8/skripsi_su… · web viewdibatasi oleh ruang dan waktu. dengan demikian proses pembelajaran ini...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar saat ini cenderung berorientasi pada terselesaikannya
materi pembelajaran, bukan pada ketercapaian tujuan pembelajaran seperti
peningkatan hasil belajar dan kemandirian siswa. Model-model pembelajaran
yang diterapkan selama ini cenderung terlalu teoritik dan melupakan peningkatan
hasil belajar dan kemandirian pada diri siswa.
Berdasarkan pengamatan, SMA N 1 Kebak Kramat telah dikembangkan
sebuah kelas ICT dengan seperangkat computer untuk setiap siswa dan LCD, serta
sudah dikembangkan pula system jaringan terpadu yang dihubungkan dengan
jaringan internet. Siswa telah terbiasa dalam merespon perkembangan teknologi
dan informasi, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang mampu
mengoperasikan komputer. Kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran
adalah masih rendahnya kemandirian siswa saat pembelajaran berlangsung, selain
itu cara mengajar guru yang masih konvensional seperti ceramah membuat
kejenuhan serta konsentrasi belajar siswa terhadap pelajaran berkurang.
Kenyataan yang diamati di kelas menunjukan pemahaman siswa terhadap materi
masih rendah dan rendahnya kemandirian siswa terlihat dari bergantungnya proses
pembelajaran pada guru.
Siswa diharapkan lebih antusias dan aktif dalam belajar dengan baru dalam
pembelajaran. E-learning sebuah alternatif dalam proses pembelajaran.
LearnFrame.Com dalam Glossary of e-learning Terms (Farhad, 2001)
menyatakan bahwa: e-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan
aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet dan
jaringan computer.
Pemanfaatan teknologi elektronik dalam pembelajaran memberi penguatan
terhadap pola perubahan paradigma pembelajaran. Sistem e-learning merupakan
bentuk implementasi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dan tidak
2
dibatasi oleh ruang dan waktu. Dengan demikian proses pembelajaran ini dapat
dilakukan baik dengan synchronous maupun asynchronous. Synchronous adalah
proses pembelajaran yang ilakukan dalam waktu yang sama, sedangkan
asynchronous pembelajaran yang dilakukan dalam waktu yang berbeda.
Salah satu aplikasi dari E-learning adalah moodle. Moddle merupakan sebuah
nama untuk sebuah program aplikasi yang dapat merubah sebuah media
pembelajaran kedalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk
masuk kedalam “ruang kelas” digital untuk mengakses materi-materi
pembelajaran. Dengan menggunakan moodle, kita dapat membuat materi
pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan lain-lain. Moodle itu sendiri adalah
singkatan dari Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment.
Model pembelajaran e-learnig berbasis moodle dipilih karena memiliki
kerakteristik yang sesuai dengan pembelajaran biologi yang sering sekali
membahas tentang kehidupan dan kejadian yang sering terjadi di kehidupan
sehari-hari. Sarana media pembelajaran untuk mata pelajaran biologi perlu
dibuat untuk menyajikan pelajaran agar lebih menarik diera komputerisasi
seperti sekarang ini. Siswa akan lebih tertarik dengan media pembelajaran yang
disajikan secara menarik, interaktif dan mudah dipahami. Moodle dapat
memberikan materi tidak hanya menggunakan tulisan saja, tapi juga
memberikan materi dalam bentuk multimedia. Dengan menggunakan moodle,
siswa akan lebih memahami materi pelajaran dengan lebih cepat menggunakan
animasi dan visualisasi yang dapat di-upload oleh guru mata pelajaran. Siswa
akan lebih tertarik dengan berbagai bentuk media yang tersedia pada moodle
baik dalam bentuk Microsoft Words, Power Point, animasi Flash, bahkan file
yang berupa audio dan video dapat ditempelkan sebagai akses.
Salah satu alternatif yang diajukan untuk meningkatkan kemandirian dalam
proses pembelajaran adalah dengan implementasi moodle. Pembelajaran dengan
moodle merupakan pembelajaran yang juga menekankan pembelajaran yang
mampu meningkatkan belajar mandiri. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai
sumber bahan ajar siswa yang interaktif dan menarik. Sumber bahan ajar yang
diterapkan pada moodle ini membahas tentang hasil penelitian Keanekaragaman
3
jenis Loranthaceae pada family Anacardiaceae. Penelitian ini membahas
tentang karakteristik morfologi baik akar, batang, daun serta bunga tanaman
Loranthacea yang menempel pada family Anacardiaceae.
Penggunaan sumber belajar berbasis moodle pada pembelajaran Biologi
yaitu pada materi Keanekaragaman Hayati dalam hal ini adalah sub pokok
bahasan plantae dapat meningkatkan kemampuan kemandirian siswa. Dengan
adanya sumber belajar berbasis moodle tersebut siswa dapat belajar secara
mandiri dan tidak terlalu menggantungkan belajar dari guru dan catatan saja.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka barbagai permasalahan
dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Model ceramah membuat siswa kurang temotivasi.
2. Media yang diterapkan kepada siswa kurang menarik
3. Guru kurang memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di kelas
4. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center), sedangkan
siswa hanya menerima pelajaran secara pasif yang berpengaruh pada
kemandirian siswa.
5. Untuk meningkatkan kemandirian siswa perlu dikembangkan model
pembelajaran e-learning moodle .
C. Pembatasan Masalah
Dalam Penelitian peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap SMA
Negeri 1 Kebak Kramat Tahun Ajaran 2010/2011
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini dibatasi pada:
a. Materi pembelajaran biologi pada pokok bahasan
Keanekaragaman Hayati
4
b. Model pembelajaran yang digunakan soft moodle secara yang
dapat digunakan secara bebas sebagai produk open source
dibawah lisensi GNU.
c. Aspek yang diteliti adalah kemandirian siswa yang
didefinisikan sebagai kemampuan siswa untuk melakukan
kegiatan belajar yang bertumpu pada aktifitas dan tanggung
jawab dengan dorongan oleh kekuatan dari dalam diri sendiri
dalam usaha mencapai tujuan yang diharapkan bernilai dan
bermanfaat.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh media pembelajaran berbasis moodle pada pokok
bahasan Keanekaragaman Hayati terhadap kemandirian siswa kelas X
SMA Kebak Kramat semester II tahun 2010/2011.
2. Adakah pengaruh siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi,
kemandirian belajar sedang dan kemandirian belajar rendah terhadap
prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Keanekaragaman Hayati
semester II tahun 2010/2011.
3. Adakah interaksi media pembelajaran berbasis moodle dengan
kemandirian siswa kelas X SMA Kebak Kramat pada pokok bahasan
Keanekaragaman Hayati semester II tahun 2010/2011.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar dari:
1. Pengaruh media pembelajaran berbasis moodle pada pokok bahasan
Keanekaragaman Hayati terhadap kemandirian siswa kelas X SMA
Kebak Kramat semester II tahun 2010/2011.
5
2. Pengaruh siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi,
kemandirian belajar sedang dan kemandirian belajar rendah terhadap
prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Keanekaragaman Hayati
terhadap kemandirian siswa kelas X SMA Kebak Kramat semester II
tahun 2010/2011.
3. Interaksi media pembelajaran berbasis moodle dengan kemandirian
siswa kelas X SMA Kebak Kramat pada sub pokok bahasan plantae
terhadap kemandirian siswa kelas X SMA Kebak Kramat semester II
tahun 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Siswa
a. Memberikan pengalaman secara nyata kepada siswa melalui
pengimplementasian model pembelajaran moodle sebagai pemicu
munculnya kemandirian siswa dalam pembelajaran Biologi.
b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih
semangat dalam belajar.
c. Membangun budaya belajar mandiri ,mendasar, menyeluruh, dan terpadu
2. Bagi Guru
a. Menyajikan sebuah alternatif bagi Guru untuk mengatasi masalah
pembelajaran yang membutuhkan penyelesaian melalui penggunaan
metode pembelajaran yang bervariasi.
b. Memberikan masukan bagi guru mengenai manfaat implementasi moodle
untuk meningkatkan kemandirian siswa dalam pembelajaran Biologi.
c. Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif dan menyenangkan.
3. Bagi sekolah
6
a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk referensi peningkatan kemandirian
siswa dalam pembelajaran Biologi pada tahap berikutnya.
b. Hasil penelitian dapat digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran
secara umum pada tahap berikutnya.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Keanekaragaman Jenis Loranthacea pada Inang Famili
Anacardiaceae
a. Keanekaragaman Jenis Loranthaceae
Benalu merupakan salah satu kelompok tumbuhan parasit yang termasuk dalam
suku Loranthaceae. Menurut Sunaryo et al (2006:1) menyatakan bahwa tumbuhan
parasit ini umumnya menyerang pepohonan atau pun tumbuhan perdu terutama pada
bagian ranting dan cabang-cabangnya. Pohon atau pun perdu yang diserang benalu akan
terganggu bahkan dapat mati apabila serangan tersebut dalam jumlah besar.
Benalu telah lama dikenal sebagai tumbuhan hemiparasit pada perdu atau
pohon. Akan tetapi melalui kajian yang menggunakan radiocarbon, Marshall dan
Ehleringer (1990, dalam Luttge, 1997) telah menggungkapkan bahwa benalu
adalah benar-benar parasit karena sebagian besar senyawa karbon benalu berasal
dari larutan apoplastik xylem tanaman inang. Selaian menggambil mineral,
haustoria benalu juga menyerap senyawa organic dari inang. Benalu juga
menyerap senyawa organic inang. Benalu sering merugikan secara ekonomis dan
mengganggu kehidupan tubuhan inang. Selain dikenal sebagai tumbuhan yang
merugikan ternyata benalu telah sejak lama dikenal sebagai sumber bahan obat
tradisional Indonesia (Kirana, 1996; Chozin dkk, 1998 dan Widandri & Rahajoe,
1998).
Di Cina, benalu telah digunakan sebagai obat sejak tahun 1910 (Anderson
and Phillipson, 1992). Karena itu, potensi benalu sebagai sumber bahan obat dan
kandungan kimia benalu bergantung pada jenis tanaman inang yang ditempati
( Anderson & Phillipson, 1992) menunjukkna bahwa alkaloid benalu teh Scurulla
ortiana disintesis oleh tanaman teh. Sebaiknya, berbagai flavonoid justru
dihasilkan oleh benalu, namun, konsentrasinya sangat bervariasi bergantung jenis
inangnya.
8
Di kawasan Malesia suku Loranthaceae terdiri atas 23 marga dan 193 jenis
(Barlow, 1997) sedangkan di Jawa dilaporkan hanya dapat ditemukan 38 jenis
benalu dari 14 marga (Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1965). Berdasarkan
pengamatan terhadap spesimen herbarium yang disimpan di Herbarium
Bogoriense telah ditemukan 8 jenis tumbuhan benalu di Pulau Bali. Kedelapan
jenis benalu tersebut adalah Amyema cuernosensis (Elmer) Barlow, A. longipes
(Danser) Barlow, A. tristis (Zoll.) Tiegh., Dendrophthoe lanosa (Korth.) Danser,
D. pentandra (L.) Miq., Helixanthera setigera (Korth.) Danser, Scurrula
atropurpurea (Blume) Danser, dan S. parasitica L.
Menurut Gembong Tjitrosoepomo (1993:122) menyatakan bahwa
Loranthaceae merupakan tanaman setengah parasit yang batangnya berkayu,
tumbuh pada dahan anggota-anggota Gymnospermae dan Cotyledoneaae yang
berkayu, dengan daun-daun tuggal yang kaku seperti belulang, duduknya
bersilang/berhadapan atau berkarang, tanpa daun penumpu. Kadang-kadang tidak
terdapat daun-daun, dalam hal ituruas-ruas cabangnya berwarna hijau dan
berfungsi sebagai alat untuk asimilasi. Tumbuh-tumbuhan membentuk alat
penghisap yang beraneka rupa. Pada perkecambahan alat pelekatnya ada yang lalu
membentuk alat penghisap yang pipih dan meluas melekat pada kayu inangnya.
Ada pula yang dari alat pelekat itu tumbuh tumbuh streng-streng penghisap
seperti akar yang meluas pada permukaan gelam tumbuhan inangnya dan dari
streng-streng tersebut masuk ke dalam kayu alat penghisap yang disebut
penyelam, ada pula yang langsung dari cakram pelekatnya mengeluarkan
penyelam ke bagian kayu inangnya.
b. Anacardiaceae
Tanaman berkayu dengan saluran damar. Daun tersebar, tunggal atau
menyirip ganjil. Daun penumpu tidak ada. Tanaman berumah 1 atau 2. Bunga
beraturan atau sedikit tidak beraturan, berkelamin 1 atau 2, kadang-kadang
berkelamin campuran; dalam malai; daun kelopak 4-5, bersatu atau tidak bersatu.
Daun mahkota 4-5, berdaun lepas, atau tidak berdaun. Benang sari 10 atau 5,
jarang lebih, kerapkali mereduksi menjadi staminodia. Bakal buah menumpang
atau setengah tenggelam, beruang 1-10, kerapkali 3-1, seringkali miring, kadang-
9
kadang bertangkai pendek; kadang-kadang beberapa bakal buah lepas. Bakal biji
per ruang 1. Buah batu (Van Steenis et al, 2008: 251).
Menurut Gembong (1996: 305) Suku anacardiaceae membawahi kira-kira 500
jenis, terbagi dalam 70 marga yang tersebar dari daerah-daerah beriklim panas
sampai daerah-daerah beriklim sedang. Contoh-contohnya: Anacardium: A.
occidentale (jambu mete), penghasil mete; buah semu yang berasal dari tangkai
bunganya juga dapat dimakan. Mangifera: M. indica (mangga dengan puluhan
varietas budidaya), penghasil buah-buahan; M. odorata (kuweni), M. foetida
(pakel, limus), M.caesia (kemang). Spondias: S. dulcis, S.pinnata, S.lutea
(kedondong), buahnya dimakan. Lannea: L. grandis (kayu kuda), tumbuh cepat,
penghasil kayu bakar dan gom.
2. HERBARIUM
a. Definisi Herbarium
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani
yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi
spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi
(Rizal, 2005:1). Fungsi herbarium secara umum antara lain:
1. Sebagai pusat referensi; merupakan sumber utama untuk identifikasi
tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani
jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam
konservasi alam.
2. Sebagai lembaga dokumentasi; merupakan koleksi yang mempunyai nilai
sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan
yang mempunyai nilai ekonomi.
3. Sebagai pusat penyimpanan data; ahli kimia memanfaatkannya untuk
mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan
ramuan untuk obat kanker, dan
sebagainya.
b. Cara Mengkoleksi Tumbuhan
10
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam
praktek pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberikan
informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata
lain, suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan
harus ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak nampak
pada spesimen herbarium. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkoleksi
tumbuhan antara lain:
1) Perlengkapan
Beberapa perlengkapan yang diperlukan untuk mengkoleksi tumbuhan di
lapangan antara lain: gunting tanaman, buku catatan, label, pensil, lensa tangan,
Koran bekas, penekan/penghimpit, tali pengikat, vasculum, kantong plastik,
alkohol, kantong kertas (untuk cryptogamae, buah dan biji), peta, kamera dan
sebagainya.
2) Pengkoleksian
Apa yang dikoleksi:
a) Tumbuhan kecil harus dikoleksi seluruh organnya
b) Tumbuhan besar atau pohon, dikoleksi sebagian cabangnya dengan
panjang 30-40 cm yang mempunyai organ lengkap: daun (minimal punya
3 daun untuk melihat phylotaksis), bunga dan buah, diambil dari satu
tumbuhan. Untuk pohon yang sangat tinggi, pengambilan organ
generatifnya bisa dilakukan dengan galah, ketapel atau menggunakan
hewan, misalnya beruk.
c) Untuk pohon atau perdu kadang-kadang penting untuk mengkoleksi
kuncup (daun baru) karena kadang-kadang stipulanya mudah gugur dan
brakhtea sering ditemukan hanya pada bagian-bagian yang muda.
d) Tumbuhan herba dikoleksi seluruh organnya kecuali untuk herba besar
seperti Araceae.
e) Koleksi tumbuhan hidup; dianjurkan untuk ditanam di kebun botani dan
rumah kaca.
3) Catatan Lapangan
11
Catatan lapangan segera dibuat setelah mengkoleksi tumbuhan, berisi
keterangan-keterangan tentang ciri-ciri tumbuhan tersebut yang tidak terlihat
setelah spesimen kering. Beberapa keterangan yang harus dicantumkan antara
lain: lokasi, habitat, habit, warna (bunga, buah), bau, eksudat, pollinator (kalau
ada), pemanfaatan secara lokal, nama daerah dan sebagainya.
4) Pengeringan Spesimen
Setelah dilabel (etiket gantung) koleksi dimasukkan ke dalam lipatan
kertas koran dimasukkan ke kantong plastik disiram dengan alkohol 70 % hingga
basah dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
panas matahari, menggunakan kayu bakar, arang dan dengan listrik.
5) Proses Pengeringan
Menurut Hidayat (2005: 5) menyatakan bahwa proses pengeringan
specimen sebagai berikut:
a) 5-10 spesimen diapit dengan penekan atau sasak ukuran 45 x 35 cm.
Untuk specimen yang banyak, bisa digunakan karton atau aluminium
berombak/beralur untuk mengapit specimen sehingga tidak perlu
mengganti-ganti kertas Koran, diletakkan vertikal.
b) Buah-buah besar dipisah, dimasukkan ke dalam kantong, beri label dan
keringkan terpisah.
c) Tumbuhan yang sangat lunak dimasukkan ke dalam air mendidih beberapa
menit untuk membunuh jaringan dan mempercepat pengeringan.
d) Dibalik-balik secara teratur, kertas diganti beberapa kali terutama hari
pertama, kalau specimen sudah kaku lebih ditekan lagi.
e) 1,5-2 hari specimen akan kering.
6) Pembuatan Herbarium
Menurut Sutisna (1998) menyatakan bahwa pembuatan herbarium
meliputi tiga tahap yaitu:
a) Mounting
Spesimen yang sudah kering dijahit atau dilem di atas kertas karton.
Gunakan kertas yang kuat atau tidak cepat rusak dan kaku, ukuran 29 x 43
12
cm. Untuk tumbuhan Palmae atau tumbuhan lain yang organnya besar, 1
spesimen dimounting pada beberapa lembar kertas.
b) Labeling
Label yang berisi keterangan-keterangan tentang tumbuhan tersebut
diletakkan di sudut kiri bawah atau sudut kanan bawah. Spesimen
dipisahkan sesuai dengan kelompoknya kemudian diidentifikasi.
Dianjurkan membuat lembar label kosong untuk kemungkinan perubahan
nama.
c) Pengasapan dan peracunan (Fumigasi)
Sebelum memasukkan spesimen ke herbarium terlebih dahulu harus diasap
dengan carbon bisulfida dalam ruangan tertentu. Metode lain dapat
dilakukan dengan menambahkan kristal paradiklorobenzen. Umumnya
herbarium-herbarium melakukan fumigasi dengan interval 1, 2, 3 tahun.
Umumnya spesimen disusun ke dalam kotak atau lemari khusus
berdasarkan alphabet.
3. Model Pembelajaran E-learning
a. Pengertian E-learning
Banyak para ahli mendefinisikan e-learning sesuai sudut pandangnya. E-
learning kepanjangan dari elektronik learning ada yang menafsirkan elearning
sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi elektronik (radio,
televisi, film, komputer, internet, dan lain-lain).
C.Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran
dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau
internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada
pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh (distance
learning) yang dilakukan melalui model internet. Sedangkan Dong (dalam
Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous
melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang
sesuai dengan kebutuhannya.
13
Wahono mendefinisikan e-learning sebagai sistem atau konsep pendidikan
yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar
(ilmukomputer.com). E-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional
yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet
(Murnomo,2006:124). Sehingga dapat disimpulkan bahwa e-learning merupakan
pembelajaran konvensional yang berbentuk pembelajaran jarak jauh dengan
memanfaatkan teknologi komputer (informasi) baik secara formal maupun
informal.
Pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat
sesuai tujuan yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di
dalamnya juga termasuk pembelajaran berbasis internet, maka pendapat Haughey
perlu dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning. Pengembangan e-
learning tidak semata-mata hanya menyajikan materi pelajaran secara on-
line saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain
selah peserta didik belajar di hadapan pengajar melalui layar komputer yang
dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk dapat menghasilkan e-learning
yang menarik dan diminati, Onno W. Purba (2002) mensyaratkan tiga hal
yang harus dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu sederhana, personal
dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam
memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel
yang disediakan akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri,
sehingga waktu belajar peserta dapat diefisiensikan untuk proses belajar itu
sendiri dan bahkan para pengajar menggunakan sistem e-learning nya.
b. Komponen -komponen Pembelajaran E-learning
Dalam pembelajaran terdapat komponen-komponen yang penting untuk
menunjang dalam pembelajaran, begitu juga dengan e-learning tidak bisa lepas
dari komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut:
a) Tujuan Pembelajaran.
Suatu rumusan yang menunjukkan dan menjelaskan hal yang ingin di capai.
Tujuan tersebut menunjukkan dan menjelaskan perubahan apa yang harus terjadi
14
dan yang dialami oleh mahasiswa, seperti perubahan pola pikir, perasaan dan
tingkah laku mahasiswa. Jadi tujuan pelatihan merupakan orientasi
penyelenggaraan pembelajaran yang ditujukan untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan mahasiswa.
b) Bahan Belajar
Merupakan subtansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran oleh
karena itu bahan merupakan salah satu dosen bagi mahasiswa yang disebut juga
sebagai dosen yaitu sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pembelajaran. Ini
berupa bahan ajar yang di upload ke web-site. Bahan atau materi belajar dapat
berupa paket atau modul belajar yang disusun berdasarkan sistematika bahan
belajar tertentu, kurikulum tertentu serta inisiasi untuk melaksanakan belajar
secara on-line.
c) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi dalam proses
pelatihan, Interaksi tersebut dapat terjadi antara dosen dengan mahasiswa,
interaksi dalam kegiatan belajar dan ineraksi lain dalam proses atau situasi
pembelajaran. Interaksi disini adalah melalui chating, email dan tutorial face to
face
d) Metode Pembelajaran
Merupakan metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk
menujang pencapaian tujuan pembelajaran pelatihan. Metode pembelajaran dalam
pelatihan merupakan suatu cara dalam mereaksi terhadap stimulus dengan
memperhatikan isyarat guna menunjang tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan oleh dosen dalam upaya membelajarkan mahasiswa. Jadi metode
belajar yang digunakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan materi
pembelajaran pelatihan
e) Model atau Sarana Pembelajaran
Model atau sarana pembelajaran merupakan komponen masukan yang dapat
membantu pelaksanaan proses pembelajaran pelatihan. Model atau sarana
pembelajaran dapat berupa sumber, alat, bahan yang diperlukan untuk kegiatan
belajar.
15
f) Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran karena
dengan evaluasi dapat ditentukan tingkatan keberhasislan suatu program,
sekaligus juga dapat diukur hasil-hasil yang dicapai oleh suatu program. Evaluasi
dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai jarak antara situasi yang ada
dan situasi yang diharapkan untuk mendapatkan informasi mengenai jarak yang
memgambarkan informasi yang diharapkan. Jadi evaluasi merupakan tindakan
atau proses untuk menentukan nilai sesuatu, atau dapat diartikan sebagai tindakan
atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
pendidikan. Evaluasi pendidikan merupakan satu proses penaksiran terhadap
kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak menuju ke tujuan kurikulum.
Langkah-langkah evaluasi meliputi ; (a) formulasi tujuan-tujuan pokok daripada
kurikulum; (b) definisi dan klasifikasi tujuan-tujuan pokok; (c) seleksi mengenai
tes-tes dan ukuran-ukuran yang tersedia untuk tiap tujuan pokok; (d) konstruksi
skala-skala tes atau teknik-teknik yang dibutuhkan; (e) aplikasi daripada macam-
macam tes dan teknik yang formal dan informal untuk ukuran pertumbuhan dan
perkembangan individu. Teknik-teknik evaluasi dapat dilakukan melalui : tes
objektif, dan teknik observasi, ujian lesan dan bentuk essay, kuesioner,
wawancara, rating scahe, laporan pribadi, teknik proyektif, metode sosiometri,
studi kasus, dan komulatif. (Raharjo, 2005:11-13)
c. Karakteristik E-learning
E-learning mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan mahasiswa,
mahasiswa dan sesama mahasiswa atau guru dan sesame guru dapat
berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal- hal
yang protokoler.
b) Memanfaatkan keunggulan komputer (digital model dan computer
networks).
16
c) Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)
disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan mahasiswa
kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
d) Memanfaatkan jadwal pembelajaran kurikulum, hasil kemajuan belajar
dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat
setiap saat di komputer.
4. MOODLE
a. Pengertian MOODLE
Moodle adalah sebuah paket perangkat lunak yang berguna untuk membuat
dan mengadakan kursus/pelatihan/pendidikan berbasis internet (Prakoso, 2005:
13). Moodle diberikan secara gratis sebagai perangkat lunak open source (di
bawah lisensi GNU Public License). Moodle dapat langsung bekerja tanpa
modifikasi pada Unix, Linux, Windows, Mac OS X, Netware dan sistem lain yang
mendukung PHP. Data diletakkan pada sebuah database. Data terbaik bagi
Moodle adalah MySQL dan PostgreSQL dan tak menutup kemungkinan untuk
digunakan pada Oracle, Acces, Interbase, ODBC, dan sebagainya. Moodle
didesain untuk mendukung kerangka konstruksi sosial (social construct) dalam
pendidikan. Moodle termasuk dalam model CAL+CALT (Computer Assisted
Learning + Computer Assisted Teaching) yang disebut LMS (Learning
Management System). Moodle merupakan akronim dari Modular Object Oriented
Dynamic Learning Environment. Moodle adalah sebuah jalan menuju pendidikan
tanpa batas. Sebuah pionir yang akan membangun kreativitas dan pemikiran. Hal
ini dapat diterapkan ketika moodle dibuat, dan ketika pengajar dan pendidik
melakukan aktivitas pengajaran dalam pembelajaran online.
b. Desain MOODLE
Desain moodle memberikan kemudahan bagi penggunanya dalam mengelola
situs, pengguna yang terdaftar dalam situs, serta pelatihan yang dikelola oleh
17
moodle. Moodle memberikan semua hal yang dibutuhkan untuk mengadakan
pelatihan online melalui modul yang ada. Jadi, seperti inilah desain moodle:
a. Mendukung pendagogi kontruksi sosial (kolaborasi, aktivitas, kritik
refleksi, dan sebagainya).
b. Sangat sesuai untuk kelas online dan dapat pula digunakan sebagai
tambahan kelas tatap muka.
c. Simple, ringan, efisien, dan antar muka browser sederhana.
d. Mudah diinstal pada berbagai macam platform yang mendukung PHP.
e. Abstraksi database moodle mendukung hampir semua merek database
(kecuali definisi tabel).
f. Daftar kursus/pelatihan yang diselenggarakan dilengkapi deskripsi dari
setiap pelatihan yang ada. Selain itu, moodle juga memberikan akses bagi
tamu (guest).
g. Kategori kursus/pelatihan. Satu situs moodle mampu mendukung ribuan
kursus/pelatihan.
h. Penekanan yang tinggi pada sisi keamanan, pemeriksaan ulang terhadap
formulir, validasi data, enskripsi cookie, dan sebagainya.
i. Sebagian besar area entry, seperti resource (sumber/bahan pelatihan),
forum, jurnal, dan sebagainya; dapat diedit menggunakan editor HTML
WYSIWYG (What You See Is What You Get) yang terintegrasi dalam
moodle (Prakoso, 2005: 48).
c. Tipe Modul pada MOODLE
Sebagai penunjang pembelajaran mandiri, moodle memiliki tipe-tipe
modul yaitu:
(1) Modul Penugasan (Assigment)
a. Modul ini dapat dikelompokkan berdasarkan tanggal pengumpulan dan
urutan penilaian tugas.
b. Para peserta didik dapat meng-upload penugasan yang telah dikerjakan
(dalam berbagai format) ke dalam server. Tanggal pengumpulan tugas
oleh peserta didik akan tercatat secara otomatis. Pengumpulan tugas
walaupun terlambat dari tenggat waktu masih dapat dilakukan. Namun,
18
pengajar dapat menjadikan jumlah hari/jam keterlambatan pengumpulan
tugas sebagai bahan pertimbangan.
c. Untuk setiap penugasan yang diberikan, seluruh kelas dapat memberikan
penilaian (tanggapan dan komentar) dalam satu halaman dan satu format.
d. Umpan balik dari pengajar ditambahkan ke dalam halaman penugasan
setiap peserta didik disertai pemberitahuan melalui e-mail.
e. Pengajar dapat memberikan penugasan baru yang terkait dengan
penugasan sebelumnya. Hal ini bisa dilakukan setelah diadakan penilaian
terhadap tugas sebelumnya. Tujuannya adalah mengadakan
f. penilaian ulang terkait penugasan sebelumnya.
(2) Modul Chat
a. Modul ini memungkinkan interaksi sinkron (dalam waktu yang
bersamaan) berbentuk teks.
b. Modul ini menyertakan foto/gambar dan profil dalam jendela chat.
c. Modul chat mendukung URL, smiles, HTML, image, dan sebagainya.
d. Semua sesi dapat direkam dalam log agar dapat dilihat di lain waktu.
Fasilitas ini juga diberikan bagi peserta didik.
(3) Modul Forum
a. Modul forum menyediakan berbagai macam tipe forum, di antaranya
forum khusus pengajar, berita khusus, forum terbuka, dalam sebuah urutan
sesuai kiriman pengguna.
b. Semua kiriman menyertakan foto pengirim.
c. Diskusi dapat dikelompokkan sesuai tema, flat atau urutan, terlama dan
terbaru.
d. Forum individu dapat didaftarkan ke setiap orang. Kopiannya dapat
dikirim melalui e-mail. Para pengajar dapat memaksa setiap orang untuk
terlibat dalam forum yang ada.
e. Guru dapat memilih untuk tidak menerima balasan (reply), misalnya untuk
forum berupa pengumuman. Kumpulan diskusi dapat dipindahkan di
antara forum. Fitur ini hanya berlaku bagi pengajar. Lampiran gambar
(attached images) dapat ditampilkan dalam baris.
19
(4) Modul Pilihan (Choice)
a. seperti sebuah polling, modul ini digunakan untuk voting (mengambil
pendapat atas suatu masalah) atau untuk mendapatkan umpan balik dari
para peserta didik.
b. Pengajar dapat melihat hasil polling yang ada dalam sebuah table yang
memperlihatkan pilihan seseorang.
c. Para peserta didik secara opsional dapat diberi izin untuk melihat grafik
hasil polling secara up to date.
(4) Modul Kuis (Quiz)
a. Pengajar dapat membuat database pertanyaan agar dapat digunakan pada
kuis yang berbeda.
b. Pertanyaan dapat dikelompokkan dalam kategori untuk memudahkan
akses. Kategori ini bias dipublikasikan agar dapat diakses melalui berbagai
macam pelatihan dalam situs.
b. Kuis secara otomatis akan dinilai. Selain itu, kuis dapat diatur ulang jika
pertanyaan yang ada dimodifikasi.
c. Kuis dapat diatur ulang dalam jangka waktu tertentu. Jika melewati jangka
waktu tersebut maka kuis tidak akan tersedia.
d. Dalam opsi pengajar, kuis dapat dicoba beberapa kali. Selain itu, kuis
dapat menampilkan umpan balik/jawaban yang tepat.
e. Pertanyaan kuis dan jawabannya dapat diacak. Fitur ini bermanfaat untuk
mengurangi kecurangan .
f. Pertanyaan dapat menggunakan kode HTML dan image (gambar).
g. Pertanyaan dapat diambil file eksternal (teks).
h. Kuis dapat dicoba beberapa kali jika diinginkan.
i. Percobaan dapat dilakukan secara komulatif (jika diinginkan), dan akan
berhenti setelah beberapa opsi.
j. Pertanyaan pilihan ganda mendukung jawaban tunggal dan berganda.
k. Modul kuis mendukung untuk pertanyaan benar-salah.
l. Modul kuis juga mendukung bentuk pertanyaan pencocokan.
m. Modul kuis mendukung untuk pertanyaan acak.
20
n. Modul kuis mendukung pertanyaan bernomor (dengan cakupan tertentu).
o. Kuis dapat diatur dalam format berbentuk pertanyaan yang disertai
jawaban atau pertanyaan dengan jawaban berbentuk teks.
p. Modul kuis mendukung deskripsi teks yang disertai dengan grafik.
(5) Modul Jurnal (Journal)
a. Privasi jurnal dapat diatur agar hanya diakses pengajar dan peserta didik.
b. Setiap masukan jurnal dapat dimulai dengan pertanyaan terbuka.
c. Untuk jurnal tertentu, seluruh kelas dapat memberikan penilaian dalam
formulir yang terlampir pada halaman tersebut.
d. Umpan balik pengajar dijadikan satu dengan halaman masukan
e. jurnal, disertai pemberitahuan melalui e-mail.
(6) Modul Resource (Bahan pelatihan)
a. Modul resource mendukung berbagai macam format (word, power point,
flash, video, audio, dan sebagainya).
b. File dapat di-upload dan dikelola didalam server, atau dibuat secara on the
fly menggunakan format web (teks atau HTML).
c. Bahan pelatihan eksternal di web dapat di-link atau disertakan dalam antar
muka kursus/pelatihan. Aplikasi web eksternal dapat di-link dengan
disertai data tambahan yang diperlukan.
(7) Modul Survei
a. Alat survei (COLLES, ATLS) disertakan dalam moodle sebagai alat untuk
menganalisis kelas online.
b. Laporan survei online selalu tersedia disertai dengan grafik.
c. Data ini dapat di-download dalam bentuk spreadsheet Excel atau file text
CSV.
d. Antar muka survei menghindari kekuranglengkapan jawaban survey
sehingga apabila ada pertanyaan yang belum dijawab, survei tidak akan
dimasukkan.
e. Umpan balik dapat diperoleh dari peserta didik sebagai perbandingan
dengan rata-rata kelas.
(8) Modul Workshop
21
a. Modul ini memungkinkan adanya penilaian mendalam terhadap dokumen.
Pengajar dapat mengelola serta mengelompokkan penilaian yang ada
tingkatan.
b. Modul ini juga mendukung adanya penilaian dengan rentang yang luas.
c. Pengajar dapat menyediakan dokumen contoh agar peserta didik dapat
berlatih memberikan penilaian.
d. Modul ini sangat fleksibel dengan disertai berbagai macam pilihan.
5. K e ma ndi rian B e la j ar
a. P e ng er ti a n K e m a ndi r i a n B e l a j a r
Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti berdiri sendiri,
tidak tergantung kepada orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1996:625) kemandirian adalah “keadaan dapat berdiri sendiri tanpa
tergantung pada orang lain”. Kemandirian yang diwujudkan melalui tingkah
laku menunjukkan sikap mandiri atau tingkah laku mandiri. Robert Tai dkk (2007:
27) menyatakan “Autonomous learning is the seed of scientific research”.
Kemandirian belajar merupakan dasar bagi penelitian ilmiah. Sementara itu
Hermann Holstein (1987:6) mengartikan “Mandiri sebagai bekerja sendiri
(berswakarsa)”. Sedangkan Suharsimi Arikunto (1990:108) mengemukakan
“Membantu siswa untuk mandiri berarti menolong mereka dari bantuan orang
lain”. Jadi dalam melakukan aktifitas menekankan pada kebebasan melakukan
sesuatu secara langsung, bebas dari rasa takut.
Perkembangan dalam bidang teknologi pembelajaran menekankan pada
pentingnya kemandirian dalam belajar. Penerapan sistem pembelajaran tuntas,
pengajaran perorangan, sistem modul, cara belajar siswa aktif dan pendekatan
ketrampilan proses serta pembelajaran inkuiri semuanya menekankan pada
aktifitas belajar siswa yang tinggi. Murid ditingkatkan peranannya sehingga
benar-benar menjadi subyek dalam proses belajar mengajar. Mereka benar-benar
dipandang sebagai individu yang sedang berusaha meningkatkan kemampuannya
melalui penguasaan berbagai pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai dan sikap. Jadi
belajar mandiri bermakna belajar yang dilakukan oleh siswa dengan penuh
22
tanggung jawab atas keberhasilan belajarnya tanpa tergantung orang lain. Hal ini
sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Mel Silberman (2007: 182)
yaitu: “Belajar kelas penuh (full class) dan belajar kolaboratif dapat
diperkaya dengan aktifitas belajar mandiri. Ketika para peserta didik belajar
atas kemauan sendiri, mereka mengembangkan kemampuan memfokuskan dan
mereflesikan.
Bekerja atas kemauan sendiri juga memberi mereka kesempatan untuk
bertanggung jawab secara pribadi terhadap belajarnya”. Kemandirian dalam belajar
merupakan hal elementer dan langsung dialami oleh siswa. Dengan kemandirian
ini siswa akan mampu bersikap mandiri dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya, terutama dalam belajar. Dari hal ini tampak bahwa belajar
mandiri lebih menekankan pada apa yang terjadi dalam diri siswa. Dalam
belajar mandiri ini pula siswa dituntut untuk dapat menemukan masalahnya
secara mandiri melalui dokumen-dokumen yang berorientasi pada tujuan belajar.
Perwujudan belajar mandiri dapat dapat berupa belajar sendiri,
belajar kelompok ataupun belajar klasikal. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hermann
Holstein (1987:5) bahwa: Dengan belajar mandiri tidak berarti murid murid
belajar secara individualistik, bahkan sebaliknya, situasi dibina untuk belajar
kelompok dan setiap murid menjadi partner sesamanya. Dalam berkelompok itu
ditanamkan rasa kebersamaan, kesadaran untuk bekerja sama dan gotong royong,
saling membantu dan mengoreksi tanpa rasa takut tersinggung, menghargai
pendapat dan pendirian sesamanya serta mampu membedakan antara seseorang
sebagai persona dengan pendapat orang. Hal ini berarti mengarahkan murid tanpa
terasa olehnya menjadi anggota masyarakat yang pandai bermasyarakat serta
demokratis disamping dapat belajar tanpa memerlukan guru. Berangkat dari
pengertian belajar mandiri tersebut dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar
adalah kemauan siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang bertumpu pada
aktifitas dan tanggung jawab dengan didorong oleh kekuatan dari dalam diri
sendiri dalam usaha mencapai tujuan yang dianggap bernilai dan bermanfaat.
23
b. C i r i -c i r i K e m a ndi r i a n
Seseorang yang mandiri cenderung lebih tergantung pada diri sendiri dari
pada pihak lain, adanya akan ada sifat yang bebas dan kreatif. Rasa percaya
diri, inisiatif dan tanggung jawab dan tidak mudah terpengaruh oleh
lingkungan. Ciri- ciri kemandirian antara lain yaitu:
a) Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan bertindak
atas kehendak sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.
b) Mempunyai keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan.
c) Mampu berfikir dan bertindak secara kreatif penuh inisiatif dan
tidak sekedar meniru.
d) Mempunyai kecenderungan untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan
prestasinya.
e) Dalam menghadapi masalah mencoba menyelesaikan sendiri
tanpa bantuan orang lain.
f) Mampu menentukan sendiri tentang sesuatu yang harus
dilakukannya tanpa bimbingan dan pengarahan orang lain. (Sardiman,
1984: 105 – 107)
Dalam sistem belajar mandiri, siswa diharapkan belajar mandiri atau
berkelompok dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain. Sebab itu
diperlukan kemauan yang kuat dan disiplin yang tinggi dalam melaksanakan
kegiatan belajarnya. Kemauan yang kuat akan mendorong untuk tidak lekas putus
asa dalam menghadapai kesulitan, sedangkan disiplin yang tinggi diperlukan
supaya kegiatan belajarnya sesuai dengan jadwal waktu yang diaturnya sendiri.
Menurut Jerrold E.Kemp (1994:154) dalam Sri Wahyanti (2006), bahwa “belajar
mandiri adalah belajar yang sesuai dengan kecepatan sendiri”. Sistem belajar
mandiri mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a) Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan minat dan kebutuhan perorangan
siswa.
b) Siswa belajar dengan pelajuan (pacing).
c) Siswa belajar mandiri dilaksanakan sesuai tujuan yang akan dicapai, gaya
belajar, kemauan awal yang dimiliki dan minat masing-masing siswa.
24
d) Kegiatan belajar dikembangkan secara cermat dan teliti, bahan/materi
disusun menjadi langkah yang terpisah dan kecil,masing-masing
membahas satu konsep tunggal.
e) Kegiatan dan sumber pengajaran dengan memperhatikan sasaran
pengajaran.
f) Penguasaan siswa terhadap setiap langkah harus diperiksa sebelum ke
langkah selanjutnya.
c. Fa kto r K e m a n d i r i a n B e l a j a r
Perilaku mandiri tidak terbentuk secara mendadak tetapi melalui proses sejak
masa kanak-kanak. Dalam berperilaku mandiri antara individu satu dengan yang
lain berbeda, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian individu dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor
dari dalam dan faktor dari luar individu.
Menurut Hasan Basri (1994:54) kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor yang terdapat di dalam dirinya sendiri (factor
endogen) dan faktor-faktor yang terdapat di luar dirinya (faktor eksogen).
a) Faktor endogen (internal)
Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari
dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak
dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu
yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan
perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan
ibu mungkin akan didapatkan didalam diri seseorang, seperti bakat, potensi
intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya.
b) Faktor eksogen (eksternal)
Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau pengaruh yang
berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan.
Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi
perkembangan kepribadian seseorang, baik dalam segi negatif maupun positif.
Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan
25
kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadian, termasuk pula dalam
hal kemandiriannya.
6. Pembelajaran Mandiri dengan MOODLE
Moodle yang merupakan akronim Modular Object Oriented Dynamic Environment adalah sistem manajemen yang merupakan software yang open source, salah satu yang membedakan moodle dengan paket e-learning yang lain adalah kemampuan moodle untuk menangani pedagogi yang menyangkut aspek social belajar.
Moodle adalah salah satu perangkat lunak yang mendukung dalam sumber pembelajaran. Melalui moodle bisa diperoleh tanpa mepedulikan status, usia, tempat atau jarak (Andi 2005). E-learning dapat didefinisikan sebagai upaya menghubungkan pembelajar (murid) dengan sumber belajarnya (database, pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan. Interaktifitas dalam hubungan tersebut dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (Simamora 2002). E-learning atau electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan elearning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat bantunya (Soekartawi 2003). Internet pada dasarnya adalah kumpulan informasi yang tersedia di komputer yang bisa diakses karena adanya jaringan yang tersedia di computer tersebut. Oleh karena itu bisa dimengerti kalau e-learning bisa dilaksanakan karena jasa internet (Soekartawi 2003). Internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia (Anwas 2003).
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakasanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kebak Kramat kelas X semester genap tahun pelajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Pada penelitian ini waktu penelitian dilakukan secara bertahap yang secara
garis besar dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan dan perizinan,
tahap penelitian dan tahap penyelesaian
a. Tahap Persiapan dan Perizinan
Tahap persiapan meliputi pengajuan judul skripsi, pembuatan skripsi,
permohonan izin penelitian dan konsultasi instrumen penelitian pada
pembimbing. Tahap ini dimulai pada bulan Januari – Juni 2008.
b. Tahap PenelitianTahap penelitian meliputi semua kegiatan yang ada di lapangan, yaitu uji coba
27
instrumen, pelaksanaan mengajar dan pengambilan data. Tahap ini dilaksanakan
pada bulan Juli 2008.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelasaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan hasil
penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juli 2008 – selesai.
B. Metode Peneliitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode preeksperimental
design. Jenis penelitian eksperimental ini digunakan karena keterbatasan jumleh
subjek yang akan diteliti.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-group pre-test-post-
test design. Menurut Bambang Prasetyo dan Lina Miftakhul (2005:161) One-
group pre-test-post-test design yaitu suatu kelompok eksperimen diukur variable
dependentnya (pre-test), kemudian diberikan stimulus, dan diukur kembali
variable dependennya (post-test) tanpa ada kelompok pembanding.Rancangan
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel.
Tabel Rancangan Penelitian
C. Populasi dan Sampel
1. Polpulasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Kebak Kramat
tahun pelajaran 2010/2011.
2. Sampel Penelitian
Teknik penganbilan sampel yang digunakan adalah sampling purposive. Menurut
Sugiyono (2007:68) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini sebagai
sampel diambil 1 kelas yaitu kelas X-ICT yang ada di SMA N 1 Kebak Kramat.
D. Teknik Pengumpulan Data
28
1. Variable Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat variable bebas yaitu media pembelajaran dan Variabel terikat yaitu kemandirian belajar.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengambilan data adalah sebagai berikut:
a. Metode AngketMetode angket pada penelitian ini digunakan untuk menggali data mengenai pencapaian kemandirian belajar siswa. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung tertutup dengan alternatif jawaban yang telah tersedia dan dibatasi. Pengukuran kemandirian belajar siswa menggunakan angket dalam bentuk cek (v) pada kolom yang telah disediakan. Alternatif jawaban tiap item ada lima. Pemberian skor tiap item pernyataan menurut skala Likertdalam Suharsimi Arikunto (2002:180) sebagai berikut:SS : jawaban sangat setuju dengan skor 5S : jawaban setuju dengan skor 4TB : jawaban tidak berpendapat dengan skor 3TS : jawaban tidak setuju dengan skor 2STS : jawaban sangat tidak setuju dengan skor 1
b. Metode observasiObservasi atau pengamatan merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan cara mengamati dan mencatat secara langsung perilaku-perilaku siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi diisi oleh observer. Pengamatan
yang dilakukan harus mengacu pada indikator yang telah tertuang dalam lembar
observasi. Observer melakukan observasi dengan memberikan tanda check (√) pada
kolom yang tersedia pada lembar observasi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Observasi terhadap siswa difokuskan pada kemandirian belajar siswa dalam
pembelajaran biologi dan keterlaksanaan tahapan pembelajaran.
3. Teknik penyusunan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemandirian belajar siswa dengan menggunakan metode angket dan observasi. …………………….
4. Analisa Instrumenta. Uji kemandirian
Instrumen Kemandirian Belajar
1). Uji Validitas Angket Kemandirian BelajarUntuk menghitung validitas butir soal angket digunakan rumus product moment dari Pearson. Rumus angka kasar product moment dari Pearson adalah sebagai berikut:
29
Keterangan :
Rxy = koefisien korelasi suatu butir soal
X = skor item
Y = skor total
N = jumlah subyek2). Uji Reliabilitas Angket Kemandirian Belajar
Reliabilitas sering diartikan dengan keterandalan. Artinya suatu tes memiliki
keterandalan bilamana tes tersebut dipakai mengukur berulang – ulang hasilnya
relatif sama. Untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus alpha
sebagai berikut :
Keterangan :r11 = reliabilitas instrumenk = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= jumlah varians butir……………………
Kriteria tingkat reliabilitas berdasarkan koefisien r menurut Suharsimi Arikuto(2002: 245) adalah sebagai berikut:0,800 - 1,00 = tinggi0,600 – 0,800 = cukup0,400 – 0,600 = agak rendah0,200 – 0,400 = rendah0,100 – 0,200 = sangat rendah