707.pdf

37
LAPORAN AKHIR PENELITIAN INSENTIF RISTEK TAHUN 2010 Efektifitas Daun Gamal ( Gliricidia sepium) Sebagai Obat Penyakit Pada Kambing Dengan Tingkat Kesembuhan >95°/o (Efektifitas Daun Gamal ( Gliricidia sepium) Dengan Zat Aktif Utama 10- 15% Coumarin Sebagai Obat Penyakit Scabies Pada Kambing Dengan Tingkat Kesembuhan >95%) BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2010 1

Upload: dicky-pratama

Post on 10-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 707.pdf

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN INSENTIF RISTEK

TAHUN 2010

Efektifitas Daun Gamal ( Gliricidia sepium) Sebagai Obat

Penyakit Scabi~s Pada Kambing Dengan Tingkat

Kesembuhan >95°/o

(Efektifitas Daun Gamal ( Gliricidia sepium) Dengan Zat Aktif Utama 10-

15% Coumarin Sebagai Obat Penyakit Scabies Pada Kambing Dengan

Tingkat Kesembuhan >95%)

BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

DEPARTEMEN PERTANIAN 2010

1

Page 2: 707.pdf

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN INSENnF RISTEK

TAHUN 2010

Efektifitas Daun Gamal ( Gliricidia sepium) Sebagai Obat

Penyakit Scabies Pada Kambing Dengan Tingkat

Kesembuhan >95°/o

(Efektifitas Daun Gamal (Giiricidia sepium) Dengan Zat Aktif Utama 10-

15% Coumarin Sebagai Obat Penyakit Scabies Pada Kambing Dengan

Tingkat Kesembuhan >95%)

Oleh:

Dyah Haryuningtyas S Yuningsih

S. Endah Estuningsih

BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER BADAN PENEUTIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

DEPARTEMEN PERTANIAN 2010

2

Page 3: 707.pdf

Lembar Pengesahan

1. Judul Kegiatan : Efektifitas Daun Gamal (G/iricidia sepium)

Sebagai Obat Penyakit Scabies Pada Kambing Oengan Tingkat

Kesembuhan 95%.

2. Penanggung J~wab

3. Jabatan

1. Stru ktu ra I ii. Fungsional

4. Unit Kerja 5. Mulai-Akhir 6. Lokasi Kegiatan 7. Biaya Kegiatan 8. Sumber Biaya

Mengetahui Plh. Kepala Kepala Balai Besar P~~ Veteriner

: Drh. Oyah Haryuningtyas S, MSi

: Jl. RE Martadinata 30 Bogar 16114

: Peneliti Muda

: Balai Besar Penelitian Veteriner : Februari 2010- Nopember 2010 :Bogar : Rp. 141.654.545,-: Ristek 2010

3

Penanggung Jawab Kegiatan

~~ Drh. Dyah Haryuningtyas S, MSi NIP. 19740614 200003 2 001

Page 4: 707.pdf

RINGKASAN

Scabies merupakan penyakit parasit menular pada kulit yang disebabkan oleh

Sir.:Dptes scabiei. Penyakit ini masih merupakan proplem penting pada kambing di

l'"lrVv'\A .. ia. laporan terakhir kasus scabies di Jawa mencapai 47,5% tahun 2006.

Pengobatan scabies dengan obat sintetik mepunyai kendala harga obat yang

, sulit ditemukan di pedesaan dan resiko terjadinya resistensi jika sering

~ akan sehingga akarisida nabati untuk obat scabies perlu dikembangkan lebih

sebagai alternatif pengobatan scabies pada kambing yang mudah didapat,

serta ramah lingkungan . .

Hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa hasil uji potensi ekstrak 3 macam

aman (biji bengkuang, biji srikaya dan daun gamal} secara invivo terhadap

gau Sarcoptes scabiei pada kambing diketahui bahwa ef<strak etanol daun gamal

memberikan hasil yang baik sebagai akarisida nabati pada kambing tanpa efek

samping. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui potensi ekstrak daun

gamal (Giiricidia sepium) dengan pelarut minyak (sebagai pelarut bahan aktif

arin} sehingga diperoleh fonnula akarisida nabati yang efektif, efisien, mudah

roleh dan mudah aplikasinya. Penelitian ini akan dilakukan dalam 7 tahapan

·· (1) lnfestasi buatan S. Scabiei pada kambing, (2) Analisis kumarin dalam daun

;amal (3) Preparasi ekstrak minyak kelapa daun gamat dengan 4 variasi konsentrasi

6.25%, 12,5%, 25% dan 50%) (4) Aplikasi ekstrak minyak daun gamal pada

~bing terinfestasi scabies (5) Uji stabilitas fonnula (monitoring kandungan kumarin

lalam ekstrak) pada perlakuan penyimpanan (6) Uji keamanan fonnula (uji iritasi

ulit dan iritasi mata) dan (7) Aplikasi fonnula pada hewan kambing yang terinfestasi

scabies di lapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun gamal segar yang

'Tlengandung kumarin :t 1000 ppm (dari tanaman gamal berumur lebih dari 6 bulan)

dapat menurunkan 1 00% populasi tung au S.scabiei dengan ekstrak minyak daun

gamal konsentrasi 50% setelah 2x pengobatan (interval 1 minggu). Walaupun hasil

·· stabilitas kumarin menunjukkan tidak stabil dalam perlakuan penyimpanan (stabil

aksimal 1 minggu). Selanjutnya hasil uji keamanan menunjukkan tidak terjadi iri

tasi kulit dan mata sehingga aman digunakan. Hasil aplikasi fonnula pada 79 ekor

ambing di lapang menunjukkan hasil pengamatan yang sama seperti pada hewan

percobaan (efektif dan efisien).

Kata kunci: Sarcoptes scabiei, kambing, daun gamal

4

Page 5: 707.pdf

PRAKATA

Scabies merupakan penyakit kulit yang masih menjadi masalah penting pada

t:mak kambing, khususnya kambing yang dipelihara secara tradisional di pedesaan.

i?enanggulangan penyakit ini seringkali menjadi kendala karena harga obat yang

-.ahal dan sulit ditemukan di pedesaan. Pada penelitian terdahulu telah dilakukan

:e1apisan berbagai ekstrak tanaman, seperti tanaman jarak pagar, kemalakian ,

:eogkuang, sirsak, srikaya dan gamal yang diduga mempunyai efek akatisida

·~dap tungau S. scabiei pacta kambing. Hasil penelitian tersebut diketahui daun

gamal mempunyai efek sebagai akatisida nabati yang potensial tanpa efek samping.

Pada penelitian ini dilakukan uji efektititas, k.eamanan dan k.estabilan daun gamal

sebagai akatisida nabati sehingga diperoleh fonnula yang efektif dalam aplikasinya.

Penelitian ini terlaksana atas bantuan dati Sdr. Eko S Purwanto, Farlin N & Sukatma,

reknisi dari bagian Parasitologi juga Sdr. Mihardja teknisi dati Bag. Toksikologi serta

Bpk. Anung dan Bpk. Dading sebagai petugas kandang yang mengurus hewan

percobaan serta semua pihak yang telah ikut membantu terlaksananya penelitian

ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada Insentif Ristek 2010 sebagai penyandang dana dan semoga

laporan ini bermanfaat sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

5

Page 6: 707.pdf

DAFTARISI

an pengesahan ........... ..... .. .. . . .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .. . . . . . . . ... . . . . . . .. . . . . . . . . .. . 3 kasan........................................................................................................ 4

>akata............................................................................................................. 5 _attar lsi........................................................................................................... 6 8aftar T abeL... ......... ................................ ................... ...................................... 7 l:>aftar Gambar. ................................... ,............. ... ................ .... ...... ........ .. ......... 8 '3ab I Pendahuluan........ .............................. .... .... .. .... ........... .. ............. ... ........ 9 Sab II Tinjauan Pustaka.... ... .... .... ....... .. . .. .... ........ .... ... ... . .......... .... ... . ....... ..... .. 10 13ab Ill Tujuan dan Manfaat..... .. .... .. .... .... .. ...... ...... ... .... ....... ... ..... ... ... .... ....... ... . 12 3ab IV Metodologi... ............ ........... ......... ........ .... ........... ... .............. ......... ........ 13 3ab V Hasil dan Pembahasan.. .... .... .. .. .. .. . . . . .. ... . ..... .. . . ...... ... ... . .. ... . .... .... . . . .... 18 Sab VI Kesimpulan dan Saran........................... .. ............................ ... .......... .. . 35 Daftar Pustaka...... ... ......... .. ... ..... ... .. ..... ... . . . ... .... . . .... .. . . . .. .. ...... ... ... . . .. . .... .. .. ....... 36

6

Page 7: 707.pdf

DAFTAR TABEL

1 . Penilaian Reaksi Kulit..... .................... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .•. .. . . . . . . . . 17

-3bel-2. Penilaian Reaksi mata............ ................................................ 17

-:-aoe~3. Hasil uji perolehan kembali (Recovery) analisis kumarin dalam daun gamal........ ... . . . . . .. . . . . . .. . . . . . .. .. . . .. .. .. . .. .. . .. . .. ... .. .. .. . .. .. . ... ... .. . . .. . 18

-4. Hasil anaHsis kumarin dalam daun gamal yang berasal dart

Daerah Bogor dan sekitamya.. ...... ... ... ... .......... ... .. ....... ... ... ... 19 -abel-5. Hasil analisis kumarin pada tanaman gamal umur 3-8 bulan

(hasH budidaya sendiri) ..... ·.. .... .. . .... .. .. . .. .. . .. .. .. .... . .... .... . .... .. .. . 20 el-6. Rata-rata jumlah S. scabiei per 2 cm2 kerokan kulit telinga pada

pengamatan setiap minggu pada kelompok per1akuan dan kontrol.... .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. .. . . .. . .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. . . .. .. .. . . .. . . . . .. . .. . . .. . .. . 28

- abel-7. Perubahan tesio kudis sebelum dan sesudah pengobatan ekstrak minyak daun gamal (pengamatan setiap minggu selama 12 minggu)...................................................................... 28

- abel-8. Hasil analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal setelah per1akuan penyimpanan (suhu kamar) setiap bulan selama 6 bulan............................................................................................ 29

Tabel-9. Hasil analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal setelah per1akuan penyimpanan (suhu refrigerator) setiap bulan selama 6 bulan............................................................................. 29

-abei-10.Hasil analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal konsentras 50% setelah per1akuan penyimpanan (suhu kamar dan refrigerator) selama 8 minggu........................... 30

abel-11 Hasil uji iritasi mata ..................................................................... 31 abe~ 12. Hasil uji iritasi kulit .. .. .. .. . . .. .. . .. .. . . .. .. .. . . .. .. .. . .. .. .. . .. .. . . .. .. .. .. .. .. .. . . . . . .. 32 abel-13 Jumlah S. scabiei pada 2 cm2 kerokan kulit pasca pengobatan

dengan ekstrak minyak daun gamal konsentrasi 50% pada kambing di kec. Cikeusik, Pandeglang......................................... 33

7

Page 8: 707.pdf

DAFTAR GAMBAR

Gambar-1 . Tanaman gamal... ..... ...... ..... .... ..... ..... .... .......... .. .... .. ..... ..... .. .. 11 Gambar-2. Gratik persentase Rata-rata S. scabiei per 2 cm2 kerokan

kulit telinga pada pengamatan setiap minggu pasca pengobatan dengan ekstrak minyak daun gamal... ..... .... ...... 22

Gambar-3a. Kelompok 1,(Ekstrak 12,5%), Minggu 0 ............. .. 23 Gambar-3b. Kelompok 1 ,(Ekstrak 12,5%), Minggu 6 (setelah 6xpengobatan) 23 Gambar-4a. Kelompok 2,(Ekstrak 25%), Minggu 0 ..... ..... ............ .. ........... 23 Gambar-4b. Kelompok 2,(Ekstrak 25%), Mlnggu 3 (setelah 3xpengobatan) 23 Gambar--5a. Kelompok 3,(Ekstrak 50%), Minggu 0 .... .. ......... .. ................... . 24 Gambar-5b. Kelompok 3,(Ekstrak 50%), Minggu 6 (setelah 2xpengobatan 24 Gambar-6a. Kelompok 4,(Ekstrak 50%+1 %lilin), Minggu 0 .. ... .. .. ... ..... .... .. . 24 Gambar-6b. Kelompok 4,(Ekstrak 50%+1 %1ilin), Minggu 2(setetah 2xpengobatan)24 Gambar-7a. Kelompok 5,(Kontrol), Minggu 0 .. .... .. .. .. ............... .. ...... .. ... .... . 25 Gambar-7b. Kelompok 5,(Kontrol), Minggu 6 ....................... ... ...... ......... .. . 25 Gambar-8. Pertumbuha bulu kambing pada minggu ke-6... .. .... .. .. ..... ... .. .. . 25

8

Page 9: 707.pdf

BABI.PENDAHULUAN

Sampai saat ini scabies masih merupakan proplem penting pada kambing di

Indonesia. Prevalensi scabies selama 1999-2002 adalah 0,022% (BUDIANTORO,

2004). Laporan terakhir kejadian scabies di Jawa mencapai 47,5% pada tahun 2006.

Pengobatan scabies dengan obat sintetik mepunyai kendala harga obat yang

mahal, sulit ditemukan di pedesaan dan resiko te~adinya resistensi jika sering

digunakan sehingga akarisida nabati untuk obat scabies per1u dikembangkan lebih

lanjut sebagai altematif pengobatan scabies pada kambing yang mudah didapat

serta ramah lingkungan.

Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan screening potensi ekstrak

beberapa tanaman yaitu biji jarak pagar (Jatropa curcas), biji kemalakian (Croton

tiglium), biji bengkuang (Pachirizus erosus), biji sirsak (Annona muricata), biji srikaya

(Annona squamosa) dan daun gamal (Giiricidia sepium) secara invitro dan invivo

terhadap tungau Sarcoptes scabiei pada kambing. Hasil uji invitro dari ke-6 jenis

tanaman tersebut diatas hasil terbaik ditunjukkan oleh ekstrak air biji bengkuang 5%

(b/v). ekstrak air biji srikaya 5%, ekstrak aseton biji bengkuang 5%, ekstrak etanol biji

srikaya 2,5% dan ekstrak etanol daun gam at 5% dengan L T 50 rata-rata te~adi pad a

jam ke-2 sampai jam ke-5. Hasil uji invivo dari ketiga ekstrak tanaman tersebut

menunjukkan bahwa pada ekstrak air biji bengkuang 5%, ekstrak air biji srikaya 5%;

ekstrak aseton biji bengkuang 5%, ekstrak etanol biji srikaya 2,5% dan ekstrak etanol

daun gamal 5% masing-masing memerlukan 3 x, 3 x, 2 x, 2 x dan 3x pengobatan

dengan interval 1 minggu untuk menyembuhkan scabies dengan parameter tidak

ditemukan tungau dalam 2 cm2 kerokan kulit telinga kambing dan skor penyembuhan

lesio scabies. Walaupun demikian, pada pengobatan dengan ekstrak air dan etanol

dari biji srikaya timbul adanya efek samping berupa iritasi pada mata ditandai

terbentuknya selaput putih seperti katarak (sembuh dalam 2-3 minggu setelah diobati

dengan salep mata) sedangkan pada pengobatan dengan ekstrak aseton biji

bengkuang timbul efek samping yang ringan berupa iritasi kulit leher pada kambing

peka. Berdasarkan hasil pengamatan ini maka disimpulkan daun gamal mempunyai

potensi yang lebih baik untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai akarisida nabati

pada kambing tanpa efek samping.

9

Page 10: 707.pdf

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi

tungau. Sarcoptes scabiei merupakan salah satu spesies yang paling sering

menginfestasi temak kambing.Telinga dan sekitar mulut adalah tempat predileksi

yang paling umum dan sering merupakan tempat utama dan pertama populasi

tungau yang kemudian menyebar ke bagian tubuh yang lain (URGUHART, et. at., 1996; WALTON et at., 2004). Pada kambing kejadiannya adafah kronik, kadang­

kadang tampak seperti penyakit kulit yang ringan. Gejala utama adalah adanya gatal

yang terus menerus, iritasi dan terbentuk ketombe akibat garukan, serta terjadi

kerontokan bulu. Pada kasus yang kronik kulit menjadi tebal dan terbentuk keropeng

pada bagian yang tidak ditumbuhi bulu (URGUHART, et. at., 1996; WALTON and

CuRRIE, 2007). Mortalitas pada kambing muda akibat malnutrisi adalah sebesar 50-

67% (PUTRA and GUNAWAN, 1983). Selanjutnya biaya yang besar diperlukan untuk

pengobatan dengan akarisida secara ber1<elanjutan pada hewan yang terinfestasi.

Penyakit ini menyebabkan penurunan produktivitas dan kerugian ekonomi yang

cukup besar di berbagai area di Indonesia antara lain Nusa Tenggara Barat, Bali,

Lombok serta Bukittinggi, Lampung, Yogyakarta dan Maros (BUDIANTORO, 2004).

Prevalensi skabies pada kambing dilapor1<an mencapai 4-20%, terutama pada saat

musim kemarau dengan sistem pemeliharaan digembalakan. Kejadian kudis pada

temak telah tersebar luas di seluruh Indonesia, terutama pada keadaan kekurangan

pakan, di musim kemarau dan di lingkungan kandang yang kotor dengan prevalensi

4-11% (BUDIANTORO, 2004). Beberapa kasus pada hewan yang terlambat dalam

memberikan pengobatan menyebabkan terjadinya kematian disebabkan karena

dehidrasi, pneumonia dan septicaemia bakterial (ROBERTS et at. , 1971).

walaupun demikian pengobatan scabies ini tidak bisa dipisahkan dengan

manajemen kandang yang baik. Menurut PUTRA (1999) strategi program

pemberantasan scabies ditekankan pada strategi pengobatan, pemilihan obat yang

tepat serta mudah aplikasinya, pengendalian lingkungan yang mendukung terjadinya

penularan dan tingkat keparahan penderita serta adanya monitoring terhadap lalu

lintas temak sehingga dapat terawasi dengan baik.

Selama ini pengendalian hanya dilakukan dengan akarisida sintetik baik

apfikasi dengan injeksi atau secara topical disamping harganya yang mahal juga

dapat menyebabkan terjadinya resistensi. Di pihak lain, penggunaan pestisida kimia

10

Page 11: 707.pdf

Tanaman Gam a I ( Gliricidia sepium)

Gamal ( Gliricidia sepium) merupakan tumbuhan asli daerah kering-musiman

Pantai Pasifik di Amerika Tengah dan telah lama dibudidayakan serta telah dapat

tumbuh secara alami di daerah tropis. Perbanyakan Gliricidia dapat dengan mudah

dilakukan dengan mengecambahkan bijinya atau dengan stek. Perbanyakan dengan

stek lebih cepat dan lebih mudah dilakukan. Pada umur 4-6 bulan sudah siap diambil

daunnya (ELEVITCH AND FRANCIS, 2006)

Gambar-1. Tanaman Gamal

Sumber : doc. pribadi

Gamal banyak dijumpai sebagai tanaman pelindung dan daunnya (dalam

bentuk segar) biasa digunakan sebagai hijauan pakan ternak ruminansia karena

memiliki nilai nutrisi yang tinggi (kandungan protein 18-30%) dan kecemaan tinggi

(70%) meskipun cukup toksik bagi hewan yang lain misalnya kuda (DUKE, 1983).

Menurut DUKE DAN WAIN, (1981) daun dari tanaman ini mempunyai senyawa aktif

kumarin yang bersifat insektisida, rodentisida dan bakterisida. Ekstrak daun gamal

juga menunjukkan aktifitas anti jamur (STEWART, 1996). Pada pengobatan kuno

dapat digunakan sebagai obat dermatitis, gatal-gatal, repellent insekta, reumatik,

menyembuhkan luka dan mengobati scabies (Philiphine Medicinal Plants, 2009 .

Menurut DUKE AND WAIN, (1981) sifat daun gamal sebagai pestisida ini karena

keaktifan senyawa toksik kumarin yang terdapat dalam daun tersebut. Disamping itu

juga jika daun gamal mengalami pembusukan (kering) dengan adanya kontaminan

11

Page 12: 707.pdf

enurut DUKE AND WAIN, (1981) sifat daun gamal sebagai pestisida ini karena

eaktifan senyawa toksik kumarin yang terdapat dalam daun tersebut. Disamping itu

ga jika daun gamal mengalami pembusukan (kering) dengan adanya kontaminan

JSffiur maka akan ditemukan senyawa toksik dicoumarol (furan ring) sebagai derivat

coumarin yang mempunyai efek menyebabkan hemorragi dan paralysis jika

adamya melebihi 10 ppm (Cornell University Departement of Animal Science,

2010). Menurut EVERIST (1974) bahwa coumarin (senyawa kimia benzopyrone)

dalam tanaman ada 4 bentuk derivatnya yaitu : derivat pertama: dicoumarol yang

bersifat antikoagutan dan dapat menyebabkan perdarahan yang lebih luas; derivat

kedua: dihydroxycoumarine glycoside yang mempunyai sifat racun akut karena

mengandung glikosida; derivat ketiga: aflatoksin yang mempunyai sifat toksin hati

yang sangat kuat dan karsinogenik yang cukup tinggi merupakan hasil produksi dari

Aspergillus. Derivat keempat adalah furocoumarin mempunyai sifat keaktlfan

photosensitisasi yaitu bereaksi langsung merusak sel-sel jaringan dengan adanya

sinar matahari.

Uji invivo ekstrak etanol daun gamal 5% yang telah dilakukan mempunyai

efek akarisida terhadap S. scabiei dan efek erupsi (pengelupasan) keropeng scabies

yaitu keropeng terkelupas sedikit demi sedikit mulai dari permukaan. Pada 3x

pengobatan berturut-turut dengan interval 1 minggu telah diperoleh hasil kerokan

kulit kambing negatif (-) S.scabies satu minggu setelah pengobatan terakhir.

Pengobatan dengan ekstrak ini juga tidak timbul efek samping. PHILIPPINE MEDICINAL

PLANT (2009) menyebutkan bahwa ekstrak minyak daun gamal dapat digunakan

sebagai obat scabies. Sehingga dipenukan adanya penelitian lanjut untuk

mengetahui sejauh mana efektifitas ekstrak minyak daun gamal untuk pengobatan

skabies pada kambing disamping itu juga kestabilan dan keamanannya sehingga

~iperoleh formula akarisida nabati yang mudah didapat, murah dan tanpa efek

samping.

BABIII. TUJUAN DAN MANFAAT

Penefitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas, kestabilan dan

keamanan obat antiscabies dari ekstrak daun gamal (Giiricidia sepium) dalam

minyak kelapa sawit untuk memperoleh formula yang efektif dalam aplikasinya.

Penelitian ini diharapkan d~pat memberikan manfaat untuk penanggulangan

penyakit scabies pada kambing dengan obat yang efektif, mudah diperoleh, murah

dan ramah lingkungan.

12

Page 13: 707.pdf

BAB IV. METODOLOGt

A. lnfestasi buatan tungau S. Scabiei var.caprae.pada kambing normal

Sebanyak 5 ekor kambing yang terinfestasi secara alami tungau S.scabiei

akan digunakan sebagai sumber untuk infestasi 25 ekor kambing jantan sehat umur

±. 1 tahun. Metode infestasi dilakukan menurut metode yang digunakan oleh Tarigan,

(1998) dengan sedlkit modifikasi. lnfestasi dilakukan pada bagian atas daun telinga.

Bulu kulit telinga luar kambing normal dicukur seluas 2 x 2 em kemudian dikerok

dengan pisau bedah steril hingga mengeluarkan rembesan darah. Sepotong kain

katun tipis dengan serat yang rapat berukuran 3x3 em ditempelkan diatas tempat

infestasi dengan sisi kanan, kiri dan bawah ditempelkan ke kulit dengan plester

sehingga membentuk sebuah kantong. Kedalam kantong tersebut dimasukkan

sejumlah 200-300 tungau kemudian sisi atas dilekatkan ke kulit dengan ptester.

Setelah 2 hari kain dan plester dilepaskan. lnfestasi dibiarkan sampai timbul

keropeng kudis pada daun telinga. Keropeng diharapkan akan timbul dalam waktu 2-

3 minggu ditempat infestasi, kemudian menyebar dan mengenai seluruh permukaan

telinga dan kulit bagian lain setelah 1 ,5-2 bulan. Tingkat keparahan yang terjadi

ditentukan berdasarkan jumlah tungau S. scabiei pada 2 cm2 kerokan kulit telinga

dan dalam skor yang berdasarkan luas daun telinga yang terserang kudis. Skor 0

apabila di daun telinga tidak ada lesio kudis. Skor 1 terserang kudis mencapai 1-

10%, skor 2 mencapai 10-25%, skor 3 mencapai 25-50%, skor 4 mencapai 50-75%

dan skor 5 mencapai 75% termasuk infestasi pada bagian tubuh yang lain (TARIGAN,

2004). Pengamatan kambing yang diinfestasi akan dilakukan setiap minggu sekali

sampai semua kambing terinfestasi ~ 2 bulan).

B. Analisls kumarln dalam tanaman.

a. Pengembangan metoda Analisis kumarin dilakukan berdasarkan metoda menurut CELEGHINI, eta/.,

2001 ). yaitu menimbang 1 gram powder daun gamal kering dan dimasukkan dalam

tabung sentrifuge (50 ml), kemudian ditambahkan campuran etanol dan akuades

(1 :1) sebanyak 10 mi. Selanjutnya dikocok (alat vortex) selama 5 menit dan

centrifuge selama 5 manit (kecepatan 2500 rpm) dan pisahkan filtratnya dan slap

untuk dispot. Spot sebanyak 1 0 ~L pada plat KL T (Silica gel 60 F254) dan spot tarutan

standar kumarin sebanyak 1 ul dengan konsentrasi 1 000 ppm. Kemudian plat

dikembangkan datam campuran eter dan toluen (1 :1) sebanyak 10 ml dan jenuhkan

dengan ±. 3 tetes asam asetat glasial. Kemudian plat disemprot dengan 5% KOH

13

Page 14: 707.pdf

etanol dan amati intensitas fluoresensinya dibawah lampu UV dengan panjang

~lombang 366 nm. Uji kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu tambat

Rf) spot sampel dengan Rf standar. Uji kuantitatlf dilakukan dengan

-nembandingkan intensitas fluoresensi sampel dengan fluoresensi standar yang

jtketahui konsentrasinya.

b. Validasi metoda - Penetapan Limit Deteksi larutan standar kumarin

Lakukan spot larutan standar sebanyak 0,5 j.Jl; 1,0 IJL; 2,0 IJL; 3,0 IJL; 4,0

L; 5,0 IJL dengan konsentrasi 1 ppm dan 10 ppm kumarin pada plat dan deteksi

marin seperti cara yang telah dijelaskan di atas.

- Penetapan Ujl Perolehan Kembali (recovery)

Timbang 1 gram daun yang tidak mengandung kumarin (dalam bentuk

powder kering) sebagai blanko sebanyak 10 ulangan dalam tabung sentrifuge dan

ditambahkan campuran etanol dan akuades (1 :1) sebanyak 10 ml. Selanjutnya ke

dalamnya ditambahkan standar kumarin dengan konsentrasi 1 00 ppm sebanyak 50

1-JL; 25 j.JL; 12,5 IJL masing-masing dilakukan 3 ulangan dan 1 untuk blanko.

Kemudian dilanjutkan analisis kumarin seperti telah dilakukan di atas.dan spot

larutan standar sebanyak 1, 2 dan 3 ul dengan konsentrasi 10 ppm. Selanjutnya

hitung hasil uji perolehan kembali kumarin dalam daun tersebut.

c. Aplikasi pengembangan metode pada daun gamal asallapang

Hasil pengembangan metode kumarin dalam tanaman diatas diaplikasikan pada

tanaman (daun) asal beberapa lokasi di Bogor dan sekitamya (hasil sampling) dan

daun asal tanaman gamal hasil budidaya sendiri dengan menanam secara stek dan

dtumbuhkan sampai umur 8 bulan. Kemudian dilakukan analisis kumarin setiap

bulan pada bagian pucuk, daun muda dan daun tua.

C. Preparasi ekstrak minyak kelapa daun gamal

Pada bagian ini terdiri dari 2 tahap:

1. Pembuatan ekstrak minyak kelapa daun gamal asal daun yang mengandung

kumarin rukup tinggi baik asallapang maupun asal budidaya sendiri dengan

4 variasi konsentrasi (6,25%, 12,5%, 25% dan 50%). Mula-mula menimbang

6,25;12,5; 25 dan 50 gram daun gamal segar yang telah dihancurkan

kemudian masing-masing ditambahkan 100 ml minyak lalu dipanaskan

hingga mendidih (suhu > lOO"C) diatas penangas selama ljam. Selanjutnya

suhu diturunkan sampai 100°C selama 1 jam. Masing- masing hasil

14

Page 15: 707.pdf

pemanasan disaring dan filtratnya siap untuk per1akuan pengobatan pada

kambing. Penyiapan ekstrak minyak untuk perlakuan pengobatan dibuat

kurang-lebih 1 minggu sebelum pengobatan dari daun gamal yang

mengandung kumarin tinggi (±1000 ppm).

2. Metoda Analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal

Untuk mengetahui kadar kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal maka

perlu dilakukan pehgembangan metoda analisis kumarin dalam ekstrak

minyak dengan melakukan uji perolehan kembali (recovery), yaitu

penambahan standar kumarin kedalam campuran daun segar yang telah

dihanrurkan (yang tidak mengandung kumarin) dengan minyak dengan cara

sebagai berikut :limbang sebanyak 10 x 1 gram daun segar yang telah

dihanrurkan tersebut dalam cawan stainless, kemudian masing-masing

ditambah 10 ml minyak kelapa. Selanjutnya ditambah standar kumarin

dengan konsentrasi 1000 ppm sebanyak 50 IJI, 100 1-11 dan 200 1-11 (masing­

masing 3x ulangan) dan 1 untuk blanko (tanpa penambahan standar

kumarin). Kemudian dihomogenkan dengan pengaduk kaca dan panaskan

hingga mendidih, kemudian disaring dan dipisahkan filtratnya. Filtrat

diencerkan dengan eter, sebanyak 50 kali dengan cara bertahap, yaitu

pertama diencerkan 1 ml minyak dengan 9 ml eter (10 kali pengenceran).

Kemudian ambit 1 ml dari hasil penegenceran dan encerkan dengan 4 ml eter

(5 kali pengenceran), maka total pengenceran menjadi 50 kali. Kemudian

disPQt pada lempeng KL T dan selanjutnya deteksi kumarin seperti telah

dilakukan di atas dan larutan standar kumarin sebagai pembanding dengan

konsentrasi 10 ppm sebanyak 11JI.dan 2 ul.

D. Aplikasi Ekstrak Minyak Daun Gamal Pada Kambing Terinfestasi Scabies

Sebanyak 25 ekor kambing jantan kurang lebih umur 1 tahun setelah terinfestasi S.

scabiei dengan skor 1- 5 dibagi menjadi 5 kelompok (4 kelompok perlakuan dan 1

kontrol negatif). Kambing dengan tingkat keparahan yang berbeda tersebut akan

dibagi secara acak dan homogen pada ke-5 kelompok. Pengobatan dilakukan 2-3

kali berturut-turut dengan selang waktu 7 hari sampai tidak ditemukan tungau dalam

kerokan kulit kambing dan telah terjadi pengelupasan keropeng secara sempuma

pada kulit. Adapun cara pengobatan adalah dengan cara mengoleskan ekstrak

minyak daun gamal pada hewan pada masing-masing kelompok {6,25%, 12,5%,

25% dan 50%) sebanyak 100-200 ml (tergantung skore keparahan scabies) dengan

15

Page 16: 707.pdf

menggunakan kuas pada kulit kambing yang terinfestasi scabies. Parameter yang

diamati pada uji invivo ini adalah jumlah (ekor) S. scabiei dalam tiap 2 cm2 kerokan

kulit, perubahan skor lesio kudis sebelum & setelah diobati dan prosentase kematian

kambing karena scabies pada pengamatan setiap minggu selama 12 minggu

berturut ~ turut. Pada tahap ini diamati juga kemungkinan timbulnya efek samping,

efek ekstrak terhadap pertumbuhan bulu dan ada atau tidaknya reinfestasi ulang

setelah pengobatan. Setelah dilakukan pengobatan kambing dan masing-masing

kelompok dipindahkan ke kandang baru yang bebas scabies (sebelumnya disemprot

insektisida sintetis)

E. Uji stabilitas fonnula

Pada uji ini dilakukan analisis kumarin terhadap ekstrak minyak daun gamal dari

hasil perlakuan penyimpanan pada suhu kamar dan suhu refrigerator (4°C). Analisis

dilakukan pada sampel ekstrak minyak daun gamal yang terdiri dari :

• 4 macam konsentrasi ekstrak minyak daun gamal (6,25%, 12,5%, 25% dan

50%) yang dianalisis kadar kumar'in setiap bulannya sampai dengan 6 bulan

• Konsentrasi ekstrak minyak daun gamal yang efektif terhadap perlakuan

pengobatan pada kambing yang dianalisis kadar kumarin setiap minggunya

selama 8 minggu.

F. Uji Keamanan Obat (Uji lritasi Kulit dan lritasi Mata)

1. Uji lritasi Kulit (OECO, 2002)

Uji iritasi kulit dilakukan dengan mengoleskan sediaan uji pada punggung

kambing bagian kiri dan kanan yang telah dicukur rambutnya (kulit punggung tidak

boleh terluka). Penetapan uji iritasi kulit dilakukan pada 3 ekor kambing jantan dan

sehat. Kambing tersebut diistirahatkan selama 24 jam sebelum pengujian. Punggung

kiri dan kanan kambing yang dicukur tersebut diberi tanda berupa daerah seluas

kira-kira 6 cm2. Sediaan uji sebanyak 1 ml dioleskan pad a kain kasa noniritan

berukuran kira-kira 6 cm2. Kain kasa tersebut ditempel selama 1 jam pada kulit

punggung bagian kiri (bagian kanan sebagai kontrol) menggunakan perban

kemudian punggung kambing tersebut dibungkus dengan plastik wrap untuk

mencegah penguapan. Pengamatan iritasi dermal akut dilakukan pada 1 ,24,48 dan

72 jam setelah zat uji ditempelkan pada kulit punggung kambing. Hasil berupa skor

eritrema dan edema dicatat dengan mengacu Tabel-1.

16

Page 17: 707.pdf

Parameter Penilaian

Tabel-1. Penilaian Reaksi Kulit

Eri!rema dan Eschar SKORO I Tdk tLd eritrema Eritrema sangat ringan' 1 i Eritrema tampak jelas 2 ! Eritrema sedang sampai parah 3 i Eritrema parah (warna merah keunguan) sampai eschar ringan (luka dalam) 4 J

~------------~ Edema SKOR \

Tdk tjd edema 01

Edema san gat ring an Edema ringan {bagian tepi area edema sangat jelas meninggi) Edema sedang ( tinggi bag tepi area edema naik sekitar 1 mm)

2. Uji lritasi Mata (OECD, 2002)

1 2 3

Uji iritasi mata dilakukan dengan menempatkan sediaan uji pada conjuctiva mata

kambing Penetapan iritasi mata dilakukan terhadap 3 ekor kambing dewasa dan sehat

dan kambing tersebut diistirahatkan setama 24 jam sebelum pengujian. Sediaan uji

sebanyak 0,3 ml diternpatkan pada kantung konjunctiva mata kiri ( mata kanan sebagai

control), kemudian kelopak mata ditutup se!ama 9 detik. Pengamatan iritasi mata akut

dilakukan pada 1, 24, 48 dan 72 jam setelah zat uji dimasukkan ke dalam mata kambing.

Hasil berupa skor kornea, iris, konjunctiva dan khemosis dicatat dengan mengacu pada

Tabel-2.

Tabel-2. Penilaian Reaksi Mata

~m~ S~R

Tidak terjadi ulcerasi atau kekeruhan 0 Penutupan area yang tidak teratur, detail iris masih terlihat jelas 1 Area transparant masih jelas teriihat, detail iris teriihat jeias 2 Pebgerut1an area: detail iris tdk terlihat, ukuran pupil tdk bgt jelas 3 I

·-------j

Keruh iris tdk terlihat 4 ' * Daerah kekeruhan kornea harus dicatat

Iris SKOR Norma,• 0 Pembengkakan, pelebaran pembuluil darah corneal, iris tetap bereaksi thd caflaya 1 I

21 Tdkada reaksi thdcahaya, pendarahan, kerusakan

Konjunctiva ---SKOR l Kemerahan (hanya mengacu pada conjunctiva, tdk termasuk kornea dan iris) ~

I Normal . ~ Pembuluh darah nyata melebar di atas normal 1

17

Page 18: 707.pdf

i

I

I

I

Kemerahan lebih tersebar, warna merah tua, satuan pembuluh darah tdk jelas terlihat 2 Kemerahan menyebar sangat luas 3

--

Khemosis SKOR I

Pembengkakan (mengacu pada kelopak mata dan atau membran niktasi) Normal Pembengkakan di atas normal Pembengkakan yang nyata

Pembengkakan dengan kelopak yang sebagian menutup Pembengkakan dengan lebih dari sebagian kelopak tertutup

G. Aplikasi Formula pada Hewan Kambing yang terinfestasi scabies di Lapang

A.plikasi ekstrak minyak daun gamal dilakukan di daerah kantong ternak

kambing yang ban yak terinfestasi scabies (Kab. Pandeglang, Propinsi Banten).

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. lnfestasi buatan tungau S. Scabiei var.caprae.pada kambing normal

Sebanyak 25 ekor kambing telah diiakukan infestasi buatan dengan tungau

S. scabiei pada bulan Mei 2010. Pada akhir bulan Juli, kambing yang telah

terinfestasi scabies diobati dengan ekstrak min yak daun gamal.

B. Analisis Kumarin Daiam Tanaman

Hasil va!idasi dari pengembangan metoda dengan modifikasi metoda menurut

Celeghini, et al (2001) dan diperoleh Limit deteksi : 1ppm (0,001 !JQ/1-JI) dengan vo!.

Spot 0,51-JI (0,00051Jg) dan uji perolehan kembali (recovery) lihat Tabel-3

Tabel-3. Hasil Uji Perolehan Kembali (recovery) analisis kumarin da!am daun gamal --

N Standar Kumarin yang / Ulangan Hasil recovery j Hasil recovery

0 ditambahkan (1-!9) ((.I g) I (%)

1 ! 1,25 1 1,35 I 108 I

I 2 1,35 108

I ...,

1,35 108 '"' 2 I 2,5 1 I 2,7 108

I 2 2,7 I 108

I i

3 2,7 108

3 15 1 5,4 108 1

I 2 5,4 I 108 I

I l'l 5,4 1108 I - -· I"

18

0

1 I

~I 41

Page 19: 707.pdf

Rata-rata hasil uji perolehan kembali dari ketiga variasi konsentrasi penambahan

standar kumarin menunjukkan 108% (Tabel3). Sementara kriteria uji validasi metoda

analisis yang diterima kisarannya 80-120%, maka metode analisis kumarin tersebut

cukup valid.

- Aplikasi pengembangan metoda

Hasil pengembangan metoda analisis kumarin diaplikasikan terhadap sampel

tanaman asallapang,. Hasil analisis kumarin dalam daun gamal asal daerah Bogor

dan sekitamya (Jihat Tabel4).

Tabel-4. Hasil anallsls kumartn dalam daun gamal (daun tua) yang berasal dart daerah

Bogor dan sekitamya.

No I Lokasi Kadarkumarin(ppm)

1 ( Ciawl (4 sampel) 272,600,400, 800

2 I Puslitbangnak (1 sampel) I 240

3 I Cibinong (LIPI) (2 I 1100. ooo sampel)

4 I Balitro (3 sampel) 11040, 800, 800

Hasil sampling daun garnal diperoleh rata- rata dari tanaman gamal yang berumur

sekitar lthn dan lebih dari 5 tahun (telah dipanen berulang- ulang). Kemudian

diambil bagian daun yang masih segar dan terasa bau menyengat (kandungan

kumarin tinggi). Temyata daun gamal asal tanaman yang umumya lebih muda

mengnadung kumarin lebih tinggi (asal Cibinong , Balittro) dibandingkan dengan

tanaman yang berumur lebih tua (> 5 th) (asal Puslitbangnak, Ciawi) dan terlihat

tanaman telah mengalami pemotongan (panen) berulang-ulang. haraJ)<ln akan

diperoleh bahan ek.strak minyak yang efektif sebagai akarisida. ~n demikian

hasil sampling daun gamal dengan kadar yang tinggi dan terdapat dalam jumlah

banyak yaitu daun asal Balittro yang digunakan sebagai sumber untuk pembuatan

ekstrak minyak.

• Kandungan kumarin dalam claun asar tanaman gamal budidaya sendiri

Telah dilakukan monitoring kandungan kumarin pada bagian pucuk, daun muda, dan

daun tua dari tanaman gamal hasil budidaya sendiri mulai umur tanaman 3 - 8

19

Page 20: 707.pdf

bulan dengan analisis kumarin setiap bulan. Pada umur 3 sampai 5 bulan

menunjukkan bagian pucuk mengandung kumarin lebih tinggi dibandingkan bagian

daun lainnya. Setelah umur 6 bulan kandungan kumarin pada bagian pucuk mulai

menurun dan kenaikan kadar kumarin terjadi pada bagian daun muda dan tua

(Tabel-5). Makin bertambahnya umur tanaman, kandungan kumarin dalam daun

muda dan tua semakin meningkat, tetapi pada bulan ke 6 dan 7 kenaikan kandungan

kumarin tidak begitu tinggi (tetap) pada daun tua, hal ini disebabkan adanya

pergantian musim yaitu dari musim kemarau ke awal musim hujan. Disamping itu

daun yang ter1alu tua (keras dan liat) kadar kumarinnya juga akan mengalami

penurunan karena berkurangnya kandungan getah daram daun. Sementara menurut

BOTANICAL DERMATOLOGY, (2010} disebutkan bahwa kandungan kumarin

(furokumarin) tinggi ditemukan pada daun yang bergetah cukup tinggi. Maka koleksi

daun gamal lebih baik pada musim kemarau dan diambil dari daun tua yang masih

lunak sehingga diperoleh kandungan kumarin yang tinggi.

Tabel-5. Hasil anallsis kumarin pada tanaman gamal umur 3-8 bulan (hasil btJdidaya

sendlri)

No Umur tanaman gamal Kadar kumarin pada bagian daun (ppm)

(bulan)

Pucuk Daun Muda Daun Tua

1 3 1400 210 600

2 4 1200 280 620

3 5 920 BOO 840

4 6 825 1200 900

5 7 400 540 900

6 8 440 660 1320 ---

Hasil analisis kumarin dari tanaman hasil budidaya sendiri ini diketahui bahwa

tanaman gamal umur 6 bulan ke atas pada bagian daun tua mempunyai kadar

kumarin yang cukup tinggi dan dapat mulai dipanen sebagai sumber untuk

pembuatan ekstrak minyak daun gamal dalam pengobatan scabies.

0. Aplikasi Ekstrak Minyak Oaun Gamal Pada Kambing terinfestasi scabies

Hasil ekstrak minyak kelapa daun gamal (masing·masing sebanyak 1 liter)

dari masing-masing konsentrasi (6,25%; 12,5%; 25% dan 50%) digunakan untuk

pengobatan kambing pada masing-masing kelompok (5 ekor kambing{kelompok).

20

Page 21: 707.pdf

Pada hewan dengan skore lesio kudis + 3 sampai +5 (keropeng kudis sudah mulai

menyebar ke badan) diperlukan 100-200 ml (tergantung ukuran badan kambing)

untuk dioleskan pada seluruh badan untuk mencegah infestasl pacta bagian tubuh

yang lain.

1. Uji Pendahuluan aplikasi ekstrak minyak pada kambing

Sebagai uji pendahuluan telah diaplikasikan ekstrak minyak terhadap 2 ekor

kambing scabies masing-masing pada telinga bagian kiri dan kanan. Pada kambing

pertama diaplikasikan 2 macam konsentrasi ekstrak 6,25% dan 12,5%. Pada

kambing kedua aplikasi ekstrak ·konsentrasi 25% dan 50%. Setelah dilakukan

pengamatan setiap minggu terhadap perubahan skat lesio kudis (pengelupasan

keropeng). Setelah satu kali pengobatan pertama dengan konsentrasi ekstrak 50%

menunjukkan 90% keropeng terkelupas sempuma. Sedangkan pada konsentrasi

25% menunjukkan 90% keropeng terkelupas semputna setelah pengobatan kedua.

Pada konsentrasi ekstrak 12,5% dan 6,25% menunjukkan masih ditemukan

keropeng masing-masing 40% dan 70% sampai pengobatan ketiga. Berdasarkan

hasil uji pendahuluan ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi 6,25% tidak efektif

untuk pengobatan karena terlalu lama dan membutuhkan lebih banyak ulangan

pengobatan sehingga tidak perlu untuk diuji lebih lanjut. Sebagai pengganti

kelompok perlakuan dengan ekstrak 6,25% adalah perlakuan dengan ekstrak

50%+1%1ilin. Sesuai pendapat Banez, (1999) bahwa ekstrak minyak daun gamal

untuk obat scabies pada manusia dapat diaplikasikan dengan campuran lilin.

2. Uji lanjut aplikasi ekstrak pada kambing

Hasil pengobatan kambing dengan ekstrak minyak daun gamal terhadap 4 kelompok

per1akuan (5 ekor/kelompok):

Kel1 :Ekstrak minyak daun gamal konsentrasi 12.5%, 6x pengobatan interval1mgg

Kel 2 :Ekstrak minyak daun gamal konsentrasi 25%, 3x pengobatan interval1 mgg

Kel 3 :Ekstrak minyak daun gamal konsentrasi 50%, 2x pengobatan interval 1 mgg

Ke14 :Ekstrak minyak daun gamal konsentrasi 50%+ 1% lilin, 2x pengobatan

interval 1 mgg

Kel 5 :Kontrol (tidak dilakukan pengobatan)

21

Page 22: 707.pdf

Adapun hasil uji invivo aplikasi ekstrak minyak daun gamal berdasarkan jumlah S

scabiei pada 2 cm2 kerokan kulit telinga adalah sebagai berikut (Gambar 2) :

Gambar- 2. Grafik persentase Rata-rata S. Scabiei per 2 cm2 kerokan kulit telinga pada pengamatan setiap minggu pasca pengobatan dengan ekstrak minyak daun gamal.

IV 60 ---------- --'tJ IV

CIS Cl

.~ :§ 50 I :a .S o Konsentrasi 12.5% IV :t:: 40 ~ :; o Konsentrasi 25% .~

(I) c 30 o Konsentrasi 50% IV I 3 '2 20 ' o Konsentrasi 50%+1%

§ !! • • Kontrol ,...,. N 10 1 '----------....J

N E ' ~ ~ I ~ o~~~~_J--~~~~-~~

1 2 3 4 5 6 7 8

Pengamatan minggu ke-n ----- - ----------

Berdasarkan hasil pengamatan setiap minggunya menunjukkan rata-rata

te~adi penurunan jumlah tungau tiap kelompok, yaitu kelompok-1 (12.5%),

kelompok-2 (25%), kelompok-3 (50%) dan kelompok-4 (50%+1%1ilin) terjadi

penurunan jumlah tungau hingga 1 00% masing-masing setelah 3x, 2x, 1 x dan 1 x

pengobatan (Gambar-2, Tabel-6). Pada kelompok-1 walaupun sudah tidak

ditemukan tungau setelah 3 kali pengobatan, tetapi pengobatan dilanjutkan sampai 6

kali sampai diperoleh pengelupasan keropeng yang sempuma (Gambar-3a,b).

Sedangkan pengobatan ekstrak dengan konsentrasi 25% dan 50% masing-masing

3x dan 2x pengobatan untuk mendapatkan pengelupasan keropeng yang sempuma

(Gambar-4a,b dan 5a,b). Terjadinya pengelupasan keropeng secara sempuma

sangat penting karena untuk mempercepat eliminasi tungau, mempercepat proses

pertumbuhan bulu dan mencegah terjadinya reinfeksi. Konsentrasi 50% + 1% Iii in

setelah 2x pengobatan pada beberapa bagian tubuh masih ditemukan keropeng

yang menempel (pengelupasan keropeng belum sempuma, Gambar-6a,b),

Walaupun demikian tidak dilakukan pengobatan yang ketiga karena tidak efisien.

22

Page 23: 707.pdf

Kelompok 1, (Ekstrak 12,5%) Gambar-3b. Kelompok 1 (Ekstrak 12,5%)

Minggu ke-6 setelah 6x pengobatan (Score : 0)

Gambar-4b. Kelompok 2 (Ekstrak 25%)

Minggu 3 setelah 3x pengobatan (score: 0)

23

Page 24: 707.pdf

Kelompok 3 ( Ekstrak 50%)

'"'Ll ,t.. ,

Gambar-5b. Kelompok 3 (Ekstrak 50%)

Minggu ke2 (score: 0)

Gambar-6b. Kelompok 4 (Ekstrak 50% +1% lilin)

Minggu 2 setelah 2x pengobatan (Score:O)

Page 25: 707.pdf

3ambar- 7a. Kelompok kontrol tanpa pengobata

Minggu 0 (score +3)

Gambar-7b. Kelompok kontrol tanpa pengobatan

Minggu 6 (score +5)

bar-8. Pertumbuhan bulu kambing 6 minggu setelah pengobatan

Minggu ke-6

25

Page 26: 707.pdf

Pada pengamatan minggu ke-6 semua kelompok sudah menunjukkan

pertumbuhan bulu yang hampir sempuma (Gambar-8) sementara kelompok 4

(ekstrak minyak daun gamal 50%+1% lilin) beberapa bagian tubuh masih ditemukan

adanya kebotakan. Menurut BANEZ et at., (1999) dengan campuran lilin, ekstrak

minyak daun gamal akan mudah dalam penyimpanan karena menjadi beku. Tetapi

pada hasil pengamatan menunjukkan bahwa adanya lilin menghambat terjadinya

reaksi ekstrak dengan kulit yang memerlukan adanya sinar (fotoaktif) sehingga

menghambat pengelupasan keropeng (memerlukan waktu yang lebih lama untuk

mencapai pengelupasan sempuma dan akan menghambat pertumbuhan bulu).

Penurunan jumtah tungau terjadi karena efek dari kumarin yang

menyebabkan paralysis otot tungau. Menurut NICHOLSON DAN ZHANG (2005)

teTjadinya paralisis merupakan bentuk utama insekta keracunan kumarin yang

disebabkan adanya pemblokiran transport elektron pada respirasi set sehingga

produksi A TP menurun secara signifikan sehingga menyebabkan disrupsi bioenergi

otot. Terjadinya pengelupasan keropeng pada kulit setelah pengobatan ekstrak

diduga adanya adanya derivat kumarin (furocoumarin) yang bersifat fotoaktif setelah

terkena sinar matahari. Menurut PLANTS POISONOUS TO LIVESTOCK, (2010) bahwa

derivat kumarin (furocoumarin) berasal dari reaksi fotoaktif dalam tanaman yang

dapat menyebabkan pelepuhan (pengelupasan) kulit. Hasil pengamatan juga

diketahui pengelupasan keropeng terjadi lebih cepat apabila setelah pengobatan

kambing terekspose oleh sinar matahari. EVERIST (1974) menyatakan bahwa

kumarin (senyawa kimia benzopyrene) dalam tanaman ada 4 bentuk derivatnya dan

salah satunya adalah furocoumarin yang mernpunyai sifat keaktifan photosensitisasi

yaitu bereaksi langsung merusak sel-sel jaringan dengan adanya sinar matahari.

Maka dapat disimpulkan bahwa terjadinya oksidasi pada senyawa kumarin dalam

ekstrak minyak daun gamal akan membentuk furocoumarin yang dapat

menyebabkan kematian tungau S.scabei dan pengelupasan kropeng pada kambing

setelah pengobatan (obat anti skabies).

Pada pengamatan minggu ke-12 semua hewan dalam semua kelompok

perlakuan menunjukkan hasil yang sangat baik, semua hewan dalam kondisi sehat,

tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda terjadinya reinfeksi dan tidak terjadi

kematian. Pada hewan kontrol (kel-5) pada minggu ke-6 satu ekor kambing harus

diobati karena telah telinfestasi scabies yang berat (lemas dan akan mati jika tidak

segera diobab1, demikian juga terjadi pada 1 ekor kambing pada minggu ke-8 dan 3

ekor kambing pada minggu ke-9. Oari sini dapat diketahui bahwa hewan yang

26

Page 27: 707.pdf

terinfestasi scabies dengan status nutrisi yang baik rata-rata dapat bertahan hidup :t

2 bulan jika tidak diobati.

Berdasarkan hasil pengamatan dari aplikasi pengobatan dengan 4 variasi

kosentrasi diketahui bahwa konsentrasi 50% paling efektif dan efisien dibandingkan

dengan ke-3 konsentrasi yang lain (12,5%; 25% dan 50% +1% lilin) atau semakin

tinggi konsentrasi ekstrak yang diaplikasikan semakin baik efeknya sebagai akarisida

dan semakin efisien.

'2.1

Page 28: 707.pdf

Tabel-.6 Rata-rata Jumlah tungau S. Scabiei per 2 cm2 kerokan kulit telinga, badan dan kaki kambing pada pengamatan setiap minggu pada kelompok perlakuan dan kontrol.

No Jenis perlakuan

Mg1 Mg2

1 Eks.Minyak daun gamal12.5% 36 2

2 Eks.Minyak daun gamal 25% 48 t

3 Eks. Minyak daun gamal 50% 47 0

4 Eks. Minyak daun gamaf 50%+1%1ifin 58 0

5 Kontrol (tidak diobati) 21 37 L____

-~---~--- ------- --- ···----- -- - ---

Kel Jenis perlakuan

Mgg1 Mgg2

Sb.Ob

1 Eks.Minyak daun gamaf +3- +5 +1 -+4

12.5%

2 Eks.Minyak daun gamal +3- +5 0. +1

25%

3 Eks. Minyak daun gamal +3- +5 0 -+1

50%

4 Eks. Minyak daun gamal +3- +5 +1- +3

50%+1%lilin

5 Kontrol (tidak diobati) +1- +3 +1- +5

Ket : Sb.ob : sebetum pengobatan

: lv.1 : pengobatan 1 ekor kambing dengan ivermectln

: Jv.3 : pengobatan 3 ekor kambing dengan ivermectin

Mg3

1

0

0

0

38

Mgg3

0- +2

0- +1

0

().. +1

+2- +5

Jumlah Rata2 S. Scsblei dim 2 cm2 kerokan kulit telinga

Mg4 Mg5 Mg6 Mg7 Mg8 Mg9 Mg10 Mg11 Mg12

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 -0 0 0 0 0 0 0 0 0

-41 46 46 48 54 - - - -· - ---- --- -

Perubahan Score Lesio Kudis

Mgg4 Mgg5 Mgg 6 Mgg7 Mgg8 Mgg 9 Mgg 10 Mgg 11 Mgg 12

0- +1 0-+1 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0- +1 0 0 0 0 0 0 0 0

+3- +5 +3- +5 +3- +5 +3-+5 +3- +5 +3- +5 - - -lv.1 lv.1 tv. 3

28

Page 29: 707.pdf

-

E. Uji Stabilitas fonnula

Untuk mengetahui sejauh mana keberadaan kumarin dalam ekstrak minyak

daun gamal maka telah dilakukan perlakuan penyimpanan dari ke - 4 variasi

l<onsentrasi dari ekstrak minyak tersebut selama 6 bulan dan hasilnya seperti pacla

Tabel di bawah ini (Tabel-8 dan Tabel- 9).

Taber 8. Hasll analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal setelah perlakuan

penyimpanan (suhu kamar) setiap bulan selama 6 bulan.

Lama penyimpanan Kandungan Kumartn Oalam Ekstrak

(bulan) Minyak (119)

6,26% 12,5% 25% 50%

0 50 100 200 400

1 200 400 800 1600

2 400 2000 2000 800 -

3 300 1000 1000 600

4 200 500 500 400

5 100 250 250 500

6 250 500 1000 2000

Tabel 9. Hasil analisis kumarin dalam ekstrak minyak setelah perlakuan penyimpanan

(suhu refrigerator) setiap bulan selama 6 bulan.

Lama penyimpanan Kandungan Kumarin Oalam Ekstrak

(bulan) Minyak (119)

6,25% 12,5% 25% 50%

0 50 100 200 400

1 100 200 400 800

2 400 1000 2000 3000

3 400 1000 2000 3000

4 300 500 1000 2000

5 100 250 500 2000

6 125 250 500 600

29

Page 30: 707.pdf

-

Berdasarkan hasil pengamatan kandungan kumarin dalam ekstrak minyak setelah

perlakuan penyimpanan menunjukan ketidakstabilan kumarin dari masing-masing

konsentrasi baik penyimpanan pada suhu kamar maupun suhu refrigerator (tidak

dipengaruhi suhu). Menurut BoTANICAL DERMATOLOGY (2010) derivat kumarin

(furocumarin) di alam mengalami kondensasi menjadi 2 bentuk yaitu linear

furocumarin dan angular furocomarin yang masing-masing mempunyai tingkat

proses kondensasi yang berbeda dimana linear furocomarin bersifat lebih fototoksik

(pengefupasan keropeng). Ketidakstabilan kandungan kumarin kemungkinan juga

dipengaruhi homogenitas kumarin dalam minyak.

Dari hasil uji aplikasi ekstrak pada kambing diketahui bahwa ekstrak minyak

dengan konsentrasi 50% mempunyai efek yang paling efektif dan efisien. Maka perlu

diketahui sejauh mana kestabilannya pada penyimpanan setiap minggunya (Tabel-

10)

Tabel 10. Hasil analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal dengan konsentrasi

50% setelah pertakuan penyimpanan (suhu kamar dan refrigerator) sel ama 8

minggu

Lama Kandungan Kumarin Dalam

penyimpanan Ekstrak 50% (pgt

(minggu)

Suhu Kamar Suhu refrigerator

0 400 400

1 650 650

2 2000 2200 ..

3 2000 2000

4 1080 1000

5 2000 4000

6 2000 4000

7 2000 4000

8 2000 6000 · - ·

30

Page 31: 707.pdf

Berdasarkan hasil pengamatan setiap minggu, kandungan kumarin setelah

per1akuan penyimpanan pada suhu kamar dan suhu refrigerator adalah tidak stabil

seperti pada hasil monitoring kandungan kumarin setiap bulan (seperti yang telah

disebutkan diatas).

F. Uji Keamanan Obat

Ekstrak minyak daun gamal dengan konsentrasi 50% menghasilkan

pengobatan yang efektif, maka diuji keamanannya terhadap hewan dengan melihat

efek obat terhadap kulit dan mata sesuai dengan OECD

Nilai Uji lritasi Mata

Tabel-11 . Hasil uji lritasi mata pada kambing dengan ekstrak minyak daun gamal

50%

Ekstrak minyak daun gamal 50%

Jam Kambing ke- no Konjunctiva Iris Komea

1 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0

24 1 0 0 0 2 0 0 0

48 1 3 0 0 0

~ 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0

72 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0

31

Page 32: 707.pdf

Nilai Uji lritasi Kulit

Tabel-12. Hasil uji lritasi kulit pada kambing dengan ekstrak minyak daun gamal50%

Ekstrak Minyak daun gamal 50%

Jam Kambing ke- no Eritrema dan Eschar Edema

1 1 0 0 2 0 0 3 0 0

24 1 0 0 2 0 0 3 0 0

48 1 0 0 2 0 0 3 0 0

72 1 0 0 2 0 0 3 0 0

Hasil uji keamanan obat menunjukkan tidak ditemukan adanya efek samping

yang ditimbulkan setelah per1akuan ekstrak minyak daun gamal dengan konsentrasi

50% (Tabel-11 dan 12). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak minyak daun

gamal dengan konsentrasi 50% adalah aman digunakan sebagai akarisida.

G. Aplikasi Fonnula pada Hewan Kambing yang terinfestasi scabies di Lapang

Aplikasi ekstrak dilakukan pada kambing yang terkena scabies di desa

Cikeusik, kabupaten Pandeglang Propinsi Banten yang merupakan daerah kantong

temak kambing endemis scabies (angka kejadian penyakit 2%). Telah dilakukan

pengobatan pada 79 ekor kambing dengan tingkat keparahan scabies yang

bervariasi (score lesio kudis +1-+5) dengan ekstrak minyak daun gamal dengan

konsentrasi 50%. Sampling kerokan keropeng scabies dilakukan pada 18 ekor

kambing dengan hasil sebagai berikut :

32

..

Page 33: 707.pdf

No No

Hewan

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 11

8 42

9 69

10 70

11 71

12 72

13 73

14 74

15 75

16 76

17 77

18 78

-pada 2 cni kerokan kulit telinga pasca pengobatan nyak daun gamal SOOJ6 pada kambing di. Kec.

Jumlah Tungau (ekor)

Sebelum pengobatan Satu minggu setelah 1 x Satu minggu setelah 2x

pengobatan pengobatan

24 0 0

35 0 0

28 0 0

6 0 0

9 0 0

11 0 0

14 0 0

7 0 0

3 0 0

1 0 0

29 0 0

19 0 0

18 0 0

22 0 0

9 0 0

6 0 0

3 0 0

32 0 0

33

I

Page 34: 707.pdf

Gambar-9a. Kambing sea.

minyak daun gamai ~-

'=c eusik sebelum pengobatan deng

Gambar-9b. Kambing scabies di kec. Ciekeusik 1 minggu setelah 1x pengobatan

dengan ekstrak minyak daun gamal 50%.

Setelah satu kali pengobatan semua hewan yang disampling (Tabel-13

menunjukkan (-) S.scabiei pada pemeriksaan kerokan kulit (hasil pemeriksaan lab

Tetapi pada hewan dengan tingkat keparahan tinggi (+3-+5) masih terdapat les o

kudis di beberapa bagian badan walaupun (-) S. scabiei. Pengobatan dilakuKa

sebanyak 2 kali dan diperoleh pengelupasan keropeng yang sempuma.

34

Page 35: 707.pdf

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan aplikasi obat (ekstrak minyak daun gamal ) pada

hewan percobaan dan hewan lapang ( invivo) dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

• Ekstrak minyak kelapa daun gamal konsentrasi 50% paling efektif dan

efisien dalam menurunkan 1 00% populasi tungau S. scabiei dengan 2x

pengobatan interval satu minggu.

• Ekstrak minyak daun gama1 yang efektif digunakan sebagai obat scabies

berasal dari daun gamal segar yang mempunyai kandungan kumarin

cukup tinggi (sekitar 1000 ppm) yaitu dengan perkiraan umur tanaman

lebih dari 6 bulan.

• Ekstrak min yak kelapa daun gamal dengan konsentrasi 50% mempunyai

kandungan kumarin yang tidak stabil dalam penyimpanannya (stabil

maksimal 1 minggu).

• Hasil uji keamanan obat ekstrak minyak daun gamal 50% tidak

mengiritasi kulit dan mata sehingga aman digunakan.

• Hasil aplikasi obat pada hewan lapang dengan 2xpengobatan dengan

ekstrak minyak daun gamal 50% menunjukkan hasil yang efektif dan

efisien sebagai akarisida sesuai dengan hasil pengamatan pada hewan

percobaan.

35

Page 36: 707.pdf

DAFTAR PUSTAKA

BANEZ, JA, MD; NAzARENe R. MD; MEDEL, R, MD. 1999. Clinical Trial on the Effectiiveness of Glilicida sepium (Kakawati) In Treating Patients with Scabies. Infect Dis; 28(4): 147-153.

BUDIANTORO. 2004. Kerugian ekonomi akibat skabies dan kesulitan dalam pemberantasannya. Makalah pada seminar parasitologi dan toksikologi veteriner pada tanggal 20-21 April 2004. Balitvet-DFID.

,:;ELEGHINI, R, M.S., J.H.Y VILEGAS AND FERNANDO M. lANCAS. 2001. Extraction and Quantitative HPLC Analysis of Coumarine in Hydroalcoholic Extracts of Makania glomerata Spreng ('guaco") Leaves.J. BRAZ.CHEM. Soc.voL 12:6.

DUKE, J.A. 1983. GUrickJia Sepium (Jacq.) Steud. Handbook of Energy crops.unpublished.http://www.hort.purdue.edu/newcrop/duke energy/Giiricidia sepium.html

DUKE, J.A. AND WAIN, K.K. 1981. MEDICINAL PLANTS OF THE WORLD. COMPUTER INDEX WITH MORE THAN 85,000 ENTRIES. VOL 3.

ELEVITCH AND FRANCIS. 2006. Species Profiles for Pacific Island Agroforestry. www.traditionaltree.org

GRAINGE, M., AND S. AHMED, 1988. Handbooks of plants with pest control properties, John Wiley and Sons. New York. 470.

NICHOLSON, R.A.; and ZHANG, A Surangin 8: Insecticidal properties and mechaniSm underlying its transmitter releasing action in nerve terminal fractions isolated from mammalian brain. Pesticide Biochemistry and Physiology, v.53, p.152-163, 1995.

OECD. 2002. OECO Guidelines For The Testing of Chemicals: Acute Dermal Irritation/Corrosion, OECD.

OECD. 2002. OECD Guidelines For The Testing of Chemicals: Acute Eye Irritation/Corrosion, OECD.

PHIPIUNE MEDICINAL PLANT. 2009. KAKAWATE GLIRICIDIA SEPIUM. http :1 /www. stuartxchange.org!Kakawati.html

PRIJONO, D., 2003. Teknik Ekstraksi, Uji Hayati, dan Aplikasi Senyawa Bioaktif Tumbuhan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian IPB Bogor.

ROBERTS, D.W., AND VENSON, W., 1971. Use offungi for microbial control or insects. In : Burges, H.D., Hussey, N.W.(Eds.), Microbial Control of Insects and Mites. Academic Press. New York.pp 655-672.

36

Page 37: 707.pdf

PLANTS POISONOUS TO LIVESTOCi<. 2010. Coumarin Glycosides. Cornell University Departement of Animal Sdence. http://www.ansci.comeU.edu.:'plantsltoxicagents/coumarin .html

PUTRA, A.A.G. AND M. GUNAWAN. 1983. Laporan Kasus Scabies pada kambing. Efikasi Coumaphos 0,1% temadap S. scabiei var. caprae dan gambaran hematologik. Laporan Tahunan Hasil Penyidikan Penyakit Hewan di Indonesia Periode tahun 1981-1982. Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jendral Peternakan, Jakarta, hal 30-35.

PUTRA, AAG. 1999. Laporan Evaluasi Pemberantasan Scabies pada Kambing di Pulau Lombok. Laporan Teknis, Bagian Proyek Penyidikan Penyakir Hewan Wdayah VI Denpasar, T .A 1998/1999. Penyidikan Penyakit Hewan Wilayah VI Denpasar.

STEWART, J.L., and A.J . SIMONS. 1994. Gliricidia sepium: a multipurpose forage tree legume. In: Gutteridge, R.C.and H.M. Shelton (eds.). Forage Tree Legumes in Tropical Agriculture. CAB International, Oxon, UK.

TARIGAN, S. 1998. Metode pengembangbiakan dan pemanenan tungau S. scabiei. Pros seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 1-2 Desember 1998. Puslitbang Petemakan. Bogor. Hlm.1009-1017.

TARIGAN, S. 2004. Vaccination of goats with fresh extract " Sarcoptes scabiei Confers Partial Protective Immunity". JITV (11):2.Pp144-150

URGUHART G.M., ARMOUR, J , DUNCANN, J.L, DUNN, M and JENNINGS, F.W. 1996. Veterinary Parasitology. The faculty of veterinary medicine, The university of Glasglow, Scotland.

WALTON, S.F. and CuRRIE, B.J. 2007. Problem in Diagnosing Scabies, a Global Disease in Human and Animal Populations. Clinical Microbiology Reviews 20 (2) : 268-279.

37