77737-analisis faktor yang mempengaruhi kurs rupiah sebelum dan setelah diterapkanya free floating...

Upload: rizal-nak-baek

Post on 15-Oct-2015

69 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS

    RUPIAH SEBELUM DAN SETELAH DITERAPKANNYA

    FREE FLOATING EXCHANGE RATE SYSTEM

    Oleh :

    Dede Misbahudin

    104081002568

    JURUSAN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1429 H / 2008

  • CURRICULUM VITAE

    Dede Misbahudin Tlp/Hp : (0251)682602 / 08567890535

    [email protected]

    Nama : Dede Misbahudin

    Tempat, tgl lahir : Bogor, 14 Desember 1985

    Jenis Kelamin : Laki-Laki

    Agama : Islam

    Motto Hidup : Mencari dan memberikan yang terbaik

    Alamat : Kalong Dagul RT. 02/04, Desa. Kalong Sawah, Kec. Jasinga,

    Kab. Bogor 16670

    1992-1998 : Sekolah Dasar Negeri 03 Kalong Sawah Jasinga, Bogor 1998-2001 : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1

    Cigudeg,

    Bogor

    2001-2004 : Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Jasinga, Bogor 2004-2008 : Jurusan Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Ilmu

    Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Ketua 1 OSIS SMAN 1 Jasinga Humas DKI Jaya Alumni ROHIS SMAN 1 Jasinga (Al Roja) Ketua Dewan Pimpinan Fakultas Partai Intelektual Muslim (PIM) Staff. Kemahasiswaan BEM FEIS

    Pendidikan Formal

    Pengalaman Organisasi

    Identitas

  • Staff. Kerohanian BEM FEIS Kord. Bidang HUMAS BEM FEIS Staff. Pengembangan Ekonomi KAMMI UIN Jakarta Staff. Sosial masyarakat KAMMI UIN Jakarta Dewan Kesejahteraan Sekretariat KAMMI UIN Jakarta Forum Silaturahim Anbim-Alumni ORBIT (FSAA ORBIT) Asst. Mentor MHMMD Training Center

  • ABSTRACT

    The research analyzed factors that effect the fluctuation of Rupiah exchange rate against US dollar before and after the implementation of free floating exchange rate system which include export, import, inflation, interest rate (SBI), GDP and money supply (M1) using ARCH GARCH methode. the data which used in the research a three months data started at the first three months in 1990 until the second three months in 1997 then started again at the fourth three months in 1997 until the first three months in 2005. Result of this research shows that before the implementation of free floating exchange rate system export, import, interest rate (SBI), GDP and money supply (M1) significant simultaneously for fluctuation of rupiah. Result of this research convenient was the theory from Hamdy Hady (2006). Partly only export, import, and money supply (M1) that effect significant for the fluctuation of rupiah. Result of this research difference was the theory from Adwin Surya. A (2002) that say only money supply significant simultaneously for the fluctuation of rupiah. After the implementation free floating exchange rate system export, import, inflation, interest rate (SBI), GDP and money supply significant simultaneously for the fluctuation of rupiah. Result of this research convenient was the theory Hamdy Hady (2006). Partly only export, import, GDP and money supply (M1) that significant for the fluctuation of rupiah. Result of this research difference was the theory from Adwin Surya. A (2002) that say only money supply significant simultaneously for the fluctuation of rupiah. Key word: Exchange rate, export, import, inflation, SBI, GDP, M1.

  • ABSTRAK

    Penelitian ini menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kurs rupiah terhadap dolar Amerika sebelum dan setelah diterapkannya free floating exchange rate system yaitu ekspor, impor, inflasi, suku bunga (SBI), GDP dan Jumlah uang Beredar (M1) dengan menggunakan metode ARCH GARCH. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data triwulanan yang dimulai pada triwulan pertama tahun 1990 sampai dengan triwulan ke dua tahun 1997 dan dimulai kembali pada triwulan ke empat tahun 1997 sampai dengan triwulan pertama tahun 2005. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum di terapkannya free floating exchange rate system ekspor, impor, inflasi, suku bunga (SBI), GDP dan jumlah uang beredar (M1) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hamdy Hady (2006). Secara parsial hanya ekspor, impor, dan jumlah uang beredar (M1) yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Adwin Surya. A (2002) yang mengatakan hanya jumlah uang beredar yang mempengaruhi nilai tukar rupiah. Setelah diterapkannya free floating exchange rate system ekspor, impor, inflasi, suku bunga (SBI), GDP dan jumlah uang beredar (M1) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hamdy Hady (2006). Secara parsial hanya ekspor, impor, GDP dan jumlah uang Beredar (M1) yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Adwin Surya. A (2002) yang mengatakan hanya jumlah uang beredar yang mempengaruhi nilai tukar rupiah. Kata Kunci : Kurs, ekspor, impor, inflasi, SBI, GDP, M1.

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji hanya milik Allah dan kepada-Nyalah tempat memohon

    pertolongan serta ampunan. Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwaku

    dan keburukan amal perbuatanku. Barang siapa yang diberi petunjuk Allah, maka

    tak seorangpun yang dapat menyesatkannya. Dan barang siapa yang di sesatkan-

    Nya maka tak seorangpun yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa

    tiada Illah kecuali Allah yang tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa

    Muhammad adalah hamba dan rasulnya. Shalawat dan salam semoga selalu

    tercurah padanya dan keluarganya, sahabatnya juga kepada para pengikutnya yang

    baik hingga akhir kelak.

    Skripsi ini ibarat sebuah gedung yang dirangkai dari berbagai bahan

    bangunan, yang dibangun oleh seseorang yang memiliki kepedulian tentang

    betapa penting dan berharganya sebuah ilmu. Oleh karena itu, dipenghujung sapa

    ini, dilembar yang terbatas ini dengan segala kerendahan hati dan kebesaran jiwa,

    izinkan saya selaku penulis mengugapkan terima kasih kepada orang-orang yang

    Allah anugerahkan kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat terwujud.

    1. Kedua orang tua yang tak kenal lelah, mendidik dan mambesarkan. Yang

    selalu menyisipkan do'anya dalam setiap sujudnya, yang tak pernah bosan

    menadahkan tangannya kelangit memohon dan meminta, tetesan keringat

    dan cucuran air mata adalah saksi betapa tulus dan ikhlasnya mereka

    menjalankan amanah. Semoga apa yang mereka goreskan menjadi sebab

    turunnya rahmat-Mu, menjadi sebab gugurnya dosa-dosa mereka dihadapan-

    Mu, juga untuk keluarga tersayang ( kang eman, teh santi, AA miftah/abe,

    dan adikku yang manis Pipin) yang selalu memberikan warna dikala malam

    yang sunyi.

    2. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, Ketua Jurusan Manajemen sekaligus Dosen

    Pembimbing I dan Ibu Titi Dewi, SE, Msi, selaku Dosen Pembimbing II,

    yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sehingga

    skripsi ini dapat tersusun tepat waktu. Dan semoga menjadi amal ibadah

    bagi ke dua-nya.

  • 3. Keluarga besar Bpk Purn. Jend. TNI Feisal Tanjung khususnya Bunda Ida

    Feisal Tanjung yang telah memberikan bantuan dananya sehingga penulis

    bisa terus belajar di UIN Jakarta.

    4. Pimpinan dan pengurus Yayasan Abadi Orang Tua Bimbingan terpadu

    (YAAB ORBIT) yang selalu memberikan nasihat dan bimbingan kepada

    penulis.

    5. Keluarga Besar DPF FEIS, DPP PIM, dan KAMMI UIN Jakarta yang selalu

    memberikan warna dalam dunia pergerakan mahasiswa.

    6. Keluarga besar BEM FEIS 2005 s/d 2007 dan LDK KOMDA FEIS.

    7. Kawan-kawan kelas Manajemen e 2004 yang selalu berada dalam

    kebersamaan di kelas yang penuh dengan kenangan.

    8. My Soulmatch Vanny Chelsea Widnanto 061291-161107-311207 (Alm),

    yang selalu mengajarkan tentang ketabahan dan yang akan selalu ada dalam

    hati penulis meski sudah berada di dunia yang berbeda.

    9. Adik-adiku di Fakultas Ekonomi , Oktaviani (Opi), Sari (Ai), Romi dan

    Deasy yang selalu menemani penulis saat-saat belajar di perpustakaan.

    Tak ada gading yang tak retak, bila ada langkah mambekas lara, ada kata

    merangkai dusta, ada tingkah menoreh luka, mohon di maafkan segala

    kekhilafan. Bila cinta karena Allah berpisah tiada gelisah, bila rindu karena yang

    satu bertemu selalu di tunggu, ukhuwah itu indah bila bertemu dan berpisah

    karena Allah semata.

    Terakhir penulis mohon maaf bila skripsi ini jauh dari rasa memuaskan.

    Namun, penulis dengan segala keterbatasan hanya bisa berharap mudah-mudahan

    skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya, karena sebaik-

    baiknya manusia adalah manusia yang dapat bermanfaat bagi manusia yang lain.

    Bogor, April 2008

    Dede Misbahudin

  • DAFTAR ISI Halaman

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP.. i

    ABSTRACT... ii

    ABSTRAK......................................................................................... iii

    KATA PENGANTAR iv

    DAFTAR ISI. .. vi

    DAFTAR GAMBAR.. viii

    DAFTAR TABEL..... ix

    DAFTAR GRAFIK.. x

    DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ xi

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .... 1

    B. Identifikasi Masalah.. 6

    C. Batasan Masalah.. ... 7

    D. Perumusan Masalah ... 7

    E.Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori . 10

    1. Valuta Asing . 10

    2. Sistem Nilai Tukar . 11

    3. Ekspor 16

    4. Impor .. ..................... 17

    5. Inflasi. 19

    6. Suku Bunga .. 23

    7. Tingkat Pendapatan Nasional (GDP).... 24

    8. Jumlah Uang Beredar 24

    9. Nilai Tukar (Kurs). 25

    10. Teori Kurs atau Nilai Tukar... 36

    B. Penelitian Sebelumnya . 28

    C. Kerangka Pemikiran .. 30

  • A. Hipotesis.. 33

    BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

    B. Ruang Lingkup Penelitian . 33

    C. Metode Penentuan Sampel . 34

    D. Metode Pengumpulan Data.. 35

    E. Metode Analisis .. 35

    1. Metode ARCH GARCH . 35

    2. Uji Asumsi Klasik. . 39

    3. Uji F (Uji Secara Simultan). 41

    4. Uji t (Uji Secara Parsial).. 42

    5. Uji Koefisien Determinasi (R) 42

    F. Operasional Variabel. 43

    BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Sejarah Perkembangan Kurs Rupiah 47

    B. Penemuan Dan Pembahasan 53

    1. Deskripsi Data 53

    2. Uji Asumsi Klasik. 61

    3. Uji F (Uji Secara Simultan)... 65

    4. Uji t (Uji Secara Parsial) 68

    5. Uji Koefisien Determinasi. 74

    C. Interpretasi 74

    BAB V : KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

    A. Kesimpulan. 77

    B. Implikasi. 79

    DAFTAR PUSTAKA. 80

    LAMPIRAN 83

  • DAFTAR GAMBAR

    Nomor Keterangan Halaman 2.1 Pergeseran Kurs Valas . 19

    2.2 Inflasi dan Kurs Valas ....... 22

    2.3 Kerangka Berfikir ... 32

    DAFTAR TABEL

  • Nomor Keterangan Halaman

    4.1 Data variable 1 53

    4.2 Deskripsi Data 1.. 54

    4.3 Data Variabel 2 57

    4.4 Deskripsi Data 2 .. .. 58

    4.5 Tabel Multikolinearitas 1 62

    4.6 Hasil Output Pengujian Korelogram 1 62

    4.7 Tabel Multikolinearitas 2 64

    4.8 Hasil Output Pengujian Korelogram 2........................ 65

    4.9 Hasil Output Metode ARCH GARCH 1 ... 66

    4.10 Hasil Output Metode ARCH GARCH 2.. 67

  • DAFTAR GRAFIK

    Nomor Keterangan Halaman

    4.1 Fluktuasi Kurs Rupiah terhadap Dolar AS 50

    4.2 Tingkat Inflasi .. ... 51

    4.3 Tingkat Suku Bunga .. 53

    4.4 Uji Jarque-Bera 1 ...... 61

    4.5 Uji Jarque-Berra 2...... 63

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Keterangan Halaman

    1 Data Variabel

    2 Data Variabel

    3 Hasil Output Metode ARCH GARCH 1

    4 Hasil Output Metode ARCH GARCH 2

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dengan berkembangnya ekonomi internasional yang semakin pesat,

    hubungan ekonomi antar negara akan menjadi saling terkait dan mengakibatkan

    peningkatan atas perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara.

    Terjadinya perubahan indikator makro di negara lain, secara tidak langsung akan

    berdampak pada indikator suatu negara.

    Dengan diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free

    floating exchange rate system) yang dimulai sejak 14 Agustus 1997, posisi nilai

    tukar rupiah terhadap mata uang asing khususnya dolar Amerika ditentukan oleh

    kekuatan pasar.

    Sejak diterapkanya sistem nilai tukar mengambang bebas atau floating

    exchange rate system di Indonesia yang di mulai sejak 14 Agustus 1997 nilai

    tukar rupiah terhadap dolar Amerika secara akumulatif telah terdepresiasi sebesar

    48,7% sampai dengan Desember 2001. Kenyataan ini telah mengakibatkan

    perdebatan banyak ahli tentang sumber ketidakstabilan nilai tukar tersebut, apakah

    disebabkan oleh faktor ekonomi atau disebabkan oleh faktor non ekonomi.

    Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika pasca

    diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas terus mengalami

    kemerosotan. Pada bulan Agustus 1997 nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

    sebesar Rp. 3.035/US$, terus mengalami tekanan sehingga pada Desember 1997

  • nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika tercatat sebesar Rp. 4.650/US$.

    Memasuki tahun 1998, nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika

    menjadi sebesar Rp. 10.375/US$, bahkan pada bulan Juni 1998 nilai tukar rupiah

    sempat menembus level Rp. 14.900/US$ yang merupakan nilai terlemah

    sepanjang sejarah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Nilai tukar rupiah

    terhadap dolar Amerka pada tahun 1999 melakukan recovery menjadi sebesar Rp.

    7.810/US$, tahun 2000 kembali melemah menjadi sebesar Rp. 8.530/US$, pada

    tahun 2001 melemah lagi menjadi Rp. 10.265/US$, tahun 2002 kembali menguat

    menjadi Rp. 9.260/US$, tahun 2003 menguat menjadi Rp. 8.570/US$ dan pada

    tahun 2004 sebesar Rp. 8.985/US$.

    Pada tahun 2005, melambungnya harga minyak dunia sangat memberikan

    kontribusi yang cukup besar terhadap meningkatnya permintaan valuta asing

    sebagai konsekuensi negara pengimpor minyak. Kondisi ini menyebabkan nilai

    tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika dan berada pada kisaran Rp. 9.200

    sampai Rp.10.200 per US$.

    Pada tahun 2004, asumsi nilai tukar rupiah dalam APBN ditetapkan

    sebesar Rp. 8.600/US$. Dalam realisasinya, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap

    dolar Amerika selama tahun 2004 adalah sebesar Rp. 8.930, atau mengalami

    penyimpangan sebesar 3,5 persen. Demikian pula pada tahun 2005, dalam APBN

    asumsi nilai tukar rupiah ditetapkan sebesar Rp. 9.300/US$. Namun kenyataannya

    bisa menembus Rp.9.590/US$, atau menyimpang sebesar 3 persen.

    Pasar valuta asing yang sistem nilai tukarnya menggunakan sistem nilai

    tukar mengambang bebas hanya dipengaruhi oleh tingkat pembelian dan

  • penjualan untuk mendukung perdagangan yang sebenarnya dalam barang dan

    jasa, akan mudah untuk memperkirakan kurs mata uang asing. Sayangnya,

    terdapat banyak kekuatan dan motif lain yang mempengaruhi pembelian dan

    penjualan mata uang. Arus modal jangka pendek dan jangka panjang serta

    pembelian dan penjualan. Spekulasi merupakan sumber yang besar dari

    penawaran dan permintaan akan mata uang asing.

    Nilai sebuah mata uang, yakni nilai tukarnya terhadap mata uang lain,

    tergantung pada daya tarik mata uang tersebut di pasar. Jika permintaan akan

    sebuah mata uang tinggi, maka harganya akan naik relatif terhadap mata uang

    lainnya. Akan tetapi, perubahan dalam kondisi politik suatu negara atau

    menurunnya perekonomian akibat laju inflasi yang tinggi dan defisit perdagangan,

    dapat juga mengakibatkan nilai sebuah mata uang yang stabil jatuh, karena para

    investor lebih memilih menukarkan uangnnya ke mata uang lain yang dianggap

    lebih stabil.

    Selama beberapa tahun ini Indonesia belum dapat menyelesaikan masalah

    perekonominya. Berbagai upaya telah dilakukan agar indonesia keluar dari krisis

    yang melanda sejak 1997, akibat penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar

    Amerika. Hal tersebut sangat mempengaruhi semua aktivitas perekonomian

    seperti terjadinya kesenjangan antara sektor moneter dengan sektor riil yang

    semakin melebar, dari segi permintaan terjadi peningkatan untuk pembelian dolar

    dimana cadangan devisa yang digunakan untuk memasok permintaan tersebut

    sangat terbatas, adanya proyek-proyek yang sifatnya konsumtif, waktu jatuh

  • tempo utang swasta yang membengkak. Kondisi semacam ini semakin memuncak

    hingga rupiah terperosok pada titik yang terendah.

    Kenaikan laju inflasi di Indonesia mengakibatkan melemahnya nilai tukar

    rupiah terhadap dolar Amerika. Pada tahun 1997 laju inflasi sebesar 11,1%,

    diikuti pula tahun 1998 tingkat inflasi mencapai 77,36%. Inflasi terjadi akibat

    peningkatan para spekulasi terhadap nilai tukar serta melonjaknya permintaan

    pasar karena adanya ketidakpastian harga. Tahun 1999 tingkat inflasi relatif

    terkendali sebesar 2,01%, sedangkan pada tahun 2000 tingkat inflasi melonjak

    kembali melebihi angka yang telah ditargetkan sebesar 9,35%. Sementara itu

    tahun 2001 diperkirakan laju inflasi berada di level 4-6%, juga di tahun 2002 dan

    2003 laju inflasi diperkirakan di level 7-9%. Upaya yang harus dilakukan untuk

    mengatasi tingkat inflasi di indonesia, pemerintah harus mempunyai suatu

    kebijakan yang dapat menekan tingkat inflasi dan menciptakan stabilitas moneter

    yang merupakan persoalan struktural dalam perekonomian indonesia.

    Kesemuanya itu tidak mudah dan memerlukan kehati-hatian yang mendalam.

    Informasi mengenai faktor utama yang menyebabkan kenaikan laju inflasi sangat

    diperlukan sebelum pemerintah mengambil kebijakan yang tepat untuk menekan

    laju inflasi yang berlebihan. Peranan nilai tukar dalam perdagangan internasional

    sangat mempengaruhi apakah seorang investor, importir, pengusaha, maupun

    lembaga bisnis lainnya akan melakukan kegiatannya. Sebagai upaya untuk

    mengetahui bagaimana suatu nilai tukar valuta asing terbentuk, seseorang perlu

    memperhatikan aspek perubahan kurs, dengan demikian dapat mengestimasi arah

    dari perubahan kurs yang akan datang.

  • Menurut Hamdy Hady (2006:103), salah satu ciri era globalisasi yang

    menonjol saat ini yaitu adanya arus uang dan modal dalam bentuk valas atau

    foreign currency antara berbagai pusat keuangan di berbagai negara yang semakin

    besar dan cepat, seakan-akan mengalir tanpa mengenal kewarganegaraan

    pemiliknya dan tanpa batas wilayah (borderless). Aliran valas yang besar dan

    cepat untuk memenuhi tuntutan perdagangan, investasi, dan spekulasi dari suatu

    tempat yang surplus ke tempat yang defisit atau kondisi yang berbeda sehingga

    berpengaruh dan menimbulkan perbedaan kurs valas atau forex rate di masing-

    masing tempat.

    Di Indonesia, ada tiga sistem yang digunakan dalam kebijakan nilai tukar

    rupiah sejak periode 1971 hingga sekarang. Pada periode 1971 hingga 1978 dianut

    sistem tukar tetap ( fixed exchange rate) dimana nilai rupiah secara langsung

    dikaitkan dengan dolar Amerika Serikat ( USD). Sejak 15 November 1978 sistem

    nilai tukar diubah menjadi mengambang terkendali ( managed floating exchange

    rate) dimana nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan USD, namun

    terhadap sekeranjang valuta partner dagang utama. Maksud dari sistem nilai tukar

    tersebut adalah diarahkan ke sistem nilai tukar mengambang namun tetap

    menitikberatkan unsur pengendalian. Kemudian terjadi perubahan mendasar

    dalam kebijakan mengambang terkendali terjadi pada tanggal 14 Agustus 1997,

    dimana jika sebelumnya Bank Indonesia menggunakan band sebagai guidance

    atas pergerakan nilai tukar maka sejak saat itu tidak ada lagi band sebagai acuan

    nilai tukar. Namun demikian cukup sulit menjawab apakah nilai tukar rupiah

    sepenuhnya dilepas ke pasar ( free floating) atau masih akan dilakukan intervensi

  • oleh Bank Indonesia. Dengan mengamati segala dampak dari sistem free floating

    serta dikaitkan dengan kondisi/struktur perekonomian Indonesia selama ini

    nampaknya purely free floating sulit untuk dilakukan. Kemungkinannya adalah

    Bank Indonesia akan tetap mempertahankan managed floating dengan melakukan

    intervensi secara berkala, selektif, dan pada timing yang tepat.

    Menururt Indra Suhendra (2003), Dalam periode nilai tukar tetap (sampai

    tahun 1978) dan periode managed floating sampai dengan Agustus 1997 saat

    dimana kurs pasar dipatok dengan spread/pita intervensi (intervention band)

    antara batas atas dan batas bawah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, fluktuasi

    nilai tukar sangat tidak berarti, karena adanya unsur intervensi dari pemerintah.

    Namun setelah tanggal 14 Agustus 1997 yaitu periode saat free floating

    ditetapkan bersamaan dengan periode krisis nilai tukar, fluktuasi nilai tukar

    menjadi semakin tak menentu. Berdasarkan penjelasan di atas, maka skripsi ini

    akan mencoba mengkaji pengaruh faktor-faktor yang di anggap mempengaruhi

    kurs rupiah yaitu ekspor dan impor, posisi Balance Of Payment (BOP), inflasi,

    tingkat bunga, tingkat pendapatan nasional (GDP) dan jumlah uang beredar

    terhadap dolar Amerika di pasar valuta asing sebelum dan setelah diterapkannya

    kebijakan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan pada latar belakang yang telah disebutkan di atas maka dapat

    diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

  • 1. Faktor makro ekonomi ( ekspor, impor, inflasi, SBI, Gross Domestic

    Product (GDP), jumlah uang beredar) dapat berpengaruh atas pergerakan

    nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

    2. Faktor penentuan fluktuasi nilai tukar merupakan suatu hal yang

    kompleks.

    3. Krisis ekonomi dan perubahan sistem nilai tukar di Indonesia membawa

    dampak terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

    Serikat.

    C. Batasan Masalah

    Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah penelitian hanya dalam

    hal menganalisis seberapa besar pengaruh dari ekspor, impor, inflasi, suku bunga,

    tingkat pendapatan nasional (GDP) dan Jumlah Uang Beredar terhadap nilai tukar

    rupiah di pasar valuta asing.

    D. Perumusan Masalah

    Penelitian ini adalah merupakan penelitian yang bersifat pengujian teori

    tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar

    Amerika di pasar valuta asing sebelum dan setelah diterapkannya sistem nilai

    tukar mengambang bebas di Indonesia. Berdasrkan penjelasan yang telah

    dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

  • 1. Apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama atau simultan dari ekspor,

    impor, inflasi, suku bunga, tingkat pendapatan nasional (GDP) dan jumlah

    uang beredar terhadap nilai tukar rupiah di pasar valuta asing?

    2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial dari ekspor dan impor, inflasi,

    suku bunga, tingkat pendapatan nasional (GDP) dan jumlah uang beredar

    terhadap nilai tukar rupiah di pasar valuta asing?

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat

    penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Tujuan Penelitian

    a. Menganalisis pengaruh secara bersama-sama atau simultan dari

    ekspor, impor, inflasi, suku bunga, tingkat pendapatan nasional (GDP)

    dan jumlah uang beredar terhadap nilai tukar rupiah di pasar valuta

    asing.

    b. Menganalisis Pengaruh secara parsial dari ekspor, impor, inflasi, suku

    bunga, tingkat pendapatan nasional (GDP) dan jumlah uang beredar

    terhadap nilai tukar rupiah di pasar valuta asing.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Bagi Penulis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan berpikir

    dan dapat di jadikan sebagai wadah untuk mengaplikasikan teori-teori

  • ekonomi dan manajemen keuangan. Khususnya tentang teori nilai

    tukar valuta asing yang telah dipelajari dalam perkuliahan.

    b. Bagi Investor

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para investor

    dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat, sehingga dapat

    memberikan tingkat return yang maksimal dan tingkat risiko yang

    minimal.

    c. Bagi Peneliti

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pustaka

    bagi pengetahuan khususnya dalam bidang nilai tukar valuta asing dan

    keuangan, serta mudah-mudahan dapat di gunakan sebagai bahan

    pertimbangan dan tambahan informasi dalam melakukan penelitian

    selanjutnya.

    d. Bagi Pemerintah

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam

    pengambilan kebijakan ekonomi yang tepat guna mempertahankan

    stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Valuta Asing

    Menurut Hamdy Hady (2006:61) valuta asing (valas) atau foreign

    exchange (forex) atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat

    pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi

    ekonomi keuangan Internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada

    bank sentral.

    Menurut Hamdy Hady (2006:62) ada tiga prinsip pokok dalam pasar

    valuta asing, yaitu sebagai berikut :

    a. Pengertian kurs jual dan beli selalu dilihat dari kepentingan/keuntungan

    pihak Bank atau money changer atau pedagang valas.

    b. Kurs jual selalu lebih tinggi daripada kurs beli atau sebaliknya kurs beli

    selalu lebih rendah daripada kurs jual.

    c. Kurs jual/beli suatu mata uang (valas) adalah sama dengan kurs beli/jual

    mata uang (valas) lawannya. Dengan kata lain kurs jual/beli dolar

    Amerika sama dengan kurs beli/jual rupiah.

    Perdagangan barang dan jasa, aliran modal dan dana antar negara akan

    menimbulkan pertukaran mata uang antar negara yang akhirnya akan timbul

    permintaan atau penawaran terhadap suatu mata uang tertentu. Importir dari

    Indonesia dalam transaksinya akan menggunakan mata uang asing dalam

  • pembayaran pada saat jatuh tempo, begitupula dengan aliran modal (capital

    inflow) yang masuk akan dikonversi menjadi mata uang domestik yang

    bersangkutan.

    Bursa atau pasar valuta asing menurut Hamdy Hady (2006:67) dapat

    diartikan sebagai suatu tempat atau wadah atau sistem di mana perusahaan,

    perorangan dan bank dapat melakukan transaksi keuangan Internasional dangan

    melakukan pembelian (permintaan) dan penjualan (penawaran) atas forex (valas).

    2. Sistem Nilai Tukar

    Meurut Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia

    (2000) perkembangan nilai tukar rupiah secara garis besar sejak tahun 1970 dapat

    dibagi menjadi 3 periode sesuai dengan pemberlakuan berbagai sistem nilai tukar

    pada masing-masing periode. Dalam setiap periode tersebut pada dasarnya nilai

    tukar yang tercipta diharapkan akan selaras dengan arah kebijakan ekonomi yang

    diterapkan pada saat tersebut baik dalam aspek makro maupun mikro. Adapun

    sistem nilai tukar tersebut adalah sebagai berikut :

    a. Fixed Exchange Rate System (Sistem Nilai Tukar Tetap)

    Sistem ini dilatarbelakangi oleh kekacauan kondisi ekonomi dunia

    pasca perang dunia ke dua. Tahun 1944 terdapat empat puluh empat

    negara bertemu di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat yang

    kemudian menyepakati beberapa hal, diantaranya adalah : mensyaratkan

    suatu kurs yang baku antara berbagai mata uang terhadap dolar Amerika

  • Serikat, dan antara dolar dengan emas pada tingkat $ 35 per ons. Semua

    negara peserta akan menggunakan emas atau dolar sebagai bagian terbesar

    cadangan Internasional mereka, dan mereka berhak menjual dolar tersebut

    untuk mendapatkan emas dengan harga resmi di Federal Reserve. Bank

    sentral bisa melakukan intervensi demi menjaga keseimbangan cadangan

    valuta asing yang dimilikinya.

    b. Managed floating exchange rate system

    Pada sistem ini bank sentral dapat melakukan intervensi ke pasar

    guna mempengaruhi pergerakan nilai tukar valas. Intervensi ini

    biasanya disebabkan karena pergerakan kurs valuta dipandang tidak

    menguntungkan bagi perekonomian negara tersebut.

    Menurut Miranda S.Goeltom dan Doddy Zuverdi (1998), Pada

    sistem ini nilai tukar rupiah diambangkan terhadap sekeranjang mata uang

    (basket of currencies) negara-negara mitra dagang utama Indonesia.

    Kebijakan ini di implementasikan bersamaan dengan dilakukannya

    devaluasi Rupiah pada tahun 1978 sebesar 33,6%. Dengan sistem tersebut,

    pemerintah menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs bergerak di

    pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah,

    pemerintah melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas

    atau batas bawah dari spread.

    Perkembangan nilai tukar rupiah selama periode managed floating

    dalam pelaksanaannya mempunyai esensi yang berbeda-beda sesuai

  • dengan karakteristik perekonomian pada saat tersebut. Karakteristik

    tersebut berhubungan erat dengan seberapa besar Bank Indonesia

    mengendalikan nilai tukar tersebut dengan melakukan penekanan pada

    unsur managemen atau floating-nya.

    c. Free floating exchange rate system

    Dalam sistem ini nilai tukar dibiarkan bergerak bebas. Pergerakannya

    sepenuhnya tergantung dari kekuatan penawaran dan permintaan di

    pasar. Bank sentral tidak melakukan intervensi ke pasar guna

    mempengaruhi nilai tukar mata uangnya.

    Menurut Adwin Surya A (2001) sistem nilai tukar mengambang

    bebas (free floating exchange rate system) adalah sistem nilai tukar mata

    uang domestik terhadap mata uang asing yang nilai tukarnya ditentukan

    melalui mekanisme pasar, yaitu melalui kekuatan tarik menarik antara

    permintaan dan penawaran terhadap valuta asing di pasar valuta asing

    pada waktu tertentu. Dengan kata lain, melalui sistem ini kecendrungan

    suatu mata uang mengalami apresiasi ataupun depresiasi relatif terhadap

    mata uang lainnya akan sangat bergantung pada minat pasar untuk

    memegang mata uang yang bersangkutan, tanpa adanya pembatasan

    maupun intervensi secara langsung dari pihak-pihak tertentu, termasuk

    intervensi langsung dari pemegang otoritas moneter suatu negara.

    Sama seperti nilai tukar yang lain, sistem nilai tukar mengambang

    bebas ini memiliki berbagai konsekuensi yang khas, baik yang positif

  • maupun negatif (Sloman dan Suteliffe dalam Adwin Surya A, 2001).

    Adapun konsekuensi positif (kelebihan) yang akan didapat oleh

    perekonomian suatu negara akibat menerapkannya adalah sebagai berikut :

    1. Terjadi koreksi otomatis terhadap ketimpangan neraca pembayaran

    nasional, sehingga seringkali disebut stabilisator otomatis (automatic

    stabilizier). Otoritas moneter suatu negara membiarkan kurs mata uangnya

    berfluktuasi secara bebas menuju tingkat keseimbangan di pasar valuta

    asing.

    2. Cadangan valuta asing suatu negara relatif utuh, dalam arti tidak

    digunakan untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing demi

    stabilisasi kurs. Karena nilai tukar mata uang naional secara otomatis akan

    segera disesuaikan dengan tingkat nilai tukar di pasar valuta asing.

    3. Relatif lebih memiliki daya lindung terhadap fluktuasi perekonomian

    dunia. Negara yang menerapkan sistem ini tidak akan terikat secara

    langsung terhadap suatu kemungkinan munculnya gejolak inflasi dunia

    yang tinggi.

    4. Pemerintah memiliki kebebasan (otonomi) yang lebih besar dalam

    menentukan kebijaksanaan ekonomi di dalam negerinya. Artinya,

    pemerintah dapat secara bebas memilih berapapun tingkat permintaan

    domestik yang dikehendaki, dan dengan mudah membiarkan pergerakan

    nilai tukar menyelesaikan berbagai permasalahan yang terdapat pada

    neraca pembayarannya.

  • Sedangkan beberapa konsekuensi negatif (kekurangan) yang

    mungkin muncul dari penerapan sistem nilai tukar mengambang bebas

    adalah sebagai berikut (Krugman dan Obstfeld, 2000) :

    1. Para pembuat keputusan, dalam hal ini bank sentral dan pemerintah tidak

    lagi dibebani oleh kekhawatiran terhadap berkurangnya cadangan devisa

    untuk mempertahankan nilai tukar. Dengan demikian dapat menyebabkan

    diterapkannya kebijaksanaan fiskal dan moneter yang terlalu ekspansif

    yang bisa berakibat jatuhnya negara tersebut ke dalam perangkap inflasi.

    Atau dengan kata lain, dapat menyebabkan timbulnya kekurangdisiplinan

    pemerintah dalam menetapkan kebijaksanaan ekonominya.

    2. Munculnya destabilizing speculation (spekulasi perusak stabilitas) dan

    gangguan terhadap pasar uang. Spekulasi perusak stabilitas ini cenderung

    memperbesar gejolak nilai tukar mata uang dalam jangka panjang

    daripada yang seharusnya terjadi sebagai akibat dari gangguan ekonomi

    yang tidak terduga. Hal ini akan membawa ketidakpastian pada bidang

    perdagangan dan investasi. Khususnya dalam segala hal yang berkaitan

    dengan pembayaran luar negeri.

    3. Timbulnya kebijakan-kebijakan ekonomi yang tidak terkoordinasi dengan

    baik. Masing-masing negara akan lebih berpeluang untuk menerapkan

    kebijaksanaan ekonomi sepihak yang menguntungkan dirinya sendiri

    tanpa menghiraukan dampak negatif kebijakan tersebut terhadap negara

    lain.

  • 4. Timbulnya ilusi tentang otonomi yang lebih besar. Para pembuat

    kebijakan ekonomi tidak dapat mengabaikan pengaruh pelaksanaan

    kebijakan ekonomi terhadap kondisi nilai tukar valuta asing. Sebaliknya,

    suatu depresiasi yang yang meningkatkan harga barang-barang impor

    akan mendorong kenaikan upah tenaga kerja. Hal ini akan meningkatkan

    harga jual komoditi yang kemudian merangsang inflasi, yang selanjutnya

    meningkatkan tuntutan kenaikan upah yang lebih tinggi lagi. Oleh karena

    itu, pada akhirnya sistem nilai tukar mengambang bebas dapat

    mempercepat reaksi harga terhadap kenaikan penawaran uang (sistem

    nilai tukar mengambang bebas tidak benar-benar memperkuat

    pengendalian terhadap tingkat penawaran riil uang).

    3. Ekspor

    Ekspor dalam suatu negara sering dianggap sebagai variabel eksogen.

    Eksogenitas ekspor dalam hal ini diartikan bahwa volume ekspor satu negara

    bukan dipengaruhi oleh variabel-variabel domestik perekonomian negara tersebut,

    melainkan dipengaruhi oleh variabel ekonomi negara pengimpor.

    Menurut Mankiw (2000:67) ekspor adalah berbagai barang yang

    diproduksi di dalam negeri dan dijual ke luar negeri. Ekspor mengakibatkan

    aliran masuknya valuta asing dari luar negeri ke dalam negeri. Dengan demikian

    penawaran dolar di masyarakat akan meningkat yang mengakibatkan kurs rupiah

    menguat. Penurunan nilai tukar mata uang akan membuat berbagai komoditas

    ekspor menjadi lebih murah bagi para importir atau pihak asing sehingga barang

  • ekspor dapat lebih kompetitif di pasaran internasional karena harga-harga dapat

    bersaing. Dengan demikian, hubungan antara ekspor dengan nilai tukar rupiah

    adalah positif

    4. Impor

    Menurut Mankiw (2000:67), impor adalah berbagai barang yang di

    produksi di luar negeri dan di jual ke dalam negeri. Penurunan nilai tukar mata

    uang akan membuat harga barang impor menjadi lebih mahal bagi penduduk

    domestik. Akibatnya permintaan barang impor akan turun. Hubungan antara

    impor dan nilai tukar adalah negatif dimana apabila tejadi peningkatan impor

    maka akan meningkatkan permintaan tehadap dolar yang pada akhirnya akan

    membuat nilai tukar melemah.

    Impor suatu negara merupakan variabel endogen, karena volume impor

    tersebut merupakan fungsi dari pendapatan nasional negara yang bersangkutan.

    Selain dipengaruhi oleh pendapatan nasional, impor suatu negara juga dipengaruhi

    oleh perubahan nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan. Bila suatu negara

    mengalami defisit transaksi berjalan, biasanya ditutup dengan pinjaman luar

    negeri jika pendapatan ekspornya telah habis terpakai. Alternatif lainnya dengan

    jalan menggunakan kekayaan luar negerinya atau menggunakan cadangan

    devisanya. Dengan berkurangnya cadangan internasional suatu negara akan

    mengakibatkan mata uang negara tersebut mengalami depresiasi.

    Secara sederhana meningkatnya permintaan ekspor barang dapat

    meningkatkan permintaan terhadap mata uang suatu negara sehingga nilai tukar

  • mata uang negara tersebut mengalami apresiasi. Disisi lain, meningkatnya

    permintaan valuta asing melalui peningkatan permintaan impor barang ditambah

    defisit neraca jasa. Dapat mengakibatkan nilai tukar mata uang negara mengalami

    depresiasi.

    Menurut Hamdy Hady (2006:104), valas atau forex sebagai benda

    ekonomi mempunyai penawaran dan permintaan pada bursa valas atau forex

    market yang di sebabkan oleh ekspor dan impor. Sumber-sumber penawaran atau

    supply valas tersebut terdiri atas :

    1. Ekspor barang dan jasa yang menghasilkan valas atau forex.

    2. Impor modal atau capital import dan transfer valas lainnya dari luar negeri

    ke dalam negeri.

    Sumber-sumber permintaan atau demand valas tersebut terdiri atas :

    1. Impor barang dan jasa yang menggunakan valas atau forex.

    2. Ekspor modal atau capital export dan transfer valas lainnya dari dalam

    negeri ke luar negeri.

    Sesuai dengan teori mekanisme pasar, setiap perubahan penawaran dan

    permintaan valas yang terjadi di bursa valas akan mengubah harga atau nilai valas

    tersebut yang di tujukan oleh kurs valas atau forex rate-nya seperti tergambar

    dalam grafik berikut :

  • Gambar 2.1 : Pergeseran Kurs Valas Sumber: Sadono Sukirno, 2000:362

    Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa :

    - Bila ekspor barang/jasa dan capital import naik, penawaran valas akan

    bertambah. Bila permintaan valas tetap tidak berubah maka akan

    terjadi perubahan atau penurunan valas. Dalam hal ini valas akan

    depresiasi (penurunan nilai), sedangkan rupiah akan apresiasi

    (kenaikan nilai) atau pada titik potong E1.

    - Bila impor barang/jasa dan capital export naik maka permintaan valas

    akan bertambah. Bila penawaran tetap tidak berubah maka akan terjadi

    perubahan atau kenaikan kurs valas. Dalam hal ini valas akan apresiasi

    atau pada titik potong E2.

    5. Inflasi

    Pengertian Inflasi dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai suatu

    kenaikan relatif dalam tingkat harga umum. Inflasi dapat timbul bila jumlah

    barang-barang serta jasa-jasa yang di tawarkan atau karena hilangnya kepercayaan

    S Fx S Fx

    D Fx

    E1

    E2

    $ $

    Eo

    D Fx

    9.5000/$

    9.3000/$

    9.1000/$

  • terhadap mata uang nasional dan terdapat adanya gejala yang meluas untuk

    menukar dengan barang-barang ( Winardi dalam Setiawan, 2006 ).

    Menurut Sadono Sukirno (1994:15) inflasi didefinisikan sebagai suatu

    proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat

    inflasi (presentasi kenaikan harga) berbeda dari suatu periode ke periode

    lainnya, dan berbeda pula dari suatu negara ke negara lainnya. Inflasi adalah suatu

    kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus.

    Dalam teori ekonomi, inflasi dapat dibedakan menjadi dua jenis inflasi

    (Boediono, dalam Setiawan : 2006).

    1. Demand Pull Inflation yaitu inflasi yang di sebabkan oleh terlalu

    kuatnya peningkatan permintaan agregat dari masyarakat terhadap

    komoditi-komoditi hasil produksi di pasar barang.

    2. Cost Push Inflation yaitu inflasi yang di sebabkan karena

    meningkatnya harga-harga faktor produksi di pasar faktor produksi

    sehingga menaikan harga komoditi di pasar komoditi.

    Dalam prakteknya, inflasi dapat kita amati dengan melihat gerak dari

    indeks harga. Tetapi disini harus diperhitungkan ada tidaknya suppressed

    inflation atau inflasi yang ditutupi, yang pada suatu waktu dapat timbul karena

    harga-harga resmi makin tidak relevan bagi kenyataan.

    Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup

    diluar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan

    rejeki antara golongan-golongan masyrakat yang dapat menimbulkan permintaan

  • agregat yang lebih dari pada jumlah barang yang tersedia (yaitu apabila timbul

    infaliton gap). Selama inflanatiory gap tetap ada, selama itu pula proses inflasi

    akan berkelanjutan. Teori ini menarik karena menyoroti peranan system distribusi

    pendapatan dalam proses inflasi, dan menyarankan hubungan antara inflasi dan

    faktor-faktor non ekonomis.

    Teori Strukturalis atau lebih dikanal dengan teori jangka panjang karena

    menyoroti inflasi dari sebab-sebab yang berasal dari struktur ekonomi khususnya

    mengenai suplly bahan makanan dan barang ekspor mengatakan bahwa inflasi

    terjadi karena sebab-sebab struktural pertambahan produksi barang-barang yang

    terlalu lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga hal ini

    mengakibatkan kenaikan harga bahan makanan dan menyebabkan negara

    kekurangan devisa. Akibat selanjutnya yang menjadi penyebab inflasi menurut

    teori strukturalis adalah kenaikan harga-harga lain yang menyebabkan inflasi.

    Inflasi ini tidak bisa di obati dengan penggunaan sektor bahan makanan dan

    ekspor.

    Bagaimana tingkat inflasi dapat mempengaruhi kurs valas dapat

    digambarkan pada grafik di bawah ini.

  • Gambar 2.2 : Inflasi dan Kurs Valas Sumber: Hamdy Hady, 2006:108

    Pada keadaan semula kurs valas Rp 9.100/$, diasumsikan inflasi di

    Amerika meningkat cukup tinggi (misalnya mencapai 5%), sedangkan inflasi di

    Indonesia relatif stabil ( hanya1%) dan barang-barang yang dijual di Indonesia

    dan Amerika relatif sama dan dapat saling mensubsidi.

    Dalam keadaan demikian tentu harga barang-barang di Amerika akan

    lebih mahal sehingga impor Amerika dari Indonesia akan meningkat. Impor yang

    meningkat ini akan menyebabkan permintaan terhadap Rupiah meningkat pula. Di

    lain pihak, kenaikan barang di Amerika akan mengurangi impor Indonesia dari

    Amerika sehingga permintaan akan dolar Amerika justru turun. Permintaan dan

    penawaran valas, baik Rupiah maupun dolar Amerika sehingga kurs valas

    bergeser dari Rp 9.100/$ menjadi Rp 9.500/$ kemudian menjadi Rp 9.300/$.

    Rp 9.100/$

    Rp 9.500/$

    Rp 9.300/$

    Kurs Valas Rp/$

    Q $

    S Fx1

    D Fx1

    $ $

    D Fx

    S Fx

  • 6. Suku Bunga

    Menurut Adwin Surja. A (2002) perubahan tingkat suku bunga akan

    berdampak pada perubahan jumlah investasi di suatu negara, baik yang berasal

    dari investor domestik maupun investor asing. Khususnya pada jenis-jenis

    investasi portofolio yang umumya berjangka pendek. Perubahan tingkat suku

    bunga ini akan berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di

    pasar domestik. Dan apabila suatu negara menganut rezim devisa bebas maka hal

    tersebut akan memungkinkan terjadinya peningkatan aliran modal masuk (capital

    inflation) dari luar negeri. Hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan nilai

    tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang aisng di pasar valuta asing.

    Tingkat suku bunga rill pada umumnya lebih sering dibandingkan antar

    negara guna mengukur pergerakan nilai tukar mata uang. Secara teoritis akan

    terjadi korelasi yang signifikan antara perbedaan tingkat suku bunga di dua negara

    dengan nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang negara lain. Dalam hal ini

    tingkat suku bunga nominal bukan merupakan alat ukur yang akurat karena masih

    mengandung unsur inflasi di dalamnya.

    Berdasarkan pada prinsip International Fishers Effect, maka dapat di

    rumuskan bahwa :

    R = [( 1 + i ): (1 + it )] - 1

    Dengan R adalah kurs, i adalah tingkat suku bunga domestik, dan it adalah

    tingkat suku bunga yang terjadi di luar negeri (negara kedua). Apabila kedua sisi

    persamaan tersebut menghasilkan nilai sama, maka mengindikasikan bahwa

    investasi antar kedua negara akan menghasilkan return yang sama pula.

  • Menurut Hamdy Hady (2006:108) hampir sama dengan pengaruh tingkat

    inflasi, maka perkembangan atau perubahan tingkat bunga pun dapat berpengaruh

    terhadap kurs valas.

    Jika tingkat bunga yang ada di USA sangat tinggi maka akan banyak aliran

    modal yang masuk (rupiah) ke USA dan menyebabkan peningkatan permintaan

    USD dan penawaran rupiah sehingga kurs valas berubah dari Rp 9.100/$ menjadi

    Rp 9.300/$.

    7. Tingkat Pendapatan Nasional (GDP)

    Menurut Hamdy Hady (2006:109) tingkat pendapatan suatu negara atau

    Gross domestik Product (GDP) adalah pertumbuhan tingkat pendapatan di suatu

    negara. Seandainya kenaikan pendapatan masyarakat di Indonesia tingggi

    sedangkan kenaikan jumlah barang relatif kecil maka impor barang akan

    meningkat. Peningkatan impor ini akan membawa efek kepada peningkatan

    demand valas yang pada gilirannya akan mempengaruhi kurs valas.

    8. Jumlah Uang Beredar (M1)

    Pengertian jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) merupakan uang

    dalam bentuk uang giral dan uang kartal yang dipegang dan digunakan

    masyarakat sebagai alat transaksi pembayaran sehari-hari (Boediono, 2000)

    Perubahan reserve valuta asing (neraca pembayaran) timbul sebagai

    akibat kelebihan permintaan dan penawaran (Sadono Sukirno, 2000:370). Apabila

    terdapat kelebihan jumlah uang beredar maka neraca pembayaran akan defisit dan

  • sebaliknya apabila terdapat kelebihan permintaan uang, neraca pembayaran akan

    surplus kelebihan jumlah uang beredar akan mengakibatkan masyarakat

    membelanjakan kelebihan tersebut, misalnya untuk impor atau membeli surat-

    surat berharga luar negeri sehingga terjadi aliran modal keluar, yang berarti

    permintaan akan valas naik sedangkan permintaan mata uang sendiri turun

    (Nophirin, 1997:222)

    Jika pemerintah menambah uang beredar akan menurunkan tingkat bunga

    dan merangsang untuk investasi keluar negeri sehingga terjadi aliran modal keluar

    pada gilirannya kurs valuta asing akan naik (apresiasi). Dengan menaiknya

    penawaran uang atau jumlah uang beredar akan menaikkan harga barang yang

    diukur dengan (term of money) sekaligus akan menaikkan harga valuta asing

    yang diukur dengan mata uang domestik (Herlambang, dkk, 2001)

    9. Kurs atau Nilai Tukar

    Menurut Salvatore Dominick (1997 : 140) nilai tukar atau sering disebut

    kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar negeri

    (asing). Nilai tukar atau kurs dipertahankan sama di semua pasar melalui

    arbitrase. Arbitrase valuta asing adalah pembelian mata uang asing bila harganya

    rendah dan menjualnya bila harganya tingggi. Suatu penurunan dalam nilai mata

    uang asing di sebut depresiai, sedangkan kenaikan dalam nilai mata uang dalam

    negeri terhadap mata uang asing di sebut apresiasi. Karena mata uang suatu

    negara dapat depresiasi terhadap mata uang dan apresiasi terhadap yang lain maka

    biasanya dapat di hitung suatu kurs efektif. Kurs efektif merupakan rata-rata

  • tertimbang dari nilai tukar mata uang suatu negara. Umumnya nilai tukar di

    tentukan oleh perpotongan kurva permintaan pasar dan kurva penawaran dari

    mata uang asing tersebut.

    Menurut Hamdy Hady (2006) nilai tukar atau kurs adalah suatu rasio atau

    perbandingan antara mata uang domestik (dalam negeri) dengan mata uang asing.

    Nilai tukar atau kurs mempunyai fungsi cukup penting dalam perekonomian suatu

    negara karena nilai tukar merupakan salah satu faktor yang mendukung

    kelancaran perdagangan internasional yang dilakukan oleh berbagai negara. Nilai

    tukar harga suatu mata uang jika di pertukarkan dengan mata uang lain akan dapat

    di artikan sebagai pembanding nilai tukar mata uang.

    10. Teori Kurs atau Nilai Tukar

    a. Teori keseimbangan suku bunga (Theory of Interest Rate Parity)

    Teori IRP (Interest Rate Parity) adalah salah satu teori yang paling di

    kenal dalam keuangan internasional yang menerangkan bagaimana hubungan

    bursa valas atau forex market dengan pasar uang internasional (international

    money market) atau dengan kata lain teori ini menganalisis hubungan antara

    perubahan kurs valas dengan perubahan tingkat bunga.

    Teori IRP (Interest Rate Theory) menyatakan bahwa perbedaan

    tingkat bunga (sekuritas) pada pasar uang internasional akan cenderung sama

    dengan forward rate atau discount.

    Dengan kata lain, berdasarkan teori IRP akan dapat

    ditentukan/diperkirakan berapa perbahan kurs forward atau forward rate (FR atau

  • SI) dibandingkan dengan spot rate (SR atau SO) bila terdapat perbedaan tingkat

    bunga, misalnya antara home country dan foreign country. Menurut IRP, besarnya

    perubahan FR terhadap SR akan ditentukan oleh besarnya forward rate premium

    atau discount yang timbul sebagai akibat dari perbedaan tingkat bunga antara

    home country dan foreign country. Dengan demikian, seorang pemilik dana akan

    dapat menentukan dalam mata uang atau valas apa dananya akan dapat

    diinvestasikan. Caranya adalah dengan membandingkan besarnya tingkat bunga

    antara dua negara (home country dan foreign country) dengan perbedaan antara

    FR dan SR yang ditentukan oleh forward rate premium atau discount.

    b. Teori keseimbangan daya beli (Theory of Purchasing Power Parity)

    Teori ini pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo pada tahun

    1817 dan kemudian dikembangkan oleh Gustav cassel pada tahun 1916. teori ini

    mendasarkan logika mata uang dalam standar kertas tidak mempunyai nilai

    intrinsik atau tidak didukung dan dikaitkan nilainya dengan suatu komoditi

    tertentu yang dijadikan standar. Sehingga nilai tersebut didalam negeri ditentukan

    oleh kemampuan daya belinya

    Penjelasan teori ini didasarkan pada Law of One Price (LOP), yaitu

    hukum yang menyatakan bahwa harga produk yang sejenis di dua negara yang

    berbeda akan sama pula bila di nilai dalam Law of One Price (LOP), yaitu hukum

    yang menyatakan bahwa harga produk yang sejenis di dua negara yang berbeda

    akan sama pula bila di nilai dalam currency atau mata uang yang sama.

  • B. Penelitian Sebelumnya

    Penelitian yang dilakukan oleh Adwin Surja Atmaja (2002) yang bertujuan

    menganalisis tentang berbagai variabel ekonomi yaitu tingkat inflasi, tingkat suku

    bunga, jumlah uang beredar, pendapatan nasional di Indonesia dan Amerika serta

    posisi neraca pembayaran Internasional Indonesia dalam mempengaruhi

    pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Penelitian ini menggunakan

    model regresi yang mendapatkan hasil bahwa hanya variabel jumlah uang beredar

    yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah

    terhadap dolar Amerika. Sedangkan variabel-variabel yang lainnya tidak. Dengan

    determinasi sebesar 32,5% mengindikasikan bahwa 67,5% dari variabel terikatnya

    dipengaruhi oleh faktor-faktor selain faktor ekonomi yang dalam penelitian ini

    menjadi variabel bebas. Faktor-faktor lainnya tersebut bisa dikategorikan dalam

    faktor ekonomi lainnya maupun faktor-faktor non ekonomi.

    Dalam penelitian yang lain, Adwin Surja Atmaja (2001), mengemukakan

    bahwa sistem nilai tukar mengambang bebas akan mengakibatkan dampak yang

    tidak sama antara negara yang berperekonomian besar atau negara maju dengan

    negara yang berperekonomian kecil. Bagi negara yang berperekonomian kecil dan

    terbuka, kebijakan moneter yang dilakukan dalam sistem nilai tukar mengambang

    bebas dapat menyebabkan berubahnya tingkat pendapatan nasional sebagai akibat

    dari berubahnya kurs mata uang nasionalnya dan bukan akibat perubahan tingkat

    bunga. Selanjutnya, penerapan kebijakan fiskal di negara yang berperekonomian

    kecil dan terbuka tidak akan dapat mengubah tingkat pendapatan nasional negara

    yang bersangkutan, tetapi hanya akan menyebabkan berubahnya nilai tukar mata

  • uang domestik terhadap mata uang asing. Hal tersebut sebagai akibat dari tingkat

    suku bunga domestik yang cenderung akan tetap sama dengan tingkat suku buku

    bunga di pasar uang internasional dan berubahnya nilai ekspor bersih negara yang

    berangkutan serta mobilitas modal yang sempurna.

    Anggyatika Mahda Kurnia (2006) dengan menggunakan Rupiah terhadap

    dolar Amerika Serikat dengan periode 1997-2004 (data kuartalan) menemukan

    bahwa kurs Rupiah terhadap dolar AS dapat dijelaskan oleh jumlah uang yang

    beredar, inflasi, tingkat suku bunga SBI dan nilai impor secara bersama-sama

    mempengaruhi kurs rupiah terhadap dolar AS.

    Ni Made Sukartini dan Mienati Somnya Laksana (2000) dengan

    menggunakan analisis nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dengan periode

    awal triwulan ketiga tahun 1997 sampai tahun 1999, dengan menggunakan data

    triwulanan dan menggunakan analisis regresi yang terdiri dari beberapa variabel

    bebas yaitu transaksi berjalan, cadangan devisa, pinjaman jangka pendek,

    pertumbuhan M1 dan tingkat suku bunga memperoleh hasil bahwa hipotesis

    dalam penelitian ini dapat diterima, bahwa perubahan nilai tukar rupiah terhadap

    dolar Amerika di pengaruhi oleh pertumbuhan M1, pinjaman jangka pendek,

    transaksi berjalan, cadangan devisa dan tingkat suku bunga. Variabel-variabel

    bebas pertumbuhan M1, pinjaman jangka pendek, den tingkat suku bunga

    berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai tukar rupiah.

    Tri Wibowo dan Hidayat Amir (2000) yang mengidentifikasi variabel

    yang terkait dengan nilai tukar rupiah dan menyusun model nilai tukar rupiah

    yang terbaik, serta memperkirakan nilai tukar rupiah pada tahun berikutnya yaitu

  • 2006. Menemukan bahwa variabel moneter yang mempengaruhi nilai tukar rupiah

    terhadap dolar Amerika adalah selisih pendapatan riil Indonesia dan Amerika,

    selisih inflasi Indonesia dan Amerika, selisih tingkat suku bunga Indonesia dan

    Amerika, serta nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika satu bulan sebelumnya

    (lag-1). Selisih jumlah uang beredar (M1) Indonesia dan Amerika belum

    menunujukan pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Elastisitas

    masing-masing variabel bebas terhadap nilai tukar adalah : (i) selisih logaritma

    PDB Indonesia dan Amerika sebesar -0,814, (ii) selisih logaritma WPI Indonesia

    dan Amerika sebesar 0,463, (iii) selisih logaritma suku bunga Indonesia dan

    Amerika sebesar -0,009 dan (iv) nilai tukar sebelumnya sebesar 0,675.

    C. Kerangka Pemikiran

    Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar

    rupiah terhadap dolar Amerika di pasar valuta asing sebelum dan setelah

    diterapkannya sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia (free flaoting

    exchange rate system) dan menganalisis perbedaan faktor yang mempengaruhi

    nilai tukar rupiah pada saat diterapkannya sistem nilai tukar mengambang bebas

    (free floating exchange rate system) dan pada saat sistem nilai tukar mengambang

    terkendali (managed floating exchange rate system) di Indonesia. faktor-faktor

    tersebut adalah ekspor, impor, inflasi, SBI, pemdapatan nasional (GDP) dan

    jumlah uang beredar (M1) yang datanya diambil dari berbagai sumber data antara

    lain Bank Indonesia, International Financial Statistic (IFS), dan Badan Pusat

    Statistik (BPS).

  • Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut tersebut digunakan

    metode (teknis analisis) ARCH (Auto Regressive Conditional Heteroscedasticity)

    dan GARCH (generalized Auto Regessive Conditional Heteroscedasticity).

    Setelah melakukan langkah-langkah tersebut dilakukan uji signifikansi

    model. Yaitu dengan melakukan Uji F, Uji t, dan Uji Koefisien determinasi (R).

    Uji F dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel independen mampu

    mempengaruhi variabel dependen secara simultan (bersama-sama). Sedangkan Uji

    t dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel independen

    terhadap variabel dependen secara parsial (individu). Sedangkan Uji koefisien

    determinasi (R) ditujukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel

    independen menjelaskan variabel dependennnya yang dilihat melalui adjusted R

    square karena variabel independen dalam penelitian ini lebih dari dua. Secara

    skematis alur pikir penelitian ini dapat terlihat pada gambar berikut ini :

  • Gambar 2.3 : Kerangka Berpikir

    Metode ARCH dan GARCH

    Variabel Independen ( Ekspor, Impor,

    Inflasi,SBI, GDP, M1)

    Variabel Dependen ( Rupiah Per Dolar Amerika Serikat)

    Interpretasi

    Uji Signifikansi

    Uji Persyaratan analisis (Uji Asumsi Klasik)

    Input Data

  • E. Hipotesis

    H0: = 0 : Tidak terdapat pengaruh secara signifikan Ekspor, Impor, inflasi,

    tingkat suku bunga, tingkat pendapatan nasional (GDP) dan

    Jumlah Uang Beredar (M1) terhadap nilai tukar rupiah di pasar

    valuta asing terhadap dolar Amerika.

    H1: 0 : Terdapat pengaruh secara signifikan ekspor, impor, inflasi, tingkat

    suku bunga, tingkat pendapatan nasional (GDP) dan Jumlah

    Uang Beredar (M1) terhadap nilai tukar rupiah di pasar valuta

    asing terhadap dolar Amerika.

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh variabel

    independen terhadap variabel dependen. Adapun variabel dependen (Y) adalah

    nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sedangkan variabel

    independennya (X) adalah ekspor, Impor, inflasi, suku bunga, tingkat pendapatan

    nasional (GDP) dan Jumlah Uang Beredar (M1) sebelum dan setelah

    diterapkannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free flaoting exchange rate

    system) di Indonesia. Nilai tukar yang di analisis dalam penelitian ini adalah nilai

    tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, hal ini dilakukan karena beberapa

    alasan sebagai berikut :

    1. Amerika Serikat adalah mitra dagang utama Indonesia.

    2. Mata uang dolar Amerika termasuk hard currnecy. Yaitu mata uang yang

    perubahannya relatif stabil, kemungkinan gejolak yang terjadi dalam nilai

    tukarnya kecil.

    3. Acuan nilai tukar rupiah disandarkan pada mata uang dolar Amerika.

    Selain itu, mata uang tersebut memegang peranan penting dalam transaksi

    perdagangan internasional.

    4. Fluktuasi rupiah bergejolak sangat tajam terhadap dolar Amerika bila

    dibandingkan dengan mata uang lain yang ada.

  • Adapun periode yang di ambil dalam penelitian ini adalah mulai triwulan

    pertama tahun 1990 sampai dengan triwulan ke dua tahun 1997 dan triwulan ke

    empat tahun 1997 sampai dengan ke pertama tahun 2005. Data yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah data triwulanan.

    Alasan pemilihan tahun pada penelitian ini adalah karena pada tahun 1990

    Indonesia masih menggunakan sistem nilai tukar mengambang terkendali

    (managed floating exchange rate system) dan pada triwulan ke tiga tahun 1997

    Indonesia mulai memberlakukan sistem nilai tukar mengambang bebas. Periode

    dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua periode, yaitu triwulan pertama tahun

    1990 sampai dengan triwulan ke dua 1997 dan periode triwulan ke empat tahun

    1997 sampai dengan triwulan ke pertama tahun 2005. Perhitungan dan

    pengelolaan data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu software statistik

    dan ekonometrik dalam komputer yang sesuai, yaitu Eviews.

    B. Metode Penentuan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aktivitas dan kondisi nilai

    tukar rupiah terhadap dolar Amerika di pasar valuta asing mulai tahun 1990

    sampai dengan triwulan ke dua tahun 1997 dan periode triwulan ke empat tahun

    1997 sampai dengan triwulan pertama tahun 2005 yang merupakan suatu wadah

    atau sistem dimana perusahaan, perorangan dan Bank dapat melakukan transaksi

    keuangan internasional dengan jalan melakukan pembelian atau permintaan

    (demand) dan penjualan atau penawaran (supply) atas valas. Sedangkan untuk

    variabel independen dibatasi pada Ekspor dan Impor Indonesia, Tingkat inflasi

  • Indonesia, Tingkat suku bunga Indonesia, Pendapatan nasional (GDP) serta

    Jumlah Uang Beredar yang ada di Indonesia.

    C. Metode Pengumpulan Data

    1. Data Sekunder

    Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data runtun

    waktu (time series) dengan skala triwulanan yang diambil dari sumber data

    antara lain Bank Indonesia (BI), International Financial Statistic (IFS)

    yang dipublikasikan International Monetary Fund (IMF), buku statistik

    Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik.

    2. Kepustakaan

    Pengumpulan data dalam penelitian ini dilengkapi pula dengan

    membaca dan mempelajari serta menganalisis literatur yang bersumber dari

    buku, artikel dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.

    D. Metode Analisis

    1. Metode ARCH dan GARCH

    Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap

    variabel dependen maka menggunakan model Regresi majemuk dengan

    persamaan sebagai berikut :

    Kurs = b0 + b1 Ekspor + b2 Impor + b3 Inflasi + b4 SBI + b5 GDP +

    b6 M1 + Error term

  • Persamaan tersebut diteliti dan dianalisis dengan menggunakan

    metode ARCH (Auto Regressive Conditional heteroscedasticity) dan

    GARCH (Generalized Auto Regressive Conditional Heteroscedasticity).

    Menurut Nachrowi Djalal dan Hardius Usman (2006) alasan yang

    mendasari untuk menggunakan metode tersebut adalah :

    1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keuangan yang

    bersifat time series yaitu Ekspor, Impor, tingkat inflasi, tingkat suku

    bunga, tingkat pendapatan nasional (GDP) dan jumlah uang beredar

    (M1).

    2. Data dalam penelitian ini mempunyai varian error (et) yang tidak

    konstan.

    3. Dalam metode ARCH dan GARCH varian error (et) yang tidak

    konstan dapat dimanfaatkan untuk membuat model.

    4. Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan pembanding dengan

    penelitian sebelumnya yang menggunakan teknik ananlisis lain.

    Berdasarkan alasan-alasan di atas maka sangatlah tepat untuk

    menggunakan metode ARCH dan GARCH sebagai metode analisis dalam

    penelitian ini.

    Dalam metode ARCH dan GARCH tidak memandang

    heteroskedastisitas sebagai permasalahan, tetapi justru dapat dimanfaatkan

    untuk membuat model. Bahkan dengan memanfaatkan heteroskedastisitas

  • dalam error dengan tepat, maka akan diperoleh estimator yang lebih

    efisien. Biasanya dalam sebuah model varian dari error tidak tergantung

    pada variabel bebas melainkan berubah-ubah seiring dengan perubahan

    waktu. Pada model seperti ini, ada suatu periode dimana volatilitas sangat

    tinggi dan ada periode lain yang volatilitasnya sangat rendah. Pola

    volatilitas yang seperti ini menunjukan adanya heteroskedastisitas karena

    terdapat varian error yang besarnya tergantung pada volatilitas error di

    masa lalu. Data yang mempunyai sifat heteroskedastisitas seperti ini dapat

    di modelkan dengan ARCH (Auto Regressive Conditional

    heteroscedasticity) dan GARCH (Generalized Auto Regressive

    Conditional Heteroscedasticity) yang dikenalkan oleh Robert Engle. Pada

    intinya model ARCH dapat dijelaskan sebagai berikut :

    Dengan menggunakan model penelitian yaitu :

    Y =b0 + b1 X1t + b2X2t + et

    t atau et varian heteroskedastisitas dan mengikuti persamaan berikut :

    t = o + 1 et-1 ; t = var (et)

    Dapat dilihat bahwa var (et) dijelaskan oleh dua komponen :

    o : Komponen konstanta : o

    1 et-1 : Komponen variabel, disebut komponen ARCH

    Pada model ini, et heteroskedastisitas, conditional pada et-1.

    dengan menambahkan informasi conditional ini estimator dari b0, b1, b2,

    b3, b4, b5 dan b6 menjadi lebih efisien.

  • Model ARCH di atas, dimana var (et) tergantung hanya pada

    volalitas satu periode lalu, seperti pada t = o + 1 et-1, disebut model

    ARCH (1). Sedangkan secara umum, bila var (et) tergantung pada volalitas

    beberapa periode lalu seperti t = o + 1 et-1 + 2et-2 + p etp

    disebut model ARCH (p). atau dituliskan dengan :

    t = o + 1 et-i

    i=1

    Pada model ini, agar varian menjadi positif (var (e) > 0), maka

    harus dapat dibuat pembatasan, yaitu : o > 0 dan 0 < 1 < 1. Untuk

    mengestimasi b0, b1, b2, b3, b4, b5 dan b6 serta o dan 1 teknik yang

    digunakan biasanya teknik maximum likelihood, dalam penelitian ini

    proses estimasi model tersebut dilakukan dengan menggunakan program

    EViews.

    Pada model ARCH (p) tersebut, dengan jumlah p yang relatif besar

    akan mengakibatkan banyaknya parameter yang harus diestimasi, agar

    parameter yang diestimasi tidak terlalu banyak, var (et) dapat dijadikan

    model berikut :

    t = o + 1 et-1 + 1 t-1

    Model ini disebut model GARCH (1) karena t tergantung pada

    et-1 dan t-1 yang masing-masing mempunyai lag waktu satu. Sama

  • halnya dengan model ARCH, agar varian menjadi positif (var (e) > 0),

    maka pada model ini juga dibuat pembatasan, yaitu: o > 0 dan 1 0; dan

    1 + 1 < 1.

    2. Pengujian Persyaratan Analisisis (Uji Asumsi Klasik)

    a. Normalitas

    Menurut Singgih Santoso (2000: 213), normalitas bertujuan untuk

    menguji apakah sebuah model regresi, variable dependen, variable

    independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak.

    Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati

    normal.

    Untuk mengetahui kenormalan suatu model, maka dapat

    dibuktikan dengan melekukan Uji Jarque-Bera. Menurut Nachrowi Djalal

    dan Hardius Usman (2006: 438), Uji Jarque-Bera digunakan untuk

    mengetahui apakah residual dalam model estimasi berdistribusi normal

    atau tidak seperti yang diisyaratkan dalam model maximum Likelihood.

    Residual terdistribusi normal jika kurva mengikuti bentuk lonceng dan

    nilai statistik Jarque-Bera memiliki probabilitas lebih besar dari 5% atau

    0,05.

    b. Multikoliniearitas

    Istilah kolinearitas ganda (multicolinearity) diciptakan oleh Ranger

    frish didalam bukunya Statistical confluense Analysis by Means of

  • complete regression system istilah tersebut berarti adaya hubungan linier

    yang sempurna atau eksak (perfect of exact) di antara variabel-variabel

    bebas dalam model regresi.

    Uji multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya

    hubungan antara beberapa variabel independen atau semua variabel

    independen dalam model regresi. Multikolinieritas merupakan keadaan

    dimana satu atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai

    kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika di antara

    peubah-peubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu

    dengan yang lain maka bisa dikatakan bahwa tidak terjadi

    multikolinearitas.

    Untuk menguji asumsi multikolinearitas dapat dideteksi dengan

    menghitung koefisien korelasi antar variabel independen. Menurut

    Nachrowi Djalal dan Hardius Usman (2006:247), korelasi tergolong kuat

    jika besarnya koefisien korelasi mencapai 0,8 atau lebih.

    c. Autokorelasi

    Istilah autokorelasi (autocorrelation) menurut Maurice G. Kendal

    dan William R. Buckland, A Dictionari Of Statistical Term : Correlation

    between members of series of observations ordered in time (as in time-

    series) or space (as cross-sectional data). Jadi autokorelasi merupakan

    korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu

  • (seperti data time series) atau menurut urutan tempat (seperti data cross

    section) atau korelasi pada dirinya sendiri.

    Autokorelasi dapat didefinisikan pula sebagai terjadinya korelasi

    diantara data pengamatan sebelumnya. Dengan kata lain, dapat dikatakan

    bahwa munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Menurut

    Nachrowi Djalal dan Hardius Usman (2006:433), uji korelasi dengan

    menggunakan Durbin-Watson sudah tidak relevan lagi dalam model

    ARCH GARCH. Maka untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat

    dilihat dengan Uji autokorelasi data yang dilakukan dengan Correlogram

    statistic. Korelasi antar data dapat diketahui dengan melihat nilai

    probabilitas dari Correlogram statistic yang secara statistik memiliki

    signifikansi, jika nilai probabilitas lebih besar dari 5% atau 0,05 maka data

    dapat dikatakan tidak mengandung masalah autokorelasi.

    3. Uji F (Uji Secara Simultan)

    Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi

    tersebut. Bila nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel atau tingkat signifikannya

    lebih kecil dari 5% (: 5% = 0.05) maka hal ini menunjukan bahwa H0

    ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel independen secara simultan

    (ekspor, impor, inflasi, suku bunga (SBI), pendapatan nasional (GDP) dan

    jumlah uang beredar (M1) ) berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar

    rupiah di pasar valuta asing terhadap dolar Amerika Serikat sebelum dan

    setelah diterapkannya free ploating exchange rate system di Indonesia.

  • 4. Uji t (Uji Secara Parsial)

    Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen

    terhadap variabel dependen secara parsial. Bila Zhitung lebih besar atau

    lebih kecil dari Ztabel atau nilai signifikan t (: 5% = 0.05) maka H0 ditolak

    dan H1 diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

    secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam

    penelitian ini berarti terdapat pengaruh signifikan secara parsial (ekspor,

    impor, inflasi, suku bunga (SBI), pendapatan nasional (GDP) dan jumlah

    uang beredar (M1) ) terhadap nilai tukar rupiah di pasar valuta asing

    terhadap dolar Amerika sebelum dan setelah diterapkannya free ploating

    exchange rate system di Indonesia.

    5. Uji Koefisien Determinasi (R)

    Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar

    kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependennya yang

    dilihat melalui adjusted R square karena variabel independen dalam

    penelitian ini lebih dari dua.

    E. Operasional Variabel

    Kurs atau Nilai Tukar (Y) Kurs atau nilai tukar mata uang (exchange rate) merupakan harga suatu

    mata uang terhadap mata uang yang lain. Data kurs yang dipakai adalah

    data persentase pertumbuhan kurs Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat

  • secara triwulanan. Adapun data kurs yang digunakan adalah nilai tengah

    antara mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebelum dan

    setelah di terapkannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free ploating

    exchange rate system) di Indonesia. Data kurs Rupiah per dolar AS

    diperoleh dari data IFS.

    Ekspor Menurut Mankiw (2000:67) ekspor adalah berbagai barang yang

    diproduksi di dalam negeri dan dijual ke luar negeri. Ekspor

    mengakibatkan aliran masuknya valuta asing dari luar negeri ke dalam

    negeri. Dengan demikian penawaran dolar di masyarakat akan meningkat

    yang mengakibatkan kurs rupiah menguat. Penurunan nilai tukar mata

    uang akan membuat berbagai komoditas ekspor menjadi lebih murah bagi

    para importir atau pihak asing sehingga barang ekspor dapat lebih

    kompetitif di pasaran internasional karena harga-harga dapat bersaing.

    Dengan demikian, hubungan antara ekspor dengan nilai tukar rupiah

    adalah positif. Adapun data ekspor yang di gunakan dalam penelitian ini

    adalah ekspor non migas yang menurut Siti Astiyah dan M. Setyawan

    Santoso (2005:383), mempunyai peranan penting dalam ekspor Indonesia

    karena mencakup 28 kelompok barang.

  • Impor Menurut Mankiw (2000:67), impor adalah berbagai barang yang di

    produksi di luar negeri dan di jual ke dalam negeri. Penurunan nilai tukar

    mata uang akan membuat harga barang impor menjadi lebih mahal bagi

    penduduk domestik. Akibatnya permintaan barang impor akan turun.

    Hubungan antara impor dan nilai tukar adalah negatif dimana apabila

    tejadi peningkatan impor maka akan meningkatkan permintaan tehadap

    dolar yang pada akhirnya akan membuat nilai tukar melemah. Adapun

    data Impor yang di gunakan dalam penelitian ini adalah impor non migas

    karena hampir semua impor telah dapat dicakup dalam impor non migas

    baik impor barang konsumsi, bahan baku, maupun barang modal (Siti

    Astiyah dan M. Setyawan Santoso, 2005:384)

    Tingkat Inflasi (I) Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang kebutuhan umum yang terjadi

    secara terus-menerus. Inflasi merupakan perubahan dari titik yang diukur

    dalam satuan persen. Parameter dari inflasi disini adalah Indeks Harga

    Konsumen (IHK) di Indonesia. Variabel ini mengukur tingkat persentase

    pertumbuhan inflasi di Indonesia dalam jangka waktu triwulanan. Data

    inflasi ini diperoleh dari data IFS.

  • Tingkat Suku Bunga (R) Tingkat Suku Bunga adalah angka rata-rata persentase pertumbuhan suku

    bunga yang ditetapkan oleh Bank Central. Suku bunga Indonesia yang

    dipergunakan adalah suku bunga nominal dalam satuan persen. Data suku

    bunga Indonesia menggunakan suku bunga bank Indonesia (SBI). Data

    suku bunga yang digunakan diukur dalam satuan persen. Variabel ini

    mengukur suku bunga Bank Indonesia secara triwulanan. Suku bunga

    Indonesia diperoleh dari data IFS.

    Tingkat Pendapatan Nasional (GDP) Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa

    akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi dalam suatu negara dalam

    jangka waktu tertentu. GDP yang dirinci menurut lapangan usaha atas dasar

    harga tetap. Variabel ini mengukur pertumbuhan PDB Indonesia. Data

    GDP Indonesia diperoleh dari data IFS.

    GDP =

    Jumlah Uang Beredar (M1) Jumlah uang beredar adalah uang dalam arti sempit (M1) yang terdiri dari

    uang kartal dan uang giral yang dipegang oleh masyarakat. Data jumlah

    uang beredar yang digunakan diukur berdasarkan pertumbuhan jumlah

    uang yang beredar di Indonesia secara triwulanan. Data jumlah uang

    beredar Indonesia diperoleh dari International Financial Statistic (IFS).

    GDPt - GDPt-1 GDPt-1

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Perkembangan Kurs Rupiah per Dolar Amerika serikat

    Kondisi perekonomian suatu negara bisa tercermin dari nilai mata uang

    negara tersebut terhadap mata uang Negara lain (hard currency). Fluktuasi kurs

    mata uang dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi yang terjadi dalam suatu

    negara. Stabilitas pergerakan kurs mata uang menunjukkan fundamental ekonomi

    berada pada kondisi stabil. Trend pergerakan nilai tukar terkadang menguat secara

    tajam atau bahkan sebaliknya melemah secara tajam, ini biasanya dipengaruhi

    oleh faktor instabilitas ekonomi atau akibat adanya permainan para spekulan mata

    uang asing.

    Nilai tukar mata uang merupakan sinyal sangat penting dalam perekonomian,

    karena mempengaruhi tingkah laku semua sektor ekonomi baik dalam kegiatan

    produksi, konsumsi, investasi maupun berjaga-jaga. Fluktuasi berlebihan dari nilai

    mata uang tidak hanya mempersulit perhitungan biaya produksi tapi juga

    menimbulkan motif berjaga-jaga yang berlebihan. Sampai suatu tingkatan

    tertentu, fluktuasi akan sangat mengganggu, sehingga bagi suatu unit usaha nilai

    mata uang yang lebih lemah (terdepresiasi) namun relatif stabil lebih disukai

    ketimbang nilai lebih kuat tetapi berfluktuatif. Nilai tukar yang lazim disebut kurs,

    mempunyai peran penting dalam rangka tercapainya stabilitas moneter dan dalam

    mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk

    terciptanya iklim yang kondusif bagi peningkatan kegiatan dunia usaha.

  • Salah satu faktor yang mempengaruhi aliran barang, jasa dan modal antara

    Indonesia dengan luar negeri adalah nilai tukar rupiah (kurs) terhadap mata uang

    asing. Oleh karena itu, nilai kurs perlu dijaga agar dapat berperan secara optimal

    dalam mendukung perekonomian nasional. Namun perlu diingat bahwa dalam

    perekonomian yang terbuka dengan dunia luar, pengendalian kurs rupiah menjadi

    semakin sulit. Apalagi mata uang rupiah semakin mendunia karena rupiah

    diperjual belikan di pasar uang Internasional, seperti Singapura, Hongkong, dan

    New York. Diperjualbelikannya rupiah di beberapa pasar uang internasional

    merupakan pertanda bahwa Indonesia semakin penting dalam perekonomian

    internasional. Namun dipihak lain, mendunianya rupiah juga membawa

    konsekuensi rupiah makin dipengaruhi oleh perkembangan mata uang

    internasional khususnya terhadap dolar Amerika Serikat.

    Secara garis besar, sejak periode 1970, Indonesia telah menerapkan tiga

    sistem nilai tukar, yaitu sistem nilai tukar tetap (fixed rate system) mulai periode

    1970 sampai 1978, sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating

    system) sejak periode 1978, dan sistem nilai tukar mengambang bebas (free

    floating exchange rate system) sejak 14 Agustus 1997.

    Dalam Managed floating system nilai kurs rupiah terhadap valuta asing

    ditentukan oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran) valuta asing disertai

    oleh pengendalian oleh otoritas moneter. Maksud pengendalian ini adalah agar

    rupiah tidak terlalu fluktuatif dan tetap wajar, sebab nilai tukar yang terlalu

    fluktuatif akan berdampak negatif terhadap aliran barang, jasa dan modal, yang

    pada gilirannya mempengaruhi perekonomian nasional. Managed floating system

  • dapat mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah dalam rentan waktu yang lama

    dan pada pihak lain memberikan ruang gerak berupa fleksibilitas guna merespon

    keadaan pasar dengan adanya band intervensi yang merupakan kewenangan Bank

    Indonesia sebagai otoritas moneter. Selain itu, diluar devaluasi rupiah yang telah

    dilakukan Indonesia berkali-kali, setiap tahun rata-rata nilai rupiah mengalami

    depresiasi sekitar 4-5% terhadap nilai dolar AS. Sejak tahun 1990 sampai dengan

    minggu ke dua Juli 1997 nilai tukar Rupiah cukup stabil dan wajar. Pada akhir

    Desember 1990 kurs antara Rupiah dengan dolar Amerika Serikat (kurs tengah)

    adalah Rp 1.901,00 dan kurs ini mengalami penyesuaian menjadi Rp 2.383,00

    pada akhir tahun 1996. kestabilan nilai kurs Rupiah berlanjut sampai dengan 11

    Juli 1997 dimana nilai kurs Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat Rp. 2.440,00.

    Hal ini dapat kita lihat dalam grafik 4.1 yang menunjukan bahwa nilai tukar

    rupiah pada tahun 1990 sampai triwulah ke dua tahun 1997 relatif stabil.

    Kestabilan nilai tukar rupiah tersebut diperkirakan disebabkan oleh kondisi

    ekonomi, politik, dan keamanan Indonesia yang relatif stabil pada tahun 1990

    samapai tahun 1997 sehingga berpengaruh juga terhadap kestbilan nilai tukar

    rupiah terhadap dolar Amerika.

    Namun dalam minggu kedua Juli 1997 gonjangan terhadap nilai tukar

    rupiah mulai dirasakan, yang bermula dari jatuhnya mata uang Bath Thailand.

    Pemerintah pada tanggal 14 Agustus 1997 melepas bata-batas kurs intervensi.

    Dengan pelepasan batas-batas kurs intervensi, pemerintah meninggalkan sistem

    nilai tukar rupiah yang mengambang terkendali menjadi sistem nilai tukar

    mengambang (free floating exchange rate system) murni sehingga nilai tukar kurs

  • KURS

    0

    2.000

    4.000

    6.000

    8.000

    10.000

    12.000

    14.000

    16.000

    Tahu

    n

    1991

    Q1

    1992

    Q1

    1993

    Q1

    1994

    Q1

    1995

    Q1

    1996

    Q1

    1997

    Q1

    1998

    Q1

    1999

    Q1

    2000

    Q1

    2001

    Q1

    2002

    Q1

    2003

    Q1

    2004

    Q1

    2005

    Q1

    KURS

    rupiah ditentukan sepenuhnya oleh kekuatan pasar. Walaupun demikian,

    pemerintah dapat mempengaruhi nilai kurs Rupiah baik secara langsung maupun

    secara tidak langsung, yaitu melalui kebijaksaan fiskal dan moneter.

    Grafik 4.1 : Fluktuasi Kurs Rupiah Terhadap Dolar AS Sumber : data diolah

    Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada Juli 1997 yang dipicu oleh

    terdepresiasinya mata uang Thailand (Bath) kemudian berimplikasi pula terhadap

    penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Dalam rentan waktu

    3 tahun nilai tukar rupiah berfluktuasi dari Rp 2.000 samapi Rp 16.000 per dolar

    Amerika Serikat. Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat

    pada pertengahan tahun 1997 sampai tahun 2002 diperkirakan karena pada tahun-

    tahun tersebut bangsa Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi yang cukup

    parah yang menyebabkan kondisi ekonomi, politik, keamanan Indonesia tidak

    stabil. Sehingga menyebabkan perekonomian dalam negeri secara keseluruhan

    terganggu.

  • Namun demikian, sejak tahun 2002 - 2006 trend pergerakan kurs rupiah

    stabil pada kisaran rata-rata Rp 9.000 Rp 11.000 per dolar Amerika Serikat. Ini

    mengindikasikan bahwa kinerja perekonomian Indonesia mulai menuju stabilitas

    makro.

    Grafik 4.2 : Tingkat Inflasi Sumber : Data diolah

    Jika dilihat perkembangan tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia

    sepanjang tahun 1995 2006 yang tergambar dari grafik 4.2 adanya

    kecendrungan korelasi positif antara fluktuasi nilai tukar rupiah per dolar AS

    dengan fluktuasi tingkat inflasi yang terjadi. Yang paling mudah teridentifikasi

    adalah pada saat terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 dimana pada saat itu

    terjadi depresiasi nilai tukar rupiah kemudian berakibat kepada peningkatan secara

    besar-besaran tingkat inflasi. Hal ini bisa dilihat dari grafik 4.2 di atas. Akibat

    krisis yang melanda Indonesia yang dipicu oleh melemahnya nilai rupiah bahkan

    hampir sampai Rp 16.000/USD berakibat pula pada gejolak tingkat inflasi sampai

    80%.

    -100

    102030405060708090

    1995

    Q1

    1995

    Q4

    1996

    Q3

    1997

    Q2

    1998

    Q1

    1998

    Q4

    1999

    Q3

    2000

    Q2

    2001

    Q1

    2001

    Q4

    2002

    Q3

    2003

    Q2

    2004

    Q1

    2004

    Q4

    2005

    Q3

    2006

    Q2

    Series1

  • Grafik 4.3 : Tingkat Suku Bunga Sumber : Data diolah

    Sedangkan untuk perkembangan suku bunga juga mengalami pengaruh

    akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997. hal ini dapat

    dilihat dari grafik 4.3 yang menunjukan tingkat suku bunga yang sangat tinggi, ini

    diakibatkan suku bunga merupakan salah satu kebijakan yang dapat dilakukan

    demi meredam tingkat inflasi yang terjadi pada saat krisis. Sedangkan untuk saat

    ini tingkat suku bunga berada pada kisaran 12% pertahun. Dan ini berada pada

    tingkat pertumbuhan yang stabil.

    Krisis ekonomi yang melanda Indonesia berdampak pada berbagai

    fundamental ekonomi di negeri ini. Hal ini terlihat pada penurunan Gross

    Domestic Product (GDP) dan neraca pembayaran (BOP) atau cadangan devisa.

    Namun untuk saat ini fundamental ekonomi tersebut sudah mengalami

    peningkatan yang diakibatkan kondisi makro ekonomi Indonesia yang sudah

    mengalami recovery.

    rd

    01020304050607080

    1990

    Q2

    1991

    Q2

    1992

    Q2

    1993

    Q2

    1994

    Q2

    1995

    Q2

    1996

    Q2

    1997

    Q2

    1998

    Q2

    1999

    Q2

    2000

    Q2

    2001

    Q2

    2002

    Q2

    2003

    Q2

    2004

    Q2

    2005

    Q2

    rd

  • B. Penemuan dan Pembahasan

    1. Deskripsi Data

    a. Sebelum diterapkannya free floating exchange rate system

    Hasil olah data yang dilakukan sebelum diterapkannya free floating

    exchangerate system, dapat dijelaskan mengenai variabel-variabel yang

    terdapat pada model yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel-

    variabel tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

    Tabel 4.1

    Data Variabel 1

    Tahun

    KURS (Rp/$)

    Ekspor (Ribu $)

    Impor (Ribu $)

    Inflasi

    SBI

    GDP (Miliar Rp)

    M1 (Miliar Rp)

    1990Q1 1.823 3471515 4069740 0,002375 0,03285 28004,1 221551990Q2 1.844 3511595 4424544 0,005 0,036075 28604,2 232041990Q3 1.864 3687798 5135533 0,008625 0,04405 28804,3 229821990Q4 1.901 4015023 5676371 0,00875 0,0462 29804,3 238191991Q1 1.932 3915193 5754334 0,009875 0,0517 30532,8 235711991Q2 1.954 4308177 5845536 0,00595 0,042075 30573,9 246101991Q3 1.968 4806353 5817825 0,005125 0,046425 30806,3 258051991Q4 1.992 4838643 5845127 0,004875 0,046225 31520,2 263411992Q1 2.017 5150300 5940893 0,0035 0,044975 32691,1 273181992Q2 2.033 5338757 6144145 0,00425 0,041675 32206,3 268801992Q3 2.038 5956324 6512572 0,0015 0,038225 32706,2 276501992Q4 2.062 5763068 6038835 0,0161 0,034975 33501,2 287791993Q1 2.071 5898019 5813091 0,0161 0,032475 33901,7 305931993Q2 2.088 6155711 6482474 0,017425 0,029225 34553,1 313421993Q3 2.108 5905449 6007946 0,0206 0,021125 35921 348121993Q4 2.110 6569126 7409426 0,024425 0,02335 35331,3 368051994Q1 2.144 6386643 6189602 0,009275 0,021225 36092,9 379081994Q2 2.180 6912536 7597023 0