9 elemen jurnalistik

Upload: dyah-putri-mitasari

Post on 05-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

9 Elemen Jurnalistik

TRANSCRIPT

1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaranBerita adalah materi yang digunakan orang untuk mempelajari dan berpikir tentang dunia di luar diri mereka, maka kualitas terpenting berita adalah bisa digunakan dan diandalkan. Hasrat mendasar terhadap kejujuran ini begitu kuatnya dan ada sejak manusia ada. Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga orang-orang akan mempunyai informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat. Bentuk kebenaran yang dicapai adalah bentuk kebenaran yang bisa dipraktikan dan fungsional. Kebenaran jurnalistik lebih dari sekedar akurasi. Ini adalah pekerjaan sortir yang berkembang antara cerita pertama dan interaksinya di tengah publik, pembuat berita, dan wartawan sepanjang waktu. Prinsip pertama jurnalisme---pengejaran kebenaran tidak berat sebelah---adalah yang paling membedakannya dari bentuk komunikasi lain.Memahami kebenaran jurnalistik sebagai sebuah proses---atau perjalanan berkelanjutan menuju pemahaman---sebenarnya lebih membantu dan lebih realistis, dan hal ini dimulai dengan berita yang timbul pada hari pertama dan perkembangan selanjutnya. Upaya jurnalisme untuk sampai pada kebenaran dalam dunia yang kabur adalah dengan memilah sedari awal fakta dari informasi keliru yang ikut bersamanya, ketiadaan informasi, atau promosi. Setelah itu, ia membiarkan komunitas bereaksi, dan penyeleksian pun terjadi. Pencarian kebenaran akhirnya jadi komunikasi dua arah.Daripada bergegas menambahkan konteks dan interpretasi, pers perlu berkonsentrasi pada sintetis dan verifikasi. Singkirkan desas-desus, olok-olok, hal yang tak penting, dan pelintiran, dan berkonsentrasilah pada apa yang lebih besar lagi, mereka punya kebutuhan yang lebih banyakbukan berkurang-terhadap sumber yang bisa dikenali yang mendedikasikan diri untuk memverifikasi informasi, menonjolkan apa yang penting dan dan menyaring keluar apa yang tidak. Daripada menambah waktu untuk menyortir informasi sendiri, orang perlu sumber yang bisa mereka kunjungi yang akan memberi tahu mereka apa yang benar dan penting.

6.Jurnalisme sebagai forum publik untuk kritik maupun dukungan wargaApapun media yang digunakan seorang wartawan haruslah berfungsi untuk menciptakan forum di mana publik diingatkan pada masalah-masalah penting sehingga mendorong warga untuk membuat penilaian dan mengambil sikap. Rasa ingin tahu yang manusiawi membuat orang bertanya-tanya sesudah membaca liputan acara-acara yang sudah terjadwal, pembeberan penyimpangan, atau reportase tentang suatu kecenderungan yang berkembang. Saat publik mulai bereaksi terhadap pembeberan ini, suara publik pun mengisi komunitas---di acara radio yang menyiarkan telepon dari pemirsa, acara bincang-bincang di televisi, opini pada halaman op-ed (opinion and editorial page). Saat suara-suara ini terdengar oleh yang berwenang, mereka menaruh perhatian untuk memahami perkembangan opini publik seputar suatu subjek.Saat media berita menyiarkan berbagai macam opini yang mencerminkan kemajemukan masyarakat, mereka tidak boleh melupakan fakta bahwa demokrasi, pada akhirnya dibangun atas dasar kompromi. Forum publik tersebut harus menyertakan kesepakatan dalam banyak hal, yang diyakini oleh sebagian besar publik, dan sebagai jalan keluar dari masalah masyarakat.Maka, jurnalisme harus menyediakan sebuah forum untuk kritik dan kompromi publik yang tetap mengacu pada prinsip-prinsip yang sama sebagaiman hal lain dalam jurnalisme, yaitu kejujuran, fakta, dan verifikasi.

9. Para praktisi harus diperbolehkan mengikuti nurani merekaSetiap wartawan, dari redaksi hingga dewan direksi, harus punya rasa etika dan tanggung jawab personal, sebuah panduan moral. Terlebih lagi, mereka punya tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan membiarkan yang lain melakukan hal yang serupa. Agar hal ini bisa terwujud, keterbukaan redaksi adalah hal yang penting untuk memenuhi semua prinsip jurnalistik. Gampangnya mereka yang bekerja di organisasi berita harus mengakui adanya kewajiban pribadi untuk bersikap beda atau menentang redaktur, pemilik, pengiklan, dan bahwa warga dan otoritas mapan jika kejujuran dan akurasi mengharuskan mereka berbuat begitu.Hal ini membutuhkan kesanggupan para pemilik. Organisasi berita bahkan kian penting di dunia media yang terkonglomerasi saat ini, perusahaan induk merka perlu membangun sebuah budaya yang menjaga tanggung jawab pribadi. Lantas para manajer juga harus bersedia mendengar, bukan sekedar memberesi masalah dan urusan.Menyertakan kebutuhan moral ke dalam proses pembuatan jurnalisme menghasilkan ketegangan yang lain. Mengingat sifat keterdesakannya, ruang redaksi tidaklah demokratis. Ruang redaksi bahkan condong menjadi kediktatoran yang teratur. Sebuah budaya tunggal redaksi berlawanan dengan prinsip nurani yang darinya mengalir nilai-nilai lain seperti akurasi, komitmen kepada warga, dan keberagaman intelektualitas yang dibutuhkan untuk meliput komunitas-komunitas kita.