laporan puskesmas nelayan
DESCRIPTION
laporan puskesmas nelayanTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sesuai dengan Standar Pendidikan Dokter Indonesia, model kurikulum
berbasis kompetensi dilakukan dengan pendekatan terintegrasi baik horisontal
maupun vertikal, serta berorientasi pada masalah kesehatan individu, keluarga
dan berorientasi pada masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
dalam konteks pelayanan kesehatan primer. Kurikulum dilaksanakan dengan
pendekatan/strategi SPICES (Student-centered, Problem-based, Integrated,
Community-based, Elective/Early Clinical Exposure, Systematic). Komponen
terpenting dalam setiap kurikulum adalah tersedianya kesempatan bagi
mahasiswa untuk mengadakan kontak elektif secara personal dengan pasien
seawal mungkin.
Untuk mendukung tercapainya program tersebut diatas, perlu
dilakasanakan kegiatan yang merupakan sarana pembelajaran mahasiswa yang
berorientasi kepada masyarakat. Selain itu, perlu dilakukan proses pembelajaran
yang memungkinkan mahasiswa untuk berpikir secara kritis sebagai calon
manajer. Sarana pembelajaran ini dilaksanakan dalam bentuk PBL (Pengalaman
Belajar Lapangan). Dalam teknis operasionalnya mahasiswa akan diterjunkan ke
beberapa Puskesmas di Kota Cirebon. Di Puskesmas tersebut, mahasiswa
menerapkan pelatihan keterampilan klinik yang diterima di Skills lab.
Kunjungan ke Puskesmas adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk
memperkenalkan mahasiswa kepada area yang nantinya akan digeluti setelah
selesai pendidikan. Kunjungan ini juga bertujuan sebagai ajang latihan bagi
mahasiswa untuk melatih diri menghadapi berbagai situasi medis, seperti
observasi pasien, membuat diagnosis sampai merumuskan rekomendasi
tindakan.
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten /
kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja. ( Kepmenkes RI No. 128 tahun 2004 ). Puskesmas adalah
2
suatu organisasi fungsional yang merupakan pusat kesehatan masyarakat,
membina peran serta masyarakat, memberikan pelayanan kesehatan dasar
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasionl, regional dan global serta yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Jenis upaya
kesehatan wajib meliputi promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan
ibu dan anak termasuk keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan pengobatan. Upaya
kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di
wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat
serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya pengembangan
kesehatan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada
yakni usaha kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, perawatan kesehatan
masyarakat, kesehatan kerja, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan jiwa,
kesehatan usia lanjut, pembinaan pengobatan tradisional, dan lain-lain. Upaya
laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya
pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan, karena ketiga upaya ini merupakan
pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan
Puskesmas.
Pemerintah Kota Cirebon dalam rangka melaksanakan kebijakan untuk
mensukseskan pencapaian Pembangunan Kesehatan telah menetapkan Dasar
hukum tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota Cirebon
melalui Peraturan Wali Kota Cirebon Nomor 43 tahun 2008, dimana dalam
penjabarannya di Puskesmas kegiatan yang terbagi dalam Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) membawahi BP Umum, BP Gigi, BP KIA, Farmasi,
Laboratorium, dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang membawahi
Kesehatan Lingkungan, Pemberantasan Penyakit, Penyuluhan Kesehatan, Gizi,
3
PHN. Puskesmas mempunyai peran sangat besar dalam mewujudkan
Peningkatan Akses Masyarakat terhadap Layanan Kesehatan yang Berkualitas.
Puskesmas Nelayan adalah salah satu UPTD yang berada di wilayah
kerja Kelurahan Kebon Baru, dengan jumlah penduduk 8164 jiwa, diantaranya
terdapat 1126 jiwa penduduk miskin.
2. Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan umum
Mempersiapkan lulusan dokter yang dapat bekerja secara profesional pada
upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP)
strata pertama.
b. Tujuan khusus
a. Melatihkan keterampilan klinis sejak awal pendidikan dokter secara
berkesinambungan hingga akhir pendidikan dokter
b. Mahasiswa mampu menguasai keterampilan klinis yang akan digunakan
dalam mendiagnosis maupun menyelesaikan suatu masalah
c. Mahasiswa mendapat pengalaman belajar lapangan di dalam sistem
pelayanan kesehatan yang secara nyata termuat dalam kurikulum.
c. Manfaat
a. Menambah pengalaman mahasiswa dalam proses pembelajaran di luar
kampus.
b. Menambah wawasan mahasiswa mengenai penyakit yang sering terjadi
di masyarakat khususnya yang datang berobat ke Puskesmas Nelayan.
4
BAB II
PROFIL PUSKESMAS
A. Demografi
Jumlah penduduk kelurahan Kebon Baru Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon
mengalami penurunan dari 8378 jiwa pada tahun 2009 menjadi 8346 jiwa (januari-
september) tahun 2010 dengan komposisi 4130 jiwa laki-laki dan 4216 jiwa
perempuan. Dengan demikian jumlah perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki
dengan nilai resio1.
Berdasarkan perhitungan perkiraan penduduk menurut komposisi umur,
penduduk Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Kejaksan di Kota Cirebon termasuk
dalam kategori struktur penduduk umur muda atau umur produktif.
Proprosi penduduk kelurahan Kebon Baru Kecamatan Kejaksan di Kota Cirebon
menurut komposisi umur pada tahun 2010 terbesar (49,83%) didominasi umur 15-44
tahun, dan komposisi umur terkecil (3,85%) yaitu lansia. Hal ini berarti mayoritas
penduduk Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon didominasi oleh
usia produktif yaitu (15-44 tahun), seperti terlihat pada tabel 1 tentang proporsi
penduduk.
PROPORSI PENDUDUK KELURAHAN KEBON BARU KECAMATAN
KEJAKSAN KOTA CIREBON MENURUT KOMPOSISI UMUR DAN JENIS
KELAMIN (JANUARI-SEPTEMBER) TAHUN 2010
No Kelompok umur (th)Jumlah Penduduk
Laki-laki Perempuan Total
1 <1 58 44 102
2 1-4 468 440 905
3 5-14 643 635 1278
4 15-44 2050 2109 4159
5 45-64 735 846 1581
6 .>65 179 142 321
Jumlah 4130 4216 8346
Sumber : BPS Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon
5
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan umur dan
jenis kelamin ternyata perempuan mendominasi baik dari jumlah maupun dari
kelompok umur produktif.
PROPORSI PENDUDUK KELURAHAN KEBON BARU KECAMATAN
KEJAKSAN KOTA CIREBON MENURUT KOMPOSISI UMUR DAN JENIS
KELAMIN (JANUARI-SEPTEMBER) TAHUN 2010
No Nama RWJumlah Penduduk
Laki- laki Perempuan Total
1 01 783 712 1.496
2 02 1.062 1.017 2.079
3 03 907 972 1879
4 04 306 358 664
5 05 153 163 316
6 06 544 580 1124
7 07 375 414 789
Jumlah 4130 4216 8346
Sumber : BPS Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon
Salah satu masalah kependudukan di Kelurahan kebon Baru Kecamatan
Kejaksan Kota Cirebon adalah persebaran penduduk yang kurang merata. Permasalah
penduduk semakin hari semakin kompleks. Hal ini berkaitan dengan adanya daya
dukung lingkungan (luas wilayah) yang tidak seimbang antara RW dengan RW
lainnya, sehingga persebaran penduduk di Kelurahan Kebon Baru Kecamatan
Kejaksan Kota Cirebon mencapai 11.544 jiwa per km2 yang persebarannya rata-rata
1,4 % pada tahun 2010.
LUAS WILAYAH JUMLAH RW DAN JUMLAH PENDUDUK MENURUT
RW DI KELURAHAN KEBON BARU KECAMATAN KEJAKSAN KOTA
CIREBON TAHUN 2010
6
No RW
Luas
Wilayah
(km2)
Jumlah
RT
Jml
Penduduk
Jml
KK
Rata2
Jiwa/KK
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/km2)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 01 0,112 km2 4 1496 381 4 13357
2 02 0,160 km2 7 2079 527 4 12994
3 03 0,110 km2 7 1879 480 4 17082
4 04 0,060 km2 4 664 165 4 11067
5 05 0,07o km2 4 316 93 5 4514
06 0,111 km2 7 1124 290 4 10126
7 07 0,100 km2 4 789 215 4 7890
Kelurahan
Kebon
Baru
0,723 km2 37 8346 2151 4 11544
Sumber data : BPS 2010
Untuk luas wilayah di Kelurahan Kebon Baru yang terluas dan terpadat yaitu
RW 02 dengan jumlah penduduk 2079 dengan kepadatan 11.544 jiwa/ km2. Tingkat
kepadatan penduduk juga dipengaruhi oleh mobilitas. Mobilitas penduduk dikelurahan
Kebon Baru Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon 40% penduduk asli dan 60 %
pendatang pada tahun 2010 (Data Kelurahan 2010).
B. Kondisi Geografis
Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon terletak di daerah
pantai Utara Kota Cirebon dan daerah perkotaan. Luas wilayahnya ± 0,7231 km2 atau
± 72,31 hektar, dan dibagi menjadi 7 RW dengan jumlah RT sebanyak 37 RT yaitu :
TABEL NAMA KELURAHAN, LUAS WILAYAH DAN PRESENTASE LUAS
WILAYAH TIAP RW TERHADAP LUAS KELURAHAN KEBON BARU
KEC. KEJAKSAN KOTA CIREBON
No RW Jumlah RT Luas (km2) Presentase (%)
1 01 Kebon Baru Selatan 4 0,110 km2 15,22
7
2 02 Kebon Baru 7 0,160 km2 22,13
3 03 Kebon Baru Utara 7 0,121 km2 16,73
4 04 Kebon Baru Tengah 4 0,060 km2 8,30
5 05 Ketandan 4 0,070 km2 9,68
6 06 Tanda Barat 7 0,111 km2 15,35
7 07 Makam Kembar 4 0,091 km2 12,59
Kel. Kebon Baru 37 0,723 km2 100
Sumber data : BPS 2010
Berdasarkan table diatas persentase terbesar dari Luas Wilayah yaitu RW 02
dengan hasil persentase 22,13% disusul oleh RW 03 (16,73%) dan RW 01 (15,22%).
Batas wilayah Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon adalah :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Kesenden
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Kejaksan
Sebelah Barat : Berbatasan dengan kelurahan Sukapura
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Laut Jawa
Kelurahan Kebon Baru dibagi menjadi 7 RW dengan jumlah RT. Sebanyak 38
RT dengan rincian :
RW 01 Kebon Baru Selatan 4 RT
RW 02 Kebon Baru 7 RT
RW 03 Kebon Baru Utara 7 RT
RW 04 Kebon Baru Tengah 4 RT
RW 05 Ketandan 5 RT
RW 06 Tanda Barat 7 RT
RW 07 Makam Kembar 4 RT
Dari jumlah 7 RW yang tersebut diatas yang paling luas adalah RW 06 Tanda
Barat kemudian RW 05 Ketandan RW 04 Kebon Baru Tengah dan yang terkecil
Wilayahnya adalah RW 03.
C. Visi dan Misi
8
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Puskesmas
Nelayan mempunyai Visi:
“BERSINAR”
BERSIH, SEHAT, INDAH, AMAN, RAMAH
Untuk mewujudkan visi tersebut Puskesmas Nelayan menetapkan Misi yaitu:
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar yang prima secara
profesional dan bertanggung jawab.
2. Mengembangkan pola pikir hidup sehat bagi masyerakat.
3. Menggalang kemitraan dengan berbagai sektor.
4. Menggerakan pembangunan masyarakat berwawasan kesehatan.
D. Struktur Organisasi Puskesmas
STRUKTUR ORGANISASI
UPTD PUSKESMAS NELAYAN KOTA CIREBON
KEPALA PUSKESMAS
Iriyadi, S.Kep.Ners
9
E. Sarana Ketenagaan (SDM)
Untuk melaksanakan tugas pemberian pelayanan kesehatan, Puskesmas Nelayan
memiliki 30 tenaga medis, paramedis, dan nonmedis yang terdiri dari:
Tabel Sarana Ketenagaan
KEPALA SUB. BAGIAN TATA USAHA
Hermilian Eka Yulianto, S,KM
UMUM
Firman syach
PROGRAM/PELAPORAN
Sulastri
KEPALA BAGIAN KEUANGAN
Maryatni Setiawati, A.Md
KOOR. UPAYA KESEHATAN PERORANGAN
dr. Ratna Indarsari
KOOR. UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
dr. Fatmawati
BP.UMUM
dr. Ratna Indarsari
BP. GIGI
drg. Nofi Maryanti
BP.KIA
Qoriatul Bilad
FARMASI
Etin Humrotin
PROMKES
Irnawati, A.Mg
KESLING
Eryati, AMKL
GIZI
Ria Hariyani
PHN
Novi Ismatul Maulia, A.MSd.Kep
LABORATORIUM
Rossi Rahmawati, A.Md
P2P
Eliarismita, A.Md.Kep
10
Jenis Tenaga
Standar Kebutuhan
Puskesmas Perkotaan
Jumlah Pegawai
yang ada
Dokter Spesialis 0 0
Dokter Umum 3 2
Dokter Gigi 1 1
Keperawatan : 15
1. Bidan 4
2. Perawat 6
3. Perawat Gigi 1
Kefarmasian 3 1
Kesehatan
Masyarakat5
2
Gizi 1 1
Keterapian Fisik 0 0
Keteknisan Medis 2 1
Non Tenaga
Kesehatan10
3
Jumlah Total 40 30
F. Sarana dan Prasarana
TABEL SARANA DAN PRASARANA
PUSKESMAS NELAYAN TAHUN 2008
NO SARANA & JUMLA KONDISI KEBUTUHA
11
H
NPRASARAN
A
YANG
ADA
BAI
K
RUSAK
RNGN
RUSAK
BRT
1 Gedung 2 2 0 0 1
2 Motor 5 4 1 0 2
3 Komputer 6 5 0 1 3
4 Pagar 1 1 0 0 0
5 Meubeleir 1 1 0 0 0
6 TV 1 1 0 0 0
7 Audio 3 2 0 1 1
8 Kursi Rapat 50 35 6 9 20
Sumber Inventarisasi Barang tahun 2008
Dari tabel diatas bahwa Puskesmas Nelayan masih kurang dalam hal
sarana dan prasarana jika dibandingkan dengan kebutuhan serta banyaknya
pegawai yang ada. Kebutuhan yang paling mendesak adalah komputer dan
sepeda motor, untuk menunjang kelancaran kerja puskesmas kami masih
membutuhkan sarana – sarana tersebut disamping sarana dan prasarana lain.
G. Peta Puskesmas Nelayan
12
BAB III
13
Kegiatan Puskesmas
A. UKP dan UKM
1. Koordinator Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), membawahkan:
a. Pelaksana BP Umum mempunyal fungsi;
1) Perencanaan kebutuhan barang dan alat medis untuk pelayanan di
Poli Umum
2) Pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi pada seluruh proses
pelayanan di Poll Umum
3) Pelayanan anamnesi pada pelanggan
4) Pemeriksaan fisik pada pelanggan
5) Penegakkan diagnosa berdasarkan anamnesi dan pemeriksaan fisik di
atas
6) Pelaksanaan tindakan medis bila diperlukan
7) Pemberian pengobatan
8) Pelaksanaan rujukan pelanggan ke Poli lain di puskesmas atau ke
institusi pelayanan lanjutan
9) Pengkoordinasian pembuatan rekapitulasi data pelanggan sesual
kriteria
10) Pengevaluasian hash kegiatan pelayanan di Poli umum
11) Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan
b. Pelaksana BP Gigi mempunyal fungsi;
1) Perencanan kebutuhan alat dan bahan untuk peiayanan di Poll Gigi
2) Pengkoordinasian tindakan pencegahan infeksi pada seluruh proses
pelayana di Poli Gigi
3) Pelaksanaan anamnesa dan pemeriksaan kondisi gigi dan mulut
pelanggan
4) Penegakan diagnosa kasus gigi dan mulut
5) Pelaksanaan tindakan medis gigi bila diperlukan
14
6) Pencátatan diagnosa dan tindakan yang dilakukan di Kartu Status
Pelanggan
7) Pengkoordinasian pencatatan dan pelaporan
8) Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan
c. Pelaksanà BP KIA mempunyal fungsi;
1) Persiapan alat dan bahan untuk pelayanan
2) Pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi pada seluruh proses
pelayanan KIA dan KB
3) Pelayanan kesehatan lbu dan Anak
4) Pelayanan program Keluarga Berencana
5) Pembuatan Asuhan Kebidanan
6) Pelayana MTBM ( Manajemen Terpadu Bayi Muda ) untuk bayl usia
0 -2 bulan
7) Penyolenggaraan RSBM ( Rumah Sakit Berbasis Masyarakat)
8) Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan VDRL pads ibu hamil
9) Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan Pap smear
10) Pelaksanaan konsultasi kepada kilen
11) Petayanan dan pengobatan kelainan reproduksi sesuai kewenangan
dan ijin dokter serta dilaksanakan sesual protap pengobatan
12) Pelaksanaan rujukan kasus yang tidak bisa ditangani Bidan
13) Pemtuatan dan penganalisaan Grafik Pemantauan Wilayah Setempat
( PWS ) KIA
14) Pemaparan Grafik PWS kepada kader posyandu
15) Pencatatan dan pelaporan
16) Pelaksanaan tugas kedinasan Iainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan
d. Pelaksana Farmasi mempunyai fungsi;
1) Pembuatan perencanaan kebutuhan obat tahunan
2) Pemantauan persediaan obat ( Stock opname)
3) Penyediaan obat-obatan untuk pelayanan kefarmasian Harlan
15
4) Pelayanan resep yang masuk ke loket obat
5) Pencatatan pengeluaran dan pemasukan obat
6) Pencatatan pengeluaran obat harian
7) Pembuatan laporan pemakaian obat Narkotika dan Psikotropika
8) Pendataan dan pengambilan obat kadaluarsa
9) Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan
e. Pelaksana Laboratorium mempunyal fungsi;
1) Perencanaan kebutuhan alat clan reagen
2) Pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi pada seluruh
3) Proses pelayanan laboratorium
4) Pemeriksaan laboratorium sesuai standar operasional prosedur
5) Pewarnaan sputum suspek penderita TB Paw yang kemudian
diserahkan ke Laboratorium PRM Puskesmasuntuk tindak lanjut
pemeriksaan BTA
6) Pembuatan apus darah tebal yang kemudian diserahkan ke labkesda
untuk tindak lanjut pemeriksaan Malaria
7) Pengumpulan dan pencatatan data rujukan spesimen beserta hash
pemeriksaan laboratoriumnya
8) Penyerahan hash pemeriksaan laboratorium kepada petugas
pelayanan kesehatan
9) Pelaksanaan screening anak sekolah dan ibu hamil untuk
pendeteksian dm1 kasus penyakit yang harussegera ditindaklanjuti
10) Penyuluhan manfaat pemeriksaan laboratorium balk bagi perorangan
maupun kelompok
11) Pengumpulan dan pengolahan sampah medis di ruang laboratorium
yang selanjutnya diserahkan kepada petugas sanitasi untuk ditindak
lanjut pemusnahannya
12) Pencatatan dan pelaporan
13) Pelaksanaan tugas kedinasan Iainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan
16
2. Koordinator Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), membawahkan:
a. Pelaksana Kesehatan L.ingkungan mempunyal fungsi;
1) Pemeriksaan, pengawasan dan pembinaan rumah sehat
2) Pemeriksan dan pengawasan sarana air minum dan jamban keluarga
3) Pemeriksan dan pengawasan tempat — tempat umum
4) Pemeriksaan dan pengawasan tempat pengolahan makanan
5) Pemeriksan dan pengawasan tempat pembuangan sampah sementara
6) Pelaksanaan konseling di klinik sanitasi
7) Pelaksanaan kunjungan ke rumah penderita penyakit berbasis Iingkungan
bersama dengan tim terpadu ainnya dan petaksana program terkait
8) Pegkoordinasian pengelolaan sampah medis
9) Pembuatan laporan program kesehatan Iingkungan bulanan, triwulan,
semester dan tahunan
10) Pelaksanaan tugas kedinasan Iainnya berdasarkan peraturan perundang-
undangan
b. Pelaksanaan Pemberantasan Penyakit mempunyal fungsi;
1) Pemantauan p&aksanaan Program Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit ( P2P)
2) Pemantauan pelaksanaan pencatatan dan program pelaporan P2P
3) Pengkoordinasian permasalahan setiap pemegang program P2P
4) Pengkoordinasian permasalahan yang ditemukan dan pemecahan
masalahnya
5) Pengkoordinasian rencana tindak lanjut kegiatan program P2P
6) Pelaksanaan evaluasi hasH cakupan seluruh program P2P
7) Pelaksanaan tugas kedinasan Iainnya berdasarkan peraturan perundang-
undangan
c. Pelaksana Penyuluh Kesehatan mempunyai fungsi;
1) Perencanaan program Promosi Kesehatan berdasarkan kebutuhan
masyarakat
2) Peaksanaan penyi’Iuhan kesehatan di dalam dan di luar gedung
Puskesmas
17
3) Pendataan potensi wilayah
4) Penggalangan kemitraan dengan Lintas Program dan Lintas Sektor
5) Pendataan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
6) Pembuatan rekapitulasi hasH pendataan PHBS
7) Pemaparan hash cakupan PHBS kepada para Kader dan Tokoh
Masyarakat
8) Penggalangan kemitraan dengan para tokoh masyarakat untuk menindak
lanjuti hash cakupan PHBS yang rendah di RW tertentu, agar mereka
ikut berperan dalam memotivasi perubahan perilaku masyarakat di
wilayah tersebut
9) Pencatatan dan pelaporan
10) Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya berdasarkan peraturan perundang-
undangan
d. Pelaksana Gizi mempunyai fungsi;
1) Perencanaan program gizi
2) Pembinaan dan pengawasan kegiatan penimbangan balita di Posyandu
3) Pendeteksian dan pengintervensian dm1 tumbuh kembang balita
4) Pembinaan Kadazi ( Keluarga Sadar Gizi)
5) Pengumpulan data indikator Kadarzi yang sudah dilaksanakan oleh
Kader Posyandu
6) Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) penyuluhan untuk seluruh balita
di posyandu
7) Pemberian Makanan Tambahan untuk pemulihan bagi balita gizi buruk
8) Pendistribusian vitamin A kepada seluruh balita usia 6 bulan ke atyas
setiap bulan Februari dan Agustus
9) Pelaksanaan konseling gizi
10) Pendistribusian Makanan Pendamping ASI untuk bayi usia 6 - 11 bulan
dan balita usia 12 -23 bulan dan keluarga miskin
11) Pemantauan garam beryodium di masyarakat, Rumah Tangga dan
pedagang Kaki Lima
12) Pendataan sistim kewaspadaan Pangan dan Gizi
18
13) Pembuatan dan penganalisaan Grafik Pemantauan Silayah Setempat (
PWS ) gizi
14) Pemaparan grafik PWS Gizi pada pertemuan lintas program dan lintas
sektoral
15) Pencatatan dan pelaporan
16) Pelaksanaan tugas kedinasan Iainnya berdasarkan peraturan perundang-
undangan
e. Pelaksana PHN mempunyai fungsi;
1) Pelaksanaan asuhan perawatan kepada individu, keluarga khusus dan
komunitas
2) Pengkoordinasian pembuatan Asuhan Keperawatan dan Pelaksana
Program terkait dan Petugas Bina Wilayah
3) Pendataan KK rawan
4) Pelaksanaan kunjungan ke rumah penderita kasus penyakit berbasis
Iingkungan bersama Tim Terpadu dan petugas pelaksana program terkait
B. Kegiatan Selama di Puskesmas Nelayan
Kegiatan di Puskesmas Nelayan dilaksanakan selama 3 kali dalam waktu yang
telah di tentukan. Dalam setiap kali melaksanakan kegiatan, masing-masing mahasiswa
ditempatkan pada tempat yang telah ditentukan sesuai alur pelayanan di Puskesmas.
Masing- masing tempat pelayanan terdiri dari BP umum, BP gigi, KIA, dan farmasi.
Hasil kegiatan meliputi :
1. Anamnesis
1) Berdasarkan keluhan pasien (penjelasan ada di tabel kegiatan)
2. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan vital sign
2) Pemeriksaan kepala leher
3) Pemeriksaan abdomen
4) Pemeriksaan mata
5) Pemeriksaan tenggorokan
6) Pemeriksaan thorax
19
7) Pemeriksaan ekstremitas
3. Keterampilan teraupetik/ prosedural
4. Diskusi kasus
1) Hipertensi
2) Diare
3) Sindrom Steven Johnson (SJJ)
4) ISPA
5) Diabetes Melitus
6) Pneumonia
7) Thyfoid
5. Aktivitas lain
1) Home Visit Lansia di ruang lingkup Puskesmas Nelayan meliputi :
a. Melakukan kegiatan wawancara mengenai aktivitas hidup sehari-hari lansia
b. Melakukan kegiatan pemeriksaan vital sign, dan pemeriksaan fisik pada
lansia
c. Melakukan kegiatan pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE)
pada lansia
2) Memantau kegiatan Posyandu di tanda barat Rw 06 Kelurahan Kebon Baru
meliputi :
a. Melakukan kegiatan penimbangan BB pada bayi atau balita.
b. Melakukan kegiatan wawancara mengenai tentang Gizi pada bayi atau balita.
3) Mengikuti kegiatan Posbindu di Rw 06 / RT 02 Gang Empang II meliputi :
a. Melakukan kegiatan pemeriksaan TB dan BB
b. Melakukan kegiatan wawancara mengenai aktivitas hidup sehari-hari dan
kesehatan lansia
c. Melakukan kegiatan pemeriksaan vital sign dan pemeriksaan fisik pada
lansia
4) Mengikuti kegiatan prosedural rekap di BP umum dan melakukan vital sign.
6. Melakukan dan memantau kegiatan di bagian farmasi meliputi :
1) Menulis resep obat.
2) Mengetahui jenis – jenis obat.
20
3) Membantu menyediakan obat dan memanggil.
7. Melakukan dan memantau kegiatan di bagian KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
meliputi :
1) Melakukan wawancara dan edukasi mengenai kehamilan pada ibu hamil (bumil)
2) Melakukan konseling KB pada pasien KIA
3) Melakukan imunisasi pada anak
4) Melakukan kegiatan vital sign dan pemeriksaan leopold pada ibu hamil (bumil)
Tabel. Kegiatan
Laporan kegiatan :
Tanggal Identitas pasien Tempat/poli Anamnesis Vital sign/pf DD/DK16-04-2013
16-04-2013
Nama : Ibu Siti FatonahUsia : 70 thAlamat : Jl. Suratno, gg.2 rt/rw=01/02
Nama : ibu Tika Usia : 52 thAlamat : jln. samadikun
Posyandu lansia
Posyandu lansia
Mengeluh muntah dan mencret 3 kali dalam 1 hari. Kalau malam sering BAK. BB makin menurun. Nafsu makan tidak berubah. Sudah pernah di obati tetapi tidak berubah.RPD : DMRPK : DMSistem tubuh: mata kanan terdapat katarak
Mengeluh pusing dan kaki sakit BAB susah, Nafsu makan tidak berubah. RPD : tidak adaRPK : tidak adaSistem tubuh: kaki terasa sakit.
TD : 110/90 mmHGN : 76x/menitR : 20x/menitS : tidak di periksaKepala : NLeher : Nyeri, tidak ada pembesaran KGBToraks: NAbdomen : Nyeri tekan
TD : 160/110 mmHGN : 70x/menitR : 20x/menitS : 37®CKepala : NLeher : tidak ada pembesaran KGB
DD : Diabetes Mellitus, dislipidemiaDK : Diabetes Mellitus
DD : hipertensiDK : hipertensi
21
9-04-2013
9-042013
16-04-2013
Nama : bpk didiUsia : Alamat :
Nama : TitinUsia : 40 thAlamat : Jl. Samadikun gg. Sontong
Nama: NY. Nurhasanah Umur : 32 tahun
Poliklinik umum
Poliklinik umum
Poliklinik umum
Mengeluh leher kaku, dan terasa kencang.belakang punggu suka sakit dan susah tidur. RPD : magh bliding .RPK : tidak adaSistem tubuh: normal
Mengeluh leher kaku, dan tidak bisa d gerakan. Sejak pagi saat bangun tidur. Juga mengeluh sakit kepala sejak 1minggu lalu.RPD : HipertensiRPK : Hipertensi, strokeSistem tubuh: normal
Batuk, pilek, demam, sesak, BB turun naik, napsu makan berkurang.Mengeluh suka buang air kecil
Toraks: NAbdomen : N
TD : 170/90 mmHGN :70x/menitR : 20x/menitS : tidak diperiksaKepala : NLeher : Nyeri, tidak ada pembesara KGBToraks: NAbdomen : N
TD : 160/120 mmHGN : 80x/menitR : 20x/menitS : tidak diperiksaKepala : NLeher : Nyeri, tidak ada pembesara KGBToraks: NAbdomen : N
DD : gastritis cronis, ulkus peptikum, hipertensi.DK : hipertensi
DD : hipertensiDK : hipertensi
DD: ispa, tbc, bronchitis DX: ispa
22
12-04-2013
23-04-2013
16-042013
16-04-2013
Nama : Nizam Umur : 11 bulan Alamat : -
Nama : KuriahUsia : 30 th
Nama : ibu mila karmila.Usia : 33 thAlamat : samadikun
Nama :NY. Ami
Poliklinik umum
Poliklinik KIA
Poliklinik KIA
Demam 5 hari lemas, tidak mau makan, konstipasi 3 hari
Mengeuh sakit perut bagian kanan bawah juga sakit saat posisi tidur ke posisi duduk. Kaki juga mengeluh sakit sehinggah jalannya menjadi lambat
Mengeluh sakit gigi udah 2 hari dan gatal di deket mata,punggung.
Auskutasi : ronki basah
TD : 90/70 mmHgN : 80x/menitR : 20x/menitS : tidak diperiksaBB : 59,5 kgUsia kehamilan : 38-39 mingguTinggi Fundus : 32 cmLetak janin : DivergenDJJ : 136x/menit
TD : 100/70 mmHgN : 80x/menitR : 20x/menitS : tidak diperiksaBB : 82 kgUsia kehamilan : 36-37 mingguTinggi Fundus : 29 cmLetak janin : konvergenDJJ : 133x/menit
Konseling: istirahat yang cukup, diperhatikan makannya, lalu disarankan untuk berolahraga dengan yang ringan saja.
23
16-04-2013
23-04-2013
12-04-2013
Umur :36 tahun Alamat: -
Nama : Ny. SpinahUsia 91 tahun
Nama : SumiatiUsia : 30 thAlamat : Samadikun
Nama: NY. Siti hanarastaUmur: 35 tahun Jumlah anak: 2Alamat: jl. Kepenam suli rt 02 rw07
Poliklinik KIA
Poliklinik konseling
Poliklinik Konseling
Poliklinik konseling
Keluhan pusing dan lemas.
Keluhan malaise
Ingin konseling KB. Menggunakan suntik 3 bulan. Dari 40 hari setelah kelahiran anak pertama langsung memakai suntik yang 3 bulan sampai sekarang belum ganti.
Ingin suntik KB rutinan I bulan
TD: 100/80 BB:65Pemeriksaan leopard 1-4, DJJ 140x/menit Tinggi fundus 32cm
Koseling : suntik KB 1 bulan, lalu ganti yang 3 bulan, dan sekarang pakai yang 3 bulanRPD: AKDR( alat kontrasepsi dalam rahim) spiral.
DD: Demam BDB, Demam malaria, Demam tifoid DX: Demam tifoid
DX: Atalgia Terapi : piroksika 1x1 B1 2X1 B2 2X1CALK 2X1
24
12-04-2013
23-04-2013
12-04-2013
23-04-2013
12-04-2013
16-04-2013
Nama : TurinihUmur : 30 Tahun
Nama : Elfarisa Usia: 10 tahun Alamat : -
Nama: Tn. Komar Umur :31 tahun
Nama : Ny. Irna Umur 31 tahun
Nama : Ananda Rafel Umur : 8 Bulan
Nama : Ny. KikiUmur : 22 tahun
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Poli Umum
HemorrhoidMenggunakan anti hemorrhoid
Herpes simplekginggivitisterapinya : ancyxlovir, asamefenamat.
Chek kehamilan Kehamilan ke-1Kakinya sakitCapek-capekTablet Fe komplit,Imunisasi TT komplit
Panas 2 hari, Batuk pilek, Lemas, Rewel Riwayat persalinan: NormalRiwayat imunisasi : lengkap, Campak (-)ASI ekslusif
TD: 90/70 Pada pemeriksaan lidah ditemukan adanya tifoid tang , sedikit lemas dan pusing.Auskultasi terdengar Ronkhi basah
Otitis Media
Otitis Media
TD : 120/80 mmHg TFU : 16
DK : Otitis Media Terapi : Tetes telinga, Pct, Ctm, Bcompleks
DK : Campak
25
Poli KIAcm Djj : 140x/menitLeopold II : puka,pukiTB : 158
Skenario Kasus Home Visit Lansia
Sekelompok mahasiswa kedokteran sedang mengadakan kunjungan rumah untuk
melakukan pemeriksaan kepada warga yang lanjut usia. Di rumah salah satu warga,
mereka bertemu dengan anggota keluarga yang mengeluhkan bahwa neneknya yg
berusia 93 tahun sering kabur tengah malam dari rumahnya, pendengaran semakin
menurun, sesak, lemas, sariawan, sulit mengingat nama anak-anaknya , dan untuk
merawat diri sendiripun saat ini dia tidak mampu. Nenek tersebut sering merasa
kehilangan rumah semenjak rumahnya di bongkar , dan rasa ingin mati saja. Mereka
melakukan beberapa pemeriksaan terhadap fungsi saraf dan status mental nenek
tersebut. Selain melakukan pemeriksaan terhadap pasien, mahasiswa itu memeriksa
kondisi rumah pasien seperti jarak kamar pasein ke kamar mandi dan kondisi di
dalam rumah tersebut.
Status Pasien
I. Identitas PasienNama : Ibu SupinahUsia : 93 tahunJenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pekerjaan : tidak bekerja Status : MenikahAlamat : Jalan Samadikun Gang Empang IIITanggal Pemeriksa : 29 April 2013No Catatan Medik : 1
26
II. Anamnesa (Subjective) 1. Keluhan Utama : Sering kabur tengah malam
Keluhan Tambahan : merasa kehilangan rumah, suka bicara sendiri, lupa nama anak, berbicara tidak nyambung, rasa ingin mati
2. Riwayat Penyakit Sekarang :a. Lokasi : tidak adab. Kualitas : sering mengamuk jika pintu rumah di kunci, c. Kuantitas : hampir setiap malam pasien kabur dari rumah d. Waktu : sejak 2 tahun yang lalu semenjak rumahnya di rehabe. Situasi : malam hari mencari rumah yang di anggap hilangf. Faktor yang mempengaruhi : rumah yang direhab sehingga kondisi rumah
berbeda dari yang sebelumnyag. Manifestasi penyerta : sering mengompol, pendengaran dan penglihatan
menurun, ketika malam tidak pernah tidur, bicara sendirih. Pengobatan : obat dari puskesmas
3. Riwayat Penyakit Dahulu : a. Belum pernah mengalami kelainan seperti ini b. Pasien mempunnyai penyakit jantung c. Pasien mempunyai penyakit pneumonia
4. Riwayat Penyakit Keluarga :a. Adik pasien terkena penyakit DM Tipe 2b. Anak pasien ada kelainan spina bifida pada usia 2 tahun
5. Riwayat Sosial Ekonomi :a. Makan teratur namun harus diingiatkan oleh anaknya atau cucunya b. Mandi harus diinginatkan oleh anggota keluarga c. Tidur ingin ditemani oleh anggota keluarganya d. Masih bisa mencuci baju sendiri e. Tidak bisa menahan berkemih, tetapi masih bisa menahan BAB
III. Pemeriksaan Fisik (Objective) A. Keadaan Umum : tidak tampak sakit berat, tidak tampak lemas.B. Kesadaran : compos mentisC. Vital sign :
TD : 120/80 mmHg Nadi : 76 x/menit RR : 24 x/menit S : 37ºC
27
Status Generalis A. Kepala : Dalam Batas Normal (DBN)
Rambut : Warna rambut putih, penyebaran rambut merataB. Pemeriksaan Mata : DBN
Palpebra : DBNKonjungtiva : DBNSklera : DBN Pupil : DBN
C. Pemeriksaan Telinga : Tidak terdapat serumen (DBN)D. Pemeriksaan Hidung : DBNE. Pemeriksaan Mulut dan Gigi : mukosa mulut tidak hiperemis, gigi terdapat
cariesF. Pemeriksaan Leher :
KGB : DBNTrakea : DBNKelenjar Tiroid : DBN JVP : DBN
G. Pemeriksaan Dada : DBNPulmoInspeksi : DBNPalpasi : DBN Perkusi : DBNAuskultasi : DBN Jantung Inspeksi : DBN Palpasi : DBNPerkusi : DBNAuskultasi : DBN
H. Pemeriksaan Abdomen Inspeksi : DBNAuskultasi : DBNPerkusi : DBNPalpasi : DBN
I. Ekstremitas Superior : DBN Inferior : DBN
J. Status Lokalis
IV. Asessment Diagnosis Banding :
28
Diagnosis : Demensia Alzheimer
V. Planning a. Initial Planning Diagnosis (Ip Dx) : ADL, MMSEb. Initial Planning Terapi (IpTh) :c. Initial Planning Monitoring (IpMx) :d. Initial Planning Edukasi (IpEd) :
Penjabaran Materi Terkait Kasus
Dementia
A. Pengertian Demensia
Dementia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi
hidup sehari-hari.
Garis besar manifestasi kliniknya adalah sebagai berikut :
1. Perjalanan penyakit yang bertahap (biasanya selama beberapa bulan atau
tahun)
2. Tidak terdapat gangguan kesadaran (penderita tetap sadar)
Definisi yang tidak tepat dan diagnosis banding yang tidak lengkap sering
menyebabkan terjadinya under-mis-atau over-diagnosis yang akan mempengaruhi
bukan saja penderita akan tetapi juga keluarganya. Dengan pemberian batasan yang
tepat, tatacara diagnosis yang baik, diagnosis tepat bisa dicapai pada sekitar 90%
penderita. Pada lampiran diberikan beberapa kriteria diagnosis dementia dan
beberapa jenis dementia yang sering didapatkan.
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya dementia.
Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan
syaraf pusat. Pada beberapa penderita tua terjadi penurunan daya ingat dan
29
gangguan psikomotor yang masih wajar, disebut sebagai “sifat pelupa benigna
akibat penuaan (benign senescent forgetfulness)”. Keadaan tidak menyebabkan
gangguan pada aktivitas hidup sehari-hari. Harus diingat pula bahwa beberapa
penderita dementia sering mengalami depresi dan kofusio, sehingga gambaran
kliniknya seringkali membingungkan.
B. Jenis dan Penyebab Demensia
Secara garis besar dementia pada usia lanjut dapat dikategorikan dalam 4
golongan, yaitu:
1. Dementia degenerative primer 50-60%
2. Dementia multi-infark 10-20%
3. Dementia yang reversible atau sebagian reversible 20-30%
4. Gangguan lain (terutama neurologik) 5-10%
Akhir-akhir ini dikatakan bahwa dementia badan Levy dan dementia fronto-
temporal merupakan dementia terbanyak ke-3 dan ke-4
Penyebab dementia yang reversible sangat penting untuk diketahui, karena
dengan pengobatan yang baik penderita dapat kembali menjalankan hidup sehari-
hari yang normal. Untuk mengingat berbagai keadaan tersebut telah dibuat suatu
“jembatan keledai” sebagai berikut :
D - drugs (obat-obatan)
E - emotional (gangguan emosi, misal depresi, dan lain-lain)
M - metabolik atau endokrin
E - eye and ear (disfungsi mata dan telinga)
N - nutritional
T - tumor dan trauma
I - infeksi
30
A - arteriosclerotic (komplikasi penyakit aterosklerosis, misal infark miokard,
gagal jantung, dan lain-lain) dan alkohol
Table 1. Jenis dan penyebab dementia pada usia lanjut
Keadaan yang secara potensial reversible atau bias dihentikan :
- Intoksikasi (obat, termasuk alkohol, dan lain-lain)
- Infeksi susunan saraf pusat
- Gangguan metabolik
- Gangguan nutrisi
- Gangguaan vaskuler (dementia multi-infark, dan lain-lain)
- Lesi desak ruang
- Hidrosefalus bertekanan normal
- Depresi (pseudo-dementia depresif)
Penyakit degenerative progresif
- Tanpa gejala neurologik penting lain :
Penyakit Alzheimer
Penyakit Pick
- Dengan gangguan neurologik lain yang prominen :
Penyakit Parkinson
Penyakit Huntington
Kelumpuhan supranuklear progresif
Penyakit degeneratif lain yang jarang didapat
Dari : Kane, Ouslander, Abrass : Essential of Geriatric Med 3nd ed, 1994
Table 2. Pemeriksaan portable untuk status mental (PPSM = MMSE = mini mental
state examination)
Daftar pertanyaan Penilaian
1. Tanggal berapakah hari ini ? (bulan,
tahun)
2. Hari apakah hari ini?
0-2 kesalahan = baik
3-4 kesalahan = gangguan intelek
ringan
31
3. Apakah nama tempat ini?
4. Berapa nomor telepon bapak/ibu?
(bila tidak ada telepon, dijalan
apakah rumah bapak/ibu?)
5. Berapa umur bapak/ibu?
6. Kapan bapak/ibu lahir? (tanggal,
bulan, tahun)
7. Siapakah nama gubernur kita?
(walikota/lurah/camat)
8. Siapakah nama gubernur sebelum
ini? (walikota/lurah/camat)
9. Siapakah nama gadis ibu anda?
10. Hitung mundur 3-3, mulai dari 20!
5-7 kesalahan = gangguan intelek
sedang
8-10 kesalahan = gangguan intelek
berat
Bila penderita tak pernah sekolah,
nilai kesalahan diperbolehkan +1
dari nilai di atas
Bila penderita sekolah lebih dari
SMA, kesalahan yang
diperbolehkan -1 dari atas
Dari : Folstein and Folstein, 1990
Dengan asesmen geriatrik yang baik, keadaan tersebut di atas dapat dideteksi
dan karenanya dapat diobati. Obat-obat yang menyebabkan dementia harus
dihentikan bilamana mungkin. Salah satu kelainan yaitu dementia depresif,
memerlukan perhatian khusus, karena dengan pengobatan depresi, keadaan kognitif
penderita akan membaik. Harus diingat bahwa kelompok 1/3 penderita dementia
juga disertai dengan depresi, sehingga bilamana hal ini yang terjadi, gangguan
kognitif tidak pulih seluruhnya.
Untuk keperluan penapisan, pemeriksaan psikometrik sederhana, misalnya
dengan menggunakan pemeriksaan mini (tentang) status mental (PMSM = MMSE
= mini mental state examination) akan membantu menentukan gangguan kognitif
yang harus ditindak lanjut dengan pemeriksaan lain.
32
Table 3. Penyebab dari dementia non-reversibel
Penyakit degenerative
- Penyakit Alzheimer
- Dementia yang berhubungan dengan badan Lewy
- Penyakit Pick
- Penyakit Huntington
- Kelumpuhan supranuklear progresif
- Penyakit Parkinson
- Lain-lain
Dementia vaskuler
- Penyakit serebrovaskuler oklusif (dementia multi infark)
- Penyakit binswanger
- Embolisme serebral
- Arteritis
- Anoksia sekunder akibat henti jantung, gagal jantung akibat intoksikasi
karbon monoksida
Dementia traumatik
- Perlukaan kranio-serebral
- Dementia pugilistika
Infeksi
- Sindroma defisiensi imun dapatan (AIDS)
- Infeksi oportunistik
- Penyakit Creutzfeld-Jacob
- Lekoensefalopati mutifokal progresif
- Dementia pasca ensefalitis
C. Gejala Klinis Dementia
a) Demetia degenerative primer
33
Dikenal juga dengan nama dementia tipe Alzheimer, adalah suatu keadaan
yang meliputi perubahan dari jumlah, struktur dan fungsi neuron di daerah
tertentu dari korteks otak. Terjadi suatu kekusutan neuro-fibriler (neuro-fibrillary
tangles) dan plak-plak neurit dan perubahan aktivitas kholinergik di daerah-
daerah tertentu di otak.
Penyebab tidak diketahui dengan pasti, tetapi beberapa teori menerangkan
kemungkinan adanya faktor kromosom atau genetik (gen menerangkan
kemungkin adanya faktor kromosom atau genetik (gen apolipoprotein E4), usia,
riwayat keluarga, radikal bebas, toksin amyloid, pengaruh logam alumunium,
akibat infeksi virus lambat atau pengaruh lingkungan lain.
Gejala klinik dementia Alzheimer biasanya berupa awitannya yang gradual
yang berlanjut secara lambat, biasanya dapat dibedakan dalam 3 fase. (Whalley,
1997)
Fase 1 : ditandai dengan gangguan memori subyektif, konsentrasi buruk dan
gangguan visuo-spatial. Lingkungan yg biasa menjadi seperti asing,
sukar menemukan jalan pulang yang biasa dilalui. Penderita mungkin
mengeluhkan agnosis kanan-kiri. Bahkan pada fase dini rasa tilikan
(insight) sering sudah terganggu.
Fase II : terjadi tanda yang mengarah ke kerusakan fokal-kortikal, walaupun
tidak terlihat pola deficit yang khas. Simptom yang disebabkan oleh
disfungsi lobus parietalis (missal agnosia, dispraksia dan akalkulia)
sering terdapat. Gejala neurologik mungkin termasuk antara lain
tanggapan ekstensor plantaris dan beberapa kelemahan fasial. Delusi dan
halusinasi mungkin terdapat, walaupun pembicaraan mungkin masih
kelihatan normal.
Fase III : pembicaraan terganggu berat, mungkin sama sekali hilang. Penderita
tampak terus menerus apatik. Banyak penderita tidak mengenali diri
sendiri atau orang yang dikenalnya. Dengan berlanjutnya penyakit,
penderita sering hanya berbaring ditempat tidur, inkontinen baik urin
maupun alvi. Sering disertai serangan kejang epileptik gradmal. Gejala
neurologik menunjukkan gangguan berat dari gerak langkah (gait), tonus
34
otot dan gambaran yang mengarah pada sindrom Kluver-Bucy (apati,
gangguan pengenalan, gerak mulut tak terkontrol, hiperseksualitas,
amnesia dan bulimia)
Rata-rata lama penyakit sejak dari diagnosis awal sampai kematian berkisar
antara 9,3 tahun (antara 8-15 tahun).
Penyakit degeneratif primer adalah suatu diagnosis klinik, dimana diagnosis
dibuat dengan menyingkirkan diagnosis lain. Diagnosis pasti hanya dapat dibuat
dengan otopsi biopsi otak. Harus diingat bahwa dapatan atrofi otak pada akan
tomografi computer atau MRI tidak diagnostik atau spesifik untuk dementia,
karena dapatan tersebut bias terjadi pada proses menua normal.
Gangguan Kognitif Ringan (= Mild Cognitive Impairment = MCI)
Akhir akhir ini dikalangan para ahli terdapat pendapat yang menyatakan
adanya suatu bentuk transisi antara keadaan normal dan dementia Alzheimer,
yang disebut sebagai mild cognitive impairment (gangguan kognitif ringan)
dengan kriteria sebagai berikut (Petersen,1999):
1. Keluhan gangguan memori, lebih baik apabila dikemukakan oleh keluarga
atau perumat
2. Adanya gangguan memori pada pemeriksaan obyektif
3. Fungsi kognitif secara umum baik
4. AHS/ADL intak
5. Tidak mengalami dementia
Akhir-akhir ini kriteria MCI yang sering dipakai adalah (a) penderita bisa
normal atau dement (b) terdapat bukti memburuknya fungsi kognitif, baik dari
pemeriksaan obyektif pemburukan seiring berjalannya waktu maupun laporan
subyektif dari penderita sendiri maupun dari informan (c) ADL tetap
dipertahankan dan fungsi instrumental kompleks masih intak atau terganggu
minimal (Winblad et al,2004)
Walaupun tidak semua penderita dengan MCI akan menjadi demen,
banyak diantaranya yang berkembang menjadi dementia Alzheimer. Perubahan
menjadi Alzheimer ini dilaporkan antara 2-31%/ tahun (Bruscoli, Livestone,
35
2004). Perubahan ini lebih banyak terjadi pada mereka yang dirawat di klinik
dibanding mereka yang tinggal di masyarakat.
b) Dementia multi-infark
Dementia ini merupakan jenis kedua terbanyak setelah penyakit Alzheimer.
Bias didapatkan secara tersendiri atau bersama dengan dementia jenis lain.
Didapatkan sebagai akibat/gejala sisa dari stroke kortikal atau subkortikal yang
berulang. Oleh karena lesi di otak seringkali tidak terlalu besar, gejala strokenya
(berupa deficit neurologic) tidak jelas terlihat. Dapatan yang khas adalah bahwa
gejala dan tanda menunjukkan penurunan bertingkat (stepwise), dimana setiap
episode akut menurunkan keadaan kognitifnya. Hal ini berbeda dengan dapatan
pada penyakit Alzheimer, dimana gejala dan tanda akan berlangsung progresif.
Pemeriksaan dengan skan tomografi terkomputer (skan TK) sering tiddak
menunjukkan lesi. Dengan MRI, lesi sering bisaa dideteksi, pemeriksaan dengan
skor Hachinsky dapat membantu penegakan diagnosis dementia jenis ini. Satu
Jenis dementia tipe vaskuer lain, yaitu dementia senilis tipe Binswanger sulit
dibedakan engan dementia multi-infark
c) Dementia dengan badan Lewy
Saat ini penyakit yang ditandai adanya badan Lewy dsi. adanya ikatakan
meliputi suatu spectrum yang luas, mulai dari keadaan preklinik dengan gejala
ringan akibat adanya badan Lewy di subkorteks serebri, penyakit Parkinson
sampai sengan terjadinya dementia dengan badan Lewy yang ada di batang otak
dan neokorteks. Hal terakhir ini sering juga disebut sebagai penyakit dengan
badan Lewy difuse dan dementia senilis tipe badan Lewy (dementia Lewy
Bodies/DLB)
Pada dementia jenis ini patologinya seringkali juga mempunyai gambaran
dengan dementia Alzheimer dan sangat jarang (<1%) gambaran patologis yang
hanya menunjukkan neuropatologi dementia badan Lewy
Gambaran klinik bervariasi, tetapi selalu terdapat gambaran 2 dari 3
keadaan yaitu : fluktuasi kognisi, halusinasi visual dan parkinsonisme. Dapatan
36
yang mendukung diantaranya adalah : jatuh, sinkope, hilang kesadaran sepintas,
sensitivitas neuroleptic, delusi dan halusinasi. Adanya strok harus disingkirkan,
juga penyakit lain yang mempunyai gambaran yang mirip. Gambaran klinik
khas dementia (penurunan menyeluruh fungsi kognitif yang mengganggu fungsi
sosial dan okupasional) haruslah juga didapati. Dibandingkan dengan AD, maka
gangguan memori pada DBL didapatkan lebih ringaan, sedang dengan dementia
vaskuler, profil neuropsikologiknya hamper serupa, akan tetapi untuk memori
yang baru pada DLB lebih ringan katimbang dementia vaskuler.
d) Dementia fronto temporak
Sindroma dementia bias diakibatkan oleh suatu proses degeneratfi diregio
korteks anterior otak, yang secara neuropatologis berbeda dengan dementia
Alzheimer, dementia karena penyakit Pick dan dementia akibat penyakit
motorneuron. Pencitraan neurologic fungsional menunjukkan penurunan
metabolism otak di daerah lobus temporal anterior dan frontal. Gambaran klinis
menggambarkan distribusi topografik daerah korteks temporal yang terkena,
bias uni-maupun bilateral. Secara klinis menunjukkan gambaran gangguan
prilaku yang luas dengan awitan yang menyelinap dan biasanya terjadi antara
usia 40-70 tahun (rata-rata lebih muda dibanding dengan usia AD).
Sindroma ini merupakan suatu keadaan yang sangat heterogen, yang
namanya lebih menunjukkan lokasi lesi katimbang kelainan patologiknya.
Kelainan patologi bias berbeda-beda bias berupa : penyakit PICK, AD, penyakit
motor neuron atau perubahan nonspesifik yang disertai spongiosis.
e) Demensia Pada Penyakit Neurologik ( Bocklehurst and Allen, 1987)
Berbagai penyakit neurologik sering disertai dengan gejala dementia.
Diantaranya yang tersering adalah penyakit Parkinson, Khorea Huntingtong dan
Hidrosefalus bertekanan normal. Hidrosefalus bertekanan normal jarang sekali
dijumpai. Kecurigaan akan keadaan ini perlu diwaspadai, bila pada skan TK atau
MRI didapatkan pelebaran ventrikel melebihi proporsi dibandingkan atrofi
37
kortikal otak. Gejala mirip dementia subkortikal, yaitu selain didapatkan
dementia juga gejala postur dan langkah (gait) serta depresi.
f) Sindroma amnestik dan “pelupa benigna akibat penuaan”
Pada dua keadaan di atas, gejala utama adalah ganggua memori (daya
ingat), sedangkan pada dementia terdapat gangguan pada fungsi intelektual yang
lain. Pada sindroma amnestik terdapat gangguan pada daya ingat hal yang baru
terjadi. Biasanya penyebabnya adalah:
1. Defisiensi tiamin (sering akibat pemakaian alkohol berlebihan)
2. Lesi pada struktur otak bagian temporal tengah (akibat trauma atau anoksia)
3. Iskemia global transien (sepintas) akibat infusiensi serebrovaskuler
Pelupa benigna akibat penuaan, biasanya terlihat sebagai gangguan ringan
daya ingat yang tidak progresif dan tidak mengganggu aktivitas hidup sehari-
hari. Biasanya dikenali oleh keluarga atau teman, karena sering mengulang
pertanyaan yang sama atau lupa pada kejadian yang baru terjadi. Perlu observasi
beberapa bulan untuk membedakannya dengan demetia yang sebenarnya. Bila
gangguan daya ingat bertambah progresif disertai dengan gangguan intelek yang
lain, maka kemungkinan besar diagnosis demetia dapat ditegakkan.
Diagnosis banding berbagai demetia (kane et al, 1994; folstein, 1990;Mc
Keith, 1997; Hadi-Martono 1997)
Gejala awal dementia terutama penyakit Alzheimer sering menyelinap,
antara lain menjadi pelupa, cenderung salah menempatkan barang-barang dan
pengulangan kata-kata atau perbuatan. Kemampuan bicara atau sosialisasi
sementara masih baik. Bila demetia berlanjut, gangguan diatas makin memberat,
penderita mungkin tidak mampu bekerja, tidak mampu menangani keuangannya
dan sering tersesat. Gejala psikologik mungkin mulai terlihat, antara lain depresi,
kecemasan, tidak bisa diam, apatis dan paranoid. Seringkali gejala ini
dikeluhkan oleh keluarganya. Beberapa gejala tersebut bisa memperberat
dementia dan sering bisa dikendalikan dengan obat. Oleh karena itu penggunaan
penapisan gangguan kognitif sederhana (misalnya dengan tes PPSM=MMSE,
38
terlampir) harus selalu dikerjakan pada setiap penderita geriatri. Adanya
gangguan kognitif berat harus ditindaklanjuti dengen pemeriksaan lebih lanjut.
Berbagai dapatan fisik perlu dicari untuk membedakan jenis demetia.
Hipertensi, gangguan kognitif, gangguan neurologik fokal mungkin
mengarahkan pada dementia multi infark. Berbagai refleks patologik misalnya
tanda glabellar, mengisap dari palmomental tidak mempunyai arti spesifik,
karena bisa terdapat dalam berbagai jenis demetia dan bahkan pada populasi
lansia normal. Pada Alzheimer lebih sering didapati tanda pelepasan lobus
frontalis (frontal lobe release sign), stereognosis yang terganggu, grafestesia dan
abnormalitas uji serebelar. Tabel pada lampiran menunjukkan perbedaan
karakterikstik klinik antara demetia depresif, tipe Alzheimer dan tipe multi-
infrak.
D. Penatalaksanaan Dementia
Walaupun penyembuhan total pada berbagai bentuk demetia biasanya tidak
mungkin, dengan penatalaksanaan yang optimal dapat dicapai perbaikan hidup
sehari-hari dari penderita (dan juga dari keluarga dan atau yang merawat).
Prinsip utama penatalaksanaan penderita dapat dilihat pada tabel 8
Tabel 8. Prinsip utama penatalaksanaan penderita dementia
a. Optimalkan fungsi dari penderita
- Obati penyakit yang mendasarinya (hipertensi, penyakit Parkinson)
- Hindari pemakaian obat yang memberikan efek samping pada SSP
(kecuali bila dibutuhkan untuk penatalaksanaan gangguan psikologik
atau prilaku)
- Ases keadaan lingkungan, kalau perlu buat perubahan
- Upayakan aktivitas mental dan fisik
- Hindari situasi yang menekan kemampuan mental, gunakan alat bantu
memori dimana mungkin
- Persiapkan penderita bila akan berpindah tempat
- Tekankan perbaikan gizi
39
b. Kenali dan obati komplikasi
- Mengembara dan berbagai perilaku merusak
- Gangguan perilaku lain
- Agitasi atau agresivitas
- Inkontinensia
c. Upayakan perumatan berkesinambungan
- Re-ases keadaan kognitif dan fisik
- Pengobatan gangguan medik
d. Upaya informasi medis bagi penderita dan keluarga
- Berbagai hal tentang penyakitnya
- Kemungkinan gangguan/ kelainan yang bisa terjadi
- Prognosis
e. Upayakan informasi pelayanan sosial yang ada pada penderita dan
keluarganya
- Berbagai pelayanan kesehatan masyarakat
- Nasihat hukum dan atau keuangan
f. Upaya nasihat keluarga untuk
- Pengenalan dan cara atasi konflik keluarga
- Penanganan rasa marah atau rasa bersalah
- Pengambilan keputusan untuk perumatan respite atau institusi
- Kepentigan-kepentingan hukum atau masalah etik
Dari: Kane RL et al, 1994
Beberapa kemungkinan penatalaksanaan secara sosial penderita
beradasarkan derajat berat penyakitnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9. Berbagai gambaran demetia dengan pemecahan sosialnya
Derajat sakit Gambaran klinik Kemungkinan
pemecahan sosial
Ringan Alpa dan pelupa. Cenderung Dapat dipertahankan
40
Sedang(tanpa
disabilitas medis)
untuk melalaikan pekerjaan
dirumah, tapi sering masih
bisa mengerjakan pekerjaan
yang mudah dengan aman
(masak sederhana). Tak
ngompol, kebersihan pribadi
masih baik, masih bisa
mengenali orang/ alamat
sendiri, mengetahui jalan
sekitar rumah. Pembicaraan
terbatas tapi masih bisa di
mengerti. Mampu
mengerjakan tugas khusus
tertentu.
“Pengembara yang gembira”
seringkali tersesat diluar
rumah, tak tahu alamat
sendiri. Cenderung
kecelakaan: biarkan gas
terbuka, masak sampai
hangus, tak hati-hati dengan
api. Dapur terbengkalai. Tak
hiraukan untuk beli makanan.
Tidur seenaknya dan
mengompol.
Seperti diatas, akan tetapi
mobilitas terbatas. Mungkin
hidup dirumah sendiri,
bila kompetensi masih
ada dan suami / isteri /
keluarga yang setia.
Bila janda /duda atau
hidup sendiri biasanya
memerlukan bantuan
tetangga. Pengiriman
makanan atau
membantu pekerjaan
rumah. Perlu
dukungan diklinik
Lansia siang (geriatric
dan hospital), pusat
lansia atau rawatan
respite.
Bila janda / duda atau
hidu sendiri, tak aman
hidup dirumah sendiri,
tapi mungkin bisa
bertahan dengan suami
/ isteri/ keluarga yang
sangat berbakti.
Mereka yang tak
mempunyai keluarga
memerlukan tempat di
panti-werdha, panti
rawatan mental untuk
lansia.
Tak tepat untuk hidup
sendiri, tak aman
41
Sedang (dengan
disabilitas medis, misal
stroke, jatuh, artritis
berta)
Berat (tanpa disabilitas
medis)
terpancang ditempat tidur
atau dikursi.
Gangguan memori berat, tak
hirau sama sekali pada
hiegiene pribadi. Sering
ngompol/ ngobrok. Tak
berusaha untuk masak atau
memelihara diri pembicaraan
kacau, inkoheren.
Seperti diatas, tapi
terpancang ditempat tidur
atau dikursi.
hidup dirumah sendiri,
tak mungkin bisa
bertahan dengan suami
/isteri /keluarga yang
sangat berbakti.
Mereka yang tak
mempunyai keluarga
memerlukan rawatan
rumah sakit. Tak
cocok untuk di panti
hunian. Seringkali
memerlukan tempat di
institusi rawat jangka
panjang.
Jarang sekali keluarga
yang mampu
menangani sendiri
keadaan ini. Penderita
memerlukan rawatan
institusi jangka
panjang, seringkali di
unit psiko-geriatri.
Memerlukan rawatan
jangka panjang
dibawah pengawasan
geriatri.
42
Berat(dengan disabilitas
medis)
Selama ini pengobatan dementia terutama jenis Alzheimer atau SDAT
hanya ditujukan pada berbagai perubahan prilaku. Penelitian-penelitian terakhir
menunjukkan beberapa kemajuan. Beberapa jenis obat yang berdasarkan pada
patogenesis berkurangnya asetilkolin, yaitu dengan obat golongan penghambat
asetilkolin-esterase, antara lain takrin (ditarik dari peredaran karena efek
sampingnya), donepesil, rivastigmin dan galantamin. Juga golongan antagonis
N-metil-D-aspartat, memantin. Obat-obat tersebut juga sudah disetujui
dibeberapa negara untuk pengobatan berbagai stadium penyakit Alzheimer dan
dementia vaskuler. Beberapa laporan pendahuluan menunjukkan hasil yang
positif. Walaupun demekian mengingat harganya yang mahal dan harus
diberikan seumur hidup menyebabkan pertimbangan penggunaan menjadi tidak
mudah.
E. Pencegahan Dementia
Dari tinjauan diatas maka sangat penting bagi pemerintah dan masyarakat
untuk mengetahui apakah saat ini sudah dimungkinkan pencegahan terhadap
dementia, mengingat dementia merupakan salah satu sindroma yang oleh WHO
dianggap sebagai salah satu yang menurunkan harkat kemanusiaan. Suatu panel
ahli australia yang beranggautakan geriatris dan psikogeriatris membuat suatu
tinjauan tentang faktor risiko dan pencegahan berdasarkan penelitian dari
seluruh dunia, kemudian memberi kesimpulan sebagai berikut:
Direkomendasikan pada masyarakat dalam rangka strategi pencegahan
demesia untuk:
1. Secara teratur memeriksa tekanan darah dan mengupayakan agar tekanan
darah yang tinggi dan risiko vaskuler lain dikendalikan dengan baik
2. Pencegahan dan perlingdungan terjdainya cedra kepala terutama yang berat
43
3. Tetap melakukan kegiatan yang merangsang intelek dan mengupayakan
aktivitas sosial dan aktivitas untuk menghibur diri (leisure activities)
4. Mencegah paparan medan elektromagnetik dengan jalan menggunakan
mesin elektromagnet yang berpelindung (ponsel dan komputer tidak
termasuk)
5. Mengupayakan diet yang cukup vitamin E, apabila dari diet tidak mencukupi
dianjurkan suplemen tetapi tidak lebih dari 400U/ hari
6. Mengupayakan makanan yang sehat, jangan terlalu banyak lemak
7. Mengupayakan asupan vit B12 dan asam folat yang cukup, dan berikan
suplemen kalau diet tidak mencukupi atau kadar homosistein tinggi
8. Pada minum alkohol dianjurkan terus minum dalam takaran rendah samapai
sedang, akan tetapi kalau bukan peminum lebih baik tidak memulai
meminum alkohol
9. Tidak merokok
10. Agar tetap selalu aktif secara fisik dan mengupayakan tidur yang cukup
Sedangkan rekomendasi berikut ini diberikan akibat tidak adanya bukti yang
mendukung kegunaannya dalam pencegahan demensia yaitu:
11. Jangan menggunakan statin untuk pencegahan demensia
12. Jangan menggunakan obat anti-inflamatorik /NSAID
13. Jangan menggunakan TSH/HRT/estrogen untuk pencegahan demensia
14. Jangan menggunakan inhibitor kolesterase (galantamin, donepesil,
rivastigmin) atau memantin untuk pencegahan demensia.
44
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan meningkatnya populasi lanjut usia di Indonesia, berbagai masalah
kesehatan dan penyakit yang khas terdapat pada usia lanjut akan meningkat. Salah satu
masalah kesehatan yang akan banyak dihadapi adalah gangguan kognitif yang
bermanifestasi secara akut berupa konfusio (gagal otak akut) dan kronis berupa demetia
(gagal otak kronis). Peranan asesmen geriatri dalam diagnosis kedua masalah tersebut
sangat besar, karena meningkatkan ketepatan diagnosis pada konfusio dan
menyingkirkan diagnosis jenis dementia yang reversibel. Penatalaksanaan konfusio
tergantung dari diagnosis yang didapatkan.
Pada jenis dementia primer, terutama penyakit Alzheimer atau dementia senilis
tipe Alzheimer, walaupun pengobatan untuk penyakit primer saat ini belum
dimungkinkan penatalaksanaan berbagai aspek prilaku baik dengan atau tanpa
obat/obatan masih dimungkinkan. Berbagai obat yang bersifat penghambat anti-kolin-
esterase, yang bertujuan meningkatkan kadar asetikolin sesuai dengan patogenesis
penyakit Alzheimer, antara lain inhibitor kholin esterase dan inhibitor N-metil D-
asparatat, saat ini sudah ada dipasaran, walaupun terhambat oleh harga dan faktor
penggunaanya yang harus seumur hidup.
Penelitian-penelitian masih intensif dilakukan dalam hal pencegahan demensia.
Suatu panel ahli geriatris dan psikogeriatris Australia membuat rekomendasi berbagai
strategi perubahan gaya hidup untuk pencegahan demensia. Berbagai macam terapi
anatara lain terapi gen, vaksinasi untuk terapi dan pencegahan demensia saat ini masih
berjalan.