abstract d1215007.docx · web viewjurnal persepsi pembubaran ormas islam (studi kualitatif tentang...
TRANSCRIPT
JURNAL
PERSEPSI PEMBUBARAN ORMAS ISLAM
(Studi Kualitatif tentang Persepsi Komunikasi Mengenai
Pembubaran Ormas Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) oleh
Pemerintah Indonesia di Kalangan Organisasi Mahasiswa Ekstra
Kampus Keislaman Wilayah Solo Raya Tahun 2017)
Oleh:
ANDRI YUDHA TIRTAYASA
D1215007
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
PERSEPSI PEMBUBARAN ORMAS ISLAM(Studi Kualitatif tentang Persepsi Komunikasi Mengenai Pembubaran
Ormas Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) oleh Pemerintah Indonesia di Kalangan Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus Keislaman Wilayah Solo
Raya Tahun 2017)
Andri Yudha TirtayasaSri Herwindya Baskara Wijaya
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan PolitikUniversitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Dissolution of the Islamic organizations HTI through regulation in lieu of law (Perppu) No. 2 the year 2017 massively reported in various media to make HTI as if tried by the press. Pros and cons appear. According to the government, the ideology Islamic caliphate (khilafah) by HTI opposes the ideology of Pancasila. On the other hand the steps the Government is considered a setback to democracy. This research aims to find out how the perception and communication channels used of Islamic extra campus student organization in Solo against the policies of the organizations Hizb ut Tahrir Indonesia the dissolution by the Government of the Republic of Indonesia.
The four Islamic-based OMEK is in direct contact with HTI. The different backgrounds of the four organizations in this research, HMI, PMII, IMM and KAMMI will certainly affect their perceptions of both issues. The process of perception consists of selection, interpretation and reaction. Differences in the process of perception is also later believed to affect the communication channel used. By using qualitative descriptive method is expected to spell out in detail how perception and communication channels from them. In-depth interviews on them found differences of perception of regulation in lieu of law (Perppu) to ban HTI.
They got information about HTI dissolution from online media and conventional media. There are HMI and KAMMI refuse that regulation in lieu of law (Perppu) and PMII and IMM who agree with that regulation in lieu of law (Perppu) with the terms. Related to the dissolution of HTI only KAMMI less agree, because the government such as authoritarian and anti-criticism. In aspires at their perception, each OMEK using different communication channel. HMI using statement, demonstration, online media and discussion. PMII only using discussion. IMM not using any channels. While the KAMMI using discussion, non-mainstream online media and demonstration.
Keywords: regulation in lieu of law of mass organization, Hizb ut Tahrir Indonesia, extra campus student organization (OMEK), Perception, Communication Channels
1
Pendahuluan
Desakan pembubaran ormas yang dianggap anarkis dan radikal semakin
kencang beritakan di media online maupun konvensial pada Januari tahun 2017.
Namun rupanya pembubaran tidak mudah untuk dilaksanakan. Setiap kali ormas
yang akan dibubarkan harus melalui laporan masyarakat. Ormas kemudian
mendapat surat peringatan satu, dua, tiga. Selain itu, pembubaran ormas juga
harus melalui keputusan pengadilan (Romadoni, 2017). Namun nyatanya pada 8
Mei 2017, melalui Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
Wiranto, pemerintah mengumumkan akan mengajukan permohonan pembubaran
organisasi masyarakat Hizbut Tahrir Indonesia ( HTI) ke pengadilan (Kuwado,
2017).
Dikeluarkannya pengajuan permohonan pembubaran HTI oleh Wiranto
dan pemberitaan yang sangat santer di berbagai media massa membuat HTI
seperti diadili oleh Pers (trial by press) bahwa HTI harus dibubarkan. Padahal saat
itu pemerintah belum memberikan peringatan apapun terhadap HTI. Pemerintah
baru mengeluarkan Perppu No 2 Tahun 2017 pada 10 Juli 2017 yang kemudian
menjadi acuan hukum dibubarkannya HTI. Perppu tersebut menggantikan UU
Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Dalam
pelaksanaannya, pada Rabu, 19 Juli 2017 Freddy Harris selaku Direktur Jenderal
Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham)
mencabut status badan hukum HTI melalui Surat Kementerian Hukum dan HAM
No AHU -30.AHA.01.08.2017 tentang Pencabutan Keputusan Menteri Hukum
dan HAM RI no AHU 00282.60.10.2014.2014 tentang Pengesahan Pendirian
Perkumpulan HTI (Movanita, 2017).
Lantas apakah memang perlu dilakukan pembubaran oleh pemerintah
Indonesia. Sebelum itu mari melihat sejarah organisasi faksi kanan ini. Organisasi
politik internasional Ḥizb at-Taḥrir atau Hizbut Tahrir (HT) berdiri di Jerussalem
pada 64 tahun yang lalu (1953-2007). Gerakan Hizbut Tahrir menitik beratkan
pada perjuangan membangkitkan umat di seluruh dunia untuk mengembalikan
kehidupan Islam melalui tegaknya kembali Khilafah Islamiyah. Pada tahun 1953,
Hizb at Tahrir dideklarasikan di Jerusalem, Palestina oleh Taquyddun al Nabhani.
2
Kemudian Hizb at Tahrir memulai pergerakan dengan membawa dakwah ke
beberapa negara Arab (Pike, 2017). Semenjak saat itu, Hizb at Tahrir berkembang
dan masuk ke lebih dari 50 negara di dunia termasuk Indonesia.
Doktrin Hizbut Tahrir tidak berubah dalam lima puluh tahun terakhir,
Sebenarnya, tulisan-tulisan Nabhani merupakan dasar bagi platform ideologis
Hizbut Tahrir dan setiap perubahan besar akan melemahkan esensi partai
(Karagiannis & McCauley, 2006). Hizbut Tahrir telah memiliki tiga tahap
program aksi yang perlu dilakukan untuk membawa umat muslim menuju tujuan
utama mengembalikan kehidupan Islam melalui tegaknya kembali Khilafah
Islamiyah (al-Taḥrīr, 1999):
1) Tahap pertumbuhan; hal ini meliputi menemukan dan menumbuhkan individu
yang diyakinkan oleh pemikiran dan metode partai. Hal ini diperlukan untuk
merumuskan dan membentuk kelompok yang mampu membawa gagasan
partai.
2) Tahapan interaksi dengan Umat (bangsa) untuk mendorong umat Islam
bekerja untuk Islam dan membawa Dakwah seolah-olah menjadi miliknya
sendiri, Sehingga berhasil membangun Islam dalam kehidupan, negara, dan
masyarakat
3) Tahap pengambilan pemerintah dan penerapan Islam sepenuhnya dan
menyeluruh, dan membawa pesannya ke seluruh dunia.
Dari ketiga tahap aksi yang dirumuskan oleh Hizbut Tahrir terlihat
bahwasanya Hizbut Tahrir bukanlah organisasi atau kelompok yang menggunakan
kekerasan dalam memperjuangkan ideologi mereka. Mereka lebih memilih cara-
cara diplomatis melalui organisasi ataupun partai politik.
Namun layaknya Indonesia, di beberapa negara dilarang pergerakannya.
Hizbut Tahrir telah di anggap berbahaya dan dilarang aktivitasnya. Hingga saat ini
ada 17 negara yang secara terang-terangan melarang Hizbut Tahrir.
Dengan massa pendukung dan simpatisan yang banyak tersebut tentu saja
pembubaran HTI menimbulkan pro dan kontra. Sewaktu perppu ormas
dikeluarkan, pemerintah melalui Menko Polhukam Wiranto berpendapat
pembentukan Perppu tersebut untuk menyelamatkan kehidupan berbangsa dari
3
ancaman ideologi yang ingin mengganti Pancasila dan UUD 1945 (Erdianto,
Wiranto: Apa Salahnya Menyelamatkan Bangsa dari Ancaman Ideologi? -
Kompas.com, 2017). Namun, hal tersebut menimbulkan reaksi beragam dari
kalangan masyarakat. Tidak sedikit orang yang berpendapat bahwa pembentukan
Perppu tersebut adalah kemunduran demokrasi (Victoria, 2017). Kelompok
masyarakat yang pro menilai Perppu Ormas memberikan kekuatan hukum bagi
pemerintah untuk menindak ormas-ormas radikal yang bertentangan dengan
ideologi Pancasila. Sementara, kelompok yang kontra memandang pemerintah
dikhawatirkan bertindak sewenang-wenang dan represif dengan berlandaskan
Perppu Ormas (Erdianto, Pengesahan UU Ormas, antara Ancaman Radikalisme
dan Alat Represi - Kompas.com, 2017).
Perbedaan persepsi juga terjadi di kalangan mahasiswa nasional. Tidak
sedikit mahasiswa yang menolak perppu ormas ini. Hal ini karena Perppu tersebut
telah menunjukkan sinyal kediktatoran pemerintah (Ghafiruzzambi, 2017).
Namun ada juga kalangan mahasiswa yang mendukung perppu ormas dan
mengapresiasi langkah pemerintah ini. Hal ini untuk menjaga keutuhan NKRI
(Media Indonesia, 2017).
Untuk kota Solo sendiri, sangat mungkin terjadi perbedaan-perbedaan di
kalangan mahasiswa. Kota Solo sebagai salah satu kota pergerakan, di mana
banyak organisasi-organisasi mahasiswa khususnya organisasi mahasiswa ekstra
kampus yang eksis. Mulai dari OMEK yang berhaluan nasionalis hingga yang
berhaluan keagamaan dan sosial ada di kota Solo. Peneliti sendiri tertarik untuk
melihat pandangan mahasiswa dari kalangan OMEK berbasis keislaman. Karena
OMEK keislaman sendiri memiliki beragam pandangan dan ideologi. Selain itu
singgungan langsung dengan OMEK underbow dari HTI yaitu GEMA
Pembebasan tentu bisa menjadi faktor yang mempengaruhi persepsi mereka.
OMEK keislaman yang dipilih adalah HMI, PMII, IMM dan KAMMI. HMI
dengan Nilai Dasar Perjuangannya, PMII dengan pandangan NU-nya, IMM yang
merupakan underbow Muhammadiyah serta KAMMI dengan pergerakannya.
Menarik untuk melihat apakah ada perbedaan proses persepsi dalam
komunikasi keempat OMEK Keislaman mengingat terdapat perbedaan pandangan
4
ideologi mereka. Persepsi yang merupakan sebuah pesan tentu akan disalurkan ke
saluran komunikasi tertentu. Jika terjadi perbedaan proses persepsi bisa saja akan
mempengaruhi saluran apa yang kemudian dipakai keempat OMEK keislaman
tersebut untuk menyampaikan persepsi dan aspirasi mereka terkait pembubaran
ormas HTI. Perbedaan-perbedaan persepsi dan saluran komunikasi yang
digunakan inilah yang nantinya mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap
keempat OMEK terkait pembubaran HTI.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti yang telah dipaparkan di atas, maka
penelitian ini mengambil fokus untuk menjawab pertanyaan:
1. Bagaimana persepsi organisasi mahasiswa ekstra kampus keislaman di Solo
Raya terhadap kebijakan pembubaran ormas Hizbut Tahrir Indonesia oleh
Pemerintah Republik Indonesia?
2. Media komunikasi apa saja yang menjadi penyalur persepsi dan aspirasi
organisasi mahasiswa ekstra kampus keislaman terhadap pembubaran Hizbut
Tahrir Indonesia oleh Pemerintah Republik Indonesia?
Telaah Pustaka
A. Komunikasi
Sederhananya, komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara
penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan (Rohim, 2009).Karena itu,
komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu
dengan yang lainnya (communication depends on our ability to understand one
another) (Turner & West, 2007).
Unsur-unsur dalam proses komunikasi tergantung model komunikasi apa
yang digunakan. Secara umum unsur-unsur komunikasi dalam model komunikasi
terdiri dari: sumber, pesan, media, penerima, pengaruh, tanggapan balik, dan
lingkungan (Cangara, 2010).
Komunikasi dapat terjadi bila unsur-unsur dalam komunikasi bisa
terpenuhi. Menurut Harold Lasswell terdapat lima unsur yang harus ada dalam
model komunikasi terdapat lima hal (Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek, 2006):
5
1. Komunikator (communicator, source, sender)
2. Pesan (message)
3. Media (channel, media)
4. Komunikan (communicator, communicatee, receiver, recipient)
5. Efek (effect, impact, imfluence)
Unsur-unsur komunikasi adalah model komunikasi yang dicetuskan oleh
Lasswell untuk menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect” atau Siapa yang mengatakan apa melalui saluran apa
kepada siapa dengan efek apa? Menurutnya pertanyaan tersebut adalah cara yang
baik untuk menjelaskan komunikasi. Jadi berdasarkan paradigma Lasswell
tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek, 2006).
Ketika semua unsur-unsur komunikasi terpenuhi dan berjalan, maka
terjadilah proses komunikasi. Lalu, setelah terjadi proses komunikasi, maka perlu
diketahui fungsi komunikasi.
Terdapat beragam fungsi dari komunikasi. Fungsi adalah potensi yang
dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Fungsi komunikasi di
bagi menjadi empat sesuai tipe komunikasinya sebagai berikut (Effendy, Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek, 2006):
1. Komunikasi dengan diri sendiri berfungsi untuk mengembangkan kreativitas
imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta meningkatkan
kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan.
2. Komunikasi antar pribadi berfungsi untuk meningkatkan hubungan insani
(human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi,
mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan
pengalaman dengan orang lain.
3. Komunikasi publik berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan
(solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik, dan
menghibur.
6
4. Komunikasi Massa berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan
pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan
kegembiraan dalam hidup seseorang.
B. Persepsi
Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat,
tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif (Mulyana, 2015).Persepsi
adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah
memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2012).
Persepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi,
mengorganisasikan, mengorganisasikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada
rangsangan pancaindra atau data (Pareek, 1986).
Persepsi manusia terbagi menjadi dua: persepsi terhadap obyek
(lingkungan fisik) dan persepsi sosial (manusia). Dalam mempersepsi lingkungan,
manusia hanya menanggapi sifat-sifat luar. Sedangkan ketika mempersepsi
manusia akan ada faktor dalam dan faktor luar. Begitu juga dengan reaksi yang di
dapat, obyek tidak akan bereaksi, sedangkan manusia akan bereaksi dan tentunya
persepsi juga akan berubah seiring dengan persepsi tersebut (Mulyana, 2015).
Persepsi terhadap lingkungan, setiap orang bisa mengalami perbedaan
karena berbeda latar belakang. Pengalaman, budaya, dan suasana psikologis
membuat persepsi kita berbeda atas suatu obyek. Persepsi sosial adalah proses
menangkap arti obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam
lingkungan kita (Mulyana, 2015).
Terkait proses persepsi terdapat beberapa pendapat. Dikutip dari buku
Psikologi Umum karya Alex Sobur, dalam proses persepsi terdapat tiga
komponen utama berikut (Sobur, 2003).
1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak dan sedikit.
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai
arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan
7
kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk
mengadakan pengategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses
mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.
3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku
sebagai reaksi (Depdikbud, 1985, dalam Soelaeman, 1987). Jadi, proses
persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap
informasi yang sampai.
Lebih jelasnya proses persepsi dijelaskan oleh Pareek berikut dikutip dari
buku Psikologi Umum. Proses persepsi terdiri dari beberapa proses sebagai
berikut ini (Sobur, 2003).
1. Proses menerima rangsangan
Proses pertama dalam persepsi ialah menerima rangsangan atau data dari
berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui pancaindra.
2. Proses menyeleksi rangsangan
Tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua rangsang yang telah
diterima. Akhirnya kita memilih untuk menanggapi sedikit dari rangsangan
indrawi yang diterima. Hal inilah yang dimaksud atensi yang merupakan faktor
utama untuk menentukan selektivitas terhadap suatu rangsang. Dua kumpulan
faktor menentukan seleksi rangsangan itu, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
a. Faktor intern yang mempengaruhi persepsi adalah kebutuhan psikologis, latar
belakang, pengalaman, kepribadian, sikap dan kepercayaan umum serta
penerimaan diri.
b. Faktor ekstern yang mempengaruhi seleksi persepsi adalah intensitas, ukuran,
kontras, gerakan, pengulangan obyek, keakraban, kebaruan.
3. Proses pengorganisasian
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu
bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni
pengelompokan, bentuk timbul dan latar dan kemantapan persepsi.
4. Proses penafsiran
8
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu
menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi
setelah data itu ditafsirkan.
5. Proses pengecekan
Sesudah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil beberapa
tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Data atau kesan-
kesan itu dapat dicek dengan menanyakan kepada orang lain mengenai persepsi
mereka.
6. Proses reaksi
Lingkaran persepsi itu belum sempurna sebelum menimbulkan suatu
tindakan. Tindakan ini bisa tersembunyi dan bisa pula terbuka. Tindakan
tersembunyi berupa pembentukan pendapat atau sikap, sedangkan tindakan yang
terbuka berupa tindakan nyata sehubungan dengan tindakan tersembunyi ialah
“pembentukan kesan”
Singkatnya, kita perlu adanya rangsangan di alat indra (indra peraba, indra
penglihatan, indra penciuman, indra pengecap dan indra pendengar), kemudian
kita akan memperhatikan rangsangan tersebut. Lalu menginterpretasikan
informasi yang diperoleh. Jadilah persepsi, terakhir adalah proses reaksi yaitu
bertindak sehubungan dengan apa yang telah dipersepsikan. Proses-proses
tersebut disampaikan ke orang lain maka terjadilah komunikasi.
C. Ormas
Secara empirik organisasi terbentuk atas dasar kebutuhan untuk
mengorganisir diri dalam mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang telah dirancang
dan disepakati oleh pendiri organisasi dimaksud menentukan corak dan bentuk
organisasi yang dibentuk. Dan dalam konteks ke-Indonesiaan, salah satu bentuk
organisasi yang ada dan berkembang adalah organisasi sosial kemasyarakatan
yang memiliki karakteristik tersendiri. Organisasi sosial kemasyarakatan
merupakan organisasi sosial (non-profit), yang dibentuk oleh masyarakat (warga)
secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama dan
kepercayaan, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai
tujuan nasional (Hidayat, 2008).
9
Organisasi kemasyarakatan menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi kemasyarakatan yang telah diubah
melalui Perppu No. 2 Tahun 2017, memiliki pengertian sebagai berikut:
organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela
berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan
tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selanjutnya dalam melaksanakan
kegiatannya ormas bersifat sukarela, sosial, mandiri, nirlaba, dan demokratis
(Republik Indonesia, 2013).
D. Khilafah
Hizbut Tahrir memiliki cita-cita dan gagasan membentuk Khilafah
Islamiyah. Khilafah menurut Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) adalah kepemimpinan
umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia yang bertanggung jawab menerapkan
hukum Islam dan menyampaikan risalah Islam ke seluruh muka bumi
(Priyambodo & Kusumadewi, 2017).
Sebelumnya, mari menilik definisi Khilfah dari berbagai sudut pandang.
Dalam tata bahasa Arab, Khilafah merupakan bentuk kata benda verbal yang
mensyaratkan adanya subyek atau pelaku yang aktif yang disebut khalifah. Kata
khilafah dengan demikian menunjuk pada serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh seseorang, yaitu seseorang yang disebut khalifah (Sudrajat, 2007).
Hukum mengenai kewajiban penegakan khilafah, dari jaman sepeninggal
Rasulullah Saw hingga saat ini selalu terjadi perselisihan. Perselisihan pendapat
mengenai apakah kewajiban itu berdasar pada Syara atau akal. Bagi mereka yang
menolak kewajiban membangun ke-khilafah-an pada massa itu beranggapan
bahwa yang wajib dilakukan adalah melaksanakan hukum-hukum Syara, sebab
jika umat telah berkeadilan dan telah melaksanakan hukum Allah, keberadaan
imam tidak lagi dibutuhkan begitu juga menegakkanya, pendapat mereka ini kalah
dengan Ijma pada saat itu (Khaldūn, 1986).
Dalil kewajiban mendirikan khilafah melalui Ijma’ tersebut sayangnya
masih belum berdasar kuat dari Al-Quran dan Hadist. Dalam Al-Quran tidak
10
terdapat penjelasan secara gamblang mengenai kewajiban pendirian khilafah.
Begitu juga dari hadis-hadis Nabi, tidak ditemukan sesuatu yang lebih dari
sekedar penyebutan kata imamah, baiah, jamaah atau yang lain (al-Rāziq,, Zaid
Su'di, & Soenardi, 2002).
E. OMEK
Organisasi mahasiswa ekstra kampus yang memang merupakan salah satu
bentuk kebebasan masyarakat khususnya mahasiswa dalam berserikat dan
berkumpul sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Organisasi mahasiswa
ekstra kampus yang selanjutnya disebut OMEK merupakan organisasi yang tidak
mendapat pembiayaan dari pihak kampus. Hal ini patut dipertahankan untuk
menjaga independensi, kreativitas, dan daya kritis itu sendiri. Jenis OMEK ada
bermacam-macam. Ada yang didirikan berdasar atas pemahaman agama ataupun
pandangan secara khusus terhadap nilai-nilai nasionalisme. Contoh OMEK yaitu
HMI, KAMMI, PMII, IMM dan sebagainya. Semua organisasi ekstra kampus ini
memiliki tujuan yang baik untuk mengasah kemampuan intelektual dan
kepemimpinan mahasiswa. OMEK bukan merupakan partai politik, karena pada
dasarnya bendera mereka tidak pernah ikut serta dalam Pemilu di Indonesia
(Winata, 2017).
Beberapa tahun terakhir juga berhembus isu pembentukan UU organisasi
mahasiswa ekstra kampus, karena memang ketidakjelasan peraturan mengenai
OMEK. Seperti adanya pelarangan mengikuti OMEK di kampus UIN Jakarta dan
status OMEK underbow menimbulkan pertanyaan mengenai status OMEK di
Indonesia (HIMAINDONESIA.com, 2016). Tetapi jika dilarang di mana lagi
tempat berlatih berorganisasi, berpoltik dan kepemimpinan di kalangan
mahasiswa.
F. Saluran Komunikasi
Seperti yang dijelaskan sebelumnya dalam model komunikasi Lasswell,
untuk terjadi sebuah komunikasi harus ada 5 unsur komunikasi yaitu
komunikator, pesan, saluran/media, komunikan dan efek. Dari kelimanya
terjadilah proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan oleh komunikator
11
kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Mulyana,
2015).
Saluran atau media di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan
pesan dari sumber kepada penerima (Cangara, 2010). Saluran juga bisa merujuk
pada cara penyajian pesan: apakah langsung (tatap - muka) atau lewat media cetak
(surat kabar, majalah) atau media elektronik (radio, televisi) (Mulyana, 2015).
Dalam proses komunikasi terdapat dua cara agar pesan sampai ke komunikan
kedua proses itu adalah, proses komunikasi tatap muka dan proses komunikasi
bermedia (Effendy, Dinamika Komunikasi, 2004).
Dalam komunikasi tatap muka, saluran atau jalan yang dilalui pesan
komunikator untuk sampai ke komunikannya adalah gelombang cahaya atau
gelombang suara. Dengan pengertian media di atas, yaitu alat perantara yang
sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesan komunikator agar
sampai ke komunikannya, maka gelombang cahaya dan gelombang suara tidak
termasuk media komunikasi, melainkan alternatif saluran komunikasi, karena
manusia tidak melakukan pemilihan dengan sengaja atas gelombang cahaya dan
suara. Namun ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya,
misal dalam komunikasi antar pribadi pancaindra dianggap sebagai media
komunikasi (Cangara, 2010).
Berdasarkan jumlah komunikan yang dihadapi komunikator, komunikasi
tatap muka diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu komunikasi antar persona dan
komunikasi kelompok. Tentu saja keduanya memiliki saluran yang berbeda.
Untuk komunikasi antar persona saluran komunikasi yang digunakan adalah
percakapan, wawancara dan sebagainya. Untuk komunikasi kelompok kecil
salurannya bisa berupa dialog atau tanya jawab, rapat dan semacamnya. Lalu
untuk komunikasi kelompok besar salurannya bisa berupa pidato, unjuk rasa dan
lain sebagainya.
Proses komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan
saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh
tempatnya, dan/atau banyak jumlahnya. Berdasarkan banyaknya, komunikan yang
12
dijadikan sasaran dikalsifikasikan menjadi komunikasi media massa dan
komunikasi media nirmassa.
Dalam komunikasi bermedia massa, komunikan berjumlah banyak dan
bertempat tinggal jauh. Sehingga saluran komunikasi yang digunakan pun
biasanya yang dapat menjangkau banyak orang seperti televisi, koran dan
sebagainya. Untuk komunikasi bermedia nirmassa, umumnya digunakan dalam
komunikasi untuk orang-orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Saluran
yang digunakan antara lain seperti surat, telepon, spanduk, dan lain-lain.
Saluran komunikasi dalam media online bisa dikategorikan dalam media
massa dan juga media nirmassa. Hal ini bergantung penggunaannya dan ditujukan
kemana pesannya.
Jadi saluran komunikasi dibedakan dari proses komunikasinya yang
terbagi menjadi proses komunikasi tatap muka atau tanpa media dan juga proses
komunikasi bermedia. Lalu komunikasi tanpa media terdiri dari komunikasi antar
persona, kelompok kecil dan kelompok besar. Sedangkan komunikasi bermedia
terdiri dari komunikasi media massa dan komunikasi media nirmassa.
Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metodologi penelitian deskriptif
kualitatif. Dengan menggunakan metodologi deskriptif ini diharapkan mampu
menjelaskan secara menyeluruh dan lengkap mengenai persepsi dari organisasi
mahasiswa ekstra kampus keislaman terhadap pembubaran HTI yang dilakukan
oleh pemerintah. Data utama yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu ada Data-data dari media
online akan digunakan untuk mendukung hasil penelitian. Organisasi mahasiswa
ekstra kampus keislaman yang akan diteliti adalah HMI, PMII, IMM dan KAMMI
dengan masing-masing dua informan dari setiap organisasi. Pemilihan tersebut
berdasarkan reputasi obyek riset sebagai organisasi mahasiswa Islam yang besar
dengan sumber dari pusat hingga daerah terjadi di kota Solo
Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan metode analisis data
model Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman, analisis terdiri dari
tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan yaitu: Reduksi Data, Penyajian Data,
13
Penarikan Kesimpulan (Silalahi, 2012). Dalam penelitian, pemeriksaan keabsahan
data menggunakan teknik triangulasi. Dalam penelitian ini, peneliti akan
menggunakan triangulasi sumber data.
Sajian dan Analisis Data
A. Persepsi Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus Keislaman terhadap
Pembubaran HTI oleh Pemerintah Indonesia
Keempat OMEK keislaman dalam penelitian ini memiliki persepsi
masing-masing mengenai perppu ormas yang telah jadi UU ormas ini dan terkait
pembubaran ormas HTI. Isu perrpu ormas dan pembubaran HTI merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dari sisi pembubaran HTI. Walau demikian
isu mengenai perppu ormas lebih luas dibanding isu pembubaran HTI. Isu perppu
ormas bisa berkaitan dengan berbagai organisasi kemasyarakatan tidak hanya
HTI.
Terkait perppu ormas, HMI secara tegas menolak adanya perppu tersebut.
Dalam wawancara dengan Ketua HMI Cabang Surakarta didapatkan bahwa
pemerintah tidak tepat mengeluarkan perppu ormas ini karena memang tidak ada
hal yang mendesak yang mengharuskan dikeluarkannya perppu ini. Selain itu
dikhawatirkan perppu ini tidak hanya menyasar HTI dalam untuk dibubarkan
melainkan juga ormas atau organisasi lain juga yang vokal mengkritik
pemerintah. Mekanisme yang kurang tepat dalam pembubaran HTI menjadi
sorotan dari HMI. Karena dengan mekanisme ini pemerintah cenderung otoriter.
Yudisial review merupakan hal yang dituntut oleh HMI terkait perppu ormas.
HMI sangat menyoroti perppu ormas dibandingkan pembubaran HTI, hal ini
memang diucapkan langsung pada saat wawancara. Oleh karenanya terkait
pembubaran HTI, pihak HMI cenderung setuju dan apatis dengan hal tersebut,
karena memang HMI tidak sependapat mengenai khilafah yang diusung HTI.
NU yang sangat menentang ideologi khilafah tentu saja mendukung
langkah pemerintah terkait perppu ormas dan pembubaran HTI, begitu juga PMII
yang masih interpedensi dengan NU. Walau demikian PMII Pengurus Cabang
Surakarta berpendapat perlu dibenahi beberapa pasal yang mengandung hukuman
14
pidana. Menurut PMII, organisasi yang menentang Pancasila seperti HTI hanya
perlu diberikan pembinaan.
IMM yang merupakan organisasi otonom Muhammadiyah juga ikut
mendukung langkah pemerintah dalam menerbitkan perppu ormas dan
pembubaran HTI. Namun terkait perppu ormas menurut IMM Pimpinan Cabang
Surakarta perlu dilakukan pengawasan terkait pelaksanaannya. Langkah-langkah
seperti dialog dan musyawarah perlu dikedepankan bukannya sikap otoriter dan
kekerasan. Hal ini sesuai dengan surat pernyataan sikap dari PP Muhammadiyah.
KAMMI Pengurus Cabang Solo Raya termasuk yang tidak mendukung
perppu ormas. Perppu ormas ini menurut mereka perlu dilakukan yudisial review
lagi untuk memperbaikinya. Dan diharapkan dalam pelaksanaannya adil tidak
hanya HTI atau ormas Islam saja yang dijadikan sasaran. Pembubaran HTI
melalui mekanisme perppu ormas ini tidak didukung oleh KAMMI. Menurut
mereka dengan mekanisme ini pemerintah cenderung otoriter. Dan ada baiknya
pembubaran dilakukan dengan mekanisme yang sudah ada di pengadilan. Walau
demikian KAMMI masih berempati dengan tetap mendukung dakwah dari HTI
dan menyarankan kepada HTI untuk melunak dalam menyikapi pembubaran
mereka.
B. Saluran Komunikasi
Selanjutnya saluran yang digunakan keempat OMEK Keislaman dalam
menyampaikan persepsi dan aspirasi mereka terkait perppu ormas dan
pembubaran HTI. Keempatnya pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam
menggunakan saluran komunikasi untuk persepsi mereka mengenai perppu ormas
dan pembubaran HTI.
Dalam isu perppu ormas khususnya, HMI Cabang Surakarta mengeluarkan
surat pernyataan sikap yang isinya menolak keluarnya perppu ormas dan
mendukung pembubaran ormas yang tidak sesuai dengan Pancasila. Surat
pernyataan sikap ini kemudian dibagikan di sosial media Facebook dan Instagram
HMI. Sebelumnya HMI juga melakukan aksi demonstrasi pada 20 Mei 2017, di
dalam aksi ini HMI berpendapat penguatan Ideologi Pancasila yang dilakukan
pemerintah saat ini malah terjadi sebaliknya. Aksi demonstrasi ini diliput di media
15
massa online Tribunnews. Sehari sebelumnya pada 19 Mei 2017, HMI
mengutarakan niatan mereka untuk aksi demo pada 20 Mei 2017 di media massa
online Rilis.id. Pada saat pembubaran HTI, HMI yang hanya berfokus pada
perppu ormas hanya melakukan diskusi dengan OMEK lainnya perihal
pembubaran tersebut.
PMII Pengurus Cabang Surakarta yang tidak menggunakan sosial media
sebagai saluran komunikasi hanya menggunakan diskusi internal dan eksternal
terkait isu perppu ormas dan pembubaran HTI ini. PMII Pengurus Cabang
Surakarta beralasan tidak menggunakan sosial media untuk menjaga marwah
PMII. Hanya saja di tingkat PMII Komisariat melakukan aksi damai di Car Free
Day Surakarta pada 9 Juli 2017. Kemudian aksi ini diliput di Solopos pada
tanggal 9 Juli 2017.
Pada saat wawancara terungkap bahwa IMM Pimpinan Cabang Surakarta
tidak berfokus pada isu perppu ormas dan pembubaran HTI ini. Diketahui bahwa
IMM Pimpinan Cabang Surakarta hanya berfokus pada isu agraria, ekonomi dan
energi yang tidak menjadi fokus dari PP Muhammadiyah. Mengenai sikap terkait
perppu ormas dan pembubaran HTI, IMM Pimpinan Cabang Surakarta mengikuti
sikap dari PP Muhammadiyah. Namun pernyataan sikap dari PP Muhammadiyah
ini tidak disebarkan atau dibagikan ulang oleh mereka. Sehingga peneliti menarik
kesimpulan terkait perppu ormas dan pembubaran HTI, IMM Pimpinan Cabang
Surakarta tidak menggunakan saluran komunikasinya.
Terkait perppu ormas KAMMI secara tegas menolak perppu tersebut. Hal
ini terlihat dari pernyataan Kepala Bidang Kebijakan Publik mereka di salah satu
media online non mainstream yaitu VOI Islam pada 25 Juli 2017, yang kemudian
menyebar ke beberapa media online non mainstreamm lainnya seperti Panji Mas.
Jauh sebelumnya pada 12 April 2017 mereka melakukan aksi terkait pemerintah
Jokowi di mana beberapa isu diusung di situ salah satunya terkait perppu ormas.
Aksi tersebut diliput oleh media massa online, Tribunnews pada hari yang sama
yaitu 12 April 2017. Terkait pembubaran HTI, KAMMI hanya melakukan diskusi
eksternal terkait pembubaran tersebut dengan OMEK lainnya di Kota Surakarta.
16
Kesimpulan
Keempat OMEK keislaman sebagai komunikator di sini mengolah pesan
yaitu persepsi dengan tiga tahapan yaitu, seleksi, interpretasi dan reaksi. Dengan
latar belakang organisasi yang berbeda di antara keempatnya membuat persepsi
yang didapat juga berbeda. Adanya tahap reaksi dalam proses persepsi itu juga
mempengaruhi saluran komunikasi yang mereka gunakan. Keempatnya memiliki
cara sendiri dalam menggunakan saluran komunikasi terkait Perppu Ormas dan
pembubaran HTI. Berikut ini kesimpulan-kesimpulan yang diambil dari
penelitian:
A. Secara umum keempat OMEK mendapatkan informasi terkait perppu ormas
dan pembubaran HTI dari media massa online dan media massa mainstream
seperti televisi, koran dan sebagainya.
B. HMI secara tegas menolak perppu ormas tersebut dengan surat pernytaan
sikapnya dan menuntut yudisial review. PMII mendukung perppu ormas
tersebut namun menyatakan perlunya dibenahinya beberapa pasal. IMM
menyatakan dukungannya terhadap perppu ormas tersebut namun dalam
pelaksanaannya harus dengan dialog dan musyawarah. Sedangkan KAMMI
menolak perppu tersebut karena pemerintah dianggap otoriter dan
mengabaikan prinsip demokrasi. Keempatnya tidak setuju dengan ideologi
khilafah yang diusung HTI. Namun KAMMI kurang setuju dengan
pembubaran HTI karena pembubaran tidak menggunakan mekanisme yang
sudah ada. KAMMI juga berharap HTI bisa menerima pembubaran dan tetap
berjuang walaupun tidak di HTI lagi.
C. Perbedaan interpretasi dan seleksi setiap OMEK membuat reaksi yang berbeda
pula. HMI mengeluarkan surat pernyataan sikap sebagai bentuk reaksi mereka
terhadap perppu ormas dan pembubaran HTI. Selain itu mereka juga
melakukan aksi demonstrasi dan konsolidasi dengan OMEK lainnya terkait
kedua isu tersebut. PMII hanya bereaksi dengan menyampaikan pandangan
mereka di forum diskusi dengan OMEK lainnya. IMM tidak berfokus pada
kedua isu ini tidak bereaksi apa-apa karena menganggap hal tersebut adalah
17
wewenang PP Muhammadiyah. KAMMI menggunakan aksi demonstrasi dan
menyampaikan pendapatnya di media online non-mainstream.
D. HMI, PMII dan KAMMI menggunakan saluran komunikasi langsung berupa
diskusi internal dan eksternal tentang perppu ormas dan pembubaran HTI.
Selain itu HMI dan KAMMI juga menggunakan saluran komunikasi langsung
berupa aksi demonstrasi terkait perppu ormas. Sedangkan IMM yang tidak
fokus dalam kedua isu tersebut tidak menggunakan saluran komunikasi
langsung.
E. Media massa online digunakan HMI dan KAMMI sebagai salah satu saluran
komunikasi bermedia massa. KAMMI juga menggunakan media online non-
mainstream sebagai saluran bermedia massa mereka. Surat pernyataan sikap
juga digunakan HMI sebagai salah satu saluran komunikasi bermedia massa.
Surat pernyataan sikap ini dibagikan lagi ke media sosial mereka.
Daftar Pustaka
al-Rāziq,, a. a., Zaid Su'di, M., & Soenardi, S. R. (2002). Islam dan Dasar-Dasar Pemerintahan. Yogyakarta: Jendela.
al-Taḥrīr, Ḥ. (1999). The Methodology of Hizb Ut-Tahrir for Change. London: Al-Khilafah Publications.
Cangara, H. (2010). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.Effendy, O. U. (2004). Dinamika Komunikasi. Bandun: Remaja Rosdakarya.Effendy, O. U. (2006). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.Erdianto, K. (2017, Oktober 25). Pengesahan UU Ormas, antara Ancaman
Radikalisme dan Alat Represi - Kompas.com. Dipetik Oktober 29, 2017, dari KOMPAS.com: http://nasional.kompas.com/read/2017/10/25/05310091/pengesahan-uu-ormas-antara-ancaman-radikalisme-dan-alat-represi
Erdianto, K. (2017, Juli 13). Wiranto: Apa Salahnya Menyelamatkan Bangsa dari Ancaman Ideologi? - Kompas.com. Dipetik Agustus 22, 2017, dari KOMPAS.com: http://nasional.kompas.com/read/2017/07/13/12152741/wiranto--apa-salahnya-menyelamatkan-bangsa-dari-ancaman-ideologi-
Ghafiruzzambi, M. S. (2017, Juni 26). Sikap Mahasiswa Terhadap Perppu Ormas. Dipetik Oktober 29, 2017, dari CNN Indonesia: https://student.cnnindonesia.com/inspirasi/20170726130753-454-230403/sikap-mahasiswa-terhadap-perppu-ormas/
Hidayat, M. (2008). Ormas Keagamaan Dalam Pemberdayaan Politik Masyarakat Madani (Telaah Teoritis-Historis). Komunitas, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 4, Nomor 1, Juni 2008, 8-9. Diambil kembali dari
18
http://www.cs.unsyiah.ac.id/~frdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/ORMAS+KEAGAMAAN+DALAM+PEMBERDAYAAN+POLITIK+MASYARAKAT+MADANI.pdf
HIMAINDONESIA.com. (2016, September 11). Rektorat UIN Tegas Melarang Organisasi Ekstra Kampus. Dipetik Oktober 29, 2017, dari Hidupmahasiswaindonesia: http://himaindonesia.com/2016/09/11/rektorat-uin-tegas-melarang-organisasi-ekstra-kampus/
Karagiannis, E., & McCauley, C. (2006). Hizb ut-Tahrir al-Islami: Evaluating the Threat Posed by a Radical Islamic Group That Remains Nonviolent. Terrorism and Political Violence, 315-334.
Khaldūn, I. (1986). Muqaddimah Ibn Khaldun. Jakarta: Pustaka Firdaus.Kuwado, F. J. (2017, Mei 9). Rencana Pembubaran HTI dan Peringatan untuk
Pemerintah... Dipetik Januari 19, 2018, dari Kompas.com: http://nasional.kompas.com/read/2017/05/09/09310271/rencana.pembubaran.hti.dan.peringatan.untuk.pemerintah.
Media Indonesia. (2017, Juli 11). Hukum | Organisasi Mahasiswa Dukung Perppu Ormas. Dipetik Oktober 29, 2017, dari Metrotvnews.com: http://news.metrotvnews.com/hukum/wkBAgPqb-organisasi-mahasiswa-dukung-perppu-ormas
Movanita, A. N. (2017, Juli 19). Kemenkumham: Pembubaran HTI Berdasarkan Data dan Fakta - Kompas.com. Dipetik Agustus 22, 2017, dari KOMPAS.com: http://nasional.kompas.com/read/2017/07/19/10553011/kemenkumham--pembubaran-hti-berdasarkan-data-dan-fakta
Mulyana, D. (2015). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pareek, U. (1986). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.Pike, J. (2017, April 24). Hizb ut-Tahrir al-Islami (Islamic Party of Liberation).
Dipetik Agustus 10, 2017, dari Globalsecurity.org: http://www.globalsecurity.org/military/world/para/hizb-ut-tahrir.htm
Priyambodo, U., & Kusumadewi, A. (2017, Mei 8). Konsep Khilafah HTI Bertentangan dengan NKRI? Dipetik Agustus 22, 2017, dari kumparan: https://kumparan.com/utomo-priyambodo/konsep-khilafah-hti-bertentangan-dengan-nkri
Rakhmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.Rohim, S. (2009). Teori Komunikasi: Perspektif,Ragam, & Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta.Romadoni, A. (2017, Januari 17). Bisakah Ormas Anarkis Dibubarkan? Dipetik
Januari 19, 2018, dari Liputan 6: http://news.liputan6.com/read/2829169/bisakah-ormas-anarkis-dibubarkan
Silalahi, U. (2012). Metode Penelitian Sosial. (A. Gunarsa, Penyunt.) Bandung: Refika Aditama.
Sobur, A. (2003). PSIKOLOGI UMUM Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.
Sudrajat, A. (2007). Khilafah Islamiyah Dalam Perspektif Sejarah. INFORMASI, No. 2, XXXV, Th. 2009, 2-3.
19
Turner, L., & West, R. (2007). Introducing Communication Theory: Analysis and Application. New York: McGraw-Hill Education.
Victoria, W. (2017, Juli 13). Perppu Ormas Bentuk Kediktatoran Gaya Baru. Dipetik Agustus 22, 2017, dari RMOL.co: http://politik.rmol.co/read/2017/07/13/298878/Perppu-Ormas-Bentuk-Kediktatoran-Gaya-Baru-
Winata, V. A. (2017, Juli 28). Pandangan Tentang Organisasi Ekstra Kampus sebagai Politisasi Mahasiswa. Dipetik Oktober 29, 2017, dari Menara Ilmu Sosial Politik: https://sosialpolitik.filsafat.ugm.ac.id/pandangan-tentang-organisasi-ekstra-kampus-sebagai-politisasi-mahasiswa/
20