7. profil sosek nelayan

13
LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN PROFIL SOSIAL EKONOMI NELAYAN Disusun Oleh : Carissa Paresky Arisagy 12 / 334991 / PN / 12981 Asisten : Henok Christovel Valentino M LABORATORIUM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN

Upload: carissa-paresky-arisagy

Post on 10-Jul-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN PROFIL SOSIAL EKONOMI NELAYAN

TRANSCRIPT

Page 1: 7. Profil Sosek Nelayan

LAPORAN

PRAKTIKUM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

PROFIL SOSIAL EKONOMI NELAYAN

Disusun Oleh :

Carissa Paresky Arisagy

12 / 334991 / PN / 12981

Asisten :

Henok Christovel Valentino M

LABORATORIUM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAHMADA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: 7. Profil Sosek Nelayan

PROFIL SOSIAL EKONOMI NELAYAN

Carissa Paresky Arisagy

12 / 334991 / PN / 12981

Manajemen Sumberdaya Perikanan

Intisari

Kerawanan di bidang sosial-ekonomi dapat menjadi lahan subur bagi timbulnya kerawanan-kerawanan di bidang kehidupan lain. Baik nelayan besar dan atau nelayan modern, maupun nelayan kecil dan atau nelayan tradisional, biasanya masing-masing merupakan kategori sosial ekonomi yang relatif sama, dengan orientasi usaha dam perilaku yang berbeda-beda. Oleh karena itu prlu adanya pengkajian lebih dalam megenai profil sosial dan ekonomi nelayan. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui profil sosial ekonomi nelayan. Praktikum dilaksanakan pada 25 April 2015 di Pantai Kuwaru, Poncosari, Srandakan, Bantul, D.I. Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa nelayan yang menjadi responden dalam praktikum ini memilki sebaran pendidikan yang bermacam-macam dan sebagian besar nelayan memiliki tingkat pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Keseluruhan nelayan berada pada usia produktif. Rata-rata penduduk sekitar pantai Kuwaru berprofesi sebagai nelayan dengan bercocok tanam dan budidaya udang sebagai profesi sampingannya. Alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan Kuwaru adalah perahu motor tempel dengan alat tangkap pendukung jaring dan pancing. Hasil tangkapan utamanya berupa ikan layur, ikan bawal, dan ikan tenggiri.

Kata kunci : Kuwaru, nelayan, pantai, pengelolaan, sosial ekonomi

PENDAHULUAN

Desa-desa pesisir adalah kantong-kantong kemiskinan struktural yang potensial.

Kesulitan mengatasi masalah kemiskinan di desa-desa pesisir telah menjadikan penduduk di

kawasan ini harus menanggung beban kehidupan yang tak dapat dipastikan kapan masa

berakhirnya. Kerawanan di bidang sosial-ekonomi dapat menjadi lahan subur bagi timbulnya

kerawanan-kerawanan di bidang kehidupan lain. Baik nelayan besar dan atau nelayan modern,

maupun nelayan kecil dan atau nelayan tradisional, biasanya masing-masing merupakan

kategori sosial ekonomi yang relatif sama, dengan orientasi usaha dam perilaku yang berbeda-

beda. Oleh karena beragamnya karakteristik nelayan di Indonesia, maka dirasa perlu untuk

mempelajari dan mengkaji lebih dalam mengenai profil sosial ekonomi nelayan melalui

praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan..

Dirjen perikanan, Departemen Pertanian (1998), mendefinisikan nelayan sebagai

orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan binatang atau

tanaman air dengan tujuan sebagian atai seluruh hasilnya untuk dijual. Sementara menurut

Page 3: 7. Profil Sosek Nelayan

Widodo dan Suadi (2006), nelayan dapat didefinisikan sebagai orang atau komunitas yang

secara keseluruhan atau sebagian hidupnya tergantung dari kegiatan menangkap ikan.

Partosuwiryo (2002) mengelompokkan nelayan menjadi: nelayan penuh untuk orang yang

menggantungkan seluruh hidupnya dari hasil menangkap ikan, nelayan sambilan untuk orang

yang hanya sebagian dari hidupnya tergantung dari menangkap ikan (lainnya dari buruh,

tukang, atau pertanian), juragan untuk mereka yang memiliki sumberdaya ekonomi untuk

usaha perikanan (kapal, alat tangkap), dan Anak Buah Kapal (ABK/Pandega) untuk mereka

yang mengalokasikan waktunya dan memperoleh pendapatan dari hasil mengoperasikan alat

tangkap ikan, seperti kapal milik juragan.

Dua pranata strategis yang dianggap penting dalam memahami kehidupan sosial

ekonomi masyarakat nelayan adalah pranata penangkapan dan pemasaran ikan. Kedua pranata

sosial ekonomi tersebut dipandang bersifat eksploitatif sehingga menjadi sumber potensial

timbulnya kemiskinan struktural di kalangan masyarakat nelayan (Masyhuri, 1999). Mobilitas

vertikal nelayan dapat terjadi berkat dukungan para istri mereka yang memiliki kecakapan

berdagang (Kusnadi, 2001).

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui prosof sosial

ekonomi nelayan, khususnya nelayan Pantai Kuwaru, Srandakan, Bantul. Dengan mengetahui

profil sosial ekonomi nelayan tersebut diharapkan dapat ditentukan strategi kebijakan yang

tepat dan sesuai dalam rangka pengelolaan wilayah pesisir sehingga mampu meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat pesisir

METODOLOGI

Praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan acara Profil Sosial Ekonomi Nelayan

dilakukan pada hari Sabtu, tangal 25 Mei 2015, pada pukul 08.00 – 14.00 WIB. Praktikum ini

dilaksanakan di Pantai Kuwaru, Poncosari, Srandakan, Bantul. Adapun alat dan bahan yang

digunakan antara lain kamera, kuisioner, laptop, software Microsoft Excel serta alat tulis.

Pada prinsipnya acara praktikum manajemen plan ini dilakukan dengan metode

analisis deskriptif terkait kondisi sosial ekonomi nelayan di pesisir pantai Kuwaru, Poncosari,

Srandakan, Bantul. Analisis dilakukan berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung

di lapangan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan acuan dari kuesioner yang telah

ditetapkan. Sedangkan, observasi dilakukan dengan mengamati keadaan sekitar

wilayah/kawasan Pantai Kuwaru.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 4: 7. Profil Sosek Nelayan

Pantai Kuwaru merupakan salah satu pantai di Kabupaten Bantul terletak di sebelah

timur Pantai Pandansimo. Secara administratif pantai tersebut termasuk wilayah Dusun

Kuwaru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Pantai ini berjarak sekitar 29 km dari pusat kota Yogyakarta (Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata DIY, 2002). Meskipun jarak lokasi pantai ini cukup jauh dari

pusat kota, namun akses untuk menuju pantai ini termasuk mudah dijangkau. Di Pantai

Kuwaru ini selain dapat dinikmati pemandangan pantainya, tersedia pula warung-warung

makanan dengan sajian menu beragam. Satu hal yang membedakan Pantai Kuwaru dengan

pantai lain di Bantul adalah adanya pepohonan cemara udang yang rindang di tepian pantai

yang semakin menambah keindahan pantai ini. Penduduk yang yang bermukim di sekitar

Pantai Kuwaru umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan dan kehidupan mereka

sepenuhnya sangat tergantung dengan sumber ikan yang terdapat di Pesisir Selatan

Yogyakarta. Masyarakat nelayan berbeda dari masyarakat lain, seperti masyarakat petani dan

perkotaan. Hal ini didasarkan pada realitas sosial bahwa masyarakat nelayan memiliki pola-

pola kebudayaan yang berbeda dari masyarakat lain. Pola-pola kebudayaan tersebut

merupakan sebagai hasil dari interaksi mereka dengan lingkungan beserta sumberdaya yang

ada di dalamnya. Pola-pola kebudayaan ini lah yang menjadi pembentuk perilaku masyarakat

nelayan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan observasi dan wawancara di Pantai Kuwaru, Poncosari, Srandakan,

Bantul, diperoleh hasil analisis profil nelayan sebagai berikut sebagai berikut :

SD SMP SMA PT0

1

2

3

4

Pendidikan Nelayan

responden

Grafik 1. Sebaran Pendidikan Nelayan Pantai Kuwaru

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap nelayan Kuwaru diperoleh fakta

bahwa 30% dari nelayan Kuwaru memiliki tingkat pendidikan hingga Sekolah Dasar, 30%

nelayan bersekolah hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 40% dari nelayan di Desa

Poncosari memiliki riwayat pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), namun tidak

Page 5: 7. Profil Sosek Nelayan

dijumpai nelayan yang menempuh jenjang perguruan tinggi. Mayoritas dari nelayan Kuwaru

tingkat pendidikannya hanya sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), namun tidak sedikit

juga nelayan yang hanya menamatkan pendidikan di jenjang Sekolah Dasar (SD). Hal Ini

menandakan bahwa masih rendahnya tingkat kesadaran nelayan Kuwaru terhadap pendidikan.

Rendahnya tingkat pendidikan nelayan Kuwaru tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor mulai dari infrastuktur, sumberdaya manusia dan kepedulian nelayan akan pentingnya

pendidikan. Ketiga faktor itu sangat terkait, sehingga diperlukan adanya penanganan yang

intensif dan keberlanjutan untuk mengentaskan permasalahan ini. Oleh sebab itu, untuk

menunjang sumberdaya manusia yang berkualitas khususnya dalam kegiatan perikanan

tangkap di daerah Selatan Pulau Jawa ini perlu adanya suatu penyuluhan dan kebijakan-

kebijakan dari pemerintah untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia khususnya di

kawasan pantai Kuwaru.

0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-600

0.51

1.52

2.53

3.54

4.5

Umur Nelayan

responden

Grafik 2. Sebaran Umur Nelayan Pantai Kuwaru

Sebaran umur nelayan di pantai Kuwaru didominasi oleh kelompok usia 31-50 tahun.

Pada kisaran umur tersebut tergolong dalam usia produktif, seperti yang disampaikan Van den

ban dan Hakwiks (1999), usia tenaga kerja yang produktif berumur 16-64 tahun, sedangkan

pada usia 65 keatas sudah dikatakan usia lanjut. Kelompok usia nelayan yang paling banyak

di Pantai Kuwaru adalah antara 31-40 tahun, sedangkan kelompok usia 51-60 tahun sangat

sedikit yang terlibat dalam kegiatan penangkapan sebab sudah hampir dikatakan usia lanjut.

Sementara untuk regenerasi tampak sudah cukup optimal, terlihat dari grafik pada kisaran

umur 21-30 tahun jumlah nelayan cukup banyak. Hal ini dikarenakan para nelayan cukup

mendukung anak-anaknya meneruskan usaha penangkapan. Karena mengetahui dan

menyadari besarnya potensi perikanan tangkap.

Page 6: 7. Profil Sosek Nelayan

Grafik 3. Sebaran Pengalaman Kerja Nelayan Kuwaru

Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan observasi dapat dikatakan bahwa

mayoritas nelayan Pantai Kuwaru telah melaut selama lebih 5 tahun, sedangkan pengalaman

melaut terlama adalah selama 30 tahun. Berasarkan data tersebut pula, tercatat bahwa tidak

ada nelayan yang melaut < 3 tahun. Nelayan yang telah memiliki pengalaman melaut selama

> 5 tahun mencapai 80%, sedang sisanya sudah melaut 3-5 tahun. Ditinjau dari lamanya

nelayan menggeluti usaha perikanan tangkap ini menandakan bahwa aktivitas penangkapan di

Pantai Kuwaru ini telah lama dilakukan.

80%

10% 10%

Pekerjaan Pokok NelayanNELAYAN BURUH PNS

Grafik 4. Pekerjaan Pokok Masyarakat Kuwaru

<1 1-2 3-5 >50123456789

Pengalaman Kerja

Frekuensi

Page 7: 7. Profil Sosek Nelayan

10%

20%

10%

10%20%

20%

10%

Pekerjaan Sampingan Nelayansupir petani petambak buruhpedagang tidak ada nelayan

Grafik 5. Pekerjaan Sampingan Masyarakat Kuwaru

Berdasarkan data hasil pengamatan, sebaran pekerjaan baik pokok maupun sampingan

di kawasan pesisir pantai Kuwaru didominasi oleh nelayan dan mayoritas memiliki pekerjaan

sampingan sebagai petani, petambak, pedangang, buruh, bahkan supir jika sedang tidak

musim ikan. Dari data, pekerjaan sampingan yang paling dominan di Kuwaru adalah menjadi

petani dan petambak. Hal ini menandakan bahwa penduduk pantai Kuwaru mayotitas

berprofesi sebagai nelayan, pebudidaya dan petani.

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil pengamatan, jenis alat tangkap yang

digunakan oleh nelayan Kuwaru adalah alat tangkap jaring dan pancing. Alat tangkap tersebut

merupakan alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan desa Kuwaru. Selain mudah di

dapat, alat tangkap tersebut juga tergolong murah dan efisien untuk digunakan. Hasil

tangkapan yang biasanya diperoleh nelayan Kuwaru biasanya beragam dan terdapat berbagai

jenis ikan, diantaranya ikan bawal, tenggiri, layur, jerbung, teri, pari, lele laut dan lain-lain.

Akan tetapi hasil tangkapan utamanya adalah ikan bawal, tenggiri dan layur. Hasil tangkapan

nelayan pantai Kuwaru setiap bulan bervariasi, tergantung musim ikannya. Secara umum hasil

tangkapan yang diperoleh oleh nelayan tersebut biasanya dijual langsung ke tempat

pelelangan ikan (TPI) baik dengan sistem lelang maupun secara langsung. Pembayaran dari

hasil penjualan tersebut diberikan kepada nelayan secara tunai.

Pada umumnya nelayan di desa Kuwaru melaut ketika musim ikan saja sementara

ketika tidak musim mereka beralih profesi menjadi petani maupun petambak. Rata-rata

nelayan Kuwaru melaut dengan 1 hari trip penangkapan. Dengan daerah penangkapan (fishing

ground) antara pantai Kuwaru hingga Parangtritis atau hingga daerah Trisik, Kulon Progo.

Page 8: 7. Profil Sosek Nelayan

Hampir seluruh nelayan Kuwaru mengaku daerah tangkapan mereka semakin jauh karena

ikan yang ditangkap semakin sedikit. Biasanya nelayan Kuwaru pergi melaut ketika subuh

dan kembali ke darat sekitar pukul 11.00 WIB.

Nelayan Kuwaru hanya melaut pada bulan-bulan tertentu saja. Rata-rata nelayan aktif

melaut pada bulan Mei hingga Agustus, dan hanya beberapa nelayan saja yang melaut.

Aktivitas nelayan yang melaut di luar bulan-bulan tersebut pun biasanya berbeda, nelayan

tidak menangkap ikan dengan jaring melainkan dengan pancing. Hal tersebut dikarenakan

jumlah ikan yang sedikit. Kondisi perairan pantai selatan Jawa tersebut dipengaruhi oleh

sistem angin monsoon. Angin monsoon berpengaruh pada suhu dan arus permukaan laut.

Pantai laut selatan Jawa memiliki suhu permukaan sangat bervariasi setiap bulan. Suhu

permukaan laut pada bulan Juni berkisar 27-30 oC. Kondisi ini mengindikasikan awal

terbentuknya daerah upwelling. Upwelling ini disebabkan oleh angin monsoon tenggara dari

Australia. Suhu permukaan laut bulan September berkisar 25-30o C dan menunjukkan

upwelling terluas. Akhir Oktober terjadi transisi angin monsoon yaitu mulai berganti angin

barat. Hal ini menyebabkan upwelling lemah. Upwelling di selatan Jawa karena angin

monsoon ini, terhenti pada bulan November (Susanto et al. 2001).

Di Pantai Kuwaru ini belum ada upaya pengelolaan perikanan tangkap untuk menjaga

kelestarian dan keberlanjutan usaha penangkapan. Akan tetapi, pada dasarnya di desa

Poncosari ini telah berlaku suatu aturan yang didasarkan pada kearifan lokal setempat dimana

pada hari-hari tertentu nelayan dilarang untuk melaut, yakni hari Selasa Kliwon dan Jumat

Kliwon, serta saat ada hari-hari besar keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha.

.

KESIMPULAN

Nelayan yang menjadi responden dalam praktikum ini memilki sebaran pendidikan

yang bermacam-macam dan sebagian besar nelayan memiliki tingkat pendidikan hingga

Sekolah Menengah Atas (SMA). Keseluruhan nelayan berada pada usia produktif. Rata-rata

penduduk sekitar pantai Kuwaru berprofesi sebagai nelayan dengan bercocok tanam dan

budidaya udang sebagai profesi sampingannya. Alat tangkap yang dominan digunakan oleh

nelayan Kuwaru adalah perahu motor tempel dengan alat tangkap pendukung jaring dan

pancing. Hasil tangkapan utamanya berupa ikan layur, ikan bawal, dan ikan tenggiri.

SARAN

Perlu adanya pengawasan kelompok nelayan di pantai Kuwaru, dengan demikian tidak

terjadi ketidakmerataan pembagian bantuan dari pemerintah.

Page 9: 7. Profil Sosek Nelayan

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DIY. 2002. Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta.

Dirjen perikanan. 1998. Pemberdayaan nelayan berpusat pada penguatan modal sosial

(manusia). Departemen Pertanian. Jakarta.

Kusnadi. 2001. Pangamba’ Kaum Perempuan Fenomenal: Pelopor dan Penggerak

Perekonomian Masyarakat Nelayan. PT Humaniora Utama Press. Bandung.

Masyhuri. 1999. Pemberdayaan Nelayan Tertinggal dalam Mengatasi Krisis Ekonomi: Telaah

terhadap Sebuah Pendekatan. PEP-LIPI. Jakarta. 15-34.

Partosuwiryo, S. 2002. Dasar-Dasar Penangkapan Ikan. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Susanto, R. D., A. L. Gordon and Q. Zheng. 2001. Upwelling along the coast of Java and Sumatra and

its relation to ENSO. Geophys. Res. Lett., 28 (8): 1599 – 1602.

Van Den Ban. A.W. dan H.S Hawkins., 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Widodo, J. dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.