7. bab is
DESCRIPTION
skripsiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu suatu
ilmu yang mempelajari gejala, peristiwa atau fenomena alam serta mengungkap
segala rahasia hukum semesta. Dalam mempelajari fisika banyak memerlukan
pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam tiap materi pelajaran tersebut.
Berdasarkan hasil observasi peneliti pada umumunya siswa berpendapat
bahwa belajar fisika membosankan, tidak menarik dan sulit dipahami. Hal ini
dapat disebabkan karena cara penyajian pelajaran yang kurang menarik,
kurangnya pemahaman dan penguasaan materi pelajaran, gaya (modalitas) belajar,
daya intelegensi yang rendah serta adanya perbedaan individual dalam proses
belajar- mengajar.
Dalam situasi belajar mengajar, cara penyajian pelajaran yang kurang
menarik menyebabkan siswa merasa terpaksa untuk belajar fisika. Mereka
terpaksa karena beberapa alasan seperti takut dimarah oleh guru dan takut tidak
lulus ujian. Seperti yang diungkapkan oleh Suparno (2005:41) bahwa: ”Siswa
yang tidak tertarik atau benci fisika, biasanya kurang memperhatikan penjelasan
guru mengenai pengertian fisika yang baru. Mereka bahkan tidak mau
mendengarkan gurunya menjelaskan fisika. Mereka juga tidak mau mempelajari
sendiri bahan-bahan fisika dari buku dengan sungguh-sungguh. Akibatnya mereka
akan lebih mudah salah menangkap suatu bahan yang diajarkan” .
Menghadapi keterpaksaan dalam belajar bukan hal yang menyenangkan.
Tidak akan mudah bagi siswa untuk berkonsentrasi belajar jika berada dalam
keadaan terpaksa.hal ini berakibat pada hasil belajar fisika yang diperoleh oleh
siswa. Kenyataan ini diperkuat oleh pencapaian nilai rata-rata yang diperoleh
siswa dalam Ujian Akhir Nasional pada tahun 2005/2006 sebagai berikut : Bahasa
Indonesia ( 6,45 ); Bahasa Inggris (6,54 ); Matematika ( 6,68 ); IPA ( 6,50 ); IPS
(6,56 ), (Sumber DIKNAS Deli Serdang ). Dalam UAN tersebut dapat dilihat nilai
1
IPA masih dibawah nilai pelajaran yang lain. Hal ini membuktikan bahwa siswa
belum dapat memahami dan menguasai materi yang diajarkan.
Sudah terbukti bahwa fisika dianggap salah satu ”momok” yang ditakuti oleh banyak siswa, baik itu pelajar tingkat menengah, umum bahkan diperguruan tinggi. Banyak siswa menganggap fisika merupakan pelajaran yang sulit yang hanya bisa dipahami orang-orang jenius mungkin menjadi gambaran yang terlintas pertama kali dibenak siswa. Hal demikian menjadi penyebab minimnya prestasi siswa pelajar Indonesia pada mata pelajaran fisika. (http://www.wahyumedia.com/kabar_wahyu media/fisika_siapa_takut!.htm). Hal ini sependapat dengan jensen (dalam Deporter, 2005:87) yang mengatakan bahwa : ”kita tahu bahwa kesulitan pelajaran atau derajat resiko pribadi itu sendiri cukup untuk membuat siswa menahan diri atau mengalami Down shift, menyebabkan belajar mandek”.
Dalam proses pengajaran di kelas, sering kali (anak didik) dianggap
sebagai wadah kosong yang dapat diisi ilmu pengetahuan atau apapun oleh guru.
Seperti yang diungkapkan oleh Gunawan, Adi.W (2003:5) bahwa : ”jarang
ditemukan guru yang benar-benar memperhatikan aspek perasaan atau emosi
murid, kesiapan mereka untuk belajar baik secara fisik maupun psikis. Yang kerap
terjadi adalah guru masuk ke kelas, murid duduk manis dan diam, lalu guru
langsung mengajar ”.
Penyajian materi pelajaran yang kurang efektif dan kurang menarik dapat
dilihat dari metode mengajar yang biasa digunakan oleh guru dalam mengajarkan
fisika di sekolah ini yaitu metode ceramah dan tanya jawab. Metode ini kurang
memanfaatkan gaya belajar yang dimiliki setiap siswa dan masih menitikberatkan
guru sebagai sumber informasi sehingga murid tidak terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran di kelas. Akibatnya siswa tidak dapat menerima dan
memahami materi pelajaran yang disajikan guru dengan baik. Oleh karena itu
dalam proses pembelajaran di kelas guru harus mengetahui cara/gaya belajar
setiap siswa agar pengajaran dapat membuahkan hasil yang maksimum, Karena
pada dasarnya setiap orang belajar dengan cara yang berbeda-beda.
Seperti yang dikatakan oleh Madden,L (2002:131) bahwa : ”setiap orang
punya gaya belajar yang alami dan nyaman. Ketika dipaksa untuk belajar dengan
cara lain akan timbul rasa frustasi. Ketika pelajaran menjadi sulit, terutama
disebabkan oleh gaya atau cara belajar yang tidak sesuai, umumnya akan timbul
tindakan menyalahkan diri sendiri”.
2
Gaya belajar berkaitan dengan modalitas yang lebih dominan pada diri
seseorang dalam mengakses informasi atau stimulasi dari luar. Meskipun
kebanyakan orang memiliki akses ketiga modalitas visual, auditorial dan
kinistetik. Madden,L (2002:131) menyatakan bahwa : ”untuk membuat proses
pelajaran lebih efektif dan menyenangkan, maka harus dipahami gaya belajar dan
menjajaki teknik-teknik yang akan meningkatkan gaya belajar itu sendiri”.
Pendapat ini sesuai dengan pendapat Deporter (2005:86) yang mengemukakan
bahwa : ”semakin banyak modalitas yang dilibatkan secara bersamaan belajar
akan semakin hidup, berarti dan melekat”. Gaya belajar yang ekstrim dapat
menghasilkan ketidakmampuan belajar. (http://www.kompas.com/wanita
/news/0612/13/142954. htm)
Hal ini dapat dilihat pada saat guru menerangkan di depan kelas, siswa
memiliki gaya yang berbeda dalam mengakses informasi yang disampaikan guru,
anak yang termasuk tipe pengamat akan mengalami kesulitan menguasai bidang
yang berhubungan dengan suara, tipe pendengar akan mengalami kesulitan dalam
bidang yang berhubungan dengan matematika dan tipe penggerak akan sulit
duduk tenang di dalam kelas. Begitu banyak fenomena yang menunjukkan bahwa
gaya belajar setiap individu berbeda-beda di dalam kelas.
Agar dalam pengajarannya guru dapat melibatkan gaya belajar setiap
siswa diperlukan pendekatan belajar. Faktor pendekatan belajar meliputi strategi
dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran. Faktor pendekatan merupakan salah satu faktor yang
sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Seperti yang diungkapkan
Syah, Muhibbin (2003:155) bahwa :” faktor pendekatan belajar juga berpengaruh
terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut”.
Quantum Teaching merupakan pendekatan pembelajaran yang tepat
karena pembelajaran Quantum Teaching mencakup petunjuk untuk menciptakan
lingkungan belajar yang efektif, merancang pengajaran, menyampaikan isi dan
memudahkan proses belajar. Seperti yang diungkapkan Deporter (2005:4) bahwa
” Quantum Teaching sebuah pendekatan belajar yang segar, mengalir, praktis dan
mudah diterapkan untuk memaksimalkan dampak usaha pengajaran”.
3
Pembelajaran ini diharapkan dapat memberi solusi terhadap kesulitan
guru, karena dalam pembelajaran Quantum Teaching guru dituntut untuk mampu
menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum,
menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Pembelajaran Quantum
Teaching ini mempunyai kerangka pengajaran yang dikenal dengan TANDUR
yang merupakan singkatan dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,
Ulangi dan Rayakan. Apapun mata pelajaran, tingkat kelas ataupun kemampuan
siswa, kerangka ini dapat membantu siswa menjadi tertarik dan berminat pada
setiap pelajaran.
Penelitian ini pernah dilakukan oleh Fitra (2006:52) yang menggunakan
Quantum Teaching pada materi pokok tata surya di kelas VII semester II SMP
Muhammadiyah 1 Medan T.A. 2005/2006. Hasilnya terlihat bahwa ada
peningkatan hasil belajar sebelum pengajaran, yang dilakukan melalui pretest
memiliki nilai 30,13 dan setelah dilakukan pengajaran dengan menggunakan
Quantum Teaching nilai yang diperoleh yaitu 68,68 . Peningkatan nilai hasil
belajar sebesar 38,55. Kelemahan dari penelitian ini adalah pada tahap alami dan
namai.
Selain Fitra penelitian ini juga pernah dilakukan oleh Nelvi (2007:45), dari
hasil penelitian yang dilakukan terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar
49,14 dimana sebelum pengajaran siswa memiliki nilai 38,79 dan setelah
dilakukan pengajaran dengan menggunakan Quantum Teaching nilai yang
diperoleh 87,93. Kelemahan dari penelitian ini adalah keterbatasana sarana dan
prasarana yang menunjang proses pembelajaran.
Penelitian di atas kurang memanfaatkan gaya belajar siswa dalam
pembelajaran Quantum teaching Tipe TANDUR. Berdasarkan uraian diatas,
peneliti terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul : ”Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Quantum
Teaching Tipe TANDUR Di Kelas VII Semester I SMP Negeri 3 Tanjung
Morawa Tahun Ajaran 2008/2009”.
4
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalahnya
adalah:
1. Rendahnya hasil belajar siswa.
2. Guru kurang memanfaatkan gaya belajar yang dimiliki siswa.
3. Guru masih jarang melibatkan siswa secara aktif selama kegiatan belajar
mengajar.
4. Cara penyajian materi yang kurang menarik dan kurang sesuai dengan
materi pelajaran.
5. Pendekatan pembelajaran yang diberikan guru dalam proses belajar-
mengajar kurang sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki siswa sehingga
penyajian materi pelajaran kurang menarik.
1.3. BATASAN MASALAH
Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah Quantum Teaching Tipe
TANDUR.
2. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII semester 1 SMP Negeri 3
Tanjung Morawa T.A. 2008/2009.
3. Materi pokok dalam penelitian ini dibatasi hanya pada materi besaran dan
pengukuran.
1.4. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana aktivitas belajar siswa pada materi pokok besaran dan
pengukuran dengan menggunakan pembelajaran Quantum teaching tipe
TANDUR dikelas VII semester I SMP Negeri 3 Tanjung morawa T.A
2008/2009?
5
2. Bagaimana psikomotor siswa saat melakukan praktikum pada materi
pokok besaran dan pengukuran dengan menggunakan pembelajaran
Quantum Teaching tipe TANDUR di kelas VII semester I SMP Negeri 3
Tanjung Morawa T.A 2008/2009?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada materi pokok besaran dan
pengukuran di kelas VII semesater 1 SMP Negeri 3 Tanjung Morawa T.A.
2008/2009 dengan menggunakan pembelajaran Quantum Teaching tipe
TANDUR?
1.5. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan diatas maka yang menjadi tujuan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa pada materi pokok besaran dan
pengukuran dengan menggunakan pembelajaran Quantum teaching tipe
TUNDUR dikelas VII semester I SMP Negeri 3 Tanjung morawa T.A
2008/2009.
2. Untuk mengetahui psikomotor siswa saat melakukan praktikum pada
materi pokok besaran dan pengukuran dengan menggunakan pembelajaran
Quantum Teaching tipe TUNDUR dikelas VII semester I SMP Negeri 3
Tanjung Morawa T.A 2008/2009.
3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi pokok
besaran dan pengukuran di kelas VII semesater 1 SMP Negeri 3 Tanjung
Morawa T.A. 2008/2009 dengan menggunakan pembelajaran Quantum
Teaching tipe TUNDUR.
1.6. MANFAAT PENELITIAN
Sejalan dengan tujuan penelitaian diatas, maka penelitian ini diharapkan
bermanfaat sebagai :
1. Sebagai bahan informasi bagi guru fisika tentang pembelajaran dengan
Quantum Teaching tipe TUNDUR sebagai salah satu alternatif pengajaran
yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
6
2. Bahan masukan bagi peneliti untuk menambah dan memperluas wawasan
peneliti tentang pengajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa.
3. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peningkatan mutu
pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar fisika di dalam
kelas.
4. Sebagai bahan perbandingan untuk peneliti selanjutnya.
7