8 bab ii - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5001/5/2012-1-26401-561309013-bab2...desain, bentuk...
TRANSCRIPT
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Defenisi Produk
Menurut Ma’arif dan Tanjung (2003), produk adalah penawaran yang
memuaskan terhadap kebutuhan dari suatu organisasi.
Menurut Yamit (2003), produk adalah sebuah yang digagaskan, dibuat,
dipertukarkan (melalui transaksi jual-beli) dan digunakan oleh manusia karena
adanya sifat dan fungsi yang diperoleh melalui sebuah proses transformasi
produksi yang memberikan nilai tambah.
Menurut Widodo (2003), produk adalah suatu keluaran (output) yang
diperoleh dari sebuah proses produksi (transpormasi) yang merupakan
pertambahan nilai dari bahan baku (material input), dan merupakan komoditi
yang dijual perusahaan kepada konsumen.
Disamping itu Bufa (1993), berpendapat bahwa produk adalah segala
sesuatu yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia maupun
organisasi. Produk dapat mencakup benda fisik, jasa, prestise, tempat,
organisasi maupun idea. Produk yang berwujud, biasa disebut sebagai barang,
sedangkan yang tidak berujud disebut jasa.
Menurut Ellitan dan Anatan (2007), 3 (tiga) aspek produk yang perlu
diketahui antara lain :
1) Produk inti ( Core Product)
Produk inti merupakan manfaat inti yang ditampilan oleh suatu
produk kepada konsumen dalam memenuhi kebutuhan serta
9
keinginannya. Seperti contoh sepotong roti memiliki manfaat inti berupa
memenuhi selera makan konsumen.
2) Produk yang diperluas ( Augmented Product)
Produk yang diperluas merupakan manfaat tambahan diluar produk
inti. Tambahan manfaat itu berupa pemasangan instalasi, pemeliharaan,
pemberian garansi serta pengirimannya.
Deversifikasi produk adalah produk yang diperluas, deversidikasi
produk merupakan upaya untuk memasarkan beberapa produk yang
sejenis dengan produk yang sudah ada dipasar sebelumnya. Seperti
contoh deversifikasi produk, perusahaan mobil toyota mendeversifikasi
produknya dengan mengeluarkan berbagai jenis mobil yaitu corona,
corola, starlet, kijang.
Sedangkan contoh augmented produk, toyota kijang sudah dilengkapi
dengan tambahan-tambahan fasilitas kenyamanan berupa power
steering.
3) Produk Formal ( Formal Product)
Produk formal merupakan “penampilan atau perwujudan” dari produk
inti maupun perluasan produk. Produk formal inilah yang dikenal pembeli
sebagai daya tarik yang tampak langsung atau tangible offer dimata
konsumen.
Terdapat 5 komponen yang terdapat pada produk formal yaitu : 1)
Desain, bentuk dan coraknya. 2) Daya tahan serta mutunya. 3) Daya tarik
serta keistimewaan. 4) Pengemasan atau bungkusan produk. 5) Nama
merek (brand name).
10
Banyak perusahaan terkemuka menyatakan bahwa produk yang baik di
mulai dari perencanaan pengorganisasian proses yang baik pula, hal ini
berkenaan dengan tingkat efisiensi dan efektifitas selama pengembangan produk
berlangsung (Widodo, 2003).
2.2 Perancangan Dan Pengembangan Produk
Perancangan dan pengembangan produk dapat didefenisikan sebagai suatu
proses yang berhubungan dengan keberadaan produk yang meliputi segala
aktifitas mulai dari identifikasi konsumen sampai pada pabrikasi, penjualan dan
deliveri dari produk (Widodo, 2003).
Perancangan dan pengembangan produk menjadi suatu bagian dari proses
inovasi, untuk itu diharapkan dapat mengasilkan inovasi – inovasi produk yang
mampu memberikan keunggulan tertentu didalam mengatasi persaingan produk
(Widodo, 2003).
2.2.1 Perancangan Produk
2.2.1.1 Defenisi Umum Tentang Perancangan Produk
Menurut Handoko (1984), perancangan (designing) adalah upaya tindak
lanjut, penjabaran dan rincian dari perencanaan produk. Perencanaan bisa
dikatakan bersifat makro dan menyeluruh sedangkan perancangan bersifat mikro
dan teknis.
Menurut Ellitan dan Anatan (2007), bahwa perencanaan dan perancangan
saling berhubungan satu sama lain, dalam suatu perancangan dibutuhkan
perencanaan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Perlu diketahui
perencanaan merupakan suatu aktivitas universal manusia, suatu keahlian dasar
11
dalam kehidupan yang berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelum
diadakan pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada.
Menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan kebutuhan manusia
adalah hal yang ingin yang dicapai dari proses perancangan. Salah satu caranya
adalah dengan merancang, dengan berorientasi terhadap keinginan dan
kebutuhan pelanggan. Keinginan setiap manusia tersebut dalam perancangan
produk melalui penggambaran secara komputer dan analisis teknik, yang dapat
diproses secara teratur, penentuan waktu untuk mengkonsumsinya dan termasuk
dalam memasarkannya (Ginting, 2010).
Perancangan produk berarti sudah termasuk di dalamnya setiap aspek
teknik dari produk, mulai dari pertukaran atau penggantian komponen dalam
pembuatan, perakitan, finishing sampai pada kekurangannya. Sebuah produk
seharusnya dikerjakan lebih dari operasi biasa untuk meningkatkan market
placenya yaitu mempertimbangkan seluruh harga-harga, seluruh kelengkapan
dan target segmen pasar (Ginting, 2010).
Menurut Ginting (2010), perancangan produk baru adalah suatu hal yang
harus dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya.
Perancangan produk baru dapat ditinjau dari dua sisi antara lain :
1) Produk baru yang benar-benar baru (hasil inovasi).
2) Produk baru yang merupakan hasil modifikasi.
Perancangan produk mempunyai peranan penting dalam mendefenisikan
bentuk fisik produk agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Tugas bagian
perancangan mencakup desain engineering seperti mekanik, elektrik dan
software (Ulrich dan Eppinger, 2001).
12
Merancang produk merupakan prasyarat untuk produksi. Hasil keputusan
desain produk selanjutnya ditransmisikan ke operasi sebagai spesifikasi
produksi, guna untuk merumuskan karakteristik produk dan memungkinkan
pelaksanaan produksi (Purnomo, 2004).
Banyak konsep atau metode yang dapat diterapkan dalam merancangan
produk seperti contoh metode Quality Function Deployment (QFD). Konsep ini
dibangun serta dikembangkan guna untuk menjamin bahwa produk yang
memasuki tahapan produksi benar-benar akan dapat memuaskan kebutuhan
pelanggan, dengan jalan membentuk tingkat kualitas yang diperlukan dan
kesesuaian yang maksimum pada setiap tahap pengembangan. Tetapi dalam
perancangan dan pengembangan dalam hal ini lebih cenderung menggunakan
teknik pembangkitan ide yaitu brainstorming (Nasution, 2006).
Merancang produk dilakukan untuk melayani masyarakat dan senantiasa
dikembangkan dari waktu ke waktu. Produk dan jasa dirancang karena ada
orang yang percaya bahwa masyarakat membutuhkan suatu produk (Moore dan
Thomas, 1980).
2.2.1.2 Aktifitas Rancangan
Menurut Ginting (2010), pada perancangan produk dibutuhkan aktifitas
rancangan, esensi aktivitas perancangan adalah deskripsi akhir produk yang
dimengerti oleh pihak lain yang membuat yang diwujudkan dalam gambar teknik
(aturan-aturan, simbol-simbol, dan konversi). Pada saat ini, proses pembuatan
produk sudah menggunakan robot dan terkomputerisasi dan bentuk komunikasi
lain yang juga digunakan adalah dalam bentuk program komputer.
13
Menurut Ginting (2010), bagian-bagian yang ada pada aktifitas rancangan
antara lain :
1) Komunikasi Rancangan
Setiap ide atau gagasan yang dimiliki oleh setiap orang, senantiasa di
deskripsikan melalui forum komunikasi guna mendapatkan rancangan
yang mempunyai spesifikasi yang jelas.
2) Evaluasi Rancangan
Dari banyaknya rancangan yang telah dideskripsikan pada komunikasi
rancangan, maka dilakukan evaluasi dengan melewati prosedur sekaligus
menggunakan metode analisis pada perancangan, sehingga
mendapatkan rancangan terbaik dari banyaknya rancangan yang ada.
3) Pembentukan Rancangan
Setelah didapat rancangan terbaik, maka rancangan dibuat
menggunakan gambar teknik. Pembentukan rancangan sebagian
tergantung pada kemampuan melihat sesuatu secara mendalam, dalam
mata pikiran, tetapi tergantung lebih banyak pada kemampuan membuat
visualisasi eksternal. Gambar teknik merupakan kunci dari proses
perancangan. Gambar teknik yang dibuat perancang bukanlah
dimaksudkan untuk dikomunikasikan dengan yang lain, tetapi untuk
komunikasi dengan diri sendiri terlebih dahulu.
4) Eksplorasi Rancangan
Pada awal proses perancangan, perancang biasanya dihadapkan
pada masalah yang sangat sulit didefinisikan, dan perancang harus
menghasilkan solusi yang dapat didefinisikan dengan baik. Eksplorasi dari
14
solusi dan masalah rancangan juga sering diselesaikan melalui gambar-
gambar sketsa ide sementara.
2.2.1.3 Fase-Fase Dalam Perancangan Produk
Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009), ada 3 (tiga) fase dalam merancang
produk, yaitu :
1) Functional Design
Functional design bertujuan untuk mengembangkan suatu model
fungsional yang aktif dari suatu produk, tanpa memandang apakah
produk akan berakhir seperti apa.
2) Industrial Design
Industrial desain bertujuan merancang untuk keindahan yang dipakai
pada akhir produk.
3) Design for manufacturability
Design for manufacturability bertujuan untuk memasukkan fungsional
desain produk kedalam produk yang manufacturable. Perancangan harus
memperhatikan banyak aspek serta dapat menggunakan berbagai
metode dan alternatif bahan baku untuk membuat produk.
2.2.1.4 Faktor-Faktor Dalam Melakukan Rancangan Pro duk
Menurut Sayuti (2008), faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
perancangan produk antara lain :
1) Faktor Fungsional
Bagi konsumen, suatu produk harus dapat memberikan kegunaan sesuai
dengan fungsinya.
15
2) Faktor Keandalan
Produk harus mampu berfungsi untuk jangka waktu yang telah ditetapkan
tanpa mengalami gangguan atau kerusakan.
3) Faktor Pemeliharaan (Maintainability)
Pembuatan produk harus memperhatikan kemudahan dalam melakukan
pemeliharaan.
4) Faktor Mampu Diproduksi (Produceability)
Hasil akhir dari suatu proses perancangan merupakan produk akhir yang
telah melewati tahapan komersialisasi.
5) Faktor Manusia
Perancangan produk perlu mempertimbangkan faktor manusia (human
factors).
6) Faktor Keamanan.
7) Faktor Disposeability.
2.2.2 Pengembangan Produk
2.2.2.1 Defenisi Umum Tentang Pengembangan Produk
Menurut Widodo (2003), pengembangan produk adalah suatu kreativitas
yang dilakukan ketika produk berada pada masa kejenuhan, yang bertujuan
untuk mempertahankan eksistensi dari produk tersebut. Pengembangan produk
akan selalu dilakukan oleh dunia industri untuk menyelaraskan kebutuhan
konsumen dan spesifikasi produk yang dikembangkan. Hal ini menyangkut
beberapa kriteria penting seperti reliabilitas produk, kemampuan perayanan,
ketangguhan atau proses manufakturnya. Disisi lain, biaya produksi merupakan
salah satu kunci utama dari kesuksesan produk dilihat dari segi ekonomisnya.
16
Sehingga, keseimbangan antara nilai biaya dan pemenuhan kebutuhan
konsumen menjadi bagian yang menentukan kesuksesan suatu produk.
Proses pengembangan merupakan urutan dari langkah-langkah
transformasi sebuah input menjadi output. Sehingga proses tersebut merupakan
urutan serta langkah-langkah perusahaan untuk menyusun, merancang dan
mengkomersialkan suatu produk (Widodo, 2003).
2.2.2.2 Tahapan-Tahapan Dalam Pengembangan Produk
Menurut Ulrich dan Eppinger (2001), proses pengembangan produk memiliki
lima tahapan penting yaitu :
a) Pengembangan konsep merupakan suatu deskripsi tentang bentuk,
fungsi dan fungsi tambahan produk (features).
b) Rancangan tingkatan sistem produk merupakan pendefenisian
architecture produk dan komponennya, serta pendefenisian skema
perakitan terakhir untuk produk tersebut.
c) Rancangan detail merupakan spesifikasi lengkap mengenai bentuk
geometri produk dan komponennya, bahan yang digunakan, serta ukuran
dan toleransinya dari seluruh komponen (bagian) penyusunan komponen
produknya.
d) Uji coba dan evaluasi merupakan pembuatan produk, seperti percontohan
(prototype). Untuk dievaluasi sebelum dilakukan proses produksi.
e) Uji coba proses produksi merupakan suatu proses untuk melatih para
pekerja dan mengetahui permasalahan yang terjadi ketika produk itu di
coba untuk dibuat.
17
2.2.2.3 Faktor–Faktor Dalam Pengembangan Produk
Menurut Nasution (2006), ada 2 (dua) faktor yang melatar belakangi
pengembangan produk antara lain :
1) Faktor Eksternal, antara lain :
a) Munculnya produk sejenis dengan berbagai kelebihan.
b) Munculnya produk baru yang dapat menggantikan produk lama
(produk subtitusi).
c) Pergeseran keinginan konsumen dan kebosanan terhadap produk-
produk lama.
d) Siklus hidup produk yang cenderung memendek pada masa modern
ini.
2) Faktor Internal, yang merupakan keinginan manajemen antara lain :
a) Memperbaiki kinerja produk.
b) Melakukan diversivikasi produk.
c) Mempertahankan segmen dan pangsa pasar baru.
d) Memanfaatkan sumber daya manusia yang kemampuannya semakin
bertambah karena proses pembelajaran yang telah dialaminya.
e) Menjaga kelangsungan hidup (keuntungan finansial) perusahaan.
18
2.3 Desain Dan Kreativitas
2.3.1 Pengertian Desain
Desain merupakan suatu proses yang dapat dikatakan seumur dengan
keberadaan manusia didunia. Hal ini sering kali tidak kita sadari. Akibatnya
sebagian dari yang berada didunia berpendapat desain baru di kenal sejak masa
modern serta merupakan bagian dari kehidupan modern. Istilah desain secara
umum dapat berarti potongan, model, moda, bentuk, pola, konstruksi, serta
rencana yang mempunyai maksud (Suwarno dan Nurcahyanie, 2007).
Desain produk merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga
kelangsungan hidup perusahaan, berbagai desain produk baru diciptakan karena
orang parcaya bahwa ada kebutuhan akan produk tersebut (Purnomo, 2004).
Desain produk dikenal dengan produksibilitas atau tingkat kemudahan
untuk diproduksi. Biaya diproduksi minimum yang mungkin untuk suatu produk
pada mulanya ditetapkan oleh pendesain produk. Perekayasa produksi yang
terpandaipun tidak dapat mengubah keadaan ini. Seorang perancang bekerja
hanya dalam batasan-batasan yang telah ditetapkan sebelumnya, karena saat
yang tepat untuk mulai berpikir tentang cara-cara produksi dasar dari produk
tersebut ialah pada saat desain (Bufaa, 1993).
2.3.2 Kreativitas
2.3.2.1 Defenisi Umum Tentang Kreativitas
Menurut Handoko (1984), kreativitas adalah suatu proses yang
menghasilkan hal yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam
suatu bentuk atau susunan yang baru.
19
Menurut Wright (2005), kreativitas adalah proses berpikir untuk
menghasilkan ide, solusi, konsep, teori, atau karya seni yang istimewa.
Menurut Harmon di dalam Wright (2005), proses kreatif adalah sembarang
proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, sebuah ide atau benda wujud
baru atau pemanfaatan baru dari elemen-elemen lama.
Disamping itu Arieti di dalam Wright (2005), berpendapat bahwa proses
kreatif merupakan suatu kreativitas manusia dalam memanfaatkan sesuatu yang
telah tersedia lalu mengubahnya dalam cara-cara yang tidak terkira sebelumnya.
Memiliki Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengembangkan ide-
ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan
dalam menghadapi peluang, sedangkan inovasi merupakan kemampuan untuk
menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan
peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan (Situmorang, 2009).
Setiap orang memiliki potensi kreatif dalam derajat yang berbeda-beda dan
dalam bidang yang berbeda-beda. Potensi ini perlu dipupuk sejak dini agar dapat
diwujudkan. Untuk itu diperlukan kekuatan-kekuatan pendorong, baik dari luar
(lingkungan) maupun dari dalam individu sendiri (Ma’arif dan Tanjung, 2003).
Kreatifitas merupakan bagian terpenting pada perancangan, karena di
dalam perancangan dibutuhkan kreatif, baik dari segi individu ataupun kelompok,
kreativitas disini merupakan suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru.
Kreatifitas ditinjau dari segi individu merupakan ungkapan unik dari seluruh
pribadi sebagai hasil interaksi individu, perasaan, sikap dan perilakunya (Ginting,
2010).
20
Proses kreatif muncul dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari
keunikan individu di satu pihak, dan dari kejadian, orang-orang, dan keadaan
hidupnya dilain pihak (Nasution, 2006).
Proses kreatifitas sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil perancangan
yang inovatif. Kreatifitas akan membantu dalam membangkitkan altirnatif-
alternatif pemecahan masalah (Sayuti, 2008).
2.3.2.2 Teknik Kreativitas Dalam Perancangan Produk
Menurut Sayuti (2008), teknik kreativitas yang umum diterapkan dalam
perancangan produk dapat dibedakan atas 2 (dua) antara lain :
1) Metode analitis merupakan metode yang bertitik tolak dari kondisi yang
ada pada saat ini kemudian mencari pemecahan masalah atas dasar
prinsip kombinasi, modifikasi dan simulasi. Seperti contoh analisis
morfologi, checklist, matriks input-output.
2) Metode psiko-sosial merupakan metode yang bertitik tolak dari kenyataan
bahwa gagasan kelompok lebih baik dari gagasan individu, karena
dengan dinamika kelompok akan didapatkan interaksi positif. Seperti
contoh teknik sumbang saran (brainstorming) dan teknik sinektik
(analogi).
21
2.4 Metode Rancangan
Metode perancangan produk merupakan tiap-tiap prosedur, teknik, dan alat
bantu tertentu yang mempresentasikan sejumlah aktivitas tertentu yang
digunakan oleh perancang dalam proses total perancangan (Ginting, 2010).
2.4.1 Metode Kreatif
Menurut Ginting (2010), metode perancangan ini bertujuan untuk
membantu menstimulasi pemikiran kreatif dengan cara meningkatkan produksi
gagasan, menyisihkan hambatan mental terhadap kreativitas atau dengan cara
memperluas area pencarian solusi. Metode kreatif ini terdiri dari:
2.4.1.1 Brainstorming
Banyak pendapat tentang teknik brainstorming. Menurut Ginting (2010),
teknik brainstorming merupakan sebuah metode yang digunakan untuk
membangkitkan sejumlah besar ide-ide yang kebanyakan dari ide-ide tersebut
akan dibuang.
Tetapi mungkin ada beberapa ide yang telah di kenali sebagai suatu
kemajuan yang berharga dan dipilih. Teknik brainstorming biasanya terbentuk
dari sebuah kelompok yang terdiri dari 4 - 8 orang.
Disamping itu Wright (2005), mengemukakan bahwa salah satu teknik yang
paling populer dalam memecahkan masalah secara berkelompok adalah melalui
brainstorming, sesi brainstorming ini dapat berupa 6 hingga 12 orang yang
secara spontan mengemukakan semua ide atau gagasannya untuk membantu
memecahkan masalah dalam sesi ini seluruh ide-ide termasuk ide-ide yang
nampaknya mustahil diterapkan atau digali.
22
Menurut Ginting (2010), teknik brainstorming bertujuan sebagai berikut :
a) Untuk menstimulasikan sekelompok orang untuk menghasilkan sejumlah
besar gagasan dengan cepat.
b) Untuk menggali ide sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan apakah hal
tersebut dapat dilaksanakan atau tidak, baik atau buruk.
Pada awalnya kelompok diminta untuk menghabiskan beberapa menit
dalam keheningan untuk menuliskan ide yang masuk dalam pemikiran mereka.
waktu yang digunakan dalam suatu kelompok adalah tidak lebih dari 20-30
menit. Teknik brainstorming membantu seseorang atau kelompok berpikir secara
bebas dan kreatif (Ginting, 2010).
Peranan seorang pemimpin pada suatu kelompok brainstroming adalah
untuk memastikan formasi metode itu diikuti serta tidak hanya sekedar
dibicarakan dimeja diskusi. Tugas utama yang penting dari pemimpin adalah
untuk memformulasikan pernyataan masalah yang digunakan sebagai point
awal, misalnya jika masalah terlalu menyimpang maka ide-ide dari diskusi itu
dapat di batasi, atau mungkin bila masalah yang dihadapi samar-samar maka
dapat di gunakan untuk menyamakan ide yang samar tersebut dan mungkin
merupakan hal yang tidak praktis (Ginting, 2010).
Menurut Ginting (2010), langkah-langkah yang dilakukan dalam
melaksanakan brainstorming adalah sebagai berikut :
1. Pembentukan Kelompok
Masing-masing anggota kelompok harus saling bekerja sama dalam
menyelesaikan tugas perancangan produk.
23
2. Penyampaian lnformasi,
3. Penentuan Pemimpin,
4. Penyampaian Aturan-Aturan yang ada dalam Brainstorming
Adapun aturan-aturan yang ada pada brainstorming, yaitu:
- Pemimpin kelompok berperan sebagai fasilitator,
- Setiap orang diharapkan menghasilkan ide atau gagasan,
- Tidak dibenarkan memberikan kritik terhadap gagasan orang lain,
- Gagasan yang tidak rasional tetap diterima,
- Ide atau gagasan yang ada sebaiknya dinyatakan secara singkat,
- Suasana selama brainstorming berlangsung rileks dan bebas,
- Kegiatan brainstorming dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 20
sampai 30 menit.
5. Kegiatan Brainstorming
Setelah anggota kelompok mengetahui semua aturan-aturan dalam
brainstorming, kegiatan brainstorming pun dimulai. Waktu yang diberikan
berkisar 20 sampai 30 menit. lde-ide yang disampaikan disertai dengan
gambar sketsa dan spesifikasi agar dapat lebih mudah dimengerti.
2.4.1.2 Sinektis
Menurut Ginting (2010), sinektik bertujuan untuk mengarahkan aktivitas
spontan pemikiran ke arah eksplorasi dan transformasi masalah-masalah
perancangan.
Sinektik adalah suatu aktivitas kelompok yang mencoba membangun,
mengkomunikasikan, dan mengembangkan gagasan untuk memberikan solusi
24
kreatif terhadap permasalahan perancangan. Pada pelaksanaan sinektik tidak
diperkenankan adanya kritik dan dihasilkan satu solusi tunggal (Ginting, 2010).
Menurut Ginting (2010), ciri utama dari sinektik adalah membangkitkan
analogi, yang terdiri dari:
1. Analogi Langsung
2. Analogi Personal
3. Analogi Simbolik
4. Analogi Fantasi
Menurut Ginting (2010), metode pelaksanaan sinektik yakni :
1. Membentuk kelompok yang terdiri dari para anggota yang selektif,
2. Melatih para anggota kelompok dalam menggunakan analogi untuk
membangkitkan aktivitas spontan otak/pikiran terhadap persoalan,
3. Memaparkan masalah perancangan kepada kelompok sama seperti yang
dinyatakan oleh klien atau manajemen perusahaan
4. Menggunakan analogi-analogi untuk mencari solusi.
2.4.2 Metode Rasional
Metode rasional menekankan pada pendekatan sistematik pada
perancangan. Metode ini memiliki kesamaan tujuan dengan metode kreatif,
misalnya dalam memperluas ruang pencarian untuk memperoleh solusi-solusi
yang potensial, dan mengupayakan kerja tim dan dalam hal pengambilan
keputusan secara kelompok (Ginting, 2010).
Banyak perancang beranggapan bahwa metode rasional ini merupakan
hambatan terhadap kreativitas. Hal ini merupakan pandangan yang keliru
25
terhadap tujuan perancangan yang sistematik, yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas perancangan dan produk akhir (Ginting, 2010).
Menurut Ginting (2010), salah satu metode yang paling sederhana dari
metode rasional adalah checkl list (daftar periksa). Checklist dapat
mengeksternalisasikan apa yang harus kita lakukan sehingga kita tidak perlu
menyimpan semua hal dalam kepala kita, namun kita tidak kehilangan sesuatu.
Checklist juga dapat mengoptimalisasikan proses dan memungkinkan
adanya team work dan partisipasi dari kelompok yang lebih luas serta
memungkinkan adanya pembagian tugas (Ginting, 2010).
Dalam konsep perancangan, check list dapat berupa suatu daftar
pertanyaan yang akan dipertanyakan pada tahap awal perancangan, ataupun
suatu daftar kriteria dan standar yang harus dipenuhi oleh rancangan akhir
(Ginting, 2010).
2.5 Analisa Atribut Produk
Atribut produk dapat berupa sesuatu yang berwujud maupun sesuatu yang
tidak berwujud. Atribut tersebut terbagi atas dua bagian yaitu atribut yang
berwujud seperti desain produk, bungkus, merek. Sedangkan atribut tidak
berujud seperti nama atau label produk (Yamit, 2003).
Analisa atribut produk merupakan suatu studi masalah yang dilakukan
dalam merancang suatu produk dan dijadikan sebagai dasar pengambilan
keputusan dalam melakukan setiap pengembangan (Ginting, 2010).
26
Adapun hal–hal yang harus diperhatikan dalam menganalisa atribut dari
suatu produk antara lain :
a) Desain Produk
Desain merupakan rancangan bentuk dari suatu produk yang
dilakukan, desain dapat diartikan sebagai salah satu aktifitas luas dari
inovasi desain dan teknologi yang digagaskan, dibuat, dipertukarkan, dan
juga merupakan hasil kreatifitas budidaya manusia yang mewujudkan
untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang memerlukan perencanaan,
perancangan dan pengembangan desain. Desain atau bentuk produk
merupakan atribut yang penting untuk mempengaruhi konsumen agar
mereka tertarik dan kemudian membelinya (Ginting, 2010).
b) Bahan ( Material)
Kualitas material sangat penting pada kelangsungan suatu produk,
bila suatu produk telah dapat menjalankan fungsi-fungsi-nya dapat
dikatakan produk tersebut memiliki kualitas yang baik (Nasution, 2006).
c) Kemasan Produk
Seringkali pembeli mengambil keputusan untuk membeli suatu
barang hanya karena kemasannya lebih menarik dari kemasan produk
lain yang sejenis. Jadi, kalau ada produk yang sama mutunya, maupun
bentuknya dan mereknyapun juga sudah sama-sama dikenal oleh
pembeli, maka kecenderungannya pembeli akan memilih produk yang
kemasannya lebih menarik (Ellitan Dan Anatan, 2007).
27
d) Label
Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009), label adalah bagian dari
sebuah produk yang berupa keterangan atau penjelasan mengenai
barang tersebut atau penjualannya. Label dapat dibedakan atas 3 (tiga)
macam yaitu :
1. Brand label
2. Grand label (tingkatan mutu)
3. Descriptive label (informative label) merupakan label yang
menggambarkan tentang cara penggunaan, formula atau kandungan
isi, pemeliharaan,hasil kerja dari suatu produk dan sebagainya.
2.6 Prototype
2.6.1 Defenisi Umum Tentang Prototype
Menurut Ulrich dan Eppinger (2001), prototype merupakan suatu tiruan dari
produk yang salin berhubungan dengan satu atau lebih dimensi kepentingan
yang meliputi fungsi penampilan, manfaat, dan keamanan produk.
Selain itu Widodo (2003), berpendapat bahwa prototype yakni suatu bentuk
yang skalanya lebih kecil, berfungsi dan bisa digunakan. Adapun tujuan dari
prototype adalah untuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang fatal pada proses
perancangan.
Ketika sebuah produk dirancang kemudian akan diproduksi untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan, produk tersebut tidak serta merta langsung
dibuat secara masal atau ditawarkan kepada konsumen, tetapi produk tersebut
harus melalui serangkaian uji agar dapat diketahui kelebihan atau
kekurangannya (Widodo, 2003).
28
Dalam suatu proses pengujian, suatu produk akan diuji apakah semua
kebutuhan yang diharapkan dari produk telah terpenuhi atau tidak. Proses ini
diharapkan akan mengurangi kesalahan-kesalahan yang fatal daram proses
perancangan dengan perbaikan yang dilakukan jika dirasa perlu (Widodo, 2003).
Semakin banyak perbaikan dilakukan semakin banyak biaya yang
dikeluarkan, karena proses yang dilakukan masih reratif kecil (terutama ditahap
perencanaan konseptual). Jika perbaikan dilakukan pada tahap setelah produk
diproduksi, maka biaya perbaikan akan besar karena perbaikan dilakukan
terhadap produk yang telah dibuat (Widodo, 2003).
2.6.2 Unsur-Unsur Pembuatan Prototype
Menurut Widodo (2003), ada 4 (empat) unsur pembuatan prototype antara
lain :
1) Pembuktian Konsep
Pembuktian konsep merupakan model eksperimen awal yang
dikembangkan untuk memperlihatkan dan menguji produk atau konsep
feature baru.
2) Pembuktian Produk
Pembuktian produk merupakan bentuk eksak disain dibuat untuk
menguji fungsionalitas produk.
3) Pembuktian Kemampuan Produksi
Untuk membuktikan kemampuan produksi dibuat prototype, fungsi
prototype untuk menguji integrasi baik rancangan maupun spesifikasi
dengan kemampuan proses manufaktur untuk kelayakan produksi masal.
29
4) Pembuktian Produksi
Pembuktian produksi seperti produk yang sudah jadi digunakan untuk
memperkenalkan dan memperbaiki teknik produksi baru untuk menjamin
material terpilih dan untuk mengidentifikasi kegiatan produksi.
Bertolak dari definisi diatas maka sebuah prototype memiliki sebuah
spektrum pengembangan yang sangat jelas guna menghindari beban biaya yang
dibutuhkan berlebihan (Widodo, 2003).
2.7 Nelayan Dan Ikan
2.7.1 Pengertian Nelayan
Menurut Muhtar (2011), nelayan adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan penangkapan ikan. Nelayan merupakan orang yang secara aktif
melakukan operasi penangkapan ikan diperairan umum.
Orang yang melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut
alat-alat penangkapan ikan ke dalam perahu atau kapal motor atau mengangkut
ikan dari perahu atau kapal motor, tidak dikategorikan sebagai nelayan (Muhtar,
2011).
Istri, anak dan orang tua yang tidak aktif dalam operasi penangkapan ikan
tidak dikategorikan sebagai nelayan. Ahli mesin dan ahli listrik yang bekerja di
atas kapal penangkap dikategorikan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak
secara langsung melakukan penangkapan ikan (Muhtar, 2011).
30
2.7.2 Pengertian Ikan Secara Umum
Menurut Subianto (2009), Ikan secara umum merupakan hewan yang
hidup di air, bertulang belakang, bergerak dengan menggunakan sirip, bernafas
dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ
keseimbangannya, apabila kita mengacu kepada undang-undang 31 tahun 2004,
tentang perikanan sebagaimana telah diubah dalam undang-undang 45 tahun
2009, maka definisi ikan yang dimaksud menjadi berbeda dan luas cakupannya.
Dalam Pasal 1 Undang-Undang 45 Tahun 2009, ikan adalah segala jenis
organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam
lingkungan perairan (Subianto, 2009).