8/skripsi kakak... · web viewberdasarkan pengamatan, di sma n 1 kebak kramat telah dikembangkan...

30
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar seringkali berorientasi pada terselesaikannya materi pembelajaran saja bukan pada ketercapaian tujuan pembelajaran yakni peningkatan kompetensi siswa. Kompetensi diantaranya kemandirian siswa dalam pembelajaran. Dapat katakan bahwa model- model pembelajaran yang diterapkan selama ini cenderung terlalu teoritik dan melupakan peningkatan kompetensi pada diri siswa. Berdasarkan pengamatan, pembelajaran biologi di SMAN 1 Kebak Kramat menunjukkan bahwa masih rendahnya kemandirian siswa saat pembelajaran berlangsung, selain itu cara mengajar guru yang masih konvensional seperti ceramah membuat kejenuhan serta konsentrasi belajar siswa terhadap pelajaran berkurang. Kenyataan yang diamati menunjukan pemahanan siswa terhadap materi masih rendah dan rendahnya kemandirian siswa terlihat dari bergantungnya proses pembelajaran pada guru. Adanya model baru dalam pembelajaran diharapkan mampu mengubah pola (Permasalahan pembelajara konvensional meninggalkan masalah salah satunya pada kemandirian

Upload: votruc

Post on 14-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar seringkali berorientasi pada terselesaikannya

materi pembelajaran saja bukan pada ketercapaian tujuan pembelajaran yakni

peningkatan kompetensi siswa. Kompetensi diantaranya kemandirian siswa dalam

pembelajaran. Dapat katakan bahwa model-model pembelajaran yang diterapkan

selama ini cenderung terlalu teoritik dan melupakan peningkatan kompetensi pada

diri siswa.

Berdasarkan pengamatan, pembelajaran biologi di SMAN 1 Kebak

Kramat menunjukkan bahwa masih rendahnya kemandirian siswa saat

pembelajaran berlangsung, selain itu cara mengajar guru yang masih konvensional

seperti ceramah membuat kejenuhan serta konsentrasi belajar siswa terhadap

pelajaran berkurang. Kenyataan yang diamati menunjukan pemahanan siswa

terhadap materi masih rendah dan rendahnya kemandirian siswa terlihat dari

bergantungnya proses pembelajaran pada guru.

Adanya model baru dalam pembelajaran diharapkan mampu mengubah

pola

(Permasalahan pembelajara konvensional meninggalkan masalah salah

satunya pada kemandirian belajar) Pembelajaran merupakan proses

komunikasi antara guru dan peserta didik (Widianto:2007). Proses

komunikasi yang terjadi tidak selamanya berjalan dengan lancar, bahkan

proses tersebut dapat menimbulkan salah pengertian, ataupun salah konsep.

Hal tersebut menyebabkan seorang guru yang hendak menggunakan metode dan

model ter tentu harus dapat menentukan model yang tepat untuk

mendukung sebuah proses pembelajaran yang baik.

(E-learing merupakan salah satu alternative), keunggulan, kelemahan e

learning.

Moodle (dan pertimbangan keunggulan moodle), dikaitkan dengan

moodle sebagai alternative untuk meningkatkan kemandirian belajar. Proses

komunikasidalam pembelajaran sangat didukung oleh sarana dan media

komunikasi (Kriswanto: 2009). Salah satu sarana yang dapat memfasilitasi

komunikasi yang baik adalah computer. Dalam dunia pendidikan, komputer

memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Khusus dalam pembelajaran biologi, banyak hal abstrak atau imajinatif yang

sulit dipikirkan peserta didik dapat di presentasikan melalui simulasi

komputer. Hal ini tentu saja akan lebih menyederhanakan jalan pikiran

peserta didik alam memahami biologi.

Pada prinsipnya computer merupakan sarana yang dapat mengatasi

beberapa kendala dalam proses pembelajaran. Pada saat sekarang komputer

sudah memasyarakat, namun penggunaannya sebagai alat bantu didalam

proses belajar mengajar masih sangat kurang. Perkembangan teknologi

informasi (TI) yang pesat menciptakan kultur baru bagi semua orang di seluruh

dunia. Salah satu produk integrasi teknologi informasi ke dalam dunia

pendidikan adalah e-learning atau electronic learning. E-learning sebuah

alternatif dalam proses pembelajaran. Thompson, dkk. (dalam Yaniawati,

2000) menyatakan:

"E-learning is instructional content or learning experiences delivered

or enabled by electronic technology."

Pemanfaatan teknologi elektronik dalam pembelajaran memberi penguatan

terhadap pola perubahan paradigma pembelajaran. Sistem e-learning

merupakan bentuk implementasi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi

dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dengan demikian proses

pembelajaran ini dapat dilakukan baik dengan synchronous maupun

asynchronous. Synchronous adalah proses pembelajaran yang dilakukan dalam

waktu yang sama, sedangkan asynchronous pembelajaran yang dilakukan

dalam waktu yang berbeda.

Berdasarkan pengamatan, di SMA N 1 Kebak Kramat telah dikembangkan

sebuah kelas dengan LCD dan seperangkat computer untuk setiap siswa, serta

sudah dikembangkan pula system jaringan terpadu yang menghubungkan

jaringan internet, dan jaringan internet, dengan adanya fasilitas ini untuk

mengatasi penguasaan konsep biologi, maka mampu untuk dikembangkan

pembelajaran e-learning.

Siswa sebenarnya cukup adaptif dalam merespon perkembangan teknologi

dan informasi hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang mampu

mengoperasikan personal komputer. Kendala yang dihadapi dalam

pembelajaran adalah kurangnya kemandirian dalam proses pembelajaran, antara

lain adalah masih mendominasinya penggunaan metode ceramah, pembelajaran

yang masih terpusat pada guru (teacher centered learning), serta kurangnya

pengoptimalan penggunaan jaringan internet dalam pembelajaran padahal siswa

memiliki ketrampilan dalam mengoperasikan personal komputer.

Salah satu alternatif yang diajukan untuk meningkatkan kemandirian dalam

proses pembelajaran adalah dengan implementasi e-learning. Pembelajaran e-

learning merupakan pembelajaran yang juga menekankan pembelajaran yang

mampu meningkatkan belajar mandiri. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai

sumber bahan ajar siswa yang interaktif dan menarik. Sumber bahan ajar yang

diterapkan pada e-learning ini membahas tentang Keanekaragaman Bryophyta

Berdasar Morfologi dan Senyawa Metabolit Sekunder serta peranannya bagi

kehidupan. Model pembelajaran e-learning dipilih karena memiliki kerakteristik

yang sesuai dengan pembelajaran biologi.

Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian

pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk

membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Modul merupakan suatu proses

pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara logis,

sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik. Modul

yang digunakan pada pembelajaran Biologi di kelas X SMA Negeri 1 Kebak

Kramat ini membahas tentang Bryophyta meliputi ciri-ciri, struktur, habitat, cara

hidup, reproduksi, serta peranannya bagi kehidupan. Peranannya yang dibahas

adalah dalam proses identifikasi senyawa metabolit sekunder yang berguna untuk

industri jamu. Prosedur dan hasil penelitian selanjutnya disusun dalam tulisan

yang logis dan sistematis sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar

siswa.

Pembelajaran dengan penggunaan model e-learnig dan modul diharapkan

dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan judul penelitian sebagai

berikut: ”IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN E-LEARNING MOODEL

TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA: KASUS

PEMBELAJARAN KLASIFIKASI BRYOPHYTA DI SMA.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka barbagai permasalahan

dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Model ceramah membuat siswa kurang temotivasi.

2. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center), sedangkan

siswa hanya menerima pelajaran secara pasif yang berpengaruh pada

kemandirian siswa

3. Untuk meningkatkan kemandirian siswa perlu dikembangkan model

pembelajaran e-learning dan model pembelajaran modul.

B. Pembatasan Masalah

Dalam Penelitian peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap SMA

Negeri 1Kebak Kramat Tahun Ajaran 2010/2011

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini dibatasi pada:

a. Materi pembelajaran biologi pada kompetensi dasar

Mendeskripsikan cirri-ciri Divisio dalam dunia Tumbuhan dan

Peranannya bagi Kelangsungan hidup di bumi.

b. Metode pembelajaran yang meliputi:

1) Model pembelajaran E-learning yang digunakan dengan

soft moodle yang dapat digunakan secara bebas sebagai

produk open source dibawah lisensi GNU.

2) Model pembelajaran modul yang digunakan adalah

modul hasil penelitian Keanekaragaman Bryophyta

Berdasar Morfologi dan Senyawa Metabolit Sekunder

di Kecamatan Karanganyar.

3) Model konvensional yakni metode yang biasa dipakai

di SMA Negeri 1 Kebak Kramat

c. Aspek yang diteliti adalah kemandirian siswa yang

didefinisikan sebagai kemampuan siswa untuk melakukan

kegiatan belajar yang bertumpu pada aktifitas dan tanggung

jawab dengan dorongan oleh kekuatan dari dalam diri sendiri

dalam usaha mencapau tujuan yang diharapkan bernilai dan

bermanfaat.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh antara model pembelajaran e-learning dengan model

pembelajaran modul hasil penelitian Keanekaragaman Bryophyta

Berdasar Morfologi dan Senyawa Metabolit Sekunder di Kecamatan

Karanganyar terhadap kemandirian siswa kelas X SMA Kebak Kramat

pada sub pokok bahasan Plantae semester II tahun 2010/2011.

2. Adakah pengaruh siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi,

kemandirian belajar sedang dan kemandirian belajar rendah terhadap

prestasi belajar siswa pada sub pokok bahasan Plantae semester II

tahun 2010/2011.

3. Adakah interaksi pembelajaran e-learning dan model pembelajaran

modul hasil penelitian Keanekaragaman Bryophyta Berdasar

Morfologi dan Senyawa Metabolit Sekunder di Kecamatan

Karanganyar dengan kemandirian siswa kelas X SMA Kebak Kramat

pada sub pokok bahasan Plantae semester II tahun 2010/2011.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui seberapa besar dari:

1. Pengaruh antara model pembelajaran e-learning dengan model

pembelajaran modul modul hasil penelitian Keanekaragaman

Bryophyta Berdasar Morfologi dan Senyawa Metabolit Sekunder di

Kecamatan Karanganyar terhadap kemandirian siswa pada sub pokok

bahasan Plantae semester II tahun 2010/2011.

2. Pengaruh siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi,

kemandirian belajar sedang dan kemandirian belajar rendah terhadap

prestasi belajar siswa pada sub pokok bahasan Plantae semester II

tahun 2010/2011.

3. Interaksi pembelajaran e-learning dan model pembelajaran modul hasil

penelitian Keanekaragaman Bryophyta Berdasar Morfologi dan

Senyawa Metabolit Sekunder di Kecamatan Karanganyar dengan

kemandirian siswa pada sub pokok bahasan Plantae semester II tahun

2010/2011.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi Siswa

a. Memberikan pengalaman secara nyata kepada siswa melalui

pengimplementasian E-learning sebagai pemicu munculnya kemandirian

siswa dalam pembelajaran Biologi.

b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih

semangat dalam belajar.

c. Membangun budaya belajar mandiri ,mendasar, menyeluruh, dan terpadu

2. Bagi Guru

a. Menyajikan sebuah alternatif bagi Guru untuk mengatasi masalah

pembelajaran yang membutuhkan penyelesaian melalui penggunaan

metode pembelajaran yang bervariasi.

b. Memberikan masukan bagi guru mengenai manfaat implementasi e-

learning untuk meningkatkan kemandirian siswa dalam pembelajaran

Biologi.

c. Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif,

kreatif dan menyenangkan.

3. Bagi sekolah

a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk referensi peningkatan kemandirian

siswa dalam pembelajaran Biologi pada tahap berikutnya.

b. Hasil penelitian dapat digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran

secara umum pada tahap berikutnya.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Model Pembelajaran E-learning

1) Pengertian E-learning

Sampai sekarang masih belum ada standard yang baku baik dalam

hal definisi maupun implementasi e-learning. Hal ini menjadikan banyak

orang mempunyai konsep yang bermacam-macam. E-learning merupakan

kependekan dari electronic learning. Salah satu definisi umum dari e-learning

diberikan oleh Gilbert & Jones dalam Surjono 2007), yaitu: pengiriman materi

pembelajaran melalui suatu media elektronik seperti Internet, intranet/extranet,

satelit, broadcast, audio/video tape, interactive TV, CDROM, dan computer-

based training (CBT). Definisi yang hampir sama diusulkan juga oleh the

Australian National Training Authority yakni meliputi aplikasi dan proses

yang menggunakan berbagai media elektronik seperti internet, audio/video

tape, interactive TV and CD-ROM guna mengirimkan materi pembelajaran secara

lebih fleksibel.

C.Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran

dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau

internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada

pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang

dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002)

mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui

perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai

dengan kebutuhannya.

Wahono mendefinisikan e-learning sebagai sistem atau konsep pendidikan

yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar

(ilmukomputer.com). E-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional

yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet

(Murnomo,2006:124). Sehingga dapat disimpulkan bahwa e-learning merupakan

pembelajaran konvensional yang berbentuk pembelajaran jarak jauh dengan

memanfaatkan teknologi komputer (informasi) baik secara formal maupun

informal.

Pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat

sesuai tujuan yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di

dalamnya juga termasuk pembelajaran berbasis internet, maka pendapat

Haughey perlu dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning.

Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan materi

pelajaran secara on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik.

Materi pelajaran didesain selah peserta didik belajar di hadapan pengajar

melalui layar komputer yang dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk

dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purba

(2002) mensyaratkan tiga hal yang harus dipenuhi dalam merancang e-

learning,yaitu sederhana, personal dan cepat. Sistem yang sederhana

akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu

yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan akan mengurangi

pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta

dapat diefisiensikan untuk proses belajar itu sendiri dan bahkan para

pengajar menggunakan sistem e-learning nya.

2) Komponen -komponen Pembelajaran E-learning

Dalam pembelajaran terdapat komponen-komponen yang penting untuk

menunjang dalam pembelajaran, begitu juga dengan e-learning tidak bisa lepas

dari komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut:

a) Tujuan Pembelajaran.

Suatu rumusan yang menunjukkan dan menjelaskan hal yang ingin di capai.

Tujuan tersebut menunjukkan dan menjelaskan perubahan apa yang harus terjadi

dan yang dialami oleh mahasiswa, seperti perubahan pola pikir, perasaan dan

tingkah laku mahasiswa. Jadi tujuan pelatihan merupakan orientasi

penyelenggaraan pembelajaran yang ditujukan untuk mengembangkan

pengetahuan, sikap dan ketrampilan mahasiswa.

b) Bahan Belajar

Merupakan subtansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran oleh

karena itu bahan merupakan salah satu dosen bagi mahasiswa yang disebut juga

sebagai dosen yaitu sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pembelajaran. Ini

berupa bahan ajar yang di upload ke web-site. Bahan atau materi belajar dapat

berupa paket atau modul belajar yang disusun berdasarkan sistematika bahan

belajar tertentu, kurikulum tertentu serta inisiasi untuk melaksanakan belajar

secara on-line.

c) Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi dalam proses pelatihan,

Interaksi tersebut dapat terjadi antara dosen dengan mahasiswa, interaksi dalam

kegiatan belajar dan ineraksi lain dalam proses atau situasi pembelajaran. Interaksi

disini adalah melalui chating, email dan tutorial face to face

d) Metode Pembelajaran

Merupakan metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk menujang

pencapaian tujuan pembelajaran pelatihan. Metode pembelajaran dalam pelatihan

merupakan suatu cara dalam mereaksi terhadap stimulus dengan memperhatikan

isyarat guna menunjang tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh dosen

dalam upaya membelajarkan mahasiswa. Jadi metode belajar yang digunakan

dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan materi pembelajaran pelatihan

e) Media atau Sarana Pembelajaran

Media atau sarana pembelajaran merupakan komponen masukan yang dapat

membantu pelaksanaan proses pembelajaran pelatihan. Media atau sarana

pembelajaran dapat berupa sumber, alat, bahan yang diperlukan untuk kegiatan

belajar.

f) Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran karena dengan

evaluasi dapat ditentukan tingkatan keberhasislan suatu program, sekaligus juga

dapat diukur hasil-hasil yang dicapai oleh suatu program. Evaluasi dimaksudkan

untuk memperoleh informasi mengenai jarak antara situasi yang ada dan situasi

yang diharapkan untuk mendapatkan informasi mengenai jarak yang

memgambarkan informasi yang diharapkan. Jadi evaluasi merupakan tindakan

atau proses untuk menentukan nilai sesuatu, atau dapat diartikan sebagai tindakan

atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan

pendidikan. Evaluasi pendidikan merupakan satu proses penaksiran terhadap

kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak menuju ke tujuan kurikulum.

Langkah-langkah evaluasi meliputi ; (a) formulasi tujuan-tujuan pokok daripada

kurikulum; (b) definisi dan klasifikasi tujuan-tujuan pokok; (c) seleksi mengenai

tes-tes dan ukuran-ukuran yang tersedia untuk tiap tujuan pokok; (d) konstruksi

skala-skala tes atau teknik-teknik yang dibutuhkan; (e) aplikasi daripada macam-

macam tes dan teknik yang formal dan informal untuk ukuran pertumbuhan dan

perkembangan individu. Teknik-teknik evaluasi dapat dilakukan melalui : tes

objektif, dan teknik observasi, ujian lesan dan bentuk essay, kuesioner,

wawancara, rating scahe, laporan pribadi, teknik proyektif, metode sosiometri,

studi kasus, dan komulatif. (Raharjo, 2005:11-13)

3) Karakteristik e-learning

E-learning mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan mahasiswa,

mahasiswa dan sesama mahasiswa atau guru dan sesame guru dapat

berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal- hal

yang protokoler.

b) Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer

networks).

c) Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)

disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan mahasiswa

kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.

d) Memanfaatkan jadwal pembelajaran kurikulum, hasil kemajuan belajar

dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat

setiap saat di komputer.

2. Model Pembelajaran Modul

1) Pengertian Modul

Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian

pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk

membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Tujuan utama sistem modul

adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik

waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.

(Mulyasa, 2006:148)

Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan

untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Pengalaman

belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan

pembelajara seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik

untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan

mendengar, tetapi modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role

playing), simulasi dan diskusi.

Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga

peserta didik dapat mengetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul,

dan tidak menimbulkan pertanyaan apa yang harus dilakukan atau dipelajari.

Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar

peserta didik, terutama untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik

dalam mencapai ketuntasan belajar.

2) K omponen-Komponen Modul

Pembelajaran dengan sistem modul menurut Mulyasa (2006:149),

melibatkan beberapa komponen, seperti: lembar kegiatan peserta didik, lembar

kerja, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban.

Berbagai komponen tersebut selanjutnya dikemas dalam format modul sebagai

berikut:

a) Pendahuluan yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan,

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan dicapai setelah belajar;

termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul

tersebut.

b) Tujuan pembelajaran yang berisi tujuan – tujuan pembelajaran khusus yang

harus dicapai oleh setiap peserta didik setelah mempelajari modul.

c) Tes awal yang berguna untuk menetapkan posisi peserta didik, dan

mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan dari mana siswa harus

memulai belajar, dan apakah perlu untuk mempelajari modul tersebut atau

tidak.

d) Pengalaman belajar yang merupakan rincian materi untuk setiap tujuan

pembelajaran khusus, yang berisi sejumlah materi, diikuti dengan penilaian

formatif sebagai balikan bagi peserta didik tentang tujuan belajar yang

dicapainya.

e) Sumber belajar yang menyajikan sumber – sumber yang dapat ditelusuri dan

digunakan oleh peserta didik.

f) Tes akhir yang sama dengan isi tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan

akhir setiap modul.

Penyusunan modul sebagai sumber belajar harus dilakukan secara

sistematis dengan mengikuti kaidah yang telah ditetapkan. Penyusunan modul

dengan memperhatikan komponen-komponen yang telah diuraikan di atas

dilakukan agar diperoleh modul yang lengkap dan terstruktur sehingga

mempermudah peserta didik dalam mempelajari materi pembelajaran yang

terdapat dalam modul tersebut.

3) Karakteristik Modul

Menurut Mulyasa (2006: 43-44) , pembelajaran dengan sistem modul

memiliki karakteristik sebagai berikut :

a) Setiap modul harus memberikan informasi dan memberikan petunjuk

pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang

peserta didik, bagaimana melakukannya, dan sumber belajar apa yang

harus digunakan.

b) Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan

untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam

hal ini setiap modul harus: memungkinkan peserta didik mengalami

kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; memungkinkan peserta

didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan

memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan

dapat diukur.

c) Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta

didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin,

serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara

aktif tidak sekedar mebaca dan mendengar, tetapi lebih dari itu, modul

memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi,

dan berdiskusi.

d) Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga

peserta didik dapat mengetahui kapan dia memulai dan kapan

mengakhiri suatu modul, dan tidak menimbulkan pertanyaan mengenai

apa yaang harus dilakukan, atau dipelajari.

e) Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan

belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi

peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar. Pengukuran ini juga

merupakan suatu kriteria atau standard kelengkapan kelengkapan modul.

Modul hasil penelitian yang digunakan sudah sesuai karakteristik modul

karena dilengkapi dengan petunjuk penggunaan sehingga peserta didik

mengetahui apa yang harus dilakukan. Materi pembelajaran dalam modul juga

telah disajikan secara logis dan sistematis yang disusun berdasarkan data hasil

penelitian yang dilakukan di laboratorium. Modul ini juga dilengkapi tes awal

dan tes akhir sebagai mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar dan

ketuntasan belajar peserta didik.

4) Manfaat Modul

Pembelajaran dengan sistem modul mempunyai keunggulan diantaranya:

berfokus pada kemampuan individual peserta didik, adanya kontrol terhadap hasil

belajar melalui penggunaan standar kompetensi dalam setiap modul yang harus

dicapai oleh peserta didik, dan adanya relevansi kurikulum yang ditunjukan

dengan adanya tujuan dan cara pencapaiannya, sehingga peserta didik dapat

mengetahui keterkaitan antara pembelajaran dan hasil yang akan diperolehnya.

Manfaat pembelajaran dengan modul seperti yang diungkapkan dalam

hasil penelitian oleh Acelajado (2005:310) sebagai berikut:

Using the modular teaching approach as intervention, this study yielded

the following conclusions : (1) the use of modular teaching approach has

made significant improvement in the learners’ achievement, persistence,

and confidence in learning, regardless of their abilities. (2) The modular

teaching approach has positive effects on the respondents’ achievement,

persistence, and confidence levels most especially among the respondents

from the low ability group.

Penggunaan modul dalam pembelajaran bermanfaat memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap perbaikan prestasi belajar siswa. Pembelajaran

dengan modul juga berpengaruh positif terhadap aktivitas belajar siswa yang

ditunjukkan dengan meningkatnya ketekunan dan rasa percaya diri siswa.

Pembelajaran dengan modul dapat berpengaruh positif terhadap aktivitas

belajar yang dilakukan siswa. Aktivitas belajar siswa akan meningkat dengan

digunakannya modul sebagai sumber belajar siswa. Penggunaan modul sebagai

sumber belajar siswa dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan pengetahuannya.(Michael E. Rogers, 2004: 37).

3. K e ma ndi rian B e la j ar

1) P e ng er ti a n K e m a ndi r i a n B e l a j a r

Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti berdiri sendiri,

tidak tergantung kepada orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1996:625) kemandirian adalah “keadaan dapat berdiri sendiri tanpa

tergantung pada orang lain”. Kemandirian yang diwujudkan melalui

tingkah laku menunjukkan sikap mandiri atau tingkah laku mandiri. Robert Tai dkk

(2007: 27) menyatakan “Autonomous learning is the seed of scientific research”.

Kemandirian belajar merupakan dasar bagi penelitian ilmiah. Sementara itu

Hermann Holstein (1987:6) mengartikan “Mandiri sebagai bekerja sendiri

(berswakarsa)”. Sedangkan Suharsimi Arikunto (1990:108) mengemukakan

“Membantu siswa untuk mandiri berarti menolong mereka dari bantuan orang

lain”. Jadi dalam melakukan aktifitas menekankan pada kebebasan melakukan

sesuatu secara langsung, bebas dari rasa takut.

Perkembangan dalam bidang teknologi pembelajaran menekankan pada

pentingnya kemandirian dalam belajar. Penerapan sistem pembelajaran tuntas,

pengajaran perorangan, sistem modul, cara belajar siswa aktif dan pendekatan

ketrampilan proses serta pembelajaran inkuiri semuanya menekankan pada

aktifitas belajar siswa yang tinggi. Murid ditingkatkan peranannya sehingga

benar-benar menjadi subyek dalam proses belajar mengajar. Mereka benar-benar

dipandang sebagai individu yang sedang berusaha meningkatkan kemampuannya

melalui penguasaan berbagai pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai dan sikap. Jadi

belajar mandiri bermakna belajar yang dilakukan oleh siswa dengan penuh

tanggung jawab atas keberhasilan belajarnya tanpa tergantung orang lain. Hal ini

sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Mel Silberman (2007: 182)

yaitu: “Belajar kelas penuh (full class) dan belajar kolaboratif dapat

diperkaya dengan aktifitas belajar mandiri. Ketika para peserta didik belajar

atas kemauan sendiri, mereka mengembangkan kemampuan memfokuskan dan

mereflesikan. Bekerja atas kemauan sendiri juga memberi mereka kesempatan

untuk bertanggung jawab secara pribadi terhadap belajarnya”. Kemandirian

dalam belajar merupakan hal elementer dan langsung dialami oleh siswa. Dengan

kemandirian ini siswa akan mampu bersikap mandiri dalam memecahkan

masalah-masalah yang dihadapinya, terutama dalam belajar. Dari hal ini

tampak bahwa belajar mandiri lebih menekankan pada apa yang terjadi dalam

diri siswa. Dalam belajar mandiri ini pula siswa dituntut untuk dapat

menemukan masalahnya secara mandiri melalui dokumen-dokumen yang

berorientasi pada tujuan belajar.

Perwujudan belajar mandiri dapat dapat berupa belajar sendiri, belajar

kelompok ataupun belajar klasikal. Hal ini sesuai dengan pendapat Hermann

Holstein (1987:V) bahwa: Dengan belajar mandiri tidak berarti murid murid

belajar secara individualistik, bahkan sebaliknya, situasi dibina untuk belajar

kelompok dan setiap murid menjadi partner sesamanya. Dalam berkelompok itu

ditanamkan rasa kebersamaan, kesadaran untuk bekerja sama dan gotong royong,

saling membantu dan mengoreksi tanpa rasa takut tersinggung, menghargai

pendapat dan pendirian sesamanya serta mampu membedakan antara seseorang

sebagai persona dengan pendapat orang. Hal ini berarti mengarahkan murid tanpa

terasa olehnya menjadi anggota masyarakat yang pandai bermasyarakat serta

demokratis disamping dapat belajar tanpa memerlukan guru. Berangkat dari

pengertian belajar mandiri tersebut dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar

adalah kemauan siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang bertumpu pada

aktifitas dan tanggung jawab dengan didorong oleh kekuatan dari dalam diri

sendiri dalam usaha mencapai tujuan yang dianggap bernilai dan bermanfaat.

2) C i r i -c i r i K e m a ndi r i a n

Seseorang yang mandiri cenderung lebih tergantung pada diri sendiri dari

pada pihak lain, adanya akan ada sifat yang bebas dan kreatif. Rasa percaya

diri, inisiatif dan tanggung jawab dan tidak mudah terpengaruh oleh

lingkungan. Ciri- ciri kemandirian antara lain yaitu:

a) Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan bertindak

atas kehendak sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

b) Mempunyai keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan.

c) Mampu berfikir dan bertindak secara kreatif penuh inisiatif dan

tidak sekedar meniru.

d) Mempunyai kecenderungan untuk mencapai tujuan yaitu

meningkatkan prestasinya.

e) Dalam menghadapi masalah mencoba menyelesaikan sendiri

tanpa bantuan orang lain.

f) Mampu menentukan sendiri tentang sesuatu yang harus

dilakukannya tanpa bimbingan dan pengarahan orang lain. (Sardiman,

1984: 105 – 107)

Dalam sistem belajar mandiri, siswa diharapkan belajar mandiri atau berkelompok

dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain. Sebab itu diperlukan kemauan

yang kuat dan disiplin yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan belajarnya.

Kemauan yang kuat akan mendorong untuk tidak lekas putus asa dalam

menghadapai kesulitan, sedangkan disiplin yang tinggi diperlukan supaya kegiatan

belajarnya sesuai dengan jadwal waktu yang diaturnya sendiri. Menurut Jerrold

E.Kemp (1994:154) dalam Sri Wahyanti (2006), bahwa “belajar mandiri adalah

belajar yang sesuai dengan kecepatan sendiri”. Sistem belajar mandiri mempunyai

karakteristik sebagai berikut :

a) Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan minat dan kebutuhan perorangan

siswa.

b) Siswa belajar dengan pelajuan (pacing).

c) Siswa belajar mandiri dilaksanakan sesuai tujuan yang akan dicapai, gaya

belajar, kemauan awal yang dimiliki dan minat masing-masing siswa.

d) Kegiatan belajar dikembangkan secara cermat dan teliti, bahan/materi

disusun menjadi langkah yang terpisah dan kecil,masing-masing

membahas satu konsep tunggal.

e) Kegiatan dan sumber pengajaran dengan memperhatikan sasaran

pengajaran.

f) Penguasaan siswa terhadap setiap langkah harus diperiksa sebelum ke

langkah selanjutnya.

3) Fa kto r - fa ktor K e m a n d i r i a n B e l a j a r

Perilaku mandiri tidak terbentuk secara mendadak tetapi melalui proses sejak

masa kanak-kanak. Dalam berperilaku mandiri antara individu satu dengan yang

lain berbeda, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kemandirian individu dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor

dari dalam dan faktor dari luar individu.

Menurut Hasan Basri (1994:54) kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu faktor yang terdapat di dalam dirinya sendiri (factor

endogen) dan faktor-faktor yang terdapat di luar dirinya (faktor eksogen).

a) Faktor endogen (internal)

Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam

dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak

dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu

yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan

perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan

ibu mungkin akan didapatkan didalam diri seseorang, seperti bakat, potensi

intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya.

b) Faktor eksogen (eksternal)

Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari

luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan. Lingkungan

kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi perkembangan

kepribadian seseorang, baik dalam segi negatif maupun positif. Lingkungan

keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-

kebiasaan hidup akan membentuk kepribadian, termasuk pula dalam hal

kemandiriannya.

4) I ndik a tor K e m a ndi r i a n B e l a j a r

Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa kemandirian belajar adalah

keadaan seseorang yang dapat melakukan sendiri tanpa tergantung orang lain

dalam melakukan kegiatan belajar. Adapun indikator-indikator kemandirian

belajar dalam penelitian ini adalah:

a) Mencukupi kebutuhan sendiri.

b) Mengerjakan tugas rutin secara mandiri

c) Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.

d) Memiliki kemampuan inisiatif.

e) Mampu mengatasi masalah.

f) Percaya diri

g) Dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan suatu pilihan.

h) Progresif (usaha mengejar prestasi).

BAB III