9 sektor industri perlu perhatian

17

Click here to load reader

Upload: riska-panjaitan

Post on 25-Jul-2015

43 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 9 Sektor Industri Perlu Perhatian

9 Sektor Industri Perlu Perhatian

Jakarta - Perkembangan terakhir dari dampak pelaksanaan kesepakatan area perdagangan bebas China dan ASEAN (China-ASEAN free trade area/CAFTA) menyebabkan potensi kerugian pada sembilan sektor industri.

Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengatakan, sektor industri yang terkena dampak implementasi CAFTA meliputi industri tekstil dan produk tekstil (TPT), industri alas kaki (sepatu), industri elektronik, industri mebel kayu dan rotan, industri mainan anak, industri permesinan, industri besi dan baja, industri makanan dan minuman, serta industri jamu dan kosmetik.

"Indikasi kerugian antara lain ditandai dengan penurunan produksi (industri) sekitar 25-50 persen, penurunan penjualan di pasar domestik 10-25 persen, dan penurunan keuntungan 10-25 persen. Selain itu juga pengurangan tenaga kerja 10-25 persen," katanya pada acara Pendalaman Kebijakan Industri untuk Wartawan di Bandung, Jumat (8/4) malam.

Menurut dia, dari sembilan sektor tersebut, sejumlah industri bahkan sudah tutup, dan bahkan ada yang beralih dari produsen menjadi perakit dan pengemas. Ini seperti yang terjadi pada industri permesinan.

"Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Perindustrian berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mengambil langkah pengamanan. Di sisi lain, kita juga terus mengupayakan peningkatan daya saing industri nasional," ujar Hidayat.

Upaya dan langkah pengamanan tersebut, antara lain bekerja sama dengan Ditjen Bea dan Cukai untuk pengetatan pengawasan impor produk terkait di tujuh pelabuhan. Kerja sama juga dilakukan dengan Komite Antidumping Indonesia (KADI) dan Komite Pengawas Perdagangan Indonesia (KPPI) untuk menindaklanjuti 38 produk impor dari China yang terindikasi dumping (harga ekspor lebih murah dibanding dalam negeri).

Selain itu, lanjut Hidayat, Kemenperin juga meminta pengetatan pengawasan surat keterangan asal (SKA) formulir E dari China dan formulir lainnya. Di sisi lain, Kemenperin terus memperluas pemberlakuan SNI (standar nasional Indonesia) wajib, termasuk penegakan hukumnya. Selanjutnya, upaya peningkatan pengawasan barang beredar, khususnya dari impor, perlu dilakukan. Peningkatan itu banyak terbukti dari barang impor yang tidak memenuhi standar dan membahayakan konsumen.

"Ini dilakukan seraya meningkatkan kemampuan laboratorium uji SNI. Diharapkan dengan upaya-upaya tersebut, industri nasional tidak makin terpuruk akibat dampak CAFTA," tutur Hidayat.

Page 2: 9 Sektor Industri Perlu Perhatian

 

Prioritas

Terkait hal ini, Dirjen Basis Industri Manufaktur (BIM) Kemenperin Panggah Susanto mengatakan, sebanyak tujuh jenis produk industri, yakni besi dan baja, tekstil dan produk tekstil (TPT), kosmetik, mainan anak, alas kaki, lampu, dan pengeras suara, diusulkan untuk dikecualikan dalam pelaksanaan CAFTA. Dari tujuh produk tersebut, terdapat lima jenis produk yang perlu diprioritaskan, yakni besi/baja, TPT, mainan anak, kosmetik, dan alas kaki. Impor kelima produk ini, khususnya dari China, melonjak secara signifikan.

Menurut dia, Pemerintah RI tidak bisa melakukan penghentian kesepakatan FTA untuk jenis-jenis produk tersebut. Namun, pemerintah tetap menyiapkan beberapa langkah utama untuk mengamankan industri terkait tersebut

Untuk baja misalnya, pemerintah menetapkan tiga tahapan tindakan pengamanan, yakni jangka pendek, menengah, dan panjang. Untuk jangka pendek, pemerintah akan segera menerapkan SNI wajib untuk produk baja keperluan umum (BKU). Sebelumnya, SNI wajib diberlakukan untuk baja tulangan beton (BTB). Saat ini banyak baja yang tidak sesuai standar (banci) yang masuk ke pasar dan merusak iklim usaha perdagangan baja nasional.

Selain itu, pemerintah juga akan menerapkan standar teknologi untuk pabrik-pabrik skala kecil dan menengah. Ini dikarenakan industri menggunakan induksi furnace dengan hasil produksi baja berkualitas rendah, boros energi, serta merusak lingkungan. Standar teknologi ini diharapkan bisa segera rampung, lalu diimplementasikan pada tahun ini. "Sebulan, standar selesai dibuat. Kalau tidak memenuhi standar, kami akan tutup pabriknya segera. Pemerintah prioritaskan itu. Penerapannya nanti kalau bisa tahun ini," ucapnya.

Sementara untuk program jangka menengah, lanjut Panggah, pihaknya akan memperjuangkan kepastian pasokan gas, baik sebagai bahan baku maupun energi bagi industri nasional. Pada saat ini, kebutuhan gas untuk industri baja baru terpenuhi 60 persen-70 persen. Karena itu, apabila kebutuhan bisa dipenuhi 100 persen, maka daya saing industri nasional akan mengalami peningkatan.

Sedangkan untuk program jangka panjang, pemerintah akan meningkatkan kapasitas baja di sektor hulu dengan mendorong realisasi investasi. Saat ini terdapat beberapa rencana investasi yang masih dalam proses, seperti PT Meratus Jaya Iron and Steel di Kalimantan Selatan yang senilai Rp 1,2 triliun, PT Jogja Magasa Mining senilai 660 juta dolar AS, Mandaan Steel senilai 220 juta dolar AS, dan Delta Prima Steel senilai 40 juta dolar AS. "Pemerintah juga akan mempercepat pengendalian ekspor bahan baku bijih besi dan batu bara dari rencana awal tahun 2014," ucapnya.

Page 3: 9 Sektor Industri Perlu Perhatian

Sementara itu, untuk produk TPT, industri nasional masih kalah saing dengan produk impor yang berkualitas rendah. Dengan ini, Kemenperin akan berupaya untuk meningkatkan produksi bahan baku serat poliester dan rayon.

Di sektor hilir TPT, lanjutnya, pihaknya akan merestrukturisasi mesin tua, sehingga bisa lebih efisien serta menghasilkan produk berkualitas tinggi. "Sebagian besar permesinan TPT itu sudah berusia 15-20 tahun, sehingga perlu ditingkatkan efisiensinya dan kualitas teknologi yang diterapkan di situ," ucapnya.

Selanjutnya, untuk mainan anak, terutama jenis boneka, Panggah menjelaskan, sejauh ini masih bisa bersaing. Namun, mainan anak yang terbuat dari plastik justru kalah saing dengan China, sehingga diperlukan adanya penerapan standar serta peningkatan produksi polipropilena (PP).

"Dari seluruh jenis produk yang akan dievaluasi, tidak mungkin bermuara pada penghentian. Mungkin yang paling bisa adalah penerapan standar-standar," ujar Panggah.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemenperin Budi Darmadi mengatakan, implementasi CAFTA akan terus berlanjut karena merupakan komitmen China dengan negara-negara ASEAN.

Namun, berdasarkan hasil evaluasi Kemenperin, terdapat dua produk elektronik yang mengalami penurunan daya saing pasca-dilaksanakannya CAF TA, yakni pengeras suara (loudspeaker) dan lampu.

Seharusnya kita bisa lebih untung kalau pertumbuhan industri kita lebih tinggi. Namun, karena impornya tumbuh lebih kencang, maka pasar dalam negeri banyak diisi oleh produk impor," kata Budi.

 

Sumber: Suarakarya-online.com, 11 April 2011

http://kemenperin.go.id/artikel/1085/9-Sektor-Industri-Perlu-Perhatian

Standarisasi Kosmetik dan Jamu Dinilai Tidak Efektif

Jakarta :Rencana pemerintah menerapkan Standar Nasional Indonesia untuk kosmetik dan jamu dinilai tidak efektif. Alasannya, standar untuk kosmetik dan jamu sudah diatur dalam prosedur Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Page 4: 9 Sektor Industri Perlu Perhatian

Ketua Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia, Putri Wardani mengatakan produk jamu dan kosmetik telah diatur secara ketat oleh BPOM secara uji keamanan dan efikasi produk. Selain itu, proses produksinya melalui Good Manufacturing Practice (GMP).

"Menurut pendapat saya SNI sektor ritel tidak perlu ada. Hal ini bisa menghambat pertmbuhan industri nasional," kata Putri, di Jakarta, Rabu (17/12).

Saat ini pasar kosmetik di Indonesia mencapai Rp 30 triliun tahun ini. "Itu tanpa jamu," kata Putri.

Putri menambahkan, pasar kosmetik domestik tidak berbeda jauh dengan pasar di ASEAN yang mencapai Rp 35 triliun.

Wakil Presiden Direktur PT Mustika Ratu ini juga menilai pasar domestik untuk kosmetik masih bagus, meski krisis. Target Mustika Ratu untuk ekspor, menurutnya, antara 20-22 persen. Sementara total target pertumbuhan penjualan lokal dan ekspor 32 persen.

Sementara itu, pemerintah menunda pelaksanaan Good Manufacturing Practise sampai 2010 dengan alasan banyak industri yang tidak siap. Direktur Industri Kimia Hilir Departemen Perindustrian Tony Tanduk mengatakan program itu membutuhkan investasi yang cukup besar. Dia memperkirakan, investasi sekitar Rp 1 miliar untuk satu perusahaan.

Sumber, Tempo Interaktif, NIEKE INDRIETTA

http://kemenperin.go.id/artikel/1595/Standarisasi-Kosmetik-dan-Jamu-Dinilai-Tidak-Efektif

Kenaikan Harga Katrol Pertumbuhan Industri Kosmetik

Jakarta - Pertumbuhan penjualan kosmetik tahun ini bakal mencapai dua digit dibanding pada tahun lalu. "Pada 2010, perputaran perdagangan kosmetik dari berbagai jenis sebesar Rp 50-60 triliun," kata Ketua Umum Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia Putri Kusuma Wardhani akhir pekan lalu.

Menurut Putri, tumbuhnya penjualan itu antara lain didorong oleh kenaikan harga produk akibat tekanan inflasi, kenaikan tarif dasar listrik, dan kenaikan upah minimum regional. Hingga kini dua pertiga perdagangan kosmetik di Tanah Air masih didominasi produk dalam negeri.

Namun Putri mengingatkan bahwa pasar kosmetik lokal mulai tersaingi produk asing. Sebab, perjanjian perdagangan bebas ASEAN-Cina menyebabkan bea

Page 5: 9 Sektor Industri Perlu Perhatian

masuk menjadi nol persen. Ditambah harmonisasi aturan ASEAN sehingga impor kosmetik tak perlu lagi mendapat izin edar Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Putri, yang juga Chief Executive Officer Mustika Ratu, mengatakan prospek industri kosmetik masih menjanjikan. "Hampir semua jenis kosmetik punya peluang besar berkembang di Indonesia," katanya. "Tinggal kepekaan masing-masing pelaku untuk membaca peluang."

Pasar Indonesia yang besar merupakan faktor penarik bagi industri kosmetik. Bahkan grup perusahaan kosmetik dunia L'Oreal berencana membangun pabrik dengan investasi Rp 900 miliar. Pabrik ini akan menjadi basis produksi produk perawatan rambut dan kulit di Indonesia dan ASEAN.

Consumer Product Division General Manager L'Oreal Ashwin Rajgopal pekan lalu menyebutkan bahwa Indonesia diharapkan mampu menyumbang 10 persen dari target yang ditetapkan L'Oreal di Asia Pasifik. L'Oreal mengincar 1 miliar konsumen baru di dunia, yang sekitar 50 persennya dari pasar Asia Pasifik.

Putri menambahkan, industri kosmetik dapat lebih berkembang asalkan pemerintah ikut mendukung dari sisi kebijakan, seperti meminimalisasi ekonomi biaya tinggi dan kampanye penggunaan produk dalam negeri, sehingga pertumbuhan tak hanya dari kenaikan harga, tapi juga produksinya. "Sebab, saat ini pertumbuhan industri kosmetik masih single digit," ujar Putri.

 

Sumber: Tempointeraktif.com

http://kemenperin.go.id/artikel/1251/Kenaikan-Harga-Katrol-Pertumbuhan-Industri-Kosmetik

Menteri Perindustrian Meminum Jamu Pada Pembukaan Pameran Dan Workshop Produk Industri Kosmetik Dan Jamu

Menteri Perindustrian Mohamad S. Hidayat bersama Ibu Annie Hidayat didampingi Dirjen BIM Panggah Susanto dan Ketua Umum Asosiasi Gabungan Pengusaha dan Obat Tradisional GP Jamu Charles Saerang meminum jamu pada

Pembukaan Pameran dan Workshop Produk Industri Kosmetik dan Jamu di Kementerian Perindustrian 11 Oktober 2011

Pertumbuhan ekonomi disepakati 6,3%-6,7%

Page 6: 9 Sektor Industri Perlu Perhatian

JAKARTA: Pemerintah dan Komisi XI DPR menyepakati sejumlah asumsi dasar sementara APBN-P 2012 dengan besaran yang ditetapkan dalam rentang tertentu, a.l. pertumbuhan ekonomi di kisaran 6,5%

Berdasarkan kesepakatan sejumlah fraksi, Ketua Komisi XI DPR Emir Moeis memutuskan angka pertumbuhan ekonomi dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN-P) 2012 menggunakan rentang yakni antara 6,3%-6,7%. Adapun, asumsi yang diajukan pemerintah sebelumnya sebesar 6,5%.

"Selanjutnya kesepakatan akan dibawa ke sidang Badan Anggaran dan Sidang Paripurna untuk memperoleh keputusan akhir asumsi makro tanpa rentang," ujar Emir dalam Rapat Kerja DPR dan pemerintah kemarin.

Emir menjelaskan kesepakatan tersebut menggunakan rentang karena asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ ICP) dan target lifting minyak yang notabene memengaruhi asumsi makro belum diputuskan.

Selain pertumbuhan ekonomi, pemerintah dan DPR juga menyepakati laju inflasi maksimal berada di level 7%, sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp8.900-Rp9.100/US$.

Adapun, untuk surat perbendaharaan negara (SPN) 3 bulan, pemerintah dan DPR sepakat asumsi suku bunga berada pada rentang 4,5%5,5%. Rentang asumsi suku bunga tersebut lebih besar dibandingkan dengan yang diajukan pemerintah dalam RAPBN-P 2012 sebesar 5%.

Menurut Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, laju inflasi yang akan terjadi akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM) beberapa bulan mendatang hanya berlangsung, sementara dan tidak akan memengaruhi tingkat suku bunga.

"Saat ini suku bunga SPN 3 bulan sudah relatif rendah dan inflasi juga tidak akan berlangsung lama, jadi kita akan tetap bisa kendalikan likuiditas," katanya.

Sejumlah catatan Kendati telah disepakati, ada sejumlah catatan dari beberapa fraksi, yaitu Fraksi Golongan Karya (Golkar) dan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Catatan tersebut juga akan dibawa ke Badan Anggaran.

Fraksi Partai Golkar tetap pada keputusan angka pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 6%-6,7%. Adapun, PDIP menginginkan target penciptaan lapangan kerja, kemiskinan, dan pengangguran dimasukkan dalam variabel asumsi pertumbuhan ekonomi secara eksplisit.

"Kami inginkan pertumbuhan yang berkualitas dengan memasukkan target pengangguran, pengurangan ke miskinan, dan penciptaan lapangan kerja secara eksplisit," ujar Dolfie OFP, Anggota Komisi XI Fraksi PDIP.

Page 7: 9 Sektor Industri Perlu Perhatian

Selain itu, Dolfie berharap pemerintah juga memasukkan nilai tukar petani (NTP) dengan persentase lebih besar dari 105, sementara nilai tukar nelayan (NTN) lebih tinggi dari 110.

NTP merupakan rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Secara konsep, NTP ialah pengukur kemampuan tukar produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam memproduksi produk pertanian.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo berpendapat target kemiskinan, pengangguran, dan penciptaan lapangan kerja sudah tercantum dalam rancangan kerja pemerintah (RKP), sehingga tidak perlu disebutkan kembali secara eksplisit dalam asumsi makro. (01) ([email protected])

sumber : Bisnis Indonesia

http://kemenperin.go.id/artikel/2842/Pertumbuhan-ekonomi-disepakati-6,3-6,7-

Pertumbuhan Industri 2011 Lampaui Pertumbuhan Ekonomi

JAKARTA--Pertumbuhan sektor industri pengolahan non-migas sepanjang 2011 meningkat sekitar 6,83% dari tahun sebelumnya. Hal itu disampaikan Menteri Perindustrian MS Hidayat ketika membuka Rapat Kerja Kementrian Perindustrian dengan Pemerintah Daerah di Jakarta, Jumat (2/3).

Menurut menperin, pertumbuhan ekonomi pada tahun yang sama hanya tumbuh sebesar 6,46%. “Ini adalah hasil yang membanggakan, di mana pertama kali sejak tahun 2005 pertumbuhan sektor industri non-migas bisa kembali melampaui pertumbuhan ekonomi,” ujar menperin dalam Raker yang bertema "Akselerasi Industrialisasi Dalam Rangka Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi" tersebut.

Kepada Wakil Menteri Perindustrian, para pejabat Eselon I dan II di lingkup kerja Kementerian Perindustrian,serta para Kepala Dinas Perindag dan Bappeda Provinsi yang hadir, Menperin lebih jauh menyampaikan laju pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari pertumbuhan industri non-migas pada tahun 2010 yang hanya 5,12%. “Dan ini merupakan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2005,”lanjutnya. Kontribusi sektor industri pengolahan non-migas terhadap total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai 20,92%.”Merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya,” sambungnya.

Seluruh cabang industri non-migas tahun 2011 mengalami pertumbuhan positif. “Industri Logam Dasar Besi & Baja yang selama 6 tahun terakhir selalu tumbuh di bawah 5% kini mampu tumbuh sebesar 13,06%. Industri Makanan, Minuman & Tembakau tumbuh sebesar 9,19%, setelah tahun sebelumnya hanya tumbuh 2,78%. Industri Tekstil,

Page 8: 9 Sektor Industri Perlu Perhatian

Barang Kulit & Alas Kaki mampu tumbuh sebesar 7,52%, meningkat secara tajam dimana sejak 2005 terus mengalami guncangan akibat menurunnya permintaan ekspor & maraknya produk impor, sehingga pertumbuhannya hanya kurang dari 2%,”.

Sementara itu, ekspor industri pengolahan non-migas sepanjang tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 24,66%, dengan nilai ekspor mencapai US$ 122,19 miliar, dan memberikan kontribusi sebesar 60,01% terhadap total ekspor nasional. Neraca ekspor positif tertinggi sepanjang tahun 2011 dicapai oleh ekspor produk Tekstil sebesar US$ 6,50 miliar dan ekspor produk Pengolahan Tembaga, Timah, dll sebesar US$ 5,30 miliar.

Kinerja investasi sektor industri pun pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Nilai investasi PMDN sektor industri sepanjang tahun 2011 mencapai Rp 39,05 triliun, atau meningkat sebesar 52,5% dibandingkan tahun sebelumnya; sedangkan nilai investasi PMA sektor industri mencapai US$ 6,78 miliar, atau meningkat sebesar 101,9% dibandingkan tahun sebelumnya.

“Hasil positif kinerja industri tersebut merupakan prestasi bersama bangsa Indonesia, yang dapat dicapai karena adanya sinergi yang kuat antara pemerintah, pelaku usaha, dan stakeholder terkait lainnya dalam rangka pengembangan industri nasional, baik di tingkat pusat maupun daerah. Kinerja positif tersebut juga harus kita manfaatkan sebagai modal yang kuat dalam mendorong pertumbuhan industri yang lebih tinggi lagi pada tahun-tahun yang akan datang,” tegas Menperin.

Lima strategi utama

Sejalan dengan prinsip percepatan & perluasan pembangunan ekonomi yaitu bekerja secara “not business as usual”, menperin menyatakan bahwa percepatan pembangunan sektor industri sangat dibutuhkan,. Percepatan yang disebut sebagai “Akselerasi Industrialisasi 2012-2014” ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan sektor industri sebagai katalis utama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

“Upaya percepatan ini dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai potensi kekuatan dan hambatan, menentukan strategi pokok akselerasi industri, menetapkan fokus akselerasi industri pada kelompok industri prioritas tertentu, membuat rencana aksi (action plan) inisiatif stratejik sesuai fokus akselerasi dimaksud, serta menentukan kebijakan afirmatif untuk mendukung pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM),”.

Akselerasi Industrialisasi ini dilaksanakan melalui lima strategi utama. Strategi pertama, dengan mendorong partisipasi dunia usaha dalam pembangunan infrastruktur, Kedua, dengan percepatan proses pengambilan keputusan untuk menyelesaikan hambatan birokrasi (Debottlenecking). Yang ketiga dengan melakukan reorientasi kebijakan ekspor bahan mentah dan sumber energi, lalu diikuti dengan mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing. Serta yang terakhir dengan meningkatkan integrasi pasar domestik.

Pada tahap pelaksanaannya, kelima strategi utama di atas dijalankan melalui penerapan pada enam area kebijakan, yaitu: kebijakan pengamanan industri dalam negeri, pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas pelayanan birokrasi, penyempurnaan dan harmonisasi regulasi, kebijakan fiscal, serta pembangunan SDM Industri.

Page 9: 9 Sektor Industri Perlu Perhatian

Untuk lebih mengoptimalkan potensi sektor industri nasional, akselerasi industrialisasi akan difokuskan pada 15 subsektor industri, yang dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kelompok industri prioritas, yakni yang berbasis hasil tambang, berbasis hasil pertanian dan berbasis Sumber Daya Manusia dan Pasar Domestik.

Raker ini diharapkan dapat melakukan sinkronisasi program kerja dan kebijakan percepatan pembangunan industri nasional. “Demi kemajuan industri dan pembangunan ekonomi nasional, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia,”

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.

Jakarta, 2 Maret 2012

Pusat Komunikasi Publik

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

http://kemenperin.go.id/artikel/2783/Pertumbuhan-Industri-2011-Lampaui-Pertumbuhan-Ekonomi-

Pertumbuhan Industri 2010 Capai 4,91%

Pertumbuhan Industri 2010 Capai 4,91%

 

Tepat pada tanggal 20 Oktober 2010 lalu KIB II sudah menjalani masa baktinya selama satu tahun. Banyak capaian yang telah diraih KIB II selama kurun waktu satu tahun itu, diantaranya capaian di bidang perindustrian yang selama ini menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional.

Capaian di bidang Perindustrian itu sangat relevan dengan tugas yang diberikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono kepada Menteri Perindustrian untuk melaksanakan pengembangan dan pembangunan industri dengan fokus pada peningkatan daya saing industri agar mampu berkompetisi, baik di pasar global maupun domestik.

Sesuai dengan tugas yang diamanatkan Presiden RI dan mengacu kepada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, Kementerian Perindustrian mendapatkan tugas untuk melakukan revitalisasi industri pupuk, revitalisasi industri gula, pengembangan klaster industri pertanian, oleokimia, dan pengembangan klaster industri berbasis migas kondensat.

Page 10: 9 Sektor Industri Perlu Perhatian

Selain itu, Kementerian Perindustrian juga diberikan tugas  merevitalisasi industri tekstil, industri alas kaki, industri semen, serta mempertahankan opini audit Badan Pemeriksa Keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang telah dicapai pada tahun 2008 serta melakukan perbaikan peraturan-peraturan yang mendukung investasi dan melaksanakan reformasi di bidang pelayanan umum.

Berdasarkan penugasan tersebut, Kementerian Perindustrian pada periode 2010-2014 ditargetkan dapat meraih pertumbuhan industri nasional sebesar 7,7% pada tahun 2014. Sedangkan untuk tahun 2010 sendiri, pemerintah KIB II telah menetapkan target pertumbuhan industri sebesar 4,65%.

Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan industri pengolahan non migas pada triwulan II tahun 2010 yang ditargetkan mengalami pertumbuhan sebesar 4,91% atau melampaui target pertumbuhan seluruh tahun 2010 sebesar 4,65%. “Dengan kecenderungan yang makin membaik pada ekonomi nasional, regional, dan global, maka target tahun 2010 tersebut telah terlampaui dan optimistis mencapai angka yang lebih tinggi lagi,” kata Menperin MS Hidayat.

Menurut Menperin, pada triwulan II 2010 perekonomian Indonesia tumbuh 6,2% dimana sektor industri pengolahan meningkat sebesar 4,3% terhadap triwulan II 2009 (year on year). Pertumbuhan sektor industri itu menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, karena tidak saja lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan I 2010, tetapi juga menjadi sumber pertumbuhan yang cukup tinggi pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) secara keseluruhan. Selama triwulan II 2010, sektor industri pengolahan memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu sebesar 1,1% dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,2%.

Jika dilihat secara lebih rinci berdasarkan sub sektor industri pengolahan, pertumbuhan tertinggi dialami industri alat angkut, mesin dan peralatannya. Industri tersebut selama triwulan II 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 12,16%, jauh di atas target yang ditetapkan sebesar 4%.

Sub sektor industri pengolahan lainnya yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet yang tumbuh sebesar 3,08% selama periode itu serta Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam yang tumbuh sebesar 2,43%. Sementara itu, Industri Makanan, Minuman dan Tembakau pada periode yang sama berhasil mencapai pertumbuhan sebesar 2,01%.

Beberapa sub sektor industri lainnya memang mengalami pertumbuhan negatif seperti industri Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki yang tumbuh -0,09%, Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya yang tumbuh -3,24%, Industri Kertas & Barang Cetakan yang tumbuh -0,49%, serta Industri Logam Dasar, Besi & Baja yang tumbuh -0,14%. Namun sub sektor industri di luar industri-industri di atas mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,71%.

Page 11: 9 Sektor Industri Perlu Perhatian

Pertumbuhan sektor industri non migas itu didukung oleh besarnya investasi yang dilakukan Pananaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Jumlah investasi PMDN sampai bulan Juni 2010 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), tercatat sebesar Rp 10,17 triliun dan untuk PMA sebesar US$ 1,2 miliar.

Kinerja positif juga terjadi pada ekspor sektor industri. Pada periode Januari-Agustus 2010, ekspor sektor industri mengalami pertumbuhan yang signifikan, yaitu sebesar 34,66% jika dibandingkan nilai ekspor pada periode yang sama tahun 2009. Peranan ekspor sektor industri pada tahun ini juga menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Jika pada semester I tahun 2010 peranan ekspor sektor industri mencapai 61,26% dari keseluruhan  ekspor Indonesia, maka pada periode Januari-Agustus 2010, peranan ekspor sektor industri terhadap keseluruhan ekspor Indonesia mencapai 62,16%.

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.

 

Jakarta, 20 Oktober 2010

KEPALA PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK

HARTONO

Informasi lebih lanjut :

Telp. 5255609

Email : [email protected]

http://kemenperin.go.id/artikel/52/Pertumbuhan-Industri-2010-Capai-4,91-