94580040 buerger disease docx
DESCRIPTION
9TRANSCRIPT
BAB II
Buerger Disease (Thromboangiitis Obliterans)
Pendahuluan
Penyakit Buerger adalah penyakit pembuluh darah yang non-atherosklerotik, juga
dikenali sebagai Thromboangiitis Obliterans (TAO). Biasanya tiada atau minimal ateroma,
infeksi vaskular yang segmental, fenomena vasooklusif dan sering melibatkan arteri dan vena
yang kecil dan sedang di ekstremitas. Penyakit ini sangat berkaitan dengan perokok berat.
Simpton yang sering timbul adalah nyeri waktu istirehat, ulserasi iskemik, gangrene di digiti
tangan dan kaki. Kadang-kadang, jika memberat, pasien perlu di amputasi.
Kasus pertama tromboangitis obliterans ini dilaporkan pada tahun 1879 oleh von
Winiwarter dari German yang mengeluarkan sebuah atikel yang berjudul “ A Strange Form
of Endarteritis and Endophlebitis with Gangrene of the Feet”. Beberapa tahun setelah itu,
Leo Buerger dari New York mengeluarkan artikel yang mengandungi gejala penyakit
tromboangitis obliterans dengan lebih teliti yaitu “ Presenile Spontaneous Gangrene”.
Etiologi dan Predisposisi
Etiologinya tidak diketahui, tetapi penyakit Buerger hanya menyerang perokok dan
keadaan ini akan semakin memburuk jika penderita tidak berhenti merokok. Penyakit ini
hanya terjadi pada sejumlah kecil perokok yang lebih peka. Mengapa dan bagaimana
merokok sigaret menyebabkan terjadinya penyakit ini, tidak diketahui. Namun demikian
faktor-faktor seperti faktor genetik, ras, hormon, iklim, trauma dan infeksi merupakan faktor
predisposisi.
Kandungan bahan kimia dalam rokok
Tiap rokok mengandung kurang lebih daripada 4000 elemen, dan hampir 200
diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah nikotin,
karbon monoksida, dan tar. Zat-zat kandungan rokok ini adalah yang paling berbahaya bagi
tubuh. Rokok putih mengandung 14 - 15 mg tar dan 5 mg nikotin, sementara rokok kretek
mengandung sekitar 20 mg tar dan 4 - 5 mg nikotin. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan
19
tar dan nikotin pada rokok kretek lebih tinggi daripada rokok putih. Kandungan tar dan
nikotin pada cerutu adalah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan rokok putih dan
rokok kretek oleh karena ukurannya yang lebih besar (Khoirudin, 2006).
1. Nikotin
Nikotin merupakan zat yang bisa meracuni saraf, meningkatkan tekanan darah,
menimbulkan penyempitan pembuluh darah perifer, dan menyebabkan ketagihan dan
ketergantungan pada pemakainya. Selain itu, nikotin juga mengganggu sistem saraf simpatis
dengan merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan
darah dan kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin
juga mengganggu kerja otak, dan banyak bagian tubuh yang lain. Nikotin mengaktifkan
trombosit dan menyebabkan adhesi trombosit ke dinding pembuluh darah. Perangsangan
reseptor pada pembuluh darah oleh nikotin akan mengakibatkan peningkatan sistolik dan
diastolik, yang selanjutnya akan mempengaruhi kerja jantung. Penyempitan pembuluh darah
perifer akibat nikotin akan meningkatkan risiko terjadinya ateriosklerosis, selain juga
meningkatkan tekanan darah (Khoirudin, 2006).
2. Karbon monoksida (CO)
Gas karbon monoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan
dengan hemoglobin dalam eritrosit. Hemoglobin seharusnya berikatan dengan oksigen untuk
didistribusikan ke seluruh tubuh. Karena CO lebih kuat berikatan dengan hemoglobin
daripada oksigen, CO akan bersaing untuk menempati tempat oksigen pada hemoglobin.
Menurut Amalia (2002) dalam Khoirudin (2006), kadar gas CO dalam darah bukan perokok
kurang dari 1%, sementara dalam darah perokok mencapai 4-15%. Gas ini akan
menimbulkan desaturasi haemoglobin dan menurunkan penghantaran oksigen ke jaringan
seluruh tubuh. Karbon monoksida juga mengganggu pelepasan oksigen, mempercepat
aterosklerosis, menurunkan kapasitas latihan fisik, dan meningkatkan viskositas darah
sehingga mempermudah penggumpalan darah (Khoirudin, 2006).
3. Tar
Tar merupakan komponen padat asap rokok yang bersifat karsinogen. Kadar tar dalam
rokok berkisar 24 - 45 mg. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut dalam
bentuk uap padat. Setelah dingin, tar akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna
20
coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3
- 40 mg per batang rokok (Khoirudin, 2006).
Epidemiologi
Secara global, prevalensi penyakit ini menurun dalam setengah dekade belakangan
ini. Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah perokok secara global dan meningkatnya
kemampuan diagnostik yang dapat menyingkirkan penyakit ini. Prevalensi penyakit ini
diperkirakan sekitar 12-20 kasus per 100.000 penduduk. Penyakit ini juga dikaitkan dengan
tindakan amputasi, terutama pada pasien dengan Buerger’s disease yang tetap merokok, 43%
menjalani 1 atau lebih amputasi dalam kurun waktu 7 tahun. Penyakit ini memiliki prevalensi
tinggi di negarai India, Korea, Jepang, dan keturunan Yahudi. Penyakit ini lebih umum pada
pria dengan perbandingan pria-wanita sebesar 3:1. Akan tetapi, rasio ini diperkirakan akan
berubah seiring meningkatnya jumlah wanita perokok. Umumnya pasien Buerger’s
disease berusia antara 20-45 tahun
Patofisiologi
Tromboangitis obliterans merupakan penyakit oklusi kronis pembuluh darah arteri
dan vena yang berukuran kecil dan sedang. Terutama mengenai pembuluh darah perifer
ekstremitas inferior dan superior. Akibat iskemi ujung distal anggota gerak maka terjadi
proses patologis seperti atrofi otot-otot skelet, osteoporosis dan nekrosis tulang, Lemak
diabsorpsi diganti dengan jaringan ikat mengakibatkan jari-jari mengkerut, kulit atrofi dan
kering, pertumbuhan kuku lambat dan kuku jadi rusak, saraf mengalami fibrosis perineural
dan perivaskuler. Selanjutnya dapat terjadi ulkus, gangren dan amputasi ruas jari-jari kaki
atau tangan. Proses patologis di atas dapat memberikan gambaran klinis yang mirip penyakit
kusta dengan absorpsi berat jari-jari tangan dan kaki.
Gambar 1 Vaskularisasi Penderita Buerger Disease
21
Diagnosis
Pada umumnya penderita penyakit Burger datang dengan keluhan akibat insufisiensi
arteri yaitu klaudikasio intermiten (rasa nyeri bila penderita berjalan), rest pain (nyeri hebat
terutama pada malam hari), nyeri dapat bertambah hebat kalau kaki ditinggikan dan
berkurang bila direndahkan. Timbul anestesi dan parestesi pada ekstremitas, tungkai pucat
bila ditinggikan, ekstremitas dingin dan bentuknya seperti kadaver.
Gambar 2 Kaki Pasien Penyakit Buerger
Gambar 3 Trombophlebitis Superfisial Pada Ibu Jari Penderita Buerger Disease
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pulsasi arteri tungkai melemah atau menghilang.
Kelainan kulit yang ditemukan tidak spesifik seperti wama kulit pada lesi eritema, bengkak
dan sianosis. Kerusakan kulit berupa ulkus dan gangrene. Sensitif terhadap dingin.
22
Tromboplebitis superfisialis (berpindah-pindah) serta Raynaud's phenomenon juga sering
berhubungan dengan penyakit Burger di mana spasme arteriolae memegang peranan.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik. Kadang-kadang ada peninggian
antigen HLA-A9 dan HLA B5 pada penderita penyakit Burger. Adar et al mencatat adanya
peninggian kadar antibodi anti kolagen pada penderita TAO.
Radiologi
Angiography/arteriography
Kelainan pada pemeriksaan Arteriographic yang konsisten dengan penyakit Buerger
kadang-kadang ditemui pada ekstremitas yang masih belum menunjukan gejala klinis. Maka
arteriography ke-empat ekstremitas biasanya dilakukan. Khas atau’ hallmark’ pada
pemeriksaan angiographic adalah pasien dengan penyakit Buerger biasanya
nonaterosclerotik, oklusif segmental pada pembuluh darah yang kecil dan sedang ( arteri
digitalis, telapak tangan, plantaris, tibialis, peroneus, radialis, dan ulnaris) dengan
pembentukan pembuluh darah kolateral disekitar daerah oklusi yang dikenali sebagai
"corkscrew collaterals" seperti dalam gambar di bawah. Gambaran arteriographic tersebut
kemungkinan Penyakit Buerger, tapi tidak patognomonik kerana gambaran yang sama bisa
ditemui pada pasien dengan scleroderma, Syndroma CREST s, systemic lupus
erythematosus, rheumatoid vasculitis, Syndroma antiphospholipid-antibody dan bisa juga
pada diabetes mellitus.
Gambar 4 Gambaran Corkscrew Collaterals
23
Echocardiography
Sering dilakukan pada pasien yang difikirkan mempunyai Penyakit Buerger untuk
menyingkirkan adanya emboli proksimal.
Histopatologi
Pada pemeriksaan histopatologis, lesi dini memperlihatkan oklusi pembuluh darah
oleh trombus yang mengandung PMN dan mikroabses; penebalan dinding pembuluh darah
secaradifus. LCsi yang lanjut biasanya memperlihatkan infiltrasi limfosit dengan rekanalisasi.
Buerger Disease Scoring System
Ada pula sistem skoring untuk membantu penegakkan diagnosis Buerger’s
disease sebagai berikut :
Poin positif
Kriteria +1 +2
Usia onset 30-40 tahun <30 tahun dan > 40 tahun
Klaudikasio intermiten kaki Ada riwayat Ada saat pemeriksaan
Ekstremitas atas asimptomatik Simptomatik
Tromboflebitis superficial
migrans
Ada riwayat Ada saat pemeriksaan
Fenomena Raynaud Ada riwayat Ada saat pemeriksaan
Angiografi, biopsi Khas untuk salah satu Khas untuk keduanya
Poin negatif
Kriteria -1 -2
Usia onset 45-50 tahun >50 tahun
Jenis kelamin, kebiasaan
merokok
Wanita Tidak merokok
lokasi 1 ekstremitas Tidak ada ekstremitas yang
terlibat
Hilangnya pulsasi Brakial Femoral
Artiosklerosis, DM,
hipertensi, hiperlipidemi
Terdiagnosis dalam 5-10
tahun kemudian
Terdiagnosis dalam 2-5 tahun
kemudian
24
Interpretasi dari total poin-poin tersebut antara lain :
0-1 : Diagnosis Buerger’s disease tersingkirkan
2-3 : Tersangka, probabilitas rendah
4-5 : Probabilitas sedang
≥6 : Probabilitas tinggi, diagnosis dapat dipastikan
Terapi
Penatalaksaan Buerger’s disease merupakan kombinasi penatalaksanaan medis dan
bedah, serta harus disertai dengan kerjasama yang kuat dari pasien untuk menghentikan
kebiasaan merokok dan perawatan kaki jika dengan/atau tanpa ulkus iskemik.
Penghentian kebiasaan merokok secara mutlak merupakan tatalaksana satu-satunya
yang telah terbukti untuk mencegah progresivitas Buerger’s disease. Mengurangi jumlah
rokok menjadi 1-2 batang per hari, mengganti rokok dengan permen tembakau atau pengganti
nikotin dapat menyebabkan penyakit ini tetap aktif.
Medikamentosa
Di luar penghentian merokok mutlak, belum ditemukan terapi definitif lainnya yang
bermakna untuk mencegah progresivitasnya. Untuk penatalaksanaan ulkus iskemik dan nyeri
yang terjadi (termasuk klaudikasio intermiten) dapat digunakan :
Cilostazol, suatu inhibitor fosfodiester dengan efek vasodilatasi dan anti platelet,
dapat memperbaiki klaudikasio hingga 40-60% melalui mekanisme yang belum
sepenuhnya jelas.
Statin, juga memperbaiki klaudikasio intermiten
Pentoxifylline, bekerja menurunkan viskositas darah
Amlodipin atau nifedipin sebagai vasodilator jika terjadi vasospasme
Revaskularisasi, dengan percutanues transluminal angioplasty atau bedah terbuka, jika
memungkinkan secara anatomis dan pasien telah berhenti merokok
Simpatektomi, untuk menghilangkan tonus simpatis, sehingga terjadi vasodilatasi
Terapi trombolisis, telah diajukan sebagai bagian penatalaksanaan Buerger’s disease,
tetapi masih dalam tahap eksperimental. Demikian juga dengan injeksi VEGF
(Vascular Endothelial Growth Factor)
Untuk perawatan kaki, pasien harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
25
Penggunaan alas kaki dengan ukuran yang sesuai dan nyaman
Lubrikasi dan perawatan kaki dengan pelembab
Menghindari paparan terhadap suhu yang ekstrim
Pengobatan luka pada kaki segera dan agresif
Otot yang atrofi dapat diatasi dengan implantable spinal cord stimulation. Selulitis
dan flebitis yang terjadi segera diatasi dengan antibiotik yang sesuai dan NSAID. Jika semua
usaha pengobatan telah dilakukan dan tidak memberikan hasil yang memuaskan, dapat
dilakukan amputasi untuk mencegah penyebaran infeksi yang terjadi.
Non-Medikamentosa (Tindakan operasi)
Oleh kerana kelainan yang bersifat diffuse segmental pada thromboangiitis obliterans
dan penyakit ini lebih banyak melibatkan pembuluh darah yang kecil dan sedang, tindakan
revaskularisasi dengan operasi jarang dilakukan pada penyakit. Walau bagaimanapun
beberapa tindakan dilakukan untuk memulihkan aliran arteri distalis seperti dibawah:
Transfer Omental – dilakukan di New Delhi pada Disember 1993 pada 100 penderita
Buerger disease dan menunjukkan pembaikan pada gejala. Disimpulkan transfer omental
dapat meningkatkan mikrosirkulasi kulit dan otot.
Sympatectomi – merosakkan saraf simpatis untuk meningkatkan aliran darah dan
mengurangi sakit untuk jangka masa yang panjang.
Implantasi stimulator – mengurangi sakit dan menyembuhkan ulkus.
Namun tindakan ini masih belum digunakan secara meluas dan masih di dalam tempoh
percobaan.
Tindakan operasi yang terakhir pada pasien Penyakit Buerger adalah amputasi kerana
ulcer yang tidak sembuh, gangrene dan nyeri yang tidak tertahan.
Daftar Pustaka
1. Misdiagnosis Kusta Pada Penyakit Buerger. M. Adam M, Darwis Toena, Jenny Ritung,
Zainuddin Maskur. Bagian UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Universitas
Hasamuddin Rumah Sakit Umum Dadi, Ujung Pandang. Cermin Dunia Kedokteran No
89. Hal 15-8.
26
BAB III
PERBANDINGAN DIABETIC FOOT AND BUERGER DISEASE
Diabetic Foot Buerger’s Disease
Usia geriatri <45 tahun
Faktor Risiko = faktor risiko DM Perokok
Jenis Kelamin Perempuan=laki-laki Laki- laki lebih banyak
Etiologi Diabetes Mellitus Smokers
Keluhan Utama Luka sukar sembuh Nyeri semasa berjalan dan
istirehat
Patofisiologi Polineuropati
Angiopati
Angiopati
Predileksi Pada daerah2 yang sering terkena
tekanan
(bagian dorsal ibu jari dan bagian
proksimal dan dorsal plantar
metatarsal)
Terutama mengenai pembuluh
darah perifer ekstremitas
inferior dan superior
Terapi Sesuai derajat Wagner Konservatif : berhenti merokok
Operasi : amputasi
27