bab 7.pptx
TRANSCRIPT
IDAHWATI MUSLIMIN
P3900215002
BAB 7PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI
PENDAHULUANPerencanaan strategik terhadap teknologi merupakan sebuah proses berfikir paralel terhadap bentuk suatu perusahaan dan peran teknologi di dalam perusahaan
tersebut. Adanya input teknologi diharapkan dapat membantu kerangka dasar strategi bisnis suatu perusahaan, dan kemudian
strategi teknologi ikut memberikan kontribusi dalam suatu implementasi strategi teknologi ikut memberikan
kontribusi dalam suatu implementasi strategi bisnis.
Tidd (1998) menyatakan bahwa setiap rencana bisnis strategik seharusnya
terdapat konsep dasar teknologi, termasuk sejumlah data dan asumsi-
asumsi yang mendasari pemilihan suatu teknologi. Setiap bisnis mempunyai
sebuah sistem teknologi internal. Sistem tersebut dimulai dengan input (pada
beberapa tahap produksi, seprti bahan mentah, produk stengah jadi, komponen-komponen, atau subsistem) dan kemudian
dilanjutkan dengan pemberian nilai tambah dari proses pabrikasi, perakitan,
modifikasi, dan distribusi.
Berdasarkan dengan perencanaan teknologi strategik, Steele (1988) menjelaskan bahwa ada elemen-elemen dasar penyusunan suatu
strategi teknlogi, yaituKarakterisasi teknologi dalam suatu bisnis dan disertai dengan asumsi-asumsi
Evaluasi lingkungan yang
meliputi persyaratan pasar,
faktor pesaing, dan teknologi.Implikasi tujuan
dasar terhadap kinerja keuangan
dan perkembangan suatu teknologi
Ancaman dan peluang teknologi
yang harus diperhatikan untuk menjamin bahwa bisnis tersebut
mempunyai kemampuan yang
cukup
Pencarian posisi teknologi komrtitif
dan nilai yang dihasilkan untuk
konsumen
Usaha yang seimbang antara
teknologi tradisional dan
modernAlokasi sumber daya ke dalam berbagai macam program
teknis.
Integrasi Strategi Bisnis Dengan Strategi Teknologi
7.1
Tiga pendekatan untuk meningkatkan kecanggihan komponen teknologi, yaitu :Membeli keseluruhan teknologi yang adaMembuat teknologi
sendiriMembeli sebagian dan membuat
sebagian.
Yang paling peraktis untuk perusahaan adalah pendekatan membeli sebagian dan
membuat sebagian. Strategi ini dapat menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan sehingga strategi ini
diharapkan dapat digunakan dalam proses pengembangan teknologi yang
berkelanjutan.
Identifikasi Kebutuhan Teknologi
Mencari teknologi
Pengkajian teknologi
Proses belajar mengabsorbsi :
PerbaikanReplikasi Adaptasi Pengmbangan Kreasi
Penelitian
Pilot Plant dan pengembangan proses
Proses Sindikasi : Desain Rekayasa Pengembangan
Prototype Pengujian komersialisasi
Litbang
Memproduksi
Evaluasi
Pakai Ekspor
Keputusan
Beli/Buat
Skema Strategi Membuat sebagian dan membeli sebagian (UN-ESCAP, 1989)
Dalam mengantisipasi perkembangan teknologi yang semakin cepat dan usaha menuju kemandirian
teknologi, perusahaan perlu mengintegrsikan strategi teknologi dengan strategi bisnis aga dapat
meningkatkan daya saingnya di pasar global.
Integrasi Teknologi dengan strategi Bisnis (Sharif, 1993)
Arah kemajuan Teknologi yang Memugkinkan (Sharif, 1993)
Dalam skala makro, pola berlakunya pergerakan strategi teknologi dari extender ke exploiter ke
follower dan akhirnya menjadi leader memperlihatkan adanya suatu proses
restrukturisasi industri yang sangat ditentukan oleh dorongan pasar. Perusahaan-perusahaan
yang tergabung dalam industry leader melayani pasar yang bernilai sangat tinggi, memusatkan pada litbang, dan menentukan sebagian besar
perkembangan teknologi yang ada dalam industrinya.
Menurut Ramanathan (1994), dampak teknologi yang nyata sehubungan dengan proses restrukturisasi di atas di negara
berkembang dijelaskan sebagai berikut
Kepentingan relatif kemampuan teknologi akan berubah sewaktu perusahaan bergerak dari strategi extender ke strategi leader.
1
kemampuan teknologi yang canggih sangat diperlukan pada tahap strategi teknologi yang tinggi.
2
Kemajuan kemampuan teknologi membutuhkan kecanggihan komponen teknologi tertentu.
3
Peran kritis dari alih teknologi dan pengembangan teknologi akan berubah sepanjang kemajuan Strategi teknologi.
4
Pada strategi extender, penekanan lebih ditujukan pada alih teknologi. Penekanan ini akan bergeser
kepada pengembangan teknologi sewaktu menerapkan ketiga strategi teknologi lainnya.
StrategiTeknologi
Leader
StrategiTeknologiFollower
StrategiTeknologiExploiter
StrategiTeknologiExtender
Bentuk Teknologi yang Terlibat
Bisnis teknologi state-of-the-art
Bisnis teknologi advanced
Bisnis teknologi standar
Bisnis teknologi usang
Perubahan Teknologi Desain ulang produk
Desain ulang proses
Perbedaan aplikasi Substitusi kebutuhan
Bentuk Produksi Produksi fleksibel Produksi dalam jumlah tertentu
Produksi masal Produksi sistem batch
Skala Operasi Skala kecil Skala besar Skala sangat besar Skala kecil
Bentuk Kepemilikan Kerja sama dengan pihak lokal
Multinasional Joint venture Menghidupkan perusahaan lokal
Area Bisnis Pasar domestik Pasar internasional Pasar global Pasar lokal
Kelompok Industri Pemutusan pada litbang dan SDM
Pemusatan pada infrastruktur
Pemusatan pada proses distribusi
Pemusatan pada pelayanan
Karakteristik Konsumen Sensitif pada lingkungan
Sensitif pada produk
Sensitif pada hal mutu
Sensitif pada harga
Persaingan Pasar Sebagian besar monopoli
Cenderung oligopoli
Sangat tinggi Sangat tinggi
Integrasi atau Kerja Sama
Kesempatan kecil Kesempatan sama Kesempatan baik Antara rendah dan sedang
Iklim Teknologi Orientasi inovasi Orientasi adaptasi Orientasi perbaikan dan pengembangan.
Orientasi pengurangan
Rangkuman dari situasi yang berkaitan dengan keempat strategi teknologi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Inkubator Bisnis7.2
Tahap akhir proses pengembangan teknologi adalah komersialisasi teknologi. Komersialisasi teknologi ini merupakan suatu proses alih teknologi dari pengemang teknologi ke si pemakai teknologi. Dan ini merupakan suatu cara untuk meningkatkan nilai tambah atau daya saing bagi perusahaan dalam mencermati peran dan fungsi teknologi dari sisi bisnis.Inkubator bisnis merupakan wadah
yang tepat dalam membentuk calon wirausaha unggul untuk menjadi pemilik atau pengelolah industri
kecil profesional dan modern.
Teknologi
Calon Wirausaha
Wadah inkubasi
bisnis
Pemilik/pengelola industri kecil
profesional dan modern
Manajemen
Proses Seleksi
Pasar Modal Informasi
Jalur pembinaan berjenjang dan berkesinambungan
Jalur seleksi alam
Dengan adanya ikubator bisnis ini dapat lebih membentuk sumber daya manusia industri kecil yang menguasai iptek dan
berkerpribadian tangguh dan peduli terhadap lingkungan, serta
menghasilkan produk yang dapat diterima konsumen dan berkembang di pasar dibandingkan dengan wirausaha
yang terseleksi secara alamiah (Hubeis, 1997)
Davidson (1989) menyatakan bahwa inkubator didefinisikan sebagai sebuah organisasi yang
membantu pengembangan sebuah perusahaan baru, dengan cara memberikan fasilitas berupa tempat,
jasa, dan konsultasi. Organisasi tersebut akan bertindak sebagai berikut.
1. Pusat bisnis dalam pengembangan dan pemasaran teknologi produk dan proses yang baru (sebagai lembaga perantara antara penemu teknologi dan pengguna
teknologi).2. Lembaga penasihat dan pemberi
informasi yang berkaitan dengan tenologi dan bisnis.
3. Menjamin keamanan penanaman modal pada tahap awal pengembangan suatu
perusahaan.
selain itu, ada empat unsur utama yang harus ada pada setiap inkubator bisnis, yaitu
(1)Sebuah gedung di mana perusahaan baru atau perusahaan yang sudah ada dapat menyewanya dengan harga yang murah;
(2)Pemberian jasa; (3)Akses untuk konsultasi manajemen, pemasaran,
akunting, penelitian dan pengembangan, alih teknologi, ekspor, dan lain sebagainya; dan
(4)Akses untuk , mengembangkan modal (bisnis yang tidak berisiko tinggi). Dana yang dibutuhkan untuk menjalankan inkubator bisnis ini dapat berupa dana sendiri dan dana umum (Tjakraatmadja, 1997).
Manajemen Teknologi dalam Paradigma Agribisnis Berkelanjutan
7.3Dalam era millenium ini, dalam dunia bisnis internasional
telah berkembang paradigma pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang dikaitkan
dengan terbitnya issu manajemen lingkungan dalam bentuk penerbitan sertifikat ISO 14000. Isu tersebut
menekankan pada pengelolaan sumber daya alam yang efektif dan efisien dengan meminimalkan dampak
terhadap lingkungan di sekitarnya. Paradigma pembangunan berkelanjutan tesebut memiliki tiga pilar
utama, yaitu ekonomi, ekologi, dan sosial.
Dalam era millenium ini, dalam dunia bisnis internasional telah berkembang paradigma pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) yang dikaitkan dengan terbitnya issu manajemen lingkungan dalam bentuk penerbitan sertifikat ISO 14000. Isu tersebut
menekankan pada pengelolaan sumber daya alam yang efektif dan efisien dengan meminimalkan dampak
terhadap lingkungan di sekitarnya. Paradigma pembangunan berkelanjutan tesebut memiliki tiga pilar
utama, yaitu ekonomi, ekologi, dan sosial.
Secara ekonomi, pembangunan agribisnis/agroindustri harus dapat
menciptakan pertumbuhan yang tinggi untuk mencapai kesejahteraan,
khususnya bagi stakeholder agribisnis/agroindustri.
Secara ekologi, pembangunan tersebut hendaknya menekan seminimal
mungkin dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan pengelolaan
sumber daya alam.Secara sosial, memberikan
kemanfaatan pada masyarakat luas. Paradigma global di atas juga harus diantisipasi oleh para stakeholder
agribisnis dan agroindustri, mengingat dalam konteks yang lebih luas (di mana
agribisnis mencakup juga bidang kehutanan, perkebunan, dan perikanan laut), agribisnis merupakan salah satu sektor usaha yang rentan terhadap isu
lingkungan.
Pada prinsipnya, ekologi industri menerangkan bagaimana seharusnya suatu industri melakukan kerjanya dengan menggunakan sumber daya yang terbatas dengan
menghasilkan limbah yang seminimum mungkin. Hal ini dapat diraih dengan cara-cara antaralain: (1) melakukan efisiensi penggunaan sumber daya, (2) Memperpanjang
umur produk, (3) melakukan pencemaran, (4) melakukan daur ulang dan penggunaan kembali, (5) membangun
taman-taman ekoindustri (Falkman, 1996).
Kegiatan Ekploitasi/budi
daya sumber daya
Industri Pengolahan/Pabri
k
Pengolahan Konsumen
Sumber daya yang terbatas
Limbah yang
minimum
Sistem tertutup di dalam industri yang berwawasan ekologi ditunjukkan pada
Gambar dibawah ini.
Konsep Ekologi Industri (Jelinski, et al., 1992; dalam Falkman, 1996)Pemerintah merupakan pihak yang bertanggungjawab
untuk menyediakan infrastruktur yang kondusif dan ramah lingkungan untuk bisnis. Aspek legak dan
ekonomis dari kebijakan-kebijakan yang diterapkan hendaknya mampu memberikan insentif pada produsen dan konsumen untuk lebih memperhatikan lingkungan.