Target

Nasional

Permasalahan Sasaran

Strategis Program Kegiatan

OPD

Penanggung

Jaw

ab

Peran Sw

asta/LSM

/

PT

Rencana Anggaran (Juta)

Anggaran

No

n O

PD

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

21

perempuan dan

anak

3. Penyediaan

Layanan

Pengaduan

Masyarakat Bagi

Anak yang

Memerlukan

Perlindungan

Khusus Daerah

Kab/Kota

Ketimpangan

Sosial

10.1.1.(d) Jumlah Desa

Mandiri.

Meningkat

paling

sedikit

2.000 desa

Stagnan Rata-rata dalam

perencanaan

pembangunan

di desa masih

berfokus pada

kegiatan -

kegiatan untuk

pemenuhan

kebutuhan dasar

masyarakat

tanpa

mempertimbang

kan indikator

tingkat

perkembangan

desa.

Mewujudkan

Ngada Maju

dan Mandiri

Program

Pemberdaya

an

Masyarakat

Desa dan

Kelurahan

1. Koordinasi

Kegiatan

Pemberdayaan

Desa

2.Kegiatan

Pemberdayaan

Kelurahan

PMDP3A

1.0

00

1.50

0

2.0

00

2.50

0

3.0

00

3.50

0

Sumber: Uji Publik-2 dan Analsis Tim Pembuat KLHS, 2020