76565742-abses-otak

21
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Abses otak (AO) adalah suatu reaksi piogenik yang terlokalisir pada jaringan otak. Kasus ini bisa terjadi pada anak dan dewasa. Infeksi yang terjadi diakibatkan oleh jamur, bakteri, parasit dan komplikasi lain, misalnya otitis media dan mastoiditis. Pada pasien yang mengalami abses otak akan rentan terhadap komplikasi-komplikasi yang sangat berbahaya bagi penderitanya, misalnya: gangguan mental, paralisis, kejang, defisit neurologis fokal, hidrosephalus serta herniasi, oleh karena itu perlu adanya penanganan yang serius terhadap kasus ini. I. 2. Permasalahan Permasalahan yang timbul sehingga disusunnya asuhan keperawatan ini adalah bagaimana seharusnya tindakan asuhan keperawatan pada sistem persarafan dengan kasus abses otak? I. 3. Tujuan Tujuan disusunnya asuhan keperawatan ini adalah: 1. Tujuan Umum Untuk memenuhi kegiatan belajar mengajar dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II (KMB II). 2. Tujuan Khusus a. Memperoleh gambaran mengenai abses otak. b. Dapat memahami tentang konsep asuhan keperawatan pasien dengan abses otak. I. 4. Manfaat Manfaat dari penyusunan asuhan keperawatan ini, yaitu: 1. Kegunaan Ilmiah a. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa

Upload: vita-sari

Post on 10-Aug-2015

53 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

abses otak jurnal

TRANSCRIPT

Page 1: 76565742-abses-otak

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang

Abses otak (AO) adalah suatu reaksi piogenik yang terlokalisir pada

jaringan otak. Kasus ini bisa terjadi pada anak dan dewasa. Infeksi yang terjadi

diakibatkan oleh jamur, bakteri, parasit dan komplikasi lain, misalnya otitis media

dan mastoiditis. Pada pasien yang mengalami abses otak akan rentan terhadap

komplikasi-komplikasi yang sangat berbahaya bagi penderitanya, misalnya:

gangguan mental, paralisis, kejang, defisit neurologis fokal, hidrosephalus serta

herniasi, oleh karena itu perlu adanya penanganan yang serius terhadap kasus ini.

I. 2. Permasalahan

Permasalahan yang timbul sehingga disusunnya asuhan keperawatan ini

adalah bagaimana seharusnya tindakan asuhan keperawatan pada sistem

persarafan dengan kasus abses otak?

I. 3. Tujuan

Tujuan disusunnya asuhan keperawatan ini adalah:

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi kegiatan belajar mengajar dari mata kuliah

Keperawatan Medikal Bedah II (KMB II).

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh gambaran mengenai abses otak.

b. Dapat memahami tentang konsep asuhan keperawatan pasien dengan abses

otak.

I. 4. Manfaat

Manfaat dari penyusunan asuhan keperawatan ini, yaitu:

1. Kegunaan Ilmiah

a. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa

Page 2: 76565742-abses-otak

b. Sebagai salah satu tugas akademik

2. Kegunaan Praktis

Bermanfaat bagi tenaga perawat dalam penerapan asuhan

keperawatan pada klien dengan abses otak

Page 3: 76565742-abses-otak

BAB II

KONSEP MEDIS

II. 1. Pengertian

Abses otak (AO) adalah suatu proses infeksi yang melibatkan parenkim

otak; terutama disebabkan oleh penyebaran infeksi dari fokus yang berdekatan

oleh penyebaran infeksi dari fokus yang berdekatan atau melaui sistem vaskular.

Timbunan abses pada daerah otak mempunyai daerah spesifik, pada daerah

cerebrum 75% dan cerebellum 25%.

II. 2. Etiologi

Penyebab dari abses otak ini antara lain, yaitu:

1. Bakteri

Bakteri yang tersering adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus

anaerob, Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus alpha hemolyticus, E.

coli dan Baeteroides. Abses oleh Staphylococcus biasanya berkembang dari

perjalanan otitis media atau fraktur kranii. Bila infeksi berasal dari sinus

paranasalis penyebabnya adalah Streptococcus aerob dan anaerob,

Staphylococcus dan Haemophilus influenzae. Abses oleh Streptococcus dan

Pneumococcus sering merupakan komplikasi infeksi paru. Abses pada

penderita jantung bawaan sianotik umumnya oleh Streptococcus anaerob.

2. Jamur

Jamur penyebab AO antara lain Nocardia asteroides, Cladosporium

trichoides dan spesies Candida dan Aspergillus.

3. Parasit

Walaupun jarang, Entamuba histolitica, suatu parasit amuba usus dapat

menimbulkan AO secara hematogen.

4. Komplikasi dari infeksi lain

Komplikasi dari infeksi telinga (otitis media, mastoiditis )hampir

setengah dari jumlah penyebab abses otak serta Komplikasi infeksi lainnya

Page 4: 76565742-abses-otak

seperti: paru-paru (bronkiektaksis,abses paru,empiema), jantung (endokarditis),

organ pelvis, gigi dan kulit.

II. 3. Patofisiologi

Mikroorganisme penyebab abses masuk ke otak dengan cara:

1. Implantasi langsung akibat trauma, tindakan operasi, pungsi lumbal.

Penyebaran infeksi kronik pada telinga, sinus, mastoid, dimana bakteri dapat

masuk ke otak dengan melalui tulang atau pembuluh darah.

2. Penyebaran bakteri dari fokus primer pada paru-paru seperti abses paru,

bronchiactasis, empyema, pada endokarditis dan perikarditis.

3. Komplikasi dari meningitis purulenta.

Fase awal abses otak ditandai dengan edema lokal, hiperemia infiltrasi

leukosit atau melunaknya parenkim. Trombisis sepsis dan edema. Beberapa hari

atau minggu dari fase awal terjadi proses liquefaction atau dinding kista berisi

pus. Kemudian terjadi ruptur, bila terjadi ruptur maka infeksi akan meluas

keseluruh otak dan bisa timbul meningitis.

AO bersifat soliter atau multipel. Yang multipel biasanya ditemukan pada

penyakit jantung bawaan sianotik; adanya shunt kanan ke kiri akan menyebabkan

darah sistemik selalu tidak jenuh sehingga sekunder terjadi polisitemia.

Polisitemia ini memudahkan terjadinya trombo-emboli. Umumnya lokasi abses

pada tempat yang sebelumnya telah mengalami infark akibat trombosis; tempat ini

menjadi rentan terhadap bakteremi atau radang ringan. Karena adanya shunt

kanan ke kin maka bakteremi yang biasanya dibersihkan oleh paru-paru sekarang

masuk langsung ke dalam sirkulasi sistemik yang kemudian ke daerah infark.

Biasanya terjadi pada umur lebih dari 2 tahun. Dua pertiga AO adalah soliter,

hanya sepertiga AO adalah multipel. Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang

yang difus pada jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan

dan kongesti jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik perdarahan. Setelah

beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat

lesi sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia, fibroblas dan makrofag

mengelilingi jaringan yang nekrotik. Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi

Page 5: 76565742-abses-otak

lama kelamaan dengan fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding

yang konsentris. Tebal kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa

sentimeter.

II. 4. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala awal dan umum dari abses otak adalah nyeri kepala, IM

menurun kesadaran mungkin dpat terjadi, kaku kuduk, kejang, defisit motorik,

adanya tandatanda peningkatan tekanan intrakranial. Tanda dan gejala lain

tergantung dari lokasi abses.

Lokasi Tanda dan Gejala Sumber Infeksi

Lobus frontalis 1. Kulit kepala lunak/lembut

2. Nyeri kepala yang terlokalisir di

frontal

3. Letargi, apatis, disorientasi

4. Hemiparesis /paralisis

5. Kontralateral

6. Demam tinggi

7. Kejang

Sinus paranasal

Lobus temporal 1. Dispagia

2. Gangguan lapang pandang

3. Distonia

4. Paralisis saraf III dan IV

5. Paralisis fasial kontralateral

cerebellum 1. Ataxia ipsilateral

2. Nystagmus

3. Dystonia

4. Kaku kuduk positif

5. Nyeri kepala pada suboccipital

6. Disfungsi saraf III, IV, V, VI.

Infeksi pada

telinga tengah

Page 6: 76565742-abses-otak

II. 5. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diganostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus

abses otak, yaitu:

1. X-ray tengkorak, sinus, mastoid, paru-paru: terdapat proses suppurative.

2. CT scan: adanya lokasi abses dan ventrikel terjadi perubahan ukuran.

3. MRI: sama halnya dengan CT scan yaitu adanya lokasi abses dan ventrikel

terjadi perubahan ukuran.

4. Biopsi otak: mengetahui jenis kuman patogen.

5. Lumbal Pungsi: meningkatnya sel darah putih, glukosa normal, protein

meningkat (kontraindikasi pada kemungkinan terjadi herniasi karena

peningkatan TIK).

II. 6. Penatalaksanaan

Penetalaksaan medis yang dilakukan pada abses otak, yaitu:

1. Penatalaksaan Umum

a. Support nutrisi: tinggi kalori dan tinggi protein.

b. Terapi peningktan TIK

c. Support fungsi tanda vital

d. fisioterapi

2. Pembedahan

3. Pengobatan

a. Antibiotik: Penicillin G, Chlorampenicol, Nafcillin, Matronidazole.

b. Glococorticosteroid: Dexamethasone

c. Anticonvulsants: Oilantin.

II. 7. Komplikasi

Kemungkinan komplikasi yang akan terjadi pada pasien dengan abses otak

adalah:

1. Gangguan mental

2. Paralisis,

3. Kejang

Page 7: 76565742-abses-otak

4. Defisit neurologis fokal

5. Hidrosephalus

6. Herniasi

Page 8: 76565742-abses-otak

BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

III. 1. Pengkajian

1. Identitas klien dan psikososial

a. usia,

b. Jenis kelamin

c. Pendidikan

d. Alamat

e. Pekerjaan

f. Agama

g. Suku bangsa

h. Reran keluarga

i. Penampilan sebelum sakit

j. Mekanisme koping

k. Tempat tinggal yang kumuh

2. Keluhan utama: nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran.

3. Riwayat penyakit sekarang: demam, anoreksi dan malaise, peninggikatan

tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal .

4. Riwayat penyakit dahulu: pernah atau tidak menderita infeksi telinga (otitis

media, mastoiditis) atau infeksi paru-paru (bronkiektaksis,abses

paru,empiema), jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit.

5. Pemeriksaan fisik

a. Tingkat kesadaran

b. Nyeri kepala

c. Nystagmus

d. Ptosis

e. Gangguan pendengaran dan penglihatan

f. Peningkatan sushu tubuh

g. Paralisis/kelemahan otot

h. Perubahan pola napas

Page 9: 76565742-abses-otak

i. Kejang

j. Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial

k. Kaku kuduk

l. Tanda brudzinski’s dan kernig’s positif

III. 2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan abses otak, yaitu:

1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses peradangan,

peningkatan tekanan intra kranial (TIK)

Ditandai dengan :

Data Subjektif (DS):

a. Klien mengatakan nyeri kepala

b. Klien mengatakan merasa mual

c. Klien mengatakan merasa lemah

d. Klien mengatakan bahwa pandangannya kabur

Data Objektif (DO):

a. Perubahan kesadaran

b. Perubahan tanda vital

c. Perubahan pola napas, bradikardia

d. Nyeri kepala

e. Muntah

f. Kelemahan motorik

g. Kerusakan pada Nervus kranial III, IV, VI, VII, VIII

h. Refleks patologis

i. Perubahan nilai ACD

j. Hasil pemeriksaan CT scan adanya edema serebri, abses

2. Resiko injuri: jatuh berhubungan dengan aktivitas kejang, penurunan kesadaran

dan status mental.

Ditandai dengan:

Data Subjektif (DS):

Kelurga klien mengatakan bahwa klien mengalami penurunan kesadaran.

Page 10: 76565742-abses-otak

Data Objektif (DO):

a. Penurunan kesadaran

b. Aktivitas kejang

c. Perubahan status mental

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan umum, defisit

neurologik.

Ditandai dengan:

Data Subjektif (DS):

Pasien mengatakan lemah.

Data Objektif (DO):

a. Paralisis, parese, hemiplegia, tremor

b. Kekuatan otot kurang

c. Kontraktur, atropi.

4. Hipertermia berhubungan dengan infeksi

Ditandai dengan:

Data Subjektif (DS):

Pasien mengatakan demam dan rasa haus.

Data Objektif (DO):

a. Suhu tubuh diatas 38o C.

b. Perubahan tanda vital

c. Kulit kering

d. Peningkatan leukosit

5. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan intake tidak adekuat,

kehilangan cairan.

Ditandai dengan:

Data Subjektif (DS):

Pasien mengatakan demam dan rasa haus, muntah

Data Objektif (DO):

a. Suhu tubuh di atas 38oC.

b. Turgor kulit kurang

c. Mukosa mulut kering

Page 11: 76565742-abses-otak

d. Urine pekat

e. Perubahan nilai elektrolit

6. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, kelemahan, mual dan muntah, intake yang tidak adekuat.

Ditandai dengan:

Data Subjektif (DS):

Pasien mengatakan tidak nafsu makan, mual dan muntah.

Data Objektif (DO):

a. Pasien tidak menghabiskan makanan yang telah disediakan

b. Diet makan

c. Penurunan BB

d. Adanya tanda-tanda kekurangan nutrisi: anemis, cepat lelah.

e. Hb dan Albumin kurang dari normal

f. Tekanan darah kurang dari normal.

7. Nyeri berhubungan dengan nyeri kepala, kaku kuduk, iritasi meningeal.

Ditandai dengan:

Data Subjektif (DS):

Pasien menguluh nyeri kepala, kaku pada leher dan merasa tidak nyaman.

Data Objektif (DO):

a. Ekspresi wajah menunjukkan rasa nyeri

b. Kaku kuduk positif

c. Peningkatan nadi

III. 3. Intervensi

Intervensi yang direncanakan pada klien dengan abses otak, yaitu:

1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses peradangan,

peningkatan tekanan intra kranial (TIK)

Kriteria hasil:

a. Mempertahankan tingkat kesadaran dan orientasi

b. Tanda vital dalam batas normal

c. Tidak terjadi defisit neurologi

Page 12: 76565742-abses-otak

Intervensi:

a. Monitor status neurologi setiap 2 jam: tingkat kesadaran, pupil, refleks,

kemampuan motorik, nyri kepala, kaku kuduk.

R/ : Tanda dari iritasi meningeal terjadi akibat peradangan dan

mengakibatkan peningkatan TIK.

b. Monitor tanda vital dan temperatur setiap 2 jam.

R/ : perubahan tekanan nadi dan bradikardia indikasi herniasi otak dan

peningkatan TIK.

c. Kurangi aktivitas yang dapat menimbulkan peningkatan TIK: batuk,

mengedan, muntah, menahan napas.

R/ : Menhindari peningktan TIK.

d. Berikan waktu istirahat yang cukup dan kurangi stimulus lingkungan.

R/ : mengurangi peningkatan TIK.

e. Tinggikan posisi kepala 30-40o pertahankan kepala pada posisi neutral,

hindari fleksi leher.

R/ : Memfasilitasi kelancaran aliran darah vena.

f. Kolaborasi dalam pemberian diuretik osmotik, steroid, oksigen, antibiotik.

R/ : Mengurangi edema serebral, memenuhi kebutuhan oksigenasi,

menghilangkan faktor penyebab.

2. Resiko injuri: jatuh berhubungan dengan aktivitas kejang, penurunan kesadaran

dan status mental.

Kriteria hasil:

a. Mempertahankan tingkat kesadaran dan orientasi

b. Kejang tidak terjadi

c. Injuri tidak terjadi

Intervensi:

a. Kaji status neurologi setiap 2 jam.

R/ : Menentukan keadaan pasien dan resiko kejang.

b. Pertahankan keamanan pasien seperti penggunaan penghalangtempat tidur,

kesiapan suction, spatel, oksigen.

R/ : Mengurangi resiko injuri dan mencegah obstruksi pernapasan.

Page 13: 76565742-abses-otak

c. Catat aktivitas kejang dan tinggal bersama pasien selama kejang.

R/ : Merencanakan intervensi lebih lanjut dan mengurangi kejang.

d. Kaji status neurologik dan tanda vital setelah kejang.

R/ : Mengetahui respon post kejang.

e. Orientasikan pasien ke lingkungan.

R/ : Setelah kejang kemungkinan pasien disorientasi.

f. Kolaborasi dalal pemberian obat anti kejang.

R/ : Mengurangi resiko kejang / menghentikan kejang.

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan umum, defisit

neurologik.

Kriteria hasil:

a. Pasien dapat mempertahankan mobilisasinya secara optimal.

b. Integritas kulit utuh.

c. Tidak terjadi atropi.

d. Tidak terjadi kontraktur.

Intervensi:

a. Kaji kemampuan mobilisasi.

R/ : Hemiparese mungkin dapat terjadi.

b. Alih posisi pasien setiap 2 jam.

R/ : Menghindari kerusakan kulit.

c. Lakukan masage bagian tubuh yang tertekan.

R/ : Melancarkan aliran darah dan mencegah dekubitus.

d. Lakukan ROM pasive.

R/ : Menghindari kontraktur dan atropi.

e. Monitor tromboemboli, konstipasi.

R/ : Komplikasi immobilitas.

f. Konsul pada ahli fisioterapi jika diperlukan.

R/ : Perencanaan yang penting lebih lanjut.

4. Hipertermia berhubungan dengan infeksi

Kriteria Hasil:

a. Suhu tubuh normal 36,5 – 37, 5o C.

Page 14: 76565742-abses-otak

b. Tanda vital normal.

c. Turgor kulit baik.

d. Pengeluaran urine tidak pekat, elektrolit dalam batas normal.

Intervensi:

a. Monitor suhu setiap 2 jam.

R/ : Mengetahui suhu tubuh.

b. Monitor tanda vital.

R/ : Efek dari peningkatan suhu adalah perubahan nadi, pernapasan dan

tekanan darah.

c. Monitor tanda-tanda dehidrasi.

R/ : Tubuh dapat kehilngan cairan melalui kulit dan penguapan.

d. Berikan obat anti pireksia.

R/ : Mengurangi suhu tubuh.

e. Berikan minum yang cukup 2000 cc/hari.

R/ : Mencegah dehidrasi.

f. Lakukan kompres dingin dan hangat.

R/ : Mengurangi suhu tubuh melalui proses konduksi.

g. Monitor tanda-tanda kejang.

R/ : Suhu tubuh yang panas berisiko terjadi kejang.

5. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan intake tidak adekuat,

kehilangan cairan.

Kriteria Hasil :

a. Suhu tubuh normal 36,5 – 37, 5o C.

b. Tanda vital normal.

c. Turgor kulit baik.

d. Pengeluaran urine tidak pekat, elektrolit dalam batas normal.

Intervensi:

a. Ukur tanda vital setiap 4 jam.

R/ : Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit menimbulkan perubahan

tanda vital seperti penurunan tekanan darah, dan peningkatan nadi.

b. Monitir hasil pemeriksaan laboratorium terutama elektrolit.

Page 15: 76565742-abses-otak

R/ : Mengetahui perbaikan atau ketidak seimbangan cairan dan elektrolit.

c. Observasi tanda-tanda dehidrasi.

R/ : Mencegah secara dini terjadinya dehidrasi.

d. Catat intake dan output cairan.

R/ : Mengetahui keseimbangan cairan.

e. Berikan minuman dalam porsi sedikit tetapi sering.

R/ : Mengurangi distensi gaster.

f. Pertahankan temperatur tubuh dalam batas normal.

R/ : Peningkatan temperatur mengakibatkan pengeluaran cairan lewat kulit

bertambah.

g. Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena.

R/ : Pemenuhan kebutuhan cairan dengan IV akan mempercepat pemulihan

dehidrasi.

h. Pertahankan dan monitor tekanan vena setral.

R/ : Tekanan vena sentral untuk mengetahui keseimbangan cairan.

6. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, kelemahan, mual dan muntah, intake yang tidak adekuat.

Kriteria hasil:

a. Nafsu makan pasien baik.

b. Pasien dapat menghabiskan makanan yang telah disediakan RS.

c. Terjadi peningkatan BB secara bertahap.

d. Tanda-tanda kurang nutrisi tidak ada.

e. Hb dan albumin dalam batas normal.

f. Tanda vital normal.

Intervensi:

a. Kaji makanan kesukaan pasien.

R/ : Meningkatkan selera makan pasien.

b. Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering.

R/ : Menhindari mual dan muntah.

c. Hindari berbaring kurang 1 jam setelah makan.

Page 16: 76565742-abses-otak

R/ : Posisi berbaring saat makanan dalam lambung penuh dapat

mengakibatkan refluks dan tidak nyaman.

d. Timbang BB 3 hari sekali secara periodik.

R/ : Penuruna BB berarti kebutuhan makanan kurang.

e. Berikan antiemetik 1 jam sebelum makan.

R/ : Menekan rasa mual dan muntah.

f. Kurangi minum sebelum makan.

R/ : Minum yang banyak sebelum makan mengurangi intake makanan.

g. Hindari keadaan yang dapat menggangu selera makan: lingkungan kotor,

bau, kebersihan tempat makan, suara gaduh.

R/ : Meningkatkan selera makan.

h. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan hygiene, menarik.

R/ : Meningkatkan selera makan.

i. Lakukan perawatan mulut.

R/ : Meningkatkan nafsu makan.

j. Monitor kadar Hb dan albumin.

R/ : Mengetahui status nutrisi.

7. Nyeri berhubungan dengan nyeri kepala, kaku kuduk, iritasi meningeal.

Kriteria hasil:

a. Nyeri berkurang atau tidak terjadi

b. Ekspresi wajah tidak menunjukkan rasa nyeri

c. Tanda vital dalam batas normal.

Intervensi

a. Kaji tingkat nyeri pasien.

R/ : Mengetahui derajat nyeri pasien.

b. Kaji faktor yang dapat meringankan dan memperberat nyeri.

R/ : Mengetahui penanganan yang efektif.

c. Lakukan perubahan posisi.

R/ : Meningkatkan rasa nyaman.

d. Jaga lingkungan untuk tetap nyaman: mengurangi cahaya, keadaan bising.

R/ : Meningkatkan rasa nyaman.

Page 17: 76565742-abses-otak

e. Lakukan massage pada daerah yang nyeri secara lembut, kompres hangat.

R/ : Meningkatkan relaksasi.

f. Berikan obat analgetik sesuai program.

R/ : Mengurangi nyeri.

III. 4. Implementasi

Implementasi atau tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan

intervensi pada pasien abses otak, yaitu:

1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses peradangan,

peningkatan tekanan intra kranial (TIK)

Implementasi:

a. Memonitor status neurologi setiap 2 jam: tingkat kesadaran, pupil, refleks,

kemampuan motorik, nyri kepala, kaku kuduk.

b. Memonitor tanda vital dan temperatur setiap 2 jam.

c. Mengurangi aktivitas yang dapat menimbulkan peningkatan TIK: batuk,

mengedan, muntah, menahan napas.

d. Memberikan waktu istirahat yang cukup dan kurangi stimulus lingkungan.

e. Meninggikan posisi kepala 30-40o pertahankan kepala pada posisi neutral,

hindari fleksi leher.

g. Mengkolaborasi dalam pemberian diuretik osmotik, steroid, oksigen,

antibiotik.

2. Resiko injuri: jatuh berhubungan dengan aktivitas kejang, penurunan kesadaran

dan status mental.

Implementasi:

a. Mengkaji status neurologi setiap 2 jam.

b. Mempertahankan keamanan pasien seperti penggunaan penghalang tempat

tidur, kesiapan suction, spatel, oksigen.

c. Mencatat aktivitas kejang dan tinggal bersama pasien selama kejang.

d. Mengkaji status neurologik dan tanda vital setelah kejang.

e. Mengorientasikan pasien ke lingkungan.

f. Mengkolaborasi dalam pemberian obat anti kejang.

Page 18: 76565742-abses-otak

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan umum, defisit

neurologik.

Implementasi:

a. Mengkaji kemampuan mobilisasi.

b. Mengalih posisi pasien setiap 2 jam.

c. Melakukan masage bagian tubuh yang tertekan.

d. Melakukan ROM pasive.

e. Memonitor tromboemboli, konstipasi.

f. Mengkonsultasikan pada ahli fisioterapi jika diperlukan.

4. Hipertermia berhubungan dengan infeksi

Implementasi:

a. Memonitor suhu setiap 2 jam.

b. Memonitor tanda vital.

c. Memonitor tanda-tanda dehidrasi.

d. Memberikan obat anti pireksia.

e. Memberikan minum yang cukup 2000 cc/hari.

f. Melakukan kompres dingin dan hangat.

g. Memonitor tanda-tanda kejang.

5. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan intake tidak adekuat,

kehilangan cairan.

Implementasi:

a. Mengukur tanda vital setiap 4 jam.

b. Memonitir hasil pemeriksaan laboratorium terutama elektrolit.

c. Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi.

d. Mencatat intake dan output cairan.

e. Memberikan minuman dalam porsi sedikit tetapi sering.

f. Mempertahankan temperatur tubuh dalam batas normal.

g. Mengkolaborasi dalam pemberian cairan intravena.

h. Mempertahankan dan monitor tekanan vena setral.

6. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, kelemahan, mual dan muntah, intake yang tidak adekuat.

Page 19: 76565742-abses-otak

Implementasi:

a. Mengkaji makanan kesukaan pasien.

b. Memberikan makan dalam porsi kecil tapi sering.

c. Menhindari berbaring kurang 1 jam setelah makan.

d. Menimbang BB 3 hari sekali secara periodik.

e. Memberikan antiemetik 1 jam sebelum makan.

f. Mengurangi minum sebelum makan.

g. Menghindari keadaan yang dapat menggangu selera makan: lingkungan

kotor, bau, kebersihan tempat makan, suara gaduh.

h. Menyajikan makanan dalam keadaan hangat dan hygiene, menarik.

i. Melakukan perawatan mulut.

j. Memonitor kadar Hb dan albumin.

7. Nyeri berhubungan dengan nyeri kepala, kaku kuduk, iritasi meningeal.

Implementasi:

a. Mengkaji tingkat nyeri pasien.

b. Mengkaji faktor yang dapat meringankan dan memperberat nyeri.

c. Melakukan perubahan posisi.

d. Menjaga lingkungan untuk tetap nyaman: mengurangi cahaya, keadaan

bising.

e. Melakukan massage pada daerah yang nyeri secara lembut, kompres hangat.

f. Memberikan obat analgetik sesuai program.

III. 5. Evaluasi

Page 20: 76565742-abses-otak

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: 76565742-abses-otak